• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Yuridis Atas Pengawasan Pemerintah Daerah Pada Kawasan Ekonomi Khusus Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Yuridis Atas Pengawasan Pemerintah Daerah Pada Kawasan Ekonomi Khusus Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

H. Latar Belakang

Indonesia sebagai negara dengan perekonomian yang terus berkembang dan

jumlah penduduk yang banyak membuat Indonesia membuka diri terhadap

pelaksanaan penanaman modal. Negara Kesatuan Indonesia Republik (selanjutnya

disebut NKRI) juga memiliki posisi geografis yang strategis dalam kegiatan

perdagangan dunia serta memiliki kekayaan sumber daya alam yang beragam yang

memberikan keuntungan tersendiri dalam kegiatan penanaman modal baik di

tingkat nasional maupun internasional. Dengan adanya posisi strategis dan

kekayaan sumber daya alam dimiliki menjadikan Indonesia sulit menghindari

interaksi masyarakat internasional dalam lingkup global termasuk di dalamnya

kegiatan penanaman modal.1

Pada kenyataannya modal-modal ini digunakan untuk memperluas lapangan

pekerjaan, mengembangkan subtitusi impor, menumbuh kembangkan ekspor, alih

teknologi, membangun prasarana dan sarana serta mengembangkan daerah

tertinggal. Akan tetapi peningkatan pertumbuhan ekonomi merupakan alasan utama

Indonesia mengundang para investor terutama investor asing untuk menanamkan

modalnya di Indonesia.2

1

Hasim Purba, Kawasan Ekonomi Khusus Fenomena Global : Suatu Kajian Aspek Hukum, Jurnal Equality, Vol. 11 No. 2 Agustus 2006, hlm 123-130

2

(2)

Tuntutan dan tantangan pembangunan di masa yang akan datang, perlu

segera diantisipasi. Pertumbuhan ekonomi dan penyerapakan tenaga kerja yang

telah membaik perlu segera di jaga dan ditingkatkan kembali. Potensi daerah yang

dimiliki perlu dipersiapkan sebagai upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi,

menciptakan lapangan pekerjaan, dan mensejahterakan penduduk.

Pelaksanaan pembangunan seperti diketahui memerlukan modal dalam

jumlah yang cukup besar dan tersedia pada waktu yang tepat. Modal dapat

disediakan oleh pemerintah dan oleh masyarakat luas, khususnya dunia usaha

swasta. Keadaan yang ideal, dari segi nasionalisme adalah apabila kebutuhan akan

modal tersebut sepenuhnya dapat disediakan oleh kemampuan modal dalam negeri

sendiri, apakah itu oleh dana pemeritah atau dunia usaha swasta dalam negeri.

Namun dalam kenyataannya tidaklah demikian sebab pada umumnya

negara-negara berkembang dalam hal ketersediaan modal yang cukup untuk melaksanakan

pembangunan secara menyeluruh mengalami berbagai kesulitan yang disebabkan

oleh berbagai faktor, antara lain; tingkat tabungan masyarakat yang masih rendah,

akumulasi modal yang belum efektif dan efisien, keterampilan yang belum

memadai serta tingkat teknologi yang belum modern. Kendala-kendala ini

umumnya oleh negara-negara berkembang dicoba untuk diatasi dengan berbagai

macam cara dan alternatif di antaranya melalui bantuan untuk melengkapi modal

dalam negeri yang dapat segera dikerahkan.3

Pemerintah memberikan kemudahan ini dimaksudkan agar investor, terutama

investor asing mau menanamkan investasinya di Indonesia. Manfaat adanya

3

(3)

investasi itu adalah menggerakkan ekonomi masyarakat, menampung tenaga kerja,

meningkatnya kualitas masyarakat yang berada di daerah investasi. Sebagai bentuk

implementasi upaya peningkatan investasi tersebut, maka pemerintah

mengeluarkan kebijakan pemberlakuan Kawasan Ekonomi Khusus (selanjutnya

disebut KEK) di berbagai daerah yang berpotensi yakni dengan dikeluarkannya

Undang-undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus

(selanjutnya Undang-undang No. 39 Tahun 2009. Sebagaimana yang diamanatkan

oleh Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal

(selanjutnya disebut Undang-Undang No. 25 Tahun 2007) juga telah disisipkan satu

pasal mengenai KEK yakni Pasal 31 yang menjadi cikal bakal lahirnya peraturan

khusus yang mengatur KEK. Kesigapan pemerintah dalam menyediakan dasar

hukum KEK menunjukkan sikap optimis dari pemerintah bahwa melalui KEK yang

dibentuk penanaman modal secara langsung dapat mengalir deras ke Indonesia.

Optimisme ini tidak berlebihan mengingat banyak negara yang sukses

meningkatkan pertumbuhan penanaman modal di negaranya melalui KEK yang

dibentuk.4

Hadirnya KEK mempunyai peran yang baik dalam bidang menciptakan

lapangan kerja, meningkatkan kegiatan ekonomi daerah dan daya saing produk

unggulan daerah di dunia internasional. Pembentukan KEK ini, diharapkan dapat

menggali potensi ekonomi daerah. Secara teoritis, pusat pertumbuhan juga Atas anamat dari Undang-Undang No 25 Tahun 2007 pada Pasal 31 ayat

(3), maka pemerintah mengeluarkan Undang-undang No. 39 Tahun 2009 yang

berguna untuk memantapkan keberadaan KEK.

4

(4)

bertumpu pada kepercayaan terhadap kekuatan pasar bebas yang akan

mempengaruhi terjadinya dampak ke bawah dan menciptakan dampak penyebaran

pertumbuhan ekonomi dari pusat-pusat pertumbuhan ke wilayah lainnya.5

Pembentukan KEK merupakan fenomena global yang sulit dihindari, karena

KEK merupakan salah satu bentuk baru kerjasama internasional dalam bidang

perdagangan sebagai konsekuensi masuknya Indonesia menjadi anggota berbagai

organisasi perjanjian perdagangan internasional baik GATT/WTO, APEC, AFTA

maupun IMT-GT.6 KEK merupakan kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah

hukum NKRI yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan

memperoleh fasilitas tertentu7

Selain itu juga dilihat tentang tata cara pendirian KEK yang tertuang dalam

Pasal 5 angka (1) Undang-Undang No 39 tahun 2009 yaitu pembentukan KEK

diusulkan kepada Dewan Nasional oleh Badan Usaha, Pemerintah Kabupaten/Kota,

atau Pemerintah Provinsi. Hal ini juga tertuang pada Undang-undang Nomor 23

Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (selanjutnya disebut Undang-undang No.

23 Tahun 2014 Pasal 4 angka (2) syarat administratif adanya persetujuan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah (selanjutnya disebut DPRD) kabupaten/kota dan

Bupati/Walikota yang akan menjadi cakupan wilayah provinsi induk dan gubernur

serta rekomendasi Menteri Dalam Negeri. Tentu saja antara Undang-Undang No 23 . KEK dibentuk untuk membuat lingkungan kondusif

bagi aktivitas investasi, ekspor dan perdagangan guna mendorong laju pertumbuhan

ekonomi.

5

Triyono Utomo dan Ragimun, “Kawasan Ekonomi Khusus Tidak Cukup Dengan Insentf Fiskal”, http//www.fiskal.depkeu.go.id/2010/default.asp (diakses tanggal 28 Desember 2016).

6

Hasim Purba, Loc.Cit

7

(5)

Tahun 2014 harus ada hubungan yang sinkron dengan Undang-Undang No 39

Tahun 2009 mengingat pelaksanaan KEK diserahkan oleh Dewan Kawasan yang

bertanggung jawab kepada Dewan Nasional. Dewan Nasional adalah dewan yang

dibentuk di tingkat nasional untuk menyelenggarakan KEK diketuai oleh menteri

yang menangani urusan pemerintahan di bidang perekonomian dan beranggotakan

menteri dan kepala lembaga pemerintah nonkementrian. Sedangkan Dewan

Kawasan terdiri atas Gubernur, Bupati/walikota, dan anggota. Dewan Kawasan

disebut juga sebagai pemerintah daerah.

Menurut Undang-Undang No 23 tahun 2014, yang dimaksud dengan

pemerintah daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah

daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip

otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip NKRI sebagaimana dimaksud

dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya

disebut UUD 1945). Terkait dengan pelaksanaan dan pengelolaan KEK yang

dilakukan oleh pemerintah daerah menggunakan prinsip otonomi seluas-luasnya

tidaklah sesuai, dikarenakan masih ada batasan sejauh mana pemerintah daerah

memiliki kewenangan dan tanggung jawab terhadap KEK. Pemantauan, evaluasi

serta rekomendasi langkah tindak lanjut hasil evaluasi tetap ada pada kewenangan

pemerintah pusat.

Sebagai dasar hukum dari pembentukan KEK Undang-undang No. 39 Tahun

2009 tidak boleh bertentangan dengan Undang-undang No. 23 Tahun 2014, karena

(6)

undang-undang tersebut juga tidak boleh bertentangan dengan dasar hukum

tertinggi yaitu UUD 1945.

Pemberian kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab kepada

daerah secara proporsional yang diwujudkan dengan keputusan politik untuk

menjalankan otonomi daerah diatur melalui Undang-Undang No. 23 Tahun 2014.

Sedangkan Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan

oleh Pemerintah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan

prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip NKRI sebagaimana

dimaksud dalam UUD 1945. Pasal 9 ayat (1) Undang-undang No. 23 Tahun 2014

mengklasifikasikan urusan pemerintahan yang terdiri atas urusan pemerintahan

absolut, urusan pemerintahan konkuren, dan urusan pemerintahan umum.

Selanjutnya dalam Pasal 9 ayat (3) menyatakan bahwa urusan pemerintahan

konkuren sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Urusan Pemerintahan yang

dibagi antara Pemerintah Pusat dan Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota.

Pasal 9 ayat (4) menyatakan urusan pemerintahan konkuren yang diserahkan ke

Daerah menjadi dasar pelaksanaan Otonomi Daerah.

Penetapan KEK diyakini mampu memberikan kontribusi yang cukup besar

terhadap perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Penetapan KEK

ini akan diikuti dengan penetapan fasilitas pajak oleh Dewan Nasional KEK.

Fasilitas pajak yang akan ditetapkan mengacu kepada fasilitas pajak di sejumlah

KEK di luar negeri dengan harapan fasilitas ini dapat bersaing untuk menarik

investor. Fasilitas pajak yang diberikan dalam KEK adalah pembebasan bea masuk

(7)

tertentu. Sampai dengan tahun 2015, telah terdapat 8 (delapan) wilayah KEK di

Indonesia, berturut-turut berdasarkan penetapannya yaitu di Tanjung Lesung, Sei

Mangkei, Palu, Bitung, Morotai, Tanjung Api-Api, Mandalika, dan Maloy Batuta.8

Peranan pemerintah daerah dalam KEK, yaitu penyediaan lahan, penataan

ruang, dan infrastruktur; Sistem perijinan/pelayanan terpadu; Peraturan daerah yang

kondusif bagi investasi. Dukungan terhadap keamanan dan ketertiban.

9

8

www.palu.bpk.go.id/.../ Tulisan-Hukum-Pembentukan-Kawasan-Ekonomi-Khusus-Palu (1).docx (diakses tanggal 28 Desember 2016).

Pengawasan

dan pengendalian oleh pemerintah daerah sesuai dengan prinsip otonomi daerah

dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dimana kewenangan pengendalian

sudah diserahkan kepada pemerintah daerah sesuai dengan prinsip desentralisasi.

Berdasarkan pada asas-asas tersebut, maka tidak semua urusan pemerintahan

diselenggarakan sendiri oleh pemerintah pusat.

Pemerintah melakukan pengawasan dan pengendalian melalui penelitian

dan evaluasi pada KEK dalam hal pemberian fasilitas dan kemudahan dalam upaya

menghindari adanya penyimpangan-penyimpangan yang terjadi. Pemerintah

bertanggungjawab dalam memberikan kenyamanan berinvestasi kepada para

investor dengan menggunakan aturan yang jelas.

Sehubungan dengan latar belakang di atas maka penulis penulis mengangkat

judul skripsi Analisis Yuridis Atas Pengawasan Pemerintah Daerah pada Kawasan

Ekonomi Khusus Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang

Pemerintah Daerah.

9

(8)

I. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti mengidentifikasikan

permasalahnnya sebagai berikut:

1. Bagaimanakah keberadaan Kawasan Ekonomi Khusus dalam peraturan

perundang-undangan?

2. Bagaimanakah kedudukan dan peran pemerintah daerah dalam Kawasan

Ekonomi Khusus?

3. Bagaimanakah pengawasan Pemerintah Daerah terhadap Kawasan Ekonomi

Khusus berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014?

J. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan di atas terdapat tujuan

yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini, yaitu:

1. Untuk mengetahui keberadaan Kawasan Ekonomi Khusus dalam peraturan

perundang-undangan.

2. Untuk mengetahui kedudukan dan peran Pemerintah Daerah dalam

Kawasan Ekonomi Khusus.

3. Untuk mengetahui pengawasan Pemerintah Daerah terhadap Kawasan

Ekonomi Khusus berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap ilmu hukum

(9)

pengawasan Pemerintah Daerah pada Kawasan Ekonomi Khusus berdasarkan

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah.

2. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi untuk pembentukan

peraturan yang lebih baik terhadap pengawasan Pemerintah Daerah pada

Kawasan Ekonomi Khusus berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun

2014 Tentang Pemerintah Daerah.

K. Keaslian Penelitian

Judul penelitian ini adalah Analisis Yuridis Atas Pengawasan Pemerintah

Daerah pada Kawasan Ekonomi Khusus Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah telah disetujui oleh Ketua Jurusan Hukum

Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan telah melalui tahap

pengujian kepustakaan, sehingga diketahui belum ada skripsi yang mengangkat

permasalahan ini. Namun ada beberapa penelitian yang mengangkat tentang

Kawasan Ekonomi Khusus, antara lain:

Eduard Novelly Purba (2016) dengan judul penelitian Analisis Yuridis

terhadap Fungsi Pengawasan Direktorat Bea dan Cukai dalam Kawasan Ekonomi

Khusus. Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah penyelenggaraan

Kawasan Ekonomi Khusus berdasarkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009

dan peraturan pelaksananya. Aspek hukum pengawasan terhadap penyelenggaraan

Kawasan Ekonomi Khusus. Fungsi pengawasan Direktorat Beadan Cukai terhadap

(10)

Romauli Purba (2015), dengan judul penelitian Analisis Yuridis Penerapan

Prinsip Keseimbangan Kemajuan dalam Penanaman Modal Berdasarkan

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus beserta

Peraturan Pelaksananya. Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah

penyelenggaraan kawasan ekonomi khusus berdasarkan Undang-Undang Nomor 39

Tahun 2009 dan peraturan pelaksananya. Pengaturan kegiatan penanaman modal di

dalam kawasan ekonomi khusus. Penerapan prinsip keseimbangan kemajuan

dalam Penanaman Modal berdasarkan Undang-Undang Nomor 39Tahun 2009

tentang Kawasan Ekonomi Khusus beserta peraturan pelaksanaanya.

Dwi Susilawati (2014), dengan judul penelitian Analisis Hukum

Pengelolaan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Berdasarkan Peraturan

Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi

Khusus. Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu penyelenggaraan

Kawasan Ekonomi Khusus berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun

2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus. Kewajiban Badan

Usaha Pengelola dalam mengelola Kawasan Ekonomi Khusus. Hubungan Badan

Usaha Pengelola dengan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam

Pengelolaan Kawasan Ekonomi Khusus.

Penelitian ini dilakukan oleh penulis dengan mempelajari dan mengkaji

buku-buku, peraturan perundang-undangan dan literatur-literatur yang sesuai

dengan kajian permasalahan dalam penulisan skripsi ini, sehingga hasil kajian

dalam skripsi ini dapat dikatakan aktual dan asli serta dapat

(11)

L. Tinjauan Pustaka

1. Pengawasan

Pengawasan pada dasarnya diarahkan sepenuhnya untuk menghindari

adanya kemungkinan penyelewengan atau penyimpangan atas tujuan yang akan

dicapai. Melalui pengawasan diharapkan dapat membantu melaksanakan kebijakan

yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan secara efektif

dan efisien. Bahkan, melalui pengawasan tercipta suatu aktivitas yang berkaitan

erat dengan penentuan atau evaluasi mengenai sejauh mana pelaksanaan kerja

sudah dilaksanakan. Pengawasan juga dapat mendeteksi sejauh mana kebijakan

pimpinan dijalankan dan sampai sejauh mana penyimpangan yang terjadi dalam

pelaksanaan kerja tersebut.10

Dalam penanaman modal pemerintah berperan serta dalam hal memberikan

pengawasan terhadap berlangsungnya kegiatan tersebut. Pemerintah menyediakan

beberapa hal terkait penanaman modal akan dapat berjalan lancar yakni dengan

adanya pemantauan, pembinaan serta pengawasan. Pengawasan dijelaskan dalam

Pasal 6c Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 13 Tahun

2009 tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal

(Selanjutnya disebut Perka BKPM No. 13 Tahun 2009) yaitu pengawasan melalui

penelitian dan evaluasi atas informasi pelaksanaan ketentuan penanaman modal dan Konsep pengawasan demikian sebenarnya

menunjukkan pengawasan merupakan bagian dari fungsi manajemen, di mana

pengawasan dianggap sebagai bentuk pemeriksaan atau pengontrolan dari pihak

yang lebih atas kepada pihak di bawahnya.

10

(12)

fasilitas yang telah diberikan. Pemeriksaan ke lokasi proyek penanaman modal dan

tindak lanjut terhadap penyimpangan atas ketentuan penanaman modal.

Proses pengawasan merupakan hal penting dalam menjalankan kegiatan

KEK, oleh karena itu setiap pemerintah daerah harus dapat menjalankan fungsi

pengawasan sebagai salah satu fungsi pengawasan terhadap

Pengawasan pemerintah daerah dalam KEK yaitu melakukan pengawasan

dan pengendalian operasionalisasi KEK yang dilakukan oleh Badan Usaha

pengelola KEK. Lingkup pengawasan KEK oleh pemerintah daerah, perpajakan,

kepabeanan dan bea cukai. Cara pemerintah daerah melakukan pengawasan KEK,

yaitu melalui Direktorat Bea dan Cukai.11

2. Pemerintah Daerah

Kewenangan pemerintah daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah

dilaksanakan secara luas, utuh, dan bulat yang meliputi perencanaan,pelaksanaan,

pengawasan, pengendalian, dan evaluasi pada semua aspek pemerintahan.

Pemerintah adalah kekuasaan, tanpa kekuasaan maka pemerintah tidak

punya arti apa-apa12

11

Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus

12

Faried Ali. Syamsu Alam dkk, Studi Analisa Kebijakan, (Bandung: Refika Aditama, 2012), hlm 8

. Kekuasaan yang dimiliki pemerintah harus memperhatikan

substansi penting yaitu sejauhmana pemerintah mampu mempengaruhi publik

memberikan dukungan terhadap kehendak yang diinginkan. Pemerintah sebagai

pemegang kekuasaan dalam menjalankan pemerintahan demi mencapai tujuan

negara perlu mengadakan pembagian kekuasaan untuk bertugas menjalankan

(13)

Pemerintah daerah adal

Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah

lagi atas daerah

mempunyai

Bupati dan Walikota masing-masing sebagai Kepala Pemerintah Daerah

Daerah Kabupaten/Kota

menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh

undang-undang ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat13

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) adalah lembaga perwakilan

rakyat daerah yang berkedudukan sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan

Daerah

.

14

3. Kawasan Ekonomi Khusus

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal hal yang

berkenaan dengan KEK diatur dalam Bab XIV Pasal 31 yang di dalamnya hanya

terkandung 3 (tiga) ayat. Tujuan ditetapkan dan dikembangkannya KEK sesuai

dengan UU No 25 Tahun 2007 Pasal 31 ayat (1) yaitu untuk mempercepat

pengembangan ekonomi di wilayah tertentu yang bersifat strategis bagi

13

http://id.wikipedia.org/wiki/Pemerintahan_daerah_di_Indonesia Diakses Pada Tanggal 04 november 2016.

14

(14)

pengembangan ekonomi nasional dan untuk menjaga keseimbangan kemajuan

suatu daerah, dapat ditetapkan dan dikembangkan KEK.15

Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) adalah kawasan dengan batas tertentu

dalam wilayah hukum NKRI yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi

perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. KEK dikembangkan melalui

penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategi dan

berfungsi untuk menampung kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatanekonomi

lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan daya saing internasional.

Ketentuan di dalam UU No 25 Tahun 2007 Pasal 31 ayat (3) menyebutkan

bahwa ketentuan mengenai KEK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur

dengan undang-undang. Sehingga pengaturan mengenai KEK ini diatur lebih lanjut

dalam UU No 39 Tahun 2009.

16

Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), adalah kawasan dengan batas tertentu

dalam wilayah hukum NKRI yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi

perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu.17

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa KEK merupakan

menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas dan kemudahan

yang diberikan kepada badan usaha dan pelaku usaha.

15

Dwi Susilawati, Analisis Hukum Pengelolaan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, Medan, skripsi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2014, hlm 18-19.

16 Octarina Yuhani, Analisis Perbandingan Perlakuan Bea Dan Cukai Di Kawasan Berikat

Dengan Perlakuan Bea Dan Cukai Di Kawasan Non Berikat, 2015, Skripsi Fakultas Ekonomi dan bisnis Universitas Sumatera Utara Medan.

17

(15)

M.Metode Penelitian

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis

normatif. Penelitian yuridis normatif disebut juga sebagai penelitian doktrinal

(doctrinal research) yaitu suatu penelitian yang menganalisis hukum, baik yang

tertulis di dalam buku maupun hukum yang diputuskan oleh hakim melalui proses

pengadilan.18 Penelitian hukum normatif berdasarkan data sekunder dan

menekankan pada langkah-langkah spekulatif-teoritis dan analisis

normatif-kualitatif.19

2. Sifat penelitian

Jenis penelitian yuridis normatif digunakan karena masalah yang diteliti

mengenai adanya keterkaitan peraturan yang satu dengan peraturan yang lainnya.

Penelitian ini bersifat deskriptif analitis. Tujuan penelitian deskriptif adalah

menggambarkan secara tepat, sifat individu, suatu gejala, kedaan atau kelompok

tertentu.20

3. Sumber data

Metode Pendekatan penelitian ini tidak hanya bertujuan untuk

mendeskriptifkan tentang fenomena hukum yang berkaitan dengan Pengawasan

Pemerintah Daerah pada Kawasan Ekonomi Khusus berdasarkan Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah hukum tersebut dan

mendeskripsikannya secara sistematis sesuai dengan kaidah-kaidah penulisan.

18

Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum (Jakarta : Grafitti Press, 2006), hlm. 118.

19

J. Suprianto, Metode Penelitian Hukum dan Statistik (Jakarta : Pradnya Paramitha, 2003), hlm. 3.

20

(16)

Dalam penelitian yuridis normatif data yang digunakan adalah data

sekunder. Untuk memecah isu hukum dan sekaligus memberikan preskripsi

mengenai apa yang seyogianya diperlukan sumber-sumber penelitian yang berupa

bahan-bahan hukum primer, sekunder dan tersier.21

a. Bahan hukum primer

Bahan hukum primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

3) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi

Khusus

4) Undang Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal

5) Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 13

Tahun 2009 tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan

Penanaman Modal

6) Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan

Kawasan Ekonomi Khusus. Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun

2015 tentang Fasilitas dan Kemudahan di Kawasan Ekonomi Khusus.

7) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 100 Tahun 2012

Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011

Tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus

21

(17)

8) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 104/PMK.010/2016 tentang

Perlakuan Perpajakan, Kepabeanan dan Cukai pada Kawasan Ekonomi

Khusus.

9) Peraturan Presiden Nomor 33 Tahun 2010 Tentang Dewan Nasional dan

Dewan Kawasan Kawasan Ekonomi Khusus.

b. Bahan hukum sekunder

Bahan hukum sekunder yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

pendapat para ahli, jurnal, artikel, makalah dan karya ilmiah.

c. Bahan hukum tersier

Bahan hukum tertier atau bahan hukum penunjang pada penelitian ini antara

lain kamus bahasa Indonesia, kamus hukum, koran dan ensiklopedia.

4. Metode pengumpulan data

Metode pengumpulan data dilakukan melalui studi kepustakaan (library

reaseacrh), dengan alat pengumpulan data berupa studi dokumen untuk

mengumpulkan bahan hukum primer yang diperoleh melalui peraturan

perundang-undangan, bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan

tentang bahan hukum primer, yaitu berupa dokumen atau risalah

perundang-undangan, dan bahan hukum tersier, yang memberikan penjelasan lebih mendalam

mengenai bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder antara lain: kamus

hukum berbagai majalah maupun jurnal hukum.

5. Analisis data

Pada penelitian hukum normatif, pengolahan bahan hakikatnya kegiatan

(18)

sistematika dari data-data tersebut sehingga akan menghasilkan klasifikasi tertentu

sesuai dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. Data yang dianalisis

secara kualitatif akan dikemukakan dalam bentuk uraian secara sistematis pula,

selanjutnya semua data diseleksi, diolah kemudian dinyatakan secara deskriptif

sehingga dapat memberikan solusi terhadap permasalahan yang dimaksud.

N. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini terbagi ke dalam bab-bab yang

menguraikan permasalahannya secara tersendiri, di dalam suatu konteks yang

saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Penulisan ini disusun secara sistematis

dalam bentuk skripsi yang terdiri dari 5 (lima) bab yaitu :

Bab I, merupakan bab pendahuluan. Bab ini dibagi menjadi sub bab, yaitu

latar belakang penulisan skripsi, perumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat

penulisan, keaslian penulisan, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II, Keberadaan Kawasan Ekonomi Khusus dalam Peraturan

Perundang-Undangan, yang terdiri dari Tinjauan Umum KEK yang berisikan

pengertian dan sumber hukum KEK, tujuan dibentuknya KEK. Perbedaan KEK

dengan Kawasan Industri, Kawasan Berikat dan Pelabuhan Bebas dan Keberadaan

KEK dalam Undang-Undang Penanaman Modal yang terdiri dari Hubungan KEK

dengan upaya meningkatkan Penanaman Modal, Pelayanan Penanaman Modal di

KEK, fasilitas pennaman Modal di KEK serta Keberadaan KEK dalam

Undang-Undang KEK yang terdiri dari pembangunan KEK, zonasi dalam KEK,

(19)

terdiri dari Dewan, Nasional, Dewan Kawasan, Administrator KEK serta Badan

Usaha Penyelenggaraan.

Bab III, Kedudukan dan Peran Pemerintah Daerah Dalam Kawasan

Ekonomi Khusus, yang terdiri dari Kedudukan Pemerintah Daerah dalam KEK,

berisikan pengertian Pemerintah Daerah, kedudukan Pemerintah Daerah dalam

KEK, manfaat KEK bagi daerah, Peran Permerintah Daerah dalam KEK yang

berisikan peran Pemerintah Daerah Dalam Persiapan Penetapan KEK, Peran

Pemerintah Dareah Dalam Pembangunan KEK, Peran Pemerintah Daerah Dalam

Penyelenggaran, Pelaksanaan KEK, Peran Pemerintah dalam Memberikan

Fasilitas Penanaman Modal di KEK.

Bab IV, Pengawasan Pemerintah Daerah Terhadap Kek Berdasarkan

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, yang terdiri dari Kewenangan

Pemerintah Daerah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014,

berisikan Kewenangan Pemerintah Provinsi, Kewenangan Pemerintah

Kabupaten/Kota dan Pengawasan dalam KEK, yang berisikan Pengawasan oleh

Pemerintah Pusat, Pengawasan oleh Dewan Nasional, Pengawasan oleh Dewan

Kawasan, Pengawasan oleh Badan Usaha Pengelola serta Pengawasan KEK oleh

Pemerintah Daerah, Kewenangan Pemerintah Daerah dalam Mengawasi KEK,

Tujuan Pengawasan KEK oleh Pemerintah Daerah dan Penyelenggaraan

Pengawasan KEK oleh Pemerintah Daerah.

Bab V, kesimpulan dan saran. Bab ini akan merupakan kesimpulan setelah

dilakukan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, untuk kemudian diberikan

Referensi

Dokumen terkait

Meity Taqdir Qadratillah dkk, Kamus Bahasa Indonesia Untuk Pelajar ., hal.. Quraish Shihab adalah seorang guru besarr dalam bidang tafsir dan memiliki mahakarya yaitu

Kedua : Kriteria Standar Kelulusan Ujian Sekolah satuan pendidikan dan US / M tahun 2016 , seperti terlampir dalam keputusan I keputusan ini. Ketiga : Rata-rata nilai ujian

(3) imitasi masalah: subjek peserta olimpiade memenuhi indikator imitasi masalah, yaitu dapat mengkonstruksi soal dengan mengkaitkan dengan kehidupan nyata serta

Naimatur Rosidah, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Take and Give dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Materi Melukis Sudut MTs

Apabila menggunakan tusuk gigi gunakan buah minimal 2 jenis buah dengan warna yang kontras dan diletakkan pada bibir gelas.. Apabila menggunakan tusuk sate

a) Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada remaja awal yang dikenal sebagai masa strong dan masa stress. Peningkatan emosional ini merupaknan hasil

Hasil dari pengujian sifat fisik tanah yang telah dicampur dengan semen dan serbuk kaca ditunjukkan pada Tabel 4.3. Grafik hubungan antara nilai batas

Kajian Teori Konformitas Terhadap Perilaku Delinquency .... Penelitian