• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUDAYA K3 PADA PROYEK APARTEMEN ROYAL SENTUL PARK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BUDAYA K3 PADA PROYEK APARTEMEN ROYAL SENTUL PARK"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BUDAYA K3 PADA PROYEK APARTEMEN ROYAL SENTUL

PARK

Muhammad Iqbal Yahya1 dan I Ketut Sucita2 Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Jakarta Kampus UI Depok 16425

e-mail: 1iqbalyahyaa@gmail.com, 2cita.sandi@gmail.com

ABSTRACT

One of the International Labour Organisation's mandates was to promote a safe and healthy work environment as a basic work right. This safe and healthy work environment was included in the safety culture campaign, namely in the 2018 National Health and Safety Month. The importance of safety culture, which can create a motivating environment to comply with health and safety rules, can change the mindset of workers by stopping working in unsafe situations without fear of being blamed, workers can remind each other and this was profitable. Somad, an HSE Management Trainer, has a superior safety culture concept and states the importance of safety culture can be realized if Health and Safety management is carried out effectively and effectively. Furthermore, in order for Health and Safety management to be carried out effectively it is required to understand 11 basic principles, namely safety leadership, the establishment and functioning of Health and Safety committees, the role of implementing supervisors and HSE supervisors as advisors in handling Health and Safety aspects, issuing and implementing safety procedures, providing motivation to workers, carrying out inspections and Health and Safety audit, Health and Safety instruction and communication, providing training for workers, investigating incidents, making Health and Safety targets, and measuring Health and Safety aspect performance. This study aims to determine the safety culture in the Royal Sentul Park Apartment project based on the concept of superior safety culture. Data was collected through interviews and observations on the implementation of safety culture which were then analyzed descriptively by percentage. The results of this study indicate a percentage value of 86,03%. Based on PP No. 50 of 2012, this value indicates that the implementation of safety culture in the Royal Sentul Park Apartment project is included in the satisfying category.

Keywords : safety, culture, workers. ABSTRAK

Salah satu mandat Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) adalah mempromosikan lingkungan kerja yang aman dan sehat sebagai hak kerja dasar. Lingkungan kerja yang aman dan sehat ini termasuk dalam kampanye budaya K3 yaitu pada Bulan K3 Nasional 2018. Pentingnya berbudaya K3 yaitu dapat menciptakan lingkungan yang memotivasi untuk mematuhi aturan K3, dapat mengubah pola pikir pekerja dengan berhenti bekerja pada situasi yang tidak aman tanpa takut dipersalahkan, pekerja dapat saling mengingatkan, dan ini manguntungkan. Somad seorang HSE Management Trainer memiliki konsep budaya K3 unggul dan menyatakan pentingnya budaya K3 bisa terwujud jika pengelolaan K3 dilakukan dengan cara efektif dan ampuh. Selanjutnya, agar pengelolaan K3 dilakukan secara efektif maka diharuskan memahami 11 prinsip dasar yaitu kepemimpinan K3, terbentuk dan berfungsinya komite K3, peran penyelia pelaksana dan penyelia K3 selaku advisor dalam menangani aspek K3, menerbitkan dan melaksanakan prosedur K3, pemberian motivasi kepada pekerja, pelaksanaan inspeksi dan audit K3, instruksi dan komunikasi K3, pemberian pelatihan bagi pekerja, penyelidikan insiden, membuat sasaran K3, dan pengukuran kinerja aspek K3. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui budaya K3 pada proyek Apartemen Royal Sentul Park berdasarkan konsep budaya K3 unggul. Data dihimpun melalui wawancara dan observasi pelaksanaan budaya K3 yang kemudian dianalisis secara deskriptif persentase. Hasil penelitian ini menunjukkan nilai persentase sebesar 86,03%. Berdasarkan PP No. 50 Tahun 2012, nilai tersebut menunjukkan bahwa pelaksanaan budaya K3 pada proyek Apartemen Royal Sentul Park termasuk dalam kategori memuaskan.

(2)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Percepatan pembangunan infrastruktur yang dilakukan pemerintah akhir-akhir ini pastinya mempengaruhi data jumlah kecelakaan kerja terutama di lingkungan konstruksi. Berdasarkan data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan, sepanjang tahun 2017, tercatat 1.877 klaim atau setara dengan nilai Rp 41,2 miliar. (Prihatini, 2018) Banyaknya klaim tersebut menandakan tingginya jumlah kecelakaan kerja, itu terjadi lantaran beberapa faktor. Di antaranya, faktor budaya K3 yang buruk, seperti kurang disiplinnya tenaga kerja dalam mematuhi (K3). Selain itu, pengawasan K3 di internal tempat kerja juga masih lemah. Kemudian, melihat data nasional BPS per Agustus 2018, sebanyak 58,76 persen dari total angkatan kerja di Indonesia merupakan lulusan SMP ke bawah. Hal ini berdampak pada kesadaran akan pentingnya perilaku selamat dalam bekerja. (Akbary, 2019) Secara global, menurut perkiraan terbaru yang dikeluarkan oleh Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), 2,78 juta pekerja meninggal setiap tahun karena kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Sekitar 2,4 juta (86,3 persen) dari kematian ini dikarenakan penyakit akibat kerja, sementara lebih dari 380.000 (13,7 persen) dikarenakan kecelakaan kerja. Setiap tahun, ada hampir seribu kali lebih banyak kecelakaan kerja non-fatal dibandingkan kecelakaan kerja fatal. Kecelakaan nonfatal diperkirakan dialami 374 juta pekerja setiap tahun, dan banyak dari kecelakaan ini memiliki konsekuensi yang serius terhadap kapasitas penghasilan para pekerja. (ILO, Meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan Pekerja Muda, 2018)

Selain data kecelakaan kerja, ILO juga memberikan mandat-mandat yang salah satunya adalah mempromosikan lingkungan kerja yang aman dan sehat

sebagai hak kerja dasar. (ILO, 2018) Lingkungan kerja yang aman dan sehat ini termasuk dalam kampanye budaya K3 yaitu Bulan K3 Nasional 2018. Pentingnya berbudaya K3 yaitu dapat

menciptakan lingkungan yang

memotivasi untuk mematuhi aturan K3, dapat mengubah pola pikir pekerja dengan berhenti bekerja pada situasi yang tidak aman tanpa takut dipersalahkan, pekerja dapat saling mengingatkan, dan ini menguntungkan.

Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang akan diteliti adalah: a. Bagaimana pelaksanaan budaya K3

pada proyek pembangunan apartemen

Royal Sentul Park berdasarkan konsep Budaya K3 Unggul.

b. Apa usaha-usaha yang dilakukan oleh pihak pengelola proyek untuk meningkatkan Budaya K3 pada proyek Apartemen Royal Sentul

Park?

Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan yaitu: a. Mengetahui budaya K3 proyek

apartemen Royal Sentul Park

berdasarkan konsep Budaya K3 Unggul.

b. Mengetahui usaha-usaha yang dilakukan pihak proyek untuk meningkatkan Budaya K3.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Kesehatan kerja menurut joint

ILO/WHO Committee 1995 ialah

penyesuaian pekerjaan kepada manusia dan manusia kepada pekerjaannya. Lalu, menurut Ridley (1983) yang dikutip oleh Boby Shiantosia (2000, p.6), kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar

(3)

pabrik atau tempat kerja tersebut. Sedangkan, menurut Mangkunegara (2002, p.163), keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur. Jadi, dapat dikatakan bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu upaya pencegahan dan penanganan dari resiko yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan fisik maupun mental di semua pekerjaan agar aman dalam melakukan aktivitas.

Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja (accident) adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan yang merugikan terhadap manusia, merusak harta benda atau kerugian terhadap proses. (Sugandi, 2003, hal. 171)

Berdasarkan tingkatan akibat yang ditimbulkan, kecelakaan kerja dibagi menjadi tiga jenis, yaitu (Suma'mur, 1981):

a. Kecelakaan Kerja Ringan

Yaitu kecalakan kerja yang perlu pengobatan pada hari itu dan bisa melakukan pekerjaannya kembali atau istirahat < 2 hari, seperti terpeleset, tergores, terkena pecahan beling, terjatuh dan terkilir.

b. Kecelakaan Kerja Sedang

Yaitu kecelakaan kerja yang memerlukan pengobatan dan perlu istirahat selama > 2 hari, seperti terjepit, luka sampai robek, luka bakar.

c. Kecelakaan Kerja Berat

Yaitu kecelakaan kerja yang mengalami amputasi dan kegagalan fungsi tubuh, seperti patah tulang. Indonesia memiliki tingkat kecelakaan kerja yang tinggi, hal ini disebabkan oleh karakteristik proyek konstruksi yang bersifat unik (tidak standar), lokasi

proyek yang berpindah, dipengaruhi cuaca, waktu pelaksanaan terbatas, tenaga kerja yang didominasi pekerja tidak terlatih, dan pekerjaan konstruksi menuntut ketahanan fisik yang tinggi. (Wirahadikusumah, 2007)

Budaya K3

Diadopsi menurut Blair (2003) dan Clarke (2000), budaya K3 merupakan bagian dari budaya organisasi. Budaya organisasi merupakan kombinasi dari perilaku, sikap, persepsi, dan keluarannya berupa performansi, yang dapat menggerakan roda organisasi. Budaya K3 merupakan penjelmaan dari perilaku, sikap, dan nilai secara bersama untuk mencapai derajad performansi sehat dan selamat, yang dipahami dan dijadikan prioritas utama dalam suatu organisasi. (Blair, 2003; Cooper, 2002)

Budaya K3 Unggul

Beberapa ciri-ciri penting dari budaya k3 unggul, yaitu (Somad, 2013, hal. 5): a. Manajer dan pekerja proaktif

mengangkat standar K3.

b. K3 menjadi nilai-nilai yang berhubungan dengan setiap aktivitas tugas yang dikerjakan, jadi tidak hanya sekedar prioritas.

c. Setiap pekerja secara rutin memperlihatkan kepedulian secara aktif satu sama lain.

d. Kepedulian secara aktif untuk mengamati yang lain dalam cara yang aktif, yang masing-masing akan memberikan keuntungan bagi yang lain.

e. Masing-masing individu ingin dan dapat memberlakukan bahwa K3 di atas segalanya bagi teman-teman kerjanya.

f. Semua produk K3 diukur dan dihubungkan dengan kinerja bisnis, misalnya jumlah yang berlebihan dari klaim asuransi.

g. Upaya-upaya proaktif dan inovatif berkelanjutan dibuat untuk mencegah

(4)

terjadinya kecelakaan dan peningkatan K3 setiap hari.

h. Mempunyai KPI (Key Performance

Indiator) dengan program yang

terukur dan dievaluasi secara konsisten.

i. Aspek K3 menjadi kegiatan yang menyatu dan tenggung jawab masing-masing pekerja di setiap tingkat jabatan.

j. Tenaga kerja mengerti apa yang diharapkan manajer, dan sebaliknya manajer selalu membuat pesan K3. Budaya K3 Unggul di atas bisa terwujud jika proses pengelolaan K3 dilakukan dengan cara efektif dan ampuh, dan perlu dipahami dengan baik oleh para professional (hal. 6). Selanjutnya, agar pengelolaan K3 dilakukan secara efektif maka diharuskan memahami 11 prinsip dasar berikut (hal. 7):

a. Kepemimpinan K3 (Safety

Leadership)

b. Terbentuk dan berfungsinya Komite K3

c. Peran penyelia pelaksana dan penyelia K3 selaku advisor dalam menangani aspek K3

d. Menerbitkan dan melaksanakan prosedur K3

e. Pemberian motivasi kepada pekerja f. Pelaksanaan inspeksi dan audit K3 g. Instruksi dan Komunikasi K3 h. Pemberian pelatihan bagi pekerja i. Penyelidikan insiden

j. Membuat sasaran K3

k. Pengukuran kinerja aspek K3

METODE PENELITIAN

Objek Penelitian

Proyek konstruksi yang menjadi objek penelitian adalah Proyek Pembangunan Apartemen Royal Sentul Park dengan luas bangunan 113.938 m². Dibangun dalam kawasan TOD (Transit Oriented

Development) Sentul dengan luas lahan

14,8 ha. Kawasan ini terintegrasi dengan stasiun LRT, inilah alasan mengapa disebut kawasan TOD. Proyek Apartemen Royal Sentul Park berlokasi

di Jl. Kedungmangu Babakan Madang Kabupaten Bogor.

Pengumpulan Data

Data peneltian diperoleh dari hasil observasi dan wawancara dengan 2 narasumber. Pada penelitian ini yang dijadikan narasumber penelitian adalah Ibu Anis Herawati sebagai quality

assurance yang bertanggungjawab terhadap perencanaan dan pelaksanaan program K3 proyek serta Bapak Fauzan sebagai rigger (juru ikat) crane/pekerja lapangan.

Analisa Data

Analisa pelaksanaan budaya K3 menggunakan rumus Deskriptif Persentase, yaitu sebagai berikut (Riduan, 2004):

DP = 𝑛

𝑁 × 100% (1)

Keterangan:

DP= Deskriptif Persentase (%)

n = Skor empirik (Skor yang diperoleh)

N = Skor Ideal untuk setiap item pertanyaan

Dengan terlebih dahulu menentukan bobot penilaian per item/kriteria. Berikut adalah tabelnya.

Tabel 1. Kriteria Bobot Skor/Point Penilaian Per Item

Uraian Bobot Skor/Point Keterangan Baik 3 Terlaksana Cukup Baik 2 Terlaksana dengan catatan Kurang Baik 1 Belum Terlaksana Sumber: Skala Interval

Lebih jelasnya, langkah-langkahnya sebagai berikut:

(5)

a. Menghitung nilai masing-masing aspek dengan bantuan Tabel 1

b. Merekap nilai

c. Menghitung nilai rata-rata

d. Menghitung persentase dengan menggunakan rumus 1

e. Menentukan tingkat kriteria

1) Menentukan angka persentase tertinggi

Skor Maksimal x 100% Skor Maksimal:

4

4× 100% = 100%

2) Menentukan angka persentase rendah

Skor Minimal x 100% Skor Minimal:

1

4× 100% = 25%

Untuk mengetahui tingkat kriteria tersebut, selanjutnya skor yang diperoleh (dalam %) dengan analisis deskriptif persentase tersaji dalam Tabel 2 sebagai berikut:

Tabel 2. Tingkat Penilaian Penerapan

No. Persentase Kriteria

1 85% - 100% Memuaskan

2 60% - 84% Baik

3 0 - 59% Kurang

Sumber : PP No. 50 Tahun 2012

Hasil analisis ini berupa nilai persentase yang menunjukkan kriteria penerapan objek penelitian. Klasifikasi kriteria tersebut terlihat pada Tabel 2.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Budaya K3 dan Usaha-Usaha Peningkatannya

Kepemimpinan K3

Proses analisis budaya K3 dimulai dengan kepemimpinan K3 berdasarkan 11 prinsip dasar pengelolaan K3 yang mempengaruhi konsep Budaya K3 Unggul. Proses berikutnya yaitu analisis terbentuk dan berfungsinya Komite K3, analisis peran penyelia pelaksana dan penyelia K3 selaku advisor dalam menangani aspek K3, analisis penerbitan dan pelaksanaan prosedur K3, analisis pemberian motivasi kepada pekerja, analisis pelaksanaan inspeksi dan audit K3, analisis instruksi dan komunikasi K3, analisis pemberian pelatihan bagi pekerja, analisis penyelidikan insiden, analisis pembuatan sasaran K3 dan pengukuran kinerja aspek K3. Hasil analisis kepemimpinan K3 pada proyek Apartemen Royal Sentul Park berupa nilai presentase sebesar 66,67% yang berarti penerapannya dapat dikatakan baik. Penilaian ini didasari oleh beberapa

kriteria untuk mewujudkan

kepemimpinan K3 yang memuaskan. Yang pertama adalah komitmen dan keterlibatan manajemen puncak yang tinggi. Kriteria kedua adalah adanya kebijakan K3 pada proyek konstruksi. Kriteria ketiga yaitu adanya filosofi K3 yang diperkenalkan manajemen. Dan kriteria terakhir yaitu penyediaan APD oleh manajemen.

Pelaksanaannya berupa adanya tindakan nyata manajemen di lapangan, kemudian PT. APG selaku kontraktor utama memilik kebijakan mutu, K3, dan lingkungan, serta ditampilkan di dalam proyek, dan pelaksanaan lainnya berupa penyediaan APD secara berkala. Namun angka persentase tersebut tetap saja

membuktikan bahwa terdapat

kekurangan, seperti tidak menjaga hubungan baik dengan pekerja. Kemudian, hal yang paling berpengaruh menjadikan kurangnya penerapan yaitu tidak adanya filosofi K3.

(6)

Terbentuk dan Berfungsinya Komite K3

Dalam hal Komite K3, setelah dilakukan evaluasi didapat nilai presentase sebesar 90,4% yang berarti penerapannya memuaskan. Penilaian ini didasari oleh beberapa kriteria yang menunjukkan ada dan berfungsinya Komite K3. Yang pertama adalah terdapat Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3). Kriteria selanjutnya adalah pelaksanaan fungsi dari P2K3, yaitu adanya pertemuan khusus P2K3 dalam proyek. Kriteria ketiga yaitu pelaksanaan rapat yang menghasilkan keputusan bersama, bisa dengan membuat atau

melakukan perubahan

prosedur/peraturan terkait K3. Kriteria berikutnya sudah masuk ke ranah yang lebih spesifik yaitu pelaksanaan pelatihan tanggap darurat.

Pelaksanaannya berupa adanya struktur organisasi P2K3 dan organisasi K3 pendukungnya, adanya pertemuan setiap bulan, adanya keputusan bersama setiap rapat, dan terlaksananya pelatihan tanggap darurat. Sedangkan nilai yang kurang disebabkan pelaksanaan rapat P2K3 disatukan dengan rapat bulanan yang seharusnya dibedakan dengan rapat gabungan.

Peran Penyelia Pelaksana dan Penyelia K3 selaku advisor dalam menangani aspek K3

Peran para penyelia pada proyek Apartemen Royal Sentul Park setelah dilakukan evaluasi didapat nilai presentase sebesar 66,67% yang berarti penerapannya baik. Penilaian ini didasari beberapa kriteria yang dapat menjelaskan peran para penyelia terhadap K3. Yang pertama adalah peran penyelia lini yang memberikan perhatian K3 setara produksi. Kriteria kedua adalah peran penyelia K3 sebagai pemberi advis/nasihat ataupun masukan untuk manajemen. Kriteria ketiga yaitu peran penyelia K3 sebagai konsultan organisasi lini. Dan kriteria terakhir

adalah peran penyelia K3 sebagai koordinator.

Pelaksanaannya berupa kepatuhan penyelia lini dalam penggunaan APD, pemberian pertimbangan akan K3 serta inovasi kepada manajemen lini oleh penyelia K3, inspeksi pekerjaan agar sesuai prosedur oleh penyelia K3 sebagai konsultan organisasi lini, dan pemeriksaan serta pengarahan terkait K3 oleh penyelia K3 sebagai koordinator agar tidak terjadi hal yang berbahaya. Sedangkan kekurangan nilai persentase disebabkan penyelia lini yang kurang mau berpartisipasi dalam penyampaian materi pada pelaksanaan program K3.

Menerbitkan dan Melaksanakan Prosedur K3

Penerbitan dan pelaksanaan prosedur K3 pada proyek ini setelah dilakukan evaluasi didapat nilai persentase sebesar 80,9% yang berarti memuaskan. Penilaian ini didasari beberapa kriteria yang berhubungan dengan prosedur-prosedur K3 pada proyek. Yang pertama adalah adanya prosedur itu sendiri. Kriteria kedua adalah adanya HSE Plan. Kriteria ketiga adalah adanya HIRARC (Hazard Identification, Risk Assessment

and Risk Control). Kriteria keempat

adalah adanya aturan K3. Kriteria terakhir yaitu adanya dokumen K3 yang diperbaiki secara berkala.

Pelaksanaannya berupa adanya prosedur terkat HSE, terdapat HSE Plan,

dibuatkannya HIRARC, adanya aturan di lingkungan proyek, dan pembaruan dokumen seperti HSE Plan setiap bulannya. Sedangkan kekurangan penilaian disebabkan HSE Plan yang tidak dibukukan karena pembukuan dokumen sangat diperlukan saat audit.

Pemberian Motivasi kepada Pekerja

Pemberian motivasi pada proyek ini tergolong memuaskan. Dikarenakan konsisten dalam pelaksanannya, contohnya seperti kegiatan safety morning setiap minggu, pemasangan

(7)

atribut motivasi, pelaksanaan sistem penghargaan bagi pekerja/karyawan yang dapat melaporkan adanya ketidakpatuhan K3 maupun yang dapat menjawab kuis saat safety morning dan denda bagi pekerja apabila tidak patuh akan K3. Kegiatan-kegiatan tersebut dinilai mampu memotivasi pekerja agar memperhatikan K3.

Pelaksanaan inspeksi dan audit K3

Dalam proyek ini, pelaksanaan inspeksi dan audit didapatkan hasil yang memuaskan. Terbukti dengan seringnya inspeksi yang dilakukan supervisor K3, dan adanya audit internal maupun eksternal yang dilakukan. Sebagai contoh pelaksanaan audit internal oleh PT. Adhi Karya, salah satu yang dicermati adalah perihal kebersihan proyek ini. Berdasarkan hasil tersebut,

tim K3 proyek langsung

menindaklanjutinya dengan melakukan pembersihan di titik-titik / area-area dalam laporan hasil audit tersebut.

Instruksi dan Komunikasi K3

Didapatkan nilai presentase yang memuaskan. Pelaksanaannya berupa terdapat sosialisasi yang dilaksanakan pada program-program K3 proyek, seperti pada safety induction, toolbox

meeting, dan safety morning. Selain itu,

dipasangkan rambu-rambu dan banner K3 yang merupakan salah satu bentuk komunikasi K3. Pelaksanaan selanjutnya berupa penyampaian jika terjadi masalah terkait K3 dalam proyek, disampaikan saat safety morning oleh penyelia K3 agar menjadi bahan evaluasi para pekerja. Kemudian, puasnya pekerja atas penyampaian informasi K3 karena selalu diberikan, dibuktikan dengan hasil wawancara dengan pekerja. Penilaian berikutnya yaitu pekerja mendapat info tentang kecelakaan kerja jika terjadi. Berdasarkan pengamatan, pekerja mendapatkan informasi tersebut, namun kadang tidak langsung dari tim K3 tetapi dari obrolan sesama pekerja ataupun

mandor. Selanjutnya penilaian komunikasi antar pekerja. Dalam proyek ini, komunikasi pekerjanya dapat dikatakan baik, hal ini berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu pekerja. Namun, sayangnya komunikasi pekerja dengan manajemen puncak kurang baik, salah satu akibatnya yaitu karena pergantian project manager.

Pemberian pelatihan bagi pekerja

Pelaksanaan pelatihan dalam proyek ini didapatkan hasil memuaskan. Dengan penjelasan bahwa pelatihan yang dilakukan berupa pelatihan K3 yang dilakukan pada saat safety morning oleh penyelia K3 kepada para pekerja. Selain itu juga pernah dilakukan pelatihan P3K oleh PMI kepada tim K3, security, mandor, dan subkon pada proyek ini. Penilaian pada prinsip ini juga dimasukkan kriteria tenaga kerja yang berkompeten dikarenakan berhubungan dengan pelatihan tenaga kerja dan K3. Salah satu bukti dalam proyek yaitu penyelia K3 yang memiliki sertifikat keahlian. Selain itu, dalam pengoperasian alat berat di proyek, wajib dilakukan seorang yang memiliki SIO.

Penyelidikan Insiden

Pelaksanaan pada proyek didapat hasil yang memuaskan. Pertama, karena adanya prosedur dalam pelaksanaan penyelidikan insiden. Kedua, adanya laporan hasil penyelidikan insiden. Selain kedua hal tersebut, berhubungan dengan insiden, diperlukan simulasi pelatihan tanggap darurat. Dalam proyek ini, pelaksanaannya bekerja sama dengan Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Bogor. Untuk melakukan pelatihan dibuatkan perencanaan serta tim tanggap darurat, dan tim ini bertugas sampai selesai proyek bukan hanya pada pelatihan saja. Pelatihan ini berguna untuk melatih karyawan dan pekerja dalam menghadapi keaadaan darurat bencana.

(8)

Membuat sasaran K3

Dikarenakan tersedia/adanya sasaran k3 pada proyek ini, maka penilaiannya didapatkan hasil memuaskan. Ditambah dengan sasaran tambahan berupa budaya 5R. Sasaran K3 ini bertujuan untuk menjadikan program K3 saling terkait dan terarah.

Pengukuran kinerja aspek K3

Pelaksanaan dalam proyek ini yaitu dengan dibuatnya laporan bulanan. Dan ini cukup menjadi bahan pertimbangan penilaian kinerja K3 ditambah dengan tercapainya sasaran berupa zero fatality

accident. Laporan bulanan ini berisikan

laporan K3L, rekap evaluasi laporan K3, rekap kecelakaan dan PAK pada proyek, rekap data korban & jenis kecelakaan (jika terjadi), laporan pengukuran kinerja K3, laporan kecelakaan, data jam kerja para pekerja, safety patrol, safety

morning, foto kegiatan K3, beberapa

daftar SIMAK, dan lainnya.

Rekapitulasi Penerapan Budaya K3 Unggul

Setelah mendapatkan seluruh persentase, maka dapat dikumpulkan dan dihitung nilai akhir berdasarkan langkah-langkah yang terdapat pada metode penelitian. Dan didapatlah hasil dari penerapan Budaya K3 pada proyek Apartemen

Royal Sentul Park sebesar 86,03%.

Sesuai dengan PP No. 50 tahun 2012, nilai tersebut termasuk dalam kategori

memuaskan karena telah memenuhi

syarat yang ditentukan. Namun, masih terdapat beberapa hal yang belum terpenuhi.

KESIMPULAN

Budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada proyek Apartemen Royal

Sentul Park dinilai memuaskan karena

mendapatkan nilai presentase sebesar 86,03%. Usaha-usaha peningkatannya yaitu melakukan inspeksi lapangan gabungan yang diikuti pihak manajemen

dari seluruh stakeholder dalam proyek, pelatihan K3 ataupun pemberian materi perihal K3 yang diberikan kepada pekerja secara konsisten tiap minggunya, mengajak seluruh staff untuk bergilir memberikan materi K3 di setiap safety morning, pemberian denda yang benar-benar diberlakukan kepada seluruh pihak dalam proyek, dan memberikan pelatihan tanggap darurat, guna mengantisipasi pekerja dan karyawan jika terjadi suatu bencana.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Akbary, I. A. (2019, February 5).

Upacara Bulan K3 Nasional, Norsan Ingatkan Pentingnya Keselamatan Kerja. Retrieved July

26, 2019, from pontianakpost.co.id: https://www.pontianakpost.co.id/up acara-bulan-k3-nasional-norsan- ingatkan-pentingnya-keselamatan-kerja

[2] Blair, E. (2003). Culture & Leadership: Seven Key Points for Improved Safety Performance.

Professional Safety(6), 18-22. [3] Clarke, S. (2000). Safety Culture:

Underspecified and Overrated?

International Journal of

Management Reviews, 2(1), 65-90. [4] Cooper, D., (2002), Safety Culture –

A Model for Understanding & Quantifying Difficult Concept, Professional Safety, 47(6), 3036. [5] ILO. (2018). Meningkatkan

Keselamatan dan Kesehatan Pekerja Muda. Jakarta: Organisasi

Perburuhan Internasional.

[6] ILO. (2018, January 29). Menuju

budaya pencegahan keselamatan dan kesehatan kerja yang lebih kuat di Indonesia. Jakarta, Indonesia:

International Labour Organization. Retrieved February 19, 2019, from

https://www.ilo.org/jakarta/info/pu blic/pr/WCMS_616368/lang--en/index.htm

(9)

[7] Kurniasih, D., & Rachmadita, R. N. (2013). Pengukuran Budaya K3 Pada Tingkat Non Manajerial dengan Menggunakan Cooper's Reciprocal Safety Culture Model di PT. X. J@TI Undip, 84-85.

[8] Mangkunegara. (2002). Manajemen

Sumber Daya Manusia. Bandung:

Remaja Rosda Karya.

[9] Prihatini, R. (2018, Maret 21).

Menaker: Sepanjang 2017, ada 1.877 kecelakaan tenaga konstruksi.

(B. T. Rafie, Editor) Dipetik July 26,

2019, dari kontan.co.id:

https://nasional.kontan.co.id/news/ menaker-sepanjang-2017-ada-1877-kecelakaan-tenaga-konstruksi [10] Riduan. (2004). Belajar Mudah

Peneltian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung:

Alfabeta.

[11] Somad, I. (2013). Teknik Efektif

dalam Membudayakan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Jakarta: Dian Rakyat.

[12] Sugandi, D. (2003). Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan

Kerja. Dalam S. Budiono

(Penyunt.), Bunga Rampai Hiperkes

& KK (Second ed., hal. 171).

Semarang: Badan Penerbit

Universitas Dipenogoro.

[13] Suma'mur. (1981). Keselamatan

Kerja dan Pencegahan Kecelakaan.

Jakarta: CV. Haji Masagung. [14] Wirahadikusumah, R. D. (2007).

Tantangan Masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Proyek Konstruksi Indonesia. Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung.

Referensi

Dokumen terkait

P rojek Zero Waste Analysis telah memberi peluang kepada pemilik kafeteria di Universiti Sains Malaysia (USM) untuk melibatkan diri dalam kempen kelestarian yang

Dari beberapa pengertian motivasi dan didukung dengan beberapa pendapat pengertian motif di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi merupakan suatu kondisi dan dorongan

Bedagai memiliki 17 kecamatan, dan 5 kecamatan diantaranya berbatasan dengan Selat Malaka yang disebut kecamatan pesisir yaitu Kecamatan Pantai Cermin,

Beberapa hal yang dapat dilakukan terhadap limbah peternakan sapi pedaging antara lain adalah penggunaan feses sapi sebagai pupuk alami dengan pengolahan yang sederhana

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui faktor yang melatarbelakangi perilaku membolos, dampak perilaku membolos siswa, upaya penanganan bagi

In [3], American IFF customers rank the following fac- tors in selecting a forwarder: expertise; size; experience with the customer's products; convenience; geographic deploy-

gaya-gaya yang dipakai adalah tegangan Shear τ untuk zat padat yang definisinya adalah besar dari gaya paralel di berbagai permukaan dibagi oleh daerah dari