Benih yang Ditabur dan Dirawat Pasti Ada Saatnya Dituai
Oleh: Dra. Rokhani Cahyaning Pratiwi, M.Pd.SMAN 1 Balen berada di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, di sebelah timur kota kabupaten, tepatnya di Desa Sobontoro, Kecamatan Balen. Sekolah ini mempunyai 15 rombongan belajar (rombel). Tiap rombel rata-rata terdiri dari 29 siswa.
Orang tua siswa dan masyarakat sekitar umumnya petani dan peternak kecil. Maka dapat dimaklumi jika daya dukung terhadap operasional sekolah relatif rendah.
Kegiatan 15 menit membaca di awal pembelajaran sudah dilakukan sejak diterbitkan Permendikbud tentang Penumbuhan Budi Pekerti. Setelah berjalan satu semester, program ini di evaluasi. Hasilnya: program tidak berjalan dengan baik. Sebabnya, antara lain, siswa tidak punya buku. Buku di perpustakaan yang menjadi minat siswa belum cukup jumlahnya. Ada yang punya tapi tertinggal di rumah. Sebagian guru agak kurang rela kalau jam mengajarnya terpotong. Masih banyak alasan lain yang membuat kegiatan tidak maksimal.
Dari hasil evaluasi pelaksanaan semester lalu kami membuat refleksi, menyusun tindak lanjut mengenai apa yang bisa disusun untuk meminimalkan kelemahan. Mulai semester ini, kegiatan membaca senyap diberi jam tersendiri yang digabungkan dengan jam pertama mata pelajaran. Jadi kalau jam pelajaran normal berdurasi 45 menit, khusus jam pertama 60 menit.
Sekarang tidak ada keluhan materi tidak selesai karena jam pelajaran terpotong. Program 15 menit membaca digabung dengan mapel jam pertama karena dengan begitu guru jam pertama akan sekaligus mengkoordinasi jalannya kegiatan membaca senyap.
Upaya lain adalah membuat almari gantung kecil di setiap kelas sebagai perpustakaan kelas. Almari ini cukup untuk menyimpan buku-buku literasi yang berasal dari sekolah, pinjaman, dan milik siswa sendiri. Keberadaan buku di almari memungkinkan siswa untuk mengambil dan membaca buku setiap saat.
Sekolah juga berupaya menambah jumlah koleksi terutama buku-buku yang diminati siswa. Buku yang diminati siswa cukup beragam. Kebanyakan novel remaja. Tapi ada pula yang suka buku motivasi dan kajian religi.
Sekolah harus mengelola anggaran secara ketat untuk pengadaan buku. Sebagai sekolah kategori kecil dan terletak di kecamatan, tentu pendanaan tidak seleluasa sekolah besar yang ada di kota. Karena itu, pemenuhan buku masih kami lakukan secara bertahap. Selain pengadaan buku oleh sekolah, penambahan buku juga diupayakan dari infak buku terutama dari siswa kelas XII yang akan lulus sekolah. Tapi kebijakan ini tidak bisa dibuat wajib mengingat kebanyakan siswa SMAN 1 Balen bukan dari keluarga mampu.
Buku yang dibaca selama periode membaca senyap di kelas bisa ditambah di rumah sampai saat menjelang hari Kartini. Gelar yang sudah ditahbiskan saat peringatan Kartini tidak berlaku selamanya karena sudah disosialisasikan bahwa akan dilakukan penilaian secara periodik tiap tiga bulan sekali. Kelas lain masih punya kesempatan untuk merebut gelar kelas literasi untuk periode berikutnya. Siswa-siswi harus berlomba membaca buku sehingga kegiatan membaca menjadi kegiatan adiktif yang harus selalu terpenuhi.
Selain itu, di hari Kartini, ada lomba penampil sinopsis terbaik. Penilaiannya dari teknis penulisan dan cara mempresentasikan. Sebagai awalan, seluruh rangkaian kegiatan belum berjalan sempurna. Untuk sinopsis, dalam periode satu bulan, tiap siswa rata-rata menyelesaikan 1-2 buku saja. Tapi antusiasme siswa mulai tampak. Ini kita anggap sebagai modal yang harus diolah secara konsisten.
Upaya lain untuk menggelorakan literasi adalah membuat majalah siswa dan mengaktifkan majalah dinding. Siswa mulai belajar menulis cerpen, puisi, dan artikel. Majalah siswa ini terbit bersamaan dengan penerimaan rapor.
Kendala selalu ada. Tapi SMAN 1 Balen sudah mengawali dan punya tekad untuk berkomitmen. Jangan sampai langkah awal ini berhenti di tengah jalan. Kami percaya suatu saat benih yang ditabur dan dirawat pasti akan tumbuh dan dapat dituai.