• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah Peradaban ISlam dI Jawa Tengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Sejarah Peradaban ISlam dI Jawa Tengah"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PERADABAN ISLAM DI JAWA TENGAH

Makalah

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas

Mata Kuliah : Sejarah Peradaban dan Pemikiran Islam

Dosen Pengampu : Dr. Darori Amin, M.Ag.

Disusun Oleh:

AKHMAD NADIRIN

NIM. 1400028001

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

(2)

1

PERADABAN ISLAM DI JAWA TENGAH

A. PENDAHULUAN

Jawa Tengah merupakan salah satu daerah yang memegang peranan penting dalam

penyebaran Islam di pulau Jawa. Hal ini tidak tidak terlepas dari berdirinya Kerajaan Demak

sebagai kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa sehingga proses penyebaran islam ke

daerah-daerah semakin mudah. Selain itu penyebaran agama Islam di tanah Jawa juga tidak lepas

dari kontribusi tokoh ulama yang lebih dikenal dengan nama walisongo atau wali sembilan.

Para wali inilah yang menyebarkan Islam di tanah Jawa terutama Jawa Tengah dan Jawa

Timur.

Keterikatan antara Kerajaan Demak dan walisongo sangatlah erat. Walisongo

disamping menyiarkan agama islam, mereka juga bertindak sebagai penasehat kerajaan

sehingga kerajaan bisa mengambil kebijakan yang bisa mendorong tersebarnya islam di pulau

jawa kususnya dan kepulauan nusantara umumnya. Dalam rangka mendukung peyebaran

islam di nusantara, para walisongo juga tidak lupa membangun masjid sebagaimana yang

dulu pernah dilkakukan oleh nabi Muhammad saw sesampainya di kota Madinah. Hal ini

dikarenakan, masjid memilki peranan yang sangat penting dalam islam.

Di bagian selatan Jawa, ada salah satu kerajaan islam yang sangat besar pengaruhnya

dalam penyebaran islam yaitu Kerajaan Mataram Islam. Secara tidak langsung, kerjaan

merupakan kelanjutan dari Kerajaan Demak. Hal ini dikarenakan setelah kehancuran Demak,

pusat pemerintahan dipindahkan ke Pajang. Kemudian dipindahkan ke Mataram.

Banyak peninggalan-peninggalan yang ditinggalakan oleh islam pada masa

penyebaran. Peninggalan tersebut anatar lain adalah bagunan masjid yang masih kokoh

berdiri sampai dengan seperti masjid agung demak, masjid menara kudus, dan masjid kauman

semarang. Di samping itu measih berdiri pula keraton seperti keraton Surakarta dan keraton

Yogyakarta yang merupakan peninggalan kerajaan mataram.

Peninggalan-peninggalan tersebut masih kokoh berdiri sampai dengan sekarang.

Bangunan tersebut melambangkan pesatnya perkembangan isalam pada masa lalu dan

sebagai saksi penyebaran islam di pulau Jawa khususnya jawa tengah sehingga islam dinaut

(3)

2

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka pembahasan dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah prosesnya masuknya islam di Jawa Tengah?

2. Apa saja Kerajaan dan Pusat Penyebaran Islam di Jawa Tengah?

3. Apa saja peninggalan-peninggalan Islam di Jawa Tengah?

C. PEMBAHASAN

1. Proses masuknya Islam di Jawa Tengah

Ahli-ahli sejarah tampaknya sependapat bahwa penyebar Islam di Jawa adalah

para Wali Songo. Mereka tidak hanya berkuasa dalam lapangan keagamaan, tetapi juga

dalam hal pemerintahan dan politik. Bahkan, seringkali seorang raja seakan-akan baru sah

sebagai raja kalau ia sudah diakui dan diberikan oleh Wali Songo. Islam telah tersebar di

pulau jawa,paling tidak sejak Malik Ibrahim dan Maulana Ishak yang bergelar Syaikh

Awal Al-islam diutus sebagai juru dakwah oleh Raja Samudera, Sultan Zainal Abidin

Bahiyah Syah (1349-1406 M), seorang raja pertama yang benar-benar muslim.1

Menurut Taufik Abdullah, sampai dengan abad ke-7 atau 8 M, islam sudah masuk

ke Indonesia, tetapi hanya dianut oleh para pedagang Timur Tengah di pelabuhan – pelabuhan. Baru pada abad ke-13 H / 14 M, sekitar tahun 1524-1546 M penduduk

pribumi memeluk Islam secara massal. Para pakar sejarah berpendapat bahwa masuk

Islamnya penduduk nusantara secara besar-besaran pada abad tersebut disebabkan saat itu

kaum Muslimin sudah memiliki kekuatan politik yang berarti. yaitu ditandai dengan

berdirinya beberapa kerajaan bercorak Islam seperti Kerajaan Aceh Darussalam, Malaka,

Demak, Cirebon, serta Ternate. Para penguasa kerajaan-kerajaan ini berdarah campuran,

keturunan raja-raja pribumi pra Islam dan para pendatang Arab.2

Pesatnya Islamisasi pada abad ke-14 dan 15 M antara lain juga disebabkan oleh

surutnya kekuatan dan pengaruh kerajaan-kerajaan Hindu maupun Budha di Nusantara

seperti Majapahit, Sriwijaya dan Sunda. Thomas Arnold dalam The Preaching of Islam

mengatakan bahwa kedatangan Islam bukanlah sebagai penakluk seperti halnya bangsa

1

Musyrifah Sunanto, Sejarah Peadaban Islam di Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Perkasa, 2005, hal.26

2

(4)

3

Portugis dan Spanyol. Islam datang ke Asia Tenggara dengan jalan damai, tidak dengan

pedang, tidak dengan merebut kekuasaan politik.

2. Kerajaan dan Pusat Penyebaran Islam Di Jawa Tengah

Terdapat beberapa kerajaan-kerajaan islam di jawa tengah dan kota pusat penyebaran

agama. Kerajaan tersebut anatar lain Kerajaan Demak, kerjaan Pajang, Kerajaan Jipang,

Kerajaan Mataram Islam. Adapaun salah satu kota pusat penyebaran adalah kota kudus.

a. Kerajaan Demak

Sebagai pusat penyebaran agama islam di tanah Jawa, Kerajaan Demak atau

Kesultanan Demak merupakan kerajaan berbasis Islam pertama di pulau Jawa.

Perkembangan islam dipulau Jawa tidak lain berawal dari sebuah kerajaan di daerah

Demak. Secara geografis, kerajaan Demak terletak di pesisir utara pantai Jawa. Oleh

masyarakat sekitar, Demak juga dikenal dengan sebutan Bintoro atau Glagah wangi. Awal

Kerajaan Demak merupakan sebuah kadipaten di bawah dari kerjaan Majapahit. Jika

dibandingkan dengan umur, kerajaan Demak jauh lebih muda dari kerajaan Majapahit.

Namun, berbicara sejarah, kerajaan Demak tidak pernah lepas dari pengaruh kerajaan

Majapahit. Tentu saja, karena raja dari kerajaan Demak, Raden Fatah adalah seorang

Adipati dari kerajaan Majapahit berpindah kepercayaan menjadi Islam. Pada saat

kerajaan Majapahit mengalami kehancuran karena perang paregreg (perang saudara),

kadipaten Bintoro/Glagah Wangi menyatakan sebuah daerah yang merdeka dan kemudian

menjadi Kerajaan Demak dengan Raden Patah sebagi raja yang pertama.

Masa kejayaan Demak terjadi pada masa Raden Patah. Dimana pada masa

kepemimpinannya, kerajaan Demak berkembang dengan cepat karena pengaruh dari Wali

Songo. Kerajaan Demak pun tidak membutuhkan waktu yang lama untuk menjadi

kerajaan islam yang besar. Kejayaan Raden Patah dalam memimpin kerajaan Demak

terjadi pada tahun 1511. Daerah kekuasaannya pun meluas hingga daerah pesisir Jawa

Tengah dan Jawa Timur. Setelah Raden Patah wafat pada tahu 1518 M, beliau digantikan

oleh anaknya Pati Unus yang lebih dikenal dengan Pangeran Sabrang Lor.3 Pangeran Pati

Unus memerintah selama tiga tahun yaitu dari taun 1518-1521 M.4

3

Ismail Jakub, Sedjarah Islam di Indonesia, Djakarta: Widjaya, 1972, hal 33

4

Slamet Mujana, Runtuhnya Kerajaan Hindu-Ja wa dan Timbulnya Negara-Negara islam di Nusantara,

(5)

4

Setelah Pati Unus wafat, kepemimpinan diteruskan oleh Sultan Trenggono. Sultan

Trenggono Adik dari Pati Unus, Ia memerintah dengan baik selama 25 tahun yaitu sejak

1521-1546 M. Kerajaan Demak kembali mencapai masa kejayaannya. Daerah kekuasaan

Kerajaan Demak kini sudah menyentuh wilayah Jawa Barat. Itu semua berkat

kepemimpinan Pangeran Trenggono yang bijaksana,gagah, dan berani. Tahun 1524-1546

M, Islam mengalami persoalan yang sangat cepat ke seluruh Jawa bahkan sampai

Kalimantan.5 Penaklukan Demak selanjutnya ,meliputi Madiun, Blora, Surabaya,

Pasuruan, Lamongan. Pengakuan kekuasaan Demak oleh Banjarmasin dan Palembang

semakin memperluas persebaran Islam itu sendiri. Dibantu oleh Syekh Siti Jenar dan

Sunan Tembayat, daerah pedalaman sekitar gunung Merapi, Penggin, dan Pajang juga

menyatakan tunduk pada Demak.

b. Kerajaan Pajang

Kerajaan Pajang merupakan kelanjutan dari kerajaan Islam Demak. Kerajaan

Pajang didirikian oleh Jaka Tingkir yang berasal dari Pengging. Ia adalah menantu Sultan

Trenggono yang diberi kekuasaan dari tangan Arya Penangsang pada tahun 1546 M,

seluruh kebesaran kerajaan dipindahkan ke Pajang dan ia sendiri bergelar merupakan raja

pertama yang bergelar Sultan Hadiwijaya.6

Pada masa pemerintahan Sultan Hadiwijaya, ia berusaha memeperluas wilayah

kekuasaan ke pedalaman kea rah timur sampai ke Madiun, setelah itu beliau menaklukan

Blora pada tahun 1554 M dan Kediri pada tahun 1577 M. Pada tahun 1581 M, ia

mendapat pengakuan dari para raja di Jawa sebagai raja Islam. Pada masa

pemerintahannya , kesusasteraan dan kesenian keraton yang sudah maju di Demak dan

jepara lambat laun dikenaldi pedalaman Jawa. Demikian pula pengaruh Islam semakain

kuat di pedalaman Jawa.7

c. Kerajaan Mataram Islam

Kerajan islam Mataram didirikan oleh Panembahan Senopati. Setelah permohonan

Senopati Mataram atas penguasa pajang berupa pusaka kerajaan dikabulkan, keinginan

untuk menjadi raja sebenarnya telah terpenuhi. Sebab dalam tradisi Jawa, penyerahan

seperti itu berarti penyerahan kekuasaan. Senopati berkuasa sampai tahun 1601 M.

5

Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : Amzah, 2010, hal. 336

6

Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : Amzah, 2010, hal. 336

7

(6)

5

sepeninggalnya, ia digantikan oleh putranya yang bernama Mas Jolang yang terkenal

dengan Sultan Seda Ing Krapyak kemudian digantikan oleh Sultan Agung yang bergelar

Sultan Agung Hanyokrokusuma Sayidin Panataagama Khalifatullah ing Tanah Jawi

(1613-1646).8

Pada masa pemerintahan Sultan AGung inilah kontak senjata aatara kerjaan

Mataram dengan VOC mulai terjadi. Pada tahun 1646 M, Sultan Agung digantikan oleh

putranya, Amangkurat I. pada masanya, terjadi perang saudara dengan pangeran Alit yang

mendapat dukungan dari para ulama. Akibanya anatar pendukungnya dibantai pada tahun

1647 M. pemberontakan itu kemudian diteruskan oleh Raden kajoran 1677 dan 1678 M.

pemberontakan seperti itulah yang menyebabkan keruntuhan Kerajaan Islam Mataram.9

d. Kudus

Kudus (dalam bahasa jawa untuk al-Quds yaitu baitul makdis) ialah nama yang

diberikan kepada tempat waktu dinyatkan sebagai tempat suci oleh Sunan Kudus pertama,

yang sebelumnya di Demak sebagai imam jama’ah. Menurut legenda, Mbah Kiai

Telingsinglah yang mula-mula menggarap tempat yang kemudia menjadi kota Kudus.

Beberapa orang menyebut dia seorang cina islam, nama semula The Lin Sing. Adanya

cerita yang demikian menunjukan temapt itu sudah agak berate, sebelum dijadikan kota

suci oleh Sunan Kudus.10

Kota suci Kudus /baitul makdis sudah terkenal di jawa dan bahkan Nusantara

sebagai pusat agama. Masjid rayanya diberi nama al-manar atau al-aqsha, seperti masjid

suci di baitulmakdis. Menurut Antonio Hurdt ( dalam bukunya HJ. De Graaf dan TH.

Pigeaud) mengatakan bahwa Para pengunjung barat sudah sejak abad XVII mengagumi

menara raksasanya, suatu bangunan yang kukuh tampan dan yang arsitekturnya jelas-jelas

diilhami oleh candi-candi pra Islam. Penduduk kota suci merasa tidak perlu

memusnahkan segala sesuatu yang mengingatkan kepada kekafiran dan melupakannya

sama sekali. 11

8

Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : Amzah, 2010, hal. 337

9

Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : Amzah, 2010, hal. 338

10

H.J. De Graaf dan Th. G. Pegeaud, Kerajaan-Kerajaan Islam Pertama di Ja wa: kajian Sejarah Politik abad ke-15 dan ke-16, cet V. Jakarta: Pustaka Grafitipers, 2003, hal. 111

11

(7)

6

3. Peninggalan-peninggalan Islam

Penyebaran islam di tanah Jawa terutama Jawa tengah telah banyak peninggalan

bersejarah. Ada diantara peninggalan-peninggalan tersebut yang ada dan utuh sampai

sekarang ada pula yang sudah tidak terlacak lagi jejaknya. Keraton Kerajaan Demak salah

satu peninggalan yang tidak terlacak keberadaaanya sampai dengan sekarang. Adapun

peninggalan-peninggalan Islam yang masih ada hingga sekarang antara lain:

a. Masjid Agung Demak

Masjid agung Demak yang terletak di tengah-tengah kota Demak oleh masyarakat

Indonesia, khususnya kaum muslimin dikenal dengan nama “ Masjid Wali”. Menurut

cerita sejarah Jawa, bahwa bangunan masjid yang didirikan oleh para wali

berlangsung selama tiga tahap.12 Yaitu tahap pembangunan pertama yang dilakukan

oleh para wali yang konon hanya dilakukan dalam waktu satu malam (berdasarkan

candra sengkolo sekitar tahun 1466 M). Tahap kedua adalah tahap perluasan dan

pemugaran yang di lakukan oleh Raden Patah yang menjabat sebagai adipati

Glagahwangi dari tahun 1475-1477 M.13. tahap ketiga adalah mengalihfungsikan

bekas pendopo dan dampar kencana menjadi serambi masjid dan mimbar khutbah

(sekitar tahun 1479 M). Ini dilakukan setelah Raden Patah memproklamirkan

berdirinya Kerajaan Demak pada tahun 1478 M.14

b. Masjid Menara Kudus

Berdasarkan pembacaan prasasti (batu tulis) berbahasa arab yang telah aus dinyatakan

bahwa masjid tersebut didirikan pada tahun 956 H atau 1549 M. ukuran prasati adalah

46 cm dan lebar 30 cm. konon kabarnya batu prasati tersebut berasal dari kota Baitul

Maqdis (al-Quds) di Jerussalem Palestina (sekarang masuk wilayah Israel).

Berdasarkan kata baitul Maqdis (al-Quds) itulah maka terjadinya nama kudus yang

berar ti suci dan merupakan keistimewaan dan satu-satunya kota yang memilki nama

dalam bahasa Arab di seluruh tanah Jawa.15

12

Hermawan dkk, Peninggalan Masa Islam di Jawa Tengah Abad XV-XVIII M, Semarang: Disdikbud Jateng, 2007, Hal.12

13

Hermawan dkk, Peninggalan Masa Islam …2007, hal 14

14

Hermawan dkk, Peninggalan Masa Islam …2007, hal 15

15

(8)

7

c. Masjid Besar Kauman Semarang

Perintis pendirian Masjida Kauman Semarang adalah Sunan pandan Arang. Pada awal

mulanya, masjid ini berdiri di Pulau Tirang (sekarang Mugas Atas).16 Harus diakui

bahwa Mugas Atas dimana Pandan Arang tinggal sangat kondusif untuk padepokan,

namun kawasan ini sangat tidak layak untuk menjadi pusat pemerintahan.17 Karena

kondisi yang demikian, Pandan Arang memutuskan untuk berpindah ke daerah yang

sekarang dinamakan Bubakan. Dissinilah Pandan Arang mendirikan pusat

pemerintahan dan mendirikan masjid. Namun masjid ini terbakar dalam peristiwa

pemberontakan Cina melawan kongsi dagang Belanda, VOC.18

Perang Semarang yang terjadi pada tahun 1741 M telah menyebabkan masjid di

Bubakan hangus terbakar. Dengan sisa kekuatan yang ada Bupati Suro Hadimenggolo

II bersama masyarakat membangun masjid baru di lokasi yang di pandang lebih

strategis yakni di sebelah barta alun-alun arah ke depan yaitu kawasan Kanjengan

yang sekatang disebut dengan Kauman.19

d. Keraton Surakarta dan Keraton Yogyakarta

Kesultanan Mataram yang runtuh akibat pemberontakan Trunajaya tahun 1677

ibukotanya oleh Sunan Amral dipindahkan di Kartasura. Pada masa Sunan

Pakubuwana II memegang tampuk pemerintahan keraton Mataram mendapat serbuan

dari pemberontakan orang-orang Tionghoa yang mendapat dukungan dari orang-orang

Jawa anti VOC tahun 1742. Kerajaan Mataram yang berpusat di Kartasura itu

mengalami keruntuhannya. Kota Kartasura berhasil direbut kembali berkat bantuan

Adipati Cakraningrat IV penguasa Madura barat yang merupakan sekutu VOC, namun

keadaannya sudah rusak parah. Pakubuwana II yang menyingkir ke Ponorogo,

kemudian memutuskan untuk membangun istana baru di desa Sala sebagai ibukota

kerajaan Mataram yang baru.

Bangunan Keraton Kartasura yang sudah hancur dan dianggap "tercemar". Sunan

Pakubuwono II lalu memerintahkan Tumenggung Honggowongso (bernama kecil

Joko Sangrib atau Kentol Surawijaya, kelak diberi gelar Tumenggung Arungbinang I),

16

Tim Peneliti MAJT, Sejarah Masjid Besar Kauman dan Masjid Agung Ja wa Tengah, Semarang : MAJT Press,2008, hal. 46

17

Tim Peneliti MAJT, Sejarah Masjid Besar Kauman… hal. 48

18

Tim Peneliti MAJT, Sejarah Masjid Besar Kauman…hal. 51

19

(9)

8

bersama Tumenggung Mangkuyudha, serta komandan pasukan Belanda, J.A.B. van

Hohendorff, untuk mencari lokasi ibu kota/keraton yang baru. Untuk itu dibangunlah

keraton baru 20 km ke arah tenggara dari Kartasura, pada 1745, tepatnya di Desa Sala

di tepi Bengawan Solo. Nama "Surakarta" diberikan sebagai nama "wisuda" bagi

pusat pemerintahan baru ini. Pembangunan keraton ini menurut catatan[siapa?]

menggunakan bahan kayu jati dari kawasan Alas Kethu, hutan di dekat Wonogiri dan

kayunya dihanyutkan melalui Bengawan Solo. Secara resmi, keraton mulai ditempati

tanggal 17 Februari 1745 (atau Rabu Pahing 14 Sura 1670 Penanggalan Jawa, Wuku

Landep, Windu Sancaya).20

Berlakunya Perjanjian Giyanti (13 Februari 1755) menyebabkan Surakarta

menjadi pusat pemerintahan Kasunanan Surakarta, dengan rajanya Pakubuwana III.

Yogyakarta menjadi pusat pemerintahan Kasultanan Yogyakarta, dengan rajanya

Sultan Hamengkubuwana I. Keraton dan kota Yogyakarta mulai dibangun pada 1755,

dengan pola tata kota yang sama dengan Surakarta yang lebih dulu dibangun.

Perjanjian Salatiga 1757 memperkecil wilayah Kasunanan, dengan diberikannya

wilayah sebelah utara keraton kepada pihak Pangeran Sambernyawa (Mangkunagara

I) 21

Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755, yang oleh banyak pihak disebut-sebut

sebagai taktik adu domba Belanda melalui VOC untuk memecah Kerajaan Mataram,

yang akhirnya melahirkan Yogyakarta dan Surakarta. Perjanjian Giyanti memecah

Mataram, kerajaan terbesar di Jawa masa itu menjadi dua bagian yakni wilayah

sebelah timur yang menjadi milik Paku Buwono dan wilayah sebelah barat yang

menjadi bagian Pangeran Mangkubumi.

Pada perkembangannya dua wilayah dengan dua pemimpin itu melahirkan

Kasunanan Surakarta yang membangun Kraton baru di desa Sala dan Kasultanan

Yogyakarta yang membangun Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat sebagai Mataram

Baru. Dari dua pusat kerajaan baru itulah perkembangan Kota Jogja dan Solo

bermula.

20

http://id.wikipedia.org/wiki/Kasunanan_Surakarta diakse stanggal 2 Desember 2014 pukul 12.30

21

(10)

9

Meski keduanya terpisah secara administratif pasca berdirinya Republik

Indonesia, namun Yogyakarta dan Surakarta tak bisa menghilangkan DNA Jawanya

sebagai saudara kandung yang kini bertetangga. Sama-sama mewarisi darah budaya,

filosofi dan pemikiran Jawa, Yogyakarta dan Surakarta tumbuh seperti si kembar yang

memiliki sejumlah kemiripan di banyak sudut dan rupa kotanya

Selain berupa bangunan dan tersebut, di Kerajaan Pajang juga telah berkembang

kegiatan sastra, tasawuf, agama dan seni bangunan yang mula-mula timbul di daerah

sepanjang utara jawa dan di Jawa Timur. Tetapi pengaruh kebudayaan Pajang

kelihatannya tidak begitu terasadi Keraton penguasa pertama Mataram, mungkin

karena perhatian mereka sepenuhnya tercurah kepada pada soal-soal materiil,

pengolahan tanah dan penggarapan dearah yang tandus, di samping penanaman

kekuasana politik.22

D. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian tersebut diatas, mka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Ahli-ahli sejarah tampaknya sependapat bahwa penyebar Islam di Jawa adalah para

Wali Songo. Mereka tidak hanya berkuasa dalam lapangan keagamaan, tetapi juga

dalam hal pemerintahan dan politik. Bahkan, seringkali seorang raja seakan-akan baru

sah sebagai raja kalau ia sudah diakui dan diberikan oleh Wali Songo

2. Terdapat beberapa kerajaan-kerajaan islam di jawa tengah dan kota pusat penyebaran

agama. Kerajaan tersebut anatar lain Kerajaan Demak, kerjaan Pajang, Kerajaan

Jipang, Kerajaan Mataram Islam. Adapaun salah satu kota pusat penyebaran adalah

kota kudus.

3. Penyebaran islam di tanah Jawa terutama Jawa tengah telah banyak peninggalan

bersejarah. Ada diantara peninggalan-peninggalan tersebut yang ada dan utuh sampai

sekarang ada pula yang sudah tidak terlacak lagi jejaknya. Keraton Kerajaan Demak

salah satu peninggalan yang tidak terlacak keberadaaanya sampai dengan sekarang.

Adapun peninggalan-peninggalan Islam yang masih ada hingga sekarang

(11)

10

E. PENUTUP

Demikianlah makalah ini kami buat. Sebagai manusia yang merupakan makhluk tempat

salah, khilaf, dan lupa, kami menyadari tak ada gading yang retak, tak ada yang sempurna

kecuali Allah Swt. Dan pasti dalam makalah ini yang kami buat terdapat banyak

kekeliruan dan kesalahan. Kami mengharap kritik dan saran yang konstruktif dari semua

pihak untuk perbaikan bagi yang selanjutnya. Kami harap makalah ini dapat bermanfaat

yang sebesar-besarnya dan dapat menambah keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah

(12)

11

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Amin, Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : Amzah, 2010, hal. 336

H.J. De Graaf dan Th. G. Pegeaud, Kerajaan-Kerajaan Islam Pertama di Jawa: kajian Sejarah

Politik abad ke-15 dan ke-16, cet V. Jakarta: Pustaka Grafitipers, 2003

H.J. De Graaf dan Th. G. Pegeaud, Kerajaan-Kerajaan Islam Pertama di Jawa: kajian Sejarah

Politik abad ke-15 dan ke-16. Jakarta: Pustaka Grafitipers, 1986

Hermawan dkk, Peninggalan Masa Islam di Jawa Tengah Abad XV-XVIII M, Semarang:

Disdikbud Jateng

Jakub, Ismail Sedjarah Islam di Indonesia, Djakarta: Widjaya, 1972

Muljana, Slamet, Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-Negara islam di

Nusantara, Yogyakarta: LKiS, 2009

Sunanto, Musyrifah, Sejarah Peadaban Islam di Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Perkasa, 2005

Tim Peneliti MAJT, Sejarah Masjid Besar Kauman dan Masjid Agung Jawa Tengah, Semarang :

MAJT Press,2008

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan kenyataan di atas, maka penulis tertarik untuk mengajukan proposal program kreatifitas mahasiswa tentang pengabdian masyarakat berupa kegiatan

Hubungan Kondisi Perekonomian Rumah Tangga Penduduk Miskin Kecamtan Ulim Dan Meurah Dua Dengan Kondisi Perekonomian Kabupaten Pidie Jaya. Chi-Square Tests

Untuk mengatasi kesulitan membedakan stroke haemoragik dan stroke iskemik, maka diperlukan skor stroke dalam membedakan jenis stroke, yaitu dengan mengunakan scoring dariSiriraj

Dari data prosentase kemandirian belajar mahasiswa pada tabel 6 dalam penerapan metode pembelajaran e -learning pada siklus II mahasiswa yang memiliki kemandirian dan

Pertama-tama saya mengucapkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya serta kemudahan, sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian

BAB IV KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 4.1 Profil Perusahaan dan Tamu Individu Gumilang Regency Hotel

Jurnal Penelitian Karet (Indonesian Journal of Natural Rubber Research) memuat artikel ilmiah hasil penelitian ( original research article ) dalam bidang perkaretan

Walau sudah merdeka, masih banyak masalah yang terjadi di Indonesia saat ini dan harapan untuk membuat Indonesia menjadi bangsa yang lebih baik pada pundak kita, pemuda!.