• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Kesesuaian Ekowisata Mangrove di Pantai Bali Desa Mesjid Kecamatan Talawi Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumata Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Kesesuaian Ekowisata Mangrove di Pantai Bali Desa Mesjid Kecamatan Talawi Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumata Utara"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Wilayah pesisir Indonesia kaya dan beranekaragam sumberdaya alam. Satu

diantara sumberdaya alam di wilayah pesisir adalah ekosistem mangrove. Ekosistem

mangrove merupakan ekosistem peralihan antara ekosistem darat dan ekosistem laut.

Mangrove memiliki fungsi ekologis sebagai spawning ground, feeding ground,

dan juga nursery ground. Mangrove juga berfungsi sebagai tempat penampung sedimen. Hutan mangrove merupakan ekosistem dengan tingkat produktivitas yang

tinggi dengan berbagai macam fungsi ekonomi, sosial, dan lingkungan yang penting.

Satu diantara fungsi sosial hutan mangrove adalah memungkinkan dijadikan sebagai

tujuan wisata. Kawasan ekosistem mangrove yang strategis menjadikan ekosistem ini

sebagai berbagai habitat flora dan fauna.

Pemanfaatan ekosistem mangrove untuk ekowisata sejalan dengan pergeseran

minat wisatawan dari old tourism menjadi new tourism. Wisatawan yang datang tidak hanya untuk melakukan wisata semata, melainkan ada informasi dan pengetahuan baru

terkait kegiatan wisata yang bersangkutan.

Kabupaten Batu Bara merupakan satu diantara Kabupaten di Provinsi Sumatera

Utara yang terletak di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Kabupaten Batu Bara

merupakan kabupaten pemekaran dari Kabupaten Asahan dengan luas wilayahnya

mencapai ± 92.365,09 ha dan memiliki luas kawasan hutan 19.653,86 ha. Batu Bara

memiliki garis pantai sepanjang 58 km dan berada di atas ketinggian 0-100 meter di atas

permukaan laut (dpl). Kondisi pantainya sangat rentan terkikis hempasan ombak Selat

(2)

Pantai Bali di Desa Mesjid Lama Kecamatan Talawi memiliki kawasan hutan

mangrove di atas pesisir pantai dengan luas wilayah sekitar 637,22 Ha. Luas wilayah

pesisir sekitar 30,6% dari luas keseluruhan wilayah Kabupaten batu Bara. Ekosistem

pesisir Desa Mesjid Lama terdiri dari ekosistem alam yang meliputi ekosistem hutan

mangrove, pantai berpasir, pantai berlumpur dan pantai berbatu (Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Kabupaten Batu Bara, 2007).

Pantai Bali merupakan daerah yang memiliki daya tarik wisatawan untuk

berkunjung ke daerah tersebut.Pantai ini memiliki hutan mangrove yang sangat

berpotensi dikembangkan sebagai daerah tujuan wisata. Hal ini didasarkan pada

keunikan dan kekhasan tersendiri yang terdapat pada ekosistem mangrove. Ekosistem

mangrove di Pantai ini memiliki keragaman jenis, diantaranya ditumbuhi oleh

Avicennia spp., Sonneratia spp., Rhizophora sp. dan lain sebagainya.

Selain memiliki keanekaragaman mangrove yang tinggi, Pantai Bali juga

memiliki keunikan seperti pasir putih yang sering disebut masyarakat setempat sebagai

beting. Pasir putih merupakan pasir kuarsa yang dapat dijadikan sebagai bahan dasar

untuk membuat kaca. Jenis biota yang terdapat di pantai ini atara lain: beranekaragam

jenis burung (merbu, balam, murai batu, perkutut dan lain sebagainya), remis, kepah,

dan berbagai jenis kerang-kerangan.

Pantai Bali berpotensi untuk dijadikan kawasan ekowisata mangrove. Sehingga

untuk menjadikan suatu daerah menjadi kawasan wisata diperlukan suatu analisis

kesesuaian wisata dimana kegiatan wisata yang dikembangkan hendaknya disesuaikan

dengan potensi sumberdaya dan peruntukannya. Hal ini memberikan arti bahwa

(3)

kelestarian sumberdaya dapat juga meningkatkan kegiatan ekonomi masyarakat dan

sekaligus berperan dalam upaya peningkatan kesejahteraan dan pendapatan masyarakat.

Perumusan Permasalahan

Penelitian tentang pengembangan kawasan ekowisata pesisir di perairan Pantai

Bali Kecamatan Talawi Kabupaten Batu Bara berdasarkan kesesuaian ekowisata

mangrove belum pernah dilakukan, sehingga dipandang sangat perlu dilakukan untuk

mewujudkan pembangunan pariwisata berkelanjutan. Keanekaragaman flora dan fauna

yang terdapat di Pantai Bali sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai ekowisata

khususnya ekowisata mangrove.

Oleh sebab itu masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai

berikut:

1. Bagaimana potensi mangrove di Pantai Bali?

2. Bagaimana analisis kesesuaian dan daya dukung ekosistem mangrove sebagai

kawasan wisata di Pantai Bali?

3. Bagaimana pola pengelolaan wisata mangrove di Pantai Bali?

Kerangka Pemikiran

Penelitian ini diawali dengan mengidentifikasi potensi sumberdaya alam dan

sumberdaya manusia kawasan mangrove di Pantai Bali. Sumberdaya alam meliputi

lingkungan fisik, lingkungan sosial dan lingkungan biologi perairannya (termasuk

keindahan alam). Sumberdaya manusia meliputi masyarakat sekitar, pengunjung dan

instansi-instansi yang terkait dalam pengelolaan kawasan wisata mangrove di Pantai

(4)

dilakukan analisis kesesuaian wisata dimana kegiatan wisata yang dikembangkan

hendaknya disesuaikan dengan potensi sumberdaya dan peruntukannya.

Upaya pengembangan kawasan wisata mangrove di Pantai Bali dapat

menimbulkan dampak positif dan negatif terhadap kondisi lingkungan fisik, biologi

perairan, kondisi sosial dan ekonomi masyarakat di sekitar Pantai Bali. Dampak positif

dari pengembangan wisata di Pantai Bali diantaranya meningkatkan perekonomian

masyarakat dengan membuka kesempatan usaha, menciptakan lapangan pekerjaan serta

adanya penataan wilayah di sekitarnya menjadi lebih indah sehingga menarik bagi

wisatawan. Namun pengembangan kawasan wisata yang melebihi daya dukung dapat

menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan seperti terjadinya pencemaran air dan

dapat menyebabkan kerusakan ekosistem mangrove.

Selain itu, dampak negatif ini dapat meluas hingga kepada terjadinya perubahan

bentang alam, degradasi dan pencemaran lingkungan yang pada akhirnya menurunkan

jumlah wisatawan yang datang dan bahkan menurunkan pendapatan masyarakat. Oleh

karena itu, untuk menekan berbagai dampak negatif tersebut, perlu diketahui daya

dukung kawasan Pantai Bali dan sekitarnya yang (telah dan/atau akan) dikembangkan

sebagai objek pariwisata. Suatu kawasan wisata yang berpotensi baik memiliki aturan

pengelolaan yang baik pula. Sehingga untuk mencapai pengelolaan dan kelestarian

sumberdaya yang berkelanjutan perlu ditetapkannya pola pengembangan kawasan

wisata mangrove di Pantai Bali. Kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada

(5)

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Ekosistem Mangrove

Responden Masyarakat Pemerintah

Analisis Kesesuaian

 Indeks

Kesesuaian Ekosistem Mangrove

Kenyamanan Kesejahteraan PAD

Analisis Daya Dukung

 Daya Dukung Kawasan

Pola Pengelolaan dan Kelestarian Kawasan Wisata

Mangrove di Pantai Bunga Sumberdaya

Alam

(6)

Tujuan Penelitian

1. Mengetahui potensi ekosistem mangrove di Pantai Bali sebagai objek ekowisata.

2. Menghitung kesesuaian dan daya dukung ekowisata mangrove.

3. Menginventarisasi sarana dan prasarana pendukung di Pantai Bali yang dapat

menunjang pengembangan ekowisata mangrove.

4. Membuat pola pengelolaan ekowisata mangrove di Pantai Bali.

Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi kepada pemerintah dan pengelola kawasan setempat tentang

adanya kemungkinan-kemungkinan untuk melakukan kegiatan ekowisata

mangrove.

2. Masukan bagi instansi-instansi terkait dalam upaya pengelolaan wisata mangrove di

Referensi

Dokumen terkait

Dengan membawa seluruh Dokumen Kualifikasi Asli atau Fotocopy sah yang dilegalisir oleh yang berwenang dan Dokumen Penawaran ASLI yang telah di upload di SPSE

[r]

Berdasarkan ketentuan diatas bahwa perusahaan yang memasukkan/upload dokumen penawaran tidak ada yang lulus secara administrasi dan teknis maka Lelang Ulang dinyatakan GAGAL

[r]

Sesuai dengan prosedur lelang pemilihan jasa konsultansi Perencanaan Teknis Sarana dan Prasarana Gedung Kampus 2 IAIN Palu pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

[r]

[r]

Setelah dilakukan penelitian dan evaluasi lelang serta berdasarkan Penetapan Pemenang Lelang Nomor : B-18966/Sti.05/U-7/KS.01.7/12/2016 tanggal 23 Desember 2016, maka