ANALISA TINGKAT DAN DAMPAK KEBISINGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA DIESEL (PLTD) TERHADAP PEKERJA DAN MASYARAKAT SEKITAR
Ibnu Hajar1, Suhardiman2 Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Bengkalis
Jl. Bathin Alam, Sungai Alam – Bengkalis 28751 Email : ibnu_7126@yahoo.com1, suhardiman@polbeng.ac.id2
Abstrak
Proeses pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) dalam kegiatan pengoperasian mesin-mesin diiesel yang berkapasitas besar sangat berpotensi menimbulkan kebisingan. Kebisingan adalah suara yang tidak dikehen-daki dalam ruang dan waktu yang memberikan gangguan yang berpotensi mempengaruhi terhadap kesehatan dan kenyamanan lingkungan kerja dan tempat tinggal. Operator yang mengoperasikan mesin pembangkit dan masyarakat yang tinggal berdekatan dengan sumber bising merupakan komponen lingkungan yang terkena pengaruh langsung akibat adanya peningkatan kebisingan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa tingkat kebisingan pada mesin pembangkit terhadap pekerja dan kenyamanan lingkungan penduduk sekitar. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode deskriptif kuantitatif, yaitu pengumpulan data dilakukan pada 13 titik pengukuran selama 24 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kebisingan yang diterima operator mesin telah melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja Kep-51/MEN/1999 yaitu sebesr 85 dBA/8 jam dan tingkat merasa tidak nyaman bagi masyarakat sekitar mencapai diatas 31 % dan sudah melebihi standar kenyamanan kebisingan yang ditetapkan menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 48/MENLH/11/1996 yaitu sebesar 55 dBA. Dari keseluruhan data yang diperoleh, da-pat dilihat bahwa tingkat kebisingan mesin pembangkit sudah menggangu aktivitas pekerjaan operator dan persepsi masyarakat terhadap kebisingan mesin pembangkit sudah sangat terganggu sehingga dapat menimbul-kan gangguan fisiologis seperti merasa tidak nyaman dan gangguan pendengaran.
Kata kunci : Kebisingan, mesin pembangkit, pekerja, masyarakat
Abstract
The process of diesel generators in operating diesel machines activities that are large capacity is potentially causing the noise . Noise is unwanted sound in the space and time which gives disorders potentially affecting the health and comfort of the working environment and home . Operators that operate generators and communities who living adjacent to the source of noise is the environmental component which directly affected as a result of an increase in noise . This research aims to analyze the level of noise in the engine generator to the workers and comfortable environment residents. The research method is descriptive quantitative methods , is collecting the data is done on 13 point measurements for 24 hours . The results showed that the level of noise received by machine operator has exceeded threshold limit value by the Ministry of Manpower Kep-51/MEN/1999 is 85 dBA/8 hours and the levels are uncomfortable for people around reached above 31 % and already exceeds the standards of noise comfortable is set by the MOE Decree No. 48/MENLH/11/1996 that is 55 dBA . From the overall data obtained , it can be seen that the engine noise level is already disrupting the operator jobs activity and public perception of noise generating machinery is very disturbed and so it can be cause physiological disorders such as feeling uncomfortable and hearing loss .
Key Words: noise , engine generator , workers , community Latar Belakang
Kebisingan merupakan masalah kesehatan kerja yang selalu timbul pada industri besar yang menggunakan tenaga penggerak me-sin diesel. Berkembangnya industri kelis-trikkan di Indonesia menyebabkan makin banyak tenaga kerja yang terpapar pada ke-bisingan yang intensitasnya tinggi sehingga dapat menyebabkan gangguan fisiologis se-perti gangguan pendengaran. PT. Perusaha-__
an Listrik Negara (PLN) Rayon Bengkalis Sektor Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Pangkalan Batang merupakan in-dustri yang menggunakan tenaga diesel se-bagai pembangkit listrik tenaga diesel di kecamatan Bengkalis, Bantan dan Selat ba-ru. Saat ini PLTD milik PT. PLN (Persero) Rayon Bengkalis yang terletak di desa pangkalan batang ini memiliki 23 unit me-sin pembangkit, lima unit diantaranya milik
PLN, sementara sisanya merupakan mesin sewa. Empat mesin sewa milik PT.Bangun Andalas Pratama (BAP) mempunyai daya mampu sebesar 4 Mega Watt (MW) yang merupakan sumber kebisingan utama kare-na lokasi mesin dalam ruang terbuka. Pe-kerja lapangan PLTD setiap hari berhu-bungan dengan mesin-mesin pembangkit listrik yang memiliki intensitas tinggi de-ngan spektum lus. Dampak kebiside-ngan
pa-da pekerja lapangan PLTD merupakan
dam-pak yang menetap berefek sementara seper-ti pada waktu operator memeriksa mesin pembangkit karena sewaktu beoperasi se-tiap periode 2 jam sehingga efek berakibat terhadap ganguan pendengaran.
Kebisingan lingkungan kerja dan ling-kungan kawasan pemukiman penduduk se-kitar mesin pembangkit merupakan suatu permasalahan cukup serius dan harus di-perhatikan, karena dengan penggunaan me-sin-mesin diesel yang berkapasitas besar sangat indentik dengan kehadiran sumber suara bising sehingga mempengaruhi Ke-nyamana lingkungan kerja dan lingkungan pemukiman masyarakat sekitar.
Berdasarkan hasil observasi lapangan yang telah dilakukan sebelumnya bahwa kebisingan mesin pembangkit PT. PLN (Persero) Bengkalis bersumber dari peng-gunaan mesin-mesin diesel yang digunakan untuk menggerakkan generator listrik.
Tujuan dan Manfaat
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa ting-kat kebisingan pada mesin pembangkit dan se-jauh mana pengaruhnya terhadap pekerja lapa-ngan dan persepsi masyarakat akibat kebisilapa-ngan mesin pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) PT. PLN Rayon Bengkalis. Penelitian ini akan bermanfaat sebagai asukan untuk merencana-kan sistem pengendalian kebisingan yang lebih baik.
Tinjauan Pustaka
Bunyi
Bunyi atau suara diartikan sebagai ram-batan dari serangkaian gelombang longi-tudinal yang terjadi akibat adanya peruba-__an
perubahan kerapatan dan tekanan suara yang berasal dari sumber getaran. Dalam bahasa yang popular dapat dijelaskan bah-wa bunyi merupakan kompresi gelombang longitudinal yang merambat secara meka-nis melalui medium (udara, padat dan cair) sebagai perantara. Gelombang longitudinal yang merambat dalam medium udara biasa-nya disebut gelombang bunyi yang inten-sitasnya tergantung pada frekuensi, ampli-tudo dan bentuk gelombangnya. Hal ini memberikan beberapa alasan bahwa telinga manusia sangat peka dan mampu mende-teksi sumber bunyi sampai batas intensitas rendah pada rentang frekuensi tertentu da-pat menimbulkan respon pada pendengar-an. Secara umum bunyi digolongkan pada tiga aspek: pertama, ada sumber bunyi yang merupakan gelombang bunyi dari benda yang bergerak. Kedua, sumber bunyi dalam bentuk gelombang bunyi longitudinal dari energi yang dipindahkan. Ketiga, bunyi didetksi oleh telinga atau alat ukur.
Intesitas Bunyi
Intensita bunyi adalah energi yang dibawa oleh sebuah gelombang udara per satuan waktu melalui satuan luas dan sebanding dengan kwadrat amplitudo ge-lombang. Intensitas bunyi tergantung pada posisi dalam daerah per satuan luas dimana gelombangnya bergerak secara paralel. Ka-rena energi per satuan waktu adalah daya dan intensitas memiliki satuan daya per
satuan luas atau W/m2.
Telinga manusia dapat mendeteksi
bu-nyi dengan intensitas serendah 10-12 W/m2
dan setinggi 1 W/m2. Untuk menghasilkan
bunyi yang terdengar 2 kali lebih keras ma-ka dibutuhma-kan gelombang bunyi yang in-tensitas 10 kali lipat. Tingkatan inin-tensitas bunyi didefinisikan dengan persamaaan :
ref I I I L =10log ………....(1) Dimana :
I = Tingkat ntensitas bunyi , W/m2
Iref = Intensitas standar yaitu intensitas
Karakteristik Bunyi
Ambang batas pendengaran manusia, yaitu nilai minimum intensitas daya bunyi yang
dapat dideteksi telinga manusia, yaitu 10-6
W/cm2. Setiap bunyi yang dirasakan oleh
pendengaran manusia dipengaruhi oleh ke-nyaringan dan ketinggian, dan masing-ma-sing menyatakan sensasi dalam kesadaran pendengar. Ketinggian bunyi menyatakan apakah bunyi tersebut tinggi, seperti bunyi biola atau suling dan bunyi rendah seperti senar bas atau drum. Dalam ilmu fisika be-saran untuk menentukan ketinggian bunyi adalah frekuensi. Makin rendah frekuensi makin rendah ketinggian bunyi dan seba-liknya. Telinga manusia hanya dapat men-dengar frekuensi dalam jangkauan 20 - 20.000 Hz, biasa disebut jangkauan pen-dengaran dimana jangkauan ini berbeda da-ri individu ke individu.
Kebisingan
Kebisingan menurut keputusan Menteri Te-naga Kerja No. 15/MEN/1999 adalah se-mua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengar-an. Sedangkan menurut Keputusan Meteri Lingkungan Hidup No.48/MEN/1996 ada-lah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu ter-tentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan kenyamanan lingkungan. Menurut Hediyono (2003) kebisingan ada-lah bunyi yang tidak diinginkan yang du-rasi, intensitas dan kualitasnya menyebab-kan berbagai dampak terhadap fisiogi atau psikologis manusia serta makhluk hidup lainnya. Dari berbagai definisi bunyi diatas, maka dapat dikatakan bahwa kebisingan merupakan suara yang tidak dikehendaki dan dianggap menggangu bagi pendengar-an mpendengar-anusia ypendengar-ang dapat menimbulkpendengar-an gpendengar-ang- gang-guan kesehatan.
Sumber Kebisingan
Pada umumnya sumber bising di industri berasal dari mesin-mesin pembangkit tena-ga, pesawat dan peralatan produksi. Kebisi-ngan
Kebisingan yang timbul akibat penggunaan alat kerja dalam proses kerja diakibatkan oleh adanya tumbukan atau benturan pera-latan kerja yang pada umumnya terbuat da-ri benda keras atau logam. Sumber kebisi-ngan adalah merupakan komponen peng-hasil bunyi yang bising. Pada sistem teknik mesin, gejala-gejala penyebab kebisingan dapat digolongkan atas tiga bagian, yaitu : 1. Mechanical Noise: yaitu kebisingan
akibat adanya fenomena mekanis, misalnya pertautan roda gigi, impeler, kipas (fan), tumbukan, dan sebagai-nya.
2. Electro Noise: yaitu kebisingan akibat fenomena elektro, misalnya adanya medan magnetik pada trafo, generator, dan sebagainya
3. Hydro Noise: yaitu kebisingan akibat fenomena hydro, misalnya adanya
aliran turbulen, kavitasi, dan
sebagainya.
Nilai Ambang Batas Kebisingan
Menurut surat edaran Meteri Tenaga Kerja,
Transmigrasi, Koperasi No.SE 01/MEN/1978
mendefinisikan bahwa nilai ambang batas untuk kebisingan ditempat kerja adalah intensitas tertinggi dan merupakan nilai rata-rata yang masih dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan menurunnya da-ya dengar da-yang tetap untuk waktu kerja te-rus menete-rus tidak boleh lebih dari 8 jam sehari 40 jam seminggu.
Tabel 1. Nilai Ambang Batas Kebisingan Satuan Lama pajanan
per hari dBA
Jam 24 80 16 82 8 85 4 88 2 91 1 94 Menit 30 97 15 100 7,5 103 3,75 106 1,88 109 0,94 112
Sumber : Kep. 51/Men/11/1999
Tabel 1. Lanjutan Satuan Lama pajanan
per hari dBA
Detik 28,12 115 14,06 118 7,03 121 3,75 124 1,78 127 0,88 130 0,44 133 0,22 136 0,11 139
Sumber : Kep. 51/Men/11/1999
Peraturan perundangan yang berkaitan dengan kebisingan ditempat kerja Nilai Ambang Batas (NAB) adalah suatu kriteria atau angka yang diperbolehkan untuk ke-bisingan 85 dB(A) dengan waktu kerja se-lama 8 jam/ hari untuk sese-lamanya tidak akan menggangu kesehatan pendengaran pekerja, keculai karena faktor usia. Bila hal ini berkepanjangan, dapat merusakkan pen-dengaran yang bersifat sementara maupun permanen.
Pemerintah Indonesia, melalui Kepu-tusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: KEP-48/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan, membuat aturan mengenai baku tingkat kebisingan yang di-izinkan di Indonesia.
Tabel 2. Baku tingkat kebisingan
Berbagai kriteria telah ditetapkan dan menyatakan tingkat kebisingan maksimum yang tidak boleh dilampaui misalnya yang dibuat oleh International Standardization de Organization (ISO Standard 1999.2), The Occupational Safety and Health Admi-nistration (OSHA), dan The Enviromental Protection Agency (EPA), dan lain-lain.
Tabel 3. Tingkat Kebisingan Yang Diizinkan Dalam Satuan Tingkat Tekanan
Bunyi (dB) dan Waktu Keluaran (jam).
Dampak Kebisingan pada Manusia
Kebisingan sangat berpengaruh sekali pada manusia, terutama kepada pekerja dan mas-yarakat yang tinggal berdekatan dengan sumber suara bising. Banyak penyakit atau gangguan yang dapat ditimbulkan oleh bisi-ng, maka gangguan ini dapat dikelompok-kan sebagai berikut :
1. Gangguan fisiologis
Kebisingan juga menimbulkan gang-guan fisiologis yaitu internal body sys-tem. Internal body system adalah sistem fisiologis yang terpenting untuk kehi-dupan. Gangguan fidiologis ini dapat menimbulkan kelelahan, dada berbedar, menaikkan denyut jantung, memper-cepat pernapasan, pusing dan kurang nafsu makan.
2. Gangguan psikologs
Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, rasa jengkel, susah tidur, rasa khawatir, ce-mas, mudah marah dan cepat tersing-gung. Suara secara psikologis dianggap bising dapat disebabkan oleh tiga fak-tor : yaitu volume, perkiraan dan pe-ngendalian.
Sumber : Kep. 48/MENLH/1996
Metode Penelitian
Metode penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah :
1. Menyiapkan semua alat kelengkapan alat tulis dan format yang diperlukan, yang digunakan untuk pencatatan data. 2. Menentukan titik sampling bebas dari
gangguan, magnet getaran atau faktor lain yang memungkinkan menganggu kerja alat ukur. Dalam penelitian ini titik sampling pada suatu lokasi harus diperhatikan antara lain sumber bising dari garis lurus yang ditempati oleh sumber bising.
3. Pengukuran kebisingan mesin
dilakukan pada tiap-tiap mesin dengan jarak 1 meter, tempat aktivitas kerja operator dalam pengecekan mesin yang sedang operasi dan ruang operator (control room). Pengukuran dilakukan pada waktu pagi, siang dan malam hari sesuai aktiitas pekerja pengecekan mesin selama 20 menit setiap 2 jam dimana 1 shift/8 jam melakukan pengecekan sebanyak 4 kali.
4. Pengukuran kebisingan lingkungan di luar mesin pembangkit terhadap Kenya-manan penduduk sekitar dilakukan pa-da radius 10 meter, 50 meter, 100 me-ter, 150 meme-ter, 200 meme-ter, 250 meter dan 300 meter.
5. Mempersiapkan alat ukur sound level meter yakni dengan memasang pada tempatnya, baterai dicek, dilakukan kalibrasi dan mengatur selektor untuk menentukan fast atau slow dimana fast untuk mengukur suara kontinu dan slow untuk mengukur suara terputus-putus. 6. Melakukan pengukuran, membaca hasil
pengukuran dan mencatat pada format dengan jarak setiap pengukuran adalah 2 jam dan dilakukan selama 10 detik.
Pengukuran pada titik sampling
dilakukan 2 orang yaitu orang pertama menentukan waktu dan membaca hasil pengukuran dan orang kedua mencatat hasil pengukuran. Setelah seluruh pengukuran selesai dilakukan tabulasi hasil pengukuran.
ngendalian.
3. Gangguan komunikasi
Resiko potensial terhadap pendengaran terjadi apabila komunikasi pembicaraan
harus dijalankan dengan berteriak.
Gangguan ini dapat menimbulkan ter-ganggunya pekerjaan dan kadang-kadang mengakibatkan salah pengertian yang secara tidak langsung dapat me-nurunkan kualitas pekerjaan.
4. Gangguan pendengaran
Pengaruh utama kebisingan terhadap kesehatan adalah rusaknya indera pen-dengaran yang menyebabkan ketulian progresif. Mula-mula efek kebisingan pada pendengaran bersifat sementara dan pemuliahan terjadi secara cepat sesudah
berhenti kerja di tempat bising.
Kehilangan pendengaran sementara
(noise-induced temporary threshold
shift), yaitu bila telinga pendengar se-gera dapat kembali normal setelah ter-kena bising pada jangka waktu tertentu.
Pengendalian Kebisingan
Untuk melindungi dan mencegah tim-bulnya penurunan pendengaran akibat kebisingan terhadap pekerja maka dapat dilakukan program konservasi pendengaran (Hearing Conservation Program). Terdapat berbagai metode untuk mengendalikan kebisingan di tempat kerja. Salah satu cara yang paling efektif adalah dengan meng-aplikasikan pengendalian secara teknis pada sumber bisi-ng antara lain :
1. Mengubah desain mesin, misalnya : menambah daya efektif motor, bentuk dan kedudukan katup, perubahan pu-taran motor, desain pipa gas buang, jumlah daun propeller, proses kerja motor, jumlah silinder dan lain-lain. 2. Melakukan perawatan mesin dengan
baik, dengan cara pemberian pelumas, melakukan penggantian pada kompo-nen mesin yang rusak (aus).
3. Melakukan penggantian peralatan yang lama dengan peralatan baru yang me-miliki desain lebih baik.
4. Melakukan isolasi pada mesin dengan penutupan, memasang peredam, dan penggunaan bantalan mesin.
Gambar 1. Tingkat Kebisingan Mesin (Pagi)
Gambar 2. Tingkat Kebisingan Mesin (Siang)
Gambar 3. Tingkat Kebisingan Mesin (Malam)
Dari hasil analisis data dapat dilihat bahwa rata-rata intensitas tingkat kebisi-ngan tertinggi untuk pagi 98,20 dB(A) dan terendah 97,77 dB(A), untuk siang hari tertinggi 98,20 dB(A) dan terendah 96,86 dB(A) serta tingkat kebisingan untuk ma-lam tertinggi 103,20 dB(A) dan terendah 102,57 dB(A).
Hasil dan Pembahasan
Hasil Pengukuran Tingkat Kebisingan
Pengukuran tingkat kebisingan ini
dilakukan pada 13 titik pengukuran. Waktu pengukuran dilakukan pada waktu pagi hari, siang hari dan malam hari sesuai jadwal kerja pekerja (operator mesin). Pekerja melakukan aktivitas pengecekan mesin setiap 2 jam sekali dalam 1 shift kerja pagi dari jam 07.00 s.d 15.00 Wib, shift siang dari jam 15.00 s.d 23.00 dan
shift malam jam 23.00 s.d 07.00.
Pengukuran di-lakukan sesuai shift kerja operator dan pe-ngukuran pada pemukiman
penduduk sekitar mesin pembangkit
dilakukan berdasarkan jarak terdekat
dengan sumber bising yaitu 10 meter sampai 300 meter dari sumber bising. Hasil pengukuran kebisingan mesin PLN dapat dilhat pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil Pengukuran Mesin PT. PLN Titik
pengukuran Pagi Siang Malam
1 98.20 97.66 102.76 2 98.04 97.96 103.04 3 98.10 98.07 102.67 4 97.99 97.79 102.89 5 97.96 97.93 102.86 6 97.90 97.91 102.10 7 97.77 96.86 103.00 8 98.13 98.04 103.20 9 98.06 97.99 103.04 10 97.94 97.87 102.57 11 98.01 97.94 102.60 12 97.94 98.20 102.83 13 98.07 97.82 102.69 Sumber : PT. PLN
Dari analisis data dengan deskriptif kuantitatif diperoleh seperti berikut :
Tabel 5. Rekapitulasi Analisis Data
Gambar 4. Respon masyarakat pada radius 50 meter
Gambar 5. Respon masyarakat pada radius 100-200 meter
Gambar 6. Respon masyarakat pada radius 200-300 meter
Kesimpulan
1. Kebisingan pada mesin pembangkit PT.PLN (Persero) Rayon Bengkalis adalah kebisingan kontinu yang berasal dari pengoperasian mesin-mesin diesel berkapasitas tinggi untuk penggerak generator listrik. untuk mengatasinya pada operator dilakukan penggunaan alat pelindung telinga dan mengisolasi sumber kebisingan.
Persepsi masyarakat terhadap bising mesin pembangkit listrik tenaga diesel
Berdasarkan pandangan masyarakat kelura-han Pangkalan Batang terhadap persepsi fi-siologis yang ditimbulkan dari kebisingan mesin pembangkit yaitu merasa tidak nya-man terhadap suara yang ditimbulkan dari operasi mesin-mesin diesel sebagai pem-bangkit tenaga listrik milik PT. PLN (Per-sero) Bengkalis. Hasil pengukuran kebisi-ngan mesin pembangkit terhadap pemu-kiman penduduk dapat dilhat pada Tabel 6.
Tabel 6. Hasil Pengukuran Kebisingan Mesin Pembangkit terhadap Pemukiman
Sumber : data olahan
Dari hasil pengukuran dapat terlihat bahwa dari radius 10 meter yang dijadikan titik pengu-kuran pertama sampai radius 200 meter pengu-kurang baik, karena telah melebihi ambang batas kebi-singan dikawasan pemukiman penduduk yaitu 55 dB(A).
Tabel 7. Hasil Skor Ersepsi
Sumber : data olahan
Berdasarkan Gambar 8 - 10 menunjukkan respon masyarakat dengan radius tertentu, dan terlihat bahwa yang merasa tidak nya-man akibat gangguan mesin pembangkit sekitar 74%, 35%, 31% responden, berarti lebih banyak masyarakat yang terganggu dari pada tidak terganggu pada radius 50, 100-200, dan 200-300 meter.
Daftar Pustaka
Anonimous (1999) Keputusan Meteri Tenaga Kerja Nomor : KEP-51/MEN/1999, Baku Tingkat Kebisingan, Jakarta. Anonimous (1996) Keputusan Meteri
Ling-kungan Hidup Nomor :
KEP-48/MENLH/1996, Baku Tingkat Ke-bisingan Lingkungan, Jakarta. 2. Pekerja mengalami gangguan fisiologis
akan mengalami gangguan pendengaran sedang dan keluhan rasa sakit kepala bila lama ditempat bising.
3. Persepsi masyarakat terhadap kebising-an mesin pembkebising-angkit listrik tenaga di-esel di Kelurahan Pangkalan batang ya-itu kurang baik. persepsi tersebut me-nimbulkan gangguan rasa tidak nyaman dan gangguan pendengaran. Selain itu, dalam aspek psikologis seperti gang-guan emosional, kurang keonsentrasi dan gangguan istiharat pada siang