• Tidak ada hasil yang ditemukan

Instrumen Pertanggungjawaban Perusahaan: Perbandingan antara OECD Guidelines, ISO26000 & UN Global Compact

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Instrumen Pertanggungjawaban Perusahaan: Perbandingan antara OECD Guidelines, ISO26000 & UN Global Compact"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Instrumen Pertanggungjawaban Perusahaan:

Perbandingan antara OECD Guidelines,

ISO26000 & UN Global Compact

Materi ini adalah terjemahan dari buku Martje Theuws and Mariette van Huijstee, “Corporate Responsibility Instruments: A Comparison of the OECD Guidelines, ISO

26000 & the UN Global Compact”, Centre for Research on Multinational Corporations

(2)

Implementasi dari UN Guiding Principles (UNGP) yang menjadi standar akuntabilitas/pertanggungjawaban korporasi

OECD Guidelines, ISO 26000 dan UN Global Compact menekankan pentingnya Uji Tuntas HAM untuk dilakukan oleh perusahaan. Meskipun tidak ada perbedaan dalam

mendefinisikan Uji Tuntas HAM, ketiga inisiatif berbeda dalam ruang lingkup masalah yang diatur. Pedoman OECD dan ISO 26000 menetapkan bahwa Uji Tuntas harus dilakukan untuk semua bidang yang tercakup dalam UNGP. Sebaliknya, UN Global Compact hanya meminta perusahaan untuk melakukan Uji Tuntas di bidang hak asasi manusia.

Pengantar umum terhadap ketiga instrument akuntabilitas

OECD Guidelines

OECD Guidelines untuk Perusahaan Multinasional adalah rekomendasi dari organisasi OECD bagi perusahaan yang beroperasi di atau dari negara anggota OECD. OECD Guidelines menyediakan instrumen untuk mengatasi pelanggaran oleh perusahaan melalui mekanisme pelaporan. OECD Guidelines yang diadopsi oleh pemerintah negara-negera anggota OECD diambil berdasarkan OECD Investment Declaration. Pemerintah negera- negara ini membuat komitmen untuk melaksanakan OECD Guidelines dengan mendirikan National Contact Point (NCP).

ISO 26000

ISO 26000 menawarkan panduan bagi sebuah organisasi atau perusahaan untuk pelaksanaan kebijakan 'tanggung jawab sosial'-nya. Standar ISO 26000 diadopsi pada tahun 2010 sebagai hasil dari proses negosiasi lima tahun yang melibatkan kelompok kerja internasional dan komite nasional di lebih dari 90 negara. ISO 26000 diadopsi oleh Badan Standar Nasional di 72 negara yang telah secara resmi mendukung pemberlakuan standar ini. Lima negara - termasuk Amerika Serikat dan India – menolak isi dari standar. Meskipun pemerintah negara-negara dianggap sebagai kelompok pemangku kepentingan, namun standar ini tidak secara resmi diakui oleh pemerintah negera-negara yang turut melakukan pengembangan ISO 26000. Namun, beberapa pemerintah, seperti Argentina, China dan Indonesia telah

memberikan dukungan eksplisit bagi penerapan ISO 26000.

UN Global Compact

United Nations Global Compact mempromosikan tanggungjawab sosial perusahaan melalui proses pembelajaran bersama. Peserta Global Compact berkomitmen untuk melaksanakan, dalam lingkup pengaruh mereka, ke-Sepuluh prinsip Global Compact di bidang hak asasi manusia, tenaga kerja, lingkungan dan anti-korupsi. Meskipun merupakan inisiatif PBB, namun UN Global Compact tidak mendapatkan dukungan pemerintah negara- negara anggota PBB, dan dengan demikian ini adalah murni instrumen sukarela.

(3)

Jangkauan

Dengan lebih dari 7.000 perusahaan dari 145 negara, UN Global Compact adalah inisiatif tanggungjawab perusahaan sukarela terbesar saat ini. Terdapat partisipasi dan dukungan yang kuat dari perusahaan-perusahaan yang berasal dari luar negara-negara barat.

Sejak penerapan ISO 26000, standar ini telah diterjemahkan ke dalam standar nasional di lebih dari 60 negara, dimana sekitar setengahnya adalah negara-negara berkembang. Belum pernah ada penelitian mengenai distribusi geografis dari standar ini. Namun, negara-negara di kawasan america latin telah menyatakan keinginan serius untuk menerapkan standar ini. Dibandingkan dengan UN Global Compact dan ISO 26000, OECD Guidelines memiliki jangkauan geografis yang terbatas, karena hanya berlaku untuk perusahaan yang beroperasi di dan dari negara-negara OECD dan negara-negara yang turut dalam OECD Investment Declaration (total sebanyak 46 negara).

(4)

Perbandingan aspek umum

Aspek

OECD Guidelines for

Multinational Enterprises

ISO 26000 Guidance on

Social Responsibility

UN Global Compact

Tujuan

Memberikan rekomendasi bagi

pemerintah negera-negara OECD

mengenai perilaku bisnis yang

bertanggung jawab.

Berkontribusi pada pembangunan

berkelanjutan.

Mendorong perusahaan di seluruh

dunia untuk mengadopsi kebijakan

dan praktek-praktek pembangunan

berkelanjutan dan tanggung jawab

sosial.

Tanggal

diadopsi

Revisi terakhir tahun 2011, diadopsi

pertamakali tahun 1976.

1 November 2011.

26 Juli 2000.

Jangkauan

berlaku

Perusahaan multinasional yang

beroperasi di atau dari 34 negara

anggota OECD, atau salah satu dari 12

negara-negara non-anggota OECD yang

telah menandatangani Deklarasi

Investasi OECD.

ISO 26000 dirancang untuk digunakan

oleh semua jenis organisasi, di sektor

publik, privat maupun organisasi

nirlaba, di seluruh dunia.

Lebih dari 8.000 peserta, termasuk

lebih dari 7.000 bisnis dari 145 negara.

Peserta lainnya adalah: bisnis,

asosiasi, masyarakat sipil, badan-

badan PBB, organisasi serikat pekerja,

akademisi, dan organisasi sektor

publik. UN Global Compact ini

terbuka untuk partisipasi oleh semua

perusahaan, di mana pun mereka

berada atau beroperasi selama mereka

menyatakan dukungan mereka

terhadap Sepuluh Prinsip Global

Compact.

(5)

Karakter

/Sifat

Merupakan rekomendasi dari

pemerintah yang tidak mengikat untuk

perusahaan multinasional yang

beroperasi di atau dari negara-negara

anggota OECD. Meskipun instrumen ini

tidak mengikat perusahaan, pemerintah

negara-negara anggota OECD terikat

untuk melaksanakannya. Pemerintah

mematuhi pedoman ini melalui

kewajiban untuk mendirikan National

Contact Point (NCP), yaitu untuk

mempromosikan pelaksanaan OECD

Guidelines dan menangani laporan

pelanggaran.

Ini adalah instrument sukarela dalam

menerapkan kebijakan Corporate

Responsibility oleh perusahaan. ISO

26000 berisi panduan untuk

implementasi kebijakan Corporate

Social Responsibility. ISO 26000

tidak mengandung persyaratan dan

tidak dimaksudkan untuk memberikan

sertifikasi (hal ini berbeda dengan

sebagian standar ISO lainnya).

Sukarela. Peserta dari Global Compact

berkomitmen untuk menerapkan

(dalam lingkup pengaruh mereka)

sepuluh prinsip UN Global Compact

di bidang hak asasi manusia,

perburuhan, lingkungan dan anti-

korupsi. UN Global Compact adalah

murni inisiatif sukarela. Instrumen ini

tidak menghukum atau menegakkan

perilaku atau tindakan perusahaan.

Sebaliknya, ia dirancang untuk

mendorong perubahan dan untuk

mempromosikan good corporate

citizenship dan mendorong solusi

inovatif dan kemitraan.

Dukungan

Multilateral instrument ini disepakati

oleh 46 pemerintah negara OECD dan

yang mengikutinya. Panduan ini diakui

oleh Komisi Eropa sebagai bagian dari

"instrumen inti dari prinsip-prinsip dan

pedoman yang diakui secara

internasional mengenai CSR".

Didukung oleh multi-stakeholder. ISO adalah

otoritas yang diakui dalam membuat standar

di seluruh dunia. Sebanyak 99 dari 162 Badan

Standar Nasional berpartisipasi dalam

pengembangan ISO 26000. ISO 26000 telah

disetujui oleh 94% dari Badan Standar

Nasional yang memilih. Badan Standar

Nasional dari 5 negara memilih menentang

pedoman ini (Kuba, India, Luxemburg, Turki

dan Amerika Serikat). Sebanyak 11 negara

abstain. ISO 26000 juga didukung oleh

organisasi penghubung yang berpartisipasi

dalam perkembangannya. ISO 26000 diakui

oleh Komisi Eropa sebagai bagian dari

"instrumen inti dari prinsip-prinsip dan

pedoman yang diakui secara internasional

mengenai CSR".

The UN Global Compact didukung

oleh Majelis Umum PBB dan telah

diakui pula dalam sejumlah kerjsama

antar pemerintah lainnya, termasuk

G8. The UN Global Compact diakui

oleh Komisi Eropa sebagai bagian dari

"instrumen inti dari prinsip-prinsip dan

pedoman yang diakui secara

(6)

Proses

Penyusunan

Pedoman OECD untuk MNEs diadopsi

pada tahun 1976 dan direvisi pada tahun

1979, 1982, 1984, 1991, 2000 dan 2011.

Pedoman tersebut dikembangkan dan

dirancang oleh pemerintah negara-

negara OECD dan negara-negara yang

mengikuti. Untuk pembaharuan tahun

2011, pemerintah negara OECD

melakukan konsultasi dengan berbagai

pemangku kepentingan.

Melalui proses multi-pihak (2005-

2010) yang melibatkan para pemangku

kepentingan dari negara berkembang

dan negara maju. ISO 26000

dikembangkan selama proses diskusi

multi-pihak selama lima tahun oleh

sebuah kelompok kerja dari 435 ahli

dari lebih dari 90 negara. Enam

kelompok stakeholder berikut ini

terwakili dalam kelompok kerja: (1)

industri, (2) pemerintah, (3) tenaga

kerja, (4) konsumen, (5) organisasi

non-pemerintah dan (6) layanan,

dukungan, penelitian dan lain-lain

(SSRO). ISO 26000 Guidance on

Social Responsibility diluncurkan

pada November 2010.

The Global Compact diluncurkan pada

tahun 2000 oleh mantan Sekretaris

Jenderal PBB Kofi Annan. Sepuluh

prinsip yang berasal dari konsensus

universal diambil dari: Deklarasi

Universal Hak Asasi Manusia;

Deklarasi ILO tentang Prinsip dan Hak

Fundamental di Tempat Kerja; dan

Deklarasi Rio tentang Lingkungan dan

Pembangunan.

Mekanisme

Monitoring

Kewajiban formal yang diberikan oleh

OECD Guidelines bagi pemerintah

negara-negara yang mengadopsi adalah

mendirikan National Contact Point

(NCP). Tanggung jawab utama NCP

adalah untuk memastikan tindak lanjut

dari OECD Guidelines. NCP

bertanggung jawab untuk mendorong

kepatuhan terhadap OECD Guidelines

dalam konteks nasional dan untuk

memastikan bahwa OECD Guidelines

dikenal dan dipahami oleh komunitas

bisnis dan pihak lain yang

berkepentingan.

Tidak ada verifikasi atau mekanisme

penegakan hukum. ISO 26000 adalah standar

pedoman murni sukarela untuk menerapkan

Tanggungjawab Sosial. Setelah penerapan

ISO 26000, masa kerja Kelompok Kerja

Internasional berakhir, diganti dengan badan

yang disebut Post Publication Organization

(PPO). Di antara tugas-tugas dari PPO adalah:

- Mengumpulkan informasi dan

mengidentifikasi praktek-praktek yang baik

dan buruk dalam menggunakan ISO 26000,

dan melaporkan kepada ISO/CS.

- Memberikan saran kepada ISO/CS atas

permintaan interpretasi ISO 26000 dari Badan

Standarisasi Nasional.

Tidak ada monitoring atau penegakan

independen. Satu-satunya kewajiban bagi

perusahaan yang berpartisipasi adalah bahwa

mereka harus mengeluarkan Komunikasi

Kemajuan Tahunan (COP). COP tersebut

harus menggambarkan kemajuan yang dibuat

dalam menerapkan sepuluh prinsip-prinsip

UNGC. Namun isi laporan ini tidak akan

diperiksa. Kegagalan untuk membuat COP

akan mengakibatkan penurunan status peserta

dari aktif menjadi non-communicating.

Peserta yang tidak membuat laporan kemajuan

selama dua tahun berturut-turut akan

dikeluarkan dari daftar dan Global Compact

mengumumkan nama perusahaan yang

dikeluarkan.

(7)

Mekanisme

Komplain

OECD Guidelines untuk MNEs disertai

dengan mekanisme penyelesaian

sengketa untuk menyelesaikan

komplain tentang dugaan pelanggaran

perusahaan. Salah satu kewajiban NCP

adalah menggunakan 'Specific

Instances', yang digunakan untuk

memprose keluhan.

Proses pengaduan ini dimaksudkan

untuk menyelesaikan masalah terkait

dugaan pelanggaran OECD Guidelines

melalui mediasi dan memfasilitasi

dialog antara pihak-pihak. Dalam

kesimpulannya, NCP akan

mengeluarkan pernyataan yang terbuka

untuk publik.

Jika mediasi gagal, pernyataan NCP itu

harus berisi masalah, proses dan

rekomendasi kepada para pihak dan

dapat mencakup penilaian atas dugaan

pelanggaran.

NCP dapat menangani komplain

mengenai pelanggaran yang terjadi di

negaranya atau pelanggaran oleh

perusahaan di luar negeri.

ISO 26000 tidak menyediakan

mekanisme untuk mengajukan

komplain mengenai dugaan

pelanggaran sosial atau lingkungan

oleh perusahaan, dan non-kepatuhan

dengan standar ISO 26000.

ISO 26000 hanya dapat menangani

komplain mengenai penyalahgunaan

standar, yang berarti bahwa komplain

hanya dapat diajukan mengenai cara

perusahaan berkomunikasi mengenai

penerapan ISO 26000. Misalnya, ISO

26000 merupakan instrumen petunjuk

dan bukan untuk sertifikasi.

Setiap perusahaan yang mengklaim

bersertifikat ISO 26000 berarti

menyalahgunakan ISO 26000.

Sebelum mengajukan komplain,

pelapor diharapkan untuk terlebih

dahulu berdialog dengan perusahaan

yang bersangkutan.

The Global Compact memiliki

perangkat yang disebut dengan

Integrity Measures (IM). Termasuk di

dalam IM adalah prosedur untuk

memulai dialog sekitar "tuduhan

pelanggaran sistematis atau

menyeluruh dari tujuan umum UN

Global Compact dan prinsip-

prinsipnya".

Prosedur ini bertujuan untuk

mendapatkan respon dari perusahaan

yang bertujuan untuk mencapai

perbaikan oleh perusahaan dan

bukannya proses pengaduan yang

lengkap.

Jika perusahaan yang bersangkutan

menolak untuk terlibat dalam dialog

mengenai masalah ini dalam waktu

dua bulan setelah pertama kali

dihubungi oleh Perwakilan Global

Compact, maka perusahaan dapat

dikatagorikan sebagai

'noncommunicating' .

Status non-communicating ini akan ditulis di

website Global Compact . Jika status non-

communicating ini dianggap merugikan

reputasi dan integritas Global Compact, maka

Global Compact berhak untuk menghapus

perusahaan itu dari daftar peserta .

(8)

The Global Compact menekankan

bahwa fokus dari tindakan Integrity

Measures tidak dimaksudkan untuk

menyelesaikan kasus dugaan

pelanggaran sosial atau lingkungan

oleh perusahaan .

Aksesabilitas Bebas biaya di unduh melalui OECD

website: http://mneguidelines.oecd.org/

Harga ISO 26000: 2010 – Guidance

on Social Responsibility adalah

sebesar 162 Euro.

Sepuluh prinsip United Nations Global

Compact tercantum di website Global

Compact:

http://www.unglobalcompact.org/.

Jaringan Global Compact lokal

beroperasi di 101 negara. Peran

jaringan lokal adalah untuk

memajukan pelaksanaan sepuluh

prinsip oleh perusahaan dan untuk

mengatur kegiatan pembelajaran.

(9)

Kelebihan dan kelemahan

OECD Guidelines didukung oleh 46 pemerintah anggota OECD. Dukungan pemerintah ini memberikan sebuah landasan yang otoritatif terhadap pelaksanaan OECD Guidelines. Sampai saat ini, OECD Guidelines adalah satu-satunya instrumen akuntabilitas perusahaan–yang memiliki mekanisme pengaduan untuk menangani dugaan pelanggaran–yang didukung oleh pemerintah. Namun, jangkauan OECD Guidelines terbatas karena hanya berlaku untuk perusahaan yang beroperasi di atau dari salah satu dari 46 negara-negara OECD. Selain itu, beberapa klausa memiliki bahasa yang lemah, termasuk banyak menggunakan kata “where

appropriate” dan bahasa yang kurang kuat dibandingkan rumusan dalam UN Global

Compact dan ISO 26000 (misalnya paragraf tentang pekerja anak ). Mekanisme “Specific Instance” memberikan kesempatan bagi organisasi masyarakat sipil untuk menyampaikan komplain mengenai dugaan pelanggaran terhadap OECD Guidelines. Namun, efektivitas instrumen dalam memastikan hasil positif agak terbatas. Selama ini, kemampuan NCP dalam penanganan komplain menunjukkan hasil yang beragam.

Standar ISO 26000 merupakan pedoman yang dikembangkan dalam proses penyusunan multipihak yang unik. ISO 26000 adalah satu-satunya standar tanggung jawab sosial

perusahaan multi-pihak yang disusuan dengan memperhatikan masukan-masukan yang kuat dari negara-negara berkembang, dan NGOs di negara-negara tersebut . ISO 26000 memiliki jangkauan yang berpotensi besar untuk bisnis dan organisasi lain di seluruh dunia. Penelitian awal menunjukkan bahwa ISO 26000 sangat menarik bagi perusahaan di negara-negara berkembang. ISO 26000 tidak mengandung persyaratan dan tidak dimaksudkan untuk sertifikasi. Namun, tanpa adanya mekanisme verifikasi dan mekanisme penegakannya, akan sulit untuk menilai dampak yang dihasilkan dari penerapan ISO 26000.

Saat ini, UN Global Compact merupakan inisiatif tanggung jawab perusahaan yang paling populer di kalangan bisnis, dengan lebih dari 7.000 peserta perusahaan, dimana basis keanggotaan terbesarnya berada di negara-negara berkembang. Mekanismenya yang sederhana dan perusahaan diberikan kesempatan untuk secara terbuka berkomitmen menerapkan Sepuluh Prinsip UN Global Compact merupakan faktor pendukung utama. Namun, UN Global Compact juga memeliki kelemahan, yaitu tidak adanya mekanisme penyaringan bagi keanggotaan baru, dan tidak adanya mekanisme penegakan hukum untuk menjamin bahwa peserta perusahaan telah mematuhi Sepuluh Prinsip UN Global Compact. Terdapat kemungkinan risiko bahwa perusahaan menggunakan keanggotaannya dalam UN Global Compact semata-mata sebagai sarana untuk meningkatkan citra perusahaan, dan tidak secara nyata mengadakan perbaikan perilaku terhadap isu-isu kepentingan sosial dan

perlindungan lingkungan.

Bagaimana Organisasi Masyarakat Sipil dapat menggunakan instrumen-instrumen ini?

OECD Guidelines: Mediasi

OECD Guidelines dan prosedur pengaduannya memberikan kesempatan bagi organisasi masyarakat sipil dan serikat buruh untuk memperbaiki kesalahan perusahaan dan mencari penyelesaian konflik bagi pihak yang terkena dampak. Meskipun OECD Guidelines tidak mengikat perusahaan, namun pemerintah secara hukum terikat untuk melaksanakannya dan memiliki kewajiban untuk mendirikan National Contact Point (NCP) untuk menangani

(10)

antara para pihak. Prosedur pengaduan yang didukung oleh pemerintah ini merupakan

karakteristik unik dari OECD Guidelines. Perlu dicatat bahwa organisasi masyarakat sipil dan serikat pekerja telah memiliki beberapa pengalaman berkaitan dengan bagaimana NCP

menangani keluhan. Proses mediasi mungkin akan panjang dan hasil yang positif tidak dapat dijamin. OECD Watch, jaringan internasional dari organisasi masyarakat sipil,

mengidentifikasi dan mengawasi kasus-kasus yang diajukan oleh organisasi masyarakat sipil kepada NCP diseluruh dunia. Selain itu, jaringan ini telah menerbitkan panduan yang

mencakup panduan mengenai langkah-langkah dalam mengajukan komplain. Organisasi masyarakat sipil yang sedang mempertimbangkan untuk mengajukan komplain pada NCP disarankan untuk melihat bahan-bahan yang disediakan oleh OECD Watch melalui

www.oecdwatch.org

UN Global Compact: mengatasi klaim yang tidak benar dan memulai dialog

Karena mekanisme akuntabilitas Global Compact yang lemah, saat ini ada banyak peserta korporasi yang melanggar salah satu atau beberapa prinsip dari Sepuluh Prinsip UN Global Compact. Jika sebuah organisasi masyarakat sipil bermaksud menangani dugaan pelanggaran tertentu oleh korporasi, disarankan memeriksa daftar peserta UN Global Compact di

www.unglobalcompact.org/participants/search untuk melihat apakah perusahaan yang

bersangkutan adalah anggota UN Global Compact. Jika perusahaan adalah anggota dari UN Global Compact, maka dapat dugaan dapat ditujukan terhadap perusahaan atas kegagalannya untuk memenuhi komitmen publik. Selain itu, mengirimkan pengaduan/komplain kepada UN Global Compact melalui proses Integrity Measures dapat juga dilakukan. Proses Integrity Measures meliputi prosedur untuk memulai dialog atas pelanggaran serius terhadap tujuan keseluruhan UN Global Compact dan prinsip-prinsipnya. Tujuan dari prosedur ini adalah untuk mempromosikan dialog antara pengadu dengan perusahaan yang bersangkutan. Pada akhirnya, perusahaan dapat dihapuskan dari daftar peserta UN Global Compact, namun hal ini sangat jarang terjadi. Mengajukan keluhan kepada UN Global Compact dapat berguna untuk mendapatkan respon dari perusahaan yang bersangkutan dan untuk terlibat dalam dialog dengan perusahaan. Kedua, hal ini akan memberikan masukan kepada UN Global Compact, bahwa tanpa pengawasan dan mekanisme penegakan mekanisme yang memadai, inisiatif ini gagal untuk mengatur perilaku perusahaan. Contoh-contoh pengaduan yang dikirim kepada UN Global Compact di bawah Integrity Measures dapat ditemukan pada blog

berikut ini: www.globalcompactcritics.org

ISO 26000: mengatasi klaim yang tidak benar dan menilai kebijakan tanggung jawab perusahaan

ISO 26000 menawarkan panduan rinci tentang berbagai tanggung jawab perusahaan dan aspek akuntabilitas perusahaan. ISO 26000 menyediakan kerangka acuan bagi organisasi masyarakat sipil untuk menilai kebijakan dan prosedur perusahaan. Mengingat fakta bahwa ISO 26000 memberikan pedoman bagi semua organisasi, organisasi masyarakat sipil juga dapat menggunakan instrumen untuk mengembangkan kebijakan akuntabilitas mereka sendiri dan mempraktekkannya. Selain itu, penyalahgunaan terhadap ISO 26000 dapat diselesaikan. Meskipun ISO 26000 memberikan panduan, namun instrument ini tidak mengandung persyaratan, dan tidak memiliki mekanisme pengaduan terhadap pelanggaran ISO 26000. Namun , dimungkinkan untuk mengajukan complain mengenai penyalahgunaan ISO 26000. ISO 26000 secara eksplisit menyatakan bahwa instrument ini tidak dimaksudkan untuk sertifikasi. Setiap klaim dari perusahaan bahwa telah mendapatkan sertifikat ISO 26000

(11)

merupakan penyalahgunaan ISO 26000. Beberapa kasus penyalahgunaan telah dilaporkan. Laporan penyalahgunaan ISO 26000 dapat ditemukan melalui

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

"' Dapat dilihat, pandangan Geertz dalam mengkaji pandangan penganut 'kognitif reduksionis' (cognitive reductionist) yang ditujukan pada Goodenough sendiri,

a) Hak Bangsa Indonesia (Pasal 1 UUPA) ini menunjukkan suatu hubungan yang bersifat abadi antara Bangsa Indonesia dengan tanah di seluruh wilayah Indonesia dengan

Gagasan yang diajukan merupakan sebuah fasilitas umum berupa bus yang berisikan dengan kurang lebih 10 paket perangkat komputer berikut dengan LCD dan fasilitas internet yang

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 03 Pontianak Kota dan hasil analisis data yang diperoleh dari hasil pre- test dan post-test pada

Dengan kualitas pesan iklan smartphone Samsung yang positif maka meningkatkan pandangan konsumen terhadap merek tersebut, sehingga dapat disimpulkan bahwa kualitas pesan iklan

Ialah cara menafsirkan ayat-ayat al Qur’an yang didasarkan atas sumber ijtihad Ialah cara menafsirkan ayat-ayat al Qur’an yang didasarkan atas sumber ijtihad dan pemikiran