PETA KEBUTUHAN IPTEK INDUSTRI KERAJINAN LOGAM DI
KABUPATEN BULELENG
I Wayan Karyasa
1, I Gede Rasben Dantes
21
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
2
Fakultas Teknik dan Kejuruan Universitas Pendidikan Ganesha Jalan Udayana Singaraja 81116 Bali
karyasa.undiksha@gmail.com
ABSTRAK
Permasalahan sains dan teknologi yang mendukung pengembangan seni kerajinan
logam masih sangat jarang diungkap dan pihak-pihak terkait masih saja secara klise
menyampaikan bahwa masalah modal usaha dan pemasaran adalah masalah utama
industri kerajinan, padahal produkstifitas dan kualitas produk sangat didukung oleh
sains dan teknologi. Penelitian ini bertujuan membuat peta kebutuhan sains dan
teknologi untuk mendukung industri kerajinan logam di Kabupaten Buleleng.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan tiga fase
asesmen kebutuhan yang meliputi fase eksplorasi kebutuhan, fase pengumpulan dan
analisis data, dan fase pembuatan keputusan. Metode dalam setiap fase tersebut
adalah rapat kerja (fase pertama), survey dan rapat kerja (fase kedua), dan focus
group discussion dan rapat kerja (fase ketiga). Analisis data menggunakan metode in
depth anlysis, root-cause analysis, dan strategic analysis. Dokumen yang memuat
peta kebutuhan sains dan teknologi untuk mendukung industri kerajinan logam di
Kabupaten Buleleng telah dapat disusun yang menjadi bagian dari draft naskah
akademik pusat unggulan sains dan teknologi pendukung industri kerajinan logam.
Kata-kata kunci: peta kebutuhan, asesmen kebutuhan, sains dan teknologi, kerajinan
logam
PENDAHULUAN
Keunggulan Bali termasuk Buleleng adalah ada pada bidang industri pariwisata dan industri kerajinan. Selain devisa dari pariwisata mancanegara dan domestic yang setiap tahunnya meningkat, ekspor industri kerajinan rumah tangga Bali pada periode Januari – Februari tahun 2013 sebesar 31,46 juta dolar AS dengan kontribusi 36,67 persen dari total ekspor Bali yaitu sebesar 79,30 juta dolar AS meningkat 28.98 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (Sutika, 2013). Walaupun demikian, Wakil Presiden Boediono saat membuka pameran kerajinan terbesar Tanah Air INACRAFT 2013 dalam sambutannya menyoroti beberapa permasalahan krusial industri kerajinan Indonesia yang didominasi pengusaha kecil menengah adalah di samping sulitnya para pengrajin mengakses modal, industr kerajinan Indonesia terkendala masalah branding, paten, dan pemasaran (Khairi, 2013). Saat ini ekspor kerajinan sedang mengalami trend penurunan yang tidak saja disebabkan oleh keadaan perekonomian negara-negara tujuan ekspor yang sedang mengalami stagnasi pertumbuhan, juga disebabkan oleh terjadinya persaingan pasar yang semakin ketat. Permasalahan modal dan pemasaran hampir selalu menjadi kedok rendahnya daya saing produk kerajinan apalagi usaha kerajinan skala mikro. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang berperan dalam meningkatkan efektifitas dan produktifitas serta kualitas produk masih belum banyak mendapatkan perhatian.
Buleleng sejak jaman dahulu sudah dikenal dengan produk seni dan kerajinannya. Hal ini wajar karena Buleleng merupakan pusat perkembangan kebudayaan di samping Klungkung dan Denpasar. Aneka kerajinan hasi karya warga masyarakat Buleleng telah banyak menghiasi pasar seni, artshop bahkan tokoserba oleh-oleh khas Bali, demikian juga para eksportir produk kerajinan di Ubud, Kuta, dan Denpasar banyak disuplai dari Buleleng. Hal ini telah dilaporkan oleh Suardina, dkk. (2010) dengan penelitian tentang macam dan jenis seni kerajinan di Kabupaten Buleleng. Beberapa sentra kerajinan yang menjadi ciri khas Buleleng adalah kerajinan perak dan emas di Desa Beratan, kerajinan gerabah di Desa Banyuning, kerajinan lukis kaca di Desa Naga Sepaha, kerajinan kuningan dan tembaga di Desa Mekar Sari dan kerajinan aluminium di Desa Menyali, kerajinan gamelan di Desa Sawan, kerajinan anyaman bambu di Desa Tigawasa, kerajinan batu apung di Desa Bungkulan, dan kerajinan pelepah pisang di Desa Ambengan. Penelitian Suardina, dkk. (2010) telah mengungkap eksistensi seni kerajinan khas Buleleng ditinjau dari aspek-aspek seni kriya. Aspek-aspek berkaitan dengan kebutuhan sains dan teknologi untuk meningkatkan produktifitas, menurunkan biaya produksi, dan meningkatkan kualitas produk sehingga berujung peningkatan daya saing produk belum ada yang mengungkap dan melaporkannya. Demikian pula halnya dengan aneka seni kerajinan berbahan logam seperti kerajinan emas, perak, tembaga, kuningan, dan aluminium.
Peta kebutuhan sains dan teknologi dapat dilakukan melalui analisis kebutuhan (need assessment). Need assesment merupakan seperangkat prosedur yang sistematis untuk menentukan kebutuhan-kebutuhan, menilai sifat-sifat dan penyebab-penyebabnya, dan memilih prioritas-prioritas aksi masa depan (Office of Migrant Education, 2001). Karena sebuah “need” adalah suatu gap antara kenyataan dan harapan, maka pemetaan terhadap kebutuhan sains dan teknologi oleh pengerajin logam adalah tindaklanjut dari pemetaan terhadap masalah tersebut.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memetakan kebutuhan sains dan teknologi kerajianan logam di Kabupaten Buleleng melalui pelaksanakan need assesment. Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Peta kebutuhan sains dan teknologi yang dihasilkan dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan untuk merintis dan mengembangkan Pusat Unggulan Iptek serta mengembangkan sains terapan dan teknologi tepat guna di Puslit Sainstek Lemlit UNDIKSHAS untuk memenuhi kebutuhan sains dan teknologi dalam meningkatkan kemajuan industri kerajinan logam di Buleleng khususnya dan di Bali umumnya; (2) Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi rujukan bagi para peneliti di bidang sains dan teknologi khususnya sivitas akademik UNDIKSHA untuk dapat lebih menjadikan penelitiannya ‘link and match” dengan kebutuhan pengguna. (3) Peta kebutuhan sains dan teknologi ini dapat dijadikan bahan pertimbangan oleh Lembaga Penelitian UNDIKSHA dalam mengambil kebijakan penyelenggaraan dan pengelolaan penelitian di UNDIKSHA; dan (4) Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai rujukan oleh dinas/instansi terkait di Pemerintah Kabupaten Buleleng dalam menyusun perencanaan program-program pembinaan dan pengembangan industri kerajinan khususnya industri kerajinan berbahan logam di Buleleng.
METODE PENELITIAN
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan asesmen kebutuhan yang diadopsi dari three phase need assesment yang dilaporkan oleh Office of Migrant Education (2001). Tiga fase asesmen kebutuhan yang akan dijalankan dapat dijabarkan sebagai berikut: (1) Fase eksplorasi. Dalam tahap ini, akan dibuat (a) perencanaan tentang apa, mengapa, bagaimana, siapa, dan kapan asesmen kebutuhan dilakukan, kemudian (b) mengidentifikasi tujuan dan pusat perhatian khususnya yang berkaitan dengan masalah-masalah sains dan teknologi yang dihadapi pengerajin logam, dilanjutkan (c) menyusun indikator yang terukur, dan (d) menyusun jenis-jenis dan sumber-sumber data yang diperlukan, serta (e) menentukan prioritas-prioritas awal tentang permasalahan yang akan dikaji lanjut; (2) Fase pengumpulan dan analysis data. Pada fase ini akan dilakukan beberapa hal yaitu (a) menentukan kelompok target, (b) mengumpulkan data untuk memetakan masalah
dan mendefinisikan kebutuhan, (c)
memperioritaskan kebutuhan, (d) mengidentifikasi dan menganalisis akar penyebab masalah
sehingga ditemukan kebutuhan yang akurat, dan (e) merangkum temuan-temuan sehingga dapat disusun peta awal kebutuhan; (3) Fase pembuatan keputusan dengan langkah-langkah sebagai berikut: (a) menentukan kebutuhan prioritas, (b) mengidentifikasi solusi-solusi yang mungkin, (c) memilih strategi-strategi solutif, (d) menyusun rencana aksi, dan (e) menyusun laporan.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan asesmen kebutuhan yang diadopsi dari three phase need assesment yang dilaporkan oleh Office of Migrant Education (2001). Tiga fase asesmen kebutuhan yang telah dijalankan dapat dijabarkan sebagai berikut: (1) Fase eksplorasi. Dalam tahap ini, akan dibuat (a) perencanaan tentang apa, mengapa, bagaimana, siapa, dan kapan asesmen kebutuhan dilakukan, kemudian (b) mengidentifikasi tujuan dan pusat perhatian khususnya yang berkaitan dengan masalah-masalah sains dan teknologi yang dihadapi pengerajin logam, dilanjutkan (c) menyusun indikator yang terukur, dan (d) menyusun jenis-jenis dan sumber-sumber data yang diperlukan, serta (e) menentukan prioritas-prioritas awal tentang permasalahan yang akan dikaji lanjut; (2) Fase pengumpulan dan analysis data. Pada fase ini akan dilakukan beberapa hal yaitu (a) menentukan kelompok target, (b) mengumpulkan data untuk memetakan masalah
dan mendefinisikan kebutuhan, (c)
memperioritaskan kebutuhan, (d) mengidentifikasi dan menganalisis akar penyebab masalah sehingga ditemukan kebutuhan yang akurat, dan (e) merangkum temuan-temuan sehingga dapat disusun peta awal kebutuhan; (3) Fase pembuatan keputusan dengan langkah-langkah sebagai berikut: (a) menentukan kebutuhan prioritas, (b) mengidentifikasi solusi-solusi yang mungkin, (c) memilih strategi-strategi solutif, (d) menyusun rencana aksi, dan (e) menyusun laporan.
Subjek dari penelitian ini adalah para pengerajin dan atau pengusaha kerajinan logam yang ada di Kabupaten Buleleng dengan fokus kerajinan logam aluminium (utamanya dari Desa Menyali Kecamatan Sawan), perak dan emas (dari Desa Beratan, Kecamatan Buleleng dan Desa Gerokgak Kecamatan Gerokgak), tembaga dan perunggu (Desa Sari Mekar, Kecamatan Buleleng dan Desa Sawan, Kecamatan Sawan). Sedangkan objek dari penelitian ini adalah kebutuhan sains dan teknologi untuk kerajinan logam di Kabupaten Buleleng. Kebutuhan dalam hal ini adalah hasil dari serangkaian need asesment yang dilakukan dan disusun dalam bentuk peta kebutuhan sains dan teknologi.
Data yang dikumpulkan berkaitan dengan pelaksanaan tiga fase asesmen kebutuhan sains dan teknologi untuk mendukung pengembangan industri logam di Kabupaten Buleleng adalah sebagai berikut. Pada fase eksplorasi kebutuhan diawali dengan rapat tim peneliti untuk merumuskan management plan, dilanjutkan dengan rapat-rapat kerja peneliti dengan mengundang beberapa orang yang berkompeten dalam usaha kerajinan di Buleleng seperti dari Dinas Koperasi, Perdagangan, dan Perindustrian serta para tokoh usaha kerajinan yang tergabung
dalam Asosiasi Pengusaha Industri Kerajinan (APIK) Buleleng sehingga dapat dirumuskan indikator terukur dari asesmen kebutuhan, sumber-sumber data untuk mencapai indikator tersebut, dan skala prioritas yang akan dicapai. Pada fase pengumpulan dan analisis data, penjaringan data dilakukan dengan metode survey menggunakan panduan survey untuk asesmen kebutuhan menurut Berkowitz & Nagy (2013). Pada fase pembuatan keputusan tentang peta kebutuhan sains dan teknologi untuk mendukung kerajian logam di Kabupaten Buleleng, hasil analisis kebutuhan sains dan teknologi tersebut memerlukan berbagai pertimbangan dari berbagai aspek baik ekonomi, sarana-prasarana, pemasaran, perijinan, dan kebijakan publik sehingga memerlukan focus group discussion tripartit antara akademisi dengan kepakaran terkait, instansi pemerintah terkait, dan pengusaha kerajianan logam.
Analisis data diawali dengan pengkategorian atau pengklasifikasian data baik kualitatif maupun kuantitatif yang mendukung masalah-masalah sains (sains dasar dan sains terapan) dan yang mendukung masalah-masalah teknologi, selanjutnya dilakukan reduksi data yang kurang relevan, dan pemeringkatan isu/masalah berdasarkan intensitas, kemendesakan atau prioritas, kestrategisan (penyelesaian masalah ini akan turut menyelesaian berbagai masalah terkait lainnya), dan keresistenan (masalah lama yang terus terjadi walaupun berbagai usaha pemecahan
telah dilakukan) serta kemungkinan
terselesaikannya berdasarkan sumberdaya dan waktu yang tersedia. Data yang telah diklasifikasi selanjutnya dianalisis secara mendalam (in depth analysis) keakuratan klasifikasi tersebut dengan melakuakn cross-check kesahihan data (triangulasi). Selanjutnya masalah-masalah yang telah diklasifikasi dan dirangking tersebut dianalisis akar-akar masalahnya dan solusi-solusi yang dapat ditawarkan (root-cause analysis). Berdasarkan hasil analisis masalah-akar masalah-solusi (root cause analisis) tersebut, analisis strategis (strategic analysis) dilakukan untuk menyusun peta kebutuhan dan program aksinya dengan mempertimbangkan berbagai aspek yang terkait. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil survey permasalahan yang dihadapi para pengerajin dapat digolongkan menjadi 9 (sembilan) permasalahan pokok dalam industri kerajinan logam dengan urutan intensitasnya sebagai berikut: pemasaran, permodalan, sumberdaya manusia, teknologi produksi, bahan baku, desain produk, manajemen, hak atas kekayaan intelektual, dan permasalahan lainnya dengan intensitas permasalahan (%) dijabarkan dalam Gambar 1.
Gambar 1. Peta Permasalahan Industri Kerajinan Logam di Kabupaten Buleleng
Permasalahan lainnya yang terungkap adalah masalah administrasi, perijinan, kesehatan dan keselamatan kerja, perpajakan dan masalah penanganan limbah. Permasalahan tersebut kemudia dideskripsikan lagi menjadi permasalahan IPTEK dan non-IPTEK seperti yang disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Deskripsi Permasalahan Industri Kerajinan Logam di Buleleng.
No . Permasalaha n Deskripsi IPTEK Deskripsi Non-IPTEK 1. Pemasaran Teknologi informasi (website, blog, dll) Teknologi Packaging Branding atau image produk Komunitas pengguna atau customer 2. Permodalan Akses perbankan/lem baga keuangan mikro lainnya, Kerjasama usaha 3. Sumber daya manusia Penguasaa n IPTEK Rekrutmen Etos kerja Ketersediaan 4. Teknologi Produksi Mesin dan peralatan Perakitan Pelapisan dan Pewarnaan 5. Bahan Baku Kontrol
mutu bahan baku
Kesinambunga n penyediaan Kuantitas 6. Desain produk Teknologi
pendukung desain produk Trend dan kebutuhan pasar 7. Manajemen Teknologi komputer pendukung manajemen Pengelolaan keuangan/ akutansi Kewirausahaa n Kepemimpina n dalam perusahaan 8. HAKI Teknologi pendukung administras i dan dokumenta si Kesadaran pentingnya HAKI. Pengetahua n dan keterampil an searching dan analisis kayakan HAKI Pengetahua n dan keterampil an penyusuna n proposal HAKI 9. Lainnya Keselamat an dan Kesehatan Kerja Pengelolaa n limbah dan pengendali an mutu lingkungan Teknologi pendukung administras i keuangan Perijinan Perpajakan
Berdasarkan Tabel 1 disusunlah permasalahan IPTEK industri kerajinan logam dengan skala prioritas berdasarkan hasil FGD seperti pada Gambar 2.
Gambar 2. Peta Masalah IPTEK Industri
Kerajinan Logam di Buleleng
Berdasarkan skala prioritas peta masalah
IPTEK industri kerajinan logam di Buleleng
seperti tertera pada Tabel 1 dan Gambar 2,
permasalahan IPTEK tersebut kemudian
dianalisis akar masalah dan alternatif solusi
sebagai kebutuhan IPTEK seperti pada Tabel
2.
23%
21%
18%
16%
9%
7%
5%
3% 1%
Pemasaran Permodalan Sumber daya manusia teknologi produksi bahan baku desain produk manajemen HAKI Lainnya 20% 8% 18% 13% 10% 9% 9% 6% 4% 2% 1%Mesin dan Peralatan
Teknologi Pendukung Pemasaran Penguasaan IPTEK SDM
Pelapisan dan Pewarnaan
Perakitan Kontrol mutu Teknologi pendukung desain Teknologi pendukung manajemen
Teknologi pendukung HAKI
Pengolahan limbah dan kendali mutu lingkungan Lainnya
Tabel 2. Masalah-Akar Masalah-Alternatif
Solusi
No. Masalah IPTEK
Akar Masalah Alternatif Solusi 1. Mesin dan peralatan Peralatan tradisional Perawatan mesin Revitalisasi alat produksi 2. Penguasaan IPTEK SDM Tingkat pendidikan Kurangnya pengalaman kerja Kurangnya pelatihan keterampilan Diklat IPTEK SDM Magang kerja 3. Pelapisan dan pewarnaan Peralatan pelapisan dan pewarnaan Material pelapis dan warna Penyediaan alat dan bahan Penyediaan teknik pelapisan dan pewarnaan 4. Perakitan Teknik perakitan
Teknik pengerjaan akhir Peralatan penunjang Material penunjang Pelatihan teknik perakitan dan pengerjaan Penyediaan alat dan bahan perakitan dan pengerjaan akhir 5. Kontrol mutu SOP penjaminan mutu
Alat dan bahan pendukung Teknik kontrol mutu Sistem penjaminan mutu input, proses, output 6. Teknologi pendukung desain Perangkat keras (komputer) Perangkat lunak (software) Penguasaan IPTEK desain Penyediaan sarana TIK pendukung desain Pendamping an desain produk 7. Teknologi pendukung pemasaran Perangkat keras (komputer) Perangkat lunak (software) Internet Penguasaan IPTEK pemasaran Penyediaan sarana TIK pendukung pemasran Pendamping an website dan pemasaran online 8. Teknologi pendukung manajemen Perangkat keras (komputer) Perangkat lunak (software) Internet Penguasaan IPTEK manajemen Penyediaan sarana TIK pendukung manajemen Pendamping an manajemen berbasis TIK 9. Teknologi pendukung HAKI Perangkat keras (komputer) Perangkat lunak (software) Internet Penyediaan sarana TIK pendukung pengelolaan HAKI Penguasaan searching, analuisi kelayakan, pengusulan HAKI Pendamping an penelurusan dan pengusulan HAKI 10. Pengolahan limbah dan kendali mutu lingkungan Teknik pengolahan limbah Peralatan dan bahan Standar operasional prosedur Penguasaan IPTEK pengolahan libah dan penjaminan mutu lingkungan Sistem pengolahan limbah Sistem pengelolaan lingkungan industri kerajinan berbsais IPTEK
Paparan alternatif-alternatif solusi terhadap
akar masalah IPTEK industri kerajinan logam
di Kabupaten Buleleng seperti yang tersaji
pada Tabel 2 dianalisis secara strategis untuk
memilih solusi-solusi strategis yang akan
dijadikan kebutuhan IPTEK bagi industri
kerajinan logam di Kabupaten Buleleng. Hasil
FGD
yang
membahas
skala
prioritas
kebutuhan
program
IPTEK
dapat
digambarkan dalam diagram berikut ini.
Gambar 3. Peta
Solusi
IPTEK
yang
Dibutuhkan Industri Kerajinan
Logam di Buleleng.
Peta masalah (Gambar 1 dan Gambar 2) dan
peta solusi IPTEK (Gambar 3) dapat dibuat
peta kebutuhan IPTEK bagi industri kerajinan
25% 20% 15% 11% 9% 6% 5% 4% 3% 2%
Revitalisasi alat produksi Peningkatan penguasaan IPTEK SDM
Penjaminan mutu input, prose, dan output Penyediaan TIK pendukung produksi, manajmen, pemasaran Pendampingan desain produk
Pendampingan website dan pemasaran online Pendampingan HAKI Sistem pengelolan limbah dan lingkungn Layout produksi dan K3 Lainnya
logam di Kabupaten Buleleng seperti
digambarkan pada Gambar 4. Peta ini dibuat
berdasarkan
kondisi
eksisting
industri
kerajinan logam di Kabupaten Buleleng dan
kondisi harapan yaitu terjadinya industri
kerajinan logam Buleleng yang kompetitif,
dengan produktifitas tinggi namun tetap
efisien sehingga industri kerajinan logam
memiliki keberlanjutan usaha serta mampu
menyejahterakan
para
pengerajin
dan
pengusahanya.
Gambar 4. Peta Kebutuhan IPTEK
SIMPULAN DAN SARAN
Peta kebutuhan IPTEK bagi industri
kerajinan logam di Kabupaten Buleleng
digolongkan menjadi: IPTEK bagi penjaminan
bahan baku, proses produksi, penguasaan
SDM
terhadap
IPTEK,
pelapisan
dan
pewarnaan, IPTEK pendukung desain produk,
dan IPTEK pendukung manajemen usaha dan
pemasaran. Peta kebutuhan IPTEK ini dapat
dijadikan
rujukan
dalam
kebijakan
pengembangan industri kerajinan logam
khususnya dan industri kerajinan pada
umumnya.
PENGHARGAAN
Terima kasih dan penghargaan yang tinggi
disampaikan kepada Lembaga Penelitian
Universitas Pendidikan Ganesha atas dana
penelitian DIPA Pusat-Pusat Penelitian tahun
anggaran 2013 dan para pengusaha dan
pengerajin logam di Buleleng, APIK Buleleng
dan Dinas Perdagangan, Koperasi dan
Perindustrian Kabupaten Buleleng atas
partisipasinya.
DAFTAR PUSTAKA
Berkowitz, B. & Nagy, J. 2013. Conducting Need Assessment Surveys. Diakses dari website
Community Tool Box dengan alamat
http://ctb.ku.edu/ pada 30 Maret 2013.
Khairi, R. 2013. Industri Kerajinan Terkendala
Masalah Branding, Paten, dan
Pemasaran.http://suarapengusaha.com/2013/04/24 /industri-kerajinan-terkendala-masalah-branding-paten-dan-pemasaran/
Kementerian Riset dan Teknologi. 2011. Pedoman Pengembangan Pusat Unggulan Iptek. Jakarta: Kementerian Riset dan Teknologi
Republik Indonesia.
Office of Migrant Education. 2001. Comprehensive Needs Assessment. New Director Orientation. Suardina, I N., Radiawan, I M., Bagiarta, I W. 2010. Macam dan Jenis Seni Kerajinan di Kabupaten Buleleng. Laporan Penelitian. Denpasar: ISI Dps.
Sutika, I K. 2013. Ekspor Kerajinan 31,46 Juta Dolar AS.
http://bali.antaranews.com/berita/39891/ekspor-kerajinan-3146-juta-dolar-as. diakses 1 Juli 2013. Tague, N. R. 2004. Seven Basic Quality Tools. The Quality Toolbox. Wisconsin: American Society. P.42.