• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan kualitas dari koperasi itu sendiri. Banyak Koperasi yang berdiri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan kualitas dari koperasi itu sendiri. Banyak Koperasi yang berdiri"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Alasan Pemilihan Judul

1.Aktualitas

Dewasa ini perkembangan koperasi di Indonesia semakin pesat. Sayangnya perkembangan itu hanya sebatas kuantitas dan tidak diimbangi oleh peningkatan kualitas dari koperasi itu sendiri. Banyak Koperasi yang berdiri namun juga banyak juga yang tidak kuat menahan arus persaingan yang semakin ketat di era globalisasi ini. Penciptaan koperasi hanya sebatas pembuktian eksistenti kegiatan ekonomi kerakyatan dari masyarakat namun koperasi-koperasi tersebut tidak mempunyai ciri khas sebagai koperasi. Ciri khas atau yang sering disebut aktivis perkoperasian sebagai prinsip-prinsip koperasi tersebut semakin lama semakin hilang dikarenakan pemahaman terhadap koperasi sangat kurang di kalangan anggota-anggotanya.

UU no 25 tahun 1992 sebagai landasan operasional tentunya menjadi rujukan bagi seluruh koperasi tentang semua hal tentang perkoperasian di Indonesia tak terkecuali untuk Koperasi Mahasiswa. Koperasi mahasiswa merupakan wadah dan sarana bagaimana gerakan koperasi sudah mampu menyentuh kalangan mahasiswa. Salah satu koperasi mahasiswa yang cukup eksis dan mampu menorehkan berbagai prestasi ialah Koperasi "Kopma UGM". Koperasi yang didirikan tanggal 20 Maret 1982 terletak di lingkungan Universitas Gadjah Mada ( UGM) dan menjadi salah satu koperasi mahasiswa yang cukup lama bertahan.

(2)

2 Dalam penelitian ini peneliti akan membahas terkait pengaplikasian prinsip-prinsip menurut UU no. 25 tahun 1992 di Koperasi "Kopma UGM". Peneliti mengambil fokus penelitian tersebut karena Koperasi "Kopma UGM" yang kepngurusannya dikelola oleh mahasiswa menjalankan sendi- sendi dasar koperasi atau koperasi yang tercantum dalam UU no.25 tahun 1992 tentang perkoperasian sampai saat ini atau telah mulai menanggalkan sendi- sendi dasar tersebut seperti kebanyakan koperasi-koperasi lain pada umumnya di Indonesia. Peningkatan pemahaman anggotadapat dilakukan dengan melakukan pendidikan di Koperasi untuk mencetak kader-kader yang paham koperasi.

2. Orisinalitas

Penelitian tentang Koperasi sudah banyak dilakukan. Berikut beberapa penelitian yang telah dilakukan terkait koperasi:

a. Skripsi yang berjudul “ Pengaruh Sinergitas Antar Anggota Terhadap Kesejahteraan dalam Organisasi ( Studi Kasus Koperasi “Kopma UGM”)”. Penelitian ini ditulis oleh Dilla Janu Istanti mahasiswi Jurusan Sosiologi Universitas Gadjah Mada (UGM) angkatan 2008 yang diselesaikan pada tahun 2011. Meskipun sama-sama melihat koperasi, namun penelitian ini berbeda karena mengambil focus penelitian terkait sinergitas antar anggota koperasi terhadap kesejahteraan yang ada dalam koperasi tersebut.

b. Skripsi yang berjudul “ Evaluasi Sistem Pengukuran Kinerja Koperasi”. Penelitian ini dilakukan oleh Dedy Hendranto mahasiswa Jurusan Akuntansi UGM angkatan 2001 yang diselesaikan pada tahun 2006. Penelitian ini

(3)

3 memfokuskan penelitian terhadap kinerja koperasi yang dilihat dari key

performance indicator (KPI) dan bagaimana implementansi KPI itu bisa

menjadi indicator kinerja sebuah koperasi sesuai dengan standar akuntansi PSAK nomor 27 tentang akuntansi koperasi.

Dari penelitian-penelitian di atas mengambil satu obyek yang sama yaitu Koperasi. Perbedaan penelitian yang dilakukan peneliti dengan penelitian sebelumnya adalah focus penelitiannya. Peneliti untuk kali ini akan lebih fokus pada aplikasi prinsip pendidikan yang terdapat pada koperasi karena pendidikan merupakan salah satu hal penting dalam menciptakan kader bagi koperasi agar eksistensi Koperasi masih bertahan.

3. Relevansi dengan Jurusan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan

Koperasi merupakan salah satu instrument dalam mengembangkan pemberdayaan masyarakat beberapa waktu belakangan ini. Koperasi yang dalam masyarakat pedesaan sudah cukup dikenal ketika era Koperasi Unit Desa menjamur saat era orde baru.

Selain itu ada salah satu mata kuliah yaitu Lembaga Ekonomi Kerakyatan (LEKRA) yang di dalamnya terdapat materi tentang koperasi sebagai lembaga yang identik dengan gerakan ekonomi kerakyatan.

B. Latar Belakang

Koperasi merupakan salah satu dari tiga pilar ekonomi di Indonesia. Seperti yang kita ketahui ada tiga pilar ekonomi di Indonesia yaitu Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Swasta (BUMS), dan Koperasi.

(4)

4 Koperasi mempunyai satu keistimewaan karena mempunyai satu landasan konstitusional yang kuat dan menjadi landasan peraturan utama di Indonesia yaitu Undang-undang Dasar 1945 ( UUD 45). Hal itu tercantum dalam pasal 33 ayat 1 UUD 45 yang berbunyi:

“Perekomian disusun sebagai usaha bersama atas asas kekeluargaan”

Bunyi pasal di atas tentunya menunjuk satu badan usaha yang memiliki asas kekeluargaan dan badan usaha dengan ciri khas seperti itu hanya dimiliki oleh koperasi. Kehendak dari pasal tersebut juga menunjukkan bahwa koperasi menjadi satu pilar yang mampu membangun ekonomi nasional rakyat Indonesia yang akan membawa kemakmuran serta kesejahteraan yang tidak hanya untuk satu orang atau satu golongan saja, akan tetapi kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh lapisan masyarakat. (Widiyanti & Sunindhia,2003:211)

Selain dengan salah satu cirinya sebagai badan usaha, koperasi mempuyai sendi-sendi dasar yang jugamenjadi ciri khasnya. Pengertian sendi-sendi dasar atau prinsip- prinsip Koperasi adalah pedoman- pedoman utama yang menjiwai dan mendasari setiap gerak langkah usaha da bekerjanya Koperasi sebagai organisasi ekonomi dari orang-orang yang terbatas kemampuan ekonominya. ( Pandji & Ninik,2003;10)

Pandji dan Ninik dalam bukunya Dinamika Koperasi (2003) juga menjelaskan fungsi dan perasan sendi-sendi dasar tersebut yaitu :

(5)

5 1. Pedoman untuk mencapai tujuan Koperasi. Tujuan Koperasi adalah menyelenggarakan kebutuhan bersama dan usaha bersama., sehingga tercapai kesejahteraan. Bila tujuan ini dapat dicapai karena pedoman kerja yang menjadi sendi dasarnya, maka akan memungkinkan Koperasi bukan saja dapat bekerja sebagai organisasai ekonomi, melaikna juga dapat menjadikannya suatu perkumpulan orang-orang yang meningkatkan kesejahteraanya;

2. Ciri khas Koperasi yang membedakannya dengan organisasi ekonomi lainnya dan membedakan watak Koperasi dari badan- badan lainnya yang bergerak di bidang ekonomi. Sendi- sendi dasar Koperasi bukan saja mengatur Koperasi ke dalam, terutama dalam hubungan-hubungan individual antar anggotanya, melainkan juga mengatur hubungan koperasi dengan anggotanya dan Koperasi dengan organisasi atau perkumpulan- perkumpulan lainnya yang bukan Koperasi.

Pemerintah Indonesia meletakkan prinsip- prinsip dasar Koperasi Indonesia di dalam produk UU agar Koperasi mempunyai landasan yang kuat. UU yang pertama ialah UU no. 12 tahun 1967. Dalam UU tersebut prinsip- prinsip Koperasi juga tercantum dalam Bagian 4 tentang Sendi- Sendi Dasar Koperasi Pasal 6 sebagai berikut:

1.Sifat keanggotaanya sukarela dan terbuka untuk setiap warga negara Indonesia;

2.Rapat anggota merupakan kekuasaan tertinngi sebagai pencerminan demokrasi dalam koperasi;

(6)

6 3.Pembagian sisa hasil usaha yang diatur menurut jasa masing- masing anggota

4.Adanya pembatasan bunga atas modal;

5.Mengembangkan kesejahteraan anggota khususnya dan masyarakat pada umumnya;

6.Usaha dan ketatalaksanaanya bersifat terbuka;

7.Swadaya, swakerta, dan swasembada sebagai pencerminan prinsip dasar: percaya pada didir sendiri.

Prinsip- prinsip dasar ini kemudian kembali direvisi oleh Pemerintah Indonesia pada UU no. 25 tahun 1992 sebagai berikut:

1.Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka; 2.Pengelolaan yang dilakukan secara demokratis;

3.Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing- masing anggota;

4.Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal; 5.Kemandiriian.

6.Pendidikan Koperasi 7.Kerja sama antar Koperasi

Terakhir revisi undang-undang perkoperasian oleh pemerintah Indonesia terdapat pada Undang-undang no.17 tahun 2012. Dalam undang-undang tersebut juga disebutkan prinsip-prinsip koperasi sebagai berikut

(7)

7 2. Pengawasan oleh anggota yang diselenggarain secara demokratis

3. Anggota berpartisipasi aktif dalam kegiatan ekonomi koperasi 4. Koperasi merupakan badan usaha yang otonom dan independen

5. Koperasi menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi anggota, pengawas, pengurus, dan karyawannya, serta memberikan informasi kepada masyarakat tentang jati diri,kegiatan, dan kemanfaatan koperasi. 6. Koperasi melayani anggotanya secara prima, dan memperkuat Gerakan

Koperasi dengan bekerja sama melalui jaringan kegiatan pada tingkat local, regional, dan internasional.

7. Koperasi bekerja untuk pembangunan berkelanjutan bagi lingkungan dan masyarakat melalui kebijakan yang disepakati oleh anggota.

Perkembangan Koperasi di Indonesia telah merasuk ke berbagai lapisan masyarakat tak terkecuali di kalangan pemuda. Pemerintah sendiri juga mendorong terciptanya Koperasi Mahasiswa dengan tujuan menciptakan kader- kader bagi kelangsungan dan kesinambungan Koperasi di tanah air, baik sebagai lembaga ekonomi dan sosial maupun gerakan (Djohan, 2011: 12). Pemerintah sendiri mengatur terkait keberadaan koperasi di kalangan generasi muda dengan Surat Edaran Dirjen Koperasi No. 2255/ XI/ 81, tentang " Koperasi di Kalangan Generasi Muda", yang kemudian diikuti dengan surat Dirjen BLK No. 1149/ VI/ 81 tentang "Pembinaan Koperasi di Kalangan Generasi Muda. Dalam surat Koperasi tersebut dicantumkan Koperasi Kalangan generasi muda menjadi 5 yaitu:

(8)

8 2.. Koperasi Pramuka (Kopram);

3. Koperasi Pondok Pesantren ( Kopontren); 4. Koperasi Siswa ( Kopsis);

5. Koperasi Pemuda ( Kopda).

Koperasi "Kopma UGM" sebagai salah satu Kopma yang masih menunjukan eksistensinya hingga saat ini hingga telah mencapai usia yang ke- 30 tahun. Hal tersebut juga membuktikan Koperasi Mahasiswa sebagai lembaga yang berbasis anggota masih bertahan di tengah berbagai lembaga ekonomi berbasis modal. (Djohan, 2011; 14) Selama 30 tahun tersebut Kopma UGM telah melahirkan banyak mahasiswa kader- kader yang telah mengenyam pengalaman koperasi secara praktis karena Kopma UGM juga terdaftar sebagai Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang mewajibkan kepengelolaanya dilakukan oleh mahasiswa- mahasiswi UGM.

Koperasi "Kopma UGM" sendiri mempunyai prinsip- prinsip sendiri seperti pada Koperasi- koperasi lainnya namun tetap mengacu pada UU no.25 tahun 1992 ( Kopma UGM; 2009; 10) yaitu:

1. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka; 2. Pengawasan secara demokratis oleh anggota; 3. Partisipasi aktif oleh anggota;

4. Keotonomian dan kemandirian;

5. Pendidikan, pelatihan, dan penginformasian 6. Kerjasama antar Koperasi

(9)

9 Prinsip- prinsip tersebut terakhir kali direvisi dan disepakati pada RAT 27 Koperasi "Kopma UGM" tahun 2009. Prinsip- prinsip tersebut masih berlaku sampai sekarang karena belum ada perubahan hingga RAT ke- 30 tahun 2012 ini. Prinsip- prinsip tersebut tentunya harus diaplikasikan untuk berbagai hal di Koperasi "Kopma UGM" sebagai bukti bahwa Koperasi " Kopma UGM" tetap mempertahankan prinsip- prinsipnya yang menunjukaan ciri khas sebagai sebuah Koperasi.

Seperti yang diutarakan di atas salah satu prinsip yang patut diperhatikan dari Koperasi "Kopma UGM" ialah prinsip yang berkaitan dengan pendidikan. Koperasi "Kopma UGM" mempunyai satu prinsip yang berkaitan dengan pendidikan pada prinsip nomor lima. Prinsip yang berbunyi pendidikan, pelatihan,dan penginformasian. Prinsip ini juga sangat menunjang dari tujuan pembentukan awal sebuah Koperasi Mahasiswa yang sangat berkaitan dengan pendidikan membentuk kader.

"Koperasi Mahasiswa yang semula diharapkan dapat menjadi ajang penggodokan kader- kader gerakan koperasi,....". (Djohan, 2011: 12)

Pernyataan di atas menunjukkan Koperasi Mahasiswa harus siap mengkader anggotanya menjadi orang yang paham akan Koperasi. Dalam mengkader anggota Koperasi tentunya membutuhkan sebuah sistem pendidikan yang membentuk sumber daya sesuai dengan yang diharapakan tujuan awal organisasi tersebut. Koperasi "Kopma UGM" tentunya mempunyai sebuah sistem pengkaderan agar anggota mereka memahami dan kelak menjadi penerus gerakan

(10)

10 Koperasi menggantikan aktifis- aktifis Koperasi yang telah berumur. Sistem kaderisasi ini sangat menarik karena disinilah anggota- anggota Koperasi "Kopma UGM:" secara konsisten melahirkan anggota-anggota yang telah menempuh pendidikan perkoperasian.

. Hilangnya eksistensi beberapa Kopma dikarenakan seperti yang telah dijelaskan di atas tentu menjadi perhatian peneliti. Saat ini Koperasi "Kopma UGM" telah eksis selama lebih dari 30 tahun. Hal tersebut tentunya karena berbagai ditenggarai beberapa hal salah satunya seperti yang diletakkan kesimpulan dalam setiap musyawarah nasional ( MUNAS) FKKMI ialah komitmen untuk menjalankan prinsip-prinsipnya sebagai sebuah koperasi, Untuk ini penelitian ini bertujuan untuk melihat salah satu implementasi prinsip yang terdapat di Koperasi "Kopma UGM" yaitu pendidikan, pelatihan,dan penginformasian. Peneliti akan mengutamakan terkait sistem pendidikannya. Prinsip tersebut dipilih peneliti karena tujuan awal dalam pembentukan Kopma ialah kopersasi kader, kader koperasi.

Koperasi “Kopma UGM” sendiri memiliki sistem pendidikan anggota yang unik. Koperasi “Kopma UGM” memiliki pendidikan berjenjang untuk anggotanya. Pendidikan berjenjang ini yang menjadi senjata andalan Koperasi “Kopma UGM” selama berdirinya untuk menyediakan kader

Salah satu masalah di Koperasi “Kopma UGM” adalah berkurangnya jumlah peserta dari tahun ke tahun semakin sedikit. Jumlah anggota yang mendaftar kegiatan-kegiatan keanggotaan yang terjadi penurunan. Jumlah anggota yang mendaftar di kepengurusan-staf juga menurun. Akibatnya pengurus

(11)

11 kesulitan memilih staf-staf untuk berada di posisi yang dinginkan. Bila tidak ditindak lanjuti kaderisasi dan regenerasi bisa terancam karena sistem pendidikan di Koperasi “Kopma UGM” menjadi salah satu penyedia kader di Koperasi “Kopma UGM

Dalam prinsip koperasi ada sebuah kewajiban bagi semua koperasi untuk melaksanakan pendidikan untuk semua anggotanya. Hal itu yang juga tidak terlaksana di Koperasi “Kopma UGM”. Pendidikan Dasar (DIKSAR) memang wajib untuk semua, namun pendidikan jenjang berikutnya yaitu Pendidikan Organisasi ( DIKORG), dan Pendidikan Manajemen (DIKMEN) tidak diwajibkan.

Idealnya dalam sebuah koperasi partisipasi dari anggota terhadap kegiatan-kegiatan harus tinggi tak terkecuali dalam kegiatan-kegiatan pendidikan. Begitu juga dengan kewajiban sebuah koperasi untuk melaksanakan pendidikan ke semua anggota tanpa terkecuali dan memberikan kebermanfaatan pada anggotanya.

Dari sana peneliti melihat pelaksanaan pendidikan di Koperasi “Kopma UGM” perlu di evaluasi terutama terkait partisipasi dan kebermanfaatannya kepada anggota. Partisipasi anggota memberikan gambaran dari seberapa aktif anggota terhadap koperasi. Dalam hal ini menurunnya partisipasi bisa saja terjadi karena kurangnya kebermanfaatan yang di dapat oleh anggota sehingga tidak mengikuti jenjang pendidikan selanjutnya.

(12)

12 C. Rumusan Masalah

Dari pemaparan latar belakang dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana perilaku partisipasi anggota terhadap kebermanfaatan dari kegiatan pendidikan yang mereka ikuti?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui evaluasi dari pelaksanaan pendidikan di Koperasi “Kopma UGM” terutama terkait partisipasi dan kebermanfaatan kegiatan pendidikan tersebut baik untuk anggota maupun Koperasi “Kopma UGM” itu sendiri

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini merupakan sebuah usaha untuk lebih memahami implementasi yang dilakukan Koperasi “Kopma UGM” dalam prinsip pendidikan,sehingga penelitian ini dapat digunakan Koperasi-koperasi Mahasiswa lainnya guna memperbaiki sistem pendidikan yang berlaku saat ini.

E. Tinjauan Pustaka

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan studi evaluasi terhadap partisipasi anggota dan kebermanfaatannya dari sistem pendidikan yang sudah berjalan di Koperasi “Kopma UGM”. Partisipasi sendiri dapat diartikan peran dan keikutsertaan dari anggota dalam mengikuti kegiatan tersebut. Kebermanfaatan sendiri dapat diartikan timbal-balik yang didapat anggota dan Koperasi “Kopma UGM” .

(13)

13 Guna melihat hal tersebut peneliti mengkerangkai penelitian ini dalam perspektif behaviorisme. Behaviorisme sendiri lebih condong ke psikologi terhadap sosiologi perilaku. Dalam sosilogi perilaku lebih ditekankan pada hubungan antara perilaku seorang manusia terhadap lingkungan dan dampak timbal-balik dari lingkungan terhadap perilaku manusia tersebut. Peneliti melihat partisipasi anggota dalam kegiatan pendidikan dan kebermanfaatan dalam mengikuti kegiatan erat kaitannya dengan perspektif tersebut.

George Homans menjelaskan dalam perilaku sosial, harus ada sebuah hubungan timbal-balik dari antara aktor dengan lingkungannya. Timbal-balik atau dalam bahasa ekonomi disebut kontraprestasi. Homan sendiri menyatakan teori pertukarannya yang berasal dari perspektif behaviorisme berasal psikologi perilaku dan ilmu ekonomi dasar ( teori pilihan rasional).

Dalam penelitian ini, peneliti menjadikan dua proposisi yaitu partisipasi anggota dan kebermanfaatan sebagai proposisi hadiah yang diterima oleh anggota. Dilihat dari teori pertukaran hal ini bisa dikembangkan menjadi beberapa proposisi yaitu sebagai berikut:

1. Proposisi sukses.

Dalam proposisi sukses ini, peneliti melihat semakin sering anggota diberi kebermanfaatan dalam satu kegiatan pendidikan tersebut, semakin besar kemungkinan anggota akan mengikuti kegiatan pendidikan lainnya.

(14)

14 Dalam hal ini anggota ketika dia merasakan kebermanfaatan lebih dari mengikuti satu jenjang pendidikan maka dia akan mengikuti jenjang pendidikan lanjutan.

Hal ini juga bisa dilihat dari rentang waktu seperti diungkapkan Homans tentang proposisi sukses ini. Pertama, makin sering hadiah yang dirasakan diterima, makin sering aktor mengulang perilaku meski hal ini tidak berlangsung tanpa batas. Kedua,ia biIa menyatakan semakin pendek jarak waktu antara perilaku dan hadiah, semakin besar kemungkinan orang itu mengulangi perilaku. Sebaiknya semakin jauh jarak waktu antara perilaku dan hadiah, semakin kecil kemungkinan aktor mengulang perilaku. Ketiga, intermiten hadiah yang diberi. Semakin teratur hadiah diberikan, maka semakin kecil kemungkinan mengulangi perilaku, Jadi, hadiah tersebut diberikan dalam waktu acak.

2. Proposisi Pendorong

Pada proposisi ini dalam penelitian ini bisa dianalogikan sebagai berikut bila dalam masa lalu, ada sebuah dorongan yang menyebabkan partisispasi anggota diberikan manfaat, maka makin besar anggota mengulang partisipasinya.

Homans, mengemukan satu contoh kejadian yang lebih sederhana: “ Pemancing yang melemparkan kailnya di kolam keruh dan berhasil menangkap seekor ikan, akan lebih suka memancing di kolam keruh kembali (Homans, 1974 dalam Ritzer dan Goodman, 2003).

Bila anggota merasa manfaat karena mengikuti kegiatan pendidikan di masa lalu, hal tersebut akan mendorong anggota untuk mengikuti kegiatan pendidikan serupa.

(15)

15 3. Proposisi Nilai

Homans melihat proposisi ini dari besaran jumlah nilai yang didapat oleh aktor. Semakin tinggi nilai hadiah tersebut, makin besar kemungkinan ia mengulangi tindakan tersebut.

Homans juga melihat hadiah yang dimaksud tidak dalam cakupan teori hedonitis yang dinyatakan dengan hadiah tidak hanya berbentuk uang namun juga sikap-sikap membantu orang lain.

Dalam hal ini bila dikaitkan dengan penelitian ini, semakin besar manfaat yang dirasakan anggota, maka semakin besar dia mengikuti kegiatan pendidikan tersebut.

4. Proposisi Deprivasi-Kejemuan

Homans mengatakan makin sering seseorang menerima hadiah khusus di masa lalu yang dekat, makin kurang bernilai baginya setiap unit hadiah berikutnya.

Dalam hal ini bisa dikaitkan ketika anggota merasa manfaat sama di kegiatan-kegiatan pendidikan dalam kurun waktu dekat, maka semakin kurang minatnya untuk mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut.

5. Proposisi Persetujuan-Agresi

Homans membagi proposisi ini menjadi dua yaitu proposisi A dan Proposisi B. Proposisi A Homans menjelaskan ketika seseorang tidak mendapat hadiah yang diharapakan maka ia akan melakukan tindakan agresif dan akibatnya tindakan itu makin bernilai baginya.

(16)

16 Sementara proposisi B , bila seseorang menerima hadiah lebih besar dari yang ia perkirakan atau tidak menerima hukuman dari yang ia bayangkan, ia makin besar melakukan kegiatan yang disetujui dan tindakan itu makin bernilai baginya.

Dalam proposisi peneliti melihat jika anggota tidak merasakan kebermanfaatan sebesar yang ia harapkan dari kegiatan pendidikan tersebut anggota akan menolak mengikuti kegiatan pendidikan lanjutan. Sementara, ketika anggota menerima manfaat lebih besar dari yang ia perkirakan atau tidak menerima kerugian sebesar yang ia kira maka ia kemungkinan akan melanjutakn ikut dalam kegiatan pendidikan selanjutnya.

6. Proposisi Rasionalitas

Homans melihat ini hampir sama dengan teori pilihan rasional. Dalam memilih beberapa tindakan, seseorang akan mengaitkan nilai (V) sebagai hasil dan dikalikan dengan profitabilitas (P) untuk mendapatkan hasil yang besar.

Dalam penelitian ini, peneliti melihat dari sisi kebermanfaatan untuk anggota. Anggota akan melihat dan memilih kegiatan pendidikan karena ita mempunyai nilai kebermanfaatan atau kegunaan yang lebih dari kegiatan-kegiatan lainnya.

Referensi

Dokumen terkait

Guru dan siswa melakukan diskusi kelas tentang hasil eksperimen Guru memberi apresiasi kepada siswa yang berkinerja baik Guru memberi penguatan materi dan kesimpulan akhir2.

Ahmad yani 2016, dengan judul “Pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan pada dinas perhubungan provonsi Jawa Barat.” Berdasarkan hasil penelitian ini analisis

Penelitian dengan judul “Motivasi Menjadi Jurnalis Dalam Rubrik Swara Kampus di Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat (Studi Kualitatif Terhadap Motivasi Mahasiswa

Akhirnya, Empat pimpinan Badan Anggaran DPR yang terdiri dari Ketua Banggar Melchias Mekeng, (FPG) Wakil Ketua Mirwan Amir (FPD), Wakil Ketua Tamsil Linrung (FPKS) serta Wakil

Lingkungan kerja adalah: “Segala sesuatu yang ada di sekitar para pekerja dan yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibenarkan” (Tesis Nur

Kemudian kebutuhan - kebutuhan yang dicari oleh tiap - tiap individu menjadi menarik karena berawal dari dorongan motif untuk mencapai kepuasan yang

Kompensasi dapat menjadi pendorong seseorang melakukan suatu kegiatan guna mendapatkan hasil yang terbaik , kompensasi perlu di bangkitkan agar pegawai dapat melaksanakan

1 1) Tulislah nomor surat pejabat yang membuat pernyataan melaksanakan tugas sebagai Auditor. 4 4) Tulislah pangkat dan golongan ruang dari pejabat yang membuat pernyataan. 5 5)