• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kerambah Jaring Apung Di Danau Toba Terhadap Keadaan Tingkat Pendapatan Masyarakat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kerambah Jaring Apung Di Danau Toba Terhadap Keadaan Tingkat Pendapatan Masyarakat"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerambah Jaring Apung (KJA)

2.1.1 Pengertian Kerambah Jaring Apung (KJA)

Kerambah jaring apung adalah wadah pemeliharaan ikan terbuat dari

jaring yang di bentuk segi empat atau silindris ada diapungkan dalam air

permukaan menggunakan pelampung dan kerangka kayu, bambu, atau besi, serta

sistem penjangkaran. Lokasi yang dipilih bagi usaha pemeliharaan ikan dalam

KJA relatif tenang, terhindar dari badai dan mudah dijangkau.Ikan yang dipelihara

bervariasi mulai dari berbagai jenis kakap, sampai baronang, bahkan tebster). KJA

ini juga merupakan proses yang luwes untuk mengubah nelayan kecil tradisional

menjadi pengusaha agribisnis perikanan (Abdulkadir, 2010).

Kegiatan budidaya ikan sistem KJA di Danau Toba telah dilakukan oleh

masyarakat sejak tahun 1986, namun perkembangan KJA dengan pesat terjadi

sejak tahun 1998 melalui budidaya kerambah jaring apung intensif

berkepadatan ikan yang tinggi (Rismawati, 2010). Pada tahun 2006 Jumlah KJA

yang beroperasi diperairan Danau Toba terdata sebanyak 5.233 unit.

Kemudian survey yang dilakukan Dinas Perikanan Provinsi Sumatera

Utara tahun 2008, di dapatkan bahwa KJA yang beroperasi di perairan Danau

Toba sebanyak 7.012 unit, yang terdiri dari KJA milik PT. Aquafarm Nusantara

sebanyak 1.780 unit dan KJA milik masyarakat sebanyak 5.232 unit. Usaha budi

daya ikan dengan keramba jaring apung (KJA) sudah lama berkembang, Baik oleh

(2)

Bahkan hasilnya telah diekspor, ke AS maupun Uni Eropa, bahkan sejak lama

sektor perikanan telah mendukung kemajuan sektor pariwisata di danau yang

menjadi trade mark bagi pariwisata di Sumatera Utara.

Kerambah jaring apung merupakan salah satu metode pemeliharan ikan

dalam kurungan yang terdiri atas 4 pola dasar pemeliharan ikan, yaitu :

1. kurung tancap; bentuk kurungan ikan yang peletakannya menggunakan

tiang- tiang pancang yang ditancapkan ke dasar perairan.

2. kurungan terendam; bentuk kurungan ikan yang secara keseluruhan

terendam didalam air dan bergantung kepada pelampung / rangka

apung.

3. kurungan lepas dasar ; biasanya terbuat dari kotak kayu / bambu dan

diletakan pada dasar air yang beraliran deras, dan diberi pemberat /

jangkar.

4. Keramba jaring apung ; jaring kurung apung ini terikat pada suatu

rangka dengan disukung oleh pengapung-pengapung. (Nikijuluw

V.P.H, 1992).

Usaha budidaya ikan air tawar dengan menggunakan teknik kerambah

jaring apung (KJA) lebih efisien dari segi biaya dari pada teknik tambak di

kawasan danau atau perairan tertutup yang sifatnya permanen dan rentan terhadap

konflik kepemilikan lahan atau tanah.Selain itu keramba jaring apung termasuk

alat produksi yang fleksibel, karena bila tidak berproduksi kerambah dapat

(3)

Kerambah jaring apung merupakan bentuk / system kurungan yang

banyak sekali di pakai dan bentuk serta ukurannya bervariasi sesuai dengan

tujuan penggunaannya, (Beveridge 1987, Christensen, 1989) di karenakan

system keramba ini memiliki nilai yang ekonomis (murah) dan merupakan cara

yang sangat baik untuk menyimpan berbagai organisme air, maka banyak

sekali kegunaannya yaitu : Sebagai sarana penyimpanan sementara, Sebagai

tempat pemeliharaan pembesaran ikan - ikan konsumsi, tempat penyimpanan dan

transportasi ikan umpan, wadah organisme air untuk memonitor kualitas

lingkungan, sarana pemeliharaan untuk tujuan “Re – Stocking“ (Ahmad et al,

1991).Sejauh ini kerambah jaring apung merupakan yang paling baik untuk

budidaya ikan secara intensif dibandingkan cara lain seperti kurung tancap

(Pens), Tambak (pond), kolam (tank), ataupun kolam arus, ditinjau dari segi- segi:

pengelolaan mudah diterapkan, tingkat kualitas ikan peliharaan, pemanfaatan

sumber daya maupun nilai ekonomisnya (Nikijuluw V.P.H, 1992).

pengembangan budidaya ikan sehingga mempunyai prasarana jalan yang

baik serta keamanan terjamin. Persyaratan teknis yang harus diperhatikan dalam

memilih lokasi usaha budidaya ikan di karamba jaring terapung antara lain adalah

1. Arus air pada lokasi kerambah jaring apung.

Arus air pada lokasi yang dipilih diusahakan tidak terlalu kuat namun tetap

ada arusnya agar tetap terjadi pergantian air dengan baik dan kandungan oksigen

terlarut dalam wadah budidaya ikan tercukupi, selain itu dengan adanya arus maka

dapat menghanyutkan sisa-sisa pakan dan kotoran ikan yang terjatuh di dasar

(4)

jaring dari kerusakan sehingga masa pakai jaring lebih lama. Bila pada perairan

yang akan dipilih ternyata tidak ada arusnya (kondisi air tidak

mengalir), disarankan agar unit budidaya atau jaring dapat diusahakan di perairan

tersebut, tetapi jumlahnya tidak boleh lebih dari 1% dari luas perairan. Pada

kondisi perairan yang tidak mengalir, unit budidaya sebaiknya diletakkan ditengah

perairan sejajar dengan garis pantai.

2. Kedalaman perairan keramba jaring apung

Kedalaman perairan sangat berpengaruh terhadap kualitas air pada lokasi

tersebut. Lokasi yang dangkal akan lebih mudah terjadinya pengadukan dasar

akibat dari pengaruh gelombang yang pada akhirnya menimbulkan kekeruhan.

Sebagai dasar patokan pada saat surut terendah sebaiknya kedalaman perairan

lebih dari 3m dari dasar waring/jaring.

3. Tingkat kesuburan air kerambah jaring apung.

Pada perairan umum dan waduk ditinjau dari tingkat kesuburannya dapat

dikelompokkan menjadi perairan dengan tingkat kesuburan rendah (oligotropik),

sedang (mesotropik) dan tinggi (eutropik). Jenis perairan yang sangat baik untuk

digunakan dalam budidaya ikan di jaring terapung dengan sistem intensif adalah

perairan dengan tingkat kesuburan rendah hingga sedang.Jika perairan dengan

tingkat kesuburan tinggi digunakan dalam budidaya ikan di jaring terapung maka

hal ini sangat beresiko tinggi karena pada perairan eutropik kandungan oksigen

terlarut pada malam hari sangat rendah dan berpengaruh buruk terhadap ikan yang

(5)

4. Kerambah jaring apung bebas dari pencemaran.

Dalam dunia perikanan, yang dimaksud dengan pencemaran perairan

adalah penambahan sesuatu berupa bahan atau energi ke dalam perairan yang

menyebabkan perubahan kualitas air sehingga mengurangi atau merusak nilai

guna air dan sumber air perairan tersebut.Bahan pencemar yang biasa masuk

kedalam suatu badan perairan pada prinsipnya dapat dikelompokkan menjadi dua

yaitu bahan pencemar yang sulit terurai dan bahan pencemar yang mudah terurai.

Contoh bahan pencemar yang sulit terurai berupa persenyawaan logam berat,

sianida, DDT atau bahan organik sintetis. Contoh bahan pencemar yang mudah

terurai berupa limbah rumah tangga, bakteri, limbah panas atau limbah organik.

Kedua jenis bahan pencemar tersebut umumnya disebabkan oleh kegiatan

manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Penyebab kedua adalah

keadaan alam seperti : banjir atau gunung meletus. Jika lokasi budidaya

mengandung bahan pencemar maka akan berpengaruh terhadap kehidupan ikan

yang dipelihara didalam wadah budidaya ikan tersebut.

5. Kualitas air kerambah jaring apung.

Dalam budidaya ikan, secara umum kualitas air dapat diartikan sebagai

setiap perubahan (variabel) yang mempengaruhi pengelolaan, kelangsungan hidup

dan produktivitas ikan yang dibudidayakan. Jadi perairan yang dipilih harus

berkualitas air yang memenuhi persyaratan bagi kehidupan dan pertumbuhan ikan

yang akan dibudidayakan.Kualitas air meliputi sifat fisika, kimia dan biologi.

(6)

6. lokasi kerambah jaring apung bukan daerah up-welling

Lokasi ini terhindar dari proses perputaran air dasar kepermukaan

(up-welling). Pada daerah yang sering terjadi up-welling sangat membahayakan

kehidupan organisme yang dipelihara, dimana air bawah dengan kandungan

oksigen yang sangat rendah serta gas-gas beracun akan kepermukaan yang dapat

menimbulkan kematian secara massal. Lokasi seperti ini sebaiknya

dihindari.kecuali sistem keramba dipasok oksigennya dengan suatu mekanisme

tertentu.

2.1.2 Konstruksi Wadah Kerambah Jaring Apung 1. Kerangka kerambah jaring apung

Kerangka jaring terapung dapat dibuat dari bahan kayu, bambu atau besi

yang dilapisi bahan anti karat (cat besi).Memilih bahan untuk kerangka, sebaiknya

disesuaikan dengan ketersediaan bahan di lokasi budidaya dan nilai ekonomis dari

bahan tersebut. Kayu atau bambu secara ekonomis memang lebih murah

dibandingkan dengan besi anti karat, tetapi jika dilihat dari masa pakai dengan

menggunakan kayu atau bambu jangka waktu (usia teknisnya) hanya 1,5–2 tahun.

Sesudah 1,5–2 tahun masa pakai, kerangka yang terbuat dari kayu atau bambu ini

sudah tidak layak pakai dan harus direnofasi kembali.

Jika akan memakai besi anti karat sebagai kerangka jaring pada umumnya

usia ekonomis/ angka waktu pemakaiannya relatif lebih lama, yaitu antara 4–5

tahun.Pada umumnya petani ikan di jaring terapung menggunakan kayu sebagai

bahan utama pembuatan kerangka, karena selain harganya relatif murah juga

(7)

kayu yang digunakan untuk kerangka jaring terapung ukurannya berkisar

antara 5 X 5 meter sampai 10 X 10 meter. Petani ikan jaring terapung di perairan

Danau Toba pada umumnya menggunakan kerangka dari kayu dengan ukuran 5 x

5 meter.Kerangka dari jaring apung umumnya dibuat tidak hanya satu petak tetapi

satu unit.Satu unit jaring terapung terdiri dari 10 buah petak.

2. Pelampung kerambah jaring apung

Pelampung berfungsi untuk mengapungkan kerangka/ jaring terapung.

Bahan yang digunakan sebagai pelampung berupa drum (besi atau plastik) yang

berkapasitas 200 liter, busa plastik (stryrofoam) atau fiberglass. Jenis pelampung

yang akan digunakan biasanya dilihat berdasarkan lama pemakaian. jika akan

menggunakan pelampung dari drum maka drum harus terlebih dahulu dicat

dengan menggunakan cat yang mengandung bahan anti karat. Jumlah pelampung

yang akan digunakan disesuaikan dengan besarnya kerangka jaring apung yang

akan dibuat. Jaring terapung berukuran 7 X 7 meter, dalam satu unit jaring

terapung membutuhkan pelampung antara 45 buah

3. Pengikat kerambah jaring apung

Tali pengikat sebaiknya terbuat dari bahan yang kuat, seperti tambang

plastik, kawat ukuran 5 mm, besi beton ukuran 8 mm atau 10 mm. Tali pengikat

ini digunakan untuk mengikat kerangka jaring terapung, pelampung atau jaring.

4. Jangkar kerambah jaring apung

Jangkar berfungsi sebagai penahan jaring terapung agar rakit jaring

terapung tidak hanyut terbawa oleh arus air dan angin yang kencang. Jangkar

(8)

jangkar yang terbuat dari tambang plastik yang berdiameter sekitar 10 mm – 15

mm. Jumlah pemberat untuk satu unit jaring terapung empat petak/kantong adalah

sebanyak 4 buah. Pemberat diikatkan pada masing-masing sudut dari

kerangka jaring terapung, berat jangkar berkisar antara 50 – 75 kg.

5. Jaring kerambah jaring apung

Jaring yang digunakan untuk budidaya ikan di perairan Danau Toba,

terbuat dari bahan polyethylene. Ukuran mata jaring yang digunakan tergantung

dari besarnya ikan yang akan dibudidayakan. ukuran yang biasa di gunakan

Jaring polyethylene no. 280 D/12 dengan ukuran mata jaring 1 inch (2,5 cm) atau

1,5 inch (3,81 cm). Jaring yang mempunyai ukuran mata jaring lebih kecil dari 1

inch biasanya digunakan untuk memelihara ikan yang berukuran lebih kecil. Di

Danau Toba, khususnya dalam budidaya ikan di jaring terapung ukuran jaring

yang digunakan adalah ukuran ¾ - 1 inci. Untuk l Kantong jaring yang digunakan

untuk memelihara ikan dapat diperoleh dengan membeli jaring utuh.Dalam hal ini

biasanya jaring dijual dipasaran berupa lembaran atau gulungan.

Langkah awal yang harus dilakukan untuk membuat kantong jaring adalah

membuat desain/rancangan kantong jaring yang akan dipergunakan. Ukuran

kantong jaring yang akan dipergunakan berkisar antara 2 X 2 m sampai dengan 10

X 10 m. Setelah ukuran kantong jaring yang akan dipergunakan, misalnya akan

dibuat kantong jaring dengan ukuran 7 X 7 X 2 m, langkah selanjutnya adalah

memotong jaring. Untuk memotong jaring harus dilakukan dengan benar

berdasarkan pada ukuran mata jaring dan tingkat perenggangannya saat terpasang

(9)

berupa kantong jaring akan mengalami perenggangan atau mata jaring dalam

keadaan tertarik/terbuka.

6. Pemberat kerambah jaring apung

Pemberat yang digunakan biasanya terbuat dari batu yang di bungkus

dengan jaring yang masing-masing beratnya antara 2–5 kg.Fungsi pemberat ini

agar jaring tetap simetris dan pemberat ini diletakkan pada setiap sudut kantong

jaring terapung.

7. Tali / tambang kerambah jaring apung

Tali / tambang yang digunakan biasanya disesuaikan dengan kondisi

perairan pada perairan tawar adalah tali plastik yang mempunyai diameter 5–10

mm, sedangkan pada perairan laut tali / tambang yang digunakan terbuat dari

nilon atau tambang yang kuat terhadap salinitas.Tali/tambang ini dipergunakan

sebagai penahan jaring pada bagian atas dan bawah. Tali tambang ini mempunyai

istilah lain yang disebut dengan tali ris.

Panjang tali ris adalah sekeliling dari kantong jaring terapung.Misalnya,

kantong jaring terapung berukuran 7X7X2m maka tali risnya adalah 7m X 4 =28

m. Dengan dikalikan empat karena kantong sisi jaring terapung adalah empat sisi.

Khusus untuk tali ris pada bagian atas sebaiknya dilebihkan 0,5 m untuk setiap

sudut. Jadi tali risnya mempunyai panjang 28 m +( 4 X 0,5 m) = 30m. Hal ini

untuk memudahkan dalam melakukan aktivitas kegiatan operasional pada saat

(10)

8. Gudang dan Ruang Kerja Kerambah Jaring Apung

Bangunan gudang/ruang jaga dan ruang kerja atau peralatan ibangun di

atas rakit dengan jumlah pelampung lebih banyak. Kebutuhan akan gudang dan

ruang kerja terasa jika usaha budidaya terdiri atas beberapa buah keramba.

Gudang digunakan untuk menyimpan stok pakan dan peralatan budidaya.Gudang

dapat juga digunakan sebagai ruang jaga sehingga bangunan gudang tidak perlu

luas mengingat daya apung rakit terbatas.Runag kerja atau peralata kerja

digunakan terutama pada waktu panen.Bangunan gudang, ruang jaga, dan ruang

kerja dibuat dengan bahan yang ringan, seperti papan lapis dan seng. Bangunan

bersatu dengan ukuran 3x3 m engan pembagian luas gudang 1x2 m2, ruang jaga

2x2 m2, dan peralatan 1x3 m2. Gudang, ruang jaga, dan peralat kerja berada

dalam satu atap.Rakit bangunan bersatu dengan rakit untuk pemeliharaan biota

budidaya. Akan tetapi, rakit bangunan ditempatkan di bagian hilir sehingga

aktivitas yang berlangsung di tempat tersebut tidak mengganggu ketenangan biota

budidaya. Gudang ini berfungsi juga sebagai dermaga.

2.1.3 Pemasaran Hasil Perikanan

Dalam pengertian dunia perusahaan, perkataan produksi dipakai sebagai

Tindakan pembuatan barang-barang, sedangkan perkataan distribusi (marketing)

dipakai sebagai tindakan yang bertalian dengan pergerakan barang-barang dan

jasa dari produsen ke tangan atau ke pihak konsumen. Istilah pemasaran dan

tataniaga yang sering didengar dalam ucapan sehari-hari dinegeri kita adalah

terjemahan dari atau berasal dari perkataan “marketing” (Hanafiah danSaefuddin,

(11)

(1983) menyatakan tataniaga atau pemasaran hasil perikanan

mempunyai sejumlah ciri, diantaranya sebagai berikut :

1. Sebagian besar dari hasil perikanan berupa bahan makanan

yang dipasarkan diserap oleh konsumen akhir secara relatip stabil

sepanjang tahun sedangkan penawarannya sangat tergantung kepada

produksi yang sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim.

2. Pada umumnya pedagang pengumpul memberi kredit (advancedpayment)

kepada produsen (nelayan dan petani ikan) sebagai ikatan atau

jaminan untuk dapat memperoleh bagian terbesar dari hasil perikanan

dalam waktu tertentu.

3. Saluran tataniaga hasil perikanan pada umumnya terdiri dari :

produsen (nelayan atau petani ikan), pedagang perantara sebagai

peengumpul, wholesaler (grosir), pedagang eceran dan konsumen

(industry pengolahan dan konsumen akhir).

4. Pergerakan hasil perikanan berupa bahan makanan dari produsen

sampai konsumen pada umumnya meliputi

proses-proses pengumpul, pengimbagan dan penyebaran, dimana proses-proses

pengumpulan adalah terpenting. Kedudukan terpenting dalam tataniaga

atau pemasaran hasil perikanan terletak pada pedagang pengumpul

daalam fungsinya sebagai pengumpul hasil, berhubung daerah produksi

terpencar-pencar, skala produksi kecilkecil dan produksinya berlangsung

(12)

5. Tataniaga atau pemasaran hasil perikanan tertentu pada umumnya bersifat

musiman, dan ini jelas dapat dilihat pada perikanan laut.

Barang-barang perikanan mempunyai ciri-ciri yang dapat mempengaruhi

atau menimbulkan masalah dalam pemasarannya. Ciri-ciri dimaksud antara lain

sebagai berikut :

1. Produksinya musiman, berlangsung dalam ukuran kecil-kecil (smallscale)

dan di daerah terpencar-pencar serta spesialisasi.

2. Konsumsi hasil perikanan berupa bahan makanan relatip stabil sepanjang

tahun. Sifat demikian ini dihubungkan dengan sifat produksinya yang

musiman dan jumlahnya tidak berketentuan karena pengaruh cuaca,

menimbulkan masalah dalam penyimpanan dan pembiayaan

3. Barang hasil perikanan berupa bahan makanan mempunyai sifat cepat atau

mudah rusak (perishabel).

4. Jumlah atau kualitas hasil perikanan dapat berubah-ubah. Kenyataan

menunjukkan bahwa jumlah dan kualitas dari hasil perikanan tidak selalu

tetap, tetap berubah-ubah dari tahun ke tahun (Hanafiah dan Saefuddin,

1983).

Keuntungan bisnis keramba memang menggiurkan.Tapi budidaya ini juga

memerlukan kesabaran dan keuletan.Diantaranya jika pergantian musim tiba,

maka keberadaan ikan keramba terancam oleh berbagai jenis penyakit ikan yang

(13)

Meskipun demikian pengembangan KJA masih menghadapi masalah antara lain :

1). pemilihan lokasi budidaya yang setidaknya dapat berjalan sepenjang

tahun, bebas dari pengaruh gelombang besar, sehingga menjamin

penggunan keramba jaring apung secara optimal.

2). Ketersediaan benih sampai saat ini masih mengandalkan dari alam

dan sedikit jumlahnya karena sangat dipengaruhi oleh musim.

Penyediaan pakan berupa ikan rucah masih terbatas dan

penyediaannya bersaing dengan kebutuhan konsumsi manusia.

3). Pengenalan kepada petani ikan dan nelayan yang mungkin saja masih

dihadapkan pada kendala-kendala sosial budidaya karena sudah

terpaku anggapan bahwa laut adalah tangkap menangkap bukan

tempat budidaya (Anggawati, 1991)

Pengawasan dan perawatan rutin setiap hari merupakan faktor

keberhasilan dari upaya pembesaran ikan dengan KJA. Pengotoran jaring

(kurungan) baik yang disebabkan oleh sampah, pelumpuran maupun jasad

pengganggu yang menempel pada jaring akan menjadi penyebab turunnya derajat

pergantian air dalam kurungan (Abdulkadir, 2010).

Berikut ini beberapa syarat perairan untuk pemeliharaan nila di KJA.

- Kondisi air tidak tercemar serta telah memenuhi persyaratan

minimalbaku mutu kualitas dan baku mutu budidaya.

- Kedalaman air minimum 5 meter dari dasar jaring pada saat surut

rendah

(14)

- Oksigen terlarut lebih dari 5 mg/liter, ammonia (NH3) kurang dari 0,02

mg/liter, dan kecerahan yang diukur dengan Secchi disk lebih dari 3

meter. (Wiryanta dkk, 2010).

Kerambah jaring apung (KJA) merupakan pola pembesaran ikan nila yang

banyak dilakukan didanau atau waduk. Jaring yang digunakan untuk pemeliharaan

diapungkan di danau atau waduk dengan bantuan pelampung berupa drum plastic

atau drum baja. Untuk mencegah KJA tidak berpindah tempat, petani biasanya

menancapkan jangkar di dasar perairan. Pada KJA yang jumlahnya banyak, petani

umumnya membangun rumah ditasnya untuk tempat penampungan pakan dan

tempat tinggal para pekerja (Wiryanta dkk, 2010).

Operator/teknisi jaring apung harus rajin memperhatikan perilaku ikanikan

yang dipelihara. Aspek-aspek yang perlu diperhatikan ialah sebagai berikut :

a. Nafsu makan dan dosis pakan

b. Tingkat kegesitan ikan. Bila ada ikan yang tampak lemah maka harus

diambil contoh untuk diperiksa apakah ada sesuatu gejala penyakit

atau tidak.

c. Kualitas air.

d. Tingkat kecerahan air waduk/danau. Bila derajat kecerahan kurang dari

15 cm, berarti plankton terlalu lebat sehiongga kandungan oksigennya

deficit pada malam hari yang dapat membahayakan ikan. Nilai

kecerahan untuk waduk dan danau sebaiknya lebih dari 100 cm.

e. Luas keramba di waduk maksimum 2% dari luas perairan. Batas

(15)

f. Pembatasan kapasitas produksi keramba.

g. Kecepatan arus dilokasi keramba tidak kurang dari 5-10 m/detik.

h. Hama pemangsa ikan dan/atau perusak jaring yang dapat

menyebabkan kerugian. Hama tersebut ialah burung pemasangsa,

berang-berang, ular, belut, ikan-ikan buas dan kura-kura yang merusak

jaring. Hama dapat dihalau dengan pemasangan perangkap,

pembersihan tepi waduk dan pelaksanaan patrol secara periodik

(Rachmatun, 2010).

2.1.4 Peranan Kerambah Jaring Apung

Dengan adanya sistim budidaya ikan dalam keramba, maka diharapkan

anak-anak ikan yang ikut tertangkap akan dibudidayakan, sehingga akan

mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dibandingkan bila ditangkap waktu masih

kecil. Secara garis besar peranan budidaya ikan dalam keramba adalah :

1. Mendukung usaha peningkatan pembinaan sumber hayati di perairan

umum.

2. Meningkatkan produksi yang bernilai ekonomi tinggi serta memenuhi

kebutuhan konsumsi ikan secara terus menerus.

3. Meningkatkan pendapatan para petani ikan serta kesejahteraan petani

ikan sepanjang tahun.

4. Menghindari adanya masa paceklik bagi para nelayan dimana pada

musim barat para nelayan tidak dapat menangkap ikan.

5. Memperluas lapangan kerja bagi nelayan dan masyarakat secara

(16)

menjadi dua macam yaitu berbentuk empat persegi dan bundar

panjang.

2.1.5 Defenisi sosial ekonomi

Sosial ekonomi dapat juga diartikan sebagai suatu keadaan atau kedudukan

yang diatur secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam

struktur masyarakat.Pemberian posisi ini disertai pula seperangkat hak dan

kewajiban yang harus dipenuhi sipembawa status misalnya, pendapatan, dan

pekerjaan.Status sosial ekonomi orangtua sangat berdampak bagi pemenuhan

kebutuhan keluarga dalam mencapai standar hidup yang sejahtera dan mencapai

kesehatan yang maksimal pengertian sosial sangat berhubungan dengan

kehidupan bermasyarakat di lingkungan sekitar. Didalam kehidupan

bermasyarakat terdapat pembeda posisi atau kedudukan seseorang maupun

kelompok di dalam struktur sosial tertentu.

1. Tujuan Ekonomi dan Tujuan Ekosistem

Kebijaksanaan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan sabagian besar

mempunyai relevansi terhadap konservasi sumberdaya alam dan lingkungan yang

berkelanjutan. Response dan akselerasi pembangunan ekonomi membutuhkan

pemeliharaan lingkungan hidup yang mendukung kegiatan ekonomi dan sosial

yang dinamis, selain menentukan kebijaksanaan juga ditingkat nasional membutu

hkan program-program ditingkat lokal dan wilayah yang dapat di laksanakan.

Pembangunan nasional tidak akan tumbuh pesat apabila kehidupan

ekonomi wilayah dan lokal tidak dinamis, stabil dan penuh ketidakpastian.

(17)

pembangunan tidak akan mencukupi. Kecenderungan yang terjadi dalam

oembangunan ekonomi adalah tidak memperhitungkan nilai-nilai pemanfaatan

sumber daya yang tidak memiliki harga, seperti nilai – nilai intrinsik sumber daya

alam maupun beban sosial masyarakat akibat pemanfaatan sumberdaya.

Tidak adanya penilaian terhadap sumberdaya ini selanjutnya menimbulkan

eksternalitas –eksternalitas tersendiri (terutama eksternalitas negatif ) yang sangat

merugikan masyarakat secara keseluruhan.Masyarakat harus menanggung

beban/biaya sosial yang timbul dalam setiap, Pemanfaatan sumberdaya tanpa

sedikitpun diberi “kompensasi”.

Beban /biaya sosial terbesar yang harus di tanggung oleh masyarakat

saat ini maupun masyarakat dimasa yang akan datang adalah penurunan kualitas

kehidupan dan lingkungan, yang tentu saja dalam jangka panjang tidak menjamin

pengelolaan sumberdaya yang berkelanjutan (tujuan ekosistem dalam pembangu

nan berkelanjutan tidak akan tercapai).

Oleh karena itu, maka dalam program - program pembangunan wilayah

pemukiman sekelompok masyarakat, harus memperhatikan tujuan ekosistem

ini. Setiap program yang di laksanakan harus di evaluasi dampaknya terhadap

lingkungan. Selain itu, penilaian terhadap sumberdaya-sumberdaya yang di

manfaatkan (baik nilai ekstrinsik maupun intrinsiknya) sangat diperlukan untuk

menghindari, setidaknya mengurangi, eksternalitas.

Jikalau eksteralitas telah terjadi, maka upaya–upaya internalisasi berbgai

dampak keluar (eksternalitas) ini harus di lakukan, misalnya dengan

(18)

meningkatkan pertumbuhan ekonomi ataupun efesiensi kapital (tujuan ekonomi)

akan tetap memperhatikan pengelolaan yang berkelanjutan.

2. Tujuan Sosial Ekonomi dan Tujuan Ekosistem

Untuk dapat mengelola sumber daya secara berkelanjutan, kebijaksanaan

lingkungan yang lebih menekankan pada konservasi dan perlindungan sumber

daya tersebut,untuk mendukung kelangsung hidupnya. Bila hal ini tidak diperhati

kan akan memberikan dampak yang buruk terhadap dan mempengaruhi keberhasi

lan jangka panjang dalam upaya konservasi sumberdaya lingkungan. Selain itu,

masalah hak kepemiikan merupakan faktor penentu dalam pemanfaatan sumber

daya yang efesien, merata dan berkelanjutan. Sumberdaya yang dimiiliki oleh

umum (Tidak jelas hak kepemilikan) telah mengarah pada sumberdaya akses

terbuka (open acces), dimana dalam keadaan ini, siapapun dapat memanfaatkan

sumberdaya yang ada tanpa sedikit mempunyai insentif untuk memelihara

kelestariannya pengukuhan. Hak-hak kepemilikanakan memperjelas posisi

kepemilikan suatu pihak sehingga pihak tersebut dapat mencapai kelestarian

(upaya konservasi)dan mempertahankan apa yang telah menjadi miliknya dari

intervensi maupun ancaman dari pihak luar. Kearifan – kearifan (wisdoms ) lokal

harus di pahami dan dijadikan sebagai dasar / landasan dalam membuat program

-program pengembangan wilayah tersebut. Untuk itu, masyarakat lokal, sebagai

pihakyang menguasai pengetahuan tradisional (Traditional knowledge) yang

dimilikinya harus diikutkan dalam upaya perumusan / pembuatan program-

program tersebut. Jika hal ini dapat dilakukan dan terealisasi, maka partisipasi

(19)

2.2. Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses pembangunan yang

terjadi terus-menerus yang bersifat dinamis. Adapun yang dilakukan, hakikatnya

dari sifat dan proses pembangunan itu mencerminkan adanya terobosan yag baru,

jadi bukan merupakan gambaran ekonomi suatu saat saja. Pembangunan ekonomi

berkaitan pula dengan pendapatan perkapita riil, di sini ada dua aspek penting

yang saling berkaitan yaitu pendapatan total atau yang lebih banyak dikenal

dengan pendapatan nasional dan jumlah penduduk. Pendapatan perkapita berarti

pendapatan total dibagi dengan jumlah penduduk.

Pembangunan ekonomi dipandang sebagai proses multidimensional yang

ekonomi. Oleh sebab itu, sasaran pembangunan yang minimal dan pasti ada

menurut Todaro dalam Suryana (2000) adalah :

1. Meningkatkan persediaan dan memperluas pembagian atau

pemerataan bahan pokok yang dibutuhkan untuk bisa hidup, seperti

perumahan, kesehatan dan lingkungan.

2. Mengangkat taraf hidup termasuk menambah dan mempertinggi

pendapatan dan penyediaan lapangan kerja, pendidikan yang lebih

baik, dan perhatian yang lebih besar terhadap nilai – nilai budaya

manusiawi, yang semata – mata bukan hanya untuk memenuhi

kebutuhan materi, akan tetapi untuk meningkatkan kesadaran akan

harga diri baik individu maupun nasional.

3. Memperluas jangkauan pilihan ekonomi dan sosial bagi semua

(20)

sikap buak dan ketergantungan, tidak hanya hubungan dengan orang

lain dan negara lain, tetapi dari sumber – sumber kebodohan dan

penderitaan.

Suryana (2000) menyebutkan ada empat model pembangunan, yaitu

model pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan, penciptaan

lapangan kerja, penghapusan kemiskinal dan model pembangunan yang

berorientasi pada pemenuhan kebutuhan dasar. Berdasarkan atas model

pembangunan tersebut, semua itu bertujuan pada perbaikan kualitas hidup,

peningkatan barang – barang dan jasa, penciptaan lapangan kerja baru dengan

upah yang layak, dengan harapan tercapainya tingkat hidup minimal untuk

semua rumah tangga yang kemudian sampai atas maksimal.

Orientasi pembangunan ekonomi Indonesia yang lebih menekankan pada

pertumbuhan (growth) turut memperparah ketimpangan antara desa dan kota.

Ekonomi perdesaan tidak memperoleh nilai tambah (value added) yang

proposional akibat dari wilayah perkotaan hanya sekedar menjadi pipa

pemasaran dari arus komoditas primer dari pedesaan, sehingga sering terjadi

kebocoran wilayah yang merugikan pertumbuhan ekonomi daerah itu sendiri

(Tarigan ,2005).

Dalam konteks pembangunan spasial, terjadi urban bias yang cenderung

mendahulukan pertumbuhan ekonomi melalui kutub – kutub pertumbuhan yang

diharapkan dapat menimbulkan efek penetesan (trickle down effect ) ke wilayah

hinterland-nya. Ternyata net-effect-nya menimbullkan pengurasan besar

(21)

terjadi transfer sumberdaya dari wilayah perdesaan ke kawasan perkotaan secara

besar – besaran. Walaupun kawasan perkotaan juga berperan penting dalam

mensuplai barang – barang dan pelayanan untuk pertumbuhan dan produktifitas

pertanian

2.2.1 Konsep Pembangunan Ekonomi

Pengertian pembangunan ekonomi yang dijadikan pedoman dalam

penelitian ini di definisikan suatu proses yang menyebabkan pendapatan per

kapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang (Sukirno

1996). Berdasarkan atas definisi ini dapat diketahui bahwa pembangunan ekonomi

berarti adanya suatu proses pembangunan yang terjadi terus menerus yang bersifat

menambah dan memperbaiki segala sesuatu menjadi lebih baik lagi. Adanya

proses pembangunan itu diharapkan adanya kenaikan pendapatan rill masyarakat

berlangsung untuk jangka panjang.

2.2.2 Konsep Wilayah dan Pengembangan Wilayah

Dalam undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang penataan ruang,

wilayah adalah ruang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur yang

terkait kepadanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek

administratif dan atau aspek fungsional. Menurut Rustiadi,et al. (2006) wilayah

dapat didefinisikan sebagai unit geoggrafis dengan batas-batas spesifik tertentu

dimana komponen – komponen wilayah tersebut satu sama lain saling berinteraksi

secara fungsional.

Sehingga batas wilayah tidaklah selalu bersifat fisik dan pasti tetapi

(22)

biosik alam, sumberdaya buatan (infrastruktur), manusia serta bentuk-bentuk

kelembagaan. Dengan demikian istilah wilayah menekankan interaksi antar

manusia dengan sumberdaya-sumberdaya lainnya yang ada di dalam suatu batasan

unit geografis tertentu.

Pendekatan yang di terapkan dalam pengembangan wilayah di Indonesia

sangat beragam karena di pengaruhi pleh perkembangan teori dan model

pengembangan wilayah serta tatanan sosial-ekonomi, system pemerintahan dan

administrasi pembangunan. Pendekatan yang mengutamakan pertumbuhan tanpa

memperhatikan lingkungan, bahkan akan menghambat pertumbuhan itu sendiri

(Direktorat Jenderal Penataan Ruang, 2003). Pengembangan wilayah dengan

memperhatikan potensi pertumbuhan akan membantu meningkatkan pertumbuhan

ekonomi berkelanjutan melalui penyebaran penduduk lebih rasional,meningkatkan

kesempatan kerja dan produktifitas (Mercado,2002).

Menurut Direktorat Pengembangan Kawasan Strategis, Ditjen Penataan

Ruang, Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah (2002) prinsip-prinsip

dasar dalam pengembangan wilayah adalah :

1. Sebagai growth center Pengembangan wilayah tidak hanya bersifat

internal wilayah, namun harus diperhatikan sebaran atau pengaruh

(spred effect)

2. pertumbuhan yang dapat ditimbulkan bagi wilayah disekitarnya, bahkan

(23)

3. Pengembangan wilayah memerlukan upaya kerjasama pengembangan

antar daerah dan menjadi persyaratan utama bagi keberhasilan

pengembangan wilayah.

4. Pola pengembangan wilayah bersifat integral yang merupakan integrasi

dari daerah-daerah yang tercakup dalam wilayah melalui pendekatan

kesetaraan.

5. Dalam pengembangan wilayah,mekanisme pasar harus juga menjadi

prasyarat bagi perencanaan pengembangan kawasan.

Pembangunan regional adalah bagian yang integral dalam pembangunan

nasional.karena itu diharapkan bahwa hasil pembangunan akan dapat terdistribusi

dan teralokasi ketingkat regional. Untuk mencapai keseimbangan regional

terutama dalam perkembangan ekonominya maka diperlukan beberapa

kebijaksanaan dan program pembangunan daerah yang mengacu kebijaksanaan

regionalisasi atau perwilayahan. Salah satu model pengembangan wilayah yang

erat kaitannya dengan aspek tata ruang adalah konsep

pusat-pusat pertumbuhan. Konsep pusat-pusat-pusat-pusat pertumbuhan menekan kan pada fakta

bahwa pembangunan tidak terjadi dimana – mana secara serentak, tetapi di

tempat-tempat tertentu yang disebut sebagai pusat pertumbuhan dan pada

akhirnya akan menyebar melalui berbagai saluran dan mempunyai akibat

akhir yang berlainan pada perekonomian secara keseluruhan.

2.2.3 Aspek Ekonomi

Dalam masyarakat dampak yang terjadi pada suatu proyek pembangunan

(24)

untuk suatu tempat dapat menjadi negatif untuk tempat lain. Selain itu juga

dikenal apa yang disebut dampak langsung atau dampak tidak langsung, sebagai

contoh misalnya akibat banyaknya pembangunan, dapat meningkatkan

pendapatan dan menimbulkan peningkatan gizi, dan kesehatan, meningkatkan

daya beli sehingga meningkatkan pula permintaan akan barang, pendidikan dan

jasa lainnya.

Akibat ini semua akan menimbulkan dampak pada hubungan antar manusia,

seperti perpindahan mata pencahrian, pemindahan tempat, pemukiman, mobilitas

dan sebagainya yang akhirnya pada satu pihak berdampak positif dan dilain pihak

berdampak negatif.

2.3. Pendapatan

2.3.1 Pengertian Pendapatan

Pendapatan yang akan diukur adalah penerimaan atau penghasilan yang

diterima dalam bentuk uang yang berasal dari usaha perikanan maupun di luar

usaha perikanan dalam kurun waktu satu bulan.

Pendapatan merupakan unsur yang sangat penting dalam laporan keuangan, karna

dalam melakukan aktivitas usaha, manajemen perusahaan tentu ingin mengetahui

nilai atau jumlah pendapatan.

Menurut ahli ekonomi klasik, pendapatan ditentukan oleh kemampuan

faktor -faktor produksi dalam menghasilkan barang dan jasa. Semakin

besar kemampuan faktor faktor produksi menghasilkan barang dan jasa , semakin

(25)

Mayers dalam terjemahan sitohang (1996), memandang pendapatan dari

sisiefektifitas penggunaannya untuk memenuhi kebutuhan adalah “pendapatan

adalah Nilai barang atau jasa tertentu pada akhir jangka tertentu yang mempunyai

indikasi bahwa makna pendapatan bisa saja bergeser seiring dengan tingkat

pengeluaran Konsumsi masyarakat.

Menurut skousen dan stice (Akbar, 2009:563) pengertian pendapatan

adalah Pendapatan merupakan arus masuk atau peningkatan aktiva lainnya sebuah

entitas atau pembentukan utang (atau sebuah kombinasi dari keduanya) dari

pengantaran barang, memberikan pelayanan atau aktivitas lain yang membentuk

operasi pokok atau bentuk entitas yang terus berlangsung.

Menurut Munandar (2006:18) memberikan defenisi Pendapatan adalah

suatu pertambahan asset yang mengakibatkan bertambahnya owners equity, tetapi

bukan karna pertambahan modal baru dari pemiliknya dan bukan pula merupakan

pertambahan asset yang disebabkan karna bertambahnya liabilities.

Menurut sukirno (2006) pendapatan adalah jumlah penghasilan yang

diterimaoleh penduduk atas prestasi kerjanya selama satu periode tertentu, baik

harian,mingguan, bulanan atau tahunan. Dan ada beberapa klasifikasi pendapatan

yaitu:

Pertama, pendapatan pribadi yaitu semua jenis pendapatan yang diperolehtanpa

memberikan sesuatu kegiatan apapun yang diterima penduduk suatunegara

Kedua, pendapatan disposibel yaitu pendapatan pribadi dikurangi pajak yang

harus dibayarkan oleh para penerima pendapatan, sisa pendapatan yang

(26)

Ketiga, pendapatan nasional yaitu nilai seluruh barang-barang jadi dan jasa- jasa

yang diproduksi oleh suatu negara dalam satu tahun.menurut sobri (1999)

pendapatan disposibel adalah suatu jenis penghasilanyang diperoleh seseorang

yang siap untuk dibelanjakan atau dikonsumsikan.besarnya pendapatan

disposibel yaitu pendapatan yang diterima dikurangi dengan pajak langsung

(pajak perseorangan) seperti pajak penghasilan.menurut teori milton friedman

bahwa pendapatan masyarakat dapatdigolongkan menjadi dua, yaitu

pendapatan permanen dan pendapatan sementara.pendapatan permanen dapat

diartikan yaitu:

a. pendapatan yang selalu diterima pada periode tertentu dan

dapatdiperkirakan sebelumnya, sebagai contoh adalah pendapatan,

upah, dan gaji.

b. pendapatan yang diperoleh dan hasil semua faktor yang

menentukankekayaan seseorang. Pendapatan menekan pada

perwujudan balas jasa dari partisipasi seseorangdalam satu kegiatan

produksi dimana tergambar pada sumbangan faktor-faktor produksi

atas nilai tambah (value added) pada tingkat out put tertentu. Nilai

tambahinilah yang merupakan pokok utama dari balas jasa yang

selanjutnya disebut pendapatan. Pendapatan tersebut dipilih menurut

jangka waktu tertentu sehingga arti praktisnya nampak, misalnya satu

bulan, dan lain sebagainya.tingkat pendapatan rumah tangga

tergantung kepada jenis-jenis kegiatanyang dilakukan. Jenis kegiatan

(27)

produktivitas tenaga kerja lebih tinggi, yang pada akhirnya

mampu memberikan pendapatan yang lebih besar, (winardi, 1988).

2.3.2 Konsep Pendapatan

Konsep dasar pendapatan adalah bahwa pendapatan merupakan proses

arus, yaitu penciptaan barang atau jasa oleh perusahaan selama jarak waktu

tertentu. Proses arus tersebut yaitu:

a. pada waktu penyelesaian kegiatan utama

pelaporan diharapkan dapat dapat meberikan informasi yang

bermanfaat dalam rangka pengambilan usaha dan dapat dipahami oleh

orang-orang yang dapat di percaya mengenai aktivitas perusahaan dan

aktivitas ekonomi serta bersedia mempelajari informasi

b. Pada saat dijadikan kejadiaan teoritis

pelaporan keuangan harus dapat memberikan informasi tentang sumber

ekonomi suatu perusahaan dan keadaan yang merubah sumber tersebut

serta sesuai dengan kegunaanya yang diharapkan yaitu laporan

keungan harus layak atau sesuai dengan yang dibutuhkan oleh pemakai

yang potensial. Dengan kata lain laporan keuangan harus diusahakan

dapat memenuhi kebutuhan informasi pemakainya.

c. Setelah pertukaran terjadi

Pada saat terjadi pembebanan beban didapat dengan pendapatan

namun untuk beban tertentu meskipun tidak dapat dihubungkan

dengan pendapatan pelaporan dilakukan dengan periode terjadinya

(28)

2.3.3 Unsur-Unsur Pendapatan

Dalam PSAK No23.7, dinyatakan bahwa pendapatan hanya terdiri dari

arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang diterima atau yang dapat diterima

oleh perusahaan untuk dirinya sendiri. Jadi untuk jumlah yang ditagih atas nama

pihak ketiga seperti Pajak Pertambahan Nilai (PPN), tidak mengakibatkan

kenaikan ekuitas oleh sebab itu harus dikeluarkan dari pendapatan.

Menurut Accounting Principles Board Statement (Assegaf, 2001:9)

Yang merupakan dewan yang bernaung dibawah Americaninstitute of

certifiedpublic accountants yang bertugas merumuskan prinsip-prinsip akutansi

yang dapat diterima, yang kemuian berganti menjadi Financial Accounting

Standart Board (FASB) menyatakan bahwa disamping penjualan barang barang

dan jasa pendapatan juga meliputi penjualan sumber-sumber lainnya seperti aktiva

tetap dan investasi (surat-surat berharga).

Ada tiga unsur dalam pendapatan yaitu sebagai berikut:

a. Penjualan hasil produksi barang dan jasa merupakan unsur pendapatan

pokok perusahaan. misalnya perusahaan-perusahaan yang bergerak

dalam bidang jasa internet maka pendapatannya adalah dari hasil biaya

internet

b. Imbalan yang diterima atas penggunaan aktiva atau sumber-sumber

ekonomi perusahaan oleh pihak lain dapat menjadi unsur pendapatan

(29)

perusahaan penyewa ruangan perkantoran menjadi unsur utama

pendapatan sedangkan ruangan yang tidak terpakai diperusahaan jasa

yang di sewa oleh perusahaan lain maka pendapatan tersebut

merupakan pendapatan lain-lain.

c. Penjualan aktiva diluar barang dagang merupakan unsur pendapatan

lain-lain suatu perusahaan. Misalnya, jasa penjualan gedung kantor,

kendaraan bermotor dan lain-lain.

2.4 Pengukuran Pendapatan

2.4.1 Pengertian Pengukuran Pendapatan

Pengukuran pendapatan merupakan unsur-unsur yang sangat penting

dalam laporan keuangan, karena dalam melakukan aktivitas usaha dan manajemen

perusahaan tentu ingin mengetahui nilai atau jumlah pendapatan.

1. dasar pengukuran pendapatan

adalah suatu unsur diakui secara formal yang memenuhi elemen

laporan keuangan. Sebuah unsur juga dapat diukur dalam satuan uang

untuk dapat diakui pengungkapan merupakan pengakuan yang lebih

tepat dalam situasi dimana yang relavan tidak dapat di ukur dengan

handal.

2. Penetapan Pengukuran Pendapatan

Cara terbaik untuk pengukuran pendapatan adalah dengan

menggunakan nilai barang atau jasa. Nilai tukar ini menunjukan

ekuivalen kas atau nilai sekarang dari pendiskontoan tagihan uang

(30)

penyisihan semestinya harus dibuat untuk menunggu waktu hingga

tagihan dibayar.

2.5 Tingkat Pendapatan

2.5.1. Pengertian Tingkat Pendapatan

Tingkat pendapatan masih menjadi indikator utama tingkat kesejahteraan

masyarakat, disamping berbagai indikator sosial ekonomi lainnya.Perkembangan

tingkat pendapatan masyarakat dapat dilihat dari tingkat pendapatan perkapita

atau pendapatan rata-rata per penduduk. Peningkatan nilai pdrb nominal yang

mencapai 16,94 persen per tahun selama periode 2000-2008 meningkatkan secara

langsung pendapatan per kapita nominal sebesar 16,37 persen per tahun. Apabila

efek kenaikan tingkat harga dihilangkan, peningkatan laju pertumbuhan pdrb rill

sebesar 5,01 persen juga meningkatkan secara langsung pendapatan perkapita rill

masyarakat sebesar 4,25 persen per tahun pada periode yang sama.

Bila diamati pola perubahannya, peningkatan pendapatan per kapita

nominal ternyata lebih berfluktuasi mengikuti perubahan tingkat harga umum atau

inflasi, tetapi laju kenaikan pendapatan per kapita rill meningkat secara konsisten

hingga mencapai 5,90 persen pada tahun 2008 dari 3,12 persen pada tahun 2001.

Peningkatan pendapatan per kapita rill menunjukkan dua hal yaitu: (1)

peningkatan produksi barang-barang dan jasa-jasa yang melebihi kenaikan tingkat

harga umum dan (2) peningkatan pendapatan rill yang melebihi kenaikan jumlah

penduduk.

Peningkatan pendapatan per kapita rill menunjukkan bahwa kesejahteraan

(31)

dilihat nilai absolutnya sebesar rp 3.077.525,48 pada tahun 2008, angkanya masih

tergolong rendah. Secara keseluruhan pdrb per kapita provinsi jambi mencapai rp

5.196.810 pada tahun 2007, Kemampuan daya beli rill masyarakat hanya sebesar

rp 256.460 per orang per bulan. Dengan anggapan satu keluarga beranggotakan 4

orang, berarti penghasilan rill rata-rata rumah tangga per bulan adalah sekitar rp

1.024.841. Jika digunakan nilai pendapatan nominal, dengan cara yang sama

diperoleh pendapatanrumahtanga perbulan sebesar rp 2.432.247. Masih rendahnya

taraf hidup masyarakat terkait erat dengan ketergantungan sumber penghidupan

pada sektor pertanian tanpa diikuti oleh pengembangan industri pengolahannya

sehingga nilai tambah yang diperoleh masih relatif kecil.

2.6 Penelitian Sebelumnya

Jumadi (2011) melakukan penelitian dengan judul: Penentuan Kesesuaian

lahan Keramba Jaring Apung Kerapu Macan (Epinephelus Fuscogutattus)

Menggunakan Sistem Informasi Geografis Di Pulau Panggang Kepulauan Seribu.

Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode aplikasi

penginderaan jauh dan SIG untuk pemanfaatan dan pengembangan potensi

wilayah pesisir diarahkan pada pokok permasalahan dengan ruang lingkup studi:

pengumpulan data primer dan sekunder, Survei lapang (ground check),

penyusunan basis data SIG, Pengolahan dan interprestasi data citra satelit,

pengolahan dan analisis kesesuaian lahan keramba jaring apung berdasarkan

kriteria penilaian kesesuaian lokasi untuk budidaya sistem keramba jaring apung

(32)

(1997); Ali (2003); Kurniaty (2003); Rachmansyah (2004); KLH (2004); Wardjan

(2005) dalamHartami (2008).

Lokasi dan objek penelitian tentang keramba jaring apung Kerapu Macan

berada di perairan pulau Panggang, kepulauan seribu, Jakarta. Hasil analisis

parameter-parameter substrat dasar, kedalaman perairan, keterlindungan, suhu,

salinitas, oksigen terlarut, kecerahan, kecepatan arus permukaan, pH, dan amonia

menyebutkan bahwa seluruh parameter tersebut memenuhi syarat untuk kegiatan

budidaya laut. Berdasarkan hasil penentuan kesesuaian lokasi budidaya Kerapu

Macan di perairan Pulau Panggang terlihat bahwa sumberdaya wilayah perikanan

budidaya laut yang termasuk dalam kelas sangat sesuai seluas 0,94 Km2, terletak

di sebelah barat Pulau Panggang. Luas lahan budidaya yang termasuk dalam kelas

sesuai mencapai 2,32 Km2, sedangkan wilayah budidaya yang termasuk dalam

kelas tidak sesuai mencapai luas 3,20 Km2.

Nadeak (2009) Konflik antara petani kerambah jaring apung dengan PT

Aquafarm Nusantara. Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah

metode deskriptif atau kualitatif. Keberadaan perusahaan asing di perairan danau

toba menuai kontra dari masyarakat, terutama masyarakat petani kerambah jaring

apung yang menggantung hidupnya dari hasil pembudidayaan ikan dengan sistem

kerambah jaring apung ,dari hasil penelitian yang telah di lakukan dilapangan

menunjukkan bahwa konflik antara petani kerambah jaring apung dengan PT

Aquafarm Nusantara berawal sejak banyaknya ikan-ikan illegal dari perusahaan

(33)

Akibat dari ikan-ikan illegal yang dijual dengan harga murah dipasar lokal

tersebut menyebabkan hasil panen petani kerambah menumpuk dan tidak laku.

Karna itu masyarakat petani kerambah merasa dirugikan dengan keberadaan PT

Aquafarm Nusantara di perairan Danau Toba. Maraknya isu pencemaran air

Danau Toba juga mengancam usaha petani kerambah kecil, karna akibat isu

tersebut, pemerintah melakukan penertiban kerambah di Danau Toba, sehingga

banyak diantara masyarakat petani kerambah yang mengalami penggusuran.

Pemerintah menetapkan zona-zona tertentu sebagai lokasi yang dapat dijadikan

lokasi pembudidayaan ikan diperairan Danau Toba.

Perdana (2008) Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pembesaran Ikan

Mas Dan Nila Pada Keramba Jaring Apung (Kja) Sistem Jaring Kolor Di Kja

Waduk Cikoncang, Kecamatan Wanasalam, Kabupaten Lebak, Banten. Metode

yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif atau kualitatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kegiatan usaha pembesaran ikan mas

dan nila pada KJA sistem jaring kolor di waduk Cikoncang layak untuk

diusahakan. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai hasil perhitungan NPV yang

bernilai positif yaitu sebesar Rp. 15.578.956.

Usaha pembesaran ikan memberikan keuntungan bersih setelah pajak

sebesar Rp. 15.578.956 selama umur ekonomisnya. Hasil perhitungan nilai Net

B/C rasio menunjukkan angka lebih besar dari satu yaitu 1,206.Setiap Rp. 1 yang

dikeluarkan untuk penambahan biaya produksi variabel dapat menghasilkan

pendapatan sebesar Rp. 1,206. Nilai IRR yang diperoleh lebih besar dari tingkat

(34)

Produksi Ikan (Y1)

Tingkat Pendapatan (Y2)

pembesaran ikan mas dan nila dengan menggunakan KJA sistem jaring kolor

memberikan rata-rata pendapatan per tahun sebesar 37,14 persen dari modal yang

diinvestasikan. Jangka waktu yang diperlukan untuk pengembalian biaya investasi

usaha selama satu tahun tujuh.Berdasarkan analisis kelayakan finansial

menunjukkan bahwa harga jual ikan dan hasil produksi serta biaya produksi

variabel menentukan tingkat kelayakan yang diperoleh. Dengan demikian,

pemeliharaan ikan nilai sebagai komoditas tambahan yang dipelihara pada lapisan

jaring bawah/jaring kolor akan memberikan tambahan hasil produksi yang dapat

memberikan kelayakan lebih tinggi serta produktifitas usaha dapat ditingkatkan.

2.7Kerangka Konseptual

dalam Sugiyono (2009:8) mengemukakan bahwa, “kerangka konseptual

merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan

berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Berikut ini

adalah model kerangka konseptual yang menjelaskan hubungan dan pengaruh

antar variable penelitian.

Pakan (X2) KerambahJaring

Apung (X1)

(35)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.8 Hipotesis

Menurut Sugiyono (2009:93) hipotesis merupakan “jawaban sementara

terhadap perumusan masalah penelitian, oleh karna itu rumusan masalah

penelitian biasanya disusun dalam kalimat pernyataan.Dikatakan sementara karna

jawaban yang diberikan baru didasarkan teori relevan belum berdasarkan

fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data”.

Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai teoritis terhadap rumusan

masalah penelitian, belum jawaban empirik.

Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah

dirumuskan serta teori-teori pendukung, maka peneliti merumuskan hipotesis

sebagai berikut:

1. Keadaan luas kerambah jaring apung, pakan, bibit berpengaruh

dan berdampak positif terhadap hasil produksi ikan.

2. Keadaan luas Kerambah Jaring Apung, Pakan, Bibit, dan

Produksi ikan berpengaruh positif terhadap tingkat pendapatan

masyarakat.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

Poin peluang pada industri kecil kerajinan tenun songket/tenun ikat di Kota Pekanbaru yang memiliki skor dan bobot paling tinggi adalah adanya dukungan dari pemerintah

Perbuatan yang dikriminalisasi dalam Pasal 28 ayat (1) UU ITE merupakan bentuk penanggulangan tindak pidana penipuan online yaitu untuk mengatur perbuatan yang

Penelitian yang dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Wirobrajan Yogyakarta selama satu minggu dengan Berdasarkan tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa dari segi usia

informasi alat berat yang akan disewakan tersedia atau tidak tersedia harus di. informasikan terlebih dahulu ke

Hasil pengujian dengan teknik Wilcoxon Match Pairs menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada perilaku personal hygiene anak pra sekolah TK ABA