• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Asas Hukum Pidana. docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Penerapan Asas Hukum Pidana. docx"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS PENERAPAN ASAS – ASAS HUKUM PIDANA

“ANALISIS PUTUSAN No. 23/Pid.B/2014/PN.BJ”

Oleh Kelompok 4 :

Dame Uli Wira Sari Manik (1506676696)

Artha Debora Silalahi (1506676885)

Claudya Putri Dewanti (1506676815)

Gina Wulandari (1506676954)

Lulu Fitri Febriani (1506676784)

Kelas D

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS INDONESIA

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

KRONOLOGI:

 Pada hari minggu tanggal 31 Maret 20113 sekitar pukul 21.00 WIB korban KHAIRUL TAUFIK alias EMBING ditelepon oleh terdakwa MAHYUZAR alias WAK ICIK alias ICIK untuk merental mobil;

 Pada tanggal 1 April 2013 sekitar pukul 10.00 WIB, terdakwa bersama BAHRIL ZAMAN alias AAN datang mengambil mobil ke rumah korban yang beralamat di Jalan Sederhana Lingkungan III No. 02 Kel. Binjai Estate Kec. Binjai Utara sekitar pukul 09.00 WIB;

 Pada tanggal 5 April 2013 sekitar pukul 07.30 WIB terdakwa datang ke rumah AAN untuk meminta uang rental mobil milik korban. AAN menyatakan bahwa ia ingin merental kembali mobil tersebut. Selanjutnya terdakwa mengantar uang rental kepada korban sebesar Rp. 400.000,- (empat ratus ribu rupiah). Terdakwa mengambil Rp. 100.000,- (seratus ribu rupiah) sebagai komisi;

 Pada tanggal 8 April 2013 sekitar pukul 21.00 WIB terdakwa menanya apakah AAN ingin menyambung rental mobil atau tidak. AAN kembali ingin menyewa mobil tersebut dengan mengantar uang rental mobil sebesar Rp. 400.000,- (empat ratus ribu rupiah) dan Rp. 100.000,- (seratus ribu rupiah) terdakwa ambil sebagi komisi; dan

 Pada tanggal 18 April 2016, korban menanyakan terdakwa tentang keberadAAN mobilnya sebab curiga karena sudah kurang lebih 2 (dua) minggu korban tidak pernah menerima uang rental mobil. Lalu korban menyuruh terdakwa mendatangi rumah AAN. Setelah sekitar 1 (satu) jam terdakwa menelepon AAN. Ternyata mobil tersebut dipakai oleh adik angkat AAN yang bernama Ardi yang menurut pengakuan AAN bekerja sebagai anggota TNI AD yang bertugas di Den Intel Kod

 am I/BB. Setelah mencari keberadAAN Ardi di kantor Den Intel Kodam I/BB maupun di Perumahan TNI Gaperta, Ardi tidak diketahui baik di kantor maupun oleh warga sekitar komplek TNI tersebut. Karena merasa curiga dan keberatan atas perbuatan tersebut, korbzn melaporkan terdajwa je pihak kepolisian Polres Binjai.

(3)

Terdakwa dijatuhkan dakwAAN oleh Jaksa Penuntut Umum dengan dakwAAN Alternatif :

- Pasal 378 KUHPidana Jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHPidana; atau

- Pasal 372 KUHPidana Jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHPidana.

PEMBELAAN:

- Dalam perkara terdakwa tidak pernah terjadi tindak pidana penggelapan karena mobil Toyota Avanza BK 1913 RI tidak pernah dikuasai danatau dimiliki secara melawan hukum oleh terdakwa;

- Sudah ada putusan hukum terhadap pelaku penggelapan mobil Toyota Avanza BK 1913 RI yaitu AAN;

- Bahwa dalam surat dakwAAN terhadap AAN tidak ada didakwakan pasal 55 jo. 56 KUHPidana artinya pelaku tinggal sehingga tidak ada dasar hukum untuk mendakwa dan menuntut terdakwa seakan-akan berkas perkaranya terpisah dengan berkas perkara terpidana AAN; dan

- Terdakwa didakwa menhenai dua perbuatan pidana yang berbeda dalam satu surat dakwAAN yakni melanggar pasal 372 KUHPidana atau pasal 378 KUHP bertententangan degan pasal 143 KYHAP dan Yurisprudensi.

PUTUSAN:

- Menyatakan terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Penggelapan”;

- Menjatuhkan terhadap terdakwa pidana penjara selama 3 (tiga) bulan dan 15 (lima belas) hari;

- Menetapkan bahwa lamanya terdakwa berada dalam tahanan sementara akan dikurangi dari pidana yang dijatuhkan;

- Menetapkan terdakwa tetap ditahan; - Menyatakan terdakwa tetap ditahan; - Menyatakan barang bukti: Nihil; dan

- Membebani terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp. 2000,- (dua ribu rupiah)

BAB II ANALISIS

(4)

1. Tuntutan terhadap kasus hilangnya mobil Toyota avanza BK 1913 RI telah dijatuhkan putusan hukum pasal 372 tentang Penggelapan terhadap pelaku (dader)

yaitu Bahril Zaman als AAN.

2. Tuntutan yang didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum terhadap terdakwa

Mahyuzar Als Wak Icik als Cicik yang didakwa dengan psal 372 KUHP tentang penggelapan atau pasal 378 KUHP tentang penipuan adalah tidak tepat.

3. Putusan Mahkamah Hakim terhadap terdakwa Mahyuzar Als Wak Icik als Cicik

yang didakwa dengan pasal 372 KUHP tentang penggelapan dengan hukuman penjara 3 bulan 15 hari adalah tidak tepat.

PENJELASAN

(5)

2. Tuntutan yang didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum terhadap terdakwa Mahyuzar Als Wak Icik als Cicik yang didakwa dengan pasal 372 KUHP tentang penggelapan dan pasal 378 KUHP tentang penipuan adalah tidak tepat karena batal demi hukum (null avoid).

Hal ini didasarkan pada pasal 143 ayat (3) KUHAP bahwa surat dakwaan yang tidak memberi ketentuan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (2) huruf (b) adalah batal demi hukum. Selanjutnya, syarat batal demi hukum berdasarkan pasal 143 ayat (2) huruf (b) KUHAP adalah surat dakwaan harus berisi uraian secara cermat, jelas, dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana tersebut dilakukan.

Dalam kasus ini tidak terdapat Tempat terjadinya delik (Locus Delicti) dan Waktu terjadinya delik (Tempus Delicti) yang menggambarkan interaksi antara terdakwa

Mahyuzar Als Wak Icik als Cicik dengan ARDI. Sebaliknya interaksi hanya terjadi antara saksi korban Bahril Zaman als AAN dengan ARDI, hal ini dibuktikan dengan

Tempus Delicti yaitu pada tanggal 12 April 2013 pukul 17.30 WIB, sedangkan Locus Delicti tidak diketahui karena tidak tercatum dalam surat dakwaan tersebut.

3. Putusan Mahkamah Hakim terhadap terdakwa Mahyuzar Als Wak Icik als Cicik

yang didakwa dengan pasal 372 KUHP tentang penggelapan yang berbunyi

“Barangsiapa dengan sengaja dan melawan hukum mengaku sebagai milik sendiri

(zich toeeigenen) barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain, tetapi yang ada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan, diancam, karena penggelapan, dengan pidana paling lama empat tahun atau pidana denda paling banyak enam puluh rupiah.” dengan hukuman penjara 3 bulan 15 hari adalah tidak tepat dikarenakan tidak memenuhi unsur-unsur dalam pasal tersebut. Dimana unsur dalam pasal 372 KUHP sebagai berikut:

1. Barangsiapa; 2. Dengan sengaja;

3. Melawan hukum mengaku sebagai milik sendiri barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain;

4. Yang ada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan.

1) Unsur “Barangsiapa”

(6)

pribadi (naturlijke persoon) maupun korporasi atau badan hukum (recht persoon), yang apabila terbukti memenuhi unsur dari suatu tindak pidana, maka ia dapat disebut sebagai pelaku atau dader.

Bahwa, menurut Prof. Sudikno Mertokusumo :

“Subyek hukum adalah segala sesuatu yang dapat memperoleh, mempunyai atau menyandang hak dan kewajiban dari hukum, yang terdiri dari :

orang (natuurlijkepersoon);

badan hukum (rechtspersoon).1

Dalam kasus ini unsur "Barangsiapa" adalah kepada setiap orang yang merupakan subjek hukum yang dikonstruksikan sebagai pelaku kejahatan pidana penggelapan mobil yan selanjutnya ditujukan kepada Mahyuzar Als. Wak Icik als. Cicik.

2) Unsur “Dengan sengaja”

Unsur "dengan sengaja (opzettelijk/dolus)” ini merupakan unsur subjektif dalam tindak pidana penggelapan, yakni unsur yang melekat pada pribadi pelakunya, hal ini memberikan konsekuensi logis bahwa unsur tersebut harus dibuktikan.

Bahwa terdapat dua teori berkaitan “dengan sengaja”,yaitu: a. Teori kehendak atau wilshtheorie yang dianut oleh Simons;

b. Teori pengetahuan atau voorstellingstheorie yang antara lain dianut oleh Hamel. Kemudian unsur kesengajaan dalam pasal ini, adalah seorang pelaku atau dader

sengaja melakukan perbuatan-perbuatan dalam pasal 372 KUHP.

Bahwa, menurut Prof. Satochid Kartanegara, SH, pengertian kesengajaan (opzet) dapat dilihat dalam Memorie van Tolichting (penjelasan undang-undang), yaitu

“willens en weten”, pengertian “willens en weten” adalah :

Seseorang yang melakukan sesuatu perbuatan dengan sengaja, harus menghendaki

(willen) perbuatan itu, serta harus menginsyaf/ mengerti (weten) akan akibat dari perbuatannya itu

Bahwa, menurut Yurisprudensi Putusan Mahkamah Agung RI No. 166 K/Kr/1963, tanggal 7 Juli 1964, menjelaskan :

“pemilikan dilakukan dengan sengaja dan bahwa pemilikan itu dengan tanpa hak merupakan unsur-unsur daripada tindak pidana tersebut dalam pasal 372 KUHP”

Bahwa, menurut PAF. Lamintang :

(7)

“Dalam tindak pidana (strafmaatregel) penggelapan (verduistering), agar

b. Pelaku “mengetahui” bahwa ia yang kuasai itu adalah sebuah benda;

c. Pelaku “mengetahui” bahwa benda tersebut sebagian atau seluruhnya adalah

kepunyaan orang lain;

d. “mengetahui” bahwa benda tersebut berada padanya bukan karena kejahatan.”2

Selanjutnya apabila "kehendak/maksud" dan "pengetahuan" atas timbulnya suatu akibat, yang dalam konteks pasal 372 KUHP yakni "menghendaki" dan "mengetahui" untuk menguasai suatu barang yang sebagian atau seluruhnya adalah kepunyaan orang lain secara melawan hukum maka dapat diaktakan bahwa dader telah memenuhi unsur "dengan sengaja."

Bentuk-Bentuk Dolus :

- Dolus sebagai maksud/ tujuan (opzet als oogmerk) : kesengajaan memang menjadi tujuannya, dengan rumusan bahwa apabila seseorang dengan sengaja melakukan sesuatu yang menimbulkan akibat atau dengan perkataan lain akiat tersebut merupakan tujuan yang dikehendaki dari perbuatan tersebut.

- Dolus dengan kesadaran/keinsyafan kepastian ( opzet bij Zekerheids Bewutzijn) : pelaku menyadari atau menginsyafi bahwa perbuatannya itu pasti akan menimbulkan akibat lain selain akibat utama yang menjadi tujuannya. Tapi demi tercapai akibat utama maka akibat lain tersebut tidaklah menjadi penghalang bahkan diambilnya sebagai resiko untuk mencapai tujuan utama.

- Dolus sebagai kesadaran/keinsyafan kemungkian (opzet bij mogelijkeids bewutzijn) : terjadi bila pelaku sengaja melakukan sesuatu dan atau untuk menimbulkan suatu akibat tetapi ia mengisyafi bila pebuatan itu ia teruskan mungkin akan menimbulkan akibat lain, tetapi timbulnya akibat lain ini tidak menghalangi bahkan ia ambil sebagai resiko untuk mencapai tujuannya ( dolus eventualis)

-Dolus eventualis/ kesengajaan bersyarat : dengan mengetahui dan menghendaki menerima resiko yang besar.

(8)

Berdasarkan putusan No.23/Pid.b/2014/PN.BJ mengenai kasus penggelapan mobil Toyota Avanza BK 1913 RI, unsur "dengan Sengaja" yang dilakukan oleh terdakwa Mahyuzar Als. Wak Icik als. Cicik adalah terbukti. Majelis hakim berpendapat bahwa terdakwa Mahyuzar Als. Wak Icik als. Cicik

melakukan dolus eventualis/kesengajaan bersyarat yakni dengan mengetahui dan menghendaki menerima risiko yang besar.

Namun, di sini kami tidak setuju dengan analisis majelis hakim terkait dolus eventualis yang didakwakan pada Mahyuzar Als. Wak Icik als. Cicik. Berikut mengenai dissenting opinion kami :

Terdakwa Mahyuzar Als. Wak Icik als. Cicik sejatinya tidak melakukan dolus eventualis/kesengajaan bersyarat, melainkan melakukan culpa lata/kelalaian berat. Untuk memperjelas argumen kami, berikut perbedaan delik dolus dan delik culpa :

 Dolus menurut M.v.T. (Memorie van Toelichting) yaitu "Pidana pada umumnya hendaknya dijatuhkan hanya pada barang siapa melakuakn perbuatan yang dilarang, dengan dekehendaki dan diketahui"

 Culpa menurut M.v.T. (Memorie van Toelichting) adalah terdapat dalam diri pelaku :

1. kekurangan pemikiran yang diperlukana 2. kekuranagn pengetahuan yang diperlukan 3. kekurangan kebijaksanaan yang diperlukan

Dari pemaparan di atas tampak bahwa akibat hukum dari dolus "diketahui" dan

"dikehendaki" sedangkan akibat hukum pada culpa "diketahui" namun "tidak dikehendaki".

(9)

setelah diperintah oleh Khairul Taufik Als. Embing sebagai pemilik mobil. Kemudian terdakwa Mahyuzar Als. Wak Icik als. Cicik berusaha mencari Ardi setelah diketahui bahwa mobil Toyota Avanza BK 1913 RI dibawa oleh Ardi melalui Bahril Zaman als AAN, walaupun pada akhirnya pencarian mobil tersebut tidak memndapatkan hasil. Dapat disimpulkan, hal ini bukanlah dolus eventualis.

Selanjutnya, kami memiliki tendensi untuk mendakwa Mahyuzar Als. Wak Icik als. Cicik mengenai dugaan penggelapan mobil tersebut disebabkan oleh Culpa Lata. Untuk memperjelas argumen kami, berikut pengertian Culpa Lata adalah kesalahan yang disebabkan oleh kelalaian yang berat yang dipandang dari tingkat kecerdasan atau kekuatan ingatan pelaku.

Pada kasus ini, berdasarkan kronologi dalam surat putusan majelis hakim tertulis bahwa Bahril Zaman als AAN memperpanjang masa rental mobil Toyota Avanza BK 1913 RI, setelah dua minggu Khairul Taufik Als. Embing sebagai pemilik mobil tidak mendapatkan uang rental mobil, ia meminta terdakwa menghubungi Bahril Zaman als AAN untuk menanyakan keberadaan mobil yang pada akhirnya diketahui bahwa mobil tersebut telah dibawa lari oleh Ardi.

Dari kronologi tersebut dapat kita lihat, Mahyuzar Als. Wak Icik als. Cicik tidak memiliki inisiatif meghubungi Bahril Zaman als AAN, tetapi ia menghubungi setelah pemilik mobil memberi perintah, yang seharusnya hilangnya mobil tersebut dapat dicegah apabila Mahyuzar Als. Wak Icik als. Cicik lebih waspada dan berhati-hati serta terus memantau keberadaan mobil tanpa harus menunggu instruksi dari Khairul Taufik Als. Embing sebagai pemilik mobil. Sejatinya

Mahyuzar Als. Wak Icik als. Cicik atas kelalaiannya tidak sengaja membiarkan

Bahril Zaman als AAN menggelapkan mobil milik Khairul Taufik Als. Embing.

Selanjutnya dikatakan culpa lata didasari atas perbandingan Mahyuzar Als. Wak Icik als. Cicik dengan rata-rata orang yang setingkat kepandaiannya dari orang yang melakukan perbuatan itu.

Dapat disimpulkan bahwa Mahyuzar Als. Wak Icik als. Cicik tidak melakukan

(10)

melainkan melakukan culpa lata yakni hanya mengetahui risiko namun tidak menghendaki terjadinya risiko tersebut. Sehingga unsur "dengan sengaja" tidak terbukti.

3) Unsur “Melawan hukum mengaku sebagai milik sendiri barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain”

Unsur “melawan hukum (wederrechtelijk) mengaku sebagai milik sendiri (zich toeeigenen) barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain”.

Bahwa, maksud unsur “melawan hukum” adalah apabila perbuatan yang dilakukan oleh seorang pelaku atau dader bertentangan dengan norma hukum tertulis (peraturan perundang-undangan) atau norma hukum tidak tertulis (kepatutan atau kelayakan) atau bertentangan dengan hak orang lain

sehingga dapat dikenai sanksi hukum. (cari sumbernya)

Sedangkan "memiliki" menurut Arrest Hoge Raad 16 Oktober 1905 dan 26 Maret 1906 ialah pemegang barang yang menguasai atau bertindak sebagai pemilik barang itu. Berlawanan dengan hukum yang mengikat padanya sebagai pemegang barang itu. Dipandang sebagai "memiliki" misalnya menjual, memakan, membuang, menggadaikan, membelanjakan, memindahtangankan, memberikan dan lain sebagainya.

memiliki secara melawan hukum” menurut Memorie van Toelichting ditafsirkan sebagai:

“het zich wederrechtelijk als heer en meester gedragen ten aanzien van het goed alsof hij eigenaar is, terwijl hij het niet is” atau “secara melawan hukum memiliki sesuatu benda seolah-olah ia adalah pemilik dari benda tersebut, padahal ia bukanlah pemiliknya”. 3

(11)

Dader dapat dikatakan memenuhi unsur "memiliki secara melawan hukum" apabila dader bertindak seolah-olah memiliki suatu barang yang sejatinya ia tidak memiliki barang tersebut.

Dalam unsusr ini menujukkan kepada atau berkaitan dengan kegiatan memiliki barang.Barang tersebut bukanlah milik terdakwa,baik sebahagian maupun seluruhnya,tapi merupakan milik orang lain. Unsur melawan hukum dalam KUHP digunakan untuk melindungi pihak –pihak yang diatur dalam UU dan perintah jabatan. Dalam pembagiannya unsur melawan Hukum dibagi menjadi 2 yaitu : Unsur melawan hukum secara materiil dan melawan hukum secara formil. Dalam hal melawan hukum secara formil adalah perbuatan terebut telah memenuhi perumusan dari delik,jadi orang yang melakukan suatu perbuatan yang memenuhi rumusan suatu delik dianggap telah melakukan perbuatan hukum secara formil atau telah melanggar hukum yang tertulis. Sementara,dalam hal melawan hukum secara materiil dikaitkan dengahukum tidak tertulis yang berarti bukan sekedar melawan UU atau hukum tertulis saja tetapi juga termasuk dalam pengertian tidak tertulis yaitu asas-asas hukum umum (seperti keadilan). Sehingga,berdasarkan pada kronologi putusan unsur melawan hukum tidak terpenuhi karena terdakwa Mahyuzar Als. Wak Icik als. Cicik tidak terbukti melakukan penggelapan secara melawan hukum karena saksi korban Khairul Taufik telah mengetahui bahwa terdakwa Mahyuzar Als. Wak Icik als. Cicik

akan merentalkan mobil Toyota Avanza BK 1913 RI kepada saksi Bahrul Zaman als.Aan

4) Unsur " Yang ada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan"

Untuk menentukan terpenuhinya unsur ini, maka pelaku (dader) yang diduga telah melakukan tindak pidana penggelapan harus menguasai barang tersebut bukan dengan jalan kejahatan.

Adami Chazawi mengatakan :

(12)

harus melakukan perbuatan lain. Benda milik orang lain berada dalam kekuasaan seseorang bukan karena kejahatanlah yang merupakan unsur dari delik penggelapan ini, dan ini dapat terjadi oleh sebab perbuatan-perbuatan hukum seperti: penitipan, perjanjian rental merental, pengancaman, dsb.”4

Dalam kasus ini, tindak pidana dilakukan bukan karena kejahatan tetapi dilakukan melalui perbuatan hukum berdasarkan perjanjian hubungan kerja yaitu rental merental mobil yang dikehendaki oleh pemilik mobil, perantara mobil, maupun penyewa mobil yang selanjutnya menjadi pelaku penggelapan mobil. Sehingga unsur

"yang ada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan" telah terpenuhi.

(13)

BAB III KESIMPULAN

KESIMPULAN

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pelaksanaan tugas Notaris tersebut diatas, Notaris dituntut harus dapat membuat keseimbangan antara hak dan kewajiban antara kedua belah pihak yang mempunyai

Untuk mengetahui temperatur pada daging, dapat dilihat pada gambar 5.14 yang menunjukkan kontur suhu dari daging setelah proses pengeringan yang dilakukan pada penelitian hari I

Adapun kesimpulannya adalah: (1) Pelaksanaan supervisi pendidikan oleh kepala sekolah dalam konteks penerapan K-13 di SMA Negeri 8 Bengkulu Selatan telah berjalan dengan cukup

Metode pendekatan yang dipakai pada pelaksanaan program ini adalah dengan melakukan sosialisasi penerapan teknologi penggunaan rumput laut sebagai biofilter alami ini pada

Konsumen yang tidak loyal kepada suatu merek, pada saat merek melakukan pembelian akan merek tersebut, pada umumnya tidak didasarkan karena ketertarikan mereka

The study showed that, the additions of pepper wastes in the brick slightly reduce the strength of the brick and the maximum composition of pepper wastes in the brick

Oleh karena itu, kami sepenuhnya mendukung aktivitas yang mempromosikan gaya hidup sehat, seperti kegiatan Lari Kebangkitan Indonesia Bangkit," ujar Presiden

Kami mengutuk dan menolak dengan tegas tindakan-tindakan provokasi yang mengganggu keamanan, Ketertiban dan ketenangan ditempat kerja dan barak-barak penginapan pekerja di