• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Penerapan Manajemen Sumber Daya Manusia di Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Penerapan Manajemen Sumber Daya Manusia di Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Perpustakaan Perguruan Tinggi

Perpustakaan perguruan tinggi merupakan suatu organ pusat yang harus

dimiliki oleh sebuah instansi perguruan tinggi. Sebagai sarana pengembagan ilmu

pengetahuan dan teknologi perpustakaan harus memperoleh tempat sentral di

perguruan tinggi guna menunjang setiap kegiatan pembelajaran, penelitian, dan

pengabdian kepada masyarakat. Dalam pennyelenggaraannya perpustakaan

perguruan tinggi dilakukan oleh lembaga pendidikan tinggi yang bersangkutan.

Pemustaka dari perpustakaan perguruan tinggi terdiri atas para staf pengajar

(dosen), mahasiswa, peneliti, dan mereka yang terlibat di dalam kegiatan

akademik (sivitas akademika).

Menurut Sjahrial-Pamuntjak (2000, 4), “Perpustakaan perguruan tinggi

adalah perpustakaan yang tergabung dalam lingkungan lembaga pendidikan

tinggi, baik yang berupa perpustakaan universitas, perpustakaan fakultas,

perpustakaan akademi, perpustakaan sekolah tinggi”.

Sedangkan menurut Hasugian (2009, 80) Perpustakaan perguruan tinggi

adalah “Perpustakaan yang berada di bawah pengawasan dan dikelola oleh suatu

perguruan tinggi dengan tujuan utama membantu perguruan tinggi mencapai

tujuannya”.

Pendapat lain dikemukakan oleh Noerhayati (1987, 1) “Perpustakaan perguruan

(2)

induknya yang bersama-sama unit lainnya tetapi dalam peranan yang berbeda,

bertugas membantu perguruan tinggi yang bersangkutan melaksanakan Tri

Dharma nya”

Sedangkan menurut Sutarno dalam bukunya Perpustakaan dan Masyarakat

(2003, 35) mendefinisikan, “perpustakan perguruan tinggi merupakan yang berada dalam suatu perguruan tinggi dan yang sederajat yang berfungsi mencapai tri

dharma perguruan tinggi, sedangkan penggunanya adalah seluruh civitas

akademika”.

Berdasarkan berbagai defenisi yang dikemukakan diatas dapat dinyatakan

bahwa perpustakaan perguruan tinggi merupakan perpustakaan yang berada di

lingkungan instansi perguruan tinggi yang bertujuan sebagai penunjang kegiatan

akademik di perguruan tinggi dengan menyediakan segala bentuk informasi yang

dibutuhkan oleh pengguna perpustakaan baik sivitas akademik maupun pengguna

di luar perguruan tinggi yang memiliki hak menggunakan perpustakaan.

2.2 Manajemen Sumber Daya Manusia

Menurut Sofyandi dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia (2008, 6) mendefenisikan manajemen SDM sebagai suatu strategi dalam menerapkan fungsi-fungsi manajemen yaitu planning, organizing, leading, dan controling, dalam setiap aktifitas / fungsi operasional SDM mulai dari proses penarikan, seleksi, pelatihan, dan pengembangan, penempatan yang meliputi promosi, demosi, dan transfer, penilaian kerja, pemberian kompensasi, hubungan industrial, hingga pemutusan hubungan kerj, yang ditunjukan bagi peningkatan kontribusi produktifitas dari SDM organisasi terhadap pencapaian tujuan organisasi secara lebih efektif dan efisien.

Sedangkan menurut Dessler (2006 : 5), defenisi manajemen sumber daya

(3)

kompensasi kepada karyawan, memperhatikan hubungan kerja karyawan,

kesehatan, keamanan dan masalah keadilan.

Menurut Hall Douglas. T ( 1986, 4) “manajemen SDM adalah proses membawa orang dan organisasi bersama-sama sehingga tujuan atau masing-masing dapat terpenuhi, hal tersebut dapat dilihat sebagai proses menggabungkan empat komponen yang terdiri dari lingkungan, organisasi, pekerjaan dan individu.”

Pendapat lainnya mengenai defenisi manajemen SDM yang dikemukakan

oleh Fathoni dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia (2006, 8)

menjelaskan bahwa manajemen SDM merupakan proses pengendalian

berdasarkan fungsi manajemen terhadap daya yang bersumber dari manusia.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat dinyatakan bahwa manajemen

SDM merupakan suatu proses atau serangkaian kegiatan yang dilakukan sebuah

organisasi dalam misi pencapaian tujuan dan sasaran dengan melibatkan orang

lain dalam pelaksanaannya yang terdiri dari kegiatan perencanaan,

pengorganisasian, pengendalian,dan pengarahan guna memperoleh hasil yang

maksimal sesuai yang telah di rencanakan sebelumnya.

2.3 Tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia

Tujuan dan manajemen SDM tidak hanya diperlukan untuk memberikan

gambaran tujuan dari manajemen puncak, tetapi juga merupakan penyeimbang

tantangan-tantangan yang dihadapi oleh organisasi yang melipiuti fungsi-fungsi

manajemen sumber daya manusia, masyarakat, dan karyawan yang dipengaruhi

oleh tantangan-tantangan tersebut. Kegagalan dalam menetapkan tujuan dapat

membahayakan kinerja perusahaan, tingkat laba, dan bahkan kelangsungan hidup

(4)

Adapun tujuan manajemen SDM yang dikemukakan oleh Cahayani (2005,

7) dibagi atas dua bagian, tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umumnya

adalah untuk memastikan bahwa organisasi mampu mencapai keberhasilan

melalui orang, sedang tujuan khusus terdiri dari :

a. Memungkinkan organisasi mendapatkan dan mempertahankan tenaga kerja yang cakap, dapat dipercaya dan memiliki motivasi tinggi

b. Meningkatkan dan memperbaiki kapasitas yang dimiliki oleh karyawan c. Mengembangkan system kerja dengan kinerja tinggi yang meliputi

prosedur perekrutan dan seleksi yang ketat, system kompensasi dan insentif yang disesuaikan dengan kerja, pengembangan manajemen, serta aktivitas pelatihan yang terkait dengan kebutuhan bisnis.

d. Menciptakan iklim yang produktif dan harmonis melalui asosiasi antara manajemen dan karyawan.

e. Mengembangkan lingkungan yang membuat kerja sama tim an fleksibiliti dapat berkembang.

f.Memastikan bahwa orang dinilai dan dihargai berdasarkan prestasi karyawan. g. Mengelola tenaga kerja yang beragam, memperhitungkan tiap individu dan

kelompok dalam kebutuhan penempatan, gaya kerja dan aspirasi. h. Memastikan bahwa terdapat kesamaan kesempatan

i.Mengadopsi pendekatan etis untuk mengelola pegawai yang didasarkan pada perhatian keadilan dan transparansi.

Sofyandi (2008, 11) mengemukakan beberapa tujuan dari manajemen

SDM yang terdiri dari :

a. Tujuan Organisasional

Tujuan organisasional ditujukan untuk dapat mengenali keberadaan manajemen SDM dalam memberikan kontribusi pada pencapaian efektifitas organisasi. Walaupun secara formal suatu departemen sumber daya manusia diciptakan untuk dapat membantu para manajer, namun demikian para manajer tetap bertanggung jawab terhadap kinerja karyawannya.

b. Tujuan fungsional

Tujuan fungsional ditujukan untuk mempertahankan kontribusi departemen pada tingkat yang sesuai dengan kebutuhan organisasi. Sumber daya manusia menjadi tidak berharga jika manajemen SDM memiliki kriteria yang lebih rendah dari tingkat kebutuhan organisasi.

c. Tujuan sosial

(5)

meminimasi dampak negatif terhadap organisasi. Kegagalan organisasi dalam menggunakan sumber dayanya bagi keuntungan masyarakat dapat menyebabkan hambatan-hambatan.

d. Tujuan personal

Tujuan personal ditujuan untuk membantu karyawan dalam pencapaian tujuannya, minimal tujuan-tujuan yang dapat mempertinggi kontribusi individual terhadap organisasi. Tujuan personal karyawan harus dipertimbangkan jika para karyawan harus dipertahankan, dipensiunkan, atau dimotivasi.

Sedangkan menurut Chusway yang dikutip oleh Sutrisno (2010, 11)

mengemukakan beberapa tujuan dari manajemen SDM, yang terdiri dari :

1. Memberi pertimbangan manajemen dalam membuat kebijakan SDM untuk memastikan bahwa organisasi memiliki pekerja yang bermotivasi dan berkinerja yang tinggi, memiliki pekerja yang selalu siap mengatasi perubahan dan memenuhi kewajiban pekerjaan secara legal.

2. Mengimplementasikan dan menjaga semua kebijakan dan prosedur SDM yang memungkinkan organisasi mampu mencapai tujuannya.

3. Membantu dalam pengembangan arah keseluruhan organisasi dan strategi, khususnya berkaitan dengan implikasi SDM.

4. Memberi dukungan dan kondisi yang akan membantu manajer lini mencapai tujuannya.

5. Menangani berbagai krisis dan situasi sulit dalam hubungan antar pekerja untuk meyakinkan bahwa mereka tidak menghambat organisasi dalam mencapai tujuannya.

6. Menyediakan media komunikasi antara pekerja dan manajemen organisasi. 7. Bertindak sebagai pemelihara standar organisasional dan nilai dalam

manajemen SDM.

2.4 Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia

Menurut Hasibuan (2007, 21) fungsi manajemen SDM merupakan basic

(dasar) pelaksanaan proses maajemen SDM yang efisien dan efektif dalam

pencapaian tujuan organisasi / perusahaan, yang terdiri dari :

1. Pengadaan (Procurement)

Pengadaan (procurement) adalah proses penarikan, seleksi, penempatan,

(6)

kebutuhan perusahaan. Pengadaan yang baik akan membantu terwujudnya

tujuan.

2. Pengembangan (development)

Pengembangan (development) adalah proses peningkatan keterampilan teknis,

teoritis, konseptual, dan moral karyawan melalui pendidikan dan pelatihan.

Pendidikan dan pelatihan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan

pekerjaan masa kini maupun masa depan.

3. Kompensasi (compensation)

Kompensasi adalah pemberian balas jasa langsung (direct) dan tidak

langsung (indirect), uang atau barang kepada karyawan sebagai imbalan jasa

yang diberikan kepada perusahaan.

4. Pengintegrasian (integration)

Pengintegrasian adalah kegiatan untuk mempersatukan kepentingan

perusahaan dan kebutuhan karyawan, agar tercipta kerjasa sama yang serasi

dan saling menguntungkan.

5. Pemeliharaan (maintenance)

Pemeliharaan adalah kegiatan untuk memelihara atau meningkatkan kondisi

fisik, mental, dan loyalitas karyaan, agar mereka tetap mau bekerjasama

sampai pensiun.

6. Kedisiplinan

Kedisiplinan adalah keinginan dan kesadaran untuk mentaati

(7)

7. Pemberhentian (separating)

Pemberhentian adalah putusnya hubungan kerja sesorang dari suatu

perusahaan. (Hasibuan, 2007)

Sedangkan menurut Notoatmojo (2003, 121) menemukakan beberapa

fungsi manajemen sumber daya manusia :

1. Pengadaan sumber daya manusia

2. Kompensasi

3. Integrasi

4. Pemeliharaan

5. Pemutusan hubungan kerja

Sebuah organisasi modern, seharusnya memperhatikan fungsi-fungsi

manajemen dan fungsi operasionalnya seperti yang telah dikemukakan oleh

Flippo dalam Yunarsih (2008, 5)

Menurutnya, fungsi-fungsi manajemen sumber daya manusia terdiri dari :

1. Pengadaan merupakan usaha untuk memperoleh sejumlah tenaga kerja yang

dibutuhkan perusahaan, terutama yang berhubungan dengan penentuan

kebutuhan tenaga kerja, penarikan, seleksi, orientasi dan penempatan.

2. Pengembangan merupakan usaha untuk meningkatkan keahlian karyawan

melalui program pendidikan dan latihan yang tepat agar karyawan atau

pegawai dapat melakukan tugasnya dengan baik. Aktivitas ini penting dan

akan terus berkembang karena adanya perubahan teknologi, penyesuaian dan

(8)

3. Kompensasi merupakan fungsi kompensasi dalam hal ini diartikan sebagai

usaha untuk memberikan balas jasa atau imbalan yang memadai kepada

pegawai sesuai dengan kontribusi yang telah disumbangkan kepada

perusahaan atau organisasi.

4. Integrasi merupakan usaha untuk menyelaraskan kepentingan individu,

organisasi, perusahaan, maupun masyarakat. Oleh sebab itu harus dipahami

sikap prinsip-prinsip pegawai.

5. Pemeliharaan merupakan setelah keempat fungsi di atas dijalankan dengan

baik oleh semua personalia, maka diharapkan organisasi atau perusahaan

mendapat pegawai yang baik. Maka fungsi pemeliharaan adalah dengan

memelihara sikap-sikap pegawai yang menguntungkan perusahaan.

6. Pemutusan Hubungan Kerja merupakan usaha terakhir dari fungsi operasional

ini adalah tanggung jawab perusahaan untuk mengembalikan pegawainya ke

lingkungan masyarakat dalam keadaan sebaik mungkin, bila organisasi atau

perusahaan mengadakan pemutusan hubungan kerja.

2.5 Pengadaan (procurement)

Pengadaan SDM adalah proses pengumpulan calon pemegang jabatan

yang sesuai dengan rencana SDM untuk menduduki suatu jabatan atau pekerjaan

tertentu (Handoko, 2000).

Sedangkan Hasibuan (2007, 28) menyatakan pengertian pengadaan

sebagai suatu proses penarikan, seleksi, penempatan, orientasi, dan induksi untuk

mendapatkan karyawan yang efektif dan efisien membantu tercapainya tujuan

(9)

Pendapat lain mengenai pengadaan dikemukakan oleh Sedarmayanti (2009

, 9) yang menyatakan bahwa “Pengadaan adalah proses penarikan, seleksi, pene

mpatan, orientasi, dan induksi untuk mendapatkan pegawai yang sesuai dengan

kebutuhan organisasi”

Jadi dapat dinyatakan bahwa pengadaan sumber daya manusia merupakan

tahap awal dalam pengumpulan calon tenaga kerja yang meliputi kegiatan

penarikan, seleksi, penempatan, orientasi dan induksi guna menghasilkan tenaga

kerja yang kompeten dalam pencapaian tujuan organisasi yang berkualitas.

2.5.1 Rekruitmen dan Seleksi

Menurut Nasution (2010, 66) “perekrutan adalah suatu aktivitas atau

kegiatan yang berusaha untuk mencari dan megumpulkan pelamar-pelamar yang

mempunyai kemampuan dan sikap yang cocok dengan pekerjaan yang ada serta

pelamar-pelamar yang memiliki motivasi yang baik.”

Sedangkan menurut Simamora (1995) yang dikutip oleh Nasution (2010 ,

66)

“rekrutmen dalah serangkaian aktivitas mencari dan memikat (attract) pelamar

kerja dengan motivasi, kemampuan, keahlian dan pengetahuan yang diperlukan

untuk menutupi kekurangan yang diindentifikasi dalam perencanaan pegawai.” Selanjutnya Hall Douglas T. (1986, 208) menyatakan bahwa “ rekrutmen

merupakan proses pembukaan lowongan kerja pada sebuah organisasi untuk

mengisi posisi yang telah di tetapkan, dan menemukan calon karyawan guna

(10)

Sedangkan Untuk memperoleh karyawan yang kompeten dan sesuai dengan

kebutuhan organisasi maka dalam setiap proses rekrutmen haruslah mengikuti

proses yang telah ditetapkan sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi kebutuhan rekrutmen melalui strategi staffing

2. Menemukan jabatan yang sesuai dan kondisi yang strategis

3. Menetapkan spesifikasi pekerjaan

4. mengidentifikasi sumber calon pelamar

5. memilih metode untuk rekrutmen

6. meninjau formulir dan resume calon pelamar

7. melakukan wawancara pendahuluan

8. Mempersiapkan daftar singkat dari pelamar yang memenuhi syarat

Berdasarkan uraian diatas dapat dinyatakan bahwa proses perekrutan

merupakan suatu kegiatan yang sangat penting karena pada kegiatan inilah

perusahaan dapat menarik tenaga kerja yang potensial untuk diperkerjakan pada

bagian yang ada lowongan pekerjaan. Tenaga kerja yang potensial akan dihasilkan

melalui kegiatan perekrutan yang dalam prosesnya pelaksanannya mengikuti

setiap langkah yang telah ditetapkan.

Menurut Arep dalam bukunya Manajemen Sumber Daya manusia (2003, 80)

“seleksi merupakan kegiatan memilih diantara para pelamar yang berhasil direkrut.” Proses seleksi harus benar-benar diperhatikan dan benar-benar dikelola.

Kesalahan dalam memilih orang karena kesalahan prosedur seleksi akan berakibat

(11)

Sedangkan menurut Sastrohardiwiryo (2003, 150) “Seleksi adalah suatu kegiatan untuk menentukan dan memilih tenaga kerja yang memenuhi kriteria

yang telah ditetapkan organisasi serta memprediksi kemungkinan keberhasilan/

kegagalan individu dalam pekerjaan yang akan diberikan kepadanya.”

Pendapat lain dikemukakan oleh Hariandja (2002, 125) menyatakan

bahwa “seleksi merupakan proses untuk memutuskan pegawai yang tepat dari

sekumpulan calon pegawai yang didapat dari proses rekrutmen, baik perekrutan

internal maupun eksternal.”

Proses seleksi merupakan rangkaian tahap-tahap khusus yang digunakan

untuk memutuskan pelamar mana yang akan diterima. Proses seleksi dimulai dari

penerimaan lamaran dan berakhir dengan keputusan terhadap lamaran tersebut

(Bellionardi , 43 ).

Pelaksanaan seleksi yang efektif akan menghasilkan tenaga kerja yang

memenuhi kualifikasi sebagaimana yang menjadi harapan organisasi/ perusahaan.

Sebaliknya seleksi tenaga kerja yang sembarangan, hanya akan menghasilkan

tenaga kerja yang pas-pasan. Pelaksanaan seleksi yang baik akan mengukuti

setiap langkah-langkah seleksi yang telah ditetapkan.

Wende ll L. French (1992) dalam Sulistyani (2009, 191) mengungkapkan

(12)

Tabel 2.1 Prosedur Pelaksanaan Seleksi SDM

Posedur Tujuan Tindakan dan

Kecendrungan

Lamaran kerja lengkap Menunjukan jabatan

yang diinginkan pelamar,

memberikan informasi

untuk wawancara

Meminta hanya informasi

yang perlu untuk menduga

keberhasilan pegawai

Wawancara penyaringan

awal

Membuat penilaian

secara cepat terhadap

kelayakan pelamar

Mengemukakan

pertanyaan tentang

pengalaman, gaji yang

diharapkan, kesediaan

untuk dipindahkan

Testing Mengukur keterampilan

kerja calon dan

kemampuan untuk

belajar bagi pegawai

Bisa mencakup perangkat

lunak testing komputer,

analisis tulisan tangan, test

penyelia pelamar (dengan

ijin) dan

menginformasikan

(13)

Wawancara untyk seleksi

mendalam

Mengetahui lebih banyak

lagi mengenai pelamar

sebagai individu

Dilakuka oleh manager

kepada siapa pelamar yang

telah melapor

Pemeriksaan fisik Memastikan pelaksanaan

yang efektif oleh

pelamar, melindungi

karyawan lain dari

penyakit menular,

menyusun catatan

kesehatan pelamar,

melindungi pelamar

terhadap tuntutan

kompensasi karyawan

yang berlebihan

Penawaran pegawai Mengisi lowongan

pegawai atau jabatan

Menawarkan gaji beserta

tunjangan

Jadi dapat dinyatakan bahwa kegiatan seleksi merupakan kegiatan yang

sangat penting yang harus dilakukan secara tepat dan benar untuk memperoleh

calon tenaga kerja yang sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan organisasi, bukan

hanya untuk memilih pegawai baru dan menjadi pegawai perusahaan, tetapi dapat

(14)

baru, memindahkan pegawai ke bagian lain, atau bahkan pegawai yang akan

diputuskan hubungan pekerjaan dengan perusahaan atau organisasi.

2.5.2 Analisis Pekerjaan

Menuurt Gomes (2003, 91) analisis jabatan adalah proses pengumpulan

informasi mengenai suatu pekerjaan yang dilakukan seorang pekerja, yang

dilaksanakan dengan mengamati atau mengadakan interview pada pekerjaan,

dengan bukti-bukti yang benar dari supervisor.

Benandin & Russell dalam Gomes (2003, 91) mengatakan analisis

pekerjaan ini akan menghasilkan daftar uraian pekerjaan pernyataan tertulis

mengenai kewajiban-kewajiban pekerja dan bisa juga mencakup standar

kualifikasi, yang merinci pendidikan dan pengalaman minimal yang diperlukan

bagi seorang pekerja untuk melaksanakan kewajiban dari kedudukannya secara

memuaskan.

Sedangkan menurut Nasution (2000, 21) dalam bukunya Manajemen

Personalia berpendapat bahwa: Analisis jabatan merupakan proses untuk

mempelajari dan mengumpulkan informasi tentang jabatan yang lowong, serta

memberikan penjelasan tugas dan tanggung jawab yang menyertai suatu jabatan

atau pekerjaan.

Analisis pekerjaan merupakan tahap awal yang dilakukan dalam proses

pengadaan, dengan dilakukannya analisis pekerjaan maka setiap kegiatan akan

berjalan sesuai rencana karena dalam analisis terdapat pencatatan mengenai

(15)

Ivancevich (2001, 154) mengemukakan beberapa langkah dalam analisis

pekerjaan, meliputin:

1. Memeriksa kebutuhan masing-masing pekerjaan dalam organisasi 2. Menentukan bagaimana penggunaan informasi analisis pekerjaan 3. Pilih pekerjaan yang akan dianalisis

4. Mengumpulkan data dengan menggunakan teknik analisis pekerjaan 5. Mempersiapkan deskripsi pekerjaan

6. Mempersiapkan spesifikasi pekerjaan

Menurut sofyandi (2008, 90) terdapat beberapa tujuan dalam kegiatan

analisis jabatan yaitu :

1. Spesifikasi karyawan, yaitu dengan analisis jabatan maka dapat memiliki syarat-syarat kepegawaian juga dapat diberikan pengertian mengenai tugas yang terkandung dalam suatu jabatan dan persyaratan yang harus dipenuhi oleh setiap orang yang menduduki jabatan tersebut.

2. Kebutuhan pelatihan, yaitu dengan adanya hasil analisis jabatan, maka akan diketahui kemampuan damn keahlian apa yang dibutuhkan karyawan, sehingga dapat ditentukan program pelatihan yang sesuai dengan kebutuha karyawan.

3. Penentuan peringkat, yaitu dengan analisis jabatan maka akan dapat diketahui bobot dari suatu jabatan, sehingga dapat dinilai dan dibandingkan antara jabatan yang satu dengan jabatan yang lainnyadan akhirnya dapat disusun peringkat jabatan dalam organisasi.

4. Pengembangan metode, yaitu dengan analisis jabatan dapat dilakukan perbaikana terhadap berbagai metode kerja dalam suatu jabatan.

Jadi, dari uraian diatas dapat dinyatakan bahwa analisisi jabatan

merupakan suatu penentu dari isi suatu jabatan yang meliputi tugas, tanggung

jawab, dan hubungan dengan jabatan lain dalam organisasi, serta persyaratan yang

dibutuhkan agar seseorang mampu melaksanakan tugas-tugas dalam jabatan yang

(16)

2.5.3 Spesifikasi Pekerjaan

Menurut Sulipan (2000, 34) spesifikasi pekerjaan dapat didefinisikan

sebagai fungsi penetapan kegiatan-kegiatan kerja seorangi individu atau kelompok

secara organisasional. Tujuannya adalah untuk mengatur penugasan-penugasan

kerja yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan organisasi dan teknologi dan

memuaskan kebutuhan-kebutuhan pribadi dan individual para pemegang jabatan.

Garry Dessler (1997) menyatakan spesifikasi pekerjaan (job specification)

sebagai suatu daftar atas suatu jabatan, yakni pendidikan, keterampilan,

kepribadian, dan lain-lain yang sesuai dengan analisis jabatan

Spesifikasi pekerjaan merupakan sebagai fungsi penetapan

kegiatan-kegiatan kerja seorang individu atau kelompok secara organisasional yang

bertujuan untuk mengatur penugasan-penugasan kerja yang memenuhi

kebutuhan-kebutuhan organisasi dan teknologi dan memuaskan kebutuhan-kebutuhan-kebutuhan-kebutuhan pribadi

dan individual para pemegang jabatan dalam melaksanakan pekerjaannya

(Lestari, 216)

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas dapat dinyatakan bahwa

spesifikasi pekerjaan merupakan kegiatan yang memuat ringkasan pekerjaan yang

jelas dan kualitas definitif sangat dibutuhkan dari pemangku jabatan organisasi

tertentu karena dalam setiap organisasi kegiatan spesifikasi pekerjaan tidaklah

sama, spesifikasi ini disusun berdasarkan uraian pekerjaan, sedangkan

(17)

2.5.4 Evaluasi Pekerjaan

Evaluasi pekerjaan erat hubungannya dengan analisis pekerjaan karna

analisis pekerjaan menyediakan informasi yang dapat digunakan untuk

mengevaluasi pekerjaan, membandingkan suatu pekerjaan yang satu dengan yang

lainnya guna menjamin bahwa pekerjaan tersebut dihargai secara adil.

Menurut Sunarto (2005, 169) menyatakan bahwa :

evaluasi pekerjaan merupakan suatu yang dapat dilakukan kapan saja sejauh memang keperluan organisasi dan dengan proses informal, karena dengan proses tersebut akan membuat pegawai merasa nyaman dalam menceritakan apa yang mereka rasakan selama bekerja dalam organisasi atau perusahaan tersebut.

Sedangkan menurut Moekijat (1998, 33) “evaluasi pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan guna membandingkan nilai dari suatu jabatan dengan

nilai dari jabatan-jabatan yang lainnya.”

Terdapat 5 langkah dalam evaluasi pekerjaan yang dikemukakan oleh Sauders

Rebeca M. (2006, 26) yaitu :

a. Mengatur tujuan dan objektif b. Mengobservasi dan monitor kerja c. Berbagi observasi

d. Mengevaluasi kinerja tahunan e. Mengatur tujuan baru

Jadi evaluasi pekerjaan dapat dinyatakan sebagai suatu tindakan untuk

menilai pekerjaan dalam suatu perusahaan atau organisasi dengan cara

membandingkan suatu pekerjaan yang dilakukan pegawai dan didukung oleh

faktor keberhasilan yang dapat dilihat dengan melakukan evaluasi secara cermat

dan tepat.

(18)

Indikator aspek pengadaan :

1. Perekrutan tenaga kerja

Rekrutmen merupakan proses pembukaan lowongan kerja pada sebuah

organisasi untuk mengisi posisi yang telah di tetapkan, dan menemukan calon

karyawan guna mengisi lowongan yang tersedia.

2. Seleksi

Seleksi merupakan tahapan lanjutan dari rekrutmen untuk menentukan dan

memilih tenaga kerja yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan organisasi.

3. Analisis pekerjaan

Analisis jabatan merupakan proses untuk mempelajari dan mengumpulkan

informasi tentang jabatan yang lowong, serta memberikan penjelasan tugas dan

tanggung jawab yang menyertai suatu jabatan atau pekerjaan.

4. Spesifikasi pekerjaan

Spesifikasi pekerjaan merupakan penetapan kegiatan-kegiatan kerja seorang

individu atau kelompok secara organisasional.

5. Evaluasi pekerjaan

Evaluasi pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukana guna membandingkan

nilai dari suatu jabatan dengan nilai dari jabatan-jabatan yang lainnya.

2.6 Pengembangan (Development)

Pengembangan merupakan fungsi kedua dari manajemen sumber daya

manusia.

Menurut Gou zali (2000, 496) yang dikutip oleh Kadarisman (2014, 5)

(19)

agar pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan mereka sesuai dengan tuntutan

pekerjaan yang mereka lakukan.”

Sedangkan menurut Nawawi (2008, 290) menyatakan pengembangan

merupakan “usaha formal untuk meningkatkan dan menambah kemampuan, yang

diharapkan berdampak pada pengembangan dan perluasan wawasan, yang

membuka kesempatan mendapatkan posisi atau jabatan yang memuaskan dalam

kehidupan sebagai pekerja.”

Rivai (2000, 290) mengungkapkan pengembangan adalah proses

peningkatan kemampuan kerja individual yang tercapai dalam rangka mencapai

karir yang diinginkan.

Selanjutnya menurut Mathis R. Jackson (2002, 44) mengungkapkan bahwa

pengembangan adalah pertumbuhan kemampuan yang terjadi jauh melampaui

apa-apa yang dituntut dalam suatu pekerjaan. Hal ini mewakili usaha-usaha untuk

meningkatkan kemampuan karyawan untuk menangani berbagai jenis penugasan.

Berdasarkan beberapa defenisi diatas dinyatakan bahwa pengembangan

merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk menambah pengetahuan dan

keahlian ataupun keterampilan karyawan sehingga dapat menunjang adanya

kesempatan dalam promosi karyawan. Setiap pimpinan/atasan perusahaan perlu

melakukan pengembangan sumber daya manusia, sebab melalui pengembangan

ini perusahaan akan mempunyai tenaga kerja yang terampil dan cakap, dengan

(20)

2.6.1 Orientasi

Kegiatan orientasi merupakan kegiatan lanjutan dari hasil penyeleksian

calon pegawai baru yang sebelumnya telah dijelaskan. Setelah pegawai baru

diterima, sebelum ditugaskan mereka perlu diorientasi dengan tugas-tugas yang

akan mereka lakukan dan diperkenalkan dengan rekan sekerja serta budaya

organisasi dalam berbagai aspeknya.

Orientasi menurut hariandja (2002, 153) mengungkapkan bahwa

“Orientasi merupakan suatu program untuk memperkenalkan pegawai baru pada

peran-peran mereka, organisasi, kebijaksanaan, niali-nilai, keyakinan, dan rekan

kerja mereka.

Sedangkan Arep (2003, 121) berpendapat mengenai defenisi orientasi

“sebagai usaha perusahaan agar pegawai baru atau karyawan baru dapat

menyesuaikan diri terhadap lingkungan / iklim bisnis suatu organisasi atau

perusahaan.”

Setiap pegawai yang tergabung dalam suatu organisasi memiliki orientasi

kerja masing masing dan kemungkinan besar pegawai satu dengan lainnya

mempunyai orientasi kerja yang berbeda pula, dan apabila orientasi yang

dipersepsikannya ini dapat tercapai maka pegawai akan merasakan kepuasan kerja

dan bekerja dengan maksimal (Maabuat, 221).

Pangabean (2002, 40) mengemukakan beberapa tahapan dalam kegiatan

orientasi :

(21)

Melalui tahap-tahap tersebut diharapkan setiap pegawai baru dapat

mengimplementasikan apa yang telah diberikan selama program orientasi guna

memperoleh kesejahteraan pada organisasi atau perusahaan.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan orientasi

merupakan suatu kegiatan yang sangat penting untuk diberikan kepada calon

pegawai baru, guna memperkenalkan mereka dengan lingkungan yang baru dan

rekan-rekan yang juga baru dikenal dalam lingkungan pekerjaan. Dengan adanya

program orientasi akan membuat karyawan baru merasa lebih dekat dan tidak

canggung dengan keadaan lingkungan tempat mereka bekerja dan juga akan

meningkatkan semangat bekerja dari karyawan baru tersebut.

2.6.2 Pelatihan

Menurut Rae (1990, 3) yang dikutip oleh Sofiayandi (2008, 113)

“Pelatihan adalah suatu usaha untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan karyawan dalam melaksananakan pekerjaannya lebih efektif dan efisien.”

Sedangkan menurut Pramudyo (2007 , 16) sebagai “proses pembelajaran yang dirancang untuk mengubah kinerja orang dalam melakukan pekerjaannya”.

Adrew E. Sikula dalam Mangkunegara (2003 , 50) mengemukakan bahwa

pelatihan (training) adalah suatu proses pendidikan jangka pendek yang

mempergunakan prosedur sistematis dan terorganisasi, pegawai non manajerial

mempelajari pengetahuan dan keterampilan teknis dalam tujuan yang terbatas.

Dalam kegiatan pelatihan terdapat beberapa tahap seperti yang di

kemukakan oleh Barnardin dan russell dalam Sulistiyani (2009, 223), yang terdiri

(22)

1. Penilaian kebutuhan pelatihan (need assesment), yang tujuannya adalah mengumpulkan informasi untuk menentukan dibutuhkan atau tidaknya program pelatihan.

2. Pengembanagn program pelatihan (development), bertujuan untuk merancang lingkungan pelatihan dan metode-metode pelatihan yang dibutuhkan guna mencapai tujuan pelatihan.

3. Evaluasi program pelatihan (evaluastion), yang mempunyai tujuan untuk menguji dan menilai apakah program-program pelatihan yang dijalani secara efektif mampu mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Berdasarkan uraian diatas dapat dinyatakan bahwa pelatihan merupakan

suatu metode yang diharapkan dapat memberikan rangsangan atau stimulus

kepada seseorang pegawai untuk dapat meningkatkan kemampuan dalam

pekerjaan tertentu dan memperoleh pengetahuan umum dan pemahaman terhadap

keseluruhan lingkungan kerja dan organisasi, tanpa meninggalkan metode-metode

pelatihan yang telah di tentukan oleh organisasi yang bersangkutan.

2.6.3 Peneilaian Prestasi

Dharma (2003, 367) menyatakan “penilaian prestasi kerja adalah menilai rasio hasil kerja nyata dengan standar kualitas maupun kuantitas yang dihasilkan setiap karyawan. Menetapka kebijaksanaan apakah karyawan akan dipromosikan, didemosikan, atau balas jasanya dinaikkan.

Dengan adanya penilaian prestasi berarti para pegawai mendapat perhatian

dari atasannya sehinggamendorong mereka bergairah dan bersemangat dalam

bekerja, sebagaimana pendapat Hariandja (2002, 195) menyatakan, tujuan dari

penilaian kerja untuk memberikan feedback kepada pegawai dalam upaya

memperbaiki tampilan kerjanya dan upaya untuk meningkatkan produktifitas

organisasi.

Penilaian kinerja merupakan deskripsi sistematik, formal, dan evaluatif

terhadap kualitas pekerjaan karyawan baik secara individu maupun kelompok,

(23)

personalia dan manajemen sumber daya manusia dalam perusahaan, jika tidak

berjalan atau terkomunikasikan dengan baik, maka hal ini akan menghalangi

keberhasilan perusahaan dan juga kesempatan karyawan dalam merencanakan

karirnya bersama perusahaan (Wimbarti, 1)

Menurut Sofiyandi (2008, 129) terdapat 2 metode dalam penilaian prestasi

kerja, yaitu:

1. Metode penilaian kinerja keperilakuan a. Daftar pertanyaan (checklist)

Daftar pertanyaan ceklis merupakan sebuah daftar pertanyaan deskriptif dan sifat-sifat yang mendeskripsikan perilaku yang berhubungan dengan pekerjaan.

b. Daftar pertanyaan tertimbang (weighted checklist) c. Skala penilaian grafis (graphic rating scale) d. Skala penilaian nongrafis (nongraphic rating scale) e. Force choise scale

f. Critical incidents

g. Behaviorally anchored rating scales (BARS) h. Behavioral observatiopn scale (BOS)

2. Metode penialaian kinerja perbandingan personalia

Kumpulan metode yang berbeda yang membandingkan kinerja seseorang dengan rekan kerjanya yang lain. Salah satu teknik dalam metode ini adalah teknik penentuan peringkat (rankings). Arep (2003, 182) mengungkapkan bahwa “metode rangking ini sangat sederhana pada suatu kriteria pengukuran, karena hanya mengurutkan nilai terbesar hingga nilai terkecil.

Jadi, penilaian prestasi kerja dapat dinyatakan sebagai suatu kegiatan

untuk meningkatkan produktifitas pegawai dengan cara membandingkan

pekerjaan dengan standar kualifikasi yang telah di tentukan guna memilih setiap

karyawan yang akan di promosikan ke jabatan yang lebih tinggi dari sebelumnya.

2.6.4 Mutasi

(24)

dengan tujuan agar tenaga kerja yang bersangkutan memperoleh kepuasan kerja yang mendalam dan dapat memberikan prestasi kerja yang semaksimal mungkin kepada perusahaan.”

Mutasi adalah suatu perubahan posisi/ jabatan/ tempat/ pekerjaan yang

dilakukan pimpinan puncak organisasi kepada seseorang yaitu karyawan

(manajemen dan non-manajemen) baik secara horizontal maupun vertikal

(promosi / demosi) di dalam satu organisasi hal ini merupakan bagian dari

pengembangan sumberdaya manusia (Runtune, 270)

Kegiatan mutasi dilakukan setelah dilakukannya kegiatan penialaian

prestasi kerja karena mutasi ini harus didasarkan atas indeks prestasi yang dapat

dicapai oleh karyawan yang bersangkutan. Menurut (Akbar , 2010) terdapat

beberapa tujuan mutasi adalah :

1. Untuk meningkatkan produktivitas karyawan

2. Untuk menciptakan keseimbangan antara tenaga kerja dengan komposisi pekerjaan atau jabatan.

3. Untuk memperluas atau menambah pengetahuan karyawan. 4. untuk menghilangkan rasa bosan/jemu terhadap pekerjaannya

5. Untuk memberikan perangsang agar karyawan mau berupaya meningkatkan karier yang lebih tinggi.

Jadi dapat disimpulkan bahwa mutasi adalah suatu kegiatan yang dapat

memberikan uraian pekerjaan, sifat pekerjaan, dan alat-alat kerja yang cocok bagi

karyawan bersangkutan sehingga dapat bekerja secara efisien dan efektif pada

jabatan tersebut.

2.6.5 Promosi

Menurut Siagian (2008, 169) menyatakan Promosi ialah apabila seorang

(25)

jawabnya lebih besar, tingkatannya dalam hierarki jabatan lebih tinggi dan

penghasilannyapun lebih besar pula.

Promosi jabatan mempunyai arti penting bagi para karyawan secara

keseluruhan, dengan adanya kesempatan promosi jabatan, karyawan akan

termotivasi untuk bekerja sama dan berprestasi maka akhirnya tugas-tugas yang

dberikan oleh perusahaan akan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya ( Yani, 3).

Selanjutnya menurut (Sastrohadiwiryo, 2002) menyatakan “promosi dapat

diartikan sebagai proses perubahan dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain dalam

hirarki wewenang dan tanggung jawab yang lebih tinggi daripada dengan

wewenang dan tanggung jawab yang telah diberikan kepada tenaga kerja pada

waktu sebelumnya.”

Terdapat beberapa tujuan promosi yang terdiri dari:

a. Untuk memberikan pengakuan, jabatan dan imbalan jasa yang berprestasi

kerja tinggi.

b. Untuk merangsang agar karyawan lebih bergairah bekerja, dan

memperbesar produktivitas kerjanya.

c. Kesempatan promosi dapat menimbulkan keuntungan berantai

(multiplier effect) dalam perusahaan karena timbulnya lowongan

berantai.

d. Memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mengembangkan

kreativitas.

(26)

Berdasarkan uraian tersebut dapat dinyatakan promosi merupakan salah

satu kegiatan yang penting bagi perusahaan, sebab dengan promosi berarti

kestabilan perusahaan dan moral karyawan yang akan lebih terjamin, promosi

akan selalu diikuti oleh tugas, tanggung jawab yang lebih tinggi daripada jabatan

yang diduduki sebelumnya. Pada umumnya promosi juga diikuti dengan

peningkatan pendapatan serta fasilitas yang lain. Namun, promosi ini sendiri

sebenarnya mempunyai nilai karena merupakan bukti pengakuan, antara lain

terhadap prestasinya.

Indikator Aspek Pengembangan :

1. Orientasi

Orientasi merupakan suatu program untuk memperkenalkan pegawai baru

kepada rekan kerja dan juga lingkungan kerja pegawai tersebut.

2. Pelatihan

Pelatihan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan utuk meningkatkan

kemampuan dan pengtahuan tenaga kerja guna meningkatkan produktifitas

dalam bekerja.

3. Penialaian prestasi kerja

Penialaian prestasi kerja merupakan suatu metode yang dilakukan organisasi

dalam mengukur seberapa baik pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai

(27)

4. Mutasi

Mutasi merupakan suatu kegiatan memindahkan posisi, jabatan, ataupun

kedudukan pegawai guna memberi kepuasan kepada pegawai dalam setiap

jenis pekerjaan.

5. Promosi

Promosi adalah kegiatan pemindahan pegawai dari pekerjaan yang rendah ke

perjaan yang lebih tinggi dan tanggungjawab yang lebih besar.

2.7 Integrasi (Integration)

Pengintegrasian merupakan fungsi operasional manajemen SDM yang

penting, rumit, serta kompleks dalam merealisasikannya. Sofyandi (2008, 172)

mengungkapkan defenisi integrasi sebagai “suatu komitmen antara manajemen dengan karyawan dan merupakan kunci keberhasilan perusahaan.”

Sedangkan Hasibuan (2007, 136) berpendapat bahwa: Pengintegrasian

adalah menyatupadukan keinginan karyawan dan kepentingan perusahaan, agar

tercipta kerjasama yang memberikan kepuasan.

Dari defenisi diatas dapat pengintegrasian dapat diartikan sebagai hal yang

sangat penting dan merupakan salah satu kunci untuk mencapai hasil yang baik

bagi perusahaan maupun karyawan sehingga memberikan kepuasan kepada semua

pihak, karyawan dapat memenuhi kebutuhannya dan perusahaan memperoleh

laba.

Dalam melaksanakan pengintegrasian harus berdasarkan kepada prinsip

dan metode yang mapan. Sofyandi (2008, 172) berpendapat ada 2 metode yang

(28)

1. Motivasi

Menurut Sastrohadiwiryo (2003, 266) “Motivasi merupakan setiap perasaan

atau kehendak dan keinginan yang amat mempengaruhi kemauan individu

tersebut didorong untuk berprilaku dan bertindak.”

Motivasi kerja adalah dorongan untuk melakukan dan menyelesaikan suatu

pekerjaan dengan cepat dan bersemangat. Dengan cepat disini dimaksudkan

cepat yang berhati-hati (Indy, 102).

Dalam motivasi menejer sangat berperan penting karena betapapun

mahirnya seorang manajer menyusun visi, misi, rencana, dan organisasi, namun

tidak akan berhasil mendorong dinamika manajemennya jika ia tidak mempunyai

daya untuk me motovasi bawahannya agar beraktivitas secara kreatif dengan

menciptakan inovasi-inovasi baru, (Sastradipoera, 2006, 91).

Motivasi merupakan sesuatu kekuatan dorongan / kemampuan gerak yang

melekat pada setiap individual, hal mana ini menyebabkan munculnya perilaku

manusia. Dalam melakukan motivasi terdapat beberapa teori motivasi agar dapat

berjalan dengan baik, diantaranya :

a. Teori motivasi menurut Abraham Maslow (Maslow’s need hierarchy theory) 1. Physiological needs (kebutuhan fisisk dan biologis)

2. Safety and security needs (kebutuhan keselamatan dan keamanan)

3. Affiliation or acceptance needs or belonggingness (kebutuhan sosial)

4. Esteem or status needs (kebutuhan akan penghargaan atau prestasi)

5. Self actualization needs (kebutuhan beraktualisasi diri)

(29)

1. Hygiene factor’s (faktor higienis)

Faktor ini berfungsi sebagai alat pemelihara, hal ini berhubungan dengan

hakikat manusia yang selalu ingin mendapatkan ketentraman dan

kesehatan secara badaniah.

2. Motivators factor’s (faktor motivasi)

Faktor ini lebih menyangkut kepada faktor psikologis, yang meliputi

serangkaian kondisi intrinsik, kepuasan pekerjaan, bilamana terdapat hal

yang dapat menggerakkan keinginan yang kuat dan dapat menghasilkan

prestasi yang baik.

3. David Mc.Clelland

Hal memotivasi seseorang adalah kebutuhan akan berprestasi, kebutuhan

berafiliasi, kebutuhan untuk berkuasa.

2. Kepemimpinan (Leadeership)

Kepemimpianann merupakan salah satu metode integrrasi. Bagaimana

seorang pemimpin dalam menjalankan tugasnya dan mengambil kebijakan

terutama dalam menentukan suatu keputusan.

Mentrrut llill dan Caroll (Gary A. Yulk; L 994) berpendapat bahwa

kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemampuan mendorong sejumlah orang

(dua orang atau lebih) agar bekerja sama dalam melaksanakan kegiatan-kegratan

yang terarah pada tujuan bersama. Struktur organisasi adalah kerangka atau

susunan unit atau satuan kerja atau fungsi-fungsi yang dijabarkan dari tugas atau

(30)

Pendapat lain mengenai kepemimpinan adalah kepemimpinan adalah

merupakan proses mempengaruhi atau menggerakkan bawahan (followers) agar

mau melaksanakan apa yang diinginkan atau diharapkan oleh pimpinan tersebut

(Harianto , 140)

Berdasarkan penjelasan yang telah di uraikan diatas dapat dinyatakan

integrasi merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kelancaran setiap

pekerjaan organisasi karena integrasi menyangkut hubungan antara pimpinan

dengan pegawai, bagaimana hubungan baik antara pimpinan dan pegawai dan

kesepakatan apasaja yang telah dibuat antara pimpinan dengan pegawai dalam

suatu perusahaan atau organisasi.

Indikator Aspek Integrasi :

1. Motivasi

dorongan untuk melakukan dan menyelesaikan suatu pekerjaan dengan cepat

dan bersemangat dan berhati-hati.

2. Kepemimpinan

Kepemimpinan merupakan suatu metode bagaimana seorang pimpinan dalam

mengendalikan pegawainya agar bekerja sesuai dengan aturan yang telah

ditetapkan.

2.8 Kedisiplinan (Discipline)

(31)

Sedangkan menurut Abdurrahman Fathoni ( 2006, 172 ) mengemukakan

bahwa :

Kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan

perusahaan dan norma social yang berlaku.

Panji Anoraga (2004) menyatakan disiplin kerja merupakan kesadaran dan

kesediaan seseorang mentaati semua peraturan dan memiliki sikap hormat

terhadap peraturan dan ketetapan perusahaan yang menyebabkan karyawan

mampu menyesuaikan dengan sukarela pada peraturan dan ketetapan perusahaan.

Selanjutnya menurut Dharma (2003,387) “ disiplin merupakan sikap

kesaran diri yang dimiliki oleh seorang karyawan dalam setiap kegiatan dalam

organisasi agar tercipta situasi yang nyaman dan tentram.

Jadi, Disiplin dapat dinyatakan sebagai suatu sikap tenaga kerja yang

sangat erat hubungannya dengan motivasi dan moral kerja, karena disiplin kerja

dapat dapat dikembangkan secara formal melaui pelatihan pengembangan

disiplin, selain itu penanaman disiplin kerja tenaga kerja dapat dikembangkan

pula dengan cara kepemimpinan yang dapat jadi panutan atau teladanbagi para

tenaga kerja.

2.8.1 Indikator Kedisiplinan

Terdapat beberapa indikator yang mempengaruhi kedisiplinan tenaga

kerja, diataranya dikemukakan oleh Davis (2007) indikator-indikator disiplin

adalah sebagai berikut:

1. Kehadiran yaitu kegiatan yang menandakan datang atau tidaknya pegawai

(32)

2. Tata cara kerja yaitu aturan atau ketentuan, harus dipatuhi oleh pemberi

pekerja dan oleh pekerja dalam melaksanakan pekerjaan, hubungan antar

manusia, serta keamanan perusahaan.

3. Ketaatan pada atasan yaitu patuh atau mengikuti pada yang diberikan

pimpinan dalam perusahaan guna mengerjakan pekerjaan dengan baik.

4. Kesadaran bekerja, yaitu sikap sesesorang yang secara sukarela mentaati

peraturan dan sadar serta tanggung jawab. Jadi pegawai akan mengerjakan

tugasnya dengan baik bukan atas paksaan.

Menurut Fathoni (2006, 127) terdapat beberapa indikator kedisiplinan,

yaitu :

a. tujuan dan kemampuan b. teladan pimpinan c. balas jasa

d. keadilan e. waskat f. sanksi hukum

g. ketegasan, dan hubunga kemanusiaan.

Jadi dengan adanya indikator kedisiplinan maka setiap tindakan nyata dan

efektif akan mudah untuk mengetahui kesalahan, membetulkan kesalahan,

memelihara kedisiplinan, meningkatkan prestasi kerja, dan mengaktifkan peranan

atasam dan bawahan.

2.9 Pemberhentian (Separation)

Menurut Sastrohadiwiryo (2003, 305) “Pemutusan hubungan kerja adalah

suatu proses pelepasan keterikatan kerja sama antara perusahaan dengan tenaga

kerja, baik atas permintaan tenaga kerja yang bersangkutan maupun atas kebijakan

(33)

memberikan produktivitas kerja lagi atau karena kondisi perusahaan yang tidak

memungkinkan.

Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) adalah pengakhiran hubungan kerja

antara perusahaan dengan pekerja yang terjadi karena berbagai sebab.

Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan memberikan pengertian

PHK adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang

mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara buruh/pekerja dengan

pengusaha. (Husni, 2003)

Jadi dapat dinyatakan bahwa kegiatan pemberhentian atau pemutusan

hubungan kerja merupakan berakhirnya seorang pegawai bekerja di suatu

perusahaan yang dikarenakan oleh sebab tertentu baik karena permintaan pegawai

bersangkutan ataupun permintaan dari perusahaan, bagi pihak perusahaan

pemberhentian berarti kehilangan orang-orang terbaiknya, disamping

membutuhkan waktu yang lama, juga memerlukan biaya yang tidak sedikit akibat

biaya rekrutmen dan seleksi. Oleh karena itu perusahaan atau organisasi harus

berfikir dua kali dalam melakukan pemberhentian karyawan.

2.9.1 Jenis Pemberhentian Hubungan Kerja

Menurut (Mangkuprawira , 2011) Pemutusan Hubungan kerja (PHK) ada

2 Jenis, yaitu pemutusan hubungan kerja sementara dan pemutusan hubungan

kerja permanen.

1. Pemutusan Hubungan Kerja Sementara, yaitu sementara tidak bekerja dan pemberhentian sementara.

(34)

Sedangkan menurut Pangabean (2004, 121) menngungkapkan jenis

pemutusan hubungan kerja :

a. Pemutusan hungan kejas atas kehendak sendiri (voluntary turnover)

Permberhentian Hubungan Kerja (PHK) oleh perusahaan harus dilakukan dengan baik dan sesuai dengan regulasi pemerintah yang masih diberlakukan, namun terkadang juga pemberhentian tenaga kerja juga fdapat terjadi akibat konflik yang tidak kunjung berakhir dalam suatu organisasi.

b. Pemberhentian karyawan karena habis masa kontrak atau karena tidak dibutuhkan lagi oleh organisasi.

c. Pemberhentian karena telah mencapai umur pensiun (retirement) d. Pemutusan hubungan kerja yang dilakukan atas kehendak pengusaha.

2.9.2 Prosedur Pemberhentian Hubungan Kerja

Permberhentian Hubungan Kerja (PHK) oleh perusahaan harus dilakukan

dengan baik dan sesuai dengan regulasi pemerintah yang masih diberlakukan.

Namun karena terkadang pemberhentian terkadang terjadi akibat konflik yang tak

terselesaikan maka menurut Umar (2004) pemecatan secara terpaksa harus sesuai

dengan prosedur sebagai berikut:

1. Musyawarah karyawan dengan pimpinan perusahaan.

2. Musyawarah pimpinan serikat buruh dengan pimpinan perusahaan.

3. Musyawarah pimpinan serikat buruh, pimpinan perusahaan dan wakil dari P4D

4. Musyawarah pimpinan serikat buruh, pimpinan perusahaan dan wakil dari P4P.

5. Pemutusan hubungan berdasarkan Keputusan Pengadilan Negeri.

Kemudian menurut Mutiara S. Panggabean Proses Pemberhentian

hubungan kerja jika sudah tidak dapat dihindari maka cara yang diatur telah diatur

dalam Undang-undang No.12 tahun 1964. Perusahaan yang ingin memutuskan

hubungan kerja harus mendapatkan izin dari P4D (Panitia Penyelesaian

Perburuhan Daerah) dan jika ingin memutuskan hubungan kerja dengan lebih dari

(35)

Perburuhan Pusat) selama izin belum didapatkan maka perusahaan tidak dapat

memutuskan hubungan kerja dengan karyawan dan harus menjalankan

kewajibannya.

Dengan adanya prosedur pemutusan hubungan kerja maka setiap

perusahaan atau organisasi tidak bisa melakukan pemberhentian pegawai secara

sembarangan, karena setiap tindakan dalam pemutusan hubungan kerja memiliki

aturan yang telah ditetapkan oleh maising-masing perusahaan atau organisasi.

Indikator Aspek Pemberhentian :

1. Jenis pemberhentian hubungan kerja, yang terdiri dari Pemutusan hubungan

kerja sementara dan pemutusan hubungan kerja permanen

2. Prosedur pemberhentian hubungan kerja

Musyawarah karyawan dengan pimpinan perusahaan, musyawarah pimpinan

serikat buruh dengan pimpinan perusahaan, musyawarah pimpinan serikat

buruh, pimpinan perusahaan dan wakil dari P4D, musyawarah pimpinan

serikat buruh, pimpinan perusahaan dan wakil dari P4P, pemutusan hubungan

berdasarkan Keputusan Pengadilan Negeri

2.10 Manajemen Sumber Daya Manusia di Perpustakaan

Perpustakaan sebagai salah satu sarana penunjang dalam meningkatkan

kualitas pendidikan dan pengajaran di perguruan tinggi akan selalu berupaya

meningkatkan citranya sebagai penyedia informasi bagi penggunanya dengan

menerapkan kinerja yang baik. Penerapan kinerja yang baik tentu membutuhkan

dukungan manajemen yang memadai agar pelayanan kepada pengguna dapat

(36)

Menurut Bryson (1990, 4) menyatakan bahwa, “Manajemen perpustakaan

merupakan upaya pencapaian tujuan dengan pemanfaatan sumber daya manusia,

informasi, sistem, dan sumber dana dengan tetap memperhatikan fungsi, peran

dan keahlian manajemen.”

Sedangkan menurut Sutarno (2006, 20) “Manajemen perpustakaan adalah

pengelolaan perpustakaan yang didasarkan kepada teori dan prinsip-prinsip

manajemen”

Salah satu aspek penting dalam manajemen perpustakaan yaitu sumber

daya manusia. Sumber daya manusia perpustakaan yang biasa disebut pustakawan

merupakan aset terpenting yang harus di kelola dan di kembangkan secara

maksimal. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sutarno (2006) menyatakan

sumber daya manusia di perpustakaan merupakan salah satu pilar yang sangat

penting dan menentukan keberhasilan sebuah perpustakaan dalam menjalankan

fungsinya.

Pengelolaan dan pengembangan sumber daya manusia yang baik bertujan

untuk memperoleh keseimbangan antara kebutuhan sumber daya manusia dengan

tuntutan serta kemajuan perpustakaan.

Menurut Sutarno (2006, 161) Manusia di dalam manajemen mencakup

semua faktor yang mempengaruhi, mewarnai dan melingkupinya. Unsur manusia

meliputi beberapa hal yang perlu diperhatian antara lain meliputi: (a) jumlah,

harus sesuai dengan formasi dan kebutuhan. (b) persyaratan, seperti: pendidikan,

kemampuan, keterampilan, pengalaman. (c) komposisi, misalnya unsur pimpinan,

(37)

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa manajemen

perpustakaan merupakan suatu proses mengelola dan mengatur perpustakaan

dengan memamfaatkan sumber daya manusia yang tersedia di perpustakaan dan

dapat bekerjasama dengan baik sesuai dengan fungsi dan peran manajemen agar

dalam penerapan dan pengimplementasiannya berjalan sesuai rencana yang telah

Gambar

Tabel 2.1 Prosedur Pelaksanaan Seleksi SDM

Referensi

Dokumen terkait

Therefore, a suggestion has been proposed for the implementation of QFD in mass housing sector and a case study has been dri- ven by which the basic customer expectations and

PPL yang dilakukan selama kurang lebih satu bulan yaitu dari tanggal 10 Agustus 2015 sampai 12 September 2015 tentu tidak luput dari hambatan. Meskipun dalam

Pada saat dia menerima nobel perdamaian pada tanggal 10 Desember 2003, dia mengatakan: “Diskriminasi terhadap kaum wanita tidak mempunyai dasar di dalam al-Qur'an.” Diperlakukannya

Perpustakaan UIN Raden Fatah Palembang untuk menarik minat kunjungan Dosen adalah:Upaya yang telah dilakukan adalah menciptakan suasana yang nyaman, bersih, sejuk, menata koleksi

Jika nilai kapasitas dasar (Co) lebih rendah dibanding kapasitas dasar (C) atau dengan kata lain nilai kapasitas (C) lebih besar dari nilai kapasitas dasar (Co) maka ada

Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan adalah: (a) peneliti melakukan observasi lapangan yang dilanjutkan dengan observasi kelas, (b) menyusun tes hasil belajar dalam

pada substrat beras dengan konsentrasi 10 5 konidia per ml menyebabkan mortalitas nimfa wereng 50% lebih cepat dari yang lainnya hanya 87,93 jam setelah aplikasi. Kecepatan

Hasil penelitian, Optimasi variable pada proses pembuatan kecap dari biji buah lamtoro gung dengan cara hidrolisa menggunakan HCl diperoleh kecap berkadar protein 2,982