• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Beberapa Faktor Risiko Terhadap Terjadinya Penyakit Hepatitis C di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada Tahun 2012 - 2013 Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Antara Beberapa Faktor Risiko Terhadap Terjadinya Penyakit Hepatitis C di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada Tahun 2012 - 2013 Chapter III VI"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

5.1 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka kerangka konsep dalam

penelitian ini adalah :

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

5.2 Definisi Operasional

5.2.1 Penularan melalui darah adalah pemaparan melalui media darah

dan cairan tubuh yang terkontaminasi virus hepatitis C, seperti transfusi darah

yang tidak diskrining yang terinfeksi HCV dan produk-produknya, transplantasi

organ dari donor pengidap hepatitis C, dan pengguna obat bius dengan suntikan

intravena.

5.2.2 Penggunaan jarum suntik adalah seseorang yang pernah

menggunakan atau memakai atau mendapatkan perlakuan dengan jarum suntik

untuk pengobatan ataupun terapi.

5.2.3 Penularan melalui hubungan seksual adalah penyebaran atau

penularan virus HCV yang ditularkan melalui kontak alat kelamin ataupun

melakukan hubungan senggama dengan lawan jenis ataupun sesama jenis. o Penggunaan Jarum Suntik

o Riwayat ibu terinfeksi HCV

o Penularan melalui hubungan seksual

o Peminum Alkohol

o Penggunaan Tato dan Tindik

o Riwayat Operasi

o Penularan melalui darah

(2)

5.2.4 Riwayat ibu terinfeksi HCV adalah ibu dari seseorang tersebut

pernah atau sedang mengalami infeksi virus hepatitis B ketika sedang mengandung

ataupun selama proses kelahiran seorang bayi.

5.2.5 Peminum alkohol seseorang yang pernah dengan sengaja meminum

alkohol lebih dari sepuluh kali, kurang dari tiga bulan selama satu tahun.

5.2.6 Penggunaan tato dan tindik adalah seseorang yang ada atau sudah

pernah ada tato atau tindikan di bagian anggota tubuhnya. Tato adalah tinta ataupun

pigmen yang dimasukkan ke dalam kulit menggunakan jarum untuk seni tubuh

artistik yang dibuat sesuai dengan kehendak seseorang. Tindik adalah tindakan

menempelkan suatu perhiasan di tubuh seseorang dengan melubangi kulit atau bagian

tubuh agar perhiasan tersebut menempel.

5.2.7 Riwayat operasi adalah seseorang yang pernah dioperasi atau di

bedah di salah satu bagian tubuhnya.

(3)

5.4 Hipotesis Penelitian

Ada hubungan antara beberapa faktor risiko terhadap terjadinya penyakit

hepatitis C di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada tahun

(4)

BAB 4

METODE PENELITIAN

9.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan suatu studi deskriptif analitik dengan desain

cross sectional study. Data dikumpulkan dari rekam medik pasien, untuk

mengetahui hubungan antara beberapa faktor risiko terhadap terjadinya penyakit

hepatitis C.

9.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik

Medan. Penelitian ini akan dilakukan mulai pada bulan Juli 2014 sampai dengan

Desember 2014.

9.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian adalah seluruh rekam medik pasien penderita penyakit

hepatitis C di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan sejak tahun

2012-2013. Jenis sampel yang digunakan adalah total sampling, dimana

penentuan sampel dengan mengambil seluruh populasi sebagai subjek penelitian.

Kriteria Inklusi: semua pasien hepatitis C yang telah terdiagnosa dengan

anti-HCV positif.

Kriteria Eksklusi: penderita hepatitis yang tidak ada pemeriksaan anti

HCV.

9.4 Teknik Pengumpulan Data

Data diperoleh dengan melihat data sekunder pasien hepatitis C di Rumah

Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada tahun 2012-2013. Setelah

mendapatkan rekam medik, dilakukan pencatatan data karakteristik penderita

(5)

9.5 Pengolahan dan Analisis Data

Karakteristik data dan semua variabel yang diteliti, disajikan dalam bentuk

tabel untuk dianalisis. Data yang telah terkumpul kemudian diolah dengan

bantuan komputer menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service

(6)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

14.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik

(RSUP HAM) Kota Medan yang berlokasi di Jalan Bunga Lau No. 17, Kelurahan

Kemenangan Tani, Kecamatan Medan Tuntungan. Rumah Sakit ini merupakan

Rumah Sakit Pemerintah dengan Kategori Kelas A. Selain itu, RSUP Haji Adam

Malik Medan juga merupakan rumah sakit rujukan untuk Wilayah Sumatera yang

meliputi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat, dan Riau sehingga dapat

dijumpai pasien dengan latar belakang yang sangat bervariasi. Berdasarkan

Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 502/ Menkes/ IX/ 1991 tanggal 6

September 1991, RSUP Haji Adam Malik Medan ditetapkan sebagai rumah sakit

pendidikan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

RSUP H. Adam Malik Medan memiliki fasilitas pelayanan yang terdiri

dari pelayanan medis (instalasi rawat jalan, rawat inap, perawatan intensif, gawat

darurat, bedah pusat, hemodialisa), pelayanan penunjang medis (instalasi

diagnostik terpadu, patologi klinik, patologi anatomi, radiologi, rehabilitasi

medik, kardiovaskular, mikrobiologi), pelayanan penunjang non-medis (instalasi

gizi, farmasi, Central Sterilization Supply Depart (CSSD), bioelektrik medik,

Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS)), dan pelayanan

non-medis (instalasi tata usaha pasien, teknik sipil pemulasaraan jenazah)

14.2 Hasil Penelitian

Pada penelitian ini telah diambil data rekam medik dari pasien penderita

penyakit hepatitis C di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan sejak

tahun 2012-2013 sebanyak 32 buah. Dari keseluruhan rekam medik tersebut,

karakteristik yang diamati adalah jenis kelamin, rentang usia, proporsi penderita

hepatitis C yang mempunyai faktor risiko dan yang tidak mempunyai faktor

risiko.

(7)

14.2.1 Analisis Univariat

Analisis Univariat adalah cara analisis dengan mendeskripsikan atau

menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa membuat

kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Pada umumnya analisis

ini hanya menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap variabel. Analisis

Univariat ini terdiri dari jenis kelamin, usia, faktor risiko hepatitis C, seperti :

transfusi darah, penggunaan jarum suntik, riwayat ibu HCV, riwayat peminum

alkohol, riwayat seks bebas, riwayat operasi, riwayat tato / tindik.

Tabel 5.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah (f) Persentase (%)

Laki-Laki 23 71.9

Perempuan 9 28.1

Total 32 100.0

Pada tabel 5.1 dapat dilihat bahwa jenis kelamin laki-laki lebih banyak

mengalami penyakit hepatitis C dibanding perempuan, dimana laki-laki sebanyak

23 orang (71.9%), sedangkan perempuan sebanyak 9 orang (28.1%)

Tabel 5.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Usia

Rentang Usia Jumlah (f) Persentase (%)

≤17 0 0.0

18 – 40 11 34.4

≥41 21 65.6

Total 32 100.0

Pada tabel 5.2 dapat dilihat bahwa sampel dengan frekuensi terbanyak

adalah rentang usia ≥41 tahun, yaitu sebanyak 21 orang (65.6%), diikuti dengan

rentang usia 18-40 tahun dengan jumlah sebanyak 11 orang (34.4%), dan tidak

(8)

Tabel 5.3 Proporsi penderita hepatitis C yang mempunyai faktor risiko dan yang tidak mempunyai faktor risiko

Faktor Risiko Positif AntiHCV

Jumlah (f) Persentase (%)

Tidak Ada 4 12.5

Ada 28 87.5

Total 32 100.0

Pada tabel 5.3 dapat dilihat bahwa yang terdiagnosis positif AntiHCV

tidak mempunyai faktor risiko sebanyak 4 orang (12.5%) dan yang terdiagnosis

positif AntiHCV dan mempunyai faktor risiko sebanyak 28 orang (87.5%)

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Faktor Risiko

Faktor Risiko Jumlah (f) Persentase (%)

Transfusi Darah 6 18.8

Penggunaan Jarum Suntik 4 12.5

Riwayat Ibu HCV 0 0.0

Riwayat Alkohol 12 37.5

Riwayat Seks Bebas 2 6.3

Riwayat Operasi 4 12.5

Riwayat Tato / Tindik 5 15.6

Pada tabel 5.4 dapat dilihat bahwa faktor risiko dengan frekuensi tertinggi

adalah riwayat alkohol dengan jumlah sebanyak 12 orang (37.5%), dan yang

terendah adalah riwayat seks bebas sebanyak 2 orang (6.3%). Faktor risiko

(9)

Tabel 5.5 Distribusi Perbandingan Faktor Risiko Terjadinya Hepatitis C Berdasarkan Jenis Kelamin

Faktor Risiko Jumlah (f) Persentase (%)

Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan

Transfusi Darah 2 4 6.3 12.5

Penggunaan Jarum Suntik 4 0 12.5 0.0

Riwayat Ibu HCV 0 0 0.0 0.0

Riwayat Alkohol 12 0 37.5 0.0

Riwayat Seks Bebas 2 0 6.3 0.0

Riwayat Operasi 0 4 0.0 12.5

Riwayat Tato / Tindik 5 0 15.6 0.0

Pada tabel 5.5 dapat dilihat bahwa distribusi faktor risiko terbanyak pada

laki-laki adalah riwayat alkohol sebanyak 12 orang (37.5%) dan yang terendah

adalah transfusi darah sebanyak 2 orang (6.3%). Pada perempuan distribusi faktor

risiko yang terjadi adalah transfusi darah dan riwayat operasi dengan

masing-masing sebanyak 4 orang (12.5%).

Tabel 5.6 Distribusi Perbandingan Faktor Risiko Berdasarkan Rentang

Usia

Faktor Risiko Jumlah (f) Persentase (%)

≤17 18 – 40 ≥41 17 18 – 40 ≥41

Transfusi Darah 0 1 5 0.0 3.1 15.6

Penggunaan Jarum Suntik 0 4 0 0.0 12.5 0.0

Riwayat Ibu HCV 0 0 0 0.0 0.0 0.0

Riwayat Alkohol 0 1 11 0.0 3.1 34.4

Riwayat Seks Bebas 0 2 0 0.0 6.3 0.0

Riwayat Operasi 0 2 2 0.0 6.3 6.3

Riwayat Tato / Tindik 0 4 1 0.0 12.5 3.1

Pada tabel 5.6 dapat dilihat bahwa pada rentang usia 17 tahun tidak dijumpai

(10)

terbanyak adalah penggunaan jarum suntik dan tato/tindik dengan masing-masing

sebanyak 4 orang (12.5%) dan yang terendah adalah transfusi darah dan riwayat

alkohol sebanyak 1 orang (3.1%). Pada rentang usia ≥41 tahun dijumpai faktor risiko

terbanyak adalah riwayat alkohol sebanyak 11 orang (34.4%) dan yang terendah

riwayat tato / tindik sebanyak 1 orang (3.1%).

14.2.2 Analisis Bivariat

Analisis Bivariat adalah analisis hubungan antara variabel bebas (independen)

dengan variabel terikat (dependen) menggunakan uji Chi-square.

Tabel 5.7 Hubungan beberapa faktor risiko terhadap kejadian Hepatitis C

Variabel Kelompok Penelitian P RR

Sampel

Penggunaan Jarum Suntik 0.159 1.947

- Ya 4 (12.5) 33 (23.9)

Riwayat Operasi 0.626 1.26

- Ya 4 (12.5) 22 (15.9)

- Tidak 28 (87.5) 116 (84.1)

Riwayat Tato / Tindik 0.213 1.71

- Ya 5 (15.6) 36 (26.1)

(11)

1. Hubungan Transfusi Darah dengan kejadian Hepatitis C

Hasil analisis hubungan antara transfusi darah dengan kejadian

hepatitis C diperoleh bahwa ada sebanyak 6 sampel (18.8%) yang mempunyai

faktor risiko transfusi darah, sedangkan diantara kelompok kontrol ada 8 sampel

(5.8%) yang mempunyai faktor risiko transfusi darah. Hasil uji statistik diperoleh

nilai p=0.016 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara

transfusi darah dengan kejadian hepatitis C.

2. Hubungan Penggunaan Jarum Suntik dengan kejadian Hepatitis C

Hasil analisis hubungan antara penggunaan jarum suntik dengan

kejadian hepatitis C dapat dilihat bahwa ada 4 sampel (12.5%) yang mempunyai

faktor risiko penggunaan jarum suntik, sedangkan diantara kelompok kontrol ada

33 sampel (23.9%) yang mempunyai faktor risiko penggunaan jarum suntik. Hasil

uji statistik diperoleh nilai p=0.159 maka disimpulkan tidak ada hubungan antara

penggunaan jarum suntik dengan kejadian hepatitis C.

3. Hubungan Riwayat Alkohol dengan kejadian Hepatitis C

Hasil analisis hubungan antara riwayat alkohol dengan kejadian

hepatitis C dapat dilihat bahwa ada 12 sampel (37.5%) yang mempunyai faktor

risiko riwayat alkohol, sedangkan diantara kelompok kontrol ada 33 sampel

(23.9%) yang mempunyai faktor risiko riwayat alkohol. Hasil uji statistik

diperoleh nilai p=0.116 maka disimpulkan tidak ada hubungan antara riwayat

alkohol dengan kejadian hepatitis C.

4. Hubungan Riwayat Seks Bebas dengan kejadian Hepatitis C

Hasil analisis hubungan antara riwayat seks bebas dengan kejadian

hepatitis C dapat dilihat bahwa ada 2 sampel (6.3%) yang mempunyai faktor

risiko riwayat seks bebas, sedangkan diantara kelompok kontrol ada 98 sampel

(29.0%) yang mempunyai faktor risiko riwayat seks bebas. Hasil uji statistik

diperoleh nilai p=0.0001 maka dapat disimpulkan ada hubungan antara riwayat

seks bebas dengan kejadian hepatitis C. Hal ini menunjukkan bahwa subjek

dengan faktor risiko riwayat seks bebas mempunyai risiko 21.43 kali untuk

terjadinya kejadian hepatitis C dibandingkan subjek yang tidak mempunyai

(12)

5. Hubungan Riwayat Operasi dengan kejadian Hepatitis C

Hasil analisis hubungan antara riwayat operasi dengan kejadian

hepatitis C dapat dilihat bahwa ada 4 sampel (12.5%) yang mempunyai faktor

risiko riwayat operasi, sedangkan diantara kelompok kontrol ada 22 sampel

(15.9%) yang mempunyai faktor risiko riwayat operasi. Hasil uji statistik

diperoleh nilai p=0.626 maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara

riwayat operasi dengan kejadian hepatitis C.

6. Hubungan Riwayat Tato/Tindik dengan kejadian Hepatitis C

Hasil analisis hubungan antara riwayat tato/tindik dengan kejadian

hepatitis C dapat dilihat bahwa ada 5 sampel (15.6%) yang mempunyai faktor

risiko riwayat tato/tindik, sedangkan diantara kelompok kontrol ada 36 sampel

(26.1%) yang mempunyai faktor risiko riwayat tato/tindik. Hasil uji statistik

diperoleh nilai p=0.213 maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara

riwayat tato/tindik dengan kejadian hepatitis C.

14.3 Pembahasan 14.3.1 Analisis Univariat

Pada penelitian ini diperoleh bahwa hepatitis C lebih banyak diderita oleh

sampel dengan jenis kelamin laki-laki dibanding perempuan, dengan persentase

laki-laki 71.9% sedangkan persentase perempuan 28.1%. Hasil serupa ditemukan

pada penelitian Dominitz, et al., (2005) dimana laki-laki lebih banyak terkena

hepatitis C dibandingkan perempuan dengan persentase laki-laki 98.1%

sedangkan perempuan 1.9%. Hal ini disebabkan karena laki-laki mempunyai gaya

hidup yang mungkin lebih banyak terpapar dengan faktor risiko hepatitis C.

Dari penelitian ini dapat dilihat bahwa sampel dengan frekuensi terbanyak

adalah rentang usia ≥41 tahun, yaitu sebanyak 21 orang (65.6%), diikuti dengan

rentang usia 18-40 tahun dengan jumlah sebanyak 11 orang (34.4%), dan tidak

dijumpai sampel dengan rentang usia 17 tahun. Hampir sama halnya dengan

penelitian Dominitz, et al., (2005), dimana diperoleh rentang usia terbanyak yang

menderita hepatitis C adalah rentang usia 35-54 tahun dengan persentase

(13)

hepatitis C. Hal ini disebabkan karena pada usia yang lebih tua, fungsi hati akan

menurun secara bertahap sehingga lebih mudah terinfeksi virus hepatitis C.

Faktor risiko dengan frekuensi tertinggi adalah riwayat alkohol dengan

jumlah sebanyak 12 orang (37.5%). Menurut Schiff (2003), beberapa studi telah

menunjukkan bahwa konsumsi alkohol berat mempercepat perkembangan pasien

dari hepatitis C kronis berkembang menjadi sirosis dan kanker hati. Beberapa

orang mempunyai alasan dalam mengkonsumsi alkohol, seperti sedang

menghadapi masalah yang berat, pergaulan bebas, dan mudah beredarnya

minuman alkohol di masyarakat. Sedangkan riwayat seks bebas adalah faktor

risiko terendah sebanyak 2 orang (6.3%).

Distribusi faktor risiko terbanyak pada laki-laki adalah riwayat alkohol

sebanyak 12 orang (37.5%) dan yang terendah adalah transfusi darah sebanyak 2

orang (6.3%). Pada perempuan distribusi faktor risiko adalah transfusi darah dan

riwayat operasi dengan masing-masing sebanyak 4 orang (12.5%). Schiff (2003)

mengatakan bahwa kelompok penderita hepatitis C cenderung laki-laki. Pada

perempuan faktor risiko riwayat operasi dan transfusi darah adalah yang

terbanyak yang mungkin dikarenakan perempuan lebih cenderung untuk

melakukan persalinan sehingga menjalani operasi dan menerima transfusi darah.

Pada rentang usia 18-40 tahun dijumpai faktor risiko terbanyak adalah

penggunaan jarum suntik dan riwayat tato / tindik dengan masing-masing

sebanyak 4 orang (12.5%), dan yang terendah adalah transfusi darah dan riwayat

alkohol sebanyak 1 orang (3.1%). Tohme (2012) mengatakan, meskipun praktik

pemakaian tato / tindik telah hadir selama ribuan tahun, jumlah pemakainya telah

meningkat selama dekade terakhir, khususnya di kalangan pemuda dan dewasa

muda. Sebuah survey diantara orang-orang yang berusia 18-50 tahun di Inggris

menemukan bahwa 24% responden memiliki setidaknya 1 buah tato dan 14%

pernah memakai tindik di tubuh mereka.

Pada rentang usia ≥41 tahun dijumpai faktor risiko terbanyak adalah

riwayat alkohol sebanyak 11 orang (34.4%) dan yang terendah riwayat tato /

tindik sebanyak 1 orang (3.1%). Schiff (2003) mengatakan, peminum alkohol

(14)

kali dan terbiasa meminum alkohol di kehidupan sehari-hari, sehingga alkohol

berpengaruh besar dalam penurunan fungsi hati yang dapat mempercepat hepatitis

C kronis berkembang menjadi sirosis dan kanker hati. Pada rentang usia ≤17

tahun tidak dijumpai faktor risiko hepatitis C.

14.3.2 Analisis Bivariat

Berikut ini adalah pembahasan dari hasil Analisis Bivariat :

1. Hubungan Transfusi Darah dengan kejadian Hepatitis C

Dari hasil penelitian ini berdasarkan hasil perhitungan Chi-square Test

diperoleh nilai p=0.016 (p<0.05), maka Ho ditolak dan Ha gagal ditolak. Hasil ini

memiliki makna bahwa ada hubungan yang signifikan antara transfusi darah

dengan kejadian hepatitis C. Gheorghe, et al,. (2010), pada penelitiannya juga

didapati adanya hubungan yang bermakna antara transfusi darah dengan kejadian

Hepatitis C (p=0.0001). Risiko infeksi melalui transfusi pada tahun 2012 sekitar

0,001% per unit transfusi, atau sekitar 0,075% per penerima (ALF, 2012).

Berdasarkan WHO’s Global Database of Blood Safety diperkirakan 43% produk

darah di negara berkembang tidak mendapatkan skrining HCV yang adekuat

(WHO, 2014).

2. Hubungan Penggunaan Jarum Suntik dengan kejadian Hepatitis C

Dari hasil penelitian ini berdasarkan hasil perhitungan Chi-square Test

diperoleh nilai p=0.159 (p>0.05), maka Ho gagal ditolak dan Ha ditolak. Hasil ini

menyimpulkan tidak ada hubungan antara penggunaan jarum suntik dengan

kejadian hepatitis C. Pada penelitian Pereira, et al,.(2013) di dapati bahwa tidak

ada hubungan yang bermakna antara penggunan jarum suntik dengan kejadian

hepatitis C dengan (p=0.065). Hal ini berbeda dengan pernyataan WHO (2014),

yang menyatakan penggunaan jarum suntik memiliki risiko tertinggi infeksi:

secara global, prevalensi HCV adalah 67% di antara para pengguna narkoba.

Transmisi HCV melalui berbagi peralatan suntik yang terkontaminasi di antara

orang-orang yang menyuntikkan narkoba adalah rute utama penularan HCV di

beberapa negara. Oleh karena itu, mengurangi risiko penularan ini adalah sebuah

(15)

3. Hubungan Riwayat Alkohol dengan kejadian Hepatitis C

Dari hasil penelitian ini berdasarkan hasil perhitungan Chi-square Test

diperoleh nilai p=0.116 (p>0.05), maka Ho gagal ditolak dan Ha ditolak. Hasil ini

memiliki makna bahwa tidak ada hubungan antara riwayat alkohol dengan

kejadian hepatitis C. Berbeda pada penelitan Dominitz, et al., (2005),

penyalahgunaan konsumsi alkohol memiliki hubungan yang signifikan dengan

kejadian hepatitis C. (p=0.01). O’Shea (2010), mengatakan ada hubungan sinergis

yang jelas antara penyakit hepatitis C dengan alkohol. Kombinasi keduanya

cenderung memberi kerusakan hati yang lebih maju daripada hanya

mengkonsumsi alkohol saja, dengan penyakit yang terjadi pada usia yang lebih

muda, membuat fitur histologi yang lebih parah, dan kelangsungan hidup

menurun. Penyalahgunaan alkohol berat dapat membuat risiko sirosis meningkat

30 kali lipat. Di Indonesia, konsumsi alkohol tidak berhubungan dengan hepatitis

C dikarenakan konsumsi alkohol masih belum terlalu lazim dan ada peraturan

undang-undang mengenai minuman beralkohol, berbeda dengan di Negara Barat

dan Eropa yang mayoritas masyarakatnya dengan bebas mengonsumsi alkohol,

sehingga riwayat infeksi hepatitis C ada hubungannya. Dari penelitian ini, dalam

hal ini bijaksana untuk menyarankan pasien dengan hepatitis C untuk menjauhkan

diri mengkonsumsi alkohol walaupun dalam jumlah yang sedikit.

4. Hubungan Riwayat Seks Bebas dengan kejadian Hepatitis C

Dari hasil penelitian ini berdasarkan hasil perhitungan Chi-square Test

diperoleh nilai p=0.0001 (p<0.05), maka Ho ditolak dan Ha gagal ditolak. Hasil

ini memiliki makna bahwa ada hubungan yang signifikan antara riwayat seks

bebas dengan kejadian hepatitis C. Hal ini menunjukkan bahwa subjek dengan

faktor risiko riwayat seks bebas mempunyai risiko 21.43 kali untuk terjadinya

kejadian hepatitis C dibandingkan subjek yang tidak mempunyai riwayat faktor

risiko. Terrault, et al., (2013) mengatakan bahwa penularan HCV mungkin terjadi

ketika cairan tubuh yang terinfeksi bertukar di permukaan mukosa. Faktor yang

berpotensi mempengaruhi hal ini diantaranya termasuk titer virus, integritas

permukaan mukosa, dan adanya infeksi genital lainnya (virus atau bakteri).

(16)

bergantung pada perilaku praktik seksual yang tidak aman menyebabkan trauma

pada permukaan mukosa dan perdarahan rektum. Umumnya infeksi HCV akut

tidak memberi gejala yang berarti sehingga mereka yang telah terjangkit tidak

menyadari bahwa dirinya terinfeksi dan mulai menyebarkan HCV sehingga

perilaku seks bebas menjadi salah satu faktor risiko yang perlu diperhatikan.

5. Hubungan Riwayat Operasi dengan kejadian Hepatitis C

Dari hasil penelitian ini berdasarkan hasil perhitungan Chi-square Test

diperoleh nilai p=0.626 (p>0.05), maka Ho gagal ditolak dan Ha ditolak. Hasil ini

menyimpulkan tidak ada hubungan antara riwayat operasi dengan kejadian

hepatitis C. Asthana (2009) menyatakan bahwa risiko menularnya HCV pada

operasi sangat kecil. Seorang pasien dengan infeksi HCV biasanya dijadikan

pasien terakhir di hari tersebut untuk menjalani operasi. Semua petugas kesehatan

yang akan melakukan tindakan operasi harus mempunyai prosedur pencegahan

dan pengendalian infeksi yang ketat agar menghindari risiko penularan infeksi

hepatitis C.

6. Hubungan Riwayat Tato/Tindik dengan kejadian Hepatitis C

Dari hasil penelitian ini berdasarkan hasil perhitungan Chi-square Test

diperoleh nilai p=0.213 (p>0.05), maka Ho gagal ditolak dan Ha ditolak. Hasil ini

menyimpulkan tidak ada hubungan antara riwayat tato/tindik dengan kejadian

hepatitis C. Pada penelitian Pereira, et al,.(2013), didapati bahwa tidak ada

hubungan yang bermakna antara riwayat tato dengan kejadian hepatitis C

(p=0.076). Hal ini berbeda dengan penelitian Tohme (2012) yang menyatakan

ada hubungan yang signifikan, terutama antara kelompok berisiko tinggi seperti

tato yang diterapkan dalam penjara, pemakaian tato dan tindik yang tidak steril

dan tidak professional. Perlunya intervensi pencegahan dan edukasi kepada

(17)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 20.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dan penelitian, maka kesimpulan yang

diperoleh adalah sebagai berikut:

1. Dari 32 pasien penyakit hepatitis C, dijumpai penderita jenis kelamin

laki-laki sebanyak 23 orang sedangkan perempuan 9 orang.

2. Kelompok umur tertinggi ialah rentang usia ≥41 tahun sebanyak 21 orang,

diikuti rentang usia 18-40 tahun sebanyak 11 orang, serta tidak dijumpai

pada rentang usia 17 tahun.

3. Pasien terdiagnosis positif AntiHCV yang tidak mempunyai faktor risiko

untuk terjadinya hepatitis C sebanyak 4 orang sedangkan yang mempunyai

faktor risiko sebanyak 28 orang.

4. Faktor risiko yang dijumpai adalah riwayat alkohol, transfusi darah,

pemakaian tato/tindik, penggunaan jarum suntik, operasi dan riwayat seks

bebas. Faktor risiko riwayat ibu HCV tidak dijumpai.

5. Pada laki-laki faktor risiko terbanyak adalah riwayat alkohol dan yang

paling sedikit adalah transfusi darah. Pada perempuan faktor risiko yang

terjadi adalah transfusi darah dan riwayat operasi.

6. Tidak dijumpai faktor risiko pada rentang usia ≤17 tahun. Rentang usia

18-40 tahun dijumpai faktor risiko terbanyak adalah penggunaan jarum

suntik dan pemakaian tato/tindik dan yang terendah adalah transfusi darah

dan riwayat alkohol. Pada rentang usia ≥41 tahun faktor risiko terbanyak

adalah riwayat alkohol dan yang terendah adalah pemakaian tato/tindik.

7. Ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara transfusi darah dan

riwayat seks bebas dengan kejadian hepatitis C di RSUP H. Adam Malik

Medan pada tahun 2012-2013.

8. Tidak ada hubungan antara penggunaan jarum suntik, alkohol, operasi,

dan pemakaian tato/tindik dengan kejadian hepatitis C di RSUP H. Adam

(18)

20.2 Saran

Dari seluruh proses penelitian yang telah dijalani oleh peneliti dalam

menyelesaikan penelitian ini, maka dapat diungkapkan beberapa saran yang

mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini.

Adapun saran tersebut sebagai berikut:

1. Diharapkan kepada Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara agar lebih

meningkatkan program pencegahan hepatitis C dan mengadakan

penyuluhan di masyarakat tentang bahayanya faktor risiko hepatitis C.

2. Kepada pihak rumah sakit sebaiknya melengkapi pencatatan data rekam

medik dan melakukan pemeriksaan ulang karena ada beberapa rekam

medik yang tidak lengkap dan ada ketidakcocokan antara kode penyakit

dengan penyakit yang sebenarnya.

3. Kepada masyarakat diharapkan dengan mengetahui faktor risiko dari

hepatitis C maka dapat menghindarkan diri dari paparan faktor risiko yang

Gambar

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 5.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Usia
Tabel 5.3 Proporsi penderita hepatitis C yang mempunyai faktor
Tabel 5.5 Distribusi Perbandingan Faktor Risiko Terjadinya
+2

Referensi

Dokumen terkait

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PENCABUTAN KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 264 TAHUN 2003 TENTANG PELAKSANAAN SEBAGIAN KEWENANGAN DI BIDANG

Sehubungan dengan rujukan tersebut di atas, bersama ini disampaikan hasil kelulusan pemeriksaan kesehatan Tahap II seleksi penerimaan Tamtama Polri TA..

[r]

Keputusan Kapolda Sumbar Nomor : Kep/53/IV/2017 tanggal 18 April 2017 tentang pembentukan panitia daerah penerimaan anggota Polri Terpadu TA.. Sehubungan dengan rujukan

[r]

Permasalahan utama yang dibahas hanya perancangan jaringan pada komputer server dan klien, konektivitas ke Internet, termasuk penginstalasian software system operasi Linux

[r]

Selain itu, meskipun menggunakan protokol UDP(User Datagram Protocol), proses pengiriman data pada permainan dalam jaringan LAN(Local Area Network) dapat dikirimkan