BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Suliswanto (2010) dengan judul “Pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB) dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Terhadap Angka Kemiskinan di Indonesia” pada penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh dari Produk Domestik Bruto dan Indeks Pembangunan Manusia pada kemiskinan di Indonesia. Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan analisis data panel yaitu data time series tahun 2006-2008 dan menggunakan model Random Effect. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan pada semua variabel independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel kemiskinan di Indonesia, dan secara parsial pada variabel Produk Domestik Bruto memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan dengan α 20%, dan pada variabel Indeks Pembangunan Manusia juga memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan dengan α 5%.
Sofilda et al (2013) with title “Human Development and Poverty in Papua Province (An Analysis of Simultaneous Approach on Panel Data Regression)” in this study using secondary data sourced from the statistical center and the ministry of finance. The method used in this study is the simultaneous 2SLS approach manually. The analysis used is panel data with a fixed effect model (FEM) in 20 districts and cities in Papua
Province in 2007-2011. The variables used in this study are human development index (HDI), population growth, open unemployment and poverty. The result of the study indicate that the human development index has a negative and significant effect on poverty levels, population growth has a positive and significant effect on poverty levels, and open unemployment has a positive and not significant effect on poverty levels.
Sudiharta dan Sutrisna (2014) dengan judul “Pengaruh PDRB Per Kapita, Pendidikan dan Produktivitas Tenaga Kerja terhadap Kemiskinan di Provinsi Bali” tujuan pada penelitian ini yaitu untuk menganalisis hubungan PDRB per kapita, pendidikan yang menggunakan angka rata-rata lama sekolah, dan produktivitas tenaga kerja terhadap kemiskinan. Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi linear berganda dan juga dilengkapi dengan uji Vector Autoregression (VAR) dengan menggunakan metode time series tahun 1996-2012. Jenis penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif berupa data sekunder. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pada variabel PDRB per kapita dengan menggunakan uji regresi linear tidak dapat dimasukkan ke dalam model karena terdapat multikolinearitas yang tinggi, sedangkan pada uji VAR menyatakan bahwa PDRB per kapita berpengaruh terhadap kemiskinan. Pada variabel pendidikan yang menggunakan rata-rata lama sekolah memiliki pengaruh yang negativ dan signifikan terhadap kemiskinan, serta pada variabel produktivitas tenaga kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan.
Kahsu and Nagaraja (2017) with title “Empirical Analysis of the Relationship between Poverty and Economic Growth in Ethiopia : Micro Panel Data Evidence from Amhara Region” in this research examines about the empirical relationship between growth and poverty in Amhara national regional state of Ethiopia. This study uses panel data analysis and uses Fix Effect model (FEM), and then uses variables household income, consumption and expenditure survey conducted in the region between the periode 1995 to 2010 by the sentral statistic authority of Ethiopia. The result of the study indicate that there is a significant negative relationship between poverty and economic growth in Ethiopia.
Bintang dan Woyanti (2018) dengan judul “Pengaruh PDRB, Pendidikan, Kesehatan Dan Pengangguran Terhadap Tingkat Kemiskinan Di Jawa Tengah 2011-2015” penelitian ini menggunakan data sekunder yang meliputi data cross section 35 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah dan data time series tahun 2011-2015. Alat analisis yang digunakan adalah Fixed Effect Model (FE) atau Least Square Dummy Variable (LSDV). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di 35 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah 2011-2015. Hasil dari penelitian ini yaitu pertumbuhan PDRB memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kemiskinan, rata-rata lama sekolah memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan, tingkat harapan hidup juga memiliki pengaruh negatif dan signifikan
terhadap kemiskinan, serta pengangguran memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kemiskinan.
B. Teori dan Kajian Pustaka 1. Kemiskinan
a. Pengertian Kemiskinan
Kemiskinan merupakan kondisi dimana suatu individu atau masyarakat yang tidak bisa memenuhi kebutuhan pokoknya seperti, sandang, pangan dan papan, serta kesehatan dan pendidikan yang layak. Kemiskinan juga dapat diartikan sebagai kurangnya kesejahteraan seseorang, sehingga masyarakat miskin dapat dikatakan bahwa mereka tidak memiliki pendapatan serta konsumsi yang layak untuk membuat mereka minimal berada di kategori sejahtera.
Kemiskinan merupakan situasi serba terbatas yang terjadi bukan atas kemauan orang yang bersangkutan. Suatu penduduk dikatakan miskin apabila ditandai dengan pendapatan rendah, pendidikan yang rendah, produktivitas kerja rendah, kesehatan dan gizi rendah, serta kesejahteraan hidup yang rendah. Kemiskinan juga disebabkan oleh keterbatasan sumber daya manusia yang ada, baik dalam jalur pendidikan formal maupun non formal yang pada akhirnya akan menimbulkan konsekuensi terhadap rendahnya pendidikan non formal (Supriatna,1997:90).
Salim (dalam Supriatna 1997:82) terdapat lima karakteristik penduduk miskin yaitu : 1) Tidak mempunyai faktor produksi sendiri, 2) tidak percaya diri untuk mendapatkan asset produksi oleh kemampuan
sendiri, 3) tingkat pendidikan yang rendah, 4) rendahnya fasilitas, 5) rata-rata usia masih muda sedangkan tidak memiliki pendidikan dan ketrampilan yang memadai.
World Bank (2010) mendefinisikan kemiskinan merupakan sebuah kekurangan dalam kesejahteraan masyarakat yang memiliki banyak ruang atau dimensi. Yaitu termasuk penghasilan yang rendah dan ketidakmampuan untuk mendapatkan barang untuk kebutuhan hidup. Kemiskinan juga meliputi rendahnya tingkat pendidikan dan kesehatan, akses terhadap air bersih dan sanitasi, kurang efektifnya keamaan fisik, kurangnya kapasitas yang memadai dan kurangnya kesempatan untuk hidup yang layak dan lebih baik.
Bappenas (2004) mendefinisikan bahwa kemiskinan adalah suatu kondisi individu, sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, yang hak dasarnya tidak terpenuhi untuk mempertahankan kehidupan yang bermartabat.
b. Penyebab Kemiskinan
Terdapat beberapa penyebab utama kemiskinan, atau yang berhubungan dengan kemiskinan, yaitu :
1. Karakteristik Wilayah
Mencakup kerentanan terhadap banjir, longsor dan tsunami, terutama pada wilayah yang terpencil atau pelosok, kondisi cuaca, pengelolaan wilayah, dan ketimpangan.
2. Karakteristik Masyarakat
Mencakup ketersediaan infrastruktur seperti jalan, listrik, air, dan layanan seperti kesehatan, pendidikan. Serta mencakup hubungan sosial.
3. Karakteristik Rumah Tangga
Mencakup struktur pekerjaan dan pendapatan, seperti jenis pekerjaan dan upah kerja, mencakup rasio ketergantungan, yaitu pengangguran usia muda dan tua relatif terhadap orang dewasa usia kerja, mencakup gender kepala rumah tangga, serta rata-rata pendidikan dan kesehatan para anggota rumah tangga.
4. Karakteristik Individu
Mencakup usia, pendidikan, status kesehatan, status pekerjaan, dan etnis. Kuncoro (1997:131) mendefinisikan bahwa penyebab penduduk tersebut miskin karena bergantung pada sektor pertanian, masih menggunakan cara yang tradisional, dan sering melihatkan sikap apatis terhadap lingkungan. Sharp (dalam Kuncoro 2006) kemiskinan dipandang pada tiga faktor sisi ekonomi yaitu pertama, karena kepemilikan sumberdaya yang tidak sama dan mengakibatkan ketimpangan pendapatan. Kedua, kemiskinan muncul karena kualitas sumberdaya manusia yang berbeda-beda, sehingga akan menimbulkan rendahnya kualitas sumberdaya manusia dan berdampak pada rendahnya produktifitas. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia diakibatkan rendahnya tingkat pendidikan. Ketiga, kemiskinan muncul karena akses dalam modal yang beda.
Samuelson dan Nordhaus (1997) mengemukakan bahwa penyebab kemiskinan di Negara berkembang atau Negara yang berpenghasilan
rendah dikarenakan dua hal pokok yaitu perbaikan kualitas atau mutu pendidikan yang rendah, serta tingkat kesehatan dan gizi yang rendah. Penyebab kemiskinan lainnya yaitu adanya faktor internal mengenai kebutuhan yang secepatnya harus terpenuhi tetapi tidak mempunyai kecukupan kemampuan untuk mengelola sumberdaya yang dimiliki seperti, rendahnya pendidikan dan minimnya ketrampilan. Sedangkan faktor eksternal yaitu seperti pada saat terjadi krisis ekonomi dan tidak ada pemihakan berupa kebijakan yang memberikan peluang bagi penduduk miskin.
c. Dampak Kemiskinan
Kemiskinan sangat sulit untuk diatasi dan dapat menimbulkan dampak yang negatif terhadap masyarakat. Beberapa dampak kemiskinan antara lain yaitu sebagai berikut :
1. Kriminalitas Tinggi
Kemiskinan sering dikaitkan dengan kriminalitas karena masyarakat miskin akan cenderung melakukan apa saja demi memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, bahkan kemungkinan melakukan tindakan kriminalitas, seperti mencuri, merampok, begal, menipu dan bahkan membunuh.
2. Pendidikan Rendah
Biaya pendidikan yang mahal menyebabkan masyarakat miskin tidak mampu untuk sekolah. Oleh karena itu masyarakat miskin semakin tidak produktif dan akhirnya mereka menjadi semakin terpuruk.
3. Pengangguran Tinggi
Masyarakat miskin yang tidak berpendidikan akan sangat sulit untuk bersaing dalam dunia kerja, maka akan mengakibatkan pengangguran akan semakin meningkat.
4. Angka Kematian Tinggi
Masyarakat yang tergolong hidup dibawah garis kemiskinan kurang mendapatkan akses kesehatan yang memadai, serta kurangnya asupan gizi yang akan menyebabkan kesehatannya bertambah buruk, oleh karena itu angka kematian pada masyarakat miskin sangat tinggi.
5. Terjadi Konflik di Masyarakat
Akibat ketidakpuasan yang dirasakan oleh masyarakat miskin, akhirnya mereka melampiaskan dengan tindakan yang anarkis. Bahkan sampai terjadi konflik bernuansa SARA.
d. Ukuran Kemiskinan
Ravallion (1998) Terdapat tiga langkah yang dapat diambil untuk mengukur kemiskinan yaitu :
1. Menentukan indikator kesejahteraan, seperti pendapatan dan konsumsi per kapita
2. Menetapkan standart minimal yang bisa diterima indikator tersebut untuk membedakan antara masyarakat miskin dan tidak miskin (garis kemiskinan)
3. Membuat rangkuman statistik untuk menggabungkan informasi dari distribusi indikator kesejahteraan yang berkaitan dengan garis kemiskinan.
Soemardjan (dalam Sumodingrat 1998:81) ada beberapa cara untuk mengukur kemiskinan melalui standart yang berbeda-beda, serta tetap memperhatikan kategori-kategori kemiskinan sebagai berikut : pertama adalah kemiskinan absolut, yaitu tingkat pendapatan seseorang yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya seperti sandang, pangan, papan, kesehatan dan pendidikan. Kedua adalah kemiskinan relatif, yaitu penghitungan distribusi pendapatan dalam suatu daerah.
World Bank mengukur garis kemiskinan berdasarkan dari tingkat pendapatan. Pendapatan seseorang yang kurang dari US$ 2 per hari maka termasuk dalam kategori miskin.
Badan Pusat Statistik (2010) mengemukakan bahwa untuk mengukur tingkat kemiskinan dapat menggunakan konsep basic needs approach. Melalui cara ini kemiskinan dikatakan sebagai kurangnya kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar yaitu kebutuhan pangan maupun non pangan. Dari indikator tersebut digunakan indikator berupa Head Count Index (P0) yaitu persentase dan jumlah penduduk yang berada dibawah
garis kemiskinan (poverty line).
Ada beberapa indikator lain untuk mengukur kemiskinan, yaitu tingkat kemiskinan (P0), indeks kedalaman kemiskinan (P1) dan indeks keparahan
kemiskinan (P2).
Tingkat kemiskinan (Head Count Index) adalah persentase dan jumlah penduduk yang ada dibawah garis kemiskinan. Jika semakin kecil angka yang ditunjukkan maka semakin kecil persentase dan jumlah penduduk
yang ada dibawah garis kemiskinan. Sebaliknya, jika semakin besar angka yang ditunjukkan maka semakin besar persentase dan jumlah penduduk yang ada dibawah garis kemiskinan. Rumusnya adalah sebagai berikut :
P0 =
∑
i
< z )
Dimana :
I : Fungsi indikator yang bernilai 1 apabila operasi matematika dalam tanda kurang adalah benar, dan 0 apabila salah
N : Total populasi (sampel) yi : Pengeluaran
z : Garis kemiskinan
Kelebihan utama pada head count index yaitu mudah dimengerti dan mudah dirumuskan, namun pada pengukuran ini juga memiliki tiga kelemahan yaitu :
1. Tidak mempertimbangkan intensitas kemiskinan. Misalnya, apabila rumah tangga yang miskin memberi kepada rumah tangga yang sangat miskin, maka indeks tidak akan berubah, meskipun masuk akal untuk beranggapan bahwa secara keseluruhan kemiskinan telah berkurang.
2. Tidak menunjukkan seberapa miskin masyarakat miskin tersebut.
3. Menghitung estimasi kemiskinan per individu, bukan per rumah tangga. Indeks kedalaman kemiskinan (Poverty Gap Index) adalah rata-rata ukuran kesenjangan pengeluaran individu penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Angka tersebut melihatkan adanya celah (Gap) antara rata-rata pendapatan yang diterima penduduk miskin dengan garis kemiskinan.
Semakin kecil angka tersebut maka pendapatan rata-rata penduduk miskin telah mendekati garis kemiskinan. Sebaliknya, semakin tinggi angka tersebut maka semakin besar kesenjangan pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa jika nilai indeks semakin tinggi maka menunjukkan kehidupan perekonomian penduduk miskin semakin terpuruk. Rumusnya adalah sebagai berikut :
P1 =
∑
Dimana : Gi : Kesenjangan kemiskinan z : Garis kemiskinan i : Pendapatan aktualIndeks keparahan kemiskinan (Poverty Severity Index) adalah suatu penyebaran pengeluaran antara penduduk miskin. Angka tersebut menunjukkan adanya kesensitivan distribusi pendapatan antara kelompok miskin. Semakin kecil angka yang ditunjukkan maka distribusi pendapatan antara kelompok miskin semakin rata.
Rumus secara formal :
P
2=
∑
(
)
2
Rumus secara umum :
P
α=
∑
(
)
α, (α ≥ 0)
Dimana :
α : Ukuran sensitivitas indeks terhadap kemiskinan z : Garis kemiskinan
Untuk ukuran (α > 0), maka ukuran tersebut menurun pada taraf hidup penduduk miskin (semakin tinggi standart hidup seseorang, maka orang lainnya akan dianggap semakin miskin). Sedangkan untuk ukuran (α > 1), bahwa pengukuran pada peningkatan kemiskinan yang disebabkan oleh penurunan salah satu taraf hidup seseorang yang lebih miskin, maka akan dianggap lebih besar.
e. Jenis-jenis Kemiskinan 1. Kemiskinan Absolut
Merupakan jenis kemiskinan dimana seorang individu atau masyarakat memiliki pendapatan dibawah garis kemiskinan, sehingga tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok seperti, sandang, pangan dan papan, serta kesehatan dan pendidikan.
2. Kemiskinan Relatif
Merupakan jenis kemiskinan yang terjadi karena dampak kebijakan pembangunan yang belum sampai kepada semua masyarakat. Olehkarena itu dapat mengakibatkan ketimpangan pendapatan dan kesejahteraan. 3. Kemiskinan Kultural
Merupakan jenis kemiskinan yang terjadi akibat kebiasaan masyarakat yang mempertahankan budaya dari jaman nenek moyang serta tidak mau menjadikan kehidupannya lebih modern.
4. Kemiskinan Struktural
Merupakan jenis kemiskinan yang terjadi karena struktur sosial yang tidak dapat memenuhi kesempatan untuk masyarakat bekerja, bukan berarti mereka malas dan tidak mau bekerja.
5. Kemiskinan Subjektif
Merupakan jenis kemiskinan yang terjadi karena mindset atau pola pikir seseorang yang menganggap bahwa kebutuhan yang sudah ada belum tentu cukup terpenuhi.
6. Kemiskinan Alamiah
Merupakan jenis kemiskinan yang terjadi karena kurangnya sumber daya alam yang ada di daerah mereka, sehingga menyebabkan produktivitas masyarakat rendah.
f. Garis Kemiskinan
Garis kemiskinan dapat dianggap sebagai pengeluaran minimal yang diperlukan oleh seorang individu atau rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan pokoknya, baik berupa makanan maupun non makanan. Garis kemiskinan telah menetapkan tingkat konsumsi atau pendapatan yang dibutuhkan sebuah rumah tangga untuk keluar dari zona kemiskinan. Menurut Ravallion (1998), mengatakan bahwa garis kemiskinan pada sebuah rumah tangga dapat dijelaskan sebagai konsumsi atau pengeluaran minimal (pendapatan atau ukuran lain) yang digunakan untuk mencapai utilitas minimal dengan mengingat tingkat harga dan sifat demografis rumah tangga.
Seiring dengan berjalannya waktu, terdapat perubahan garis kemiskinan nominal pada suatu populasi, hal tersebut terjadi karena dua faktor. Pertama, garis kemiskinan menunjukkan biaya pembelian barang-barang makanan dan non makanan. Kedua, garis kemiskinan bisa berubah apabila pada batas kemiskinan direvisi seiring berjalannya waktu. Oleh karena itu kita harus meninjau antara garis kemiskinan relatif atau absolut.
1. Kemiskinan Relatif
Merupakan kemiskinan pada bagian populasi yang paling miskin, (misalnya seperlima atau dua per lima yang paling miskin) bagian tersebut merupakan masyarakat yang relatif miskin. Artinya, bahwa masyarakat miskin selalu ada bersama kita.
2. Kemiskinan Absolut
Merupakan kemiskinan yang tetap berkenaan pada indikator standart yang digunakan, serta tetap pada seluruh domain perbandingan kemiskinan (Ravallion, 1992:25).
Serta kemiskinan absolut dapat dikatakan bahwa, garis kemiskinan ditetapkan supaya dapat mewakili daya beli yang sama dari tahun ke tahunnya. Tetapi garis tersebut memiliki perbedaan dari Negara satu dengan Negara yang lain, atau dari daerah satu ke daerah lain.
g. Lingkaran Setan Kemiskinan (The Vicious Circle of Poverty)
Kemiskinan menyebabkan bermuara pada lingkaran setan kemiskinan (The Vicious Circle of Poverty). Menurut Nurkse (dalam Kuncoro, 1997:107) terdapat keterbelakangan, ketidaksempurnaan pasar, dan kurangnya modal
yang mengakibatkan rendahnya produktivitas. Rendahnya produktivitas menyebabkan rendahnya pendapatan. Rendahnya pendapatan akan berdampak pada rendahnya tabungan dan investasi. Rendahnya investasi dapat berakibat pada keterbelakangan (lihat pada Gambar 2.1).
Gambar 2.1. Lingkaran Setan Kemiskinan
Sumber : R. Nurkse (dalam Kuncoro 1997:107)
Sampai saat ini pada Negara berkembang masih sulit untuk mengelola pasar dalam negerinya menjadi pasar persaingan sempurna. Ketika pembangunan ekonomi tidak dapat dikelola, maka kekurangan capital cenderung terjadi, diikuti dengan produktivitas yang rendah, pendapatan rill rendah, tabungan rendah, dan investasi juga rendah, sehingga memutar kembali pada keadaan yang kekurangan modal. Demikian seterusnya, akan berputar. Oleh sebab itu, setiap cara untuk memerangi kemiskinan harusnya diarahkan agar memotong lingkaran dan perangkap kemiskinan.
Ketidak sempurnaan pasar, Keterbelakangan, Kekurangan Modal Produktivitas Rendah Pendapatan Rendah Tabungan Rendah Investasi Rendah
2. Pertumbuhan Ekonomi
a. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Kuznet (dalam Tambunan, 2008) Pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan mempunyai hubungan yang sangat kuat, karena tahap awal pembangunan akan membuat tingkat kemiskinan akan meningkat dan kemudian ketika mendekati tahap akhir pembangunan jumlah penduduk miskin akan semakin berkurang.
Kuznet (dalam Todaro, 2003) pertumbuhan ekonomi merupakan naiknya kapasitas untuk jangka panjang dari suatu Negara yang terlibat agar menyediakan produk ekonomi kepada penduduknya yang akan ditentukan dengan adanya kemajuan teknologi, ideologi dan kelembagaan.
Mankiw (2004) mendefinisikan bahwa Negara yang memberi perhatian lebih terkait pendidikan kepada masyarakatnya maka pertumbuhan ekonomi akan menjadi lebih baik. Dengan kata lain melakukan investasi terhadap pendidikan agar menghasilkan sumberdaya manusia yang unggul dan produktif, sehingga dapat meningkatkan pertumbumbuhan ekonomi dan akan menurunkan angka kemiskinan.
Pertumbuhan ekonomi menurut kaum historis yaitu seperti Rostow dan Friedrich List mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi dimulai dari perekonomian bersifat tradisional yang bergerak di sektor pertanian, dan akhirnya menjadi sebuah perekonomian modern yang didominasi oleh sektor industri dan manufaktur.
Pandangan pertumbuhan ekonomi menurut kaum klasik sperti Adam Smith, David Richardo, Thomas Robert Malthus, dan menurut kaum neoklasik seperti Robert Solow dan Trover Swan mendefinisikan bahwa pada dasarnya terdapat 4 faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu sebagai berikut : Jumlah barang modal, Jumlah tingkat penduduk, Teknologi yang digunakan, serta luas tanah dan sumberdaya alam.
b. Ukuran Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi dapat diukur dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan Produk Domestik Regional Bruto adalah total dari nilai tambah atau barng dan jasa yang dihasilkan oleh unit ekonomi di suatu wilayah. Produk Domestik Regional Bruto dapat menjelaskan denga gambaran tingkat kualitas suatu daerah untuk mengelola potensi sumberdaya yang dimiliki. Oleh karena itu, hasil angka dari Produk Domestik Regional Bruto sangat bergantung pada potensi produksi tiap daerah tersebut.
Menurut Badan Pusat Statistik PDRB dibagi menjadi dua bentuk yaitu sebagai berikut :
1. PDRB Atas Dasar Harga Konstan
Adalah jumlah nilai suatu produksi dengan cara menghitung sesuai harga tetap. Hasil dari perhitungan ini menunjukkan tingkat kegiatan ekonomi melalui PDRB rill nya.
2. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
Adalah jumlah tambah nilai bruto dari berbagai sektor diseluruh wilayah. Nilai tambah bruto yaitu nilai yang ditambah untuk barang dan jasa yang digunakan oleh suatu produksi dalam proses produksi.
3. Pendidikan
a. Pengertian Pendidikan
Simmons Kuznet (dalam Todaro dan Smith, 2006) pendidikan adalah cara untuk menyelamatkan diri dari kemiskinan. Pendidikan memainkan peran yang sangat penting untuk membentuk kemampuan suatu Negara. Semakin tinggi angka tingkat baca tulis, maka semakin tinggi pula kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).
Todaro (2006) mengemukakan bahwa pendidikan merupakan peran utama sebagai penyerap teknologi yang modern, khususnya di Negara berkembang guna tercipta pembangunan dan pertumbuhan yang berkelanjutan.
Schultz (1961) dan Becker (1965) untuk meningkatkan sumberdaya manusia yang berkualitas, pendidikan merupakan investasi yang tepat untuk saat ini dan dalam jangka yang panjang, dengan tujuan mendapatkan hasil yang maksimal.
Todaro (2013) berpendapat bahwa struktur pendidikan yang berlaku di suatu wilayah akan berdampak pada karakter pertumbuhan ekonomi dan sosial masyarakat pada wilayah tersebut.
Untuk mencapai pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, maka pendidikan berperan penting didalamnya. Pendidikan dapat meningkatkan produksi dan kegiatan ekonomi. Pendidikan merupakan suatu alat untuk mencapai target yang berkelanjutan, karena dengan adanya pendidikan maka kegiatan pembangunan dapat tercapai, sehingga menjadi peluang untuk meningkatkan sumber daya manusia yang lebih baik dimasa mendatang.
Secara umum keadaan pendidikan suatu penduduk dapat dilihat dari beberapa indikator yaitu :
1. Angka Partisipasi Sekolah
Merupakan indikator untuk melihat akses penduduk terhadap lembaga pendidikan bagi penduduk usia sekolah.
2. Rata-rata Lama Sekolah
Merupakan indikator untuk melihat rata-rata penduduk usia 15 tahun ke atas yang telah menyelesaikan pen didikan di semua jenjang pendidikan formal.
3. Angka Melek Huruf
Merupakan indikator untuk mengukur tinggi rendahnya persentase penduduk melek huruf. Angka melek huruf dapat dijadikan sebagai ukuran majunya suatu Negara, karena jika penduduknya memiliki kemampuan membaca dan menulis maka akan dapat mendorong pembangunan ekonomi.
4. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) a. Pengertian IPM
BPS (Badan Pusat Statistik) IPM adalah untuk menjelaskan bagaimana suatu penduduk bisa mengakses hasil dari pembangunan guna memperoleh pendapatan, pendidikan, kesehatan, dan sebagainya.
UNDP (United Nations Development Programme) pembangunan manusia merupakan proses dalam memperbesar pilihan-pilihan untuk manusia. pada dasarnya pembangunan manusia mencakup pembangunan yang sangat luas. Pada konsep pembangunan manusia, suatu pembangunan harus dipahami dan dianalisis dari sudut manusianya juga, tidak hanya dari pertumbuhan ekonominya saja.
IPM merupakan indeks pembangunan manusia atau ciri sebuah pembangunan manusia yang ada di suatu daerah atau Negara. IPM digunakan untuk mengukur kualitas pembangunan manusia dan kemajuan sebuah program pembangunan pada suatu periode yang dapat ditunjukkan dan diukur oleh besaran IPM pada awal dan akhir periode. IPM juga merupakan ukuran untuk melihat dampak kinerja pada pembangunan di sebuah wilayah yang memiliki dimensi sangat luas,karena menunjukkan pada kualitas penduduk dalam angka harapan hidup, standar hidup layak dan intelektualitas.
Dalam perancanaan pembangunan, IPM berfungsi memberikan tuntunan untuk menetukan wewenang atau kebijakan dan menentukan program
pembangunan. Hal ini termasuk dalam tuntunan mengalokasikan anggaran sesuai dengan kebijakan yang sudah ditentukan.
b. Ukuran IPM
Badan Pusat Statistik (BPS) mengukur IPM menggunakan indikator angka harapan hidup, angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Sedangkan untuk mengukur pendapatan, BPS menggunakan paritas daya beli (Purchasing Power Parity). BPS juga menggunakan skala pengukuran pada IPM yaitu 0-100.
United Nations Development Programme (UNDP) mengukur IPM menggunakan angka harapan hidup pada 0 tahun, angka melek huruf, rata-rata lama sekolah dan GDP rill per kapita. UNDP menggunakan skala pengukuran pada IPM antara 0-1
5. Hubungan Antara Variabel
a. Hubungan Pertumbuhan Ekonomi Dengan Tingkat Kemiskinan Todaro (2013) pertumbuhan ekonomi tidak selalu menjadi jawaban terhadap semua permasalahan, tetapi pertumbuhan ekonomi akan selalu menjadi unsur terpenting sebagai penurunan tingkat kemiskinan.
Wongdesmiwati (2009) dalam penelitiannya menyebutkan terdapat hubungan negatif antara pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan, artinya jika pertumbuhan ekonomi naik maka kemiskinan akan turun.
b. Hubungan Pendidikan Dengan Tingkat Kemiskinan
(Lincolin,1999) pendidikan memiliki peran penting dalam mengurangi tingkat kemiskinan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung yaitu melalui pelatihan-pelatihan sesuai ketrampilan yang dibutuhkan guna meningkatkan produktivitas, sedangkan secara tidak langsung yaitu dengan memperbaiki produktivitas dan efisiensi.
Kuznet (dalam Todaro, 2011) pendidikan adalah tujuan pembangunan yang mendasar. Pendidikan mampu menyerap teknologi yang modern untuk pengembangan sebuah kapasitas guna menciptakan pertumbuhan dan pembangunan yang berkelanjutan.
Ataguba et al (2013) menjelaskan bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat menurunkan tingkat kemiskinan.
c. Hubungan IPM Dengan Tingkat Kemiskinan
Fadillah (2016) mengemukakan jika IPM memiliki hubungan yang signifikan terhadap kemiskinan. Apabila IPM meningkat maka kesejahteraan masyarakat akan meningkat dan kemiskinan akan menurun. Napitupulu (2007) mengemukakan bahwa tiga dimensi dasar dalam pembangunan manusia tersebut sangat berpengaruh terhadap kemiskinan. C. Kerangka Pemikiran
Kemiskinan merupakan hal yang paling sulit untuk di atasi, terutama pada daerah pelosok, terpencil dan daerah kepulauan. Kemiskinan menjadi suatu permasalahan yang mendasar dalam pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendidikan.
Pertumbuhan ekonomi menunjukkan pada sebuah kegiatan perekonomian yang akan menghasilkan pendapatan tambahan bagi masyarakat. Pendapatan tambahan tersebut dapat berpengaruh untuk mengurangi kemiskinan jika pendapatan tambahan tersebut bisa menyebar rata ke semua penduduk miskin, karena semakin banyak penduduk miskin memperoleh dan merasakan manfaat dari kegiatan perekonomian maka kesejahteraan masyarakat akan meningkat dan terhindar dari kemiskinan. Pendidikan dan IPM sangat berpengaruh besar terhadap kemiskinan, karena itu juga bisa mempengaruhi kualitas sumber daya manusia. Jika sumber daya manusia memiliki ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang rendah, maka tidak akan bisa meningkatkan produktivitas. Peran pendidikan untuk mengurangi kemiskinan yaitu melalui perbaikan produktivitas dan pelatihan-pelatihan terhadap penduduk miskin, sehingga akan bisa meningkatkan pendapatan. Sedangkan peran IPM dalam mengurangi angka kemiskinan yaitu dengan meningkatkan angka harapan hidup dan rata-rata lama sekolah, serta pendapatan per kapita.
Pada penelitian ini tingkat kemiskinan sebagai variabel dependen (Y) yang dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi sebagai variabel independen (X1), pendidikan (X2), dan indeks pembangunan manusia (X3). Pertumbuhan ekonomi, pendidikan dan IPM digunakan sebagai variabel bebas yang diduga mempengaruhi tingkat kemiskinan kabupaten di pulau Madura. Hubungan antara tingkat kemiskinan dengan variabel yang
mempengaruhinya dapat dilihat pada skema kerangka pikir sebagai berikut:
Gambar 2.2. Skema Kerangka Pemikiran
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan dari tujuan penelitian serta melihat dari penelitian terdahulu, maka hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
Diduga pertumbuhan ekonomi, pendidikan dan indeks pembangunan manusia memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat kemiskinan di pulau Madura.
Pertumbuhan Ekonomi (X1)
Pendidikan (X2) Tingkat Kemiskinan
(Y)