• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pernikahan Dini, Nikah Siri dan Perceraian (Studi Kasus Pada Masyarakat Minang di Jorong Mawar, Nagari Lubuak Jantan, Lintau Buo Utara, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pernikahan Dini, Nikah Siri dan Perceraian (Studi Kasus Pada Masyarakat Minang di Jorong Mawar, Nagari Lubuak Jantan, Lintau Buo Utara, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat)"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pernikahan Dini

2.1.1 Definisi Pernikahan Dini

Pernikahan dini atau kawin muda adalah pernikahan yang dilakukan oleh

pasangan atau salah satu pasangannya masih dikategorikan remaja yang masih

berusia dibawah 19 tahun (WHO, 2006). Menurut BKKBN(2012) Pernikahan dini

secara umum memiliki definisi umum yaitu perjodohan atau pernikahan yang

melibatkan satu atau kedua pihak, sebelum pihak wanita mampu secara fisik,

fisiologi, dan psikologi untuk menanggung beban pernikahan dan memiliki anak,

dengan batasan umur umum adalah di bawah 18 tahun.

Sedangkan menurut Dlori (2005) mengemukakan bahwa : “ pernikahan

dini merupakan sebuah perkawinan dibawah umur yang target persiapannya

belum dikatakan maksimal persiapan fisik, persiapan mental, juga persiapan

materi. Karena demikian inilah maka pernikahan dini bisa dikatakan sebagai

pernikahan yang terburu-buru, sebab segalanya belum dipersiapkan secara

matang.

2.1.2 Faktor-Faktor Penyebab Pernikahan Dini

Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN),

Pernikahan dini terjadi dikarenakan adanya norma-norma yang berlaku di

masyarakat tradisional dengan eratnya hubungan sosial-ekonomi antar generasi.

(2)

oleh orangtua yang berasal dari kalangan ekonomi lemah dengan alasan bahwa

pernikahan dapat mengurangi beban tanggungan ekonomi keluarga dan

menyejahterakan remaja yang dinikahkan, walaupun hal tersebut belum tentu

terbukti.

Menurut Noorkasiani (2007) Ada beberapa faktor yang menyebabkan

terjadinya perkawinan usia muda atau pernikahan dini, faktor tersebut yaitu :

1. Faktor individu

a. Perkembangan fisik, mental, dan sosial yang dialami seseorang makin

cepat perkembangan tersebut dialami, makin cepat pula

berlangsungnya perkawinan sehingga mendorong terjadinya

perkawinan pada usia muda.

b. Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh remaja. Makin rendah tingkat

pendidikan, makin mendorong berlangsungnya perkawinan usia muda.

c. Sikap dan hubungan dengan orang tua. Perkawinan usia muda dapat

berlangsung karena adanya sikap patuh dan/atau menentang yang

dilakukan remaja terhadap perintah orang tua. Hubungan dengan orang

tua menentukan terjadinnya perkawinan usia muda dalam kehidupan

sehari-hari sering ditemukan perkawinan remaja karena ingin

melepaskan diri dari pengaruh lingkungan orang tua.

d. Sebagai jalan keluar untuk lari dari berbagai kesulitan yang dihadapi,

termasuk kesulitan ekonomi. Tidak jarang ditemukan perkawinan yang

berlangsung dalam usia sangat muda, diantaranya disebabkan karena

(3)

2. Faktor keluarga. Peran orang tua dalam menentukan perkawinan

anak-anak mereka dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut.

a. Sosial ekonomi keluarga. Akibat beban ekonomi yang dialami, orang

tua mempunyai keinginan untuk mengawinkan anak gadisnya.

Perkawinan tersebut akan memperoleh dua keuntungan, yaitu

tanggung jawab terhadap anak gadisnya menjadi tanggung jawab

suami atau keluarga suami dan adanya tambahan tenaga kerja di

keluarga yaitu menantu yang dengan sukarela membantu keluarga

istrinya.

b. Tingkat pendidikan keluarga. Makin rendah tingkat pendidikan

keluarga, makin sering ditemukan perkawinan di usia muda. Tingkat

pendidikan berhubungan erat dengan pemahaman keluarga tentang

kehidupan berkeluarga.

c. Kepercayaan dan/atau adat istiadat yang berlaku dalam keluarga.

Kepercayaan dan adat istiadat yang berlaku dalam keluarga juga

menentukan terjadinya perkawinan di usia muda. Sering ditemukan

orang tua mengawinkan anak mereka dalam usia yang sangat muda

karena keinginan untuk meningkatkan status sosial keluarga,

mempercepat hubungan antar keluarga dan/atau untuk menjaga garis

keturunan keluarga.

d. Kemampuan yang dimiliki keluarga dalam menghadapi masalah

remaja. Jika keluarga kurang memiliki pilihan dalam menghadapi

(4)

gadis tersebut dinikahkan sebagai jalur keluarnya. Tindakan ini

dilakukan untuk menghadapi rasa malu atau rasa bersalah.

3. Faktor masyarakat lingkungan

a. Adat istiadat. Terdapat anggapan di berbagai daerah bahwa anak gadis

yang telah dewasa, tetapi belum berkeluarga, akan dipandang “aib”

bagi keluarganya. Upaya orang tua untuk mengatasi hal tersebut ialah

menikahkan anak gadis yang dimilikinya secepat mungkin sehingga

mendorong terjadinya perkawinan usia muda.

b. Pandangan dan kepercayaan. Pandangan dan kepercayaan yang selalu

melekat pada masyarakat dapat pula mendorong terjadinya perkawinan

di usia muda. Contoh pandangan yang salah dan dipercaya oleh

masyarakat, yaitu anggapan bahwa kedewasaan seseorang dinilai dari

status perkawinan, status janda lebih bak dari pada perawan tua dan

kejantanan seseorang dinilai dari seringnya melakukan perkawinan.

Interprestasi yang salah terhadap ajaran agama juga dapat

menyebabkan terjadinya perkawinan usia muda, misalnya sebagian

besar masyarakat juga pemuka agama menganggap bahwa akil baliq

ialah ketika seseorang anak mendapatkan haid pertama, berarti anak

wanita tersebut dapat dinikahkan, padahal akil baliq sesungguhnya

terjadi setelah seseorang anak melampaui remaja.

c. Penyalahgunaan wewenang atau kekuasaan. Sering ditemukan

perkawinan muda karena beberapa pemuka masyarakat tertentu

(5)

dengan mempergunakan kedudukannya untuk kawin lagi dan lebih

memilih menikahi wanita yang masih muda, bukan dengan wanita

yang telah berusia lanjut.

d. Tingkat pendidikan masyarakat. Perkawinan usia muda dipengaruhi

pula oleh tingkat pendidikan masyarakat secara keseluruhan.

Masyarakat yang tingkat pendidikannya amat rendah cendrung

mengawinkan anaknya dalam usia yang masih muda.

e. Tingkat ekonomi masyarakat. Masyarakat yang tingkat ekonominya

kurang memuaskan sering memilih perkawinan sebagai jalan keluar

dalam mengatasi kesulitan ekonomi.

f. Tingkat kesehatan penduduk. Jika suatu daerah memiliki tingkat

kesehatan yang belum memuaskan dengan masih tingginya angka

kematian, sering pula ditemukan perkawinan usia muda di daerah

tersebut. Tingginya angka kematian dan terjadinya bencana alam yang

menekan korban jiwa, menyebabkan perkawinan usia muda dianggap

sebagai upaya maksimum untuk mengatasi kemungkinan musnahnya

suatu keluarga dan jaminan bahwa anak-anak mereka yang masih

remaja akan mencapai paling tidak satu bagian dari masa reproduktif

sebelum meninggal. Perkawinan usia muda tersebut juga bertunjuan

untuk menjamin garis keturunan dari keluarga yang bersangkutan.

g. Perubahan nilai. Akibat pengaruh modernisasi, terjadi perubahan nilai,

(6)

h. Peraturan perundang-undangan. Peran peraturan perundang-undangan

dalam perkawinan usia muda cukup besar. Jika peraturan

perundang-undangan masih membenarkan perkawinan usia, akan terus ditemukan

perkawinan usia muda. Peraturan perundang-undangan perkawinan

Indonesia nomor 1 tahun 1974 menyatakan bahwa usia minimal

seorang wanita untuk menikah adalah 16 tahun.

Menurut Surbakti (2008) Pernikahan usia muda mengandung resiko besar

karena secara mental mereka belum siap untuk memikul tanggung jawab yang

besar sebagai sebuah keluarga. Pernikahan dini juga biasanya disebabkan oleh

hal-hal :

a. Pendidikan yang rendah

Pendidikann yang rendah adalah salah satu penyebab banyaknya terjadi

pernikahan dini. Umumnya kurang menyadari bahaya yang timbul akibat

pernikahan dini. Banyak remaja putus sekolah atau hanya tamat sekolah dasar,

kemudian menikah karena tidak punya kegiatan.

b. Peraturan budaya

Peraturan budaya bisa jadi merupakan salah satu faktor pemicu terjadinya

pernikahan dini. Usia layak menikah menurut aturan budaya seringkali

dikaitkan dengan datangnya haid pertama bagi wanita. Dengan demikian,

banyak remaja yang sebenarnya belum layak menikah, terpaksa menikah

karena desakan budaya.

(7)

Tidak sedikit pernikahan dini di sebabkan “kecelakaan” yang tidak disengaja akibat pergaulan yang tidak terkontrol. Dampaknya mereka harus

mempertanggungjawabkan perbuatan dengan menikah secara dini. Untuk

menutupi aib keluarga, tidak ada jalan lain kecuali menikahkan mereka secara

dini. Pernikahan model ini biasanya tidak akan bertahan lama karena

landasannya tidak kuat.

d. Keluarga cerai (broken home)

e. Banyak anak-anak korban perceraian terpaksa nikah secara dini karena

berbagai alasan, misalnya tekanan ekonomi, untuk meringankan beban

orang tua tunggal, membantu keluarga, mendapatkan pekerjaan,

meningkatkan taraf hidup, dan sebagainya.

f. Daya tarik fisik

Faktor lain yang sering mendorong terjadinya pernikahan dini adalah daya

tarik fisik. Banyak remaja yang terjerumus ke dalam pernikahan karena daya

tarik fisik. Karena daya tarik fisik sangat terbatas, pernikahan biasannya tidak

berusia panjang.

2.3 Dampak Pernikahan Dini

Menurut Noorkasiani (2007) Akibat yang ditimbulkan oleh perkawinan

usia muda tidak hanya pada individu saja, tetapi juga terhadap umum, lingkungan

terbatas, dan keluarga.

1. Umum.

(8)

a. menimbulkan hambatan pada program kependudukan dan

selanjutnya, berbagai masalah kepundudukan dan berbagai

dampak negatif

b. menghambat peningkatan peranan wanita, terutama dalam

kaitannya dengan pembangunan nasional.

c. Meningkatkan angka kawin cerai yang dapat menimbulkan

keresahan keluarga atau masyarakat secara keseluruhan.

2. lingkungan terbatas

lingkungan terbatas yang dimaksud adalah masyarakat setempat. Akibat

perkawinan usia muda terhadap lingkungan terbatas adalah sebagai berikut :

a. langgengnya nilai-nilai tradisional yang tidak serasi yang dapat

menghambat pembangunan nasional.

b. Menghambat proses dinamisasi masyarakat sehingga masyarakat

tidak pernah dapat berorientasi ke masa depan sehingga

menghambat perkembangan lingkungan sekitarnya.

c. Mendorong meningkatnya peristiwa pengangguran kandungan.

3. keluarga

a. menimbulkan perkawinan yang tidak lestari dengan berbagai akibat

selanjutnya.

b. Menyebabkan sulitnya peningkatan pendapatan keluarga

c. Menyebabkan tidak sempurnanya pendidikan dan pengasuhan anak

dan keluarga yang dimiliki

(9)

Akibat yang dapat ditimbulkan perkawinan usia muda pada individu

adalah sebagai berikut :

a. terhambatnya perkembangan potensi pribadi

b. terhambatnya kemungkinan melanjutkan pendidikan

c. tidak sempurnanya fungsi sebagai ibu dan istri

d. timbulnya perasaan kurang aman, malu, atau frustasi

e. terganggunya status kesehatan atau bahkan kematian karena

perkawinan usia muda berhubungan erat dengan tingginya angka

penyulit kehamilan, penyulit persalinan, penyulit masa nifas, dan

gangguan kesehatan janin, bayi, atau anak yang dimiliki.

2.4 Nikah Siri

2.4.1 Pengertian Nikah Siri

Kata “siri” dalam istilah nikah siri berasal dari bahasa Arab,yaitu “sirrun” yang berarti “rahasia”. Melalui akar kata ini,nikah siri berarti sebagai nikah yang

dirahasiakan,berbeda dengan nikah pada umumnya yang dilakukan secara

terang-terangan. Nikah siri bisa didefenisikan sebagai “bentuk pernikahan yang

dilakukan hanya berdasarkan (hukum) agama atau adat istiadat, tetapi tidak

diutamakan kepada khalayak umum dan juga dicatatkan secara resmi pada kantor

pegawai pencatat nikah, yaitu kantor urusan agama (KUA) bagi yang beragama

islam dan kantor catatan sipil (KCS) (Susanto,2007).

Menurut Huda (2007) Pengertian pernikahan siri secara bahasa

(10)

Nikah siri adalah pernikahan yang dilakukan di luar pengawasan petugas sehingga

pernikahan itu tidak tercatat di KUA.

Menurut Rieke (2007) Nikah siri atau sering disebut perkawinan bawah

tangan adalah perkawinan dimana pihak suami itu meminta kepada dua orang

saksi yang menyaksikan pernikahan,untuk tidak mengumumkannya atau

menyembunyikan pernikahan dari orang lain.

2.4.2 Faktor Terjadinya Nikah Siri

Menurut Susanto (2007) ada beberapa faktor yang melatarbelakangi

terjadinya pernikahan siri :

a. Alasan kesulitan ekonomi

Alasan ini merupakan alasan paling mendasar yang bisa saja dimaklumi.

Atas dasar inilah,biasanya masyarakat golongan bawah (miskin) yang tidak

memiliki harta sehingga tidak sanggup untuk mengurus proses pernikahan secara

resmi dan dicatat melalaui pejabat yang berwenang. Bagi mereka, yang penting

pernikahan secara syariat agama bisa dilangsungkan dan mereka bisa hidup

bersama, tidak lagi dianggap sebagai pasangan kumpul kebo, tetapi sudah sah

secara hukum agama, meskipun belum sah menurut hukum Negara.

b. Faktor kesegeraan dalam melangsungkan pernikahan agar tidak terjerumus

dalam pergaulan sosial yang tidak lazim, seperti hamil di luar nikah, aborsi, dan

(11)

Dengan menikah secara siri terlebih dahulu, paling tidak pasangan

laki-laki dan perempuan yang sedang memandu kasih tidak terjerembab pada lubang

yang berdosaan dan nista. Mereka tidak segera melangsungkan pernikahan secara

resmi karena belum tersedianya dana yang cukup untuk membiayai acara akad

nikah. Dalam hal ini, nikah siri dijadikan “jalur alternatif” untuk mempercepat

proses pernikahan agar terhindar dari pergaulan bebas dan ancaman dosanya.

Penyebab lain pernikahan siri menurut (Khofi, 2006 dalam Ridwan ,2014

) yaitu :

1. Faktor kesadaran hukum

Maksudnya adalah kesadaran hukum masyarakat Indonesia saat ini

memang masih kurang tinggi. Banyak hal yang dapat membuktikan pernyataan

tersebut. Salah satunya yaitu ketidakpatuhan untuk memcatatkan perkawinan

sebagaimana yang telah ditentukan dalam pasal 2 UU No.1 tahun 1974. Dengan

adanya hal tersebut, tampak bahwa kesadaran hukum masih kurang, serta pola

pikir yang dangkal yang disebabkan rendahnya pengetahuan, dan hawa nafsu yang

mendorong terlaksananya hal-hal yang dapat merugikan bagi dirinya maupun

orang lain.

2. Faktor agama

Dengan mayoritas masyarakat Indonesia adalah pemeluk agama islam.

Dengan demikian, perkawinan sering dilakukan secara aturan agama islam oleh

masyarakat yang beragama islam. Sehingga beberapa orang yang beragama islam

(12)

pencatatan nikah itu diharuskan karena pernikahan termasuk kegiatan muamalat

seperti juga dalam kegiatan perjanjian hutang piutang.

3. Faktor ekonomi

Faktor ini juga dapat menjadi salah satu penyebab dilakukannya nikah siri

tetapi tidak menjadi faktor utama. Alasannya adalah, jika suatu pasangan yang

memang jelas memiliki niat baik untuk menikah tanpa didorong dengan niat-niat

yang kurang baik, meskipun dalam hal ini mereka seorang yang tidak mampu atau

miskin. Maka mereka akan lebih memikirkan hal yang terbaik untuk rumah

tangga mereka kelak.

2.4.3 Dampak Nikah Siri

1. Dampak Negatif dalam Keluarga

a. Adanya Perselisihan

Perselisihan disini adalah pertengkaran/percekcokan yang terjadi dalam

keluarga yang melakukan poligami. Percekcokan tersebut terjadi karena adanya

ketidak adilan diantara istri pertama ataupun kedua. Percekcokan tersebut terjadi

karena salah satu istri dikarenakan nikah siri maka suami tidak mendaftarkan

perkawian yang telah dilakukan kepada pejabat yang berwenang.

b. Terabaikannya Hak dan Kewajiban

Terabaikannya hak dan kewajiban, seorang suami yang melakukan

(13)

pertamanya. Dikarenakan si suami lebih sering bersama istri mudanya sehingga si

suami mengabaikan kewajibannya selaku suami.

c. Adanya Keresahan/Kekhawatiran

Adanya keresahan/kekhawatiran melaksanakan pernikahan siri,

dikarenakan tidak memiliki akta nikah. Mereka khawatir apabila berpergian jauh

atau kemalaman dijalan mereka tidak dapat membuktikan bahwa mereka suami

istri, sehubungan dengan banyaknya razia.

2. Dampak Negatif dalam Masyarakat

a. Adanya Fitnah

Resiko perkawina/pernikahan siri adalah timbulnya fitnah, masyarakat

menggap bahwa perkawinan yang dilakuakan secara sirri merupakan upaya

dirinya (pasangan yang menikah) untuk menutupi aib seputar kehamilan diluar

nikah. Walaupun spekualsi tersebut belum tentu benar adanya.

b. Adanya Anggapan Poligami

Poligami, merupakan salah satu kecurigaan yang timbul di dalam

masyarakat akibat perkawinan/pernikahan yang dilakuakan secara siri.

Masyarakat mengagap bahwa perkawinan siri merupakan upaya untuk menutupi

seputar poligami sehingga dengan demikian istri sebelumnnya atau istri

pertamanya tidak mengetahui perihal poligami tersebut. Walaupun anggapan

tersebut tidak benar adanya.

(14)

2.5 Perceraian

2.5.1 Definisi Perceraian

Perceeraian adalah berakhirnya suatu pernikahan. Saat kedua pasangan tak

ingin melanjutkan keidupan pernikahannya, mereka bisa meminta pemerintah

untuk dipisahkan. Selama perceraian, pasangan tersebut harus memutuskan

bagaimana membagi harta mereka yang diperoleh selama pernikahan

(rumah, mobil, perabotan atau kontrak). Dan bagaimana mereka menerima biaya

dan kewajiban merawat anak-anak mereka (Wikipedia).

Perceraian menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti perihal bercerai

antara suami dan istri, yang kata “bercerai” itu sendiri artinya “menjatuhkan taqlak atau memutuskan hubungan sebagai suami istri”.

Perceraian merupakan perkara perceraian karena suami isteri terjadi

perselisihan terus menerus dan tidak dapat diharapkan hidup rukun kembali, tidak

perlu mempermasalahkan siapa yang salah alam percecokan yang terus menerus.

Perceraian juga dijelaskan sebagai penghapusan perkawinan dengan putusan

hakim atau tuntutan salah satu pihak dalam perkawinan itu (Supramono, 1998

dalam Darmabrata, 2003)

Menurut Ihromi (1999) Perceraian adalah cerai hidup antara pasangan

suami istri sebagai akibat dari kegagalan mereka menjalankan obligasi peran

masing-masing.dalam hal ini, perceraian dilihat sebagai akhir dari suatu

ketidakstabilan perkawinan di mana pasangan suami-istri kemudia hidup berpisah

(15)

2.5.2 Penyebab Perceraian

Menurut Surbakti (2008) Faktor penyebab perceraian adalah :

1) Pernikahan dini

Salah satu faktor pemicu terbesar perceraian adalah pernikahan dini.

Bagaimanapun, pernikahan usia muda mengandung risiko besar karena secara

mental mereka belum siap untuk memikul tanggung jawab yang besar.

2) Perbedaan keyakinan

Tidak sedikit pasangan suami istri yang nekad mengambil risiko menikah

dengan pasangan yang tidak satu keyakinan (iman), padahal iman atau keyakinan

adalah salah satu isu yang paling sensitif untuk diperbincangkan apalagi

dipertentangkan di dalam hidup manusia. Jika pasangan suami istri yang berbeda

keyakinan mengalami konflik rumah tangga, sulit sekali mendamaikan hati

mereka yang sedang dipenuhi oleh amarah, kebencian atau dendam.

Keyakinan yang mereka anut sangat berpotensi menjadi penghambat serius

untuk mendamaikan mereka karena perbedaan tafsir tentang nilai-nilai religi di

balik keyakinan mereka. Meskipun ada juga pasangan yang tetap rukun sebagai

pasangan suami istri sekalipun berbeda keyakinan, namun tidak bisa dipungkuri

bahwa perceraian akibat perbedaan keyakinan tetap merupakan masalah yang

sangat serius dan harus diwaspadai.

3) Pengaruh keluarga

Masyarakat kita sangat menghargai kekerabatan seluruh keluarga besar

dan menjunjung tinggi budaya serta adat istiadat yang diwariskan secara turun

(16)

tampak sangat dominan bahkan tidak jarang keluarga besar biasanya jauh lebih

sibuk mempersiapkan pernikahan ketimbang pengantinnya sendiri. Saying,

campur tangan keluarga sering berlanjut terus sekalipun pasangan pernikahan

sudah mempunyai anak tiga atau bahkan usia pernikahan sudah lebih dari

dasawarsa.

Kedekatan pasangan pernikahan dengan keluarga besar memang sangat baik

dan bermanfaat besar. Namun selain sisi positif, kedekatan dengan keluarga besar

juga mengandung sejumlah aspek negatif yang berpotensi membuat suasana

rumah tangga menjadi kisruh. Tidak jarang perceraian pasangan terjadi karena

pihak keluarga, entah dari keluarga laki-laki atau keluarga perempuan yang terlalu

jauh ikut mencampuri urusan keluarga anak mereka. Bagaimanapun, campur

tangan keluarga yang terlalu jauh pasti menyebabkan suasana rumah tangga anak

mereka pasti kacau.

4) Penghasilan

Salah satu alasan klasik perceraian adalah akibat keadaan ekonomi keluarga

yang semakin berat sehingga memaksa pasangan untuk becerai. Hamper sebagian

besar pembicaraan setiap hari di dalam rumah tangga adalah menyangkut masalah

uang karena bagaimanapun, uang merupakan motor penggerak aktivitas rumah

tangga yang paling berpengaruh. Jika rumah tangga terus menerus didera oleh

masalah penghasilan yang tidak membaik, situasi ini dapat membawa pasangan

suami sitri kepada keadaan frustasi sehingga memicu terjadinya perceraian.

Memang penghasilan yang membaik juga bukan merupakan jaminan bahwa

(17)

Meskipun presentasenya lebih kecil, namun penghasilan yang membaik juga bisa

memicu perceraian.

2.5.3 Dampak Perceraian

Menurut Surbakti (2008), Banyak sekali dampak perceraian yang akan muncul

ke permukaan dan pasti tidak dikehendaki oleh kedua belah pihak salah satunya

yaitu Perubahan Status sosial, dampak lain dari perceraian adalah perubahan

sosial seseorang dari seorang kepala keluarga atau ibu rumah tangga menjadi

janda atau duda dan ini berkaitan dengan harga diri (self esteem). Sifat alamiah

manusia adalah tidak bisa hidup tentram jika harga dirinya terusik. Status sebagai

duda atau janda sangat membatasi ruang gerak mereka dalam berinteraksi dengan

masyarakat. Situais ini tentu saja sangat tidak menguntungkan di tengah-tengah

pergaulan. Sebagaian masyarakat selalu memperguncingkan setiap gerak-gerik

mereka sehingga kebaikan apa pun yang mereka lakukan cendrung selalu

ditafsirkan negatif.

Masih cukup banyak anggota masyarakat yang mencibir keberadaan duda atau

janda tanpa berusaha memahami latar belakangnya. Kehadiran mereka

seakan-akan membawa teladan buruk bagi masyarakat sekitar. Meski pun belum tentu

benar mereka seringkali dituding sebagai kelompok yang senang menggoda

kehidupan rumah tangga orang lain, apalagi jika korban perceraian tersebut adalah

wanita yang masih muda. Tidak sedikit pasangan yang bercerai mengalami

konflik batin yag hebat bahkan terpaksa menarik diri dari pergaulan karena

(18)

2.6Teori Pertukaran Sosial

Teori pertukaran sosial adalah teori dalam ilmu sosial yang menyatakan

bahwa dalam sebuah hubungan sosial terdapat unsur ganjaran, pengorbanan, dan

keuntungan yang saling memengaruhi. Pada umumnya, hubungan sosial terdiri

dari pada masyarakat, maka kita dan masyarakat lain di lihat mempunyai perilaku

yang saling memengaruhi dalam hubungan tersebut, yang terdapat unsur ganjaran,

pengorbanan dan keuntungan. Ganjaran merupakan segala hal yang diperolehi

melalui adanya pengorbanan, manakala pengorbanan merupakan semua hal yang

dihindarkan, dan keuntungan adalah ganjaran dikurangi oleh pengorbanan. Jadi

perilaku sosial terdiri atas pertukaran paling sedikit antara dua orang berdasarkan

perhitungan untung-rugi. Misalnya, pola-pola perilaku di tempat kerja, percintaan,

perkawinan, dan persahabatan.

Analogi dari hal tersebut, pada suatu ketika anda merasa bahwa setiap teman

anda yang di satu kelas selalu berusaha memperoleh sesuatu dari anda. Pada saat

tersebut anda selalu memberikan apa yang teman anda butuhkan dari anda, akan

tetapi hal sebaliknya justru terjadi ketika anda membutuhkan sesuatu dari teman

anda. Setiap individu menjalin pertemanan tentunya mempunyai tujuan untuk

saling memperhatikan satu sama lain. Individu tersebut pasti diharapkan untuk

berbuat sesuatu bagi sesamanya, saling membantu jikalau dibutuhkan, dan saling

memberikan dukungan dikala sedih. Akan tetapi mempertahankan hubungan

persahabatan itu juga membutuhkan biaya (cost) tertentu, seperti hilang waktu dan

energi serta kegiatan-kegiatan lainnya yang tidak jadi dilaksanakan. Meskipun

(19)

ketika dipandang dari sudut penghargaan (reward) yang didapatkan dari

persahabatan tersebut. Namun, biaya tersebut harus dipertimbangkan apabila kita

menganalisis secara obyektif hubungan-hubungan transaksi yang ada dalam

persahabatan. Apabila biaya yang dikeluarkan terlihat tidak sesuai dengan

imbalannya, yang terjadi justru perasaan tidak enak di pihak yang merasa bahwa

imbalan yang diterima itu terlalu rendah dibandingkan dengan biaya atau

pengorbanan yang sudah diberikan. (wikipedia)

Levi-strauss, seorang ahli antropologi prancis, yang bekerja dalam kerangka

tradisi Durkheim mengembangkan suatu perspektif teoritis mengenai pertukaran

sosial dalam analisanya tentang prakter perkawinan dan sistem kekerabatan

masyarakat- masyarakat primitif. Masyarakat primitif tidak menyerahkan pilihan

pasangan perkawinan kepada individu-individu yang bersangkutan secara

langsung seperti yang dibuat di masyarakat Amerika, juga kemungkinan bagi

pasangan-pasangan perkawinan yang memenuhi syarat tidak seluas seperti dalam

masyarakat modern. Sering klan-klan primitif itu mempunyai pengaturan

institusional tertentu bagi pertukaran wanita sebagai pasangan perkawinan. Suatu

pola yang jarang terjadi adalah seorang pria mengawini putri saudara bapaknya.

Dalam mengembangkan analisanya mengenai perkawinan dan sistem kekerabatan

masyarakat-masyarakat primitif, levi-stauruss membedakan dua sistem pertukaran

yaitu, pertukaran langsung dan pertukaran tidak langsung. (Johnson, 1986)

Tujuan utama dalam model levi-strauss, proses pertukaran itu adalah tidak

untuk memungkinkan pasangan-pasangan yang terlibat dalam pertukaran itu

(20)

adalah bahwa dia menggungkapkan komitmen moral individu itu pada kelompok.

Bentuk khusus pertukaran itu , apakah langsung atau tidak langsung, bukanlah

masalah keputusan individu yang dikeluarkan berdasarkan pertimbangan

kepentingan sekarang ini.(Johnson, 1986)

2.7 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang relevan telah mengilhami penelitian ini,baik

sebagai referensi, pembanding mupun sebagai dasar pemilihan topik penelitian. Di

antaranya yaitu:

1. Rujukan pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Naibaho (2013)

yang memaparkan bagaiman Faktor-Fator Yang Mempengaruhi

Pernikahan Usia Muda (Studi Kasus Di Dusun IX Seroja Pasar VII

Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang). Hasil

penelitian menunjukkan bahwa yang menjadi faktor dominan pernikahan

usia muda di Dusun IX Seroja Pasar VII Tembung Kecamatan Percut Sei

Tuan dikarenakan hamil di luar nikah (Marrige By Acident) dan bukan

hanya itu saja ada faktor lain yang menyebabkan mereka menikah di usia

muda seperti faktor kemauan sendiri (merasa sudah saling mencintai),

faktor dorongan orang tua/ keluarga, juga faktor pendidikan yang begitu

rendah dikarenakan keadaan ekonomi yang serba pas-pasan.

Faktor Orang tua/ Keluarga Faktor keluarga merupakan faktor

adanya pernikahan usia muda di dusun seroja, dimana keluarga dan orang

tua akan segera menikahkan anaknya jika sudah menginjak masa dewasa.

(21)

keluarga yang mempunyai anak gadis tidak akan merasa tenang sebelum

anak gadisnya menikah. Orang tua akan merasa takut apabila anaknya jadi

perawan tua dan takut apabila anaknya akan melakukan ha-hal yang tidak

diinginkan yang akan mencemari nama baik keluarganya.

Masalah kemiskinan merupakan salah satu faktor yang

menyebabkan pernikahan usia muda di dusun Seroja. Adanya anggapan

jika si anak perempuan menikah maka akan mengurangi biaya pengeluaran

orang tua si perempuan. Karena jika anak perempuannya menikah

otomatis biaya hidup anaknya akan ditanggung suaminya. Ataupun si anak

perempuan tersebut yang ingin segera menikah untuk mengurangi beban

orang tuanya dalam arti si anak perempuan tersebut meminta segera

menikah karena melihat kondisi perekonomian orang tuannnya rendah.

Faktor pendidikan juga memengaruhi adanya pernikahan dini di

dusun Seroja. Dari hasil penelitian di dusun Seroja diperoleh bahwa

rata-rata pendidikan orang tua maupun informan itu sendiri masih tergolong

rendah.Selain faktor ekonomi, pernikahan usia muda di di Dusun IX

Seroja Pasar VII Tembung disebabkan adanya kemauan sendiri dari

pasangan. Hal ini disebabkan karena keduanya sudah merasa saling

mencintai maka ada keinginan untuk segera menikah tanpa memandang

umur dan adanya pengetahuan anak yang diperoleh dari film atau

media-media yang lain, sehingga bagi mereka yang telah mempunyai pasangan

(22)

2. Rujukan kedua adalah penelitian yang dilakukan oleh istiqomah(2004)

yang memaparkan tentang Studi Kasus Pernikahan Dini di Desa Wukirsari

Imogiri Bantul Yogyakarta, hasil penelitian menunjukan bahwa penyebab

pernikahan dini adalah hamil diluar nikah dan 60% dari pasangan nikah

dini memiliki alasan sudah terlanjur hamil sebelum menikah.Penyebab

lain yang mendasari pernikahan dini adalah budaya, pendidikan dan sosial

ekonomi. Peran pendidikan anak-anak sangat mempunyai peran yang

besar. Jika seorang anak putus sekolah pada usia wajib sekolah, kemudian

mengisi waktu dengan bekerja. Saat ini anak tersebut sudah merasa cukup

mandiri, sehingga merasa mampu untuk menghidupi diri sendiri. Terkait

dengan budaya, hasil penelitian menunjukan bahwa adanya anggapan

bahwa menikah di usia lebih dari 20 adalah hal yang tabu. Dengan banyak

nya pernikahan dini maka akibat yang ditimbulkan adalah adanya

peningkatan perceraian. Sebab-sebab terjadinya perceraian, rata-rata ada

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 9 menunjukkan hubungan persentase naungan dengan panjang tanaman berbentuk linear negatif dimana dengan bertambahnya persentase naungan hingga 75 %

Mengingat interaksi (baca: resepsi) umat Islam terhadap Al-Qur’an di dalam kehidupan sehari-hari sangat beragam, tidak hanya menafsirkan teks Al-Qur'an saja, tetapi memperlakukan

berharakat fathah dan hamzah kedua berharakat «ammah, di dalam tiga surah tersebut tidak ditemukan. [3] Peristiwa hamzah pertama berharakat «ammah dan hamzah kedua berharakat

Metode yang digunakan antara lain melalui cara kimia dengan melisis tallus rumput laut dengan campuran enzim komersial, kemudian enzim yang berasal dari viscera keong mas baik

Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tablet hisap yang menggunakan bahan pemanis sorbitol memiliki tingkat kekerasan yang tinggi, kerapuhan semakin rendah dengan

Judul skripsi : Peran Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (BP3AKB) Kabupaten Karanganyar Dalam Pendampingan Anak Korban Kekerasan

(miR-184, miR-191, miR-193a and miR-378 altogether) might differentiate the expression of MDM4 various alleles. In addition, the number of

Berdasarkan Tabel 1 ketinggian perangkap yang efektif untuk memerangkap lalat buah adalah 85 cm, hal ini dapat dilihat pada perlakuan T1 (limbah kakao ketinggian 85