• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Faktor Risiko Tekanan dan Kesempatan dalam Perspektif Fraud Triangle Terhadap Fraudulent Financial Reporting Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI Tahun 2012-2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Faktor Risiko Tekanan dan Kesempatan dalam Perspektif Fraud Triangle Terhadap Fraudulent Financial Reporting Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI Tahun 2012-2015"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses terakhir dari siklus akuntansi adalah diperolehnya hasil berupa laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan media komunikasi dalam bentuk informasi tertulis mengenai posisi keuangan, aktivitas dan kinerja keuangan yang disajikan secara terstruktur dan berkala. Penginformasian ini ditujukan kepada para pihak yang terkait, baik didalam maupun diluar perusahaan sebagai bentuk pertanggungjawaban pihak manajemen atas aliran dana investasi dan kredit yang masuk ke perusahaan, serta sebagai alat untuk menarik investor baru yang hendak menanamkan modal.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2012) Laporan Keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Di Indonesia, Laporan Keuangan wajib disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) merupakan suatu petunjuk dari prosedur akuntansi yang berisi perlakuan, pencatatan, penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Menurut PSAK No. 1 (2013) tentang Penyajian Laporan Keuangan yang merupakan revisi dari PSAK 1 (2009), Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponen-komponen berikut ini:

a) laporan posisi keuangan (neraca) pada akhir periode;

(2)

c) laporan perubahan ekuitas selama periode; d) laporan arus kas selama periode;

e) catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi penting dan informasi penjelasan lain;

ea) informasi komparatif untuk mematuhi periode sebelumnya sebagaimana ditentukan dalam paragraf 36 dan 36A; dan

f) laporan posisi keuangan pada awal periode sebelumnya yang disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya sesuai dengan paragraf 40A-40D.

(3)

Tindak kecurangan dengan cara memanipulasi informasi pada laporan keuangan menyebabkan informasi yang terkandung dalam laporan keuangan menjadi tidak valid dan relevan. Apabila laporan keuangan tidak valid dan relevan, maka informasi keuangan tersebut tidak dapat dijadikan dasar untuk pengambilan keputusan karena analisis yang dilakukan tidak berdasarkan informasi yang sebenarnya. Hal inilah yang dapat menyesatkan para pengguna laporan keuangan terkhusus bagi para pengguna yang menjadikan laporan keuangan sebagai dasar pengambilan keputusan ekonomi.

Kecurangan dalam konteks pelaporan keuangan mengindikasikan adanya salah saji secara material baik yang dilakukan oleh suatu lembaga organisasi ataupun individu. Fraud yang dimaksud merupakan salah satu dari bentuk kejahatan dibidang ekonomi, yang tidak sedikit memakan biaya yang besar bagi suatu organisasi dan yang lebih tragisnya lagi bahwa organisasi yang bersangkutan secara implisit terkesan menyembunyikannya (Rahman, 2011).

(4)

Kasus ini melibatkan Arthur Andersen sebagai auditor eksternal yang telah menghancurkan dokumen dan bukti-bukti penting. Enron yang menduduki ranking 7 dari 500 perusahaan terkemuka di AS bangkrut dengan meninggalkan hutang hampir US $ 31.2 milyar. Kasus Enron tidak hanya merugikan pihak investor, tetapi juga para karyawan yang menginvestasikan dana pensiunnya dalam saham perusahaan dan investor di pasar modal.

Selain Enron, terdapat banyak skandal manajemen laba berskala besar lainnya yang dilakukan secara ilegal seperti Xerox Corporation, WorldCom, Walt Disney Company, dan lain-lain. Keruntuhan perusahaan-perusahaan publik tersebut dikarenakan oleh strategi maupun praktik curang (fraud) dari manajemen puncak yang berlangsung cukup lama karena lemahnya pengawasan yang independen oleh corporate boards (Gozali, 2012).

(5)

Selain PT KF, terdapat pula skandal keuangan pada perusahaan perbankan. Menurut Undang-undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan, perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Sedangkan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk pinjaman dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Sebagai alat dalam pelaksanaan kebijakan moneter pemerintah, industri perbankan memiliki peranan yang sangat penting dalam sistem perekonomian suatu negara. Hal ini dikarenakan perbankan sebagai lembaga perantara keuangan memiliki fungsi Financial Intermediary. Sesuai dengan pengertian bank menurut PSAK No.31 dalam Noviyani (2012), bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (Financial Intermediary) yaitu suatu lembaga yang mempunyai peran untuk mempertemukan antara antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran.

(6)

Menurut Risiko. Semakin besar proporsi rasio ini, semakin baik posisi modal sebuah bank, dan sebaliknya. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia (BI), bank yang dinyatakan sehat harus memiliki CAR paling sedikit sebesar 8%. BI menggunakan laporan keuangan sebagai dasar dalam penentuan status bank (apakah bank tersebut merupakan bank yang sehat atau tidak). Kenyataannya, perusahaan perbankan dengan dasar utama kegiatan kepercayaaan (trust), baik dalam penghimpunan dana maupun dalam penyaluran dana justru terlibat skandal keuangan.

Dalam kasus yang telah ditangani Bapepam tahun 2002, terdapat kasus PT Broadband Multimedia yang melakukan penjaminan atas hutang kepada Bank Lippo dan Bank Mayapada yang dilakukan tanpa seizin RUPS, selaku pemegang kekuasaan tertinggi. Hal ini menandakan bahwa terdapat unit pengawas yang terdapat di perusahaan ini belum melakukan monitoring secara efektif. Dalam beberapa kasus, fraud menyebabkan kerugian pada bank yang jumlahnya cukup besar sehingga bank tersebut dapat ditutup atau dilikuidasi, di antaranya adalah Bank Asiatic dan Bank Dagang Bali yang dilikuidasi pada tahun 2005. Penutupan atau likuidasi akibat fraud tersebut sangat merugikan stakeholders antara lain pemerintah dan investor.

Di samping itu, juga terdapat sembilan kasus perbankan pada kuartal pertama yang dihimpun oleh Strategic Indonesia melalui Badan Reserse Kriminal Mabes Polri (sumber:

(7)

luar bank. Modusnya, membuka rekening atas nama tersangka di luar bank. Uang ditransfer ke rekening tersebut sebesar 6 juta dollar AS. Kemudian uang ditukar dengan dollar hitam (dollar AS palsu berwarna hitam) menjadi 60 juta dollar AS.

2. pemberian kredit dengan dokumen dan jaminan fiktif pada Bank Internasional Indonesia (BII) pada 31 Januari 2011. Melibatkan account officer BII Cabang Pangeran Jayakarta. Total kerugian Rp 3,6 miliar.

3. pencairan deposito dan melarikan pembobolan tabungan nasabah Bank Mandiri. Melibatkan lima tersangka, salah satunya customer service bank tersebut. Modusnya memalsukan tanda tangan di slip penarikan, kemudian ditransfer ke rekening tersangka. Kasus yang dilaporkan 1 Februari 2011, dengan nilai kerugian Rp 18 miliar.

4. Bank Negara Indonesia (BNI) Cabang Margonda Depok. Tersangka seorang wakil pimpinan BNI cabang tersebut. Modusnya, tersangka mengirim berita teleks palsu berisi perintah memindahkan slip surat keputusan kredit dengan membuka rekening peminjaman modal kerja. 5. pencairan deposito Rp 6 miliar milik nasabah oleh pengurus BPR tanpa

(8)

6. pada 9 Maret terjadi pada Bank Danamon. Modusnya head teller Bank Danamon Cabang Menara Bank Danamon menarik uang kas nasabah berulang-ulang sebesar Rp 1,9 miliar dan 110.000 dollar AS.

7. penggelapan dana nasabah yang dilakukan Kepala Operasi Panin Bank Cabang Metro Sunter dengan mengalirkan dana ke rekening pribadi. Kerugian bank Rp 2,5 miliar.

8. pembobolan uang nasabah prioritas Citibank Landmark senilai Rp 16,63 miliar yang dilakukan senior relationship manager (RM) bank tersebut. Inong Malinda Dee, selaku RM, menarik dana nasabah tanpa sepengetahuan pemilik melalui slip penarikan kosong yang sudah ditandatangani nasabah.

9. konspirasi kecurangan investasi/deposito senilai Rp 111 miliar untuk kepentingan pribadi Kepala Cabang Bank Mega Jababeka.

Menurut Hofstede Centre (2014) dalam K. Mohamed (2015), Malaysia hadir dengan skor Power Distance Index (PDI) tertinggi yakni 100 dan Indonesia menduduki posisi ke-2 tertinggi dengan angka 78 dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya. Di posisi ke-3 ada Singapore 74, disusul Vietnam 70, dan Thailand 64. Skor PDI telah menjadi alat pengukuran dalam penelitian ilmu sosial untuk membuat perbandingan perbedaan negara dan budaya. Skor rentang indeks antara 1 (terrendah) dan 120 (tertinggi) digunakan untuk mengukur gap. PDI menunjukkan bahwa terdapat tendensi yang tinggi bagi Fraud dan Fraudulent Financial Reporting (FFR) untuk terjadi berulang kali di negara

(9)

The Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) merupakan

organisasi profesional bergerak di bidang pemeriksaan atas kecurangan yang berkedudukan di Amerika Serikat. ACFE merupakan asosiasi yang memiliki misi untuk mengurangi peristiwa fraud dan kejahatan kerah-putih dengan mendeteksi dan menghalangi terjadinya fraud. Organisasi yang didirikan oleh Dr. Joseph T. Wells, CFE, CPA ini menerbitkan Report to the Nations on Occupational Fraud and Abuse pada tahun 1996 untuk pertama kalinya. Report to the Nations on

Occupational Fraud and Abuse merupakan proyek penelitian anti fraud pertama

yang dilakukan dengan menganalisis biaya, metodologi dan para pelaku kecurangan. Awalnya pada perusahaan di Amerika, namun saat ini laporan tersebut sudah memuat berbagai kasus kecurangan yang terjadi di enam belahan benua di dunia. Informasi yang terkandung dalam laporan ini berdasarkan kasus kecurangan yang telah diinvestigasi oleh Certified Fraud Examiner (CFE).

Tabel 1.1

Jumlah dan persentase kasus Occupational Fraud serta jumlah kerugian di berbagai wilayah di dunia tahun 2010 dan 2012

(10)

Tabel diatas menunjukkan jumlah kasus dan tingkat kerugian yang diderita oleh berbagai wilayah di dunia pada tahun 2010 dan 2012 berdasarkan Report to the Nations on Occupational Fraud and Abuse yang diterbitkan ACFE. Dalam

Report to the Nations on Occupational Fraud and Abuse (2010), ACFE

menganalisis 1.797 kasus occupational fraud yang terjadi pada 106 negara di dunia. Amerika Serikat menduduki posisi pertama dengan jumlah kasus tertinggi yakni 1.021 kasus. Asia berada pada posisi kedua dengan jumlah kasus 298. Eropa menduduki posisi ketiga dengan jumlah kasus 157.

ACFE kembali menerbitkan Report to the Nations on Occupational Fraud and Abuse (2012). Dalam laporannya di tahun 2012, ACFE menganalisis 1.359

kasus occupational fraud yang terjadi pada 96 negara. Amerika Serikat kembali menduduki posisi pertama dengan jumlah kasus yang menurun dari tahun 2010 yakni menjadi 778 kasus. Pada posisi kedua, Asia kembali muncul dengan jumlah kasus 204 dan Eropa kembali menduduki posisi ketiga dengan jumlah 134 kasus.

Tabel 1.2

Jumlah dan persentase kasus Occupational Fraud serta jumlah kerugian di berbagai wilayah di dunia tahun 2014

Wilayah Jumlah

Sub-Sahara Afrika 173 12.8% $120,000

Asia Pasifik 129 9.6% $240,000

Eropa Barat 98 7.3% $200,000

Eropa Timur dan Asia Tengah/Barat 78 5.8% $383,000

Kanada 58 4.3% $250,000

Amerika Latin dan Karibian 57 4.2% $200,000

Asia Selatan 55 4.1% $56,000

(11)

ACFE kembali menerbitkan Report to the Nations on Occupational Fraud and Abuse tahun 2014 yang menunjukkan bahwa ACFE telah menganalisis 1.347

kasus occupational fraud yang terjadi pada lebih dari 100 negara. Pada Report to the Nations on Occupational Fraud and Abuse tahun 2014, ACFE menggolongkan

lokasi geografis yang lebih rinci lagi dengan membagi lokasi menjadi 9 wilayah di dunia. Amerika Serikat kembali menduduki posisi pertama dengan jumlah kasus 646. Pada posisi kedua, terdapat Sub-Sahara Afrika dengan jumlah kasus 173. Asia Pasifik menduduki posisi ketiga dengan jumlah kasus 129.

Berdasarkan studi yang dilakukan oleh ACFE tahun 2010 dan 2012, Indonesia yang termasuk dalam regional Asia. Pada tahun 2010, Indonesia berkontribusi 27 kasus kecurangan yang merupakan posisi ketiga setelah China dengan 62 kasus dan India 37 kasus dari total 298 kasus. Pada tahun 2012, serupa dengan Malaysia, Indonesia berkontribusi sejumlah 20 kasus. Seperti sebelumnya, kontributor kasus fraud terbesar di wilayah Asia adalah China dengan jumlah kasus yang menurun cukup tajam menjadi 35 kasus. Selanjutnya pada posisi kedua, India berkontribusi sebanyak 34 kasus dari total 204 kasus. Sementara itu, berdasarkan studi ACFE di tahun 2014, Indonesia tergolong dalam regional Asia Pasifik. Posisi pertama diduduki oleh China dengan jumlah kasus 39. Indonesia berada pada posisi kedua dan berkontribusi 19 kasus. Pada posisi ketiga, Philipina menyumbang 18 dari 129 kasus.

(12)

Sumber: Report to the Nations on Occupational Fraud and Abuse (2010, 2012, 2014)

Gambar 1.1

Jumlah kasus Occupational Fraud di dunia, Asia dan Indonesia tahun 2010, 2012 dan 2014

(13)

Sumber: Report to the Nations on Occupational Fraud and Abuse (2010, 2012, 2014)

Gambar 1.2

Jumlah kasus Occupational Fraud perbankan dan kerugiannya tahun 2010, 2012 dan 2014

Sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh ACFE, berdasarkan laporan triwulan Bank Indonesia (BI) kepada DPR pada tahun 2012-2013, jumlah kasus tindak pidana perbankan (tipibank) yang dilaporkan kepada DPR jumlahnya cukup besar. Sejak Desember 2013, fungsi pengaturan dan pengawasan bank telah beralih dari BI ke Otoritas Jasa Keuangan sebagaimana diatur dalam UU No. 21 tahun 2011 tentang OJK dan menurut laporan triwulanan OJK kepada DPR masih didapati jumlah tipibank yang cukup besar. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.3 berikut ini:

Tabel 1.3

Statistik Investigasi Dugaan Tindak Pidana Perbankan No. Tahun Jumlah kasus yang diinvestigasi

1. 2012 65

2. 2013 62

(14)

Menurut Laporan Triwulanan OJK kepada DPR, modus fraud yang terjadi pada sektor perbankan diantaranya adalah penyimpangan pengeluaran biaya sponsorship, mark up fasilitas kredit, penggunaan dana debitur/nasabah untuk

kepentingan pribadi, penggelapan dana, pemalsuan tanda tangan, menerima fee dari debitur, menerbitkan bank garansi fiktif, dan pemungutan biaya administrasi kepada nasabah.

Caprio dan Levine (2002) dalam Gozali (2012) mengemukakan bahwa bank merupakan sektor usaha yang tidak transparan, sehingga memungkinkan terjadinya masalah keagenan. Masalah keagenan dalam sektor keuangan perbankan pada hakekatnya dapat dibedakan dalam dua kategori. Pertama adalah masalah keagenan akibat hutang (debt agency problem) dan kedua adalah masalah keagenan akibat pemisahan kepemilikan dan pengendalian (separation of ownership and control).

(15)

menghasilkan temuan yang tidak konsisten misalnya penelitian yang dilakukan oleh Persons (1995), Anisa (2012), Hutomo (2012), Subroto (2012), Rosita (2014) dan Rachmawati (2014) sehingga dianggap perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi fraudulent financial reporting untuk memperoleh konsistensi temuan.

Berikut ini inkonsistensi yang diperoleh dari hasil penelitian sebelumnya. Tabel 1.4

Kesenjangan Penelitian (Research gap)

No. Variabel Berpengaruh terhadap FFR

Tidak Berpengaruh terhadap FFR 1. Profitabilitas Pengaruh negatif: Ansar

(2011)

Persons (1995), Hutomo (2012), Subroto (2012) dan Rachmawati & Marsono (2014)

2. Leverage Pengaruh positif: Persons

(1995), Anisa (2012) dan (2014) dan Wicaksono & Chariri (2015)

Rachmawati & Marsono (2014)

Sumber: Diolah oleh peneliti.

Berdasarkan penelitian Ansar (2011), profitabilitas berpengaruh negatif terhadap fraudulent financial reporting. Sementara itu, hasil penelitian Persons (1995), Hutomo (2012), Subroto (2012) dan Rachmawati (2014) menunjukkan hal yang berbeda, profitabilitas tidak berpengaruh terhadap fraudulent financial reporting. Berdasarkan penelitian Persons (1995), Anisa (2012) dan Dalnial

(2014) diperoleh hasil bahwa financial leverage berpengaruh positif terhadap fraudulent financial reporting. Sedangkan hasil penelitian Hutomo (2012),

(16)

Berdasarkan penelitian Rosita (2014), efektivitas pengawasan berpengaruh signifikan terhadap fraudulent financial reporting. Di sisi yang lain, Rachmawati (2014) menemukan bahwa efektivitas pengawasan tidak berpengaruh terhadap fraudulent financial reporting. Berdasarkan uraian di atas, kesenjangan penelitian

mengenai fraudulent financial reporting digambarkan dalam tabel berikut.

Berdasarkan fenomena dan research gap tersebut di atas, penelitian ini bertujuan untuk menguji kembali faktor-faktor yang mempengaruhi fraudulent financial reporting serta mendeteksi ada atau tidaknya kecurangan pelaporan

keuangan pada sektor perbankan dengan menggunakan faktor risiko tekanan dan kesempatan. Penelitian ini menggunakan variabel-variabel yang berasal dari dua faktor penyebab terjadinya fraud triangle dan dari variabel-variabel tersebut, selanjutnya ditentukan proksi-proksi pengukurannya. Tidak digunakannya faktor rasionalisasi dikarenakan pelaku fraud akan selalu mencari alasan yang rasional untuk membenarkan perbuatannya.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk menganalisis hubungan faktor risiko tekanan dan kesempatan berdasarkan konsep fraud triangle dalam mendeteksi ada tidaknya kecurangan pelaporan keuangan

(fraudulent financial reporting), yang dituangkan dalam skripsi berjudul: “Pengaruh Faktor Risiko Tekanan dan Kesempatan dalam Perspektif Fraud Triangle Terhadap Fraudulent Financial Reporting Pada Perusahaan

(17)

1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan penelitian yang akan dibahas pada penelitian ini disajikan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: apakah profitabilitas, tingkat leverage, dan efektivitas pengawasan berpengaruh terhadap kecurangan pelaporan keuangan (Fraudulent Financial Reporting) baik secara simultan maupun parsial pada perusahaan perbankan tahun 2012-2015?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah tertera di atas, tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah profitabilitas, tingkat leverage dan efektivitas pengawasan berpengaruh terhadap kecurangan pelaporan

keuangan (Fraudulent Financial Reporting) baik secara simultan maupun parsial pada perusahaan perbankan tahun 2012-2015

1.4 Manfaat Penelitian

Selaras dengan tujuan penelitian diatas, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak sebagai berikut:

1. Bagi Peneliti

(18)

2. Bagi Investor

Penelitian ini dapat membantu agar investor berhati-hati dan semakin bijak dalam menganalisa laporan keuangan, mendeteksi kesempatan terkait tindak kecurangan dalam penyajian laporan keuangan sebelum akhirnya mengambil keputusan untuk berinvestasi.

3. Bagi Perusahaan

Dengan adanya penelitian ini, perusahaan diharapkan dapat menyajikan laporan keuangan yang bebas dari kecurangan dan salah saji yang material mengingat besarnya dampak dan pengaruh hal tersebut terhadap pengambilan keputusan ekonomi yang dilakukan oleh investor, kreditor, dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya.

4. Bagi Regulator

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan dalam menentukan kebijakan publik yang tepat terkait good corporate governance sehingga dapat meminimalisir terjadinya kecurangan pelaporan keuangan sekaligus meningkatkan kualitas informasi yang disajikan dalam laporan keuangan.

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

Gambar

Tabel 1.2 Occupational Fraud
Tabel 1.3 Statistik Investigasi Dugaan Tindak Pidana Perbankan
Tabel 1.4 Kesenjangan Penelitian (

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 8.1 Matriks Memorandum Program Investasi Sektor Pengembangan Perumahan dan Permukiman (Bangkim) Kabupaten Kutai Timur Tahun 2015-2019.. SEKTOR NO

Temukan kembali tampilan klasik pada rumah Anda dengan Conwood Lap Siding BG yang memiliki textur kayu alami yang berdesain cantik memberikan tampilan modern dan klasik pada

Selain bermain, pemain juga dapat berkreasi dengan memasukkan file musik digital (dengan format .mp2, .mp3, .aiff, .mid, .au, dan .wav sesuai dengan format-

Sedimen luruh yang bahannya berasal dari pelapukan batuan yang sebagian besar berupa pasir disebut lumpur luruh ( san flow ) yang sebagian besar berupa lumpur

pengelolaan air limbah dari 83 % menjadi 100 % di tahun 2019 Berkurangnya praktek BABS dari 56,2 % menjadi 10 % di tahun 2019 Meningkatnya anggaran untuk air limbah dari 0,5

(1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan

Berdasarkan hasil angket penelitian kinerja guru BK dalam perencanaan program BK komprehensif tergolong rendah. Hal itu dapat dijelaskan dari indikator 1) perencanaan atau

Hasil yang telah dicapai dari penelitian ini adalah sebuah sistem pendukung keputusan yang berisikan informasi terkait sertifikasi yaitu biodata calon