• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor yang Memengaruhi Seksio Sesarea Indikasi Non Medis di Rumah Sakit Umum Daerah Teungku Peukan Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Faktor yang Memengaruhi Seksio Sesarea Indikasi Non Medis di Rumah Sakit Umum Daerah Teungku Peukan Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2013"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian dan Jenis Persalinan

Persalinan (partus) adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat

hidup dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. Persalinan secara umum dapat

dibagi menjadi dua, yaitu persalinan secara normal atau alamiah dan persalinan

dengan tindakan (abnormal) atau disebut dengan partus luar biasa (Lutan, 2003).

Persalinan normal adalah persalinan dengan letak belakang kepala yang

berlangsung spontan dalam 24 jam yang dibagi menjadi 4 kala tanpa menimbulkan

kerusakan yang lebih pada anak dan ibu. Persalinan normal sering disebut sebagai

persalinan biasa yang artinya kelahiran seorang bayi genap bulan dengan letak

belakang kepala melalui jalan lahir alamiah dengan tenaga ibu sendiri secara spontan

dalam waktu paling lama 18 jam untuk primigavida dalam kondisi ibu yang tetap

sehat dengan kerusakan jalan lahir minimal menjadi maksimal apabila terjadi rupture

perinea tingkat II (Crisdiono, 2004).

Persalinan seksio sesarea adalah persalinan melalui sayatan pada dinding

abomen dan uterus yang diambil masih utuh dengan berat janin >1000 gr atau umur

kehamilan >28 minggu. Keputusan untuk melakukan persalinan seksio sesarea

diharapkan dapat menjamin turunnya tingkat morbiditas dan mortalitas, sehingga

sumber daya manusia dapat ditingkatkan yang tentunya disertai dengan peningkatan

keadaan umum sehingga mampu menerima risiko tindakan seksio sesarea, perawatan

setelah operasi dan kembalinya kesehatan secara optimal. Dengan demikian, tidak

(2)

mendapatkan masalah atau kesulitan untuk melakukan persalinan normal atau

spontan sehingga harus mengalami persalinan secara abnormal yang salah satunya

adalah seksio sesarea dilakukan, apapun penyebabnya. Untuk itu dokter harus

menjelaskan alasan perlunya dilakukan seksio sesarea (Manuaba, 2012).

2.2 Persalinan dengan Seksio Sesarea 2.2.1 Pengertian Seksio Sesarea

Seksio sesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan

melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam

keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Wiknjosastro et al, 1989).Definisi

lainnya menyebutkan seksio sesarea adalah melahirkan janin melalui irisan pada

dinding perut (laparatomi) dan dinding uterus (histerotomi). Definisi ini tidak

termasuk melahirkan janin dari rongga perut pada kasus ruptura uteri atau kehamilan

abdominal (Pritchard et al dalam Hariadi et al, 1991).

Gambar 2.1. Insisi Pembedahan Seksio Sesarea

(3)

Gambar 2.2. Seksio Sesarea Transvaginal

Sumber 2.2.2 Jenis Seksio Sesarea

Berdasarkan insisi rahim, perbedaan tiap jenis seksio sesarea, yaitu ekstra

(4)

Gambar 2.3. Jenis-jenis Seksio Sesarea

Sumber:

1). Ekstraperitoneal

Seksio sesarea ekstraperitoneal disarankan oleh Frank dan Latzko pada tahun

1907. Tujuan perlakuan ini adalah untuk membuka uterus secara ekstraperitoneal

dengan pembedahan melalui spasium Retzius. Kemudian sepanjang salah satu sisi

dan dibawah vesika urinaria untuk mencapai segmen bawah uterus. Metode ini

dilakukan zaman dahulu untuk menangani kehamilan dengan isi uterus yang

terinfeksi. Karena teknik ini sulit dilakukan dan adanya kemajuan pengobatan infeksi,

(5)

2). Klasik/Korporal

Insisi klasik diperluas sampai sangat mendekati puncak fundus uteri. Teknik

ini biasanya diperlukan pada keadaan segmen bawah uterus tidak dapat dicapai secara

aman, karena vesika urinaria melekat erat akibat pembedahan yang lalu, atau terdapat

mioma pada segmen bawah uterus, atau terdapat carsinoma serviks invasive, pada

bayi yang besar dengan letak lintang, pada beberapa kasus plasenta previa dengan

implantasi sebelah anterior dan pada beberapa kasus bayi dengan berat badan lahir

rendah dan segmen bawah uterus tidak mengalami penipisan. Pada teknik ini risiko

peritonitis dan ruptura uteri lebih besar.

3). Transperitoneal Profunda

Seksio sesarea ismika atau profundal (low servical dengan insisi pada

segmen bawah rahim) merupakan suatu pembedahan dengan melakukan insisi pada

segmen bawah uterus (Prawiroharjo, 2008). Hampir 99 % dari seluruh kasus seksio

sesarea memilih teknik ini karena memiliki beberapa keunggulan seperti kesembuhan

lebih baik dan tidak banyak menimbulkan perlekatan.

Teknik ini sekarang paling banyak dipakai, beberapa keuntungan pada teknik ini

yaitu; perdarahan luka insisi tidak banyak, risiko peritonitis tidak besar, pertumbuhan

jaringan parut uterus umumnya kuat, hingga risiko rupture uteri dikemudian hari

kecil, luka operasi dapat sembuh lebuh sempurna Karena segmen bawah rahim tidak

banyak mengalami kontraksi. Kelemahan teknik ini adalah risiko yang lebih besar

(6)

2.3 Faktor Determinan Seksio Sesarea

Faktor determinan seksio sesarea adalah faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan pengeluaran janin dengan cara pembedahan. Faktor-faktor tersebut antara lain:

2.3.1. Faktor Sosiodemografi

1). Umur

Faktor umur yang dimaksud adalah umur ibu saat melahirkan anak terakhir

dalam periode tahun 2011-2013. Pada beberapa jenis komplikasi kehamilan dan

persalinan maupun penyakit yang menyertai kehamilan, umur yang terlalu muda atau

terlalu tua menjadi faktor risiko. Penyulit kehamilan pada wanita yang telalu muda

(remaja), lebih tinggi dibanding kurun waktu reproduksi sehat antara umur 20-30

tahun. Keadaan ini disebabkan belum matangnya alat reproduksi untuk hamil,

sehingga dapat merugikan kesehatan ibu maupun perkembangan dan pertumbuhan

janin. Keadaan tersebut akan makin menyulitkan bila ditambah dengan tekanan

(stres) psikologis, sosial, ekonomi, sehingga memudahkan terjadinya keguguran,

prematur, BBLR, kelainan bawaan, dan infeksi (Manuaba, 1998).

Menurut data Kemenkes (2011) ada sekitar 65 % ibu hamilyang mengalami

salah satu atau lebih dari kriteria 4T. Kondisi ini bisa meningkatkan risiko terjadinya

komplikasi pada bayi dan ibu pada saat hamil dan melahirkan. Kondisi yang

sebetulnya bisa dicegah tapi sampai saat ini masih banyak kita temukan di

(7)

a. Terlalu Muda (hamil usia <20 tahun)

Wiknjosastro (2005) dalam kaitannya dengan hamil dan melahirkan

mengelompokkan umur menjadi 2 yaitu umur yang aman untuk kehamilan dan

persalinan adalah 20-30 tahun dan umur yang tidak aman yaitu <20 tahun dan

>30 tahun.Berdasarkan ciri-ciri setiap masa periode perencanaan keluarga usia

reproduksi menurut Saifudin (2000), terbagi 3 macam yaitu; masa menunda

kesuburan (kehamilan) dibawah 20 tahun, masa mengatur kesuburan

(menjarangkan kehamilan) 20-30 tahun dan masa mengakhiri kesuburan (tidak

hamil lagi) diatas 30 tahun.

Kehamilan terlalu muda beresiko bagi ibu dan juga bagi janinnya. Risiko

bagi ibu antara lain adalah perdarahan pada saat melahirkan antara lain

disebabkan karena otot rahim yang terlalu lemah dalam proses involusi. Lebih

mudah untuk mengalami abortus, kelahiran prematur, eklampsia/preeklamsia dan

persalinan yang lama.Kemungkinan yang bisa dialami oleh janin yaitu lahir

prematur, BBLR (berat saat lahir <2500 gram) dan cacat janin. Kehamilan diusia

muda berisiko tinggi karena saat itu ibu masih dalam proses tumbuh akan terjadi

kompetisi makanan antara janin dan ibunya sendiri yang masih dalam masa

pertumbuhan dan adanya perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan.

Menurut Manuaba (1999), penyulit pada kehamilan remaja lebih tinggi

dibandingkan kurun waktu sehat antara 20 sampai 30 tahun. Keadaan ini

disebabkan belum matangnya alat reproduksi untuk hamil, sehingga dapat

(8)

Keadaan tersebut makin menyulitkan bila ditambah dengan tekanan (stress)

psikologis dan sosial ekonomi.

b. Terlalu Tua (hamil usia > 35 tahun)

Umur ibu juga mempengaruhi kapasitas tropiknya, sehingga pada ibu

dengan umur lebih tua cenderung mempunyai bayi yang berat badannya lebih

rendah. Pada umur 35 tahun atau lebih kesehatan ibu sudah menurun, akibatnya

ibu yang hamil pada usia tersebut mempunyai kemungkinan lebih besar untuk

mempunyai anak cacat, persalinan lama dan perdarahan. Selain itu, hal yang

paling dikhawatirkan jika usia ibu >35 tahun adalah kualitas sel telur yang

dihasilkan juga tidak baik. Ibu yang hamil pada usia tersebut memiliki risiko 4

kali lipat dibanding sebelum usia 35 tahun (Praputranto, 2005).

c. Terlalu Rapat (jarak kehamilan < 2 tahun)

Menurut Agus dalam Praputranto (2005), kehamilan dengan jarak diatas

24 bulan sangat baik buat ibu karena kondisinya sudah normal kembali. Berbagai

riset telah menunjukkan bahwa jika jarak kehamilan terjadi di bawah dua tahun,

maka risiko kematian ibu dan bayi mencapai 50%. Jarak kehamilan terlalu

pendek akan sangat berbahaya, karena organ reproduksi belum kembali ke

kondisi semula. Selain kondisi energi ibu juga belum memungkinkan untuk

menerima kehamilan berikutnya. Keadaan gizi ibu yang belum prima ini

membuat gizi janinnya juga sedikit, sehingga pertumbuhan janinnya tak

(9)

rendah, kemungkinan kelahiran prematur juga bisa terjadi pada kehamilan jarak

dekat, terutama bila kondisi ibu juga belum begitu bagus (Praputranto, 2005).

d. Terlalu Banyak (anak >3)

Setiap kehamilan yang disusul dengan persalinan akan menyebabkan

perubahan-perubahan pada uterus. Kehamilan yang berulang dapat

mengakibatkan kerusakan pada pembuluh darah dinding uterus yang

mempengaruhi sirkulasi nutrisi ke janin dimana jumlah nutrisi berkurang bila

dibandingkan dengan kehamilan sebelumnya. Keadaan ini menyebabkan

gangguan pertumbuhan janin (Prawirohardjo, 2008).

2). Pendidikan

Ibu dengan pendidikan lebih tinggi cenderung lebih memperhatikan

kesehatannya selama kehamilan bila dibandingkan dengan ibu yang tingkat

pendidikannya lebih rendah. Pendidikan ibu merupakan salah satu faktor penting

dalam usaha menjaga kesehatan ibu, anak dan juga keluarga. Melalui pengetahuan

yang baik seputar proses kehamilan dan persalinan, maka seorang wanita hamil

memiliki panduan untuk menjaga kandungannya serta melewati proses kehamilan

yang bersih dan aman. Dengan pengetahuan tentang jenis persalinan, seorang wanita

hamil juga dapat lebih mandiri menentukan jenis persalinan yang akan dilalui,

disamping seharusnya tetap mempertimbangkan indikasi medis (Christina, 1996).

3). Pekerjaan

Wanita yang sedang hamil tetap diperbolehkan untuk bekerja asal pekerjaan

(10)

Pekerjaan yang sifatnya dapat mengganggu kehamilan atau meningkatkan risiko

komplikasi lebih baik dihindarkan. Sebaiknya ibu hamil menghindari pekerjaan yang

bisa menyebabkan pajanan zat berbahaya, jam kerja yang berlebihan, terlalu lama

berdiri, suara-suara mesin berat, tingkat stres yang tinggi dan mengangkat barang

berat. Zat/bahan kimia berbahaya dapat mempengaruhi fungsi reproduksi berupa

ketidak seimbangan hormon, keguguran, kesulitan persalinan, dan kematian bayi

dalam kandungan. Pengaruh bahan kimia berbahaya dapat juga terjadi setelah

persalinan yaitu kelahiran prematur, berat bayi lahir rendah, kecacatan bayi, dan

kematian bayi ketika ibu masih masa nifas. Sedangkan mengangkat beban berat dapat

menyebabkan terjadinya keguguran pada perempuan usia muda. Keluhan turun rahim

(prolapsus uteri) sering terjadi pada perempuan setengah baya atau yang sering

melahirkan, akibat mengangkat beban yang berat (Anwar et.al, 2007; Ibrahim, C,

1996).

Pekerjaan juga sering dikaitkan dengan tingkat sosial ekonomi yang

berpengaruh terhadap layanan kesehatan. Wanita pekerja dimungkinkan lebih mandiri

untuk menentukan jenis layanan kesehatan kehamilan dan persalinannya

dibandingkan wanita yang tidak memiliki penghasilan sendiri. Meskipun demikian,

jenis dan kualitas layanan kesehatan juga tetap dipengaruhi status pekerjaan suami

maupun tingkat sosial ekonomi keluarga. Disamping itu, wanita yang bekerja di luar

(11)

4). Status Sosial Ekonomi

Status sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam

masyarakat, status sosial ekonomi adalah gambaran tentang keadaan seseorang yang

ditinjau dari segi sosial ekonomi. Pengeluaran keluarga dapat dijadikan indikator

pendekatan terhadap pendapatan keluarga sebagai ukuran tingkat ekonomi.

Penghasilan yang terbatas memiliki dampak terhadap proses kehamilan dan

persalinan. Kemiskinan merupakan faktor pendukung terjadinya morbiditas dan

mortalitas maternal dan neonatal. Kebutuhan gizi ibu hamil dan janinnya, pemenuhan

kualitas lingkungan yang mendukung guna menghindari risiko terjadinya infeksi,

serta kemampuan untuk menentukan jenis persalinan, sangat tergantung pada kondisi

ekonomi keluarga (Soetjiningsih, 2004).

Berdasarkan Peraturan Gubernur (Pergub) Aceh Nomor 78 Tahun 2013

tentang Upah Minimum Provinsi Aceh sebesar Rp. 1.750.000,-/ bulan yang mulai

berlaku pada tanggal 1 Januari 2014.

2.3.2 Faktor Mediko-Obstetrik

Dalam faktor mediko obstetri yang perlu diperhatikan adalah paritas, jarak

persalinan, riwayat penyakit kehamilan dan persalinan yang terdahulu. Hal tersebut

akan memberi gambaran atau prognosa pada kehamilan dan persalinan berikutnya

(Manuaba, 1999).

1. Paritas

Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah dialami oleh ibu sebelum

kehamilan atau persalinan saat ini. Paritas ini dikategorikan menjadi 4 kelompok,

(12)

a). Nullipara adalah ibu dengan paritas 0

b). Primipara adalah ibu dengan paritas 1

c). Multipara adalah ibu dengan paritas 2-5

d). Grande Multipara adalah ibu dengan paritas >5

Persalinan yang pertama sekali biasanya mempunyai risiko yang relatif tinggi

terhadap ibu dan anak, akan tetapi risiko ini akan menurun pada paritas kedua dan

ketiga, dan akan meningkat lagi pada paritas keempat dan seterusnya (Lutan, 2003)

dan paritas yang paling aman jika ditinjau dari sudut kematian maternal adalah paritas

2 dan 3 (Wiknojosastro, 2000).

Pada kehamilan rahim ibu teregang oleh adanya janin, bila terlalu sering

melahirkan, rahim akan semakin lemah. Bila ibu telah melahirkan 4 orang anak atau

lebih, maka perlu diwaspadai adanya gangguan pada waktu kehamilan, persalinan,

dan nifas. Faktor multipara sampai grandemultipara dapat merupakan penyebab

kejadian varises yang dijumpai pada saat hamil di sekitar vulva, vagina, paha, dan

tungkai bawah (Manuaba, 1999). Risiko terjadinya persalinan yang lama, abortus,

kelahiran prematur dan BBLR juga semakin meningkat.

Risiko untuk terjadinya persalinan seksio sesarea pada primipara 2 kali lebih

besar daripada multipara. Kemungkinan terjadinya kematian maternal pada ibu yang

baru pertama kalinya melahirkan agak lebih tinggi daripada ibu yang sudah

mempunyai 2-3 orang anak kemudian risiko akan meningkat pada setiap kehamilan

berikut sampai anak ke-5 dan setelah ini peningkatan risiko akan lebih besar lagi

(13)

2. Jarak Persalinan

Jarak kehamilan yang terlalu jauh berhubungan dengan bertambahnya umur

ibu. Hal ini akan terjadi proses degeneratif melemahnya kekuatan fungsi-fungsi otot

uterus dan otot panggul yang sangat berpengaruh pada proses persalinan apabila

terjadi kehamilan lagi. Kontraksi otot-otot uterus dan panggul yang lemah

menyebabkan kekuatan his (power) pada proes persalinan tidak kuat, sehingga

banyak terjadi partus lama atau tak maju, sehingga bias terjadinya seksio sesarea

(Kasdu, 2005).

3. Riwayat Kehamilan

Daya tahan ibu pada saat hamil biasanya menurun sehingga penyakit yang

pernah diderita sebelum hamil cenderung muncul pada saat hamil. Perlu diperhatikan

karena penyakit tersebut dapat membahayakan keselamatan ibu dan anak pada saat

persalinan. Adapun penyakit-penyakit yang sering timbul kembali dan menyertai ibu

hamil maupun bersalin adalah Hepatitis. TBC, Diabetes Mellitus, Penyakit Jantung,

Asma Bronkial, Hipertensi, Penyakit infeksi dan lainnya. Ibu dengan keadaan

tersebut termasuk dalam kelompok ibu hamil risiko tinggi sehingga dapat

mempengaruhi persalinannya. Riwayat hipertensi pada kehamilan mempunyai risiko

4 kali lebih besar terjadinya persalinan seksio sesarea dibandingkan dengan

kehamilan tanpa hipertensi (Wirakusumah, 1994).

Riwayat kehamilan yang berhubungan dengan risiko adalah pernah

mengalami hiperemesis, perdarahan, abortus, preeklamsi dan eklamsi. Dengan

(14)

kehamilan yang dapat memperberat keadaan ibu dan janin dapat diatasi dengan

pengawasan obstetrik yang lebih baik (Mansjoer, 1999).

Riwayat persalinan yang berisiko lebih tinggi adalah persalinan yang pernah

mengalami bedah sesar sebelumnya, ekstraksi vaccum/forcep, melahirkan

prematur/BBLR (Berat Badan Lahir Rendah), partus lama, ketuban pecah dini dan

melahirkan bayi lahir mati dan riwayat persalinan seksio sesarea mempunyai risiko 6

kali lebih besar untuk terjadinya persalinan seksio sesarea pada kehamlan berikutnya

(Wirakusumah, 1994).

2.3.3 Indikasi Seksio Sesarea

1. Faktor Ibu

a). Plasenta Previa

Plasenta previa totalis merupakan indikasi mutlak untuk seksio sesarea tanpa

menghiraukan faktor–faktor lainnya. Plasenta previa parsialis pada primigravida

sangat cenderung untuk seksio sesarea. Perdarahan banyak dan berulang merupakan

indikasi mutlak untuk seksio sesarea karena perdarahan itu biasanya disebabkan oleh

plasenta previa yang lebih tinggi derajatnya (Arif, 2007).

b). Panggul Sempit

Pada panggul sempit tidak ada gunanya melakukan versi luar karena

meskipun menjadi presentasi kepala, akhirnya perlu dilakukan seksio sesarea. Batas

terendah untuk melahirkan janin vias naturalis adalah dengan conjugatafera 8 cm.

Panggul dengan conjugatafera 8 cm dapat dipastikan tidak dapat melahrikan janin

(15)

c). Disproporsi Sefalopelvik

Disproporsi fetopelvik mencakup panggul sempit (contracted pelvis) fetus

yang tumbuhnya terlampau besar atau adanya ketidakseimbangan relatif antara

ukuran bayi dan ukuran pelvis yang ikut menimbulkan masalah disproporsi adalah

bentuk pelvis, presentasi fetus panggul, kemampuan berdilatasi pada serviks, dan

efektifan kontraksi uterus (William, 2010).

d). Ruptura Uteri Mengancam

Pada persalinan dengan ruptura uteri harus dilakukan dengan cermat

khususnya pada persalinan dengan kemungkinan distosia dan pada persalinan wanita

yang pernah mengalami seksio sesarea atau pembedahan lain pada uterus

sebelumnya. Karena adanya bahaya yang lebih besar maka pengakhiran kehamilan

dengan ruptura uteri mengancam perlu ditangani dengan seksio sesarea (William,

2010).

e). Partus Lama

Persalinan yang berlangsung lebih lama dari 24 jam di golongkan sebagai

persalinan lama menimbulkan efek berbahaya baik terhadap ibu maupun anak dapat

menyebabkan atonia uteri, laserasi, perdarahan,infeksi, gawat janin dan kematian

perinatal maka dari itu perlu segera dilakukan seksio sesarea untuk penanganannya

(William, 2010).

f). Preeklampsia

Pada preeklamsia berat, persalinan harus terjadi dalam 24 jam sejak gejala

(16)

terjadi dengan bahaya hipoksia dan pada persalinan bahaya ini semakin besar. Pada

gawat janin dalam kala I diperlukan tindakan seksio sesarea segera (Saifuddin AB,

2006).

g). Distosia Serviks

Pada distosia serviks primer penanganannya adalah pengawasan persalinan

secara seksama dirumah sakit sedangkan pada distosia serviks sekunder penangannya

harus segera dilakukan seksio sesarea sebelum jaringan parut serviks yang dapat

menjalar ke atas sampai segmen bawah uterus (William, 2010).

h). Pernah Seksio Sesarea Sebelumnya

Pada wanita yang pernah mengalami seksio sesarea sebelumnya biasanya

kembali mengalami hal yang sama pada kehamilan dan persalinan berikutnya, hal ini

disebabkan karena mengingat adanya bahaya ruptura uteri karena seksio sesarea

sebelumnya. Namun wanita yang pernah mengalami seksio sesarea sebelumnya dapat

diperbolehkan untuk bersalin normal kecuali jika sebab seksio sesarea sebelumya

adalah mutlak karena adanya kesempitan panggul (William, 2010).

2. Faktor Janin

a). Gawat Janin

Tindakan operasi dilakukan pada kasus gawat janin dalam rahim, gangguan

pertumbuhan janin dalam rahim, kematian janin dalam rahim, tali pusat janin

menumbung pada kehamilan dan persalinan kala I yang dapat menyebabkan gawat

(17)

b). Malpresentasi Janin

1). Letak Lintang

Greenhill dan Eastman berpendapat bahwa bila ada kesempitan panggul

maka seksio sesarea adalah cara terbaik dalam segala letak lintang dengan

janin hidup dan besar biasa. Semua primigravida dengan letak lintang harus

ditolong dengan seksio sesarea walaupun tidak ada perkiraan panggul

sempit. Pada multipara dengan letak lintang dapat lebih dulu ditolong

dengan cara–cara lain (William, 2010).

2). Letak Sungsang

Seksio sesarea dianjurkan pada letak sungsang apabila ada indikasi panggul

sempit, janin besar, dan primigravida dengan komplikasi pertolongan

persalinan letak sungsang melalui jalan vagina sebagian besar pertolongan

persalinan di lakukan dengan seksio sesarea (Manuaba, 2010).

3). Presentasi Dahi

Presentasi dahi dengan ukuran panggul dan janin yang normal tidak dapat

lahir spontan normal sehingga harus dilahirkan secara seksio sesarea

(ArifM, 2007)

4). Presentasi Muka

Indikasi untuk melakukan seksio sesarea pada presentasi muka adalah mento

posterior persistens, kesempitan panggul, dan kesulitan turunnya kepala

(18)

5). Gemelli

Seksio sesarea pada kehamilan kembar dilakukan atas indikasi janin pertama

pada letak lintang, plasenta previa, prolapsus funikuli, dan interlocking yaitu

janin pertama dalam letak sungsang dan janin kedua dalam presentasi kepala

(Arif M, 2007).

6). Bayi Kembar

Kehamilan kembar adalah kehamilan dengan 2 janin atau lebih. Kehamilan

kembar dapat memberi risiko yang lebih tinggi terhadap ibu dan bayi. Oleh

karena itu, dalam menghadapi kehamilan kembar dilakukan pengawaan

hamil yang lebih intensif. Namun jika ibu mengandung 3 janin atau lebih

maka sebaiknya menjalani seksio sesarea. Hal ini akan menjamin bayi-bayi

tersebut dilahirkan dalam kondisi sebaik mungkin dengan trauma minimum

(Manuaba, 1999).

3. Indikasi Non Medis Persalinan Seksio Sesarea

Selain indikasi medis terdapat indikasi non medis untuk melakukan seksio

sesarea. Faktor indikasi non medis adalah hal-hal yang berkaitan dengan tindakan

bukan medis dilakukannya seksio sesarea. Ada beberapa hal yang menjadi alasan ibu

dalam melakukan persalinan seksio sesarea, antara lain:

a. Ketakutan Nyeri Persalinan

Nyeri persalinan diakibatkan adanya dilatasi serviks, segmen bawah rahim,

adanya tahanan yang berlawanan, tarikan serta perlukaan pada jaringan otot maupun

(19)

disebabkan oleh kombinasi peregangan segmen bawah rahim dan iskemia otot-otot

rahim. Dengan peningkatan kekuatan kontraksi, serviks akan tertarik. Kontraksi yang

kuat ini juga mengatasi pengaliran oksigen pada otot-otot rahim sehinga terjadi nyeri

iskemik. Keadaan ini diakibatkan oleh kelelahan ditambah lagi dengan kecemasan

yang selanjutnya akan menimbulkan ketegangan, menghalangi relaksasi bagian tubuh

lainnya (Arsinah, 2010).

Nyeri persalinan juga disebabkan ketakutan dan kecemasan yang dapat

menyebabkan dikeluarkannya hormone stress dalam jumlah besar (epinefrin,

norepinefrin, dll) yang menimbulkan nyeri persalinan yang lama dan berat. Penyebab

lain muncul nyeri adalah rasa takut, cemas, dan tegang yang memicu produksi

katekolamin dalam jumlah berlebihan. Keadaan ini akan memperberat sensasi nyeri

yang dirasakan dan sangat menganggu konsetrasi ibu selama proses persalinan

(Simkim, 2007).

Kondisi tersebut karena keadaan yang pernah atau baru akan terjadi dan sering

menyebabkan seorang wanita yang akan melahirkan merasa ketakutan, khawatir dan

cemas menjalaninya. Akibatnya, untuk menghilangkan itu semua ibu bersalin

berpikir melahirkan dengan cara seksio sesarea (Kasdu, 2003).

Menurut Andriana (2007), tidak sedikit pula ibu melakukan seksio sesarea

karena permintaan ibu yang tidak ingin menjalani persalinan normal karena adanya

rasa takut.Beberapa alasan yang mendasari permintaan seksio sesarea adalah

kekhawatiran ibu dan cemas menghadapi rasa sakit yang akan terjadi pada persalinan

(20)

proses rasa sakit yang semakin kuat dan semakin sering sampai kelahiran bayi.

Kekhawatiran akan adanya nyeri persalinan akan menimbulkan stres yang dapat

menyebabkan gangguan proses persalinan secara normal. Kondisi tersebut sering

menyebabkan seorang wanita yang akan melahirkan merasa ketakutan, khawatir dan

cemas menjalaninya. Akhirnya untuk menghilangkan itu semua mengakibatkan para

ibu berpikir untuk melahirkan dengan cara seksio sesarea (Kasdu, 2003).

b. Kosmetik Seks

Perlukaan jalan lahir karena persalinan dapat mengenai vulva, vagina dan

uterus. Jenis perlukaan ringan berupa luka lecet, yang berat berupa suatu robekan

yang disertai perdarahan hebat. Pada primigravida yang melahirkan bayi cukup bulan

perlukaan jalan lahir tidak dapat dihindarkan (Sarwono, 2002).

Banyak masyarakat yang beranggapan bila melahirkan dengan cara normal,

payudara akan tampak lebih turun, kulit perut keriput sehingga ibu lebih memilih

seksio sesarea. Melahirkan melalui vagina dianggap bisa mengendurkan otot-otot

vagina sehingga dipercaya akan mengurangi kenikmatan saat coitus. Hal ini

menyebabkan ibu memilih tindakan persalinan seksio sesarea karena ibu ingin

mempertahankan tonus vagina agar tetap utuh. Alasannya demi menjaga

keharmonisan hubungan suami istri agar tetap mesra. Hal ini sebenarnya dapat diatasi

dengan latihan senam yang dapat mengambalikan elastisitas otot vagina sebelum

(21)

c. Kepercayaan

Persalinan yang dilakukan dengan seksio sesarea sering dikaitkan dengan

masalah kepercayaan yang masih berkembang di Indonesia. Masih banyak penduduk

di kota-kota besar mengaitkan waktu kelahiran dengan peruntungan nasib anak dilihat

dari faktor ekonomi. Tentunya tindakan seksio sesarea dilakukan dengan harapan

apabila anak dilahirkan pada tanggal dan jam sekian, maka akan memperoleh rezeki

dan kehidupan yang baik, mereka juga ingin menyesuaikan waktu kelahiran bayinya

dengan tanggal yang diinginkan, keyakinan bayi yang dilahirkan dengan seksio

sesarea lebih terjamin kesehatannya (Kasdu, 2003).

Pendapat lain yaitu, bayi yang dilahirkan dengan seksio sesarea menjadi lebih

pintar karena kepalanya tidak terjepit di jalan lahir. Padahal sebenarnya tidak ada

perbedaan antara kecerdasan bayi yang dilahirkan dengan cara seksio sesarea ataupun

partus normal (Wiknojosastro, 2000).

d. Dukungan Suami dan Keluarga

Dukungan keluarga sangat diperlukan dalam sebuah persalinan, dukungan

tersebut dapat berupa dukungan instrumental, dukungan informasional, dukungan

emosional dan dukungan harga diri. Dukungan yang diberikan oleh keluarga kepada

ibu bersalin akan menciptakan kondisi fisiologis dan psikologis yang ideal dalam

persalinan sehingga persalinan akan berjalan lancar.

Alasan lain permintaan seksio sesarea adalah karena adanya dorongan dari

suami maupun keluarga, kekhawatiran akan terjadinya fetal distress, persalinan lebih

(22)

kekhawatiran bahwa persalinan normal akan merusak hubungan seksual serta

anggapan bahwa seksio sesarea lebih baik dan lebih modern (Sumapradja, 2003).

Peran pasangan dapat sebagai orang yang memberi asuhan, sebagai orang

yang berespon terhadap perasaan rentan wanita hamil, baik pada aspek biologis

maupun dalam hubungannya dengan ibunya sendiri. Dukungan pria menunjukkan

keterlibatannya dalam kehamilan pasangannya dan persiapan untuk terikat dengan

anaknya (Bobak, 2005).

e. Anjuran Petugas Kesehatan

Semua petugas kesehatan, baik dilihat dari jenis dan tingkatnya pada dasarnya

adalah pendidik kesehatan (health educator). Pendidikan kesehatan pada hakikatnya

adalah suatu kegiatan atau usaha untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada

masyarakat, kelompok atau individu. Dengan adanya informasi tersebut dapat

membawa akibat terhadap perubahan perilaku sasaran (Notoadmodjo, 2007).

Peran bidan melibatkan pemberian dukungan kepada wanita dalam persiapan

untuk melahirkan. Terkait dengan pemberian informasi dan asuhan di periode

antenatal, wanita berharap diberi asuhan dan informasi dari orang yang mereka

anggap ahli (Carlson, 2009).

Menurut Supartini (2004) diharapkan setiap ibu hamil memanfaatkan petugas

kesehatan seperti dokter dan bidan dalam melakukan persalinan. Dengan memilih

tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan, ibu akan mendapatkan pelayanan yang

(23)

Menurut penelitian yang dilakukan sebuah badan di Washington DC, Amerika

Serikat, pada tahun 1994 menunjukkan bahwa setengah dari jumlah persalinan seksio

sesarea yang secara medis sebenarnya tidak diperlukan. Artinya tidak ada kedaruratan

persalinan untuk menyelamatkan ibu dan janin yang dikandungnya. Indikasi non

medis timbul oleh karena permintaan pasien walaupun tidak ada masalah atau

kesulitan dalam persalinan normal. Hal ini didukung oleh adanya mitos-mitos yang

berkembang di masyarakat (Lutan, 2003).

Beberapa faktor indikasi non medis seorang ibu dilakukan seksio sesarea

karena mitos-mitos yang berkembang dimasyarakat seputar persalinan normal.

Mitos-mitos yang berkembang dimasyarakat seputar persalinan normal adalah adanya

ketakutan ibu-ibu pada persalinan normal, menjadi alasan ibu memilih bersalin

dengan cara seksio sesarea. Di sisi lain, persalinan dengan seksio sesarea dipilih oleh

ibu bersalin karena tidak mau mengalami rasa sakit dalam waktu yang lama. Hal ini

terjadi karena kekhawatiran atau kecemasan menghadapi rasa sakit pada persalinan

normal (Lutan, 2003).

Insiden kelahiran seksio sesarea bukan karena indikasi medis terlihat terus

meningkat pada lima tahun terakhir ini. Baru-baru ini media melaporkan bahwa yang

menstimulasi keinginan wanita dilakukan seksio sesarea karena mereka menganggap

(24)

2.4 Komplikasi Tindakan Seksio Sesarea 2.4.1 Komplikasi pada Ibu

Menurut Manuaba (2002), terjadi “trias komplikasi” yang terjadi pada ibu

setelah tindakan seksio sesarea yaitu perdarahan, infeksi, dan trauma jalan lahir.

a. Perdarahan

Perdarahan merupakan komplikasi yang paling gawat, memerlukan tranfusi

darah dan merupakan penyebab kematian ibu yang paling utama. Penyebab

perdarahan pada tindakan operasi adalah atonia uteri, yaitu sumber perdarahan

berasal dari implantasi plasenta, robekan jalan lahir, ruptura uteri, robekan serviks,

robekan forniks (kolfoporeksis), robekan vagina, robekan perineum, dan semuanya

dapat menimbulkan perdarahan ringan sampai berat. Perdarahan karena

molahidatidosa/korio karsinom, dan gangguan pembekuan darah seperti kematian

janin dalam rahim melebihi 6 minggu, pada solusio plasenta, dan emboli air ketuban.

b. Infeksi

Komplikasi lain yang dapat terjadi sesaat setelah operasi caesar adalah infeksi

yang banyak disebut sebagai morbiditas pascaoperasi. Kurang lebih 90% dari

morbiditas pascaoperasi disebabkan oleh infeksi (infeksi pada rahim/endometritis,

alat-alat berkemih, usus, dan luka operasi). Infeksi makin meningkat apabila

didahului oleh keadaan umum yang rendah (anemia saat hamil, sudah terdapat

manipulasi intrauterin, dan sudah terdapat infeksi sejak awal), perlukaan operasi yang

(25)

pelaksanaan operasi persalinan yang kurang legeartis. Semua faktor tersebut dapat

memudahkan terjadinya infeksi.

c. Trauma Tindakan Operasi Persalinan

Operasi merupakan tindakan paksa pertolongan persalinan sehingga

menimbulkan trauma jalan lahir. Trauma operasi persalinan dapat terjadi seperti

perlukaan pada serviks, perlukaan pada forniks-kolpoporeksis, terjadi ruptura uteri

lengkap atau tidak lengkap, dan terjadi fistula atau inkontinensia.

2.4.2 Komplikasi pada Bayi

Terjadi “trias komplikasi” bayi dalam bentuk asfiksi, trauma tindakan, dan

infeksi.

a. Asfiksia, seperti tekanan langsung pada kepala dengan menekan pusat–pusat vital

pada medulla oblongata, aspirasi air ketuban dan meconium, perdarahan atau

edema jaringan saraf pusat.

b. Trauma langsung pada bayi, seperti fraktura ekstremitas, fraktura tulang kepala

bayi, perdarahan atau edema jaringan otak, dan trauma langsung pada mata,

telinga, hidung, dan lainnya.

(26)

2.5 Landasan Teori

Berdasarkan teori yang telah diuraikan pada tinjauan kepustakaan, maka

kerangka teoritis dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.4. Kasdu 2003, Lutan 2003, Wiknojosastro 2000

2.6 Kerangka Konsep

Berdasarkan landasan teori maka dapat digabungkan menjadi suatu pemikiran

yang terintegrasi. Pemikiran yang terintegrasi tersebut merupakan kerangka konsep

dalam penelitian ini dengan model sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.5. Kerangka Konsep Penelitian Indikasi Non Medis:

- Takut nyeri persalinan - Kepercayaan

- Dukugan suami dan keluarga - Kosmetiks seks

Gambar

Gambar 2.1. Insisi Pembedahan Seksio Sesarea
Gambar 2.2. Seksio Sesarea Transvaginal
Gambar  2.3. Jenis-jenis Seksio Sesarea
Gambar 2.4. Kasdu 2003, Lutan 2003, Wiknojosastro 2000

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan telah ditetapkan pemenang seleksi untuk pekerjaan Supervisi Penyelesaian Pembangunan Gedung Serba Guna Sekayu, kami bermaksud melakukan klarifikasi dan

[r]

Tulisan ilmiah ini bertujuan untuk membuat modul interaktif tentang cara pembuatan animasi 3 dimensi yang nantinya dapat menjadi acuan untuk membuat film animasi 3 dimensi.

Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan (Pokja ULP) Jasa Konsultansi dan Jasa Lainnya pada Biro-Biro dan Pusat-Pusat di Sekretariat Jenderal Kecuali Pusat K3,

Akan tetapi hanya diketahui oleh masyarakat sekitarnya yaitu wilayah Depok Design web pada penulisan ini diupayakan mampu menjadi jembatan yang baik untuk memberikan informasi

Untuk memperjelas pembahasan mengenai PHP, pada bagian berikutnya, penulis menjelaskan penerapan PHP melalui sebuah contoh aplikasi Pendaftaran Reuni Online yang pada

Why don't you use your gizmo or various other gadget to save this downloaded soft documents book The Wreck Of The Golden Mary By Charles Dickens Through this will allow you

The instructional media weblog based has developed by applying Dick and Carey model of development that consists of nine stages. Dick and Carey model of