PENDAHULUAN Latar Belakang
Kedelai merupakan tanaman asli Daratan Cina dan telah dibudidayakan
oleh manusia sejak 2500 SM. Sejalan dengan makin berkembangnya perdagangan
antarnegara yang terjadi pada awal abad ke-19. Kedelai mulai dikenal di
Indonesia sejak abad ke-16. Awal mula penyebaran dan pembudidayaan kedelai
yaitu di Pulau Jawa, kemudian berkembang ke Bali, Nusa Tenggara, dan
pulau-pulau lainnya (Irwan, 2006).
Kedelai (Glycine max L.) merupakan salah satu komoditas pangan bergizitinggi sebagai sumber protein nabatidan rendah kolesterol dengan harga
terjangkau. Di Indonesia, kedelai banyak diolah untuk berbagai macam bahan
pangan, seperti: tauge, susu kedelai, tahu, kembangtahu, kecap, oncom, tauco,
tempe, es krim, minyak makan, dan tepung kedelai. Selainitu, juga banyak
dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak (Atman, 2006).
Pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan pendapatan turut
meningkatkan kebutuhan tanaman yang bernilai gizi tinggi. Bahan makanan yang
bernilai gizi tinggi itu, khususnya protein yang bersumber dari nabati, didominasi
oleh kedelai. Kebutuhan kedelai sejak beberapa tahun ini terus meningkat
mencapai lebih kurang 2 juta ton per tahun, sementara produksi dalam negeri baru
mencapai 1,2 juta ton per tahun (BadanPusat Statistik, 2001).
Kedelai merupakan sumber protein nabati yang sangat dibutuhkanoleh
masyarakat Indonesia, sehingga dengan meningkatnya jumlahpenduduk dan
kesadaran akan kebutuhan protein berdampak padakebutuhan akan kedelai terus
meningkat dari tahun ke tahun . Rata-ratakebutuhan kedelai setiap tahunnya
sebesar 2,2 juta ton bijikering, akan tetapi kemampuan produksi dalam negeri saat
ini barumampu memenuhi sebanyak 779.992 ton(ATAP Tahun 2013, BPS)atau
33,91 % dari kebutuhan sedangkan berdasarkan ARAM IItahun 2014 baru
mencapai 921.336 ton atau 40,06 %
(Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, 2015).
Tanaman kedelai mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi. Hal ini yang
mengakibatkan petani cenderung untuk meningkatkan produksinya dengan
membuka lahan seluas-luasnya untuk menanam kedelai, namun kadang
produksinya kurang baik atau menurun. Hal ini karena serangan hama yang sangat
berat. Hama dalam arti luas adalah semua organisme/binatang yang karena
aktifitas hidupnya merusak tanaman sehingga menimbulkan kerugian ekonomi
yang cukup besar bagi manusia. Hama yang menyerang tanaman kedelai
umumnya dari golongan serangga(Ampnir, 2011).
Pada tahun 2020, jumlah penduduk Indonesia diperkirakan akan mencapai
278 juta jiwa dan konsumsi kedelai per kapita 9,46 kg/tahun, sehingga dibutuhkan
2,6 juta ton produksi kedelai. Apabila program peningkatan produksi kedelai tidak
direspon oleh petani, maka produksi kedelai nasional akan terus menurun dari 800
ribu ton pada tahun 2008 menjadi 630 ribu ton pada tahun 2020. Padahal
kebutuhan kedelai akan meningkat dari 2,0 juta ton pada tahun 2008 menjadi
sekitar 2,6 juta ton pada tahun 2020 sehingga akan terjadi defisit produksi sekitar
2,0 juta ton. Melihat perkembangan produktivitas kedelai di Indonesia dalam 10
tahun terakhir yang belum dapat melampaui 1,3 t/ha, maka untuk memenuhi
kebutuhan kedelai pada tahun 2020 diperlukan luas areal tanam 2,1 juta ha.
(Harsono, 2008).
Produksi kedelai pada tahun 2014 (ASEM) sebesar 5.705 ton, naik sebesar
2.476 ton atau sebesar 76,68persen dibanding produksi ATAP tahun 2013.
Kenaikan produksi disebabkan oleh kenaikan luas panen sebesar1.898 hektar atau
60,72 persen dan hasil per hektar naik sebesar 1,03 ku/ha atau 9,97
persen.Kenaikan produksi kedelai pada tahun 2014 sebesar 2.476 ton (76,68%)
terjadi pada subround Januari-Aprilsebesar 114 ton (6,38%), subround Mei-Agustus sebesar 434 ton (56,51%) dan subround September-Desembersebesar
1.928 ton (286,05%) dibandingkan dengan produksi pada subround yang sama di
tahun 2013 (Berita Resmi Statistik, 2015)
Serangan hama pada tanaman kedelai dapat terjadi sejak tanaman mulai
tumbuh hingga menjelang panen. Hal ini karena hubungan antara fenologi
tanaman dan pemunculan serangga senantiasa ada sinkronisasi. Hama yang
menyerang tanaman kedelai cukup banyak, akan tetapi yang mempunyai arti
ekonomi yang penting antara lain hama Phaedonia inclusa, Plusia chalcites, Longitarsus suturellinus, Etiella zinckenella, Riptortus linearis, Nezara viridula, Ophimya (Agromyza)phaseoli, Melanogromyza delichostigma, Lamprosema indica, Spodoptera litura(Saenong, 2007).
Faktor – faktor yang mengatur kepadatan suatu populasi dapat dibagi 2
golongan yaitu faktor ekstenal dan faktor internal. Faktor eksternal antara lain
persaingan antara individu dalam satu populasi atau dengan spesies lain,
perubahan lingkungan kimia akibat adanya sekresi dan metabolisme, kekurangan
makanan, serangga / parasit / penyakit, emigrasi, faktor iklim misalnya cuaca,
suhu, kelembapan. Sedangkan faktor internal yaitu perubahan genetik dari
populasi (Oka, 1995).
Salah satu kendala dalam budidaya tanaman kedelai adalah serangan
hama.Hama yang menyerang tanaman kedelai umumnya dari golonganserangga.
Kehilangan hasil kedelai yang diakibatkan oleh hama bisa mencapai 90% apabila
tidak dikelola dengan baik. Karena hama yang menyerang tanaman kedelai sangat
bervariasi dan menyerang tanaman kedelai sejak dari tanaman muda sampai
tanaman menjelang panen. Oleh karena itu penulis tertarik meneliti keragaman
dan kelimpahan jenis serangga mulai dari fase vegetatif sampai generatif.
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui indeks keanekaragaman jenis serangga pada tanaman
kedelai (Glycine maxL. Merill)
2. Untuk mengetahui jenis serangga hama dan serangga musuh alami pada
tanaman kedelai (GlycinemaxL. Merill)
Hipotesa Penelitian
Ada perbedaan indeks keanekaragaman jenis serangga pada fase vegetatif
dan generatif tanaman kedelai (GlycinemaxL. Merill) di lapangan.
Kegunaan Penelitian
Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh data dalam penyusunan
skripsi di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai
sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan mengenai kelimpahan dan
keragaman jenis serangga pada fase vegetatif dan generatif tanaman kedelai
(GlycinemaxL. Merill) di lapangan.