• Tidak ada hasil yang ditemukan

PANDUAN BAGI EKSPORTIR PEMULA DALAM MELA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PANDUAN BAGI EKSPORTIR PEMULA DALAM MELA"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

PANDUAN

BAGI EKSPORTIR PEMULA DALAM MELAKSANAKAN EKSPOR

REPUBLIK INDONESIA

DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PUSAT DATA DAN INFORMASI

1999DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN

A. Beberapa Pengertian Dasar B. Kategori Barang-Barang Ekspor C. Sistem Pemasaran Ekspor

II. PERSYARATAN DAN PROSEDUR EKSPOR A. Persyaratan Umum

B. Ketentuan Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) C. Tata Laksana Ekspor

D. Tahapan Pelaksanaan Ekspor E. Dokumen Ekspor

III. TEKNIK-TEKNIK PEMASARAN EKSPOR A. Atribut Pemasaran

B. Strategi Pemasaran Ekspor C. Riset Pasar Ekspor

IV. SISTEM PEMBAYARAN EKSPOR A. Letter of Credit

B. Advanced Payment C. Open Account D. Colletion Draft

(2)

Colletion F. Consigment LAMPIRAN

1. Ketentuan Umum di Bidang Ekspor 2. Daftar Alamat PPMB & BPSMB

3. Daftar Alamat Kantor Perwakilan Dagang Indonesia (Atase Perindustrian dan Perdagangan)I. PENDAHULUAN A. Beberapa Pengertian Dasar

1. Ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari Daerah Pabean. 2. Eksportir adalah setiap perusahaan atau perorangan yang melakukan kegiatan ekspor.

3. Eksportir Terdaftar adalah perusahaan atau perorangan yang telah mendapat pengakuan dari Menteri Perindustrian dan Perdagangan untuk mengekspor barang tertentu sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

4. Daerah Pabean adalah Wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan dan ruang udara di atas, serta tempat tertentu di zona

ekonomi eksklusif dan landas kontinen yang di dalamnya berlaku Undangundang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan.

5. Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) adalah dokumen pabean yang digunakan untuk memberitahukan pelaksanaan ekspor barang.

6. Pemberitahuan Ekspor Barang Tertentu (PEBT) adalah dokumen pabean yang digunakan untuk pemberitahuan pelaksanaan ekspor barang yang tidak wajib menggunakan PEB.

7. PEB Berkala adalah Pemberitahuan Ekspor Barang yang diajukan atas pelaksanaan ekspor barang dalam periode waktu tertentu.

8. Barang diangkut lanjut adalah barang yang diangkut dengan sarana pengangkut melalui Kantor Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dengan dilakukan pembongkaran terlebih dulu.

(3)

pengangkut yang berisi kumpulan PEB dan/atau diangkut lanjut ke tempat lain dalam Daerah Pabean.

10. Surveyor adalah orang yang melakukan pemeriksan barang ekspor di dalam Daerah Pabean yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan .11. Tanda Pengenal Surveyor (TPS) adalah tanda pengaman yang diberikan

oleh Surveyor pada kemasan barang ekspor yang sudah diperiksa.

12. Catatan Tanda Pengenal Surveyor (CTPS) adalah catatan tentang tanda pengaman yang diberikan oleh Surveyor pada kemasan barang ekspor yang sudah diperiksa.

13. Laporan Pemeriksaan Surveyor Ekspor (LPSE) adalah laporan tentang pemeriksaan barang ekspor yang dilakukan oleh Surveyor di Daerah Pabean.

14. Konsilidator barang ekspor adalah badan usaha yang melaksanakan pengumpulan (konsolidasi) barang ekspor sebelum barang-barang ekspor tersebut dimasukkan ke Kawasan Pabean untuk dimuat ke atas sarana pengangkut.B. Kategori Barang-Barang Ekspor

Barang-barang ekspor dapat dikategorikan ke dalam 4 kelompok utama, yaitu: a. Barang Yang Diatur Ekspornya

Barang yang diatur ekspornya adalah barang yang ekspornya hanya dapat dilakukan oleh Eskportir Terdaftar.

b. Barang Yang Diawasi Ekspornya

Barang yang diawasi ekspornya adalah barang yang ekspornya hanya dapat dilakukan dengan persetujuan Menteri Perindustrian dan Perdagangan atau Pejabat yang ditunjuk.

Ketentuan pelaksanaan dari barang yang diawasi ekspornya adalah sebagai berikut:

(4)

mendapat persetujuan dari Menteri Perindustrian dan Perdagangan atau pejabat yang ditunjuk setelah terlebih dahulu mendapatkan rekomendasi dari instansi atau departemen terkait.

c. Barang Yang Dilarang Ekspornya

Barang yang dilarang ekspornya adalah barang yang tidak boleh diekspor. d. Barang Yang Bebas Ekspornya

Barang yang bebas ekspornya adalah barang yang tidak termasuk dalam kategori a, b, dan c di atas.

Adapun Daftar Barang Yang Diatur, Diawasi dan Dilarang Ekspornya berdasarkan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No.

558/MPP/Kep/12/1998 tanggal 4 Dsember 1998, tentang Ketentuan Umum di Bidang Ekspor, dapat dilihat pada Lampiran 1.C. Sistem Pemasaran Ekspor 1. Pemasaran Ekspor Langsung

Perusahaan harus melakukan sendiri semua tugas ekspor yang dimulai dari pelaksanaan kontrak dagang, riset pasar, distribusi barang, dan penanganan dokumen ekspor sampai kepada kegiatan promosi.

2. Pemasaran Ekspor Tidak Langsung

Perusahaan yang ingin melakukan ekspor namun tidak memiliki kantor cabang/perwakilan di negara tujuan, maka perusahaan tersebut dapat

menghubungi perwakilan dagang asing atau perusahaan ekspor yang ada di negara tujuan. Selanjutnya perusahaan ekspor tersebut akan melakukan negosiasi dengan para pembeli (buyers) yang dalam hal ini importir di luar negeri atas nama perusahaan pemilik barang, atau dapat juga dilakukan dengan cara membonceng perusahaan atau agen yang telah terkenal dan terbiasa melakukan ekspor.

3. Barter

(5)

dengan barang/jasa secara langsung dan simultan dengan nilai yang dianggap sama atau kira-kira sebanding tanpa menggunakan alat

pembayaran seperti uang.. Hal ini dilaksanakan dalam rangka pengendalian pertukaran guna mencegah perusahaan dari praktek pentransferan

penghasilan. Barter dalam bentuk awalnya hanya dilakukan dengan

perjanjian tunggal tanpa melibatkan pihak ketiga. Dengan demikian, dalam barter kedua belah pihak mempunyai kedudukan yang sama yaitu masingmasing sebagai penjual dan pembeli. Sistem perdagangan dengan

menggunakan barter ini dapat dikelompokkan kedalam beberapa jenis, yaitu:

a. Barter Sederhana

Barter sederhana adalah pertukaran barang atau jasa secara langsung antara dua pihak tanpa menggunakan uang. Walaupun tidak

menggunakan uang dalam transaksi perdagangan, kedua belah pihak melakukan pendekatan harga bayangan untuk produk yang masuk ke

masing-masing negara. Biasanya kontrak untuk sistem perdagangan inikurang dari satu tahun guna menghindari terjadinya masalah fluktuasi

harga. Namun, untuk beberapa transaksi, pertukaran mungkin terentang dalam masa beberapa bulan atau beberapa tahun, dengan kontrak yang memungkinkan penyesuaian dalam rasio pertukaran untuk mengatasi masalah fluktuasi di tingkat harga internasional.

b. Barter dengan Pengaturan Pasti (Closed-End Barter)

Sistem ini merupakan modifikasi dari barter sederhana, yaitu pembeli dari barang yang akan dibarterkan tersebut dicari terlebih dahulu sebelum kontrak ditandatangani oleh kedua pihak yang berdagang. c. Barter Clearing Account

Sistem ini disebut juga clearing agreements atau clearing

(6)

membeli barang atau pengadaan jasa dan biasanya mempunyai nilai yang sama. Nilai kontrak dinyatakan dalam unit clearing account yang tidak dapat diubah, dan secara efektif mewakili lini kredit dalam bank sentral dari negara tersebut. Unit clearing account diterima secara universal dalam akuntansi perdagangan antarnegara dan pihak yang mempunyai hubungan komersial didasarkan atas persetujuan bilateral. Dalam kontrak dicantumkan jenis barang yang dipertukarkan, rasio pertukaran, dan kurun waktu dalam menyelesaikan transaksi. d. Switch Barter

Switch Barter (barter alih) adalah salah satu jenis barter dimana salah satu pihak tidak mungkin memanfaatkan sendiri barang yang

diterimanya dari pertukaran tersebut, maka negara pengimpor itu dapat mengalihkan (switching) barang tersebut kenegara ketiga yang

membutuhkan.

e. Buyback Barter (Barter Beli Kembali)

Yaitu suatu sistem penerapan alih teknologi dari suatu negara maju kepada negara berkembang dengan cara membantu menciptakan

kapasitas produksi di negara berkembang , yang nantinya hasil produksi

tersebut diekspor ke negara maju yang memberikan bantuan tersebut.4. Imbal Beli (Counterpurchase)

Imbal beli merupakan skema perdagangan yang mengaitkan pengadaan impor barang/jasa oleh pemerintah dengan ekspor diluar minyak dan gas bumi (non migas).

Pengaitan ini diberlakukan untuk setiap pengadaan impor barang/jasa oleh pemerintah (departemen, lembaga pemerintah non departemen, pemerintah daerah dan Badan Usaha Milik Negara/Daerah) yang bernilai diatas Rp

(7)

pemasok luar negeri yang bersangkutan membeli atau memasarkan atau membantu memasarkan mata dagangan ekspor non migas Indonesia ke negara pemasok luar negeri tersebut atau kenegara asal barang/jasa yang diimpor oleh pemerintah tersebut atau kenegara lain yang disetujui oleh pemerintah sebesar nilai barang/jasa impor yang dipasokkan kepada pemerintah Indosnesia.

Dengan demikian, sistem imbal beli ini berbeda dengan sistem barter, karena sistem ini menggunakan uang atau kredit dalam setiap transaksi. Disamping itu biasanya sistem ini mengikutsertakan penjual dari negara maju dan pembeli dari negara berkembang.

Sistem perdagangan ini biasanya dilakukan oleh negara-negara yang

mengalami kesulitan karena terbatasnya cadangan devisa untuk membiayai pembelanjaan barang/jasa impor.

5. Konsinyasi

Konsinyasi (Consigment) adalah pengiriman barang ekspor kepada importir di luar negeri dengan prinsip bahwa barang/produk dikirim oleh eksportir sebagai titipan untuk dijualkan oleh importir. Dengan demikian importir tersebut akan bertindak sebagai agen dari eksportir, sedangkan harga ditetapkan oleh eksportir yang bersangkutan.

Di negara-negara yang mempunyai pelabuhan bebas atau zona perdagangan bebas, hal ini dapat diatur dengan menaruh barang dagangan di bawah

pengawasan gudang kawasan berikat (bonded warehouses) dengan namabank asing. Penjualan kemudian dapat diatur dengan agen penjualan dan

barang konsinyasi dapat dikeluarkan sedikit demi sedikit dengan pembayaran biasa. Barang dagangan tersebut tidak dimintakan izin melewati pabean sampai penjualan selesai.

6. Menjual Lisensi

(8)

di negara tujuan ekspor. Menjual atau memberikan lisensi merupakan alternatif strategi akses pasar (memasuki suatu negara) dan perluasan dengan daya tarik yang cukup besar.

7. Joint Venture (Usaha Patungan dengan mitra lokal )

Joint venture adalah salah satu bentuk partisipasi yang lebih ekstensif di

pasar asing daripada mengekspor atau memberikan lisensi.II. PERSYARATAN DAN PROSEDUR EKSPOR

A. Persyaratan Umum

1. Ekspor dapat dilakukan oleh setiap perusahaan atau perorangan yang telah memiliki:

· Tanda Daftar Usaha Perdagangan (TDUP) atau Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP); atau

· Izin Usaha dari Departemen Teknis atau Lembaga Pemerintah Non Departemen berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan

· Tanda Daftar Perusahaan (TDP)

2. Setiap eksportir yang melakukan ekspor Barang Yang Diatur Ekspornya harus memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksudkan pada butir 1 di atas, dan telah mendapatkan pengakuan sebagai Eksportir Terdaftar dari Menteri Perindustrian dan Perdagangan, dalam hal ini Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri.

3. Setiap eksportir yang melakukan ekspor Barang Yang Diawasi Ekspornya harus memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada butir 1 di atas dan telah mendapat persetujuan ekspor dari Menteri Perindustrian dan Perdagangan dalam hal ini Direktur Ekspor Produk Industri dan

Pertambangan atau Direktur Ekspor Produk Pertanian dan Kimia dengan mempertimbangkan usulan dari Direktur Pembina Teknis yang

(9)

4. Terhadap barang ekspor tertentu, Menteri Perindustrian dan Perdagangan dalam hal ini Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri menetapkan

Harga Patokan Ekspor secara berkala sebagai dasar perhitungan Pajak Ekspor.B. Ketentuan Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB)

1. Barang yang akan diekspor wajib diberitahukan ke Kantor Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dengan mengisi formulir Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) atau dikirim melalui media elektronik.

2. Eksportir wajib mengisi PEB dengan lengkap dan benar.

3. Pengadaan formulir PEB dapat dilakukan oleh umum dan dibuat dalam rangkap tiga dengan ketentuan: lembar kesatu untuk kantor Ditjen Bea dan Cukai, lembar kedua untuk BPS Jakarta, dan lembar ketiga untuk Bank Indonesia bagian Pengolahan Data dan Informasi Ekonomi dan Moneter. Jika diperlukan, pemberitahu dapat membuat lembar copy tambahan sesuai kebutuhan, yang merupakan copy lembar asli dengan tanda tangan asli. 4. Barang ekspor yang tidak diwajibkan menggunakan PEB, tetapi kewajiban pemberitahuan ekspor adalah dengan menggunakan Pemberitahuan Ekspor Barang Tertentu (PEBT), yaitu:

· Barang kiriman yang nilainya Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) atau kurang,

· Barang pindahan, barang penumpang, barang awak sarana pengangkut, atau barang pelintas batas,

· Barang diplomatik,

· Barang yang dikirim ke luar negeri untuk dimasukkan kembali ke daerah Pabean,

· Cindera mata,

· Barang kerajinan rakyat, · Barang contoh,

(10)

5. Barang ekspor sebagaimana tertera di atas wajib diberitahukan dengan menggunakan Pemberitahuan Ekspor Barang Tertentu (PEBT) yang

bentuknya telah ditetapkan, kecuali:

· Barang penumpang dan barang awak sarana pengangkut,

· Barang pelintas batas yang menggunakan Pemberitahuan Pabean sesuai ketentuan perjanjian perdagangan pelintas batas,· Barang dan atau kendaraan bermotor yang diekspor kembali dengan

menggunakan dokumen yang diatur dalam ketentuan Kepabeanan Internasional.

6. PEB untuk barang yang terutang pungutan negara dalam rangka ekspor terlebih dulu diajukan ke Bank Devisa untuk pelunasannya. Apabila di luar hari dan jam kerja Bank Devisa, pelunasan pungutan negara dalam rangka ekspor dapat dilakukan di kantor Ditjen Bea dan Cukai.

7. Pelunasan PEBT untuk barang yang terutang pungutan negara dalam rangka ekspor dilakukan di Kantor Bea dan Cukai.

8. Barang yang PEB dan PEBT-nya telah didaftarkan dan akan dimuat atau telah dimuat di sarana pengangkutan untuk dikeluarkan dari Daerah Pabean dianggap telah diekspor dan diberlakukan sebagai barang ekspor.

9. PEB atau PEBT barang ekspor yang menggunakan fasilitas pembebasan Bea Masuk, penangguhan pembayaran PPN/PPn BM dan pengembalian Bea Masuk serta pembayaran pendahuluan PPN/PPn BM dalam rangka ekspor wajib dilengkapi dengan LPS-E (Laporan Pemeriksaan Surveyor Ekspor).

10. Eksportir dapat memberitahukan ekspor barang yang dilaksanakan dalam periode waktu yang ditetapkan, dengan menggunakan PEB Berkala.

(11)

· Frekuensi ekspornya tinggi,

· Jadual sarana pengangkut barang ekspor tersebut tidak menentu, · Lokasi pemuatan barang ekspor tersebut jauh dari Kantor Ditjen Bea dan Cukai dan/atau Bank Devisa,

· Barang yang bersangkutan diekspor melalui saluran pipa atau jaringan transmisi, atau

· Berdasarkan pertimbangan Direktur Jenderal atau Pejabat yang

ditunjuk, pengeksporan barang perlu menggunakan PEB Berkala.C. Tata Laksana Ekspor

Berdasarkan Inpres No.3 Tahun 1991, tata laksana ekspor adalah sebagai berikut:

1. Kewenangan pemeriksaan barang-barang ekspor Indonesia berada pada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

2. Untuk memperlancar ekspor, terhadap barang-barang ekspor tidak dilakukan pemeriksaan, kecuali dalam hal:

a. Barang ekspor tersebut adalah barang yang diatur ekspornya, b. Barang tersebut adalah barang yang terkena Pajak Ekspor (PE) dan Pajak Ekspor Tambahan (PET),

c. Barang ekspor tersebut adalah barang yang mendapat fasilitas

pembebasan atau pengendalian bea masuk dan pungutan impor lainnya atas impor bahan baku dari barang ekspor tersebut,

d. Adanya kecurigaan bahwa barang-barang ekspor tersebut termasuk golongan huruf a, b, atau c tetapi tidak tercantum dalam dokumen Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB), PE/PET-nya tidak dibayar sesuai dengan sebenarnya, atau yang termasuk larangan ekspor.

3. Pemeriksaan atas barang-barang sebagaimana dimaksud dalam butir 2 huruf a, b, atau c dilakukan oleh surveyor yang ditetapkan oleh pemerintah. Berdasarkan pemeriksaan tersebut, surveyor menerbitkan Laporan

(12)

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dalam rangka pemeriksaan yang bersifat final.

4. Pemeriksaan atas barang-barang sebagaimana dimaksud dalam butir 2 huruf d dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dan bersifat final.

5. Dalam hal ada Pajak Ekspor (PE) dan Pajak Ekspor Tambahan (PET), maka pembayaran pajak tersebut dilakukan oleh eksportir kepada bank

devisa pada waktu penyerahan Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB).D. Tahapan Pelaksanaan Ekspor

Tahapan-tahapan yang harus ditempuh dalam pelaksanaan kegiatan ekspor, sebagai berikut:

1. Mencari pelanggan atau importir (buyers) baik melalui kontak dagang di luar negeri maupun perwakilan importir (buying agent) yang ada di dalam negeri.

2. Persiapan ekspor

Tahapan-tahapan yang harus dilakukan eksportir setelah menerima surat pesanan, kontrak penjualan (sales contract), dan letter of credit (jika pembayaran melalui L/C) dari importir adalah sebagai berikut:

· Memproduksi (bagi eksportir produsen) atau mengadakan barang (memesan barang pada produsen atau membeli barang di pasar umum) sesuai dengan spesifikasi yang tertera dalam surat pesanan dan L/C. · Mengepak barang-barang untuk diekspor sesuai ketentuan yang ditetapkan.

· Menyiapkan pengapalan barang dan memberikan shipping marks sesuai surat pesanan atau kebiasaan yang berlaku secara internasional.

· Menunjuk perusahaan ekspedisi (freight-forwarder) yang akan mengurus dan memesan (booking) ruang kapal ( shipping space).

(13)

kemasan, merek kemasan, harga satuan dan harga total, dan pemenuhan ketentuan di bidang ekspor guna menerbitkan survey report atau clean report of finding. Hasil pemeriksaan (survey report) ini digunakan sebagai dasar pembuatan dokumen bill of lading, commercial invoice, dan packing list serta measurement list oleh eksportir.

3. Menyiapkan dokumen-dokumen ekspor sesuai ketentuan yang berlaku dalam perdagangan internasional (lihat dokumen ekspor pada huruf E di bawah ini)4. Transportasi

Pengiriman barang yang telah siap diekspor dapat dilakukan melalui laut atau udara sesuai ketentuan yang telah disepakati.

· Transportasi Laut

Pengiriman barang melalui transportasi laut adalah cara yang lazim digunakan eksportir mengingat biaya yang relatif murah dibandingkan dengan transportasi udara. Pengurusan pengiriman/pengapalan barang dapat dilakukan melalui jasa agen pelayaran (forwarding agent) apabila anda belum berpengalaman atau tidak cukup waktu untuk mengurusnya. Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan oleh eksportir atau agen pelayaran sebelum barang dikapalkan adalah sebagai berikut:

² mengumpulan data dan informasi mengenai biaya pengiriman, ² menentukan perusahaan pelayaran serta kapal pengangkut, ² memesan ruang kapal (shipping space),

² mendaftarkan kargo pada shipping note dan mengirimkannya ke perusahaan pelayaran,

² mengisi formulir customs entries dan mengirimkannya ke pabean, ² mengirim barang ke pelabuhan dengan consignment note,

² menerima bill of lading dari perusahaan pelayaran, ² membayar biaya pengiriman,

(14)

perusahaan pelayaran dan importir, atau bank perantara yang disepakati.

· Transportasi Udara

Kebanyakan barang yang diekspor melalui transportasi udara adalah barang-barang yang mempunyai nilai tinggi atau barang-barang yang tidak tahan lama untuk menghindari resiko atau kerugian yang lebih besar.

Pengiriman melalui transportasi udara relatif lebih sederhana prosedurnya dibandingkan dengan transportasi laut. Namun, bagi eksportir yang belum berpengalaman atau tidak mempunyai cukup

waktu dapat menggunakan jasa agen kargo udara (air cargo agent).Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pengiriman

dengan alat transportasi udara ini antara lain adalah melengkapi airconsignment note atau letter of instruction untuk perusahaan

penerbangan. Atas dasar instruksi tersebut, perusahaan penerbangan akan menyiapkan air waybill. Dokumen ini dikirimkan bersamaan dengan pengiriman barang ekspor, agar importir dapat segera mengambil barang di pelabuhan tujuan.

5. Pembayaran barang ekspor melalui L/C (Negosiasi Dokumen)

Apabila barang sudah dikapalkan/dikirim ke negara tujuan dan eksportir menerima bill of lading atau air waybill dari maskapai pelayaran/

penerbangan, maka eksportir dapat mengurus pembayaran barang yang diekspor tersebut ke advising bank (bank di dalam negeri) yang diberi kuasa oleh importir untuk membayarkan shipping document. Adapun dokumen-dokumen yang tercakup dalam shipping document ini antara lain adalah:

· Bill of exchange (draft dan wesel)

(15)

report),

· Commercial invoice

· Insurance policy (polis asuransi) · Consular invoice

· Packing list, weight note, dan measurement list · Inspection certificate atau surveyor report · Manufacturer’s certificate

· Certificate of origin.

Apabila semua dokumen yang dipersyaratkan dalam L/C telah dipenuhi oleh eksportir, maka advising bank akan membeli/membayar wesel yang diajukan eksportir tersebut sesuai dengan jumlah yang tercantum dalam L/C. Advising bank dapat melakukan pembayaran dalam bentuk:

· At sight, yaitu bank langsung melunasi pada saat dokumen pengapalan diperlihatkan,· Defered payment, yaitu bank akan melunasi pembiayaan di kemudian

hari sesuai dengan waktu yang disepakati,

· Bank mengaksep wesel yang ditarik dan melunasinya pada saat jatuh tempo.

Advising bank atau negotiating bank bersedia membayar eksportir dengan kompensasi dokumen pengapalan adalah karena bank tersebut telah diberi wewenang oleh importir untuk membayarkan L/C sesuai ketentuan yang telah disepakati, serta adanya bill of lading yang memberikan hak

kepemilikan atas barang yang tercantum dalam dokumen tersebut.

(16)

dokumen pengapalan untuk dipergunakan dalam penyelesaian bea masuk dan pengambilan barang dari perusahaan pelayaran.

Untuk lebih ringkasnya tahapan pelaksanaan ekspor dengan menggunakan L/C dapat dilihat pada gambar 1 di bawah ini.Gambar 1

Tahapan Pelaksanaan Ekspor D E F G

5

7 6 9 11 8

C 10 H 4 12 13 3

2 2

DALAM NEGERI LUAR NEGERI 1 14

B I 2 16 15

Keterangan:

1. Eksportir menerima pesanan (order) dari pembeli (buyers) di luar negeri (B -A).

PELAYARAN INSTANSI

(17)

ASING PRODUSEN/ LEVERANSIR EKSPORTIR S E L L E R BANK DALAM NEGERI

(Advising Bank) BUYER

IMPORTIR

BANK LUAR NEGERI atau

Bank Pembuka L/C (Issuing atau Opening Bank)

A2. Bank menginformasikan bahwa L/C telah dibuka untuk dan atas nama eksportir

(H - A).

3. Eksportir mengadakan pesanan kepada produsen atau leveransir/pemilik barang

(A - C).

4. Produsen/leveransir menyerahkan barang kepada eksportir dan eksportir melakukan pengemasan/pengepakan barang untuk diekspor (A).

5. Eksportir memesan ruang kapal (booking) dan mengeluarkan shipping order pada maskapai pelayaran (A - D).

6. Eksportir mengurus semua formulir ekspor dengan semua instansi ekspor yang

terkait (A - E).

(18)

perusahaan ekspedisi (A - D).

8. Eksportir mengurus Bill of Lading dengan maskapai pelayaran (A - D). 9. Eksportir menutup asuransi dengan maskapai asuransi (A - F).

10. Eksportir menyiapkan faktur/invoice dan dokumen-dokumen pengapalan lainnya

(A)

11. Eksportir mengurus consular invoice dengan trade councelor kedutaan negara

importir (A - G)

12. Eksportir menarik wesel kepada importir dan menerima hasilnya dari negotiation

bank (A - H)

13. Negotiating bank mengirimkan shipping documents kepada opening bank atau

principals-nya di negara importir (H - I)

14. Eksportir mengirimkan shipping advice dan copy shipping documents kepada importir (A - B).

15. Opening bank akan meminta importir untuk menebusnya dan mengambil dokumen pengapalan.

16. Maskapai Pelayaran menyerahkan barang ekspor kepada importir.E. Dokumen Ekspor

Di samping dokumen-dokumen ekspor yang berlaku secara internasional, juga terdapat dokumen pendukung lain yang diberlakukan di Indonesia sebagaimana telah diuraikan di atas, yaitu dokumen Pemberitahuan Ekspor Barang atau Pemberitahuan Ekspor Barang Tertentu.

Adapun format dan pengisian Pemberitahuan Ekspor Barang dan Pemberitahuan Ekspor Barang Tertentu dapat dilihat pada contoh di bawah ini.PEMBERITAHUAN EKSPOR BARANG (PEB)

A. Jenis PEB 1. BIASA 2. BERKALA Halaman 1 dari .. B. Cara Pembayaran

(19)

1. Identitas Eksportir : NPWP/Paspor/KTP/Lainnya E. DIISI OLEH BEA DAN CUKAI No. & Tgl

Pendaftaran

2. Nama, Alamat Eksportir : Nama Kantor :

3. No. & Tgl. SIUP

4. Nama, Alamat Negara Pembeli 14. No. Invoice : Tgl. 15. No. LPSE : Tgl.

16. Propinsi Asal Brg 17. Neg.Tujuan JP

5. Identitas Pemberitahu NPWP/Paspor/KTP/Lainnya 6. Nama, Alamat Pemberitahu

18. Izin Khusus : SIE :

KARANTINA: SM/SPM : Lain-lain :

7. No. & Tgl. Surat Izin PPJK:

8. Cara Pengangkutan: 1 Laut 2. 9. Perkiraan Tgl. Ekspor

19. Cara Delivery

Kereta Api 3. Jalan Raya, 4 Udara 5. Lainnya:

10. Nama Sarana Pengangkut No. 11. Pel. Muat 20. Valuta Asing: 21. Freight : Voy/Flight:

12. Pel. Bongkar : 13.Pel. Transit DN 22. Asuransi: 23. FOB :

24. Merek dan Nomor Kemasan No. Peti Kemas 2 6. Jumlah dan Jenis Pengemasan 26 Berat

(20)

Bersih (Kg)

28. No 29. Pos Tarif/HS 30. HP. Barang pada tgl. Penerimaan

31.

Jumlah & Jenis 32. Nilai FOB

- PE (% atau lainnya) Satuan Per satuan Jumlah Nilai

1) Dengan ini Saya menyatakan bertanggung jawab atas 33. Nilai PE dalam Rupiah

kebenaran hal-hal yang diberitahukan dalam dokumen ini G. UNTUK Bea dan Cukan/BANK

PEMBERITAHU TELAH DIBAYAR

1) UNTUK PEJABAT BC Kd. Pen No. Tanda Pembayaran

Tgl. PE

Pejabat Penerima (...)

Nama/Stempel InstansiLampiran Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 295/KMK.01/1997 Tanggal : 4 Juli 1997

PEMBERITAHUAN EKSPOR BARANG TERTENTU (PEBT) BC.3.1

Halaman 1 dari ... No Tanggal Kantor

1. Identitas Pengirim: NPWP/... 4. Identitas Pemberitahu: NPWP/.... 2. Nama Pengirim: 5. Nama, Alamat Pemberitahu:

(21)

3. Nama, Alamat Penerima: 7. Nama Sarana Pengangkut/No.. Voy/Flight: 8. Pel. Muat:

9. Pel. Tujuan: No.

Urut - Pos Tarif

- Uraian Barang Jumlah dan Jenis Satuan Barang Jumlah dan Jenis

Kemasan Nilai Barang (dalam ribuan Rp)

Berat Kotor (Kg)

(10) (11) (12) (13) (14) (15)

Dengan ini saya menyatakan bertanggung jawab atas kebenaran hal-hal yang diberitahukan

Dalam dokumen ini.

Untuk Pejabat Bea dan Cukai ... Tgl... Pemberitahu

(...) CATATAN:

(22)

Perlu dicatat bahwa penggunaan PEBT kemungkinan dalam waktu dekat akan dihapus, dan

yang akan tetap diberlakukan adalah PEB.Berdasarkan ensiklopedia eksportir, dokumen ekspor yang tercatat berjumlah

lebih kurang 50 dokumen. Penggunaan dokumen-dokumen ekspor tergantung dari jenis produk/barang yang diekspor serta peraturan perdagangan yang berlaku di masing-masing negara mitra dagang.

Dokumen-dokumen ekspor yang diperlukan dan yang lazim dipergunakan dalam setiap transaksi ekspor antara lain adalah:

1. Proforma Invoice

Proforma invoice adalah dokumen penawaran dari penjual kepada pembeli potensial. Dokumen ini biasanya berisikan syarat-syarat jual beli dan harga barang. Apabila si pembeli setuju maka akan diadakan kontrak jual beli sesuai dengan ketetapan dalam dokumen tersebut..

2. Commercial Invoice

Commercial Invoice (faktur) merupakan dokumen utama dari setiap

transaksi dan dokumen ini harus disiapkan oleh eksportir untuk diserahkan kepada importir. Dalam dokumen ini harus tercakup informasi selengkap mungkin dan mudah dimengerti baik oleh orang yang mempunyai

pengetahuan terbatas sekalipun terhadap bahasa yang digunakan. Dokumen ini dikirimkan oleh eksportir kepada importir dengan nama dan alamat

sesuai dengan yang tercantum dalam letter of credit (L/C).

Dokumen ini berisikan informasi mengenai uraian jenis barang sesuai dengan L/C dan dijadikan sebagai dasar transaksi, pernyataan harga yang disepakati antara kedua belah pihak, total nilai, kurun waktu dan mata uang yang dipergunakan dalam transaksi.

(23)

oleh pembeli terhadap barang-barang ekspor. Faktur ini dibuat dalam bahasa Inggris, namun kadang kala sebagian negara menggunakan bahasa mereka sendiri.

Informasi yang tercakup dalam dokumen ini adalah:

a Nama dan alamat pembeli (importir) dan penjual (eksportir),

a Nomor dan tanggal L/C serta nama bank pembuka L/C, (jika sistem

pembayaran menggunakan L/C)a Nomor dan tanggal surat pesanan atau sales contract

a Kuantitas/jumlah barang,

a Harga satuan (jika ada) dan harga total sesuai kesepakatan, a Cara pengepakan,

a Syarat-syarat pembayaran, a Nama kapal dan jalur pelayaran,

a Nama dan alamat perusahaan asuransi, a Merk dan nomor pengepakan barang,

a Nama pelabuhan muat dan tanggal berangkat kapal, a Nama pelabuhan bongkar,

a Keterangan asal barang,

a Perincian tentang jumlah ongkos laut dan premi asuransi (jika ada), a Perincian tentang komisi agen,

a Tanda tangan penjual.Contoh format Commercial Invoice [Exporters’ full name and address]

INVOICE NO. DATE

Invoice to:

VAT Registration No. Consign to:

Customer’s Order No.

(24)

Shipped by : on (tanggal):

Signed (tanda tangan: _____________

Date (tanggal) :Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengisian commercial invoice:

1) Alamat eksportir harus diisi dengan lengkap dan jelas,

2) Berikan informasi selengkap mungkin bagaimana anda dapat dihubungi (nomor telephon, fax., dan telex),

3) Pastikan bahwa setiap informasi penting dicantumkan/ditulis di dalamnya, seperti nomor registrasi pajak pertambahan nilai (PPN) eksportir,

4) Ikuti instruksi-instruksi pelanggan/pembeli secara cermat dan tepat, 5) Alamat ke mana barang anda kirimkan/kapalkan kemungkinan tidak sama dengan alamat kemana anda mengirimkan faktur/invoice.

6) Tanyakan sama customer/pembeli, apakah setiap referensi atau keterangan mengenai pajak atau informasi lain yang diperlukan harus dicantumkan.

7) Nomor pesanan atau keterangan lain dalam surat pesanan yang diterima dari si pembeli harus tertera dengan lengkap.

8) Jumlah barang yang tercakup dalam invoice harus dinyatakan dengan jelas. 9) Uraian barang ekspor harus dicantumkan agar memudahkan mereka untuk mengidentifikasinya serta nomor tarif (seperti HS) dari negara pengimpor. 10) dan 11) Mata uang yang digunakan baik untuk harga dan jumlah nilai harus dinyatakan (seperti US$)

12) Total nilai FOB (freigth on board) dari faktur harus terpisah untuk memudahkan pihak terkait dalam menggunakan metode lain untuk menghitung bea masuk dan pajak impor.

13) Jika eksportir bertanggung jawab dalam membayar ongkos angkut, harus ditulis (lihat contoh pengisian faktur di bawah ini)

(25)

15) Jika eksportir mengurus pengapalan, dalam faktur tersebut harus ditunjukkan bagaimana barang-barang tersebut dikapalkan.

16) Masing faktur dan copy-nya harus ditandatangani satu per satu.

Untuk lebih jelasnya cara pengisian faktur ini dapat dilihat pada contoh di bawah ini.Contoh pengisian commercial invoice:

CRAFT CERAMICS LTD

Unit 5c, Ashnew Industrial Estate

Ashnew, Country Wicklow, Ireland 1) INVOICE NO. 1321 Telephone: (01) .... DATE 1 January 19..

Facsimile : (01) .... Telex : 2)

VAT Registration No. 3) Invoice to: 4)

Kaufstadt AG Central Purchasing 1293 Am Werhaam Dosseldorf 4000 Germany

VAT Registration No. 11223344 6) Consign to: 5)

Kaulstadt AG Central Warehouse Reference MG/17963 Karlsruhe

Germany

Customer’s Order No. MG/17963 7)

(26)

100 pieces 100 pieces 160 pieces 160 pieces 80 pieces 80 pieces

IRISHCRAFT POTTERY 9)

TARIFF REFERENCE 6912.00.500.00 teacups valley green

teacups stone grey saucers peat brown saucers valley green plates 19 cm vally green plates 26 cm stone grey TOTAL VALUE EX WORKS

CARRIEGE TO WATERFORD PORT & LOADING TOTAL VALUE FOB WATERFORD 12)

FREIGHT CHARGES WATERFORD/KARLSRUHE 13) INSURANCE ASHNEW/KARLSRUHE 14)

TOTAL VALUE CIF KARLSRUHE

Shipped by :Bell Lines via Hamburg 15) on) 2 January 19..

Signed : ____________________ 16) Date : 1 January 19..

(27)

5.00 10.00 10.00 US$ 11) 700.00 700.00 80.00 80.00 800.00 800.00 3,160.00 25.00 3,185.00 250.00 43.00 3,478.00

======Kesalahan umum yang sering ditemukan berdasarkan penomoran di atas

adalah:

2) Jika nomor sarana komunikasi (telephone, fax, atau telex) tidak lengkap, keterlambatan mungkin terjadi.

4) Alamat yang tidak jelas/lengkap dapat memperlambat sampainya dokumen, 5) Jika alamat pengiriman barang tidak tercantum atau kurang jelas,

penyampaian barang akan tertunda.

6) Jika nomor registrasi pajak atau informasi penting lain yang dimintakan oleh si pembeli tidak tercantum, keterlambatan dan penambahan ongkos mungkin terjadi.

(28)

8) Jika jumlah barang yang tercakup dalam faktur tidak jelas, kemungkinan sulit bagi pejabat pabean atau si pembeli untuk memeriksa barang.

9) Jika uraian barang tidak lengkap, kemungkinan sulit untuk mengidentifikasi barang ekspor secara individu atau satu persatu. 10) Jika mata uang yang digunakan dalam faktur tidak dinyatakan,

kesalahpahaman mungkin terjadi dan akibatnya menambah biaya bagi eksportir. 11) Jika nilai dari masing-masing item yang tercantum dalam faktur tidak

ditulis, kemungkinan sulit untuk memeriksa faktur tersebut.

12) Jika nilai FOB tidak tercantum secara terpisah, kemungkinan importir akan membayar pajak lebih besar dari yang seharusnya.

13) Jika eksportir tidak menyatakan biaya-biaya pengangkutan apa saja yang tercakup, maka kesalah-pahaman mungkin terjadi, yang mengakibatkan bertambahnya ongkos bagi importir.

15) Jika perusahaan pengangkut dan tanggal pengapalan tidak dicantumkan, ini akan lebih menyulitkan mencari atau menelusuri pengiriman barang.

16) Jika masing-masing faktur yang asli dan copy-an tidak ditandatangani, kemungkinan faktur tidak dapat diterima oleh pihak pabean di pelabuhan impor.3. Consular invoice

Dokumen atau faktur ini dikeluarkan oleh kedutaan atau konsulat negara pengimpor. Faktur ini berisikan informasi mengenai rincian uraian barang ekspor, jumlah, berat, nilai dan asal barang, serta pernyataan mengenai akurasi informasi yang diberikan.

4. Customs invoice

Dokumen ini merupakan commercial invoice yang dibuat pada formulir khusus yang disiapkan oleh pejabat pabean negara pengimpor. Kebanyakan dokumen ini diberlakukan di beberapa negara-negara Persemakmuran. Dokumen ini berisikan informasi mengenai harga di pasar negara eksportir dan harga jual eksportir guna menghindari tunduhan dumping serta

(29)

5. Bill of lading

Bill of Lading (B/L) merupakan dokumen pengapalan yang sangat penting peranannya. Dokumen B/L menunjukkan hak kepemilikan atas barang, sehingga tanpa B/L tersebut seseorang tidak dapat menerima barang yang disebutkan dalam B/L.

Fungsi Bill of Lading adalah:

· Bukti tanda penerimaan barang, yaitu barang yang diterima oleh pengangkut (carrier) dari pengirim barang atau eksportir (shipper) ke suatu tempat tujuan dan selanjutnya menyerahkan barang-barang tersebut kepada pihak penerima/ importir.

· Bukti kontrak pengangkutan dan penyerahan barang-barang antara pihak pengangkut dengan pengirim.

· Bukti kepemilikan atau dokumen kepemilikan barang (document of title), yang menyatakan bahwa orang yang memegang B/L merupakan pemilik barang yang tercantum dalam B/L.

6. Air Ways Bill (AWB)

Air Ways Bill merupakan dokumen standar yang berlaku secara

internasional. Pada umumnya dokumen ini terdiri dari tiga set formulir asli, yang masing-masing harus diserahkan kepada perusahaan penerbangan, penerima barang, dan pengirim barang.Dokumen ini berisikan:

· Tanda terima dari perusahaan penerbangan yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut telah menerima barang dari pengirim,

· Perjanjiaan antara pengirim dengan perusahaan penerbangan untuk memindahkan barang dari bandara asal ke bandara penerima,

· Pernyataan pabean,

· Tagihan biaya pengiriman barang, dan · Sertifikat asuransi.

(30)

Packing list berkaitan erat dengan invoice dan biasanya selalu disertakan dalam setiap faktur. Dokumen ini sangat penting bagi si pembawa barang dan pabean dalam pemeriksaan barang dan bagi pelanggan dalam

mengidentifikasi muatan kapal.

Dokumen ini berisikan informasi mengenai perincian barang yang terdapat dalam setiap peti/karung. Uraian tersebut juga mencakup jenis bahan pembungkus atau pengepakan dan cara mengepaknya. Dokumen ini biasanya disiapkan jika barang yang terdapat dalam setiap peti atau kontainer berbeda jenis, jumlah atau beratnya. Packing list dapat

mengurangi terjadinya kekeliruan dalam penyampaian barang. Petugas pabean akan melakukan pemeriksaan isi peti dengan mengambil beberapa sampel, bila isinya sesuai dengan packing list, maka peti-peti yang lain diasumsikan isinya sama dengan peti tersebut.Contoh format Packing List : PACKING LIST

This packing list refers to invoice no.: dated:

Quantity Numbers Contents each Measure each GR WT each Method of packing:

Marks and numbers: Total no. of packages: Total measure:

Total net weight:

Total gross weight:Contoh pengisian packing list yang lengkap PACKING LIST

This packing list refers to invoice no.1321 dated 4 January 199. Quantity Numbers Contents each Measure each GR WT each 5

(31)

5 5 5 8 8 8 8 8 8 1 - 5 6 - 10 11 - 15 16 - 20 21 - 25 26 - 30 31 - 38 39 - 46 47 - 54 55 - 62 63 - 70 71 - 78

(32)

20 plates 19 brown 20 plates 19 grey 10 plates 26 green 10 plates 26 brown 10 plates 26 grey 45 x 40 x 10 cm 45 x 40 x 10 cm 45 x 40 x 10 cm 30 x 15 x 15 cm 30 x 15 x 15 cm 30 x 15 x 15 cm 42 x 21 x 15cm 42 x 21 x 15cm 42 x 21 x 15cm 30 x 30 x 20 cm 30 x 30 x 20 cm 30 x 30 x 20 cm 4.8 kg

(33)

8.0 kg

FRAGILE, HANDLE WITH CARE - KEEP UPRIGTH Method of packing: CARDBOARD CARTONS

Marks and numbers: FULLY ADDRESSED, NUMBERED 1 - 78 Total no. of packages: 78

Total measure: 1.12 CUBIC METERS Total net weight: 451.5 KG

Total gross weight: 522 KGInformasi yang perlu diperhatikan: 1) Referensi/keterangan faktur seandainya dokumen dipisahkan, 2) Jumlah karton per jenis/type barang yang dikemas/dipak,

3) Jumlah yang dimasukkan ke dalam karton untuk masing-masing jenis barang,

4) Isi dari masing-masing karton, 5) Ukuran luar karton,

6) Berat kotor dari masing-masing karton,

7) Cara pengepakan barang. Jika barang merupakan palet, hal ini harus dinyatakan. Apabila penangangan khusus diperlukan, hal ini harus dicantumkan,

8) Cara karton tersebut dikirim dan jumlah karton yang digunakan, 9) Total paket dalam pengiriman,

10) Total volume yang dikirimkan dalam meter cubic,

11) Berat bersih pengiriman (diluar pengepakan/bungkusan) , 12) Berat kotor pengiriman yang dikapalkan.

Masalah umum yang lazim diketemukan:

1) Jika keterangan dalam faktur diabaikan, hal ini menyulitkan dalam penyesuaian dokumen seandainya dipisahkan.

(34)

3) Jika karton tidak diberi nomor, atau penomoran yang salah, hal ini dapat membingungkan pejabat pabean dan pembeli.

4) Jika isinya tidak diterangkan dengan benar, maka sulit untuk

mengiden-tifikasinya secara individu.5) Jika ukuran dan unit pengukuran diabaikan, beberapa pertanyaan

mungkin akan muncul,

6) Jika berat atau satuan berat diabaikan, keterlambatan mungkin terjadi, 7) Jika jenis/type pembungkusan yang digunakan diabaikan,

keterlambatan mungkin akan terjadi,

8) Jika informasi mengenai cara pengiriman tidak ditulis atau alamatnya diabaikan, keterlambatan mungkin akan terjadi,

9) Jika jumlah paket dihilangkan, pejabat pabean atau pembeli sering terlambat memeriksanya,

10) Jika jumlah volume pengiriman tidak ditulis, kemungkinan keterlambatan akan terjadi.

11) Jika berat bersih tidak ditulis, atau membingungkan dengan jumlah berat kotor, kesalah-pahaman dan biaya tambahan akan muncul. 12) Jika berat kotor tidak ditulis atau membingungkan dengan jumlah berat bersih, kesalahpahaman dan biaya tambahan akan muncul. Untuk jelasnya pengisian packing list berdasarkan masalah yang sering

ditemukan sebagaimana diuraikan di atas dapat dilihat pada contoh di bawah ini.Contoh pengisian packing list berdasarkan keterangan tersebut di atas PACKING LIST

1) This packing list refers to invoice no.:1321 dated 4 January 19.. Quantity

2)

Numbers 3)

(35)

4)

Measure each 5)

GR WT each 6)

(36)

71 - 78

20 teacups green 20 teacups grey 20 teacups brown 20 saucers green 20 saucers brown 20 saucers grey 20 plates 19 green 20 plates 19 brown 20 plates 19 grey 10 plates 26 green 10 plates 26 brown 10 plates 26 grey 45 x 40 x 10 cm 45 x 40 x 10 cm 45 x 40 x 10 cm 30 x 15 x 15 cm 30 x 15 x 15 cm 30 x 15 x 15 cm 42 x 21 x 15cm 42 x 21 x 15cm 42 x 21 x 15cm 30 x 30 x 20 cm 30 x 30 x 20 cm 30 x 30 x 20 cm 4.8 kg

(37)

4.4 kg 4.4 kg 4.4 kg 8 0 kg 8 0 kg 8.0 kg 8.0 kg 8.0 kg 8.0 kg

FRAGILE, HANDLE WITH CARE - KEEP UPRIGTH Method of packing: CARDBOARD CARTONS 7)

Marks and numbers: FULLY ADDRESSED, NUMBERED 1 - 78 8) Total no. of packages: 78 9)

Total measure: 1.12 CUBIC METERS 10) Total net weight: 451.5 KG 11)

Total gross weight: 522 KG 12)Panduan bagi eksportir dalam membuat dokumentasi packing list

berdasarkan contoh pengisian tersebut di atas:

1) Pastikan bahwa nomor dan tanggal faktur dari packing list tertera dengan jelas.

2) Tuliskan jumlah karton yang dikapalkan untuk masing-masing barang yang tercantum dalam packing list.

3) Pastikan bahwa masing-masing karton (atau type lain dari pengepakan yang digunakan) diberi nomor dengan jelas dan bahwa tidak nomor yang dihilangkan menurut sekuensi atau urutannya. Pilihan

(38)

packing list sama dengan yang digunakan dalam faktur untuk menghindari kesalahpahaman dan ketidakpastian.

5) Cantumkan ukuran luar dari masing-masing paket dan satuan pengukuran yang digunakan.

6) Cantumkan jumlah berat kotor dari masing-masing paket dan satuan timbangan yang digunakan.

7) Nyatakan dengan jelas jenis pengepakan yang digunakan. Jika bagian dalam digunakan bungkusan/pengepakan, jenisnya harus dinyatakan. Beberapa negara mempunyai batasan atau ketentuan mengenai jenis pengepakan seperti jerami atau kayu. Jika barang ekspor dalam bentuk palet, hal ini harus dinyatakan, kalau tidak sarana penanganan yang sesuai untuk jenis barang tersebut tidak diadakan. Jika dibutuhkan penanganan khusus, harus dinyatakan dalam packing list tersebut. 8) “Tanda nomor” merupakan istilah pengapalan yang harus sesuai dengan cara pengiriman. Dewasa ini. lazim digunakan label untuk masing-masing paket dengan mencantumkan nama dan alamat lengkap si penerima. Sistem penomoran yang digunakan harus

dinyatakan dengan jelas dan benar.9) Cantumkan jumlah paket pengiriman. Jika pengiriman bercampur

baur, seperti dengan karton dan peti kayu, jumlah dari masingmasingnya harus dicantumkan.

10) Total volume pengiriman ditetapkan dengan menghitung volume dari masing-masing paket dan kemudian dikalikan antara volume dengan jumlah paket.

11) Berat bersih adalah berat yang telah dikurangi dengan jumlah berat pengepakan. Hal ini perlu dicantumkan dengan akurat karena

beberapa negara akan memperhitungkan pajak impor secara keseluruhan atau dikenakan per kilogram berat bersih.

(39)

akan dikalkulasikan berdasarkan berat kotor tersebut. 8. Measurement List

Hasil pengukuran atau penakaran yang berisikan informasi mengenai ukuran panjang, tebal, garis tengah, dan volume barang. Ukuran dalam dokumen harus sesuai dengan persyaratan yang tertera dalam L/C. Dokumen ini dipergunakan untuk mengkalkulasikan biaya angkut dan persiapan penerimaan barang bagi importir.

9. Certificate of Origin (Surat Keterangan Asal - SKA)

Certificate of Origin ini merupakan pernyataan yang ditandatangani untuk membuktikan asal barang-barang yang diekspor. Surat keterangan asal barang ini menerangkan barang bahwa barang-barang tersebut betul-betul hasil atau produk dari negara eksportir.

Mengingat negara asal barang dapat mempengaruhi besarnya

pertanggungjawaban bea atau tingkat bea masuk yang akan dikenakan oleh negara pengimpor, maka untuk itu surat keterangan asal ini harus diisi

dengan hati-hati dan akurat sesuai dengan peraturan yang berlaku di negara pengimpor.Surat keterangan asal ini dikeluarkan oleh instansi yang ditunjuk Pemerintah, yaitu:

· Kantor Wilayah Departemen Perindustrian dan Perdagangan di Propinsi/Daerah Tingkat I. Yang berwenang dan bertanggung jawab dalam mengeluarkan SKA di Kanwil adalah Kepala Kantor, Kepala Bidang Perdagangan Internasional (sebagai Pejabat Pengganti I), dan Kepala Bagian Tata Usaha (sebagai Pejabat Pengganti II)

· Kantor Departemen Perindustrian dan Perdagangan di

(40)

Pejabat Pengganti I), Kepala Sub Bagian Tata Usaha (sebagai Pejabat Pengganti II),

· PT (Persero) Kawasan Berikat Nusantara. Yang berwenang dan bertanggung jawab adalh Direktur Utama, Direktur Operasi, Direktur Operasi (sebagai Pejabat Pengganti I), Direktur Administrasi dan Keuangan (sebagai Pejabat Pengganti II),

· Pada Kantor Cabang PT (Persero) Kawasan Berikat Nusantara. Yang berwenang dan bertanggung jawab adalah Kepala Kantor, dan Kepala Divisi Operasi (sebagai Pejabat Pengganti),

· Satuan Pelaksana Otorita Pengembangan Daerah: Kepala Satuan Pelaksana, Kepala Sub Direktorat Perdagangan (sebagai Pejabat Pengganti I), dan Kepala Seksi Bina Usaha Perdagangan (sebagai Pejabat Pengganti II),

· Industri (Satuan Pelaksana Otorita Pengembangan Daerah Industri -SPOPDI) Pulau Batam,

· Kantor Cabang Lembaga Tembakau (khusus untuk tembakau -“Certificate of Authenticity”), Kepala Kantor, Kepala Seksi Pengujian (sebagai Pejabat Pengganti)

· Instansi lain yang akan ditetapkan kemudian oleh Menteri Perindustrian dan Perdagangan.Adapun prosedur dan persyaratan dalam memperoleh SKA adalah sebagai

berikut:

· Eksportir atau pihak yang memerlukan SKA dapat mengajukan permohonan penerbitan SKA kepada instansi penerbit dengan melampirkan dokumen pendukung.

(41)

dilegalisir oleh Bank Devisa yang menerbitkan, dan Bill of Lading (B/L) atau Air Ways Bill on Board.

· Dokumen pendukung untuk pengeluaran barang ke luar negeri yang tidak wajib memenuhi ketentuan umum di bidang ekspor, seperti dokumen permohonan ekspor tanpa PEB (PETP) yang ditanda-sahkan oleh Pejabat Bea dan Cukai di pelabuhan ekspor atau pengiriman barang; kuitansi pembelian barang yang dimintakan SKA-nya; photo copy KTP bagi WNI atau paspor bagi WNA, serta surat kuasa dari pemilik barang yang menggunakan Perusahaan Jasa Titipan.

· Khusus untuk penerbitan SKA Form A, eksportir atau pihak lain yang memerlukannya selain melengkapi dokumen-dokumen tersebut diatas, juga wajib melengkapinya dengan:

² Surat Pernyataan dan struktur biaya per unit, ² Untuk permohonan SKA berikutnya apabila:

Í Proses produksi atau persentasi kandungan impor/lokal, atau Í Produsen asal bahan baku atau barang tidak mengalami perubahan, maka eksportir atau pihak lain yang memerlukan SKA cukup melengkapi dengan Surat Penegasan.

· Permohonan SKA dapat diproses oleh Instansi Penerbit apabila diisi dalam bahasa Inggris. Dokumen ini diisi secara jelas, lengkap dan benar, serta dilengkapi dengan dokumen pendukung.

· Eksportir atau pihak lain yang memerlukan SKA dapat memilih salah satu instansi penerbit yang termasuk dalam wilayah kerjanya untuk penerbitan SKA, terutama untuk pengeluaran barang ke luar negeri yang wajib memenuhi ketentuan umum di bidang ekspor:² Instansi penerbit yang wilayah kerjanya mencakup tempat barang di

produksi, atau,

(42)

² Instansi penerbit yang wilayah kerjanya mencakup tempat PEB mendapat persetujuan muat dari Pejabat Hanggar Bea dan Cukai di pelabuhan ekspor, atau

² Instansi penerbit yang terdekat.

· Eksportir atau pihak lain yang memerlukan SKA, yang berdomisili di daerah Otonomi Tingkat II Percontohan, dapat memilih salah satu instansi penerbit yang terdekat, atau instansi penerbit lain dengan pertimbangan lebih efisien.

· Bagi barang yang diatur ekspornya dan/atau terkena pembatasan ekspor dalam bentuk kuota berdasarkan perjanjian internasional, SKA-nya

hanya dapat diterbitkan oleh Kantor Wilayah Departemen Perindustrian dan Perdagangan di Propinsi/Daerah Tingkat I atau PT (Persero)

Kawasan Berikat Nusantara dan Kantor Cabangnya atau Satuan Pelaksana Otorita Pengembangan Daerah Industri (SPOPDI) Pulau

Batam sesuai wilayah kerjasama dimana barang dikapalkan (pelabuhan ekspor) atau kuota ekspor dialokasikan/ dimutasikan.

· Barang yang diatur ekspornya dan/atau terkena pembatasan ekspor dalam bentuk kuota adalah:

² Yang diatur ekspornya, yaitu kopi;

² Yang terkena pembatasan ekspor dalam bentuk kuota, yaitu Maniok (khusus tujuan Uni Eropa) dan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT).

Khusus untuk kuota ekspor TPT yang dialokasi melalui Kantor Wilayah

Departemen Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Jawa Tengah, SKAnya dapat juga diterbitkan oleh Kantor Departemen Perindustrian dan

Perdagangan Kotamadya Surakarta.Format Surat Keterangan Asal yang dipergunakan Indonesia, yaitu:

(43)

negara-negara tertentu, seperti Amerika Serikat, Canada, EU untuk produkproduk tertentu, seperti tekstil dan produk tekstil,

2. SKA-Form B, dan

3. SKA-Form D sebagai pengganti SKA-Form C, yang digunakan untuk ASEAN Common Effective Preferential Tariff Scheme (CEPT). SKA ini

hanya berlaku untuk negara-negara di kawasan ASEAN2. Contoh format SKA-Form A:

2. Goods consigned from (exporter’s business name, address, country)

Reference No.:

GENERALIZED SYSTEM OF PREFERENCES CERTIFICATE OF ORIGIN

(Combined declaration and certificate) FORM A

2. Goods consigned to (consignee’s name,address, country)

Issued in INDONESIA (country)

See Notes overleaf

3. Means of transport and route (as far as known) 4. For official use 5.

Item num ber

6. Marks and number of packages

(44)

8. Origin criterion (see notes overleaf 9. Gross weigth or other quantity

10. Number and date of

invoices

11. Certification

It is hereby certified, on the basis of control

carried out, that the declaration by the exporter is correct

Place and date, signature and stamp of certifying authority

12. Declaration by the exporter

The undersigned hereby declares that the above and statements are correct : that all the goods were produced in

INDONESIA

…... (country)

and that they comply with the origin requirements specified for those goods in the generalized system of proferences for goods exported to

(45)

(importing country)

…...

Place and date, signature of authorized signatory2. Contoh Format SKA-Form B: 1. Goods consigned from (Exporter’s business name,

address, country

MINISTRY OF INDUSTRY AND TRADE OF THE REPUBLIC OF INDONESIA CERTIFICATE OF ORIGIN

FORM B

2. Goods consigned to (Consignee’s name, address, country)

Reference No:

3. Means of transport and route (as far as known). Shipped by :

From : To :

Date of shipment: 4. For official use 5. Item

number 6. Marks and number of packages

7. Number and kind of packages description of goods

(46)

quantity

9. Number and date of

invoices

10. Certification.

It is hereby certified, on the basis control carried out, that the goods stated above were

produced in Indonesia

11. Competent authority (name, full

address) ... (Signature) (Stamp)3. Contoh Format SKA-Form D:

1. Goods sonsigned from (Exporter’s business name, address, country

Reference No.:

ASEAN COMMON EFFECTIVE PREFERENTIAL TARIFF SCHEME

CERTIFICATE OF ORIGINE

(Combined Declaration and Certificate)

2. Goods consigned to (Consignee’s name, address, country) FORM D Issued in INDONESIA

See Notes Overleaf

3. Means of transport and route (as far as known) Departure Date :

4. For Official Use

Preferential Treatment Given Under/ ASEAN Common Effective

(47)

Preferential Treatment Not Given (Place state reason/s)

Signature of Authorised Signatory of the importing Country

5. Item No.

6. Marks and numbers on

packages

7. Number and type of

packages description of goods (including quantity where appropriate and HS number of the importing country)

8. Origin criterion (see Notes overleaf)

9. Gross weight of other

quantity and value (FOB) 10. Number and date of

invoices

(48)

The undersigned hereby declares that the above details and statement are correct, that all the goods were produced in INDONESIA

12. Certification

It is hereby certified on the basis of control carried out that the declaration by the exporter is correct

and that they comply with the origin requirements specified for those goods in the ASEAN Common Effective Preferential

Tariff Scheme for the goods exported to

... The CEPT tariff rate in the inclusion

list of Indonesia for HS code ... is ...

(importing country)

... Place and date signature of

authorised signatory

... Place and date signature and stamps of

Certifying authority10. Certificate of Inspection (Sertifikat Pemeriksaan) Certificate of Inspection (surat pemeriksaan) ini merupakan keterangan mengenai barang yang dibuat oleh surveyor independent, juru pemeriksa barang atau badan resmi yang ditunjuk oleh pemerintah dan dikenal oleh dunia perdagangan internasional. Dokumen ini sangat penting bagi importir karena memberikan jaminan atas mutu dan jumlah barang, ukuran dan berat barang, keadaan barang, cara pengepakan barang, dan jumlah satuan barang dari masing-masing kemasan/ pengepakan.

(49)

Sertifikat mutu ini diterbitkan oleh Pusat Pengujian Mutu Barang (PPMB) atau Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) yang berada di bawah naungannya. Sertifikat ini berisikan informasi mengenai hasil

analisis barang atas dasar pemeriksaan laboratorium. Adapun alamat PPMB berikut Balai-Balai tersebut dapat dilihat pada Lampiran 2

12. Insurance Certificate (Sertifikat Asuransi)

Sertifikat ini merupakan surat keterangan yang menjelaskan bahwa terhadap barang-barang tertentu telah dilakukan penutupan asuransinya dalam bentuk open policy. Open policy itu tidak dapat diberikan oleh si tertanggung sebagai bukti penutupan asuransi barang-barang tertentu karena open policy tersebut diperlukannya untuk pengapalan-pengapalan selanjutnya.

13. Insurance Policy (Polis Asuransi)

Polis asuransi merupakan bukti kontrak asuransi barang-barang yang

diangkut dengan kapal atas nama si tertanggung membayar premi. Dengan polis asuransi tersebut dapat dilakukan langkah-langkah atau tindaktindakan hukum bila terjadi permasalahan.14. Cover note

Dokumen ini merupakan pemberitahuan dari perusahaan asuransi yang menyatakan bahwa sebuah asuransi telah ditutup sementara menunggu polis atau sertifikat asuransi dikeluarkan. Kadang-kadang pemberitahuan ini dibuat dalam sebuah Surat Asuransi, tetapi karena tidak berisikan rincian-rincian asuransi yang akan ditutup dan karena ada kemungkinan asuransi tersebut sama sekali belum ditutup, maka bank tidak dapat memperlakukan dokumen tersebut sebagai kontrak asuransi.

15. Carrier’s Declaration atau Consignment Note

Carrier’s declarition atau consignment note adalah kontrak antara

(50)

format yang standar oleh perusahaan pengangkut untuk diisi oleh eksportir. Dalam hal ini, eksportir diminta untuk mengisinya dengan memberitahukan informasi mengenai apa yang akan dikirimkan/dikapalkan, nilai, berat dan volume serta dokumen-dokumen yang dibutuhkan. Juga dimintakan

pernyataan siapa yang akan bertanggung jawab dalam pembayaran segala biaya yang mungkin timbul.

Dokumen ini biasanya dipergunakan untuk segala macam jenis transportasi: laut, udara, kereta api, jalan darat.Contoh format Carrier’s Declaration/Consigment Note dan cara pengisiannya:

SHIPPING INSTRUCTIONS

Shippers’ name and address 1) Consignee’s name and address 2) BELL

Notify address 3) LINES

Place of receipt 4)

First vessel 5) Port of loading 6)

Port of discharge 7) Final destination 8)

Second vessel 9) Port of transport 10) Forwarding agent’s name and address 13) Port of discharge 11) Place of delivery 12)

Marks and nos. 14) Contents no. and seat no. 15)

Quantity and description of goods 16)

Gross weight kg 17)

(51)

m3 18)

Tariff No. 19) FOB value 20)DIMENSIONS OF PACKAGES 21) No. of

Packages 22) Length 23) Breadth 24) Depth 25) Measure 26)

Total cubic measure 27)

BILL OF LADING REQUIREMENTS 28)

FREIGTH AND CHARGES 29)

DOCUMENTS

ACCOMPANYING CARGO TO PORT OF SHIPMENT

(52)

31)

Originals Copies Freight Payable by:

35)

DISPOSAL INSTRUCTIONS 32) Return to

shippers 33)

Originals Copies Charges Payable by:

36) Forward ship’s bag 34)

Originals Copies

We hereby declare the foregoing to be a full and true account of the contents, values, etc., of the

goods herein declared. We agree to pay all freight or charges, custom house charges and duties as

well as other lawful and customary expenses and also return freight and charges if consignees

either decline to receive the goods of refuse or are unable to pay the charges thereon. We

understand and accept that all transactions are subject to your standard trading conditions and/or

(53)

_________________________________Keterangan cara pengisian berdasarkan penomoran tersebut di atas:

1) Biasanya nama perusahaan yang mengeluarkan faktur atau yang mengirimkan barang ekspor.

2) Alamat si penerima barang harus dicantum dengan jelas dan harus sama dengan yang tertera dalam faktur.

3) Jika anda diberikan nama agen yang ditunjuk oleh pembeli untuk menangani barang ekspor tersebut, namanya agen tersebut harus dicantumkan dalam kolom tersebut dengan benar.

4) Tempat dimana si pengangkut/pembawa menyerahkan tanggung jawabnya atas barang-barang ekspor tersebut.

5) Nama perusahaan pengapalan yang akan membawa barang. 6) Nama/tempat pelabuhan muat.

7) Nama pelabuhan dimana barang-barang tersebut dibongkar. 8) Tempat tujuan akhir harus dicantumkan di sini.

9) Jika terjadi pergantian sarana angkutan, namanya harus dicantumkan di sini.

10) Nama pelabuhan tempat terjadinya pergantian sarana angkutan dari pengapalan pertama ke pengapalan berikutnya harus dicantumkan di sini.

11) Nama pelabuhan bongkar dari pengapalan yang ke dua.

12) Tujuan akhir barang-barang ekspor jika terjadi pergantian kapal. 13) Jika eksportir menggunakan agen pelayaran, nama dan alamatnya harus dicantum di sini.

14) Tanda dan penomoran yang digunakan.

15) Jumlah tempat/ruang/kursi (jika dimuat dengan peti kemas)

(54)

cara atau sarana penanganan yang dibutuhkannya.17) Jumlah berat kotor dari seluruh barang yang akan dikirimkan.

18) Jumlah volume dari seluruh barang yang akan dikirimkan. 19) Nomor tarif dari negara pengimpor.

20) Nilai FOB.

21) Dimension of packages.

22) Total pengepakan dari masing-masing dimensi atau jenis. 23) Ukuran panjang dari masing-masing pengepakan.

24) Ukuran luas dari masing-masing pengepakan dan satuan/ukuran yang digunakan.

25) Lebar (atau tinggi) dari masing-masing pengepakan dan satuan yang digunakan.

26) Volume dari masing-masing pengepakan. 27) Total volume dari keseluruhan pengepakan. 28) Bill of lading requirement.

29) Freight and charges (ongkos pengangkutan)

30) Daftar dokumen, jumlah dari masing-masing dokumen yang akan diserahkan kepada si pembawa/pengangkut.

31) Jumlah bill of lading yang dibutuhkan, rincian antara yang asli dan yang copy-an.

32) Disposal instructions

33) Jumlah dan jenis bill of lading yang dibutuhkan oleh si pengirim (eksportir).

34) Jumlah dan jenis bill of lading yang dikirimkan bersamaan dengan pengiriman barang.

35) Siapa yang bertanggung jawab membayar ongkos angkut. 36) Siapa yang bertanggung jawab membayar biaya-biaya lainnya.

(55)

(berdasarkan penomoran di atas) adalah:

3) Jika pembeli/pelanggan anda mempunyai agen yang akan menangani barangnya dan tidak dicantumkan, kemungkinan akan terjadi

keterlambatan dalam penyampaian barang.

4) Jika tempat dimana barang tersebut diserahkan oleh si pengangkut tidak dicantumkan atau tempatnya tidak benar, biaya tambahan yang seharusnya tidak terjadi akan menjadi beban anda.

7) Jika pelabuhan dimana barang diserahkan tidak dicantumkan dengan benar, barang kiriman tersebut mungkin dibongkar di tempat yang salah.

8) Jika tempat/tujuan akhir salah menyatakannya, kemungkinan penyampaian barang akan terlambat atau hilang.

13) Jika si pengirim/eksportir menggunakan jasa agen pelayaran dan ini tidak dicantumkan, kemungkinan keterlambatan pengiriman sampai pada titik yang telah ditentukan akan terjadi.

15) Dalam hal pemuatan dalam peti kemas, jika nomor tempat/ruang/kursi dari peti kemas tidak dicantumkan, atau salah menyatakannya,

keterlambatan mungkin akan terjadi.

17) Jika berat kotor salah menyatakannya, biaya/ongkos tambahan mungkin akan muncul.

18) Jika ukurannya yang dicantumkan (atau volume) salah, biaya yang seharusnya tidak ada akan muncul.

19) Jika nomor tarifnya salah, kesalahan dalam perhitungan bea masuk mungkin akan terjadi.

20) Jika nilai FOB-nya salah, kemungkinan akan terjadi biaya tambahan yang harus dipikul oleh importir.

(56)

penyimpanan barang atau pergudangan.28) Jika persyaratan bill of lading tidak tepat/lengkap, anda tidak akan

memperoleh dokumen yang anda butuhkan untuk memenuhi permintaan pembeli/pelanggan.

29) Jika anda tidak menyatakan siapa yang akan bertanggung jawab mengenai biaya/ongkos angkutan dan biaya-biaya lainnya, barangkali anda akan membayar lebih banyak dari yang seharusnya.

30) Jika anda tidak menyatakan/melampirkan dokumen-dokumen yang seharusnya dilampirkan, sangatlah tidak memungkinkan bagi yang terkait untuk memeriksanya.

32) Jika instruksinya tidak benar, dokumen-dokumen yang dibutuhkan tidak akan disediakan/diberikan.

37) Jika dokumen tidak ditandatangani oleh eksportir, kemungkinan si pembawa barang akan menolak membawa barang anda.

Panduan bagi eksportir dalam menyiapkan dokumen ini:

1. Check/periksa apakah pelanggan/pembeli anda akan menggunakan jasa tertentu untuk mengimpor barang dan, jika benar, pastikan bahwa nama dan alamatnya tercantum dalam dokumen ini.

2. Sepakati dengan si pembawa/pengangkut tempat/titik pengumpulan dan penyerahan barang dan ongkos serta biaya lainnya. Pastikan bahwa dokumen-dokumen yang harus diikutsertakan selama dalam perjalanan telah diserahkan.

3. Jika anda menggunakan agen pelayaran, pastikan bahwa informasi ini tercantum dalam dokumen.

4. Jika anda mengirimkan dengan isi peti kemas yang penuh, anda harus menyegel peti kemas tersebut setelah dimuat dan nomor

(57)

pengapalan barang dalam peti kemas bersamaan dengan barangbarang yang lain dan kemudian yang bertanggung jawab dalam

penyegelan peti kemas adalah perusahaan pelayaran.5. Pastikan bahwa jumlah berat kotor tercantum dengan benar, yaitu total

berat pengiriman termasuk berat pengepakannya, pallet secara integral, dan lain-lain.

6. Pastikan bahwa volumennya dihitung dengan benar. Tergantung hubungan antara berat dan volume/isi dari barang yang dikirimkan, perbedaan ongkos angkut mungkin akan terjadi. Oleh karena itu, sangatlah penting memberikan informasi yang akurat.

7. Cari nomor tarif yang dipergunakan oleh negara pengimpor dan pastikan bahwa hal itu tercantum dengan benar dalam dokumen ini. 8. Nilai FOB barangkali digunakan dengan tujuan yang berbeda; sebagai contoh, oleh si pengangkut untuk menentukan ongkos angkut atau oleh pejabat pabean di negara tujuan untuk menentukan tarif bea masuk. Oleh karena itu, sangatlah penting menyatakannya dengan benar.

9. Pastikan bahwa dimensinya dicantumkan dengan benar dan penghitungan volumenya yang akurat.

10. Jika pembayaran dengan L/C, dokumen ini sangat dibutuhkan sebelum pembayaran dapat dilakukan. Jika bill of lading merupakan salah satu dokumen yang diperlukan dalam transaksi, maka sangatlah penting bahwa jumlah lembaran yang asli dan copy-an dinyatakan dengan benar karena hal ini dapat menyulitkan dan barangkali tidak mungkin untuk membetulkannya di kemudian hari.

11. Harus yakin siapa yang akan bertanggung jawab terhadap segala biaya yang terjadi dalam pemindahan barang-barang ekspor dan masukkan informasi sesuai kesepakatan dengan pembeli.

(58)

pembawa/pengangkut. Disarankan untuk menyediakan paling kurang dua lembar copy-an dari setiap dokumen yang dibutuhkan oleh pabean

di pelabuhan tujuan, namun untuk L/C perlu lebih banyak.16. Letter of Credit (L/C)

Letter of credit merupakan perjanjian tertulis dari sebuah bank (issuing bank) yang diberikan kepada penjual (benefeciary, eksportir) atas permintaannya dan sesuai dengan instruksi-instruksi dari pembeli

(applicant) untuk melakukan pembayaran, yaitu dengan cara membayar, mengaksep atau menegosiasi wesel sampai jumlah tertentu dalam jangka waktu yang ditentukan dan atas dasar dokumen-dokumen yang ditetapkan. Dokumen ini biasanya merupakan sebuah surat kredit yang tidak dapat ditarik atau dibatalkan.Contoh format Letter of Credit:

Name of issuing bank 1) Irrevocable documentary

credit Number 2)

Place and date of issue Date and place of expiry 3) Applicant 4) Beneficiary 5)

Advising bank 6) Amount 7) Credit available 8)

Partial

shipments 9) Allowed ( ) Not allowed ( ) Transshipment 10) Allowed ( )

(59)

against the documents detailed herein Loading on board/dispatch/taking in charge at/from: 11)

For transportation to: 12)

( ) and beneficiary’s bill of exchange at on

Documents to be presented 13)

Documents to be presented within days after the date of issuance of the transport documents but within

the validity of the credit. 14)

We hereby issue the documentary credit in your favour. It is subject to the ICC Uniform Customs and

Practice for Documentary Credits (1993 Revision, International Chamber of Commerce, Paris, France,

Publication No. 500) and engages us in accordance with the terms thereof. The number and the date of the

credit and the name of our bank must be quoted on drafts required. If the credit is available by negotiation,

each presentation must be noted on the reverse of this advice by the bank where the credit is available.

This document consists of 15) signed page (s) The A.B.C. BankCara pengisian letter of credit:

1. Issuing bank biasanya merupakan bank-nya si pembeli/importir, menerbitkan L/C atas permintaan pembeli.

2. Referensi atau keterangan bank yang akan dicuplik (quoted) berkaitan dengan L/C.

3. L/C harus diserahkan bersamaan dengan dokumen penting lainnya pada tempat yang ditentukan dan sebelum habis masa berlakunya. 4. Pembeli barang yang mengusulkan L/C .

5. Si penjual barang.

(60)

7. Jumlah nilai uang dan mata uang yang dicakup oleh L/C. 8. Masa/waktu pembayaran L/C.

9. Apakah si penjual diperbolehkan melakukan pengapalan/ pengiriman sebagian dari jumlah permintaan atau order.

10. Apakah diperbolehkan untuk pergantian pengangkutan atau tidak terhadap barang-barang yang diekspor dari satu pengangkutan ke pengangkutan yang lain.

11. Tempat dimana barang-barang tersebut dipindahtangankan ke perusahaan pengangkutan dan batas waktu atau tanggal penyerahan. 12. Tempat/alamat kemana barang dikirimkan

13. Daftar dan jenis dokumen ekspor yang harus diserahkan kepada advising bank sebelum dilakukan pembayaran.

14. Jumlah hari dari tanggal penerbitan dokumen transpor diperbolehkan untuk menyerahkan dokumen-dokumen penting tersebut.

15. Jumlah halaman dari dokumen ini yang ditandatangani .Penutun bagi eksportir dalam menyiapkan dokumen L/C yang benar:

1. Apabila kontrak sedang/telah dinegosiasikan, eksportir harus menyiapkan dokumen-dokumen apa saja yang dibutuhkan oleh si pembeli. Kemudian eksportir harus memastikan bahwa pembeli memberikan tenggang waktu berlakunya L/C yang wajar, sehingga eksportir mempunyaiwaktu yang cukup untuk mempersiapkan segala sesuatunya.

2. Eksportir harus dapat memastikan bahwa segala sesuatu yang berkaitan dengan pembeli, nama dan alamat eksportir harus konsisten dan tidak ada hal-hal yang dapat menimbulkan kebingungan. Eksportir harus memeriksa bahwa namanya tercantum dengan jelas dan harus sama dengan dokumen-dokumen lainnya.

(61)

4. Eksportir harus dapat memahami kehendak si pembeli apakah pesanan atau order harus disediakan dalam satu pengapalan/pengiriman atau apakah si pembeli akan menerimanya secara parsial (dalam beberapa kali pengiriman). Jika pengiriman dilakukan secara parsial, maka keabsahan dari L/C tidak akan terpengaruh walaupun timbul

permasalahan dalam waktu/tanggal penyerahan. Dengan kondisi yang sama, penyampaian dalam satu kali pengiriman/pengapalan tidak akan menimbulkan masalah.

5. Eksportir harus dapat menentukan cara bagaimana dia akan mengapalkan barang sebelum negosiasi selesai. Dalam beberapa kasus, kargo tidak dapat mengapalkannya dari satu tempat ke tempat yang lain tanpa pergantian alat angkut. Bahkan kadang-kadang si pembawa atau agen pelayaran tidak tahu apakah akan terjadi pergantian alat angkut atau tidak. Jika hal ini terjadi, maka L/C sebaiknya diperbolehkan dengan melakukan pergantian sarana

angkutan.6. Sekali lagi, apabila kesepakatan masa/waktu berlakunya LC dengan pembeli disetujui, sangatlah penting bagi eksportir untuk

memastikannya bahwa dalam L/C dinyatakan tempat/titik pengiriman dan tanggal pengiriman sehingga eksportir dalam memenuhinya.

7. Eksportir harus dapat menyiiapkan dokumen-dokumen apa saja yang dibutuhkan oleh si pembeli selama negosiasi berlangsung. Hal ini

tergantung dari apa yang dimintanya, kemungkinan akan adanya biaya tambahan atau keterlambatan dalam menyiapkan barang-barang yang akan dikapalkan.

8. Apabila L/C telah dibuka, eksportir harus memeriksa dengan hati-hati dan secara rinci untuk memastikan bahwa dia mampu memenuhi

(62)

semuanya diserahkan sesuai dengan waktu yang ditetapkan. 17. Bill of Exchange (Wesel)

Bill of exchange (B/E) atau Draft adalah dokumen yang dipersiapkan dan ditandatangani oleh eksportir dan dialamatkan kepada importir untuk meminta importir membayar pesanannya atau untuk dibayarkan

dikemudian hari terhadap barang yang dipesan (sesuai dengan jumlah nilai barang yang diekspor) kepada eksportir atau orang yang ditunjuknya. Dokumen ini dapat digunakan oleh si penjual untuk meminta pembayaran dari pihak pembeli atas pengiriman/pengapalan barang ekspor. Namun, dokumen ini tidak memberikan jaminan bagi eksportir untuk mendapatkan uangnya/pembayarannya. Oleh karena itu, dalam perdagangan internasional bill of exchange ini dipergunakan bersamaan dengan L/C, karena L/C dapat memberikan jaminan bahwa bill of exhange dapat diuangkan.Contoh format Bill of Exhange:

BILL OF

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil perhitungan balok beton berlubang di badan dengan beban torsi di tengah bentang, pengaruh letak lubang dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap tegangan geser,

Dengan diberikannya berbagai model pembelajaran kooperatif pais cheks berbasis masalah kontekstual dalam proses mengajar, diharapkan siswaakan lebih terdorong

Dana bantuan sebagaimana dimaksud pada angka 3 digunakan oleh PIHAK KEDUA untuk menyelenggarakan Kegiatan Penguatan Program Pendidikan Keluarga bagi Lembaga Masyarakat sesuai

Yang kedua, pembiasaan sholat berjamaah ini dapat menumbuhkembangkan ranah pendidikan karakter dalam kategori ranah afektif yang bisa menumbuhkan nilai pendidikan

Untuk mengelola barang yang masuk dengan baik, Penjual perlu memeriksa kuantitas barang untuk memastikan jumlah barang sudah sesuai dengan jumlah yang dipesan. Bandingkan dengan

Kedua, putusan banding yang dikeluarkan oleh Pengadilan Pajak terhadap sengketa pajak penghasilan atas transaksi saham PT Asuransi Jiwa Sx Lx dianggap tidak sah,

Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Ditjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan. b. Direktorat Logistik Penguatan Logistik Hasil Kelautan dan

[r]