PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL NHT(NUMBERED HEAD TOGETHER) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA POKOK BAHASAN SISTEM PERSAMAAN LINIER
DUA VARIABEL DI KELAS VIIIE SMP NEGERI 7 JEMBER
Di Susun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan
Matematika
Oleh :
Ahmad Faizul Karim (120210101117)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan memiliki peranan penting bagi setiap manusia karena tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang. Oleh karena itu, pendidikan harus betul-betul diarahkan agar bisa mencetak generasi yang berkualitas dan mampu bersaing serta memiliki budi pekerti yang luhur disertai dengan moral baik. Selain itu, pendidikan merupakan usaha untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) baik fisik, mental, maupun spiritual. SDM yang handal diperlukan guna menghadapi perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang semakin pesat. Seperti kita ketahui bahwa perkembangan IPTEK telah mempengaruhi berbagai bidang termasuk didalamnya adalah bidang pendidikan.
Dalam rangka peningkatan mutu dan kualitas pendidikan, khususnya matematika pemerintah telah melaksanakan berbagai program diantaranya, program wajib belajar 9 tahun, pelatihan dan peningkatan sumber daya tenaga pendidikan, penyempurnaan kurikulum, program sertifikasi pendidikan bahkan pengembangan metode atau model pembelajaran. Seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia telah mengalami perubahan kurikulum sebanyak 6 kali yaitu, Kurikulum 1969, Kurikulum 1975, Kurikulum 1984, Kurikulum 1994, Kurikulum 2004 (KBK), KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) dan hingga yang terakhir pada tahun ini adalah Kurikulum 2013. Setiap siswa harus bisa memanfaatkan ilmu yang diperolehnya dalam kehidupan sehari-hari. Sikap aktif, kreatif dan inovatif bisa terwujud dengan menempatkan siswa sebagai subyek pendidikan, sedangkan peran guru sebagai fasilitator dan bukan sebagai sumber utama pembelajaran. Proses belajar yang terjadi memposisikan siswa sebagai pendengar ceramah guru. Akibatnya proses belajar mengajar cenderung membosankan dan menjadikan siswa malas belajar. Sikap anak didik yang pasif tersebut tidak hanya terjadi pada mata pelajaran tertentu saja tetapi hampir semua mata pelajaran termasuk matematika.
pembelajaran kontekstual. Pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Kesadaran perlunya pendekatan kontekstual dalam pembelajaran didasarkan adanya kenyataan bahwa sebagian besar siswa tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pemanfaatannya dalam kehidupan nyata. Pembelajaran yang selama ini mereka terima hanyalah penonjolan tingkat hafalan dari sekian rentetan topik (pokok bahasan), tetapi tidak diikuti dengan pemahaman atau pengertian mendalam yang bisa diterapkan ketika mereka berhadapan dengan situasi baru dalam kehidupannya. Pengetahuan dan keterampilan siswa diperoleh dari usaha siswa menkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika ia belajar (Nurhadi dalam Muslich, 2007:41).
Hal seperti di atas juga tampak pada kelas VIIIE di SMP Negeri 7 Jember, pada proses belajar mengajar banyak sikap siswa yang kurang bergairah, jarang bertanya dan enggan terlibat serta tidak ada perhatian dengan materi yang disampaikan oleh guru. Pemahaman mereka terhadap materi sangatlah kurang khususnya materi SPLDV (Sistem Persamaan Linier Dua Variabel) yang ditunjukkan dari hasil rata-rata nilai tugas. Kelas VIIIE rata-rata nilai tugasnya paling rendah diantara kelas VIII yang lain di SMP Negeri 7 Jember, yakni rata-rata nilai tugasnya 50 padahal pada kelas VIII yang lain sudah mencapai standart ketuntasan minimal yakni ≥ 65. Kemampuan siswa kelas VIIIE masih sangatlah kurang untuk mencapai standart ketuntasan minimal.
Kemampuan siswa yang dimaksudkan disini adalah bagian dari hasil belajar siswa setelah melalui proses pembelajaran. Hasil belajar untuk bidang studi matematika sendiri dari tahun ke tahun menunjukkan tingkatan yang belum menggembirakan. Salah satunya juga terjadi pada hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Jember, dimana rata-rata hasil belajar siswa masih berada di bawah Standart Ketuntasan Minimal (SKM) yang digunakan yakni dengan skor rata-rata 55 dari SKM 65. Dari hasil ketuntasan belajar siswa tersebut, guru mengharapkan adanya proses pembelajaran yang bervariasi dan meningkatkan hasil belajar, artinya proses pembelajaran yang lama jangan ditinggalkan begitu saja karena model tersebut terkadang masih diperlukan, tetapi agar proses pembelajaran tersebut tidak monoton maka diperlukan model pembelajaran yang lain yaitu seperti pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengkondisikan siswa agar dapat saling berinteraksi untuk memunculkan strategi penyelesaian masalah yang efektif.
Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa model. Satu diantaranya adalah Numbered Head Together (NHT). Dalam NHT, siswa dikelompokkan dalam tim-tim
memberikan pertanyaan kepada seluruh siswa. Siswa berpikir bersama dalam timnya untuk menjawab pertanyaan dan meyakinkan tiap anggota timnya untuk mengetahui jawaban itu. Pada akhirnya guru memanggil nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai berdiri dan mengacungkan tangannya, mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas. Pembelajaran ini sangat cocok diterapkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan pemahaman siswa terhadap konsep yang telah dipelajarinya, terbukti dengan meningkatnya keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar di kelas dan hasil belajar siswa. Hal ini berdasarkan penelitian serupa dengan tempat dan materi yang berbeda (Riska Nur Mujiyanti, 2004:35).
Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran kooperatif model NHT dapat difungsikan sebagai model pembelajaran untuk mengaktifkan siswa dan melatih siswa untuk berpikir ilmiah. Oleh karena itu, kelebihan dan kesesuaiannnya dengan pembelajaran matematika, maka penerapan model ini perlu dikembangkan. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa perlu diterapkan dan dikaji dengan penelitian “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model NHT (Numbered Head Together) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel Di Kelas VIIIE SMP Negeri 7 Jember Tahun Pelajaran 2014/2015.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu :
2. Bagaimana aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran matematika menggunakan pembelajaran kooperatif model NHT (Numbered Head Together) ?
3. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa setelah menggunakan pembelajaran kooperatif model NHT (Numbered Head Together) pada pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel di kelas VIIIE SMP Negeri 7 Jember?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah dan latar belakang diatas, maka penelitian ini bertujuan:
1. Untuk mengkaji penerapan pembelajaran kooperatif model NHT (Numbered Head Together) pada pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel di kelas VIIIE SMP Negeri 7 Jember tahun pelajaran 2014/2015.
2. Untuk mengetahui aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran matematika menggunakan pembelajaran kooperatif model NHT (Numbered Head Together) pada pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel di kelas VIIIE SMP Negeri 7 Jember tahun pelajaran 2014/2015.
3. Untuk mengetahui peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa pada pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel setelah menggunakan pembelajaran kooperatif model NHT (Numbered Head Together) di kelas VIIIE SMP Negeri 7 Jember.
1.4 Manfaat Penelitian
kooperatif secara langsung dan sebagai bekal untuk terjun ke dunia pendidikan nantinya;
3. Bagi siswa, dapat meningkatkan keterampilan dalam mengemukakan pendapat secara rasional dalam belajar, berinteraksi sosial secara sehat dan dapat mengubah kebiasaan belajar siswa yang pasif menjadi aktif;