• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. maupun nasional.kesejahteraan itu meliputi keamanan, keselamatan, dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. maupun nasional.kesejahteraan itu meliputi keamanan, keselamatan, dan"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

18 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kesejahteraan

2.1.1 Definisi Kesejahteraan

Istilah kesejahteraan bukanlah hal yang baru, baik dalam wacana global maupun nasional.Kesejahteraan itu meliputi keamanan, keselamatan, dan kemakmuran. Di dalam undang-undang RI nomor 6 tahun 1974 tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial,misalnya, merumuskan kesejahteraan sosial sebagai:

“Suatu kehidupan dan penghidupan sosial, material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan kententraman lahir dan batin, yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga, serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak atau kewajiban manusia dengan Pancasila.”

Kesejahteraan pada intinya mencakup tiga konsepsi, yaitu:

1. Kondisi kehidupan atau keadaan sejahtera, yakni terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah, dan sosial.

2. Institusi, arena atau bidang kegiatan yang melibatkan lembaga kesejahteraan sosial dan berbagai profesi kemanusiaan yang menyelenggarakan usaha kesejahteraan sosial dan pelayanan sosial.

3. Aktivitas, yakni suatu kegiatan-kegiatan atau usaha yang terorganisir untuk mencapai sejahtera.

Dalam Edi Suharto (2005:3), istilah kesejahteraan sosial sering diartikan sebagai kondisi sejahtera (konsepsi pertama), yaitu suatu keadaan terpenuhinya

(2)

19

segala bentuk kebutuhan hidup, khususnya yang bersifat mendasar seperti makanan, pakaian, perumahan, pendidikan, dan perawatan kesehatan. Pengertian seperti ini menempatkan kesejahteraan sebagai tujuan dari suatu kegiatan pembangunan.Misalnya, tujuan pembangunan adalah untuk meningkatkan taraf kesejahteraan sosial masyarakat. Pemaknaan kesejahteraan sebagai arena menempatkan kesejahteraan sebagai arena atau wahana atau alat untuk mencapai tujuan pembangunan (Suharto,2004).

Tentunya ada konsep lain dari kesejahteraan yang melebihi konsep kemiskinan (poverty), baik diukur melalui dimensi moneter maupun non-moneter. Contohnya seperti ketimpangan.Ketimpangan menitikberatkan pada distribusi dari variabel terukur (misalnya pendapatan dan pengeluaran) terhadap seluruh penduduk.Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa posisi relatif dari individu rumah tangga dalam masyarakat merupakan aspek penting dari kesejahteraan mereka.

Adapun usaha untuk meningkatkan kualitas hidup manusia secara menyeluruh mencakup:

1. Peningkatan taraf hidup, melalui seperangkat pelayanan sosial dan jaminan sosial segenap lapisan masyarakat, terutama kelompok-kelompok masyarakat yang kurang beruntung dan rentan yang sangat memerlukan perlindungan sosial. 2. Peningkatan keberdayaan melalui penetapan sistem dan kelembagaan ekonomi, sosial, dan politik yang menjunjung harga diri dan martabat kemanusiaan.

3. Penyempurnaan kebebasan melalui perluasan aksebilitas dan pilihan-pilihan kesempatan sesuai dengan aspirasi, kemampuan dan standar kemanusiaan.

(3)

20

Hal yang perlu dicatat dari bahasan tentang kesejahteraan yaitu kerentanan (vulberability).Kerentanan didefinisikan sebagai peluang atau fisik menjadi miskin atau jatuh menjadi lebih miskin pada waktu-waktu mendatang.Kerentanan merupakan dimensi kunci dari kesejahteraan karena kerentanan berakibat pada perilaku individu (dalam bentuk investasi, pola produksi, strategipenanggulangan) dan persepsi dari kondisi mereka sendiri.

Ada beberapa indikator keluarga sejahtera berdasarkan Badan Pusat Statistik, yaitu:

1. Pendapatan

2.Konsumsi atau pengeluaran rumah tangga 3. Keadaan tempat tinggal

4.Fasilitas tempat tinggal 5. Kesehatan anggota keluarga

6. Kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan

7. Kemudahaan memasukkan anak kejenjang pendidikan 8. Kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi

2.2 Konsep – Konsep Mengenai Kemiskinan

Kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa hadir ditengah-tengah masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang.Menurut Ellis (dalam Suharto, 2005:133) menyatakan bahwa dimensi kemiskinan menyangkut aspek ekonomi, politik dan sosial-psikologis.Secara ekonomi, kemiskinan didefinisikan sebagai kekurangan sumberdaya yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan meningkatkan kesejahteraan sekelompok

(4)

21

orang.Kemiskinan pada umunya didefinisikan dari segi ekonomi, khususnya pendapatan dalam bentuk uang ditambah dengan keuntungan-keuntungan non-material yang diterima seseorang.Namun demikian, secara luas kemiskinan juga kerap didefinisikan sebagai kondisi yang ditandai oleh serba kekurangan: kekurangan pendidikan, keadaan kesehatan yang buruk, dan kekurangan transportasi yang dibutuhkan oleh masyarakat (SMERU dalam Suharto et.al., 2004). Definisi kemiskinan dengan menggunakan pendekatan kebutuhan dasar seperti ini diterapkan oleh Depsos, terutama dalam mendefinisikan fakir miskin.

Kemiskinan adalah ketidakmampuan individu dalam memenuhi kebutuhan dasar minimal untuk hidup layak (BPS dan Depsos, 2002:3).Dalam konteks politik, Friedman mendefinisikan kemiskinan dalam kaitannya dengan ketidaksamaan kesempatan dalam mengakumulasikan basis kekuasaan sosial.Kemiskinan secara sosial-psikologis menunjukan pada kekurangan jaringan dan struktur sosial yang mendukung dalam mendapatkan kesempatan-kesempatan peningkatan produktivitas.Dimensi kemiskinan ini juga dapat diartikan sebagai kemiskinan yang disebabkan oleh adanya faktor-faktor penghambat yang mencegah atau merintangi seseorang dalam memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang ada di masyarakat.Faktor-faktor penghambat tersebut secara umum meliputi faktor internal dan eksternal.Faktor internal datang dari dalam diri si miskin itu sendiri, seperti rendahnya pendidikan atau adanya hambatan budaya.Teori “kemiskinan budaya” (cultural poverty) yang dikemukan oleh Oscar Lewis, misalnya menyatakan bahwa kemiskinan dapat muncul sebagai akibat adanya nilai-nilai atau kebudayaan yang dianut oleh orang-orang miskin, seperti

(5)

22

malas, mudah menyerah pada nasib, kurang memiliki etos kerja dan sebagainya.Faktor eksternal datang dari luar kemampuan orang yang bersangkutan, seperti birokrasi atau peraturan-peraturan resmi yang dapat menghambat seseorang dalam memanfaatkan sumberdaya.

Kemiskinan model ini seringkali diistilahkan dengan kemiskinan struktural.Menurut pandangan ini, kemiskinan terjadi bukan dikarenakan “ketidakmampuan” sistem dan struktur sosial dalam menyediakan kesempatan-kesempatan yang memungkinkan si miskin dapat bekerja.Dengan demikian manusia mempunyai keterbatasan dalam melakukan pilihan, akibat adanya potensi manusia untuk mengembangkan hidupnya menjadi terhambat. Kemiskinan juga muncul karena adanya perbedaan kualitas sumber daya manusia, karena jika kualitas manusianya rendah pasti akan mempengaruhi yang lain, seperti pendapatan. Tapi itu hanyalah masalah klasik.Sekarang penyabab kemiskinan adalah karena tidak mempunyai uang.

2.3 Hubungan Pendekatan Dalam Pengukuran Kemiskinan

Strategi suatu kebutuhan dasar (basic needs) sebagaimana dikutip oleh Thee (1981:29), dipromosikan dan dipopulerkan oleh internasional labor organization (ILO) pada tahun 1976 dengan judul kesempatan kerja, pertumbuhan ekonomi, dan kebutuhan dasar: suatu masalah bagi satu dunia. Strategi kebutuhan dasar memang memberi tekanan pada pendekatan langsung dan bukan cara tidak langsung seperti melalui effek menetes kebawah (trickledown effect) dari pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Kesulitan umum dalam penentuan indikator kebutuhan dasar adalah standart atau kriteria yang subjektif karena dipengaruhi

(6)

23

oleh adat, budaya, daerah, dan kelompok sosial.Di samping itu kesulitan penentuan secara kuantitatif oleh masing-masing komponen kebutuhan dasar yang dimiliki oleh komponen itu sendiri.Misalnya selera konsumen terhadap satu jenis makan atau komoditi lainnya.

Konsep kebutuhan dasar yang dicakup dalam komponen kebutuhan dasar dan karakteristik kebutuhan dasar serta hubungan dengan garis kemiskinan.Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) komponen kebutuhan dasar terdiri dari, pangan dan bukan pangan yang disusun menurut daerah perkotaan dan pedesaan berdasarkan hasil survey sosial ekonomi nasional (SUSENAS).Berdasarkan komposisi pengeluaran konsumsi penduduk, dapat dihitung besarnya kebutuhan minimum untuk masing-masing komponen.

Ukuran kemiskinan pada tingkat makro dapat memberikan gambaran kemiskinan rumah tangga menurut wilayah regional, provinsi, dan kota-desa. Untuk menetapkan rumah tangga sebagai kelompok sasaran program, seperti intervensi dan mengurangi dampak krisis, kriteria-kriteria infrastruktur pelayanan pemerintah dan fasilitas umum lainnya menurut karakteristik wilayah dan rumah tangga sangat penting untuk diperhatikan.Beberapa indikator untuk mengindetifikasikan rumah tangga miskin dapat dikembangkan berdasarkan rumah tangga, termasuk indikator demografi, sosial ekonomi, dan indikator lainnya.

Indikator ekonomi yang dapat digunakan untuk mendefinisikan rumah tangga miskin yaitu dengan ciri-ciri pekerjaan yang dilakukan oleh kepala rumah tangga dan akses terhadap sumber/asset (Pernia dan Quibria,1991). Untuk wilayah

(7)

24

pesisir karakteristik pekerjaan kepala rumah tangga adalah sebagai nelayan.Yang mana kehidupannya bergantung dengan hasil tangkapan laut.

Dalam Zulfahri (2002), Masri Singarimbum mencirikan kemiskinan sebagai suatu kondisi yang memenuhi ciri – ciri :

1. Pendapatan rendah 2. Gizi rendah

3. Tingkat pendidikan rendah 4. Keterampilan rendah 5. Harapan hidup pendek

Sedangkan keban (1994) membagi menjadi 3 kelompok faktor penyebab kemiskinan rumah tangga yaitu:

1. Karakteristik individu kepala rumah tangga 2. Karakteristik pekerjaan kepala rumah tangga 3. Karakteristik lingkungan

2.4 Pengertian dan Penggolongan Nelayan

Menurut Mulyadi (2005:7), nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan atau budi daya. Mereka pada umumnya tinggal di pinggir pantai, sebuah lingkungan pemukiman yang dekat lokasi kegiatannya (Imron,2003)

Sesungguhnya,nelayan bukanlah suatu entitas tunggal, mereka terdiri dari beberapa dari beberapa kelompok. Dilihat dari segi pemilikan alat tangkap, nelayan dapat dibedakan menjadi 3 kelompok,yaitu:

(8)

25 1. Nelayan buruh

2. Nelayan juragan 3. Nelayan perorangan

Nelayan buruh adalah nelayan yang bekerja dengan alat tangkap milik orang lain. Sebaliknya, nelayan juragan adalah nelayan yang memiliki alat tangkap yang dioperasikan oleh orang lain. Adapun nelayan perorangan adalah nelayan yang memiliki peralatan tangkap sendiri, dan dalam pengoperasiannya tidak melibatkan orang lain.

2.5 Gambaran Kondisi Nelayan

Suatu ironi bagi negara maritim seperti Indonesia adalah masyarakat nelayannya merupakan golongan masyarakat paling miskin di Asia bahkan di dunia (Suara Pembaruan,18 November 2005). Pemandangan yang sering dijumpai di perkampungan nelayan adalah lingkungan hidup yang kumuh serta rumah-rumah yang sangat sederhana.Kalaupun ada beberapa rumah-rumah yang menonjolkan tanda-tanda kemakmuran (misalnya rumah yang megah dan berantena parabola), rumah-rumah tersebut umumnya dipunyai oleh pemilik kapal, pemodal, atau rentenir yang jumlahnya tidak signifikan dan sumbangannya kepada kesejahteraan komunitas sangat tergantung pada individu yang sangat bersangkutan. Kemiskinan masyarakat nelayan bersifat multi dimensi dan disebabkan oleh tidak terpenuhinya hak-hak dasar masyarakat antara lain kebutuhan akan pangan, kesehatan, pendidikan, infrastruktur (DKP,2005:10). Di samping itu, kurangnya kesempatan berusaha, kurangnya akses terhadap informasi teknologi dan

(9)

26

permodalan, budaya dan gaya hidup yang cenderung boros, menyebabkan posisi tawar masyarakat miskin semakin lemah.

Dilihat dari lingkupnya, kemiskinan nelayan tediri atas kemiskinan prasarana dan kemiskinan keluarga.Kemiskinan prasarana dapat dindikasikan pada ketersediaan prasarana fisik di desa-desa nelayan, yang pada umumnya masih sangat minim, seperti tidak tersedianya air bersih, jauh dari pasar, dan tidak adanya akses untuk mendapatkan bahan bakar yang sesuai dengan harga standar.Kemiskinan prasarana itu secara tidak langsung juga memiliki andil bagi munculnya kemiskinan keluarga. Misalnya, tidak tersedianya air bersih akan memaksa keluarga untuk mengeluarkan uang untuk membeli air bersih, yang berarti mengurangi pendapatan mereka. Kemiskinan prasarana juga dapat mengakibatkan keluarga yang berada di garis kemiskinan (need poor) bisa merosot ke dalam kelompok keluarga miskin.

Sesungguhnya, ada dua hal utama yang terkandung dalam kemiskinan (Soetrisno,1995), yaitu kerentanan dan ketidakberdayaan. Dengan kerentanaan yang dialami, orang miskin akan mengalami kesulitan untuk menghadapi situasi darurat. Ini dapat dilihat pada nelayan perorangan misalnya, mengalami kesulitan untuk membeli bahan bakar untuk keperluan melaut. Hal ini disebabkan sebelumnya tidak ada hasil tangkapan yang bisa dijual dan tidak ada dana cadangan yang dapat digunakan untuk keperluan yang mendesak. Hal yang sama juga dialami nelayan buruh,mereka merasa tidak berdaya di hadapan para juragan yang telah memperkerjakannya,meskipun bagi hasil yang diterimanya dirasakan tidak adil.

(10)

27

Selain itu, nelayan miskin umumnya belum banyak tersentuh teknologi modern, kualitas sumber daya manusia rendah dan tingkat produktivitas hasil tangkapannya sangat rendah.Tingkat pendidikan nelayan berbanding lurus dengan teknologi yang dapat dihasilkan oleh para nelayan, dalam hal ini teknologi di bidang penangkapan dan pengawetan ikan. Ikan cepat mengalami proses pembusukan dibandingkan dengan bahan makanan lain disebabkan oleh bakteri dan perubahan kimiawi pada ikan. Oleh karena itu, diperlukan teknologi pengawetan ikan yang baik. Selama ini, nelayan hanya menggunakan cara yang tradisional untuk mengawetkan ikan. Hal tersebut salah satunya disebabkan karena rendahnya tingkat pendidikan dan penguasaan nelayan terhadap teknologi (Kusnadi,2000).

Dengan demikian, masalah sosial ekonomi yang terdapat pada kehidupan nelayan antara lain adalah :

a. Rendahnya tingkat pendidikan,

b. Miskin pengetahuan dan teknologi untuk menunjang pekerjaanya, c. Kurangnya daya kreativitas,

d. Belum adanya perlindungan terhadap nelayan dari jeratan para tengkulak,serta, e. Kurangnya tersedia wadah pekerjaan informal.

Dengan rendahnya produktivitas,nelayan tetap melakukan operasi penangkapan ikan yang sesungguhnya tidak lagi efisien secara ekonomis. Nelayan tetap tinggal pada industri perikanan karena rendahnya opportunity cost (Subade and Abdullah,1993). Opportunity cost nelayan,menurut definisi, adalah kemungkinan atau alternatif kegiatan atau usaha ekonomi lain yang terbaik yang

(11)

28

diperoleh selain menangkap ikan. Dengan kata lain, opportunity cost adalah kemungkinan lain yang bisa dikerjakan nelayan bila saja mereka tidak menangkap ikan. Bila opportunity cost rendah maka nelayan cenderung tetap melaksanakan usahanya meskipun usaha tersebut tidak lagi menguntungkan dan efisien. Ada juga argument yang mengatakan bahwa opportunity cost nelayan, khususnya di negara berkembang, sangat kecil dan cenderung mendekati nihil. Bila demikian maka nelayan tidak punya pilihan lain sebagai mata pencahariannya. Dengan demikian apa yang terjadi, nelayan tetap bekerja sebagai nelayan karena itu yang bisa dikerjakan.

2.6 Pengertian Pendapatan, Pendidikan, dan Kesehatan 2.6.1 Pengertian Pendapatan

Pendapatan merupakan salah satu unsur yang paling utama dari pembentukan laporan laba rugi dalam suatu perusahaan. Banyak yang masih bingung dalam penggunaan istilah pendapatan. Hal ini disebabkan pendapatan dapat diartikan sebagai revenue dan dapat juga diartikan sebagai income. Menurut Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari aktivitas perusahaan yang dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan, penghasilan jasa (fees), bunga, deviden, royalti dan sewa.” Definisi tersebut memberikan pengertian yang berbeda dimana income memberikan pengertian pendapatan yang lebih luas, income meliputi pendapatan yang berasal dari kegiatan operasi normal perusahaan maupun yang berasal dari luar operasi normalnya. Sedangkan revenue merupakan penghasil dari penjualan produk, barang dagangan, jasa dan perolehan dari setiap

(12)

29

transaksi yang terjadi. Tinggi rendahnya pendapatan seseorang tergantung pada faktor-faktor seperti umur, jenis kelamin, kemampuan, pendidikan dan

pengalaman.

2.6.2 Pengertian Pendidikan

Pendidikan merupakan suatu usaha serta upaya yang dilakukan oleh manusia yang sudah dewasa dalam membimbing manusia yang masih belum dewasa ke arah kedewasaan. Bimbingan disini dalam arti luas, yaitu memberikan pengetahuan serta pemahaman kepada anak-anak bagaimana dia harus bertanggung jawab menyelesaikan tugas-tugasnya, mengajarkan kemandirian, saling menghormati, rasa tanggung jawab, serta bimbingan lainnya. Selain itu juga pendidikan bisa diartikan bahwa proses perubahan atau pendewasaan manusia, berawal dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak paham menjadi paham dan sebagainya.

Menurut Michael Todaro (1998:476) bahwa pendidikan memiliki pengaruh positif terhadap promosi pertumbuhan ekonomi. Bahwasannya tersedianya tenaga-tenaga kerja terampil dan terdidik sebagai syarat penting berlangsungnya pembangunan ekonomi secara berkesinambungan sama sekali tidak perlu diragukan.

2.6.3 Pengertian Kesehatan

Pengertian sehat menurut WHO adalah “Health is a state of complete physical, mental and social well-being and not merely the absence of diseases or infirmity”. Sehat adalah kondisi normal seseorang yang merupakan hak hidupnya. Sehat berhubungan dengan hukum alam yang mengatur tubuh, jiwa, dan

(13)

30

lingkungan berupa udara segar, sinar matahari, santai, kebersihan serta pikiran, kebiasaan dan gaya hidup yang baik.Selama beberapa dekade terakhir, pengertian sehat masih dipertentangkan oleh para ahli dan belum ada kata sepakat dari para ahli kesehatan maupun tokoh masyarakat dunia.AkhirnyaWorld Health Organization (WHO)membuat defenisi universal yang menyatakan bahwa pengertian sehat adalah suatu keadaan kondisi fisik, mental, dan kesejahteraan sosial yang merupakan satu kesatuan dan bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan.Menurut WHO, ada tiga komponen penting yang merupakan satu kesatuan dalam defenisi sehat yaitu:

1.Sehat Jasmani

Sehat jasmani merupakan komponen penting dalam arti sehat seutuhnya, berupa sosok manusia yang berpenampilan kulit bersih, mata bersinar, rambut tersisir rapi, berpakaian rapi, berotot, tidak gemuk, nafas tidak bau, selera makan baik, tidur nyenyak, gesit dan seluruh fungsi fisiologi tubuh berjalan normal.

2. Sehat Mental

Sehat mental dan sehat jasmani selalu dihubungkan satu sama lain dalam pepatah kuno “Jiwa yang sehat terdapat di dalam tubuh yang sehat” (Men Sana In Corpore Sano).

3.Sehat Spritual

Spritual merupakan komponen tambahan pada pengertian sehat oleh WHO dan memiliki arti penting dalam kahidupan sehari-hari masyarakat. Setiap individu perlu mendapat pendidikan formal maupun informal, kesempatan untuk berlibur, mendengar alunan lagu dan musik, siraman rohani seperti ceramah agama dan

(14)

31

lainnya agar terjadi keseimbangan jiwa yang dinamis dan tidak monoton. 2.7 Hubungan Pendapatan, Pendidikan, dan Kesehatan terhadap kesejahteraan

Tingkat penghasilan/pendapatan suatu negara biasanya diukur dari pendapatan perkapita, yaitu jumlah pendapatan rata-rata penduduk dalam suatu negara. Angka total pendapatan atau gross national produk(GNP) per kapita merupakan konsep yang paling sering dipakai tolak ukur tingkat kesejahteraan ekonomi penduduk di suatu negara. Akan tetapi masih banyak pendapatan per kapita yang masih rendah misalnya di desa atau di kota yang sedang berkembang. Hal ini disebabkan oleh :

1. Pendidikan yang masih rendah 2. Besarnya angka ketergantungan 3. Jumlah penduduk yang banyak

4. Produktivitas tenaga kerja (labor productivity) yang masih rendah.

Dampak yang menyebabkan tingkat pendapatan penduduk yang masih rendah terhadap pembangunan adalah :

1. Tingkat kesejahteraan yang masih rendah yang akan menyebabkan hasil pembangunan yang akan banyak dinikmati masyarakat kelas sosial menengah ke atas.

2. Rendahnya daya beli masyarakat sehingga membuat pembangunan bidang ekonomi kurang berkembang dengan baik.

Untuk meningkatkan pendapatan masyarakat sehingga dapat mendukung pelaksanaan pembangunan dengan cara:

(15)

32

1. Meningkatkan GNP dengan cara meningkatkan barang dan jasa 2. Memperluas kesempatan kerja

3. Menekan laju pertumbuhan penduduk 4. Menggiatkan usaha kerajinan rumah tangga 5. Merangsang kemauan berwiraswasta.

Permasalahan kualitas penduduk dan dampaknya terhadap pembangunan adalah sebagai berikut:

Masalah tingkat pendidikan di kota yang berkembang lebih rendah dibandingkan dengan kota yang maju. Rendahnya tingkat pendidikan disebabkan:

a. Tingkat kesadaran masyarakat untuk bersekolah rendah.

b. Besarnya anak usia sekolah yang tidak seimbang dengan penyediaan sarana pendidikan.

c. Pendapatan perkapita penduduk di Indonesia rendah

Dampak yang ditimbulkan dari rendahnya tingkat pendidikan terhadap pembangunan adalah:

1. Rendahnya penguasaan teknologi maju, sehingga harus mendatangkan tenaga ahli dari negara maju. Keadaan ini sungguh ironis, di mana keadaan jumlah penduduk Indonesia besar, tetapi tidak mampu mencukupi kebutuhan tenaga ahli yang sangat diperlukan dalam pembangunan.

2. Rendahnya tingkat pendidikan mengakibatkan sulitnya masyarakat menerima hal-hal yang baru. Hal ini nampak dengan ketidakmampuan masyarakat merawat hasil pembangunan secara benar, sehingga banyak fasilitas umum yang rusak karena ketidakmampuan masyarakat memperlakukan secara tepat. Kenyataan

(16)

33

seperti ini apabila terus dibiarkan akan menghambat jalannya pembangunan. Oleh karena itu, pemerintah mengambil beberapa kebijakan yang dapat meningkatkan mutu pendidikan masyarakat.

Usaha yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan masyarakat adalah:

1. Pencanangan wajib belajar 9 tahun.

2. Mengadakan proyek belajar jarak jauh seperti SMP Terbuka dan Universitas Terbuka.

3. Meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan (gedung sekolah, perpustakaan, laboratorium, dan lain-lain).

4. Meningkatkan mutu guru melalui penataran-penataran. 5. Menyempurnakan kurikulum sesuai perkembangan zaman. 6. Mencanangkan gerakan orang tua asuh.

7. Memberikan beasiswa bagi siswa yang berprestasi.

Tingkat kesehatan suatu negara umumnya dilihat dari besar kecilnya angka kematian, karena kematian erat kaitannya dengan kualitas kesehatan.

Kualitas kesehatan yang rendah umumnya disebabkan: 1. Kurangnya sarana dan pelayanan kesehatan.

2. Kurangnya air bersih untuk kebutuhan sehari-hari. 3. Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan. 4. Gizi yang rendah.

5. Penyakit menular.

(17)

34

Dampak rendahnya tingkat kesehatan terhadap pembangunan adalah terhambatnya pembangunan fisik karena perhatian tercurah pada perbaikan kesehatan yang lebih utama karena menyangkut jiwa manusia. Selain itu, jika tingkat kesehatan manusia sebagai objek dan subjek pembangunan rendah, maka dalam melakukan apa pun khususnya pada saat bekerja, hasilnya pun akan tidak optimal.

Untuk menanggulangi masalah kesehatan ini, pemerintah mengambil beberapa tindakan untuk meningkatkan mutu kesehatan masyarakat, sehingga dapat mendukung lancarnya pelaksanaan pembangunan. Upaya-upaya tersebut di antaranya sebagai berikut:

1. Mengadakan perbaikan gizi masyarakat.

2. Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular. 3. Penyediaan air bersih dan sanitasi lingkungan.

4. Membangun sarana-sarana kesehatan, seperti puskesmas, rumah sakit, dan lain-lain.

5. Mengadakan program pengadaan dan pengawasan obat dan makanan. 6. Mengadakan penyuluhan tentang kesehatan gizi dan kebersihan lingkungan.

2.8 Penelitian Terdahulu

Analisis tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan selalu menarik diteliti.Penelitian yang dilakukan oleh Liony Wijayanti dan Ihsannudin dengan judul Strategi Peningkatan Kesejahteraan Masyarkat Nelayan kecamatan Pademawu Kabupaten Pamekasan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

(18)

35

kemiskinan dan strategi peningkatan kesejahteraan masyarakat nelayan di Kecamatan Pademawu.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa didasarkan pada kriteria World Bank dinyatakan nelayan belum sejahtera.Namun jika didasarkan pada kriteria BPS propinsi Jawa Timur dinyatakan sudah sejahtera.

Pada penelitian yang kedua oleh Eko Sugiharto dengan judul Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Nelayan Desa Benua Baru Hilir Berdasarkan Indikator Badan Pusat Statistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa menurut Badan Pusat Statistik indikator bahwa 15% responden diklasifikasikan keluarga dengan tingkat kesejahteraan yang tinggi dan 85% diklasifikasikan keluarga dengan tingkat kesejahteraan menengah.

Pada penelitian yang ketiga oleh Eko Sugiharto, Salmani, dan Bambang Indratno Gunawan dengan judul Studi Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Nelayan di Kampung Gurimbang Kecamatan Sambaliung Kabupaten Berau. Hasil penelitian menunjukkan bahwa menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) diketahui bahwa sebanyak 31 orang responden (94%) nelayan di Kampung berada pada tahap Keluarga Prasejahtera dan sebanyak 2 orang responden (6%) berada pada tahap Keluarga Sejahtera I.

Pada penelitian yang keempat oleh Qoriah Saleha, SPi, MSi dengan judul Profil Aktivitas Ekonomi dan Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Nelayan di Desa Pela, Kecamatan Kota Bangun, Kabupaten Kutai Kartanegara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa indikator tingkat kesejahteraan di BKKBN menunjukkan bahwa 91,30% miskin dan 8,69% tidak miskin. Indikator BPS menunjukkan

(19)

36

bahwa 2,17% miskin dan 97,83% tidak miskin. Dan kemudian, indikator Sajogyo menyatakan bahwa 100% tidak miskin.

2.9 Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.10 Hipotesis

Menurut Sugiyono (2011:70), hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena, jawaban yang diberikan melalui hipotesis baru didasarkan teori, dan belum menggunakan fakta.Hipotesis memungkinkan kita menghubungkan teori dengan pengamatan, atau pengamatan dengan teori.Hipotesis mengemukakan pernyataan tentang harapan peneliti mengenai hubungan-hubungan antara variabel-variabel Kesejahteraan

Masyarakat (Y)

Tingkat Pendapatan (X1)

Tingkat Pendidikan (X2)

Tingkat Kesehatan (X3)

Kondisi Perumahan dan Fasilitas yang dimiliki (X4)

(20)

37

dalam persoalaan.Oleh sebab itu rumusan masalah penelitian ini biasanya disusun dalam kalimat pernyataan.

Dugaan sementara dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh positif antara tingkat pendapatan terhadap kesejahteraan masyarakat.

2. Terdapat pengaruh positif antara tingkat pendidikan terhadap kesejahteraan masyarakat.

3. Terdapat pengaruh positif antara tingkat kesehatan terhadap kesejahteraan masyarakat.

4. Terdapat pengaruh positif antara kondisi rumah terhadap kesejahteraan masyarakat.

Gambar

Gambar 2.1   Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Hasil identifikasi fauna ikan di Kawasan Mangrove Teluk Pangpang ditemukan kelimpahan dan biomassa yang tinggi pada jenis ikan bedul ( A. caninus ) sebanyak 975 ind sebesar 18.299,56

Kriteria yang digunakan untuk menetapkan lokasi yang akan direhabilitasi pada kegiatan ini didasarkan pada beberapa kriteria yang juga dipakai dalam studi lainnya,

 Guru dan Peserta didik menarik sebuah kesimpulan tentang point-point penting yang muncul dalam kegiatan pembelajaran yang baru dilakukan tentang Pengolahan Hasil Peternakan

Halo para pecinta coding, ini tutorial pertama yang saya tulis, saya awali dengan membuat program untuk menghitung poin klub sepak bola dengan C#, Berikut deskripsi program yang

Pengujian pada sistem Automatic Antilock Braking System dibagi atas beberapa tahap, yaitu : pengujian fungsi keanggotaan Fuzzy yang dioptimasi Algoritma Genetika

Sampai detik terakhir perjalanannya di Moskwa, Rusia, Muhammad Ayyas berhasil melewati ujian berat itu, dan justeru dua teman seapartemennya itu pada akhirnya memeluk Islam yang

Lingkup kerja pendampingan pemenangan pilkada yang digarap oleh LKPI meliputi mulai dari perencanaan, pembentukan jaringan, budgeting, manajemen tim sukses, strategi

Pengaruh pemberian kalium terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman manggis (Garcinia mangostana, L.) [skripsi].. Fakultas