• Tidak ada hasil yang ditemukan

S SEJ 1202823 Chapter3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S SEJ 1202823 Chapter3"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini merupakan uraian mengenai metode dan teknik penelitian yang

digunakan oleh peneliti untuk mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan

skripsi yang berjudul “William the Conqueror: Peranan Duke of Normandy di

Kerajaan Inggris 1066-1087”. Peneliti mencoba memaparkan berbagai lagkah

maupun prosedur yang digunakan dalam mencari, mengolah, menganalisis sumber

dan proses penyusunannya menjadi skripsi. Adapun pada skripsi ini, peneliti

menggunakan metode historis atau metode sejarah dibantu dengan studi literatur

sebagai teknik penelitiannya.

Peneliti mencoba menguraikan langkah-langkah penelitian dengan

menggunakan metode sejarah meliputi proses heuristik, kritik, interpretasi dan

historiografi. Metode sejarah digunakan untuk menemukan fakta-fakta sejarah yang

kemudian diinterpretasikan utuk disusun kedalam sebuah historiografi sejarah. Proses

penelitian ini dilakukan untuk menyusun sebuah skripsi yang dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan relevan dengan bidang studi peneliti yaitu

pendidikan sejarah. Peneliti menguraikan proses tersebut dalam bab ini yang terdiri

dari tiga sub-sub utama yaitu metode dan teknik penelitian, persiapan penelitian, dan

pelaksanaan penelitian.

3.1Metode dan Teknik Penelitian

3.1.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah. Hamid

dan Madjid (2011) menyatakan bahwa setiap ilmu memiliki metode, karena tanpa

metode kumpulan pengetahuan tentang objek tertentu tidak dapat dikatakan sebagai

ilmu, sekalipun masih ada syarat lain. Sementara itu, menurut Wood Gray (dalam

Sjamsuddin, 2007, hlm. 89) menyebutkan paling tidak ada enam tahapan yang harus

(2)

1. Memilih suatu topik yang sesuai

2. Mengusut semua evidensi (bukti) yang relevan dengan topic

3. Membuat catatan tentang apa saja yang dianggap penting dan relevan dengan

topik yang ditemukan ketika penelitian sedang berlangsung

4. Mengevaluasi secara kritis semua evidensi yang telah dikumpulkan (kritik

sumber)

5. Menyusun hasil-hasil penelitian kedalam suatu pola yang benar dan berarti yaitu

sistematika tertentu yang telah disipakan sebelumnya

6. Menyajikan dalam suatu cara yang dapat menarik perhatian dan

mengkomunikasikannya kepada para pembaca sehingga dapat dimengerti secara

jelas.

Kemudian Sjamsuddin menguraikan enam langkah tersebut kedalam tiga

lagkah, diantaranya:

1. Heuristik

Langkah awal dalam penelitian sejarah adalah Heuristik atau dalam bahasa

Jerman disebut Quellenkunde, sebuah kegiatan mencari sumber-sumber untuk

mendapatkan data-data atau meateri sejarah, atau evidensi sejarah. Tahap heuristik ini

banyak menyita waktu, biaya, tenaga, pikiran, dan perasaan. Oleh sebab itu sebelum

melakukan heuristik maka peneliti harus terlebih dahulu merancang strategi: dimana

dan bagaimana akan mendapatkan bahan tersebut? siapa atau instansi apa yang dapat

dihubungi, berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk perjalanan, akomodasi jika ke

tempat lain, untuk fotokopi, informan dan sebagainya.

Sumber sejarah dalam heuristik secara umum dapat dikategorikan kedalam

sumber primer dan sumber sekunder. Ada juga sumber lisan dan sumber tertulis.

Dalam penelitian ini lebih banyak menggunakan sumber sekunder, berupa

buku-buku. Pencarian sumber-sumber sejarah bisa dilakukan di perpustakaan, arsip, dan

museum. Kekayaan perpustakaan, arsip, dan museum dapat diketahui dari

(3)

2. Kritik Sumber

Langkah kedua yang dari penelitian sejarah adalah kritik sumber. Operasi

pertama dalam melakukan kritik sumber disebut sebagai kritik eksternal, dan selanjutnya dilakukanlah kritik evidensi “internal”. Seorang peneliti tidak akan menerima begitu saja apa yang tercantum dan tertulis dalam sumber-sumber tersebut.

Peneliti harus menyaring informasi dari sumber secara kritis, terutama terhadap

sumber pertama, agar terjaring fakta yang menjadi pilihannya. Peneliti dihadapkan

pada kebutuhan untuk membedakan mana yang benar dan yang tidak benar, mana

yang mungkin dan mana yang meragukan atau mustahil. Fungsi kritik sumberlah

yang menjadikan karya sejarah merupakan produk dari suatu proses ilmiah yang

dapat dipertanggungjawabkan, bukan hasil dari suatu fantasi, manipulasi ataupun

fabrikasi. Kritik sumber umumnya dilakukan terhadap sumber pertama. Kritik ini

menyangkut verifikasi sumber yaitu pengujian mengenai kebenaran atau ketepatan

dari sumber itu. Meskipun demikian, bukan berarti sumber keduapun luput dari tahap

kritik. Setiap sumber, baik itu sumber pertama maupun sumber kedua memiliki

teknik tersendiri dalam mengkritik.

A. Kritik Eksternal

Kritik eksternal adalah suatu penelitian atas asal-usul dari sumber, suatu

pemeriksaan atas catatan atau peninggalan itu sendiri untuk mendapatkan semua

informasi yang mungkin, dan untuk mengetahui apakah pada suatu waktu sejak

asal mulanya sumber itu telah diubah oleh orang-orang tertentu atau tidak. Kritik

eksternal harus menegakkan fakta dari kesaksian bahwa kesaksian itu

benar-benar diberikan oleh orang-orang pada waktu ini. Kesaksian juga harus bertahan

tanpa ada perubahan ataupun tambahan dan penghilangan-penghilangan yang

substansial. Fungsi dari kritik eksternal diantaranya memeriksa sumber sejarah

dan menegakkan sedapat mungkin otentisitas dan integritas dari sumber itu.

B. Kritik Internal

Kebalikan dari kritik eksternal, maka kritik internal lebih menekankan

aspek dalam yaitu dari isi sumber. Fungsi dari kritik internal adalah untuk melihat

(4)

menguji reabilitas sumber-sumber yang diperoleh. Langkah yang dilakukan

dalam kritik internal adalah dengan cara mebandingkan sumber yang satu dengan

yang lainya.

Kritik internal pada sumber tertulis dilakukan dengan melihat apakah isi buku,

artikel, maupun dokumen dapat memberikan informasi yang dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah sesuai dengan kaidah keilmuwan yang

berlaku . setelah membaca seluruh sumber tertulis, peneliti juga membandingkan

sumber yang satu dengan sumber yang lain apakah terdapat kesamaan atau

perbedaan sehingga dapat dinilai informasi mana yang dapat dipercaya.

3. Interpretasi

Menururt Tosh dalam buku Sjamsuddin (2007, hlm.158), ketika menulis

sejarah, ada dua dorongan utama yang menggerakan, yaitu mencipta ulang (re-create)

dan menafsirkan (interpet). Dorongan pertama menuntut deskripsi dan narasi,

sedangkan dorongan kedua menuntut analisis. Interpretasi atau penafsiran adalah

proses komunikasi melalui lisan atau gerakan antara dua atau lebih pembicara yang

tak dapat menggunakan symbol-simbol yang sama, baik secara simultan ataupun

berurutan. Seorang peneliti dituntut untuk dapat menginterpretasikan sebuah masalah

dengan cukup objektif. Untuk menginterpretasikan sejarah, imajinasi diperlukan

dengan batasan keadaan yang sebenarnya. Penggunaan imajinasi dalam interpretasi

terlebih lagi eksplanasi (penjelasan) penting.

Menurut Kuntowijoyo, seorang peneliti sejarah, dalam pekerjaannya harus

dapat membayangkan apa yang sebenarnya, apa yang sedang terjadi, dan apa yang

terjadi sesudahnya. Dalam kasus-kasus yang ada ini, batasan yang dipakai sangat

jelas. Pembatasan yang seharusnya dilakukan adalah, membatasi interpretasi yang

berkembang khusus pada keadaan yang sebenarnya terjadi. Jadi jika imajinasi yang

berkembang menjadi meng-interpretasi-kan keadaan yang bukan sebenarnya terjadi,

maka telah terjadi manipulasi peristiwa yang sebenarnya.Kemampuan interpretasi

adalah menguraikan fakta-fakta sejarah dan kepentingan topik sejarah, serta

(5)

benar-benar aktual terjadi. Yang ada hanyalah interpretasi-interpretasi historis

(Sartono, 1993, hlm. 42).

Interpretasi sendiri memiliki dua macam cara penafsiran yaitu determinisme

dan kemauan bebas manusia. Penafsiran determinisme menekankan aspek keturunan

(fisik, biologis, rasial) dan lingkungan geografis, ekonomi, sosiologis, teori orang

besar, spiritual, sintesis dan teknologi.

4. Historiografi

Historiografi berarti karya sejarah dari masa lampau sampai masa sekarang

(dikenal dengan nama sejarah kontemporer). Dalam penulisan sejarah, wujud dari

historiografi merupakan paparan, penyajian, presentasi, atau penampilan yang sampai

kepada pembaca atau pemerhati sejarah. Paling tidak secara bersamaan digunakan

tiga bentuk teknik dasar tulis menulis sebagai wahana yaitu, deskripsi, narasi, dan

analisis.

Jika penulis sejarah yang berorientasi kepada peristiwa saja, maka akan

menggunakan porsi deskripsi dan narasi yang lebih banyak, sedangkan jika

berorientasi kepada problema, selain menggunakan deskripsi dan narasi, akan lebih

mengutamakan analisis. Sehubungan dengan teknik deskripsi, narasi, dan analisis,

sebenarnya banyak penulis sejarah yang kebanyakan karyanya adalah bercerita

tentang cerita yang sebenarnya. Hanya saja teknik deskripsi-narasi sering dikaitkan

dengan bentuk penulisan sejarah lama, sedangkan teknik analitis-kritis dikaitkan

dengan bentuk penulisan sejarah baru yang dianggap lebih ilmiah (Sjamsuddin, 2007,

hlm. 237).

3.1.2 Teknik Penelitian

Teknik penelitian merupakan cara-cara yang digunakan dalam upaya

mengumpulkan data dan informasi sesuai dengan penelitian ini. Dalam penelitian ini,

peneliti menggunakan teknik penelitian studi literarur. Peneliti melakukan studi

literarur dengan cara mengumpulkan buku, jurnal, dan artikel, skripsi yang relevan

(6)

tersebut telah melalui tahap seleksi yang tentunya dapat dipercaya kebenarannya.

sumber literatur tersebut digunakan oleh peneliti untuk menjelaskan mengenai

peranan William the Conqueror di Kerajaan Inggris tahun 1066-1087. Pada dasarnya

peneliti mengalami kesulitan dalam pengumpulan sumber karena literarur yang

tersedia banyak dan lengkap dalam bahasa Inggris. Dalam upaya mengumpulkan

sumber literarur ini, peneliti mengadakan kunjungan ke beberapa perpustakaan

3.2Persiapan Penelitian

Pada tahap ini, peneliti melakukan beberapa hal dalam menyusun penelitian

ini. Setelah peneliti membaca berbagai literatur, peneliti memilih dan menentukan

topik penelitian yang akan dikaji. Kemudian setelah menentukan topik, peneneliti

menyusun rancangan penelitian dan melaksanakan ujian proposal skripsi, mengurus

perizinan, menyiapkan perlengkapan penelitian, dan proses bimbingan.

3.2.1 Penentuan dan Pengajuan Topik

Kegiatan paling awal dan penting dalam penelitian ilmiah adalah mengajukan

topik penelitian. Topik penelitian adalah masalah atau objek yang harus dipecahkan

melalui penelitian ilmiah (Abdurrahman, 2007, hlm. 54). Sedangkan menurut Herlina

(2011) topik penelitian adalah kejadian atau peristiwa (fenomena), atau pokok

persoalan yang akan dijadikan sebagai subjek penelitian. Topik penelitian sebaiknya

dipilih berdasarkan kedekatan emosional dan kedekatan intelektual. Hal ini berarti

bahwa topik bisa ditemukan atas kegemaran tertentu atau pengenalan yang lebih

dekat tentang hal-hal yang terjadi disekitarnya atau menurut pengalaman peneliti

sendiri. Selain itu, pemilihan topik didasarkan atas keterkaitan peneliti dengan

disiplin ilmu atau aktivitasnya dalam masyarakat. Biasanya ada empat hal yang

dijadikan bahan pertimbangan untuk menentukan topik, yaitu:

1. Ada dalam jangkauan kemampuan, yaitu cukup memiliki bekal pengetahuan

untuk menggarapnya, cukupnya biaya yang tersedia, waktu yang disediakan

memadai dan memungkinkan dapat dijalin kerja sama dengan pihak lain, tidak

(7)

2. Bahan/sumber/data cukup tersedia. Meskipun peneliti dapat menentukan topic

yang sangat baik, namun apabila sumber atau data tidak cukup tersedia atau sulit

ditemukan akan menyulitkan penelitian.

3. Cukup pentingnya topik untuk diteliti. Pembahasan topik memberikan sumbangan

berharga untuk ilmu pengetahuan, sumbangan tersebut dapat berwujud materi

pengetahuan, tata kerja atau metodologi. Selain itu boleh jadi topik yang diambil

merupakan duplikasi dari penelitian yang sudah dilakukan karena mungkin

penelitian sebelumnya validitasnya diragukan.

4. Topik menarik untuk diteliti. Ada baiknya jika topik yang diambil manarik dan

dapat membangkitkan minat serta semangat peneliti sendiri.

Topik atau pokok persoalan sebagai subyek penelitian dapat diperoleh dari

beberapa sumber, seperti dari mahasiswa lain, dosen, atau konsultan. Adapun topik

penelitian yang diambil oleh peneliti adalah Peranan William the Conqueror di

Inggris pada masa awal Abad Pertengahan. Bermula dari ketertarikan peneliti

mengkaji mengenai sejarah Eropa yang berhubungan dengan sejarah bangsa Viking

serta pengaruhnya di Eropa abad ke-8 M. Hanya saja, sumber yang ada kebanyakan

berbahasa asli Norwegia, Denmark, Swedia. Peneliti tidak memiliki kemampuan

lebih dalam berbahasa asing selain bahasa Inggris, sehingga kesulitan untuk

mengolah sumber meskipun yang didapat cukup banyak. Setelah itu, peneliti

berdiskusi dengan salah seorang dosen yang mengajar mata kuliah Sejarah Peradaban

Barat, Pak Iriyadi. Dosen tersebut memberikan saran kepada peneliti yang tertarik

dengan bangsa Viking Eropa untuk mengkaji mengenai tokoh Viking yang memiliki

peranan penting di Eropa, yaitu William the Conqueror. Peneliti tertarik dengan

tokoh tersebut karena dosen tersebut menggambarkan sekilas mengenai sosok

William yang merupakan keturunan Viking di Normandia, Perancis dan menjadi raja

Inggris. Kedudukan William sendiri adalah seorang Duke atau pangeran Normandia,

yang pada saat itu berada di bawah kekuasaan Kekaisaran Perancis. Akan tetapi di

(8)

Dari hasil diskusi tersebut peneliti mempunyai ketertarikan untuk membahas

peranan William di kerajaan Inggris tahun 1066-1087 yang pada saat itu merupakan

awal Abad Pertengahan. Pertanyaan awal peneliti adalah apa yang dilakukan William

di Inggris ketika menjabat sebagai raja, mengapa William bisa menjadi raja

mengingat latar belakang William yang merupakan Duke of Normandy terlebih

adalah keturunan bangsa Viking, bagaimana dengan kondisi Normandia yang

ditinggalkan oleh pemimpinnya selama William di Inggris, Bagaimana hubungan

Inggris dan Perancis pada saat William menjadi raja Inggris. Dari ide awal ini,

peneliti kemudian membaca kembali literatur mengenai sejarah Eropa. Dari hasil

pembacaan beberapa literatur, peneliti mendapatkan suatu peristiwa dalam sejarah

Eropa yang berhubungan dengan ide awal penulisan skripsi in. Peneliti kemudian

menarik ide awal penulisan ini kedalam sejarah invasi Normandia ke beberapa

wilayah di Eropa terutama ke Inggris pada awal Abad Pertengahan.

3.2.2 Penyusunan Rancangan Penelitian

Langkah awal yang harus dilakukan sebelum melakukan penelitian adalah

menyusun rancangan penelitian yang merupakan kerangka dasar dan diajukan acuan

dalam penyusunan skripsi. Rancangan ini berupa proposal skripsi yang diajukan

kepada TPPS untuk dipresentasikan dalam seminar proposal skripsi. Proposal skripsi

disusun sesuai dengan kaidah-kaidah yang telah ditetapkan oleh bagian akademik

Departemen Pendidikan Sejarah maupun Universitas Pendidikan Indonesia yang

terdiri dari:

1. Judul penelitian

2. Latar belakakang masalah

3. Rumusan masalah dan batasan penelitian

4. Tujuan penelitian

5. Manfaat penelitian

6. Metode penelitian

7. Tinjauan pustaka (penggunaan teori, konsep, serta buku yang digunakan dalam

(9)

8. Penelitian terdahulu

9. Struktur penulisan

10.Daftar pustaka

3.2.3 Mengurus Perizinan

Untuk kelancaran penelitian guna mendapatkan sumber yang relevan dengan

topik yang dikaji, peneliti membutuhkan perlengkapan penelitian. Pada tahap ini,

peneliti mulai memilih lembaga/instansi yang dapat memberikan data dan fakta yang

relevan dengan penelitian. Pengurusan surat perizinan dilakukan di Departemen

Pendidikan Sejarah yang kemudian diserahkan kepada bagian akademik FPIPS untuk

memperoleh izin dari dekan FPIPS.

3.2.4 Menyiapkan Perlengkapan Penelitian

Sebelum melaksanakan kegiatan penelitian, peneliti mempersiapkan beberapa

hal yang diperlukan dalam menyediakan perlengkapan yang akan dibutuhkan dalam

penelitian. Perlengkapan penelitian merupakan aspek yang penting agar proses

penelitian berjalan lancar. Agar mendapatkan hasil yang diharapkan dalam proses

penelitian, maka peneliti harus mempersiapkan perlengkapan penelitian dengan baik.

Hal pertama yang dilakukan adalah membuat surat perizinan penelitian guna

memperlancar penelitian yang akan dilakukan.

3.2.5 Proses Bimbingan

Penelitian skripsi memuat berbagai aturan, salah satunya adalah proses

bimbingan dengan dosen pembimbing skripsi. Proses bimbingan merupakan kegiatan

yang harus selalu dilakukan oleh peneliti selama penyusunan skripsi. Proses

bimbingan ini dapat membantu dalam menentukan langkah yang tepat dari setiap

kegiatan penelitian yang dilakukan. Proses bimbingan berguna dalam hal

berkonsultasi dan berdiskusi mengenai berbagai masalah yang dihadapi dalam

penyusunan skripsi dengan dosen pembimbing skripsi. Selama proses penyusunan

(10)

waktu dan teknik bimbingan yang telah disepakati bersama sehingga bimbingan dapat

berjalan lancar dan diharapkan penyusunan skripsi dapat memberikan hasil sesuai

dengan ketentuan.

3.3Pelaksanaan Penelitian

Setelah melakukan persiapan penelitian, maka tahap selanjutnya adalah

pelaksanaan penelitian. Dalam pelaksanaan penelitian ini yang menggunakan metode

historis terdapat beberapa langkah dalam melakukan penelitian yaitu heuristik, kritik,

interpretasi, dan historiografi. Kegiatan-kegiatan tersebut memiliki peranan yang

penting untuk menentukan penyajian hasil penelitian dalam bentuk sebuah tulisan.

Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap-tahap tersebut akan diuraikan di bawah

ini.

3.3.1 Heuristik

Heuristik merupakan sebuah kegiatan awal dalam penelitian sejarah.

pengumpulan sejarah yang digunakan oleh peneliti adalah dengan mengumpulkan

sumber tertulis. Sumber tertulis itu berupa buku-buku, data-data, dan lain sebagainya.

Sumber tertulis yang digunakan oleh peneliti dalam penyususnan proposal skripsinya

berupa buku, ensiklopedia, dokumen, jurnal dan artikel yang relevan dari beberapa

tempat. Seperti yang diungkapkan peneliti dalam proposal skrispsinya yaitu peneliti

mencari dan mengumpulkan sumber-sumber tertulis berupa buku, dokumen, dan

artikel yang relevan dengan permasalahan yang dikaji.

Penelusuran sumber tertulis dilakukan dengan mendatangi beberapa

perpustakaan di sekitar kota Bandung, meliputi perpustakaan UPI, BAPUSIPDA,

Perpustakaan Dinas Kesajarahan Angkatan Darat, serta mengunjungi website resmi

yang relevan, seperti website resmi dari British Council, jurnal Universitas

Cambridge dan Oxford, BBC (British Board Casting). Selain itu, peneliti juga

memakai e-book (electronic book) untuk mempermudah mencari buku sumber yang

(11)

maupun yang tidak diterbitkan dapat ditelusuri secara utuh. Oleh karena itu, peneliti

sebagian menggunakan buku sejarah mengenai William the Conqueror dalam e-book

sebagai sumber penulisan. Berikut penjelasan lebih lanjut:

a. Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia. Di perpustakaan ini peneliti

mendapatkan buku yang berjudul William the Conqueror karya George

Scolombe, The Spirit of English History karya A.L Rowse, The Cambridge

Medieval History karya J. R. Tanner, The Western Heritage From the Earliest

Times to the Present karya Easton, The Norman Achievement karya David

Douglas, A History of The Vikings karya Gwyn Jones, Europe in the Middle Ages

karya Hoyt, Illustrated History of English Literature Volume One karya A.C

Ward, A History of The Middle Ages 284-1500 karya Sidney Painter dan masih

banyak lagi yang lainnya termasuk ensiklopedia-ensiklopedia.

b. Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah. Di perpustakaan ini peneliti mendapatkan

buku karya Michael Hart berjudul The 100: A ranking of The Most Influential

Persons in History Revised and Updated for The Nineties, A Brief History of the

Normans (An Accessible and Authoritative Introduction) karya F. Neveux.

c. Perpustakaan Dinas Kesejarahan Angkatan Darat. Di perpustakaan ini peneliti

mendapatkan Britannica Encyclophedia karya H.C Darby, Anglo-Saxon England

karya F. M Stenton, dan buku karya Gerald Simons berjudul The Birth of Europe.

d. Sumber jurnal ilmiah yang didapat dari e-book ataupun jurnal dan artikel ilmiah

yang diterbitkan dan diposting di internet oleh lembaga pendidikan ternama,

seperti dari Universitas Cambridge dan Oxford. Tidak hanya itu, peneliti juga

menemukan artikel ilmiah yang ditulis oleh website Science Nordic. Website ini

merupakan situs majalah ilmiah yang ditulis oleh lembaga dengan nama yang

sama yaitu Science Nordic yang membahas khusus mengenai bangsa di

Skandinavia. Jika melihat isi dari majalah tersebut, dapat disimpulkan bahwa

majalah tersebut giat melakukan wawancara dengan sejarawan, kurator museum

(12)

Sumber tertulis yang telah didapat kemudian dibaca, dipahami dan dikaji

untuk melihat kesesuaiannya dengan permasalahan penelitian. Peneliti mencatat

hal-hal penting yang didapat dari tiap sumber, seperti daftar pustaka dan kutipan-kutipan

yang diperlukan.

3.3.2 Kritik Sumber

Kritik sumber merupakan tahap kedua dalam penelitian sejarah. fungsi kritik

sumber erat kaitanya dengan tujuan sejarawan itu dalam rangka mencari kebenaran,

sejarawan dihadapkan dengan kebutuhan untuk membedakan apa yang benar, apa

yang tidak benar (palsu), apa yang mungkin dan apa yang meragukan atau mustahil

(Sjamsuddin, 2012, hlm. 103). Kritik sumber dibedakan menjadi dua macam, yaitu

kritik eksternal dan internal.

a. Kritik eksternal

Kritik eksternal lebih banyak dilakukan untuk sumber primer. Sedangkan,

dalam penulisan karya penelitian ini, peneliti banyak menggunakan sumber sekunder

atau sumber kedua dan seterusnya yang bukan berasal dari tokoh ataupun saksi

sejarah. Dalam sumber sekunder terlihat objek kajianya cukup jauh dengan waktu

yang dilakukan pada saat penelitian, dan peneliti kesulitan untuk melakukan

penelitian langsung baik secara lisan maupun tulisan. Sumber sekunder yang

dimaksud peneliti adalah buku-buku yang berkaitan dengan materi penelitian.

Meskipun kritik eksternal lebih banyak dilakukan pada sumber primer, peneliti tetap

melakukan tahap ini. Hal ini dikarenakan pentingnya sebuah buku untuk dikaji mulai

dari siapa pengaranya, untuk kepentingan apa buku tersebut dibuat, daftar pustaka

yang digunakan dalam penulisan buku tersebut agar peneliti pasti dengan buku

tersebut bisa dijadikan sumber penelitian. Sumber utama yang akan digunakan

peneliti diantaranya:

1. Buku karya George Edward Slocombe berjudul William the Conqueror. Seorang

(13)

biografi yang telah Slocombe tulis mengenai William the Conqueror ini bagaikan

memiliki tujuan tersendiri, untuk kepentingan politik. Sisi hitam dan putih dari

tokoh William digambarkan secara jelas, tanpa memperlihatkan ketidaksenangan

penulis terhadap tokoh tersebut. Slocombe ini juga pernah dicurigai sebagai

mata-mata Uni Sovyet di Inggris.

2. Buku karya David Charles Douglas berjudul William the Conqueror: The Norman

Impact Upon England. Sebagai guru besar sejarah Inggris, terutama periode

bangsa Norman, lulusan Universitas Cambridge dan Universitas Oxford ini dalam

menulis sejarah bangsa Norman terkesan mengarah kepada besarnya kekuatan

yang dimiliki orang Normandia di Inggris. Douglas menyertakan sumber dan

bukti mengenai pengaruh bangsa Norman di Inggris. Dalam buku tersebut, tetap

saja terlihat unsur subjektifitas dari penulis buku mengenai bangsa Norman. Hal

ini tidak mengherankan karena Douglas adalah seorang yang ahli dalam menulis

sejarah orang-orang Normandia.

3. Buku karya A.L Rowse berjudul The Spirit of English History. Jika dilihat dari

riwayat hidup Rowse, penulis buku ini memiliki latar belakang sebagai ahli

literatur Inggris. Bahkan Rowse menerima berbagai kehormatan dari

universitas-universitas di Inggris. Pada mulanya, Rowse memiliki ketertarikan terhadap puisi

dan sastra, kemudian sejarah. Sebagai penulis literatur atau sastra sejarah, buku

ini memiliki tingkat subjektifitas yang tidak terlalu tinggi. Apa yang ditulis oleh

Rowse mengenai sejarah Inggris memang singkat, akan tetapi disertakan dengan

bukti dalam buku seperti gambar-gambar ataupun naskah kuno dan peninggalan

berupa fisik lainnya. Peneliti berfikir bahwa Rowse hanya berusaha menulis

sejarah Inggris seperti apa yang ditemukan dalam bukti-bukti yang telah

ditunjukkan. Buku ini juga terbilang buku bacaan yang menarik untuk berbagai

kalangan, tidak hanya para pelajar saja.

4. Buku karya Joseph Robert Tanner berjudul The Cambridge Medieval History.

Pertama kali mendengar judul buku ini peneliti bertanya-tanya mengapa harus

diberi nama The Cambridge sedangkan isi buku tidak hubungannya dengan

(14)

John’s College, Cambridge, Inggris. Pembahasan mengenai pendudukan bangsa Normandia di Inggris diulas secara rinci dengan bahasan yang baku. Dikarenakan

buku ini ditulis untuk kepentingan akademik, maka penulisan buku tersebut

dinilai objektif. Meskipun Inggris diduduki oleh bangsa Normandia dan

membawa perubahan yang cukup besar bagi Inggris, akan tetapi Tanner tetap

menuliskan dampakpositif dari pendudukan Bangsa Normandia di Inggris disertai

berbagai bukti

5. Buku karya Neveux berjudul A Brief History of the Normans (An Accessible and

Authoritative Introduction). Penulisan sejarah bangsa Norman oleh penulis asal

Perancis ini memperlihatkan bagaimana sejarah bangsa Norman jika dilihat dari

sudut pandang Perancis. Unsur sebjektifitas dalam buku ini terlihat ketika

bagaimana Neveux menuliskan kejayaan bangsa Norman terutama di bawah

pimpinan William, kemenangan Perang Hastings, dan pencapaian bangsa Norman

di Eropa.

Kritik eksternal juga dilakukan pada sumber-sumber yang berasal dari

internet. Hal pertama yang peneliti lakukan adalah dengan melihat nama domain

web-nya. Domain yang digunakan adalah domain tertutup yang biasa digunakan oleh

institusi-institusi pendidikan untuk sarjana strata satu. Hal yang kedua yang peneliti

lakukan adalah kritik terhadap pengelola situs. Setelah melakukan kritik ini peneliti

berkesimpulan bahwa situs tersebut merupakan situs terpercaya karena berasal dari

suatu lembaga pendidikan setingkat universitas, bukan situs-situs internet yang bisa

dibaca bebas seperti blogspot ataupun wordpress. Pengelolanya sendiri merupakan

guru besar yang aktif menulis mengenai sejarah Inggris pada Abad Pertengahan.

Seperti tulisan karya Thomas H. M. yang berjudul The Norman Conquest England

After William The Conqueror. Thomas adalah penulis lulusan Universitas Oxford.

Thomas juga menulis buku yang berjudul The English and the Normans: Ethnic

History, Assimilation, and Indentity 1066-1220. Dilihat dari karyanya, maka Thomas

dapat dikatakan sebagai penulis sejarah yang aktif dengan konsentrasi sejarah Bangsa

(15)

Langkah selanjutnya yang peneliti lakukan adalah mengkritisi kriteria fisik

dari web tersebut. Peneliti mengambil contoh e-book yang berjudul The Domesday

Book. Buku tersebut sebenarnya sudah diterbitkan di London untuk pertama kalinya

tahun 1985. Buku ini ditulis oleh T. Hinde. Akan tetapi buku tersebut diposting ke

dalam e-book agar orang-orang bisa membacanya tanpa harus membayar. Tampilan

buku tersebut lengkap dengan sampul dan isinya lengkap, sebagaimana buku

biasanya.

b. Kritik Internal

Kritik internal dilakukan guna menguji kredibilitas (dapat dipercaya) dan

reabilitas sumber-sumber yang diperoleh. Langkah yang dilakukan dalam kritik

internal adalah dengan cara mebandingkan sumber yang satu dengan yang lainya.

Pada tahap ini peneliti mencoba untuk memutuskan apakah buku, artikel, maupun

dokumen yang telah dikumpulkan dapat dipertanggungjawabkan dan bersifat

objektif. Kritik internal pada sumber tertulis dilakukan dengan melihat apakah isi

buku, artikel, jurnal maupun dokumen dapat memberikan informasi yang dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah sesuai dengan kaidah keilmuwan yang berlaku.

setelah membaca seluruh sumber tertulis, peneliti juga membandingkan sumber yang

satu dengan sumber yang lain apakah terdapat kesamaan atau perbedaan sehingga

dapat dinilai informasi mana yang dapat dipercaya.

Pada tahap internal ini memang peneliti melakukan kredibilitas dari

sumber-sumber sekunder yang didapatkan. Penggunaan kritik internal ini dilakukan peneliti

dengan cara membandingkan banyak buku yang relevan dengan kajian penelitian

yang dilakukanya. Ternyata dalam kritik internal ini, peneliti mendapatkan

sumber-sumber yang sesuai diantara perbandingan buku satu dengan yang lainya. Sehingga

peneliti mempercayai sumber-sumber yang didapatnya itu adalah sumber-sumber

yang valid, walaupun disetiap buku tersebut memiliki subjektifnya tersendiri karena

sumber-sumber itu independen. Tetapi, dalam pengungkapan pembahasan yang

(16)

peneliti menguji kevaliditasan sumber tersebut dengan memperoleh informasi dari

website terpercaya.

Seperti dalam buku biografi William the Conqueror dengan judul yang sama

yaitu William the Conqueror karya George Scolombe terdapat informasi mengenai

William menjadi Raja Inggris karena perjanjian dengan Edward III sebagai raja

Inggris yang akan memberikan tampuk kekuasaan Kerajaan Inggris kepada William

pada suatu hari nanti. Informasi tersebut di setiap buku yang menjadi sumber utama

hampir sama dengan pernyataan yang demikian, meskipun dalam beberapa buku

ditambahkan dengan informasi yang baru. Hal itu menunjukkan bahwa informasi

yang didapat bisa dikatakan benar dan dapat dipercaya. Hasil dari kritik eksternal

maupun internal terhadap sumber tertulis adalah sesuatu yang menurut peneliti valid

keadaannya. Hal ini kemudian akan dipergunakan dalam proses selanjutnya.

3.3.3 Interpretasi

Interpretasi adalah menafsirkan keterangan dari sumber-sumber sejarah

berupa fakta yang terkumpul dengan cara dirangkai dan dihubungkan sehingga

tercipta penafsiran sumber sejarah yang relevan dengan permasalahan. Tahap

interpretasi ini juga dapat diartikan sebagai pemberian makna terhadap data atau fakta

yang sebelumnya sudah dikumpulkan. Sjamsuddin (2007, hlm. 158) menjelaskan

bahwa disadari atau tidak, para sejarawan berpegang pada satu atau kombinasi

beberapa filsafat sejarah yang menjadi dasar penafsirannya. Filsafat sejarah yang

mendasari hal tersebut dibagi menjadi dua yaitu determinisme dan kemauan bebas

(free will). Dalam penafsiran terhadap fakta-fakta sejarah yang terdapat dalam

penelitian ini, peneliti menggunakan pemikiran deterministik “orang besar” (Great

Men Theory). Manusia menjadi faktor dan pemegang utama dan manusia menentukan

jalannya peristiwa-peristiwa. Akan tetapi, tokoh besarlah yang menjadi penyebab

utama dalam perkembangan sejarah Yang dimaksud dengan tokoh besar seperti para

(17)

Karena penelitian ini membahas secara khusus mengenai seorang raja dengan segala

kekuasaan yang dimilikinya.

Judul penelitian ini adalah William the Conqueror: Peranan Duke of

Normandy di Kerajaan Inggris 1066-1087. Penelitian ini mefokuskan masalah pada

peranan William the Conqueror. Sebagai pemimpin Normandia sekaligus raja

Inggris, William memiliki pengaruh yang penting di Inggris. Kebijakan-kebijakan

yang dibuat sebagai peraturan yang harus ditaati oleh masyarakat Inggris. Bahkan

William diakui dalam sejarah Inggris sebagai orang yang berpengaruh dan mengubah

sejarah Inggris. Mengingat dalam sejarah Eropa Abad Pertengahan William adalah

salah satu tokoh yang memiliki pengaruh besar, maka untuk memahami tokoh

tersebut tidak hanya dengan membaca buku biografi saja, melainkan juga hal-hal

yang berkaitan dengan tokoh tersebut. Peneliti juga harus mampu memahami

bagaimana sejarah Eropa serta kondisi masyarakat Eropa terutama Normandia dan

Inggris yang memiliki hubungan langsung dengan William. Hal ini berarti bahwa

dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan penafsiran sosiologis dengan

mencoba melihat asal-usul, struktur dan kegiatan manusia dalam interaksinya dengan

lingkungan fisiknya.

Mengenai masalah objektivitas atau subjektivitas, sejarah sebagaimana yang

telah dipahami bukanlah masa lalu melainkan catatan dan atau ingatan mengenai

masa lalu. Oleh sebab itu, jika tidak ada catatan atau ingatan maka tidak ada sejarah.

Sebagai catatan, tentu ada orang yang mecatat. Pencatat sebagai manusia juga

memiliki pandangan sendiri, memiliki prasangka sendiri yang memasuki catatan dan

memberi warna tertentu kepadanya sehingga disebut memihak atau bias. Penulis

sejarah terkadang dalam menuliskan sejarah memiliki pemihakan pribadi atau

prasangka kelompok mengenai tokoh atau sejarah yang tengah ditulisnya.

Bagaimanapun penulisan sejarah tidak boleh memihak dan tidak bersifat pribadi.

Semua karya sejarah yang argumentasi dan kesimpulannya diputar balik untuk

tujuan-tujuan prasangka atau propaganda dianggap buruk (Sjamsuddin, 2007, hlm.

(18)

Persoalan suka dan tidak suka pribadi peneliti terhadap sosok William the

Conqueror tidak terlalu berpengaruh besar terhadap penelitian ini, karena peneliti

sebisa mungkin memaparkan sosok William secara netral tanpa

mengagung-agungkan sisi positif ataupun merendahkan sisi negatif dari tokoh yang peneliti kaji

dalam penulisan skripsi ini. Ada penulis sejarah seperti Carlyle yang mengagumi

orang-orang besar, begitupun dengan peneliti yang mengagumi tokoh William setelah

membaca biografi tokoh tersebut. Dikarenakan penelitian ini mengenai seorang tokoh

besar, maka dalam proses penelitian ini lebih banyak mengkaji biografi yang

mempunyai peluang besar adanya bias pribadi.

Untuk mengatasi hal tersebut peneliti sebisa mungkin mencari sumber tertulis

yang tidak hanya bersumber dari karya orang Inggris saja melainkan juga dari

Perancis. Kalimat Peranan Duke of Normandy di Kerajaan Inggris tahun 1066-1087

mewakili tafsiran peneliti bahwa peneliti ini menulis sosok William tanpa dasar

ketidaksukaan atau rasa suka peneliti terhadap William. Peneliti hanya ingin

menegaskan bahwa William bukan hanya sebagai raja Inggris melainkan juga sebagai

Duke of Normandy. Jabatan Duke memang tidak lebih tinggi dari Prince, namun

bagaimanapun William memiliki tanggung jawab yang cukup besar untuk memimpin

Normandia di tengah kondisi para bangsawan menentangnya. Meskipun demikian,

peneliti tidak dapat memungkiri bahwa William merupakan sosok yang berani

menaklukkan Inggris, dan pengaruhnya cukup besar di Inggris. Tentunya penelitian

ini merupakan hasil analisis peneliti berdasarkan teori setelah membaca buku-buku

sumber, artikel terkait, dan jurnal yang berhubungan dengan bahasan penelitian.

3.3.4 Historiografi

Dalam tahap historiografi ada dua hal yang perlu diperhatikan, diantaranya

adalah eksplanasi (penjelasan) dan expose (penyajian). Tahap eksplanasi yang

digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kausalitas.

Pendekatan ini menitikberatkan pada sebab akibat suatu peristiwa sejarah

berlangsung. Penulisan mengenai peranan William the Conqueror dimulai dari latar

(19)

akibat William menjadi raja Inggris. Selanjutnya dalam expose (penyajian) peneliti

menggunakan penyajian analitis-kritis. Penulisan sejarah yang bersifat analitis-kritis

dianggap sebagai sejarah akademik, orientasinya pada problema dan struktur

sehingga disebut sebagai sejarah struktural. Penyajian jenis ini biasanya digunakan

untuk kepentingan akademik seperti penulisan skripsi, tesis, desertasi dan lain-lain.

Dengan dilakukannya tahapan ini dapat memberikan kontribusi terhadap

permasalahan yang ada dan didapatkan benang merah sekaligus solusi dalam

menyelesaikan permasalahan tersebut. Peneliti menggunakan pendekatan

interdisipliner untuk membantu dalam merangkai dan menghubungkan fakta yang

telah diuji kebenaranya. Pendekatan multiaspek yang peneliti lakukan diantaranya

dengan melakukan pendekatan terhadap ilmu sosial lain seperti, politik, sosiologi,

antropologi, ekonomi dan ilmu lainnya. Selain itu, peneliti juga menuliskan analisis

terhadap permasalahan dalam penelitian ini dengan menggunakan teori-teori yang

relevan dengan permasalahan, sehingga dapatlah dikatakan bahwa penyajiannya

Referensi

Dokumen terkait

POKJA BARANG DANJASA LAINNYA Unit Layanan Pengadaan (ULP).. Kabupaten

- Enzim ptialin (amylase ludah) menguraikan amilum menjadi maltase - Enzim pepsin adalah protease yang berperan memecah molekul protein menjadi peptisokarase

Sebagian penyair dalam kurasi ini belum pernah mempublikasikan puisi-puisinya (dengan berbagai alasan), sebagian lagi hidup dalam “pulau-pulau puisi” melalui

Kadang- kadang limbah cair masih mengandung bahan yang tidak dapat diolah oleh mikroorganisme yang ada dalam tanah atau saluran pembuangan, seperti senyawa kimia yang

Dari hasil analisis data pada histogram yang diperoleh dari check sheet terlihat adanya 3 jenis kecacatan yang terjadi dari yang terbesar adalah kecacatan bentuk (2,44%),

Dalam penelitian ini mekanisme corporate governance yang digunakan untuk menunjukkan pengaruh manajemen laba yaitu: kepemilikan manajerial, kepemilikan

Dengan adanya website Lelang Online Barang Antik berbasis PHP dan SMS Gateway ini, lelang dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja selama.. tersedia

Sesuai fungsi, tugas dan wewenang Dewan Perwakilan Rakyat Daerah untuk masa bakti 2009-2014 mempunyai Visi Misi : Mengacu kepada Arah kebijakan pembangunan daerah ditujukan