• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Motivasi Belajar Melalui Konseling Kelompok Gestalt Anak PPA Immanuel IO968 Salatiga Kelompok Usia 1219 Tahun T1 BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Motivasi Belajar Melalui Konseling Kelompok Gestalt Anak PPA Immanuel IO968 Salatiga Kelompok Usia 1219 Tahun T1 BAB I"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses belajar mengajar merupakan proses yang mengandung serangkaian

perbuatan yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan

tertentu. Orang mengalami perbuatan belajar dengan sengaja dengan tujuan yang

sama yaitu mengalami perubahan. Keberhasilan proses belajar mengajar

dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satu faktor penunjang keberhasilan belajar

dari anak yaitu motivasi (Schunk. 1995)

Motivasi sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar anak. Motivasi

menjadi salah satu faktor yang turut menentukan belajar efektif dan menentukan

hasil belajar yang lebih baik. Motivasi tidak terlepas dari kegiatan belajar

mengajar di sekolah, ataupun di luar sekolah karena tanpa adanya motivasi maka

kegiatan belajar tidak dapat berjalan efektif dan tidak dapat mencapai hasil yang

maksimal. Intensitas motivasi seorang anak akan sangat menentukan tingkat

pencapaian belajarnya. Hal ini karena kurangnya motivasi belajar dalam diri anak

maka akan berpengaruh pada hasil belajarnya tidak hanya ketika di sekolah tetapi

saat di luar sekolah pun akan berpengaruh. Anak akan mengalami penurunan

dalam kemauan untuk belajar.

Motivasi juga dapat memengaruhi apa yang kita pelajari, kapan kita

belajar, dan bagaimana cara kita belajar (Schunk, 1995). Anak yang termotivasi

memelajari suatu topik cenderung melibatkan diri dalam berbagai aktivitas yang

(2)

2 seksama, , mencatat untuk memfasilitasi aktivitas belajar berikutnya ketika di luar

sekolah, memeriksa level pemahamannya dan meminta bantuan ketika dirinya

tidak memahami materi tersebut (Schunk, 1995). Sedangkan anak yang tidak

termotivasi untuk belajar, usaha-usaha belajarnya cenderung tidak sistematis

untuk belajar. Ia tidak memerhatikan selama jam pelajaran berlangsung, serta

tidak mengorganisasikan atau pun memahami materi yang didapatkan. Ide

pokoknya adalah motivasi menghasilkan suatu hubungan resiprokal dengan

pelajaran dan kinerja ; yakni motivasi memengaruhi pembelajaran dan kinerja,

serta hal-hal yang dilakukan dan dipelajari oleh anak memengaruhi motivasinya

(Pintrich, 2003; Schunk, 1995). Dalam proses belajar, motivasi seseorang

tercermin melalui ketekunan yang tidak mudah patah untuk mencapai sukses

meskipun dihadang banyak kesulitan.

Aktivitas yang termotivasi, diinisiasikan dan dipertahankan.Mengawali

pencapaian sebuah tujuan merupakan proses penting dan sering kali sulit, karena

proses ini melibatkan pembentukan sebuah komitmen dan pelaksanaan. Akan

tetapi proses-proses motivasi sangatlah penting dalam mempertahankan

tindakan.Proses-proses motivasi seperti pengharapan, persepsi penyebab, emosi

dan afek membantu individu mengatasi kesulitan dan mempertahankan motivasi.

Motivasi belajar yang lemah juga dialami oleh anak PPA IMMANUEL

kelompok usia 12-19 tahun sebagian besar disebabkan karena masalah keluarga.

Banyak anak yang dilatar belakangi keluarga yang broken home, mereka

mengakui merasa tidak diperhatikan oleh orang tuanya dalam mendukung

pendidikannya. Selain itu ada pula yang memang tidak ada kemauan dari dalam

(3)

pelajaran-3 pelajaran yang diberikan oleh gurunya sulit. Hal ini membuat anak-anak PPA

tersebut kurang bersemangat dalam menerima pelajaran ketika di sekolah ataupun

ketika kegiatan PPA. Ini membuktikan banyak anak-anak PPA IMMANUEL

khususnya kelompok usia 12-19 kurang termotivasi dalam belajar, terlihat dari

pengakuan anak-anak tersebut bahwa mereka lebih memilih mengobrol dengan

teman apabila sedang dijelaskan, apabila diberikan soal latihan yang agak sulit

mereka tidak mengerjakan soal tersebut karena orang tuanya pun ketika ditanya

sama saja tidak mengerti sehingga lebih memilih mengerjakan di sekolah dengan

mencontek pekerjaan temannya. Mengingat bahwa anak merupakan salah satu

faktor penentu keberhasilan pendidikan perlu diupayakan adanya pembenahan

terhadap berbagai hal yang berkaitan dengan pengoptimalisasi belajar anak ketika

berada di PPA. Dilihat dari apa yang diutarakan oleh anak-anak berkenaan dengan

motivasi belajar yang dialami, maka dari itu peneliti memilih melakukan

penelitian hanya khusus dikelompok usia 12-19 tahun.

Pra penelitian tentang motivasi belajar kepada anak dengan membagikan

skala motivasi kepada 30 anak PPA IMMANUEL IO-968 Salatiga terkhusus pada

kelompok usia 12-19 tahun pada hari Rabu, 27 Juli 2016. Hasil pra penelitian

menunjukan bahwa ada 60% anak yang memiliki motivasi belajar berada pada

kategori agak lemah dan lemah. Data dilaporkan pada tabel 1.1 dibawah ini:

Tabel 1.1 Hasil Prosentase Motivasi Belajar Anak PPA

IMMANUEL IO-968 Salatiga Kelompok Usia 12-19 Tahun.

Kategori Interval Frekuensi Prosentase

Kuat 86-100 1 3,4 %

Agak Kuat 71-85 3 10%

Sedang 56-70 8 26,6%

Agak lemah 41-55 9 30%

Lemah 26-40 9 30%

(4)

4 Dari tabel 1.1 sebagian besar anak PPA IMMANUEL kelompok usia

12-19 sebagian besar motivasi belajar pada kategori Agak lemah dan Lemah = 60%

sehingga perlu ada pembenahan yang harus dilakukan agar motivasi belajar

mereka meningkat karena motivasi merupakan pendorong usaha dan pencapaian

dalam kegiatan belajar mereka baik di sekolah maupun luar sekolah (Schunk,

2012). Motivasi belajar pada hakekatnya merupakan kekuatan mental yang

mendorong terjadinya proses belajar pada diri anak. Apabila motivasi belajar anak

kuat, maka kegiatan belajarnya meningkat, sebaliknya apabila motivasi belajar

lemah maka akan melemahkan kegiatan belajarnya dan berakibat tujuan belajar

tidak akan sebagaimana mestinya (Schunk, 1995). Motivasi dapat dilihat dalam

rentang ringan, sedang, dan berat. Setiap kategori motivasi menyebabkan

perubahan perasaan-perasaan yang menghambat motivasi belajar. Motivasi

sedang merupakan perasaan yang mengganggu bahwa ada sesuatu yang

benar-benar berbeda, individu menjadi malas untuk belajar. Motivasi belajar lemah

dialami ketika individu yakin bahwa ada sesuatu ancaman, ia memperlihatkan

respon yang tidak sesuai dengan motivasi belajarnya. Ketika individu memiliki

motivasi belajar yang lemah, semua pemikiran rasional berhenti tetap ditempat

dan tidak ada kemauan untuk berjuang atau tidak dapat melakukan sesuatu

(Pintrich, dalam schunk 2012). Oleh karena itu, motivasi belajar yang agak lemah

dan lemah harus segera ditangani.

Maka dari itu peneliti memilih PPA IMMANUEL untuk dijadikan tempat

untuk melakukan penelitian ini melihat permasalahan motivasi belajar anak PPA

(5)

5 dan agak lemah sehingga perlu ditingkatkan agar motivasi belajar mereka

meningkat.

Usaha yang perlu dilakukan guna meningkatkan motivasi belajar adalah

mengoptimalkan layanan bimbingan dan konseling kepada anak. Salah satu yang

akan dilaksanakan dalam rangka meningkatkan motivasi belajar adalah dengan

konseling kelompok dengan konseling gestalt. Menurut Pearls (1995) konseling

kelompok Gestalt merupakan proses yang dapat membantu anak menjadi lebih

sadar tentang perasaaan-perasaannya dan lebih berusaha untuk hidup penuh dan

utuh dengan mengatasi semua perasaan yang menghambat munculnya motivasi

belajar.

Setiawan (2007) melakukan penelitian terhadap anak yang mempunyai

motivasi belajar yang rendah dengan judul “Meningkatkan motivasi belajar anak

dengan menggunakan layanan konseling kelompok gestalt pada anak kelas VII

SMP Negeri 2 Semarang” Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi belajar

anak sebelum memperoleh layanan berupa konseling kelompok, sebesar 35,6%

kategori rendah. Setelah diberi layanan konseling kelompok gestalt, motivasi

belajar anak meningkat menjadi kategori sedang sebesar 61,4%. Hal ini

menunjukkan layanan konseling kelompok dapat meningkatkan motivasi belajar

pada anak kelas VII di SMP 2 Negeri Semarang. Berdasarkan hasil penelitian

yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa sebelum diberikan layanan

konseling kelompok gestalt motivasi belajar anak sebesar 35,6 % kategori rendah.

Setelah diberikan layanan konseling kelompok Gestalt motivasi belajar anak

sebesar 61,4%. Sehingga terjadi peningkatan motivasi belajar setelah diadakan

(6)

6 Penulis menemukan penelitian yang menerapkan layanan konseling

kelompok dalam meningkatkan motivasi belajar anak. Setiawan (2007)

memperoleh hasil bahwa ada peningkatan motivasi belajar setelah diadakan

layanan konseling kelompok Gestalt

Dalam penelitian ulang ini penulis memfokuskan pada peningkatan

motivasi belajar pada 18 anak yang memiliki motivasi belajar yang lemah. Penulis

akan melakukan penelitian ulang yang masih sama dengan memberikan layanan

konseling kelompok untuk meningkatkan motivasi belajar. Penulis akan

melakukan penelitian ulang dengan judul “Meningkatkan Motivasi Belajar

Melalui Konseling Kelompok Gestalt Anak PPA IMMANUEL IO-968 Salatiga

Kelompok Usia 12-19 Tahun Fiskal 2015-2016”

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

Apakah Konseling Kelompok Gestalt dapat meningkatkan secara signifikan

motivasi belajar anak PPA IMMANUEL Kelompok Usia 12-19 tahun?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

signifikasi peningkatan motivasi belajar anak PPA IMMANUEL kelompok usia

12-19 tahun melalui Konseling kelompok Gestalt

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis

Jika dalam penelitian ini ditemukan bahwa Konseling Kelompok Gestalt

dapat meningkatkan motivasi belajar secara signifikan maka hasil penelitian ini

(7)

7 hasil bahwa ada peningkatan motivasi belajar setelah diadakan layanan konseling

kelompok gestalt. Apabila tidak meningkat bisa dijadikan sumber baru bagi

peneliti selanjutnya karena peneliti sendiri tidak menemukan penelitian terdahulu

yang mendapatkan hasil konseling kelompok gestalt tidak dapat meningkatkan

motivasi belajar anak.

1.4.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini memberi masukan tentang kepastian Konseling Kelompok

Gestalt dapat meningkatkan atau tidak motivasi belajar anak secara signifikan dan

untuk merencanakan layanan atau kegiatan kepada anak PPA IMMANUEL yang

mempunyai motivasi belajar yang lemah.

1.5 Sistematika Penulisan

Dalam penulisan penelitian dibagi menjadi 5 bab, yaitu :

Bab I Pendahuluan, berisi tentang latar belakang, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II Landasan Teori, berisi tentang teori yang melandasi yaitu

tentang motivasi, motivasi belajar, konseling kelompok gestalt.

Bab III Metode Penelitian, berisi tentang jenis penelitian, desain

penelitian, subjek penelitian, variabel penelitian, teknik pengumpulan data,

kisi-kisi instrumen, uji coba instrumen, dan teknik analisis data.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, deskripsi subjek

penelitian, pelaksabaan pemberian treatment, analisis data, uji hipotesis

Bab V Kesimpulan dan Saran, yang berisi tentang kesimpulan dan

Referensi

Dokumen terkait

Undang-undang Dasar 1945 adalah produk dari manusia yaitu masyarakat Indonesia yang dijadikan oleh Negara Indonesia sebagai Dasar Negara Oleh karena itu

Pada makalah ini akan dikonstruksi titik Kosnita dengan menggunakan ketiga excenter (titik pusat lingkaran singgung luar) segitiga, berdasarkan circumcenter atau

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif.. dasar dan pencapaian atau prestasi. 112 Metode tes digunakan untuk memperoleh data hasil belajar matematika khususnya pada pokok

Pasca amandemen, kedudukan MPR tidak lagi menjadi lembaga tertinggi Negara, tetapi berkedudukan sejajar dengan lembaga- lembaga Negara lainnya, dan fungsinya

Hasil penelitian Hanan, Pulungan, dan Lumintang (2005) memperlihatkan bahwa fungsi atau peran yang dapat dijalankan oleh seorang pemimpin antara lain sebagai pihak yang membantu:

Selama memahami materi Limit Fungsi, mahasiswa dengan kecenderungan kecerdasan linguistik dan matematik menggunakan kombinasi dari ketiga gaya belajar, yaitu gaya belajar

MAPE dari ramalan metode SSA adalah 6.19% sehingga metode SSA cocok digunakan pada peramalan produksi perikanan tangkap di Provinsi Jawa Barat.. Kata Kunci

Sebagai pusat penyebaran agama islam di tanah Jawa, Kerajaan Demak atau.. Kesultanan Demak merupakan kerajaan berbasis Islam pertama di pulau