• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. bidang energi. Kegiatan usaha yang dijalankan Pertamina saat ini terbagi atas sektor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. bidang energi. Kegiatan usaha yang dijalankan Pertamina saat ini terbagi atas sektor"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

PT Pertamina (Persero) adalah sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bidang penyelenggaraan usaha energi, yaitu minyak dan gas bumi, energi baru dan terbarukan, serta kegiatan lain yang terkait atau menunjang kegiatan usaha di bidang energi. Kegiatan usaha yang dijalankan Pertamina saat ini terbagi atas sektor hulu, yang mengelola eksplorasi dan produksi, gas, energi baru dan terbarukan, serta sektor hilir yang mengelola kilang pengolahan, pemasaran & niaga, dan perkapalan. Selain sektor-sektor utama tersebut, Pertamina juga menjalankan kegiatan usaha lain (non-core business) seperti perhotelan, jasa konsultan, pendidikan, transportasi, perkapalan, rumah sakit, asuransi dan properti.

Upaya perbaikan dan inovasi sesuai tuntutan kondisi global merupakan salah satu komitmen Pertamina menjalankan peran strategis dalam perekonomian nasional. Semangat terbarukan yang dicanangkan saat ini merupakan salah satu bukti komitmen Pertamina dalam menciptakan alternatif baru dalam penyediaan sumber energi yang lebih efisien dan berkelanjutan serta berwawasan lingkungan. Dengan inisatif dalam memanfaatkan sumber daya dan potensi yang dimiliki untuk mendapatkan sumber energi baru dan terbarukan di samping bisnis utama yang saat ini dijalankannya, Pertamina menetapkan visi perusahaan: ”Menjadi perusahaan energi nasional kelas dunia”.

Sesuai dengan visinya tersebut, maka disusunlah road map transformasi Pertamina menuju perusahaan energi kelas dunia, seperti terlihat pada Gambar 1.1.

(2)

2 Transformasi Pertamina dimulai sejak menjadi PT Pertamina (Persero) pada tanggal 17 September 2003, kemudian dicanangkan kembali pada tanggal 14 Juni 2006 sesuai arahan dari Presiden Republik Indonesia pada waktu itu, yaitu Bapak Susilo Bambang Yudoyono.

Sumber: Materi Presentasi Financing for BPS, 2014. Gambar 1.1 Roadmap Menjadi Perusahaan Energi Kelas Dunia.

Menindaklanjuti roadmap transformasi Pertamina tersebut, kemudian ditetapkan strategi “Aggressive Upstream, Profitable Downstream” sejak tahun 2013. Strategi tersebut kemudian diwujudkan dalam program pengembangan produksi dan akuisisi wilayah kerja produksi migas di luar negeri maupun di dalam negeri. Lapangan produksi migas yang diakusisi antara lain di Algeria, Irak, Libia, Sudan, Qatar, Australia, dan Malaysia, serta di dalam negeri yaitu lapangan produksi migas ONWJ (Offshore North West Java), WMO (West Madura Offshore), serta yang baru saja diserahkan oleh SKK Migas yaitu Blok Mahakam.

(3)

3 Strategi “Aggressive Upstream, Profitable Downstream” tersebut menunjukkan hasilnya, berdasarkan Annual Report Pertamina tahun 2014, produksi minyak mentah dan gas bumi yang dihasilkan dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 meningkat cukup signifikan, terutama produksi minyak mentah dan gas bumi pada tahun 2014.

Sumber: Annual Report Pertamina, 2014.

Gambar 1.2 Produksi Minyak Mentah dan Gas Bumi 2010 – 2014.

1.2 Rumusan Masalah

Sejalan dengan visi dan program transformasi seperti yang telah disebutkan di atas, maka PT Pertamina (Persero) menetapkan salah satu strategi untuk mendirikan sebuah anak perusahaan perkapalan yang handal, memiliki keunggulan operasional, dan mendukung strategi korporasi serta pencapaian goal perusahaan. Anak perusahaan perkapalan tersebut akan mengambil alih jasa transportasi impor kargo minyak mentah, gas dan produk minyak yang selama ini sebagian besar kargo dikirim oleh perusahaan shipping pihak ketiga (eksternal).

(4)

4 Pembentukan anak perusahaan perkapalan (AP Shipping) ini bertujuan untuk perluasan value chain dari bisnis Pertamina ke arah vertikal, yaitu ke arah jasa pasokan logistik (supply chain). Strategi tersebut merupakan bagian dari strategi pertumbuhan (growth) perusahaan, dengan tujuan memperoleh peningkatan keuntungan sebagai dampak dari value creation tersebut.

Strategi pembentukan AP Shipping tersebut juga merupakan implementasi salah satu pilar strategi PT Pertamina (Persero), yaitu strategi untuk meningkatkan efisiensi dengan mendukung rantai nilai sendiri (own supply chain), dan mengembangkan model layanan pihak ketiga, artinya perkapalan akan mengambil alih jasa transportasi pengiriman impor kargo yang selama ini dilayani oleh perusahaan shipping pihak ketiga (eksternal), seperti terlihat pada Gambar 1.3 Tiga Pilar Strategi PT Pertamina (Persero).

Sumber: Materi Presentasi Company Profile Pertamina, 2014. Gambar 1.3 Tiga Pilar Strategi PT Pertamina (Persero).

(5)

5 Rencana pendirian AP Shipping tersebut ditetapkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT Pertamina (Persero) pada tanggal 14 Juni 2011, yang menyarankan agar PT Pertamina (Persero) melakukan kajian dan pembentukan anak perusahaan baru di bidang perkapalan.

Kronologis dan progres pembentukan AP Shipping tersebut, sebagai berikut: 1. Tanggal 14 Juni 2011, RUPS PT Pertamina (Persero) menyarankan

pembentukan anak perusahaan baru di bidang perkapalan (AP Shipping), 2. Tanggal 27 Desember 2011, Rapat Direksi sesuai Risalah Rapat Direksi (RRD)

No.120/C00000/2011-S0, merekomendasikan skema pembentukan anak perusahaan baru di Bidang Shipping (AP Shipping).

3. Tanggal 9 Oktober 2012, Rapat Direksi sesuai RRD No.116/C00000/2012-S4, kembali memberikan persetujuan atas pendirian AP Shipping dengan skema spin-off (Fungsi Charter Out) dari Unit Bisnis Perkapalan yang ada di bawah Direktorat Marketing & Trading sebagai cikal bakal AP Shipping, dan modal awal berupa aset 2 kapal dan dana senilai US$ 10 Juta.

4. Tanggal 5 Nopember 2012, Rapat Direksi sesuai RRD No.136/C00000/2012-S4, menyetujui pemisahan aset yang akan diserahkan kepada AP Shipping, serta pengumuman perihal pembentukan AP Shipping di Surat Kabar Nasional (Kompas dan Bisnis Indonesia) dan seluruh pekerja Pertamina.

5. Tanggal 27 Desember 2012, menanggapi pembentukan AP Shipping tersebut, Dewan Komisaris Pertamina mengeluarkan Memorandum Dewan Komisaris No.566/K/DK/2012, meminta tambahan data usulan pembentukan AP Shipping tersebut, diantaranya adalah meminta dilakukan kajian kembali menggunakan konsultan independen serta memastikan positioning AP Shipping, PT Pertamina Trans Kontinental, dan Fungsi Shipping dalam Bisnis Perkapalan. 6. Tanggal 10 Juli 2013, Direktur Pemasaran dan Niaga mengirimkan

Memoradum No.179/F00000/2013-S0 kepada Direktur Perencanaan Investasi & Manajemen Risiko (PIMR), perihal penyampaian hasil kajian pembentukan AP Shipping yang dilaksanakan oleh konsultan KPMG, dengan hasil rekomendasi: modal awal US$ 24 Juta dan 4 unit kapal.

(6)

6 7. Tanggal 8 Februari 2014 ditandatangani Nota Kesepahaman kerjasama bisnis pengangkutan bahan bakar minyak dan gas, antara PT Pertamina (Persero) dan Petral (PES), dengan No. 003/F00000/2014-S0, dimana komitmen PES untuk menciptakan sinergi yang optimal dengan AP Shipping apabila terbentuk dengan mengintegrasikan organisasi Shipping di PES dan aset kapal di PES ke AP Shipping.

8. Tanggal 18 Juli 2014, Direktur Pemasaran dan Niaga mengirimkan Memorandum No.175/F00000/2014-S0 kepada Direktur Keuangan dan Direktur PIMR, perihal: Rencana Anggaran Investasi Pembentukan AP Shipping, dimana sebagai modal awal diajukan US$ 10 Juta dan 5 unit kapal. 9. Tanggal 19 Desember 2014, sehubungan pergantian Jajaran Direksi Pertamina

pada tanggal 28 November 2014, VP Strategic Planning & Business Development mengirimkan Memorandum kepada Direktur Pemasaran No. 952/F00100/2014-S0, perihal Progres Pembentukan Anak Perusahaan Shipping dan Rencana Investasi Kapal LNG.

10. Rencana pembentukan AP Shipping ini juga menjadi salah satu program strategis PT Pertamina (Persero) di dalam Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) Tahun 2012-2016, yang merupakan langkah restrukturisasi dalam pengembangan bisnis angkutan laut, dan di dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) tahun 2014 telah disetujui anggaran US$ 10 juta sebagai penyertaan modal dalam pembentukan AP Shipping.

11. Tanggal 1 Desember 2015 PT Pertamina (Persero) mempublikasikan rencana pembentukan AP Shipping ini di harian Nasional sebagai informasi awal kepada para stakeholder.

Fungsi perkapalan selama ini memainkan peran vital di dalam proses bisnis dan value chain Pertamina. Berikut proses bisnis Pertamina beserta value chain-nya yang menunjukkan aktivitas impor – ekspor dan peran jasa transportasi perkapalan dalam menjaga ketersediaan pasokan bahan baku kilang dan bahan baku BBM, ditunjukkan dalam Gambar 1.4 Proses Bisnis & Value Chain Pertamina.

(7)

7 Sumber: Materi Presentasi AP Shipping, 2013.

Gambar 1.4 Proses Bisnis & Value Chain Pertamina.

Strategi pembentukan AP Shipping Pertamina yang akan mengambil alih jasa transportasi kargo impor yang selama ini dilakukan oleh perusahaan shipping pihak ketiga (eksternal) merupakan salah satu strategi integrasi vertikal. Strategi integrasi vertikal menurut Thomson, et al., (2012:230) sebagai berikut:

“A vertical integration strategy can expand the firm’s range of activities backward into source of supply and/or forward toward end users.”

Dan Thomson, et al., (2012:231):

“A vertically integrated firm is one that performs value chain activities along several portions or stages of an industri’s overall value chain, which begins with the production of raw materials or initial inputs and culminates in final sales and service to the end consumer.”

Untuk mewujudkan strategi integrasi vertikal melalui pembentukan AP Shipping tersebut, diperlukan suatu penelitian dan analisis yang komprehensif, karena strategi integrasi vertikal adalah strategi yang kompleks, memerlukan biaya

(8)

8 tinggi, berisiko tinggi, dan sulit untuk berbalik kembali jika sudah terlanjur diimplementasikan, seperti yang dikemukakan oleh Stuckey & White melalui artikel di Sloan Management Review Association, August 1993, dengan judul: “When and when not to vertically integrate”.

Oleh karena itu diperlukan analisis yang komprehensif atas rencana strategi integrasi vertikal Pertamina di bidang pelayaran khususnya jasa transportasi impor kargo minyak mentah, gas dan produk ini, dimana selama ini jasa transportasi impor kargo tersebut dilakukan oleh perusahaan shipping pihak ketiga (eksternal).

1.3 Pertanyaan dan Tujuan Penelitian

Berdasarkan penjelasan latar belakang permasalahan di atas PT Pertamina (Persero) dihadapkan pada pertanyaan sebagai berikut:

1. Apakah rencana strategi integrasi vertikal pada jasa transportasi logistik impor kargo minyak mentah, gas & produk di Pertamina merupakan strategi yang tepat?

2. Apakah strategi tersebut akan memberikan benefit bagi perusahaan?

Sesuai dengan latar belakang masalah dan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: melakukan analisis terhadap lingkungan industri minyak dan gas, khususnya struktur pasar pada indutri pelayaran jasa transportasi impor kargo minyak mentah, gas dan produk. Tujuan lainnya adalah untuk mendapatkan gambaran yang jelas terhadap kondisi persaingan di industri pelayaran yang akan dimasuki oleh AP Shipping baru Pertamina, sehingga Pertamina dapat melakukan justifikasi bahwa pilihan strategi

(9)

9 integrasi vertikal pada jasa transportasi impor kargo minyak mentah, gas dan produk tersebut sudah tepat, dan memberikan benefit bagi perusahaan.

1.4 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode campuran (Mixed Method Research), yaitu metode gabungan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif dan penelitian kuantitatif. Menurut Creswell & Clark, 2007, ada beberapa istilah untuk menyebut rancangan metode campuran, yaitu: multi-metode, metode konvergensi, metode terintegrasi, dan metode kombinasi, yang memiliki prosedur-prosedurnya masing-masing (Tashakkori & Teddlie, 2003).

Metode campuran terdiri dari tiga variasi (Creswell, 2014), yaitu:

(1) Strategi metode campuran sekuensial/bertahap (sequential mixed methods), dimana penelitian dilakukan dengan melakukan wawancara kualitatif terlebih dahulu untuk mendapatkan penjelasan yang memadai, lalu diikuti dengan metode survei kuantitatif untuk memperoleh hasil umum.

(2) Strategi metode campuran konkuren/satu waktu (concurrent mixed methods), dimana peneliti menyatukan data kualitatif dan data kuantitatif untuk memperoleh hasil analisis komprehensif atas masalah penelitian. Dalam strategi ini dua jenis data tersebut dikumpulkan dalam satu waktu, kemudian menggabungkannya menjadi satu informasi dalam interpretasi hasil keseluruhan.

(3) Prosedur metode campuran transformatif (transformative mixed methods), merupakan prosedur-prosedur dimana di dalamnya peneliti menggunakan kacamata teoritis sebagai perspektif overaching yang di dalamnya

(10)

10 terdiri dari data kualitatif dan kuantitatif. Perspektif ini bisa digunakan peneliti sebagai metode pengumpulan data secara sekuensial ataupun konkuren.

Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian strategi metode campuran konkuren, dimana data kualitatif dan kuantitatif dikumpulkan secara konkuren (dalam satu waktu), kemudian dua database tersebut dibandingkan untuk mengetahui apakah ada konvergensi, perbedaan-perbedaan, atau beberapa kombinasi. Strategi ini menerapkan metode kualitatif dan kuantitatif secara terpisah untuk menutupi atau menyeimbangkan kelemahan-kelemahan satu metode dengan kekuatan-kekuatan metode yang lain, atau sebaliknya, kekuatan satu metode menambah kekuatan metode lainnya.

1.4.1 Sumber Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan sumber data dari internal PT Pertamina (Persero), dan data dari eksternal perusahaan.

1.4.2 Tehnik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah data primer yaitu data yang diperoleh langsung melalui observasi dan wawancara, serta data sekunder yang diperoleh dari dokumen (teks) yang dikeluarkan oleh perusahaan, misalnya: website Pertamina, annual report, notulen rapat, surat keputusan, materi presentasi, dan lain-lain. Selain itu dilengkapi juga dengan data yang dikumpulkan dari eksternal organisasi seperti: jurnal ilmiah, buku-buku terkait, materi perkuliahan, kepustakaan, dan internet.

(11)

11 1.4.3 Alat Analisis

Penelitian ini menggunakan 5 (lima) alat analisis yaitu: 1) Porter’s Five Forces Model

Five Forces Model ini disampaikan oleh Michael E. Porter, dalam Competitive Strategy (New York: The Free Press, 1980), dalam Hax & Majluf (1991:37). Five Forces Model ini digunakan untuk menganalisis atraktifitas dan profitabilitas suatu industri, dengan menggunakan 5 (lima) kekuatan yang mendorong tingkat persaingan di dalam industri tersebut, yaitu:

(1) Intensity of rivalry among competitors, (2) Threat of new entrants,

(3) Bargaining power of suppliers, (4) Bargaining power of buyers, dan (5) Threat of subtitutes.

Hubungan diantara kelima kekuatan tersebut dan faktor-faktor di balik kekuatan-kekuatan tersebut menunjukkan tingkat atraktifitas dan profitabilitas industri tersebut.

2) “Yellow pages Test”

Yellow pages Test adalah alat analisis yang digunakan untuk mengambil keputusan di dalam menentukan pilihan strategi apakah akan menggunakan pihak eksternal untuk transaksi-transaksi di dalam rantai pasokannya, atau apakah perlu melakukan akuisisi atau membentuk perusahaan sendiri (internalisasi) untuk memenuhi pasokan tersebut.

(12)

12 Sesuai istilahnya, Yellow pages Test, menurut Prof. Goldsmith dari Harvard, merupakan tes sederhana untuk mengetahui ketersediaan jumlah perusahaan pemasok melalui buku telepon, yang dikenal sebagai Yellow pages. (http://archive.nevadajournal.com/nj99/05/govnt.htm).

3) “When and when not to vertically integrate” Framework – Vertical Market Structure Framework

Framework ini dikemukakan oleh Stuckey & White pada tahun 1993 melalui artikel yang dimuat di Sloan Management Review Association, 1993. John Stuckey adalah Director, dan David White adalah Principal pada perusahaan McKinsey’s Sydney Office. Framework ini membahas alasan-alasan utama yang dapat memberikan justifikasi mengapa perusahaan melakukan strategi integrasi vertikal.

Framework ini menganalisis struktur pasar dengan memasukkan faktor jumlah pembeli dan jumlah penjual, untuk kemudian melihat tingkat risiko dan kekuatan penjual dan pembeli yang berbeda pada kuadran-kuadran yang terbentuk dari kombinasi jumlah penjual dan pembeli tersebut. Pada kuadran dengan risiko transaksi yang tinggi, dimana jumlah penjual atau jumlah pembelinya hanya satu atau beberapa saja, maka strategi integrasi vertikal dapat dilakukan, untuk mengurangi tingkat risiko transaksi.

4) “When and when not to vertically integrate” Framework – Transaction Asset Matrix Framework

Framework ini juga dikemukakan oleh Stuckey & White pada tahun 1993, dengan memperhitungkan jumlah transaksi (frekuensi) yang dilakukan oleh perusahaan, kekhususan (spesifitas) aset, daya tahan (durabilitas) aset, dan

(13)

13 intensitas aset perusahaan. Frekuensi transaksi yang tinggi adalah faktor yang dapat mendorong terjadinya vertical market failure, ketika disertai dengan kondisi pasar yang oligopoli bilateral dan spesifitas aset yang tinggi. Jumlah transaksi yang semakin sering juga dapat meningkatkan risiko dan biaya transaksi yang semakin tinggi.

5) Net Present Value (NPV)

Terakhir, dianalisis strategi integrasi vertikal ini secara kuantitatif, menggunakan metode Net Present Value (NPV), sehingga bisa dijustifikasi apakah investasi baru pembentukan AP Shipping tersebut sudah tepat. Metode Net Present Value (NPV) mendiskontokan semua arus kas pada biaya modal proyek investasi, dan kemudian menjumlahkan semua arus kas tersebut. Proyek investasi akan diterima jika NPV yang dihasilkan adalah positif.

1.5 Batasan Penelitian

Dalam penelitian ini perlu dilakukan pembatasan masalah agar pembahasan tidak terlalu luas dan sesuai dengan tujuannya. Pembatasan masalah dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini difokuskan pada pembahasan rencana strategi integrasi vertikal dengan pembentukan AP Shipping, dari perspektif manajemen strategis dan kaca mata Korporat PT Pertamina (Persero).

2. Penelitian ini hanya dibatasi pada penyusunan strategi integrasi vertikal pembentukan AP Shipping Pertamina, dengan mempertimbangkan kondisi lingkungan strategis korporasi PT Pertamina (Persero) dan Unit Bisnis Perkapalan.

(14)

14 1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah memberikan gambaran dan kajian yang jelas mengenai struktur pasar, lingkungan strategis, dan kondisi industri oil & gas khususnya industri pelayaran kargo oil & gas, dan produk, serta pengaruhnya terhadap bisnis PT Pertamina (Persero), dan membantu PT Pertamina (Persero) dalam mengevaluasi rencana strategi integrasi vertikal dengan pembentukan AP Shipping Pertamina. Hal-hal tersebut sangat penting bagi PT Pertamina (Persero) dan anak perusahaannya khususnya yang bergerak di bidang pelayaran, agar strategi integrasi vertikal tersebut benar-benar memberikan benefit dan sesuai dengan visi dan misi perusahaan menuju perusahaan berkelas dunia.

1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini, sebagai berikut: BAB I. PENDAHULUAN

Pada bab I berisi uraian tentang latar belakang masalah yang mendasari penelitian ini, rumusan masalah, pertanyaan dan tujuan penelitian, penjelasan metode penelitian, manfaat penelitian, analisis penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II. LANDASAN TEORI

Bab II membahas tentang teori-teori yang mendasari penelitian ini, yaitu teori tentang konsep strategi, manajemen strategik, proses manajemen strategik, dan strategi integrasi vertikal, Porter’s Five Forces Model, Yellow pages Test, “When and when not to vertically integrate” Framework, dan Net Present Value (NPV).

(15)

15 BAB III. METODE PENELITIAN DAN PROFIL PERUSAHAAN

Bab III membahas tentang pengembangan metode penelitian dan profil Perusahaan yang menjadi studi kasus pada penelitian ini yaitu PT Pertamina (Persero) dan Unit Bisnis Perkapalan.

BAB IV. ANALISIS & PEMBAHASAN

Bab IV berisi tentang analisis penelitian dan pembahasan, dengan menggunakan 5 (lima) macam alat analisis untuk menjelaskan kondisi yang sedang dihadapi PT Pertamina (Persero) dan rencana strategi integrasi vertikal pembentukan AP Shipping Pertamina. Kemudian berdasarkan analisis dan pembahasan tersebut ditarik simpulan dan diberikan saran untuk PT Pertamina (Persero) atas rencana integrasi vertikal tersebut.

BAB V. SIMPULAN & SARAN

Bab V berisi tentang simpulan dari kondisi yang sebenarnya sesuai dengan hasil analisis yang telah dilakukan dalam penelitian ini, dan saran-saran yang dapat penulis berikan untuk kepentingan perusahaan dan penelitian selanjutnya.

Gambar

Gambar 1.1 Roadmap Menjadi Perusahaan Energi Kelas Dunia.
Gambar 1.2 Produksi Minyak Mentah dan Gas Bumi 2010 – 2014.
Gambar 1.3 Tiga Pilar Strategi PT Pertamina (Persero).
Gambar 1.4 Proses Bisnis & Value Chain Pertamina.

Referensi

Dokumen terkait

penyedia jasa pekerja pemborongan pekerjaan (outsourching) , baik konvensional maupun syariah. Aktivitas Usaha Perusahaan. PT Pegadaian adalah salah satu lembaga Pemerintah

Tahun 2013 adalah tahun yang cukup special bagi bisnis PT Pegadaian (Persero), penurunan harga emas yang cukup signifikan cukup menggangu kinerja BUMN yang menetapkan

Dengan penuruan angka covid membuat perusahaan PT Dieselindo Utama Nusa mulai bangkit kembali dari penuruan penjualan salah satu strategi yang dipakai untuk meningkatkan

Mengumumkan pelelangan yang akan dilaksanakan melalui papan pengumuman resmi PT Angkasa Pura II (Persero) dan/atau media cetak dan jika memungkinkan media

Pada bagian ruang lingkup unit kerja, penulis akan menjelaskan tentang ruang lingkup pekerjaan yang menjadi tanggung jawab bagian processing di PT. Memproses dan