BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Community Development
Pengembangan masyarakat (Community Development) merupakan konsep yang berkembang sebagai tandingan terhadap konsep negara kesejahteraan (Djohani. R.2003,p1). Kedua konsep ini muncul dalam wacana pembangunan yang diperankan oleh negara (sebagai tanggung jawab pemerintah) untuk mensejahterakan masyarakat (rakyat) dan mendistribusikan kesejahteraan tersebut secara merata (adil). Inti dari konsep kesejahteraan adalah pemenuhan kebutuhan hidup manusia (human needs) yang dimulai dengan pemenuhan kebutuhan dasar (basic needs) seperti sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan.
Di negara maju, telah terbukti bahwa konsep negara kesejahteraan tidak mampu berjalan secara berkelanjutan pada saat negara mengalami krisis ekonomi karena dibebani oleh peningkatan pengangguran dan kemiskinan.
Pada konsep negara kesejahteraan, pemerintah campur tangan langsung pada pengelolaan dan distribusi kesejahteraan masyarakat. Sedangkan pada konsep pengembangan masyarakat, lebih ditekankan pada upaya pemenuhan kebutuhan oleh masyarakat sendiri (community based service) dengan ide utama keberlanjutan dalam penyelenggaraan seluruh aspek hidup komunitas (ekonomi, sosial, kultural dan lingkungan) karena dikembangkannya keswadayaan masyarakat.
Community Development adalah sebuah proses dimana para anggota komunitas berkumpul bersama untuk mengambil tindakan kolektif dan mencarikan solusi atas permasalahan bersama" (Frank dan Smith, 1999). Community Development juga bisa diartikan sebagai keterlibatan masyarakat dalam isu yang mempengaruhi kehidupannya, termasuk didalamnya metode bagi individu untuk mengembangkan
pengetahuan, ketrampilan dan motivasi serta mengidentifikasi gangguan bersama dan menyelesaikannya secara bersama.
Community Development memegang teguh pertimbangan kemanusiaan (humanity) bahwa manusia dapat mengorganisasikan dirinya dan komunitasnya agar bekerjasama, saling membantu didasarkan pada nilai humanitarian, untuk kemudian menentukan kondisi yang ingin dicapainya yang ditentukan oleh masyarakatnya sendiri. Kondisi ini bisa saja tidak terkait dengan konsep kesejahteraan masyarakat, melainkan adalah upaya mengorganisasikan diri untuk dapat terus mempertahankan nilai-nilai, gaya hidup dan lingkungan yang dapat memberikan identitas pada individu di dalamnya.
Tujuan dari Community Development adalah pembangunan komunitas yang mandiri secara ekonomi dan demokratis secara sosial, serta kelompok komunitas menjadi terberdaya untuk mengambil keputusan dan melakukan tindakan sosial untuk mencapai tujuan pembangunan sosial. Keluaran utama dari Community Development adalah meningkatnya kualitas kehidupan dari anggota komunitas.
Community Development yang efektif dihasilkan dalam keuntungan bersama dan tanggung jawab yang dibagi bersama diantara anggota komunitas, dan hal tersebut mengenali adanya hubungan antara masalah-masalah ekonomi, sosial, kultural dan lingkungan, adanya kepentingan yang berbeda-beda di dalam komunitas, dan hubungannya dengan pengembangan kapasitas.
2.2 Pengembangan Kapasitas Masyarakat
Pernyataan pengembangan kapasitas komunitas untuk membantu komunitas berpartisipasi dalam pembangunan lingkungan mereka sendiri, baik lingkungan sosial maupun ekonomi, telah menjadi suatu hal yang krusial ketika kita dihadapkan pada implementasi Community Development. Permasalahan tersebut juga diikuti dengan kesulitan dalam menemukan pengukuran dan penilaian yang tepat untuk kapasitas komunitas dan pengembangannya. Komunitas sangat
kompleks yang terikat melalui hubungan yang bervariasi merupakan suatu tantangan tersendiri untuk standar pendekatan penilaian yang ada.
Labonte dan Laverack (2001, p114) mendefinisikan pengembangan kapasitas komunitas sebagai "kemampuan kelompok komunitas yang meningkat untuk mendefinisikan, mengevaluasi, menganalisis dan bertindak terhadap segala sesuatu yang terkait dengan anggotanya sendiri".
Menurut Bush et.al (2002) definisi kapasitas komunitas adalah suatu kumpulan karakteristik dan sumber daya yang apabila disatukan, akan meningkatkan kemampuan komunitas untuk mengenali, mengevaluasi dan menentukan kunci permasalahan.
Skinner (1997, p1-2) memberikan suatu definisi yang lebih spesifik terhadap Pengembangan Kapasitas Masyarakat ini, yaitu: "Suatu kegiatan pembangunan yang berusaha untuk meningkatkan kemampuan suatu komunitas atau kelompok masyarakat untuk membangun struktur, sistem dan keahlian dari anggota mereka sehingga mereka dapat menentukan dan berusaha untuk mencapai tujuan mereka dan bersama-sama untuk merencanakan dan mengelola kegiatan komunitas untuk ikut serta dalam kemitraan maupun usaha komunitas. Termasuk di dalamnya aspek-aspek seperti pelatihan, pengembangan keahlian personal dan organisasional, terorganisir dengan mandiri dan terencana, yang merefleksikan prinsip-prinsip pemberdayaan".
Perbedaan antara pendekatan pengembangan kapasitas dengan pemberdayaan terdapat pada agenda dan tujuan dari proses tersebut. Pendekatan pemberdayaan memiliki tujuan yang eksplisit untuk membawa perubahan sosial dan politik yang diwujudkan di dalam tindakan dan aktivitas yang diambil, sedangkan pengembangan kapasitas memiliki tujuan pengembangan keahlian dan kemampuan yang memungkinkan anggota untuk mengambil keputusan dan tindakan untuk mereka sendiri, akan tetapi tidak termasuk aktivitas politik.
Ada beberapa alasan untuk memfokuskan usaha-usaha kita pada pengembangan kapasitas masyarakat dalam implementasi Community Development, menurut (Rissel, Finnegan & Bracht, 1993) diantaranya adalah:
a. Partisipasi dan pelibatan
Kegiatan pengembangan kapasitas masyarakat selalu berusaha untuk melibatkan seluruh kelompok, termasuk kelompok yang termaginalkan dalam pengambilan keputusan (decision-making), mengetahui fakta bahwa partisipasi yang tinggi akan menuntun pada solusi dan hasil yang lebih baik
b. Holistik
Pendekatan pengembangan kapasitas masyarakat selalu memperhitungkan saling-ketergantungan yang ada antar kelompok-kelompok dalam komunitas, antara komunitas dengan komunitas lain dalam wilayah yang lebih luas, sampai konteks nasional dan global
c. Keragaman
Aktivitas pengembangan kapasitas masyarakat mengakui dan bekerja diantara keragaman di dalam komunitas melalui identifikasi dari penggunaan sumber daya yang sama
d. Responsif
Pengembangan kapasitas mengetahui bahwa perubahan merupakan sebuah aspek integral dari kehidupan komunitas dan menekankan nilai-nilai untuk bekerja dalam cara-cara yang adaptif dan terus berkembang
e. Sustainability
Pengembangan kapasitas komunitas itu sendiri memiliki sifat-sifat yang sustainable, karena kelompok-kelompok atau organisasi dalam komunitas mempelajari dan mengembangkan suatu kemampuan serta menghimpun sumber daya untuk mempertahankan inisiatif yang dimiliki komunitas.
Walaupun pendekatan pengembangan kapasitas masyarakat telah ada sejak lama, perkembangan dari metode dan alat untuk mengukur dan menilai kapasitas komunitas selalu tertinggal. Hal ini terjadi sebagian besar karena sifat kompleksitas dan dinamika dari kapasitas komunitas itu sendiri.
Faktor-faktor beragam yang berkontribusi terhadap kapasitas komunitas tidaklah mudah untuk diukur karena terdapat pertentangan antara pendekatan-pendekatan yang berfokus pada penilaian kuantitatif dari tingkatan kapasitas dengan pendekatan yang bermaksud untuk mengukur kompleksitas dari hubungan yang terjadi di dalam komunitas.
Pendekatan pertama mungkin kurang intensif dalam hal sumber daya, informasi tentang validitas dan reliabilitas dari pendekatan tersebut sangat terbatas. Sementara itu pendekatan yang melihat kompleksitas dari jejaring komunitas mungkin memberikan informasi yang sangat banyak akan tetapi mereka memerlukan sumber daya yang lumayan besar dan sangat bergantung pada pandangan dan pendapat partisipan.
Setelah melihat perkembangan dari pendekatan pengembangan kapasitas masyarakat di atas, kemudian muncul sebuah metode baru yang digunakan untuk mengukur pengembangan kapasitas masyarakat yang dinamakan dengan Indeks Kapasitas Komunitas (IKK). Metode ini diperkenalkan oleh Robert Bush, Jo Dower dan Allyson Mutch dari Universitas Queensland (2002) untuk menilai pengembangan kapasitas masyarakat dalam masalah kesehatan publik.
Walaupun pada awalnya digunakan dalam konteks yang berbeda, akan tetapi konsep Indeks Kapasitas Komunitas ini relevansinya sangat besar dengan praktek Community Development secara umum. Indeks Kapasitas Komunitas dikembangkan sebagai sebuah pendekatan yang dapat menyeimbangkan persepsi dengan kapabilitas yang sebenarnya dan dapat diaplikasikan tanpa mengeluarkan sumber daya yang berlebihan.
Indeks Kapasitas Komunitas didesain untuk membantu mengidentifikasi bobot dari kapasitas yang ada dalam jejaring dari komunitas dan kelompok pada tingkatan lokal. Indeks ini juga dapat diaplikasikan pada beberapa jejaring kelompok dan organisasi yang
bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, walaupun dengan wilayah geografis yang berbeda.
Indeks Kapasitas Komunitas (IKK) juga dapat digunakan untuk tujuan-tujuan lain, beberapa diantaranya adalah:
• Untuk menentukan indikator-indikator dasar dari kapasitas komunitas, untuk memperkenalkan sebuah program dan kemudian menentukan perkembangan yang didapat dari indikator dasar ini;
• Untuk perencanaan strategis, yaitu membantu mengidentifikasi sumber daya yang dimiliki oleh suatu komunitas dalam melaksanakan sebuah program;
• Untuk mengidentifikasi kapasitas dari sebuah jejaring komunitas yang bekerja sama dengan organisasi lain dalam melaksanakan sebuah program;
• Untuk mengevaluasi kapasitas dari sebuah komunitas untuk mempertahankan pengaruh dari sebuah program dari waktu ke waktu; dan
• Untuk pemetaan dan perencanaan pengembangan kapasitas, yaitu menentukan kapasitas apa yang telah dicapai komunitas dari waktu ke waktu dan untuk merencanakan pengembangan kapasitas selanjutnya.
2.2.1 Komponen Indeks Kapasitas Komunitas
Komponen Indeks Kapasitas Komunitas berdasarkan Manual Indeks Kapasitas Komunitas (IKK) yang diperkenalkan oleh Robert Bush, Jo Dower dan Allyson Mutch dari Universitas Queensland (2002), yang digunakan untuk mengukur pengembangan kapasitas masyarakat yaitu :
a. Domain Kapasitas
Domain kapasitas adalah sebuah wilayah pengaruh yang signifikan pada proses kapasitas komunitas, dimana domain tersebut memberikan sebuah ukuran sampai dimana komunitas mampu untuk mencapai tindakan kolektif (Jones, 2002).
Pengembangan kapasitas masyarakat dalam penelitian ini dinilai dalam 4 (empat) domain penilaian, yang masing-masingnya memiliki tingkatan kapasitas dan indikator-indikator yang akan dijelaskan nanti. Bush et.al (2002) mendeskripsikan keempat domain tersebut sebagai berikut:
• Kemitraan dalam jejaring komunitas
Maksudnya adalah hubungan yang terjadi antar individu atau kelompok di dalam komunitas atau jejaring komunitas. Diasumsikan bahwa tinggi rendahnya kualitas kemitraan dalam jejaring komunitas didasarkan pada hubungan investasi timbal balik dan pertukaran yang terjadi antara anggota. Jika anggota mengetahui keuntungan bersama dengan bergabung dengan kemitraan, maka akan meningkatkan tingkat keberlangsungan dari jejaring komunitas yang dapat memaksimalkan kapasitas untuk keterlibatan dalam program.
• Transfer pengetahuan
Transfer pengetahuan adalah pengembangan, penggunaan dan pertukaran informasi antara anggota atau kelompok di dalam komunitas atau jejaring komunitas. Biasanya pengembangan pengetahuan diwujudkan melalui penggunaan pengetahuan yang berasal dari hasil penelitian (dari luar) dan pengetahuan berbasis lokal.
Pertukaran pengetahuan terjadi dengan memanfaatkan kemitraan dalam jejaring komunitas, dan penggunaan pangetahuan bergantung pada penggunaan strategi yang digunakan oleh seluruh jaringan atau beberapa individu yang memiliki akses kepada seluruh anggota komunitas atau jejaring komunitas.
• Kemampuan memecahkan masalah (problem solving)
Pada domain penilaian ini, kemampuan memecahkan masalah diartikan sebagai kemampuan dari anggota atau kelompok di dalam komunitas atau
jejaring komunitas dan atau kemampuan dari jejaring komunitas atau komunitas itu sendiri dalam menggunakan metode tertentu untuk mengidentifikasi dan memecahkan suatu masalah yang muncul pada saat pengembangan atau saat implementasi program/kegiatan.
• Infrastruktur
Khusus untuk Domain penilaian ini dibagi lagi menjadi 4 sub domain, dibandingkan 3 domain lainnya yang hanya dinilai dari tingkat kapasitasnya. Alasannya karena khusus domain infrastruktur berkaitan erat dengan faktor Sustainability/keberlangsungan, dimana 4 sub domain infrastruktur merupakan tolak ukur langsung dari Sustainability.
Infrastruktur merujuk pada tingkatan investasi pada jejaring komunitas oleh individu-individu atau kelompok yang membentuk jejaring komunitas itu sendiri. Investasi yang dimaksud seperti investasi dalam peraturan dan kebijakan, investasi dalam modal sosial, investasi dalam modal manusia (human capital) dan investasi dalam modal finansial.
b. Tingkatan Kapasitas
Tingkatan kapasitas disini dipergunakan untuk mengukur bobot dari masing domain kapasitas, 3 (tiga) dari empat domain penilaian diberi masing-masingnya 3 tingkatan bobot kapasitas, sedangkan untuk Domain infrastruktur diberikan 4 sub domain. Kapasitas tingkat 1 merefleksikan bobot kapasitas yang rendah, dan kapasitas tingkat 2 dan tingkat 3 berturut-turut merefeksikan bobot sedang dan tinggi.
Adanya aktivitas dan kemampuan tertentu oleh komunitas akan menunjukkan tingkatan kapasitas yang telah dicapai. Semakin terakumulasi aktivitas dan kemampuan komunitas tersebut, akan semakin meningkat pula tingkatan kapasitas yang dicapai.
Tingkatan kapasitas bagi tiap-tiap domain akan menghasilkan suatu diskusi tentang bagaimana kemajuan dan peningkatan dapat dicapai. Akan tetapi, perlu dicatat bahwa dapat saja terjadi suatu keadaan dimana suatu komunitas mungkin saja tidak memiliki seluruh elemen/indikator dari satu tingkatan tapi memiliki satu elemen/indikator yang berasal dari satu tingkatan yang lebih tinggi.
c. Indikator Kapasitas
Dalam penggunaan indeks kapasitas komunitas ini, dipilih indikator-indikator yang berkaitan dengan skenario atau situasi yang menunjukkan keberadaan pengembangan kapasitas dalam komunitas ini.
Salah satu hal yang penting dalam analisis ini, adalah proses analisis di lapangan. Analisis dilakukan dengan menggunakan pendekatan Ilustrative methods dan penggunaan indikator untuk menilai kapasitas masyarakat, dengan beberapa proses pekerjaan:
• Sebelum survey dilakukan, dipilih indikator-indikator yang berkaitan dengan Domain Penilaian yang ada dalam Indeks Kapasitas Komunitas. Indikator-indikator tersebut kemudian diberi bobot, yaitu tidak sama sekali/hampir tidak ada, sedikit, cukup, dan hampir seluruhnya.
• Bobot dari indikator tersebut diukur dengan mempertimbangkan terlebih dahulu kemungkinan jawaban dari responden, dan menggolongkan jawaban-jawaban tersebut dengan bobot yang telah dibuat sebelumnya. Untuk menentukan bobot dari kapasitas tersebut diperhatikan jawaban-jawaban responden yang paling sering muncul, sehingga didapat generalisasi dari pembobotan indikator kapasitas tersebut.
• Dari pembobobotan pertama ini diperoleh pemetaan dari kapasitas anggota • Setelah seluruh kapasitas dipetakan, dilakukan pembobotan kedua melalui
agregasi dari pemetaan kapasitas yang telah dilakukan sebelumnya. Untuk menentukan agregatnya (pembobotan kedua) juga melalui proses serupa dengan pembobotan pertama, akan tetapi juga memperhatikan indikator mana yang
paling berpengaruh dalam tingkatan kapasitas tersebut. Indikator yang berpengaruh adalah indikator yang cukup mewakili seluruh indikator yang terdapat dalam satu tingkatan kapasitas tersebut, sehingga jika indikator ini sudah dicapai maka dapat dikatakan satu tingkatan kapasitas tersebut hampir terpenuhi seluruhnya.
• Penentuan skor bobot untuk indikator dan agregat pada masing-masing domain penilaian dapat dilihat pada lampiran.
lndikator untuk masing-masing domain adalah:
a. Kemitraan Dalam Jejaring
• Keberadaan dan fungsionalitas dari peran kepemimpinan di dalam Jejaring Komunitas
• Kemampuan untuk merumuskan tujuan dan bertindak kolektif bersama anggota komunitas lainnya
• Kemampuan mengidentifikasi dan mengerahkan organisasi & sumber daya (manusia maupun material) untuk melaksanakan sebuah program.
b. Transfer Pengetahuan
• Kemampuan untuk mengembangkan program yang memenuhi kebutuhan lokal komunitas.
• Kemampuan untuk mentransfer informasi / pengetahuan tersebut untuk anggota lain
• Kemampuan untuk menyatukan program tersebut ke dalam agenda utama milik kelompok
c. Problem Solving
• Kemampuan untuk mengidentifikasi aktor-aktor kunci yang berpengaruh untuk penyelesaian masalah
• Kemampuan untuk bermufakat dan bernegosiasi dalam penyelesaian masalah dengan proses yang baik
• Kemampuan untuk mengidentifikasi permasalahan diikuti dengan cara penyelesaian yang benar
d. Infrastruktur
• Kemampuan untuk menyusun kebijakan yang berkaitan dengan program • Kemampuan untuk menghimpun modal material/finansial untuk
pelaksanaan program
• Kemampuan untuk menghimpun dan mengembangkan investasi terhadap sumber daya manusia
• Kemampuan untuk mengembangkan modal sosial
2.2.2 Keberlanjutan / Sustainability
Pendekatan penilaian kapasitas masyarakat juga memiliki hubungan dengan sustainability. Keberlanjutan pelaksanaan program oleh masyarakat berhubungan dengan kemampuan-kemampuan dan kualifikasi yang dimiliki oleh jejaring komunitas atau komunitas itu sendiri untuk bertahan melanjutkan program yang ada.
Sebuah komunitas atau jejaring komunitas yang sustainable memiliki beberapa kualifikasi tertentu yang membuat mereka dapat bertahan dan terus berjalan dengan cara-cara tertentu. Nantinya kemampuan tersebut akan memudahkan sebuah program baru diimplementasikan kepada kelompok lokal dan bahkan dapat diimplementasi ulang kembali atau diubah sewaktu-waktu tergantung situasi dan kondisi yang ada. Fleksibilitas dan ketahanan ini adalah sebuah kualifikasi dan kemampuan yang penting bagi sebuah komunitas atau jejaring komunitas yang sustainable.
Dalam konteks penggunaan Indeks Kapasitas Komunitas, Sustainability tercapai apabila (Bush et.al, 2002) :
1. Jejaring internal komunitas atau kelompok mampu mempertahankan sebuah program sepanjang waktu dengan memanfaatkan jejaring yang telah terbentuk dan kemampuan pemecahan masalah dengan proses yang baik (Durability/Daya Tahan)
2. Jejaring internal komunitas atau kelompok memiliki investasi yang cukup secara finansial, sumber daya manusia, dan modal sosial untuk melanjutkan sebuah program dengan menggunakan sumberdayanya sendiri (Investasi dan Kemandirian)
3. Jika diperlukan jejaring internal komunitas atau kelompok memiliki fleksibilitas untuk mengubah suatu program atau apapun yang diperlukan untuk mempertahankan sebuah program (Fleksibilitas dan Keterbukaan terhadap Perubahan)
4. Investasi dalam kelompok meningkatkan kemampuan dari jejaring internal komunitas atau kelompok untuk mengambil program lain dengan memanfaatkan jejaring yang telah terbentuk, transfer informasi/pengetahuan dan kemampuan pemecahan masalah dengan proses yang baik (generalisasi dari kapasitas)
Perlu diingat bahwa Domain Infrastruktur disusun untuk mempertimbangkan kadar keberlangsungan. Domain ini secara spesifik memberikan indikator-indikator dari tingkatan investasi di dalam jejaring yang diberikan oleh kelompok.
Seperti yang disebutkan diatas, sustainability dan kapasitas masyarakat memiliki hubungan yang progresif. Domain penilaian dalam indeks kapasitas komunitas masing-masing mewakili beberapa kemampuan dari komunitas untuk menunjang keberlangsungan komunitas dalam pelaksanaan program.
Apabila masing-masing tingkat penilaian kapasitas dalam domain telah terpenuhi, maka masing-masing domain tersebut menghasilkan output berupa kapasitas maupun faktor-faktor yang mendukung sustainability komunitas dalam pelaksanaan program. Dari output ini bisa disimpulkan pencapaian sustainability dari komunitas menurut 4 faktor yang telah dijelaskan dalam paragraf sebelumnya dan dapat dilihat pada gambar 2.1 dan gambar 2.2.
Bentuk Indeks Kapasitas Komunitas berdasarkan Manual Indeks Kapasitas Komunitas (IKK) untuk menilai pengembangan kapasitas masyarakat dalam masalah kesehatan publik yang diperkenalkan oleh Robert Bush, Jo Dower dan Allyson Mutch dari Universitas Queensland (2002), disajikan dalam Tabel II-1, Tabel II-2, Tabel II-3 dan Tabel II-4.
Sedangkan bentuk Indeks Kapasitas Komunitas dalam Tabel II-5, Tabel II-6, Tabel II-7 dan Tabel II-8 merupakan adaptasi secara subyektif untuk kasus di Indonesia dalam program pengelolaan irigasi yang akan digunakan dalam penelitian ini.
Gambar 2.1
Diagram Struktur Pengembangan Kapasitas Masyarakat Domain 1
Kemitraan dalam Jejaring Komunitas Domain 2 Transfer Pengetahuan Domain 3 Problem Solving Domain 4 Infrastruktur
Tingkatan Kapasitas Sub Domain Kapasitas
Kapasitas Tingkat 1
Jejaring memiliki kapasitas untuk mengidentifikasi organisasi atau kelompok yang memiliki sumber daya untuk melaksanakan/mempertahankan
suatu program
Kapasitas Tingkat I
Jejaring memiliki kapasitas untuk mengembangkan sebuah program yang memenuhi kebutuhan lokal
Kapasitas Tingkat 1
Jejaring memiliki kapasitas untuk bekerja bersama-sama untuk memecahkan sebuah
persoalan
Investasi Dalam Kebijakan
Jejaring memiliki kapasitas untuk menyusun kebijakan yang berkaitan
dengan program
Investasi Finansial
Jejaring memiliki kapasitas untuk menghimpun modal finansial
Kapasitas Tingkat 2
Jejaring memiliki kapasitas untuk melaksanakan sebuah program
Kapasitas Tingkat 2
Jejaring memiliki kapasitas untuk mentransfer pengetahuan untuk mencapai hasil yang diharapkan/
mengimplementasikan suatu program dalam jejaring
Kapasitas Tingkat 2
Terdapat kapasitas untuk mengidentifikasi dan mengatasi masalah yang muncul dalam usaha untuk
mencapai hasil yang diinginkan
Investasi Intelektual
Jejaring memiliki kapasitas untuk menghimpun dan mengembangkan investasi terhadap manusia / modal
intelektual
Kapasitas Tingkat 3
Sudah terdapat sebuah Jejaring yang mampu mempertahankan dan memberikan sumber daya untuk sebuah
program
Kapasitas Tingkat 3
Jejaring memiliki kapasitas untuk mengintegrasikan sebuah program kedalam kerangka utama praktek dan kemitraan
dalam komunitas
Kapasitas Tingkat 2
Terdapat kapasitas untuk mempertahankan proses problem solving yang fleksibel
Investasi Sosial
Jejaring memiliki kapasitas untuk mengembangkan modal sosial
Sustainability Meningkat
Sumber Community Capacity Index Manual, University of Queensland 2002 K a p a s i t a s M e n i n g k a t
Gambar 2.2
Alur Pencapaian Sustainability
Faktor
Sumber Community Capacity Index Manual, University of Queensland 2002
Kemitraan dalam Jejaring Domain Penilaian Transfer Pengetahuan Problem Solving Infrastruktur Jejaring Komunitas yang established Output Kemampuan untuk mengubah/ mengadopsi program baru Kemampuan dalam penyelesaian masalah dan fleksibilitas terhadap perubahan Tingkat Investasi
Daya Tahan Komunitas
Fleksibilitas Komunitas Tingkat Investasi
yang Cukup Investasi kelompok yang meningkatkan kapasitas
dari anggota
Sustainability Komunitas dalam pelaksanaan program
Tabel II -1
Domain Kemitraan dalam Jejaring KEMITRAAN DALAM JEJARING
No. Tidak Sama
Sekali/Hampir Tidak ada Sedikit Cukup Hampir Seluruhnya/ Seluruhnya Kapasitas Tingkat Pertama
1 Terdapat cadangan pemimpin-pemimpin potensial di dalam Jejaring dan memberi perhatian terhadap kondisi komunitas
2 Para anggota di dalam Jejaring mampu mengidentifikasi hasil yang ingin dicapai oleh Jejaring itu sendiri
3 Para anggota dari Jejaring mampu mengidentifikasi Sumber Daya yang dibutuhkan untuk mencapai hasil yang diinginkan / mengimplementasi sebuah program 4 Para anggota dari Jejaring mampu mengidentifikasi individu, kelompok atau
organisasi di dalam Jejaring yang memiliki sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai hasil yang diinginkan / mengimplementasi sebuah program
5 Para anggota dari Jejaring mampu mengidentifikasi individu, kelompok atau organisasi di luar Jejaring yang memiliki sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai hasil yang diinginkan / mengimplementasi sebuah program
Agregat dari Tingkat Pertama
Jejaring memiliki kapasitas untuk mengidentifikasi organisasi atau kelompok dengan Sumber Daya yang diperlukan untuk mengimplementasi / mempertahankan sebuah program
Kapasitas Tingkat Kedua
6 Sudah ada anggota komunitas yang mengambil peran pemimpin yang jelas dalam aktivitas-aktivitas komunitas
7 Para anggota dari Jejaring dapat menyebutkan keuntungan untuk mereka sewaktu melibatkan diri sendiri ke dalam Jejaring
8 Para anggota dari Jejaring dapat menyebutkan apa saja keuntungan yang akan didapat oleh anggota lain jika melibatkan diri ke dalam jejaring
9 Terdapat bukti yang nyata bahwa suatu sumber daya telah dialokasikan untuk sebuah program oleh anggota jejaring sendiri
Agregat dari Tingkat Kedua
Jejaring memiliki kapasitas untuk melaksanakan sebuah Program. Kapasitas Tingkat Ketiga
10 Pemimpin komunitas yang ada memiliki pengalaman, keahlian dan pengetahuan dalam usaha-usaha pembangunan kapasitas
11 Terdapat bukti yang nyata mengenai suatu investasi program yang diberikan oleh organisasi atau kelompok di luar organisasi atau kelompok yang mensponsori program pertama kali
12 Terdapat bukti yang nyata bahwa sebuah program sekarang sudah "dimiliki" oleh partisipan dari jejaring
13 Terdapat bukti yang nyata bahwa sebuah program memang sedang dijalankan dan dipertahankan oleh jejaring dengan menggunakan sumber dayanya sendiri Agregat dari Tingkat Ketiga
Sudah terdapat sebuah Jejaring yang sustainable untuk mempertahankan dan menyediakan sumber daya untuk sebuah program
Tabel II-2
Domain Transfer Pengetahuan TRANSFER PENGETAHUAN
No. Tidak Sama
Sekali/Hampir Tidak ada Sedikit Cukup Hampir Seluruhnya/ Seluruhnya Kapasitas Tingkat Pertama
1 Para anggota dari Jejaring telah mengidentifikasi informasi apa saja yang akan ditransfer kepada anggota lain di dalam Jejaring.
2
Para anggota dari Jejaring telah mengidentifikasi informasi apa saja yang berasal dari luar Jejaring yang akan ditransfer kepada mereka
3 Para anggota dari Jejaring telah membahas dan mengubah
kegiatan/program/inisiatif untuk disesuaikan dengan kebutuhan lokal (kebutuhan kelompok)
4
Para anggota dari Jejaring telah membahas dan mengubah
kegiatan/program/inisiatif untuk disesuaikan dengan kebutuhan Jejaring Agregat dari Tingkat Pertama
Jejaring mamiliki kapasitas untuk mengembangkan sebuah program yang dapat memenuhi Kebutuhan Lokal.
Kapasitas Tingkat Kedua
5 Para anggota dari Jejaring telah melakukan kegiatan-kegiatan transfer informasi/pengetahuan
6 Para anggota dari Jejaring telah membahas dan mengubah kegiatan / program / inisiatif sehingga kegiatan/program/inisiatif tersebut merefleksikan praktek terkini yang baik
7
Para anggota dari jejaring telah membuat susunan struktural untuk memudahkan transfer informasi/pengetahuan
Agregat dari Tingkat Kedua
Jejaring memiliki kapasitas untuk mentransfer inforrnasi/pengetahuan guna mencapai hasil yang diinginkan / mengimplementasikan sebuah program di dalam sebuah Jejaring. Kapasitas Tingkat Ketiga
8 Para anggota dari jejaring memiliki mekanisme untuk memperoleh feedback mengenai perkembangan untuk mencapai hasil yang diinginkan/ mengimplementasikan sebuah program
9 Para anggota dari jejaring mampu menyatukan sebuah program ke dalam kerangka kerja utama dari organisasi atau kelompok di dalam jejaring Agregat dari Tingkat Ketiga
Jejaring memiliki kapasitas untuk mengintegrasikan sebuah program ke dalam kerangka utama, praktek dari kemitraan dalam komunitas
Tabel II-3 Domain Problem Solving
PROBLEM SOLVING
No. Tidak Sama
Sekali/Hampir Tidak ada Sedikit Cukup Hampir Seluruhnya/ Seluruhnya
Kapasitas Tingkat Pertama
1 Para anggota dari jejaring mampu mengidentifikasi aktor-aktor
kunci di dalam jejaring untuk menyelesaikan masalah yang ditemui saat berusaha mencapai hasil yang diinginkan
2 Para anggota dari jejaring mampu mengidentifikasi aktor-aktor
kunci di luar jejaring untuk menyelesaikan masalah yang ditemui saat berusaha mencapai hasil yang diinginkan
3 Terdapat bukti nyata bahwa para anggota dari jejaring mengakui
pengaruh dari aktor-aktor kunci tersebut di dalam jejaring
4 Para anggota dari jejaring mampu mencapai persetujuan
bersama-sama untuk menyelesaikan masalah yang timbul Agregat dari Tingkat Pertama
Terdapat kapasitas untuk menyelesaikan masalah secara bersama di dalam jejaring
Kapasitas Tingkat Kedua
5 Para anggota dari jejaring mampu mencapai persetujuan
dengan yang lain di luar jejaring untuk menyelesaikan masalah yang timbul
6 Terdapat bukti yang nyata bahwa para anggota jejaring mengakui
pengaruh dari orang-orang di dalam maupun di luar jejaring
7 Para anggota dari jejaring telah mampu mengadopsi sebuah proses
pemecahan masalah yang diketahui secara umum
8 Para anggota dari jejaring telah beranjak dari tahap
pengidentifikasian masalah ke tahap implementasi aktivitas yang didesain untuk penyelesaian masalah di daiam jejaring Agregat dari Tingkat Kedua
Terdapat kapasitas untuk mengidentifikasi dan mengatasi masalah yang muncul dalam usaha untuk mencapai hasil yang diinginkan
Kapasitas Tingkat Ketiga
9 Terdapat demontrasi dari pemecahan masalah yang terjadi antar
kemitraan dalam jejaring
10 Terdapat bukti dari fleksibilitas dalam pemecahan masalah di
keseluruhan jejaring Agregat dari Tingkat Ketiga
Terdapat kapasitas untuk mempertahankan proses problem
Tabel II-4 Domain Infrastruktur
INFRASTRUKTUR
No. Tidak Sama
Sekali/Hampir Tidak ada Sedikit Cukup Hampir Seluruhnya/ Seluruhnya Kapasitas Tingkat Pertama
Investasl Kebijakan
1 Para anggota dari Jejaring menginvestasikan sumber daya mereka sendiri untuk mengembangkan perencanaan dan kebijakan yang berhubungan dengan program yang sesuai untuk Jejaring
2 Para anggota dari Jejaring mampu mengidentifikasi keuntungan-keuntungan dari investasi mereka terhadap pengembangan kebijakan yang berkaitan dengan program
Agregat dari Investasi Kebijakan
Jejaring memiliki kapasitas untuk menyusun kebijakan yang berkaitan dengan program
Investasi Finansial
3 Para anggota dari Jejaring menginvestasikan sumber daya sehingga Jejaring dapat menentukan biaya dan keuntungan dari partisipasi di dalam Jejaring
4 Para anggota dari Jejaring menginvestasikan sumber daya finansial ke dalam Jejaring untuk mempertahankan pendekatan kemitraan terhadap implementasi program
Agregat dart Investasl Finansial
Jejaring memiliki kapasrtas untuk menghimpun modal finansial Investasi Intelektual
5 Para anggota dari Jejaring bersama-sama berinvestasi untuk membantu calon pemimpin memperoleh keahlian dan pengalaman yang dibutuhkan 6 Para anggota dari Jejaring berinvestasi bersama dalam pendidikan dan
pelatihan untuk memfasilitasi pencapaian tujuan bersama Jejaring 7 Para anggota dari jejaring mampu mengidentifikasi keuntungan dalam
berinvestasi untuk pendidikan dan pelatihan Agregat dari Investasi Intelektual
Jejaring memiliki kapasitas untuk menghimpun dan
mengembangkan investasi terhadap manusia / modal Intelektual Investasi Sosial
8 Para anggota dari jejaring berinvestasi dalam mengembangkan dan mempertahankan hubungan sosial antara anggota di dalam jejaring 9 Terdapat bukti mengenai reaksi yang cepat tanggap terhadap masalah
yang dihadapi anggota lain di dalam jejaring Agregat dari Investasi Sosial
Jejaring memiliki kapasitas untuk mengembangkan modal sosial
Tabel II -5
Domain Kemitraan dalam Jejaring KEMITRAAN DALAM JEJARING
No. Tidak Sama
Sekali/Hampir Tidak ada Sedikit Cukup Hampir Seluruhnya/ Seluruhnya Kapasitas Tingkat Pertama
1 Terdapat calon-calon pemimpin potensial di dalam komunitas petani yang memberi perhatian terhadap kondisi irigasi
2 Para anggota di dalam komunitas petani mampu mengidentifikasi hasil yang ingin dicapai oleh komunitas itu sendiri
3 Para anggota dari komunitas petani mampu menyebutkan sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai hasil yang ingin dicapai
4 Para anggota dari komunitas petani mampu mengidentifikasi kelompok atau organisasi di dalam jejaring komunitas yang memiliki sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai hasil yang diinginkan
5 Para anggota dari komunitas petani mampu mengidentifikasi kelompok atau organisasi di luar jejaring komunitas yang memiliki sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai hasil yang diinginkan
Agregat dari Tingkat Pertama
Komunitas memiliki kapasitas untuk mengidentifikasi organisasi atau kelompok dengan sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan / mempertahankan sebuah program pengelolaan irigasi
Kapasitas Tingkat Kedua
6 Sudah ada anggota komunitas yang mengambil peran pemimpin yang jelas dalam aktivitas pengelolaan irigasi
7 Para anggota dari komunitas petani dapat menyebutkan keuntungan untuk mereka sewaktu melibatkan diri sendiri ke dalam komunitas
8 Para anggota dari komunitas petani dapat menyebutkan apa saja keuntungan yang akan didapat oleh anggota lain jika melibatkan diri ke dalam komunitas 9 Terdapat bukti yang nyata bahwa suatu sumber daya telah dialokasikan untuk
sebuah program pengelolaan irigasi oleh anggota komunitas petani sendiri Agregat dari Tingkat Kedua
Komunitas petani memiliki kapasitas untuk melaksanakan sebuah program. Kapasitas Tingkat Ketiga
10 Pemimpin komunitas petani yang ada memiliki pengalaman, keahlian dan pengetahuan dalam usaha-usaha pembangunan kapasitas
11 Terdapat bukti yang nyata mengenai suatu investasi program yang diberikan oleh organisasi atau kelompok di luar organisasi atau kelompok yang mensponsori program pertama kali
12 Terdapat bukti yang nyata bahwa sebuah program sekarang sudah "dimiliki" oleh partisipan dari komunitas
Agregat dari Tingkat Ketiga
Sudah terdapat sebuah komunitas yang sustainable untuk mempertahankan dan menyediakan sumber daya untuk sebuah program pengelolaan irigasi
Tabel II-6
Domain Transfer Pengetahuan TRANSFER PENGETAHUAN
No.` Tidak Sama
Sekali/Hampir Tidak ada Sedikit Cukup Hampir Seluruhnya/ Seluruhnya Kapasitas Tingkat Pertama
1 Para anggota dari komunitas telah mengidentifikasi informasi apa saja yang akan ditransfer kepada anggota lain dalam pemeliharaan jaringan irigasi.
2 Para anggota dari komunitas petani telah mengidentifikasi informasi apa saja yang berasal dari luar komunitas yang akan ditransfer kepada mereka dalam hal pengelolaan pertanian
3 Para anggota dari komunitas telah membahas dan mengubah kegiatan operasi jaringan irigasi untuk disesuaikan dengan kebutuhan lokal 4 Para anggota dari komunitas telah membahas dan mengubah kegiatan
operasi jaringan irigasi untuk disesuaikan dengan kebutuhan komunitas Agregat dari Tingkat Pertama
Komunitas memiliki kapasitas untuk mengembangkan sebuah program pengelolaan irigasi yang dapat memenuhi kebutuhan lokal. Kapasitas Tingkat Kedua
5 Para anggota dari komunitas petani telah melakukan kegiatan-kegiatan transfer informasi/pengetahuan mengenai irigasi
6 Para anggota dari komunitas telah membuat susunan struktural untuk memudahkan transfer informasi/pengetahuan
Agregat dari Tingkat Kedua
Komunitas memiliki kapasitas untuk mentransfer inforrnasi/pengetahuan guna mencapai hasil yang diinginkan / mengimplementasikan sebuah program di dalam sebuah komunitas. Kapasitas Tingkat Ketiga
7 Para anggota dari komunitas mampu menyatukan sebuah program ke dalam kerangka kerja utama dari organisasi atau kelompok di dalam komunitas petani
Agregat dari Tingkat Ketiga
Komunitas memiliki kapasitas untuk mengintegrasikan sebuah program ke dalam kerangka utama, praktek dari kemitraan dalam komunitas petani
Tabel II-7 Domain Problem Solving
PROBLEM SOLVING
No. Tidak Sama
Sekali/Hampir Tidak ada Sedikit Cukup Hampir Seluruhnya/ Seluruhnya
Kapasitas Tingkat Pertama 1
Para anggota dari komunitas petani mampu mengidentifikasi aktor -aktor kunci di dalam komunitas untuk menyelesaikan
permasalahan yang ditemui dalam pengelolaan irigasi 2
Para anggota dari komunitas petani mampu mengidentifikasi aktor-aktor kunci di luar komunitas untuk menyelesaikan permasalahan yang ditemui dalam pengelolaan irigasi
3 Para anggota dari komunitas mampu mencapai persetujuan
bersama untuk menyelesaikan masalah yang timbul Agregat dari Tingkat Pertama
Terdapat kapasitas untuk menyelesaikan masalah secara bersama di dalam komunitas petani
Kapasitas Tingkat Kedua
4 Para anggota dari komunitas petani mampu mencapai persetujuan
dengan yang lain di luar komunitas untuk menyelesaikan masalah yang muncul dalam pengelolaan irigasi
5 Para anggota dari komunitas telah mampu mengadopsi sebuah
proses pemecahan masalah yang diketahui secara umum
6 Para anggota dari komunitas telah beranjak dari tahap
pengidentifikasian masalah ke tahap implementasi aktivitas untuk penyelesaian masalah di dalam komunitas petani
Agregat dari Tingkat Kedua
Terdapat kapasitas untuk mengidentifikasi dan mengatasi masalah yang muncul dalam usaha untuk mencapai hasil yang diinginkan
Kapasitas Tingkat Ketiga
7 Terdapat demontrasi dari pemecahan masalah yang terjadi antar
kemitraan dalam komunitas petani
8 Terdapat bukti dari fleksibilitas dalam pemecahan masalah di
keseluruhan komunitas petani Agregat dari Tingkat Ketiga
Terdapat kapasitas untuk mempertahankan proses problem
Tabel II-8 Domain Infrastruktur INFRASTRUKTUR No. Tidak Sama Sekali/Hampir Tidak ada Sedikit Cukup Hampir Seluruhnya/ Seluruhnya
Kapasitas Tingkat Pertama
Investasl Kebijakan 1
Para anggota dari komunitas petani menginvestasikan sumber daya mereka sendiri untuk mengembangkan perencanaan dan kebijakan yang berhubungan dengan program yang sesuai untuk komunitas.
2
Para anggota dari komunitas mampu mengidentifikasi keuntungan-keuntungan dari investasi mereka terhadap pengembangan kebijakan yang berkaitan dengan program pengelolaan irigasi
Agregat dari Investasi Kebijakan
Komunitas memiliki kapasitas untuk menyusun kebijakan yang berkaitan dengan program pengeloaan irigasi
Investasi Finansial 3
Para anggota dari komunitas menginvestasikan sumber daya sehingga komunitas dapat menentukan biaya dan keuntungan dari partisipasi di dalam komunitas petani
4
Para anggota dari komunitas menginvestasikan sumber daya finansial ke dalam komunitas petani untuk mempertahankan pendekatan kemitraan terhadap implementasi program pengelolaan irigasi
Agregat dart Investasl Finansial
Komunitas petani memiliki kapasitas untuk menghimpun modal finansial
Investasi Intelektual
5 Para anggota dari komunitas bersama-sama berinvestasi untuk membantu
calon pemimpin memperoleh keahlian dan pengalaman yang dibutuhkan
6 Para anggota dari komunitas petani berinvestasi bersama dalam pendidikan dan pelatihan untuk memfasilitasi pencapaian tujuan bersama komunitas 7 Para anggota dari komunitas mampu mengidentifikasi keuntungan dalam berinvestasi untuk pendidikan dan pelatihan Agregat dari Investasi Intelektual
Komunitas memiliki kapasitas untuk menghimpun dan mengembangkan investasi terhadap manusia / modal Intelektual
Investasi Sosial
8 Para anggota dari komunitas petani berinvestasi dalam mengembangkan
dan mempertahankan hubungan sosial antara anggota di dalam komunitas
9 Terdapat bukti mengenai reaksi yang cepat tanggap terhadap masalah
yang dihadapi anggota lain di dalam komunitas petani
Agregat dari Investasi Sosial
2.3. Komunitas Pemakai Air Irigasi
Pengelolaan irigasi bukanlah sebuah tugas yang dapat ditangani oleh pemerintah sendiri seperti menjaga setiap pintu, membersihkan setiap saluran dan menyelesaikan setiap konflik yang timbul dimana-mana dalam semua jaringan irigasi. Petani dapat berperan secara efektif dalam pengelolaan jaringan irigasi yang terhimpun dalam organisasi sehingga kebutuhan yang sama dan keinginan yang berbeda dapat ditangani.
Beberapa organisasi petani di indonesia :
a. Subak yaitu organisasi kemasyarakatan yang khusus mengatur sistem pengairan sawah yang digunakan dalam cocok tanam padi di Bali. Subak merupakan perkumpulan petani pemakai air, mengatur dirinya sendiri didalam pembangunan dan pengelolaan irigasi dan pertanian diwilayahnya secara otonom dan demokrasi.
b. Mitra Cai adalah organisasi petani di Jawa Barat yang masih mengikuti aturan-aturan kejanggolan. Janggol merupakan pelaksana tunggal dan independen yang tugas utamanya adalah mengatur pembagian air, pemeliharaan dan perbaikan, pengerahan massa dan memungut iuran (Ambler, 1992:160). Dari dana yang terkumpul janggol mendapat imbalan jasa yang memadai.
c. Siring adalah organsasi petani pengelola air di Sumatera Selatan. Untuk mengatur air dan memelihara siring petani menunjuk mantri siring. Mantri siring ini mempunyai masa jabatan 1 tahun yang dipilih secara musyawarah yang dilakukan pada waktu akan mengelola tanah.
d. Perkumpulan Petani Pemakai Air yang selanjutnya disingkat P3A adalah istilah umum untuk kelembagaan pengelolaan irigasi yang menjadi wadah petani pemakai air dalam suatu daerah pelayanan irigasi pada tingkat tersier yang dibentuk oleh petani sendiri secara demokratis, termasuk kelembagaan lokal pengelola air irigasi. P3A merupakan organisasi petani modern menurut
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor : 50 Tahun 2001 Tentang Pedoman Pemberdayaan Perkumpulan Petani Pemakai Air Pasal 1 ayat 4.
e. Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air yang selanjutnya disingkat GP3A adalah istilah umum untuk wadah kelembagaan dari sejumlah P3A yang memanfaatkan fasilitas irigasi, yang bersepakat bekerjasama dalam pengelolaan pada sebagian daerah irigasi atau pada tingkat sekunder.
Peranan P3A ini terletak pada pemanfaatan air irigasi secara tepat guna, yang merupakan rangkaian kegiatan mendistribusikan air, menggunakan dan memelihara jaringan, melakukan perbaikan-perbaikan terhadap jaringan tingkat usaha tani dan mengatur pemasukan air pada setiap petakan sawah.
2.4. Pengelolaan Irigasi
2.4.1. Beberapa pengertian dalam Pengelolaan Irigasi yaitu :
a. Air adalah semua air yang terdapat pada, di atas ataupun di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan dan air laut yang berada di darat;
b. Sumber air adalah tempat atau wadah air alami dan/ atau buatan yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah.
c. Daerah irigasi adalah kesatuan lahan yang mendapat air dari satu jaringan irigasi;
d. Irigasi adalah usaha penyediaan, pembagian, pemberian, penggunaan, dan pembuangan air irigasi untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, dan irigasi pompa; e. Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya yang
merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan, pembagian, pemberian, penggunaan, dan pembuangan air irigasi;
f. Jaringan irigasi primer dan jaringan irigasi sekunder adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri dari bangunan utama, saluran induk/ primer,
saluran sekunder, dan saluran pembuangannya, bagi, bangunan-sadap, serta bangunan pelengkapnya;
g. Jaringan irigasi tersier adalah jaringan irigasi yang berfungsi sebagai prasarana pelayanan air irigasi dalam petak tersier yang terdiri dari saluran tersier, saluran kuarter dan saluran pembuang, boks tersier, boks kuarter, dan bangunan pelengkapnya;
h. Operasi jaringan irigasi adalah upaya pengaturan air irigasi pada jaringan irigasi yang meliputi penyediaan, pembagian, pemberian, penggunaan, pembuangannya, dan konservasi air irigasi termasuk kegiatan membuka menutup pintu bangunan irigasi, menyusun rencana tata tanam, menyusun sistem golongan, menyusun rencana pembagian air, kalibrasi, pengumpulan data, pemantauan dan evaluasi;
i. Penyediaan air irigasi adalah penentuan volume air per satuan waktu, yang dialokasikan dari suatu sumber air untuk suatu daerah irigasi sesuai dengan kebutuhan untuk menunjang pertanian dan keperluan lainnya;
j. Pembagian air irigasi adalah kegiatan membagi air di bangunan-bagi dalam jaringan primer dan/atau jaringan sekunder;
k. Pemberian air irigasi adalah kegiatan menyalurkan air dengan jumlah tertentu dari jaringan primer atau jaringan sekunder ke petak tersier;
l. Pembuangan yang selanjutnya disebut drainase adalah pengaliran kelebihan air yang sudah tidak dipergunakan lagi pada suatu daerah irigasi tertentu; m. Pemeliharaan jaringan irigasi adalah upaya menjaga dan mengamankan
jaringan irigasi agar selalu dapat berfungsi dengan baik guna memperlancar pelaksanaan operasi, dan mempertahankan kelestariannya;
n. Pengelolaan jaringan irigasi adalah kegiatan yang meliputi operasi, pemeliharaan, dan rehabilitasi jaringan irigasi di daerah irigasi;
o. Pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi partisipatif adalah penyelenggaraan irigasi berbasis peran serta petani sejak pemikiran awal sampai dengan pengambilan keputusan, dan pelaksanaan kegiatan pada tahap perencanaan, pembangunan, peningkatan, operasi, pemeliharaan, dan
p. Perkumpulan petani pemakai air adalah kelembagaan pengelola irigasi yang menjadi wadah petani pemakai air dalam suatu daerah pelayanan irigasi yang dibentuk oleh petani pemakai air sendiri secara demokratis, termasuk lembaga lokal pengelola irigasi;
q. Komisi irigasi kabupaten/kota adalah lembaga koordinasi dan komunikasi antara pemerintah kabupaten/kota, perkumpulan petani pemakai air tingkat daerah irigasi, dan pengguna jaringan irigasi untuk keperluan lainnya pada kabupaten/kota yang bersangkutan;
r. Petak tersier adalah kumpulan petak sawah yang merupakan kesatuan dan mendapatkan air irigasi melalui satu jaringan irigasi tersier;
s. Rehabilitasi jaringan irigasi adalah kegiatan perbaikan jaringan irigasi guna mengembalikan fungsi dan pelayanan irigasi seperti semula;
2.4.2. Pengelolaan jaringan irigasi
Pengelolaan jaringan irigasi terdiri dari operasi, pemeliharaan dan rehabilitasi jaringan irigasi, berdasarkan tahap kegiatan manajemen masing-masing dilaksanakan sebagai berikut :
A. Operasi Jaringan Irigasi
Operasi jaringan irigasi dilaksanakan melalui tahap pengumpulan data, perencanaan operasi, pelaksanaan operasi, monitoring dan evaluasi :
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data dilaksanakan dengan ketentuan, dinas yang membidangi irigasi di tingkat kabupaten/kota dan provinsi serta instansi pusat yang membidangi irigasi menyelenggarakan pengelolaan sistem informasi irigasi sesuai dengan kewenangannya meliputi data antara lain :
1. kondisi hidrologis: curah hujan, debit sungai, tinggi muka air, debit saluran pembawa, saluran pembuang;
2. kondisi hidrometeorologis: suhu/ tempetarur udara, kecepatan angin, kelembaban, radiasi matahari, penguapan;
3. kondisi hidrogeologis: potensi air tanah, pemantauan fluktuasi muka air tanah;
4. kondisi pertanaman: luas tanam, luas panen, intensitas tanam, produktivitas.
b. Perencanaan operasi
Perencanaan operasi meliputi :
1. Rencana tahunan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi disepakati bersama secara tertulis antara pemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten/kota sesuai kewenangannya dengan perkumpulan petani pemakai air dan pengguna jaringan irigasi lainnya di setiap daerah irigasi; 2. Rencana tahunan penyediaan air irigasi yang disusun oleh dinas yang
membidangi irigasi di tingkat kabupaten/kota, dan provinsi sesuai dengan kewenangannya.
3. Rencana tahunan tersebut pada butir 2) dibahas dan disepakati dalam komisi irigasi dan ditetapkan oleh bupati/walikota atau gubernur.
4. Rencana tahunan penyediaan air irigasi disampaikan oleh komisi irigasi kabupaten/kota atau provinsi dalam rapat dewan sumberdaya air yang bersangkutan guna mendapat alokasi air untuk irigasi;
5. Alokasi air untuk irigasi disampaikan kepada P3A/GP3A/IP3A melalui dinas kabupaten/kota yang membidangi irigasi, dalam hal terjadi ketidaksesuaian dengan rencana tahunan penyediaan air irigasi yang telah disepakati, perlu dilakukan peninjauan kembali oleh P3A/GP3A/IP3A dan pemakai air irigasi lainnya terhadap rencana tahunan penyediaan air irigasi; 6. Rencana tata tanam disusun oleh dinas kabupaten/kota yang membidangi
irigasi berdasarkan prakiraan ketersediaan air di sumbernya dan usulan luas tanam dari P3A/GP3A/IP3A;
7. Rencana tahunan pembagian dan pemberian air irigasi disusun oleh dinas kabupaten/kota atau dinas provinsi yang membidangi irigasi sesuai dengan kewenangannya berdasarkan rencana tahunan penyediaan air irigasi, usulan luas tanam P3A/GP3A/IP3A dan pemakai air untuk kepentingan lainnya; 8. Rencana tahunan pembagian dan pemberian air irigasi disepakati oleh
komisi irigasi kabupaten/kota atau provinsi sesuai dengan cakupan tugasnya berdasarkan :
kebutuhan air irigasi yang diperlukan;
tidak melampaui hak guna air untuk irigasi yang telah ditentukan; kesepakatan dengan P3A/GP3A/IP3A di setiap daerah irigasi.
c. Pelaksanaan operasi
Pelaksanaan operasi sebagai berikut :
1) Rencana tahunan pembagian dan pemberian air menjadi dasar pelaksanaan pembagian dan pemberian air irigasi.
2) Realisasi pembagian dan pemberian air irigasi serta kemajuan tanaman dilaporkan pada setiap periode operasi, 10 harian atau tengah bulanan; 3) Pemberian air irigasi ke petak tersier dilakukan melalui bangunan-sadap
tersier yang telah ditentukan dalam rencana teknis sesuai kesepakatan dengan perkumpulan petani pemakai air;
4) Penggunaan air irigasi dilakukan dari saluran kuarter pada tempat pengambilan yang telah ditetapkan oleh perkumpulan petani pemakai air.
d. Monitoring dan evaluasi
Monitoring dan evaluasi pelaksanaan operasi dilaksanakan dengan ketentuan :
1) Pelaksanaan operasi dimonitor melalui pencatatan dan pelaporan meliputi :
debit saluran setiap periode operasi selama masa tanam sepanjang tahun; realisasi luas tanam, luas panen, produktifitas;
2) Evaluasi hasil monitoring dilakukan untuk menyusun perencanaan operasi tahun berikutnya meliputi:
Neraca air dan produktifitas lahan dan air;
Faktor kehilangan air di saluran primer dan sekunder; Perbandingan luas tanam dan luas panen;
Intensitas tanam;
Penyelesaian konflik antar pemakai air irigasi atau antara pemakai air dan pengguna jaringan irigasi.
B. Pemeliharaan jaringan irigasi
Pemeliharaan jaringan irigasi dilaksanakan melalui tahap perencanaan, pelaksanaan dan monitoring dan evaluasi pemeliharaan jaringan irigasi :
a. Perencanaan pemeliharaan
Perencanaan pemeliharaan dilaksanakan dengan ketentuan :
1) Rencana tahunan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi disepakati bersama secara tertulis antara pemerintah provinsi, atau pemerintah kabupaten/kota sesuai kewenangannya, dengan perkumpulan petani pemakai air, dan pengguna jaringan irigasi lainnya di setiap daerah irigasi; 2) Rencana pemeliharaan disusun oleh dinas kabupaten/kota, provinsi yang
membidangi irigasi sesuai kewenangannya, hasilnya disampaikan kepada P3A/GP3A/IP3A untuk dilakukan penelusuran bersama pada bagian-bagian jaringan irigasi yang memerlukan penelusuran;
3) Rencana pemeliharaan definitif disusun berdasarkan hasil penelusuran bersama untuk membuat desain pekerjaan pemeliharaan dan menyusun rencana anggaran biaya;
4) Rencana pemeliharaan terdiri dari:
penetapan cara pelaksanaan yaitu kontraktual dan/atau swakelola termasuk bentuk penugasan kepada P3A/GP3A/IP3A;
pemberian bantuan kepada P3A untuk tersier berdasarkan permintaan P3A dengan prinsip kemandirian.
5) Penggabungan rencana anggaran biaya pemeliharaan dengan rencana anggaran biaya operasi menjadi anggaran kebutuhan nyata operasi dan pemeliharaan (AKNOP);
b. Pelaksanaan pemeliharaan
Pemeliharaan dilaksanakan dengan ketentuan :
1) Pemerintah provinsi atau pemerintah kab./kota bertanggung jawab dalam pelaksanaan pemeliharaan jaringan irigasi primer dan sekunder;
2) Perkumpulan petani pemakai air dapat berperanserta dalam pelaksanaan pemeliharaan jaringan irigasi primer dan sekunder;
3) Perkumpulan petani pemakai air bertanggung jawab dalam pelaksanaan pemeliharaan jaringan irigasi tersier;
4) Pelaksanaan konstruksi dapat dilakukan secara kontraktual atau swakelola sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
5) Pelaksanaan pemberian bantuan kepada perkumpulan petani pemakai air untuk pemeliharaan jaringan irigasi tersier dilakukan dengan transfer dana melalui rekening perkumpulan petani pemakai air atau berupa bahan bangunan yang diperlukan.
c. Monitoring dan evaluasi pemeliharaan
Monitoring dan evaluasi pemeliharaan dilakukan sebagai berikut :
1. Monitoring target fisik dan fungsi, serta target manfaat dan kendala pemeliharaan;
2. Evaluasi pemeliharaan dilakukan terhadap hasil monitoring meliputi: pemecahan masalah/kendala pelaksanaan pemeliharaan;
C. Rehabilitasi Jaringan Irigasi
Rehabilitasi jaringan irigasi dilaksanakan melalui tahap perencanaan, pembebasan lahan, pelaksanaan konstruksi, dan operasi dan pemeliharaan:
a. Perencanaan
Kegiatan perencanaan dilaksanakan dengan ketentuan :
1) Prioritas kebutuhan perbaikan jaringan irigasi disusun oleh dinas kabupaten/kota, dinas provinsi, atau instansi pusat yang membidangi irigasi sesuai kewenangannya dilakukan dengan penilaian kondisi dan fungsi jaringan irigasi bersama P3A/GP3A/IP3A;
2) Prioritas kebutuhan perbaikan jaringan irigasi disepakati dalam forum komisi irigasi kabupaten/kota, dan atau provinsi;
3) Survai, investigasi, dan desain untuk rehabilitasi jaringan irigasi dilakukan dengan menerima masukan, sanggahan dan usulan P3A/GP3A/IP3A, hasilnya disepakati bersama melalui konsultasi publik.
b. Pembebasan lahan
Pembebasan lahan dilaksanakan sesuai peraturan perundangan yang berlaku, dengan ketentuan :
1) Pemerintah, pemerintah provinsi, atau pemerintah kabupaten/kota memberikan penggantian yang layak atas kerugian yang dialami masyarakat sebagai akibat pelaksanaan rehabilitasi jaringan irigasi, misalnya hilang atau berkurangnya fungsi atau hak atas tanah, bangunan, tanaman, dan benda-benda lain yang berada di atasnya karena adanya pembuatan kantong lumpur, fasilitas rumah/ kantor operasi;
2) Penggantian yang layak atas kerugian yang dialami masyarakat sebagai akibat pelaksanaan rehabilitasi jaringan irigasi merupakan hak masyarakat.
3) Dalam pelaksanaannya pemerintah, atau pemerintah daerah melakukan sosialisasi adanya rencana pembangunan jaringan irigasi.
c. Pelaksanaan konstruksi
Pelaksanaan konstruksi dilaksanakan dengan ketentuan :
1) Pelaksanaan rehabilitasi jaringan irigasi primer dan sekunder menjadi tanggung jawab pemerintah, pemerintah provinsi, atau pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya;
2) Pelaksanaan rehabilitasi jaringan irigasi tersier menjadi tanggung jawab perkumpulan petani pemakai air yang bersangkutan. Dalam hal perkumpulan petani pemakai air yang bersangkutan tidak mampu, pemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten/kota dapat membantu pelaksanaan rehabilitasi berdasarkan permintaan dari perkumpulan petani pemakai air dengan memperhatikan prinsip kemandirian;
3) Pelaksanaan rehabilitasi jaringan irigasi yang dibangun oleh badan usaha, badan sosial, perseorangan atau pemakai air irigasi untuk keperluan lainnya dilakukan oleh yang bersangkutan;
4) Pelaksanaan konstruksi dapat dilakukan secara kontraktual atau swakelola sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
d. Pemantapan operasi dan pemeliharaan
Pemantapan operasi dan pemeliharaan rehabilitasi jaringan irigasi dilakukan sebagai berikut:
1) Pemantapan P3A/GP3A/IP3A pada seluruh daerah irigasi yang telah direhabilitasi;
2) menyampaikan kebutuhan personil dinas pengelola irigasi;
3) Mengkaji ulang pedoman operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi dan menetapkan pedoman yang baru.