69 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian
Penelitian ini mempergunakan pendekatan kualitatif yaitu sebuah konsep besar
yang meliputi beberapa bentuk penyelidikan yang membantu dalam memahami
dan menjelaskan makna fenomena sosial yang alami dengan tanpa dilakukan
sebuah perlakuan. Menurut Merriam (1998: 5) ada beberapa istilah yang sering
dipergunakan dalam pendekatan ini secara bergantian yaitu naturalistic inquiry,
field study, participant observation, inductive research, case study, dan
ethnography. Menurut Creswell dalam bukunya Educational Research penelitian
kualitatif adalah jenis penelitian dimana peneliti sangat tergantung terhadap
informasi dari objek/partisipan pada: ruang lingkup yang luas, pertanyaan yang
bersifat umum, pengumpulan data yang sebagian besar terdiri atas kata-kata/teks
dari partisipan, menjelaskan dan melakukan analisa terhadap kata-kata dan
melakukan penelitian secara subyektif (Creswell, 2008: 46). Menurut Gay (2006:
399) penelitian kualitatif adalah pengumpulan, analisis, dan interpretasi narasi
secara komprehensif pada data visual untuk mendapatkan wawasan terhadap
fenomena tertentu yang menarik.
Alasan dipergunakannya metode ini berkaitan dengan obyek yang akan diteliti
yaitu masyarakat manusia (social). Berdasarkan pendapat dari Anselm Strauss
(1998: 9) yang dipengaruhi oleh pendapat Park, Thomas, Dewey, Meade, Hughes
dan Blumer dalam bukunya Basics of Qualitative Research bahwa penelitian
social harus menggunakan pendekatan kulitatif . Menurut Anselm (1998: 9-10)
70
(a) peneliti harus turun kelapangan untuk menemukan apa yang sebenarnya terjadi, (b) relevansi teori didasarkan pada data untuk pengembangan disiplin dan untuk aksi social, (c) kompleksitas fenomena dan tindakan manusia, (d) keyakinan bahwa manusia adalah actor yang mengambil peran aktif dalam merespon suatu situasi problematic, (e) keasadaran bahwa manusia bertindak atas dasar makna, (f) pengertian bahwa makna didefinisikan dan definisikan ulang melalui interaksi, (g) suatu kepekaan terhadap alam akan mengungkap suatu peristiwa, (h) suatu kesadaran akan keterkaitan antara kondisi (struktur), tindakan (proses) dan konsekuensi.
Penelitian yang penulis lakukan tentang konflik kerusuhan pasca pilkada yang
terjadi di kabupaten Tuban Jawa Timur mengikuti pendapat Anselm diatas
berkaitan dengan tindakan masyarakat Tuban sebagai actor yang mengambil peran
aktif dalam peristiwa tersebut. Dengan memfokuskan pada para pelaku kerusuhan
yang telah ditahan dikarenakan tindakan yang mereka lakukan diharapkan dapat
diperoleh informasi sekitar kerusuhan tersebut dan latar belakang dari tindakan
yang mereka lakukan. Kemudian punulis juga akan berusahan menguak makna
dari tidakan yang telah dilakukan atas dasar kesadaran masing-masing pelaku.
Strategi yang akan diterapkan dalam penelitian ini adalah studi kasus yang
menurut Creswell (2010: 20) merupakan strategi penelitian dimana didalamnya
peneliti menyelidiki secara cermat suatu program, peristiwa, aktivitas, proses, atau
sekelompok individu. Kasus-kasus dibatasi oleh waktu dan aktifitas, dan peneliti
mengumpulkan informasi secara lengkap dengan menggunakan berbagai prosedur
pengumpulan data berdasarkan waktu yang telah ditentukan. Sedangkan menurut
Merriam (1998: 27) studi kasus adalah suatu upaya penyelidikan empiris yang
menyelidiki fenomena kontemporer dalam konteks kehidupan nyata yang belum
jelas. Desain studi kasus dipergunakan untuk memperoleh pemahaman mendalan
71
deskriptif, holistic dan intensif. Menurut Meriam (1998: 29-30) terdapat tiga ciri
strategi studi kasus dalam penelitian kualitatif yaitu: (1) partikularistik, bahwa
studi kasus difokuskan pada keadaan tertentu sebuah situasi, kegiatan ataupun
fenomena; (2) deskriptif, bahwa semua hasil akhir dari sebuah studi kasus
dideskripsikan secara “kaya” dari sebuah fenomena.; (3) heuristik, bahwa studi
kasus memberikan penjelasan kepada pembaca untuk memahami tentang
fenomena.
Dalam proses penelitian kualitatif, Creswell (2008: 52) dan Gay, Mills (2006:
400) memaparkan beberapa langkah yang harus dilakukan oleh seorang peneliti
kualitatif yaitu:
a. Mengidentifikasi topik penelitian: Peneliti mengidentifikasi topik atau studi yang menarik bagi penelitian. Seringkali topik awal dipersempit menjadi lebih mudah dikelola.
b. Meninjau literatur: Peneliti meneliti ada penelitian untuk mengidentifikasi informasi yang bermanfaat dan strategi untuk melaksanakan penelitian. c. Memilih peserta/obyek: Peneliti harus memilih peserta untuk menyediakan
pengumpulan data. Peserta sengaja dipilih (yaitu, tidak secara acak dipilih) dan biasanya lebih sedikit jumlahnya dari pada sampel kuantitatif.
d. Pengumpulan data: Peneliti mengumpulkan data dari peserta. Data kualitatif cenderung akan dikumpulkan dari wawancara, observasi, dan artefak.
e. Menganalisis dan menafsirkan data: Peneliti menganalisis tema dan hasil data yang dikumpulkan dan menyediakan interpretasi data.
f. Pelaporan dan mengevaluasi penelitian: Peneliti merangkum dan mengintegrasikan data kualitatif dalam narasi dan bentuk visual.
Enam langkah ini yang nantinya akan kami jadikan sebuah desain penelitian
yang akan kami lakukan terhadap fenomena social pasca kerusuhan pilkada
langsung 2006 di Kabupaten Tuban Jawa Timur. Untuk langkah pertama dan
kedua dalam penelitian kualitatif ini telah dijabarkan dalam bab sebelumnya.
72 B. Penentuan Obyek Penelitian
Dalam memilih peserta/menentukan obyek dilakukan dengan secara sengaja
(purposeful) tidak secara acak untuk mengumpulkan data yang kita inginkan.
Menurut Creswell (2008: 214), dalam penelitian kualitatif, obyek/peserta yang
akan diteliti ditentukan oleh peneliti (purposeful sampling) yaitu melakukan
pemilihan/seleksi terhadap orang atau tempat yang terbaik yang dapat membantu
kita dalam memahami sebuah fenomena. Noeng Muhajir (1991: 48) juga
menyatakan bahwa penelitian kualitatif umumnya mengambil sampel lebih kecil
dan pengambilannya cenderung memilih yang purposive daripada acak. Cara ini
bertujuan untuk membangun sebuah pemahaman yang detail guna membangun
pemahaman yang berguna, membantu peneliti memahami fenomena, dan
mengungkap rahasia yang terpendam.
Dalam penelitian ini obyek yang akan penulis teliti adalah masyarakat Tuban
yang terlibat dalam konflik kerusuhan pasca pilkada langsung 2006 di Kabupaten
Tuban Jawa Timur. Untuk membantu penulis dalam pengambilan data, perlu
dilakukan langkah pengambilan sampel. Dalam mengambil sampel dari sebuah
obyek yang penulis teliti, ada dua tahapan yang dapat lakukan yaitu sebelum
melakukan pengumpulan data dan setelah pengumpulan data dimulai.
Pengambilan sampel data menurut Creswell (2008: 216-217) ada sembilan cara
beserta tujuan yang dapat kita lakukan dalam menentukan yaitu:
1. Typical sampling dengan tujuan untuk menggambarkan sesuatu yang khas dan tidak biasa terhadap sebuah kasus.
2. Extreme case sampling dengan tujuan untuk menjelaskan sebuah keadaan yang merugikan atau bermanfaat.
73
4. Critical sampling dengan tujuan untuk menjelaskan sebuah kasus yang menggambarkan situasi yang dramatis.
5. Homogeneous sampling dengan tujuan untuk menggambarkan beberapa sub kelompok secara mendalam
6. Theory or Concept Sampling dengan tujuan untuk menghasilkan teori atau mengeksplorasi konsep.
7. Opportunistic sampling yaitu sampel yang diambil untuk mengambil manfaat dari kasus yang terungkap
8. Snowball sampling yaitu sampel yang diambil dengan tujuan untuk menentukan orang atau tempat yang akan dipelajari
9. Confirming / disconfirming sampling yaitu sampel yang diambil untuk mengungkap kasus yang jelas maupun tidak jelas.
Dalam meneliti masyarakat Tuban yang terlibat konflik kerusuhan pasca
pilkada langsung 2006, penulis akan memfokuskan pada masyarakat Tuban yang
saat itu terlibat dalam aksi demonstrasi yang berakhir rusuh khususnya yang
tertangkap dan dihukum. Terdapat 120 orang yang dijadikan tersangka dan
dihukum saat itu. Tentunya tidak semua eks-tapol tersebut yang akan penulis
jadikan obyek / sumber penelitian. Oleh karena itu penulis akan mengambil
beberapa orang tersebut sebagai sampel dalam penelitian ini. Langkah penentuan
sample yang akan penulis lakukan sebagaimana telah dipaparkan diatas yaitu
dengan menggunakan critical sampling. Critical sampling dengan tujuan untuk
menjelaskan sebuah kasus yang menggambarkan situasi yang dramatis.
Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang kerusuhan tersebut, penulis
akan mengambil beberapa eks-tapol tersebut yang akan kami jadikan sampel yaitu
koordinator aksi, koordinator kendaraan, pengurus cabang partai, pengurus anak
cabang partai, orator, dan masyarakat nelayan. Beberapa orang ini kami pilih
dengan asumsi agar dapat memberikan informasi yang akurat tentang kronologis
74
simpatisan dan dari warga masyarakat biasa. Beberapa orang yang akan kami
jadikan sampel antara lain:
1. M : Mantan ketua DPRD Kab Tuban fraksi PKB periode 2004-2009 , saat
kerusuhan dan sekarang menjadi sekretaris DPC PKB Tuban yang sempat
menjalani hukuman selama 9 bulan.
2. R S : Koordinator lapangan yang pada waktu itu aktif di LSM Tuban
Peduli, SIROS, dan menjalani hukuman paling lama yaitu 2 tahun 1 bulan.
3. Er : Ketua Anak Cabang PKB Kecamatan Merakurak saat terjadi
kerusuhan dan menjalani hukuman paling ringan 2 bulan kurang 1 hari.
4. SH : Anggota PKB yang saat itu menjadi koordinator kendaraan dan
sempat menjalani hukuman 4 bulan 12 hari.
5. SL : Warga kecamatan Jenu yang berprofesi sebagai nelayan dan petani
dan sempat menjalani hukuman selama 4 bulan 21 hari.
6. D : Pedagang pasar baru Tuban dan ikut demonstrasi tetapi tidak sampai
tertangkap. Darmuji oleh penulis dijadikan key person yang menunjukkan
siapa saja yang terlibat saat itu.
7. AK : Pemuda asal kelurahan King-king kecamatan Tuban yang saat itu
mengikuti demo dan tidak tertangkap
8. RN : Aktivis GMNI dan pengurus PDIP Tuban yang saat kerusuhan tahun
2006 menjadi orator dan berhasil melarikan diri.
9. SI : Kepala Tata Usaha Yayasan mabarot Sunan Bonang saat kerusuhan
sampai sekarang.
75
11. R : Pengasuh Pondok Pesantren Ash-Shomadiyah Tuban
12. SK : Ketua KPUD Tuban Saat itu dan saat ini
13. AC : Warga Kecamatan Senori Tuban
14. K : Warga Kecamatan Semanding pengurus PNPM dan pendukung He-li
C. Teknik Pengumpulan Data
Langkah selanjutnya adalah pengumpulan data yang menurut Creswell (2009:
266); Gay (2006: 413-423) merupakan usaha membatasi penelitian,
mengumpulkan informasi melalui observasi dan wawancara baik terstruktur
maupun tidak, dokumentasi, materi-materi visual, serta usaha merancang protocol
untuk merekam dan mencatat informasi. Langkah-langkah dalam pengumpulan
data antara lain
1. Identifikasi lokasi-lokasi atau individu yang sengaja dipilih. Untuk langkah
ini sebagaimana telah dipaparkan dalam penentuan obyek diatas tentang
individu-individu yang akan dipilih dalam penelitian yaitu eks-tapol dan
para demonstran yang tidak tertangkap. Adapun lokasi-lokasi yang akan
peneliti observasi diantaranya puing-puing bangunan pasca kerusuhan 2006
yang sampai sekarang ada yang masih belum tersentuh dari renovasi.
Disamping itu beberapa lokasi yang menjadi pendukung dalam penelitian
ini juga akan diteliti diantaranya terminal wisata, trotoar keramik, pasar
besar yang mangkrak dan sebagainya.
2. Strategi pengumpulan data yang dilakukan antara lain:
76
Observasi adalah langkah pengumpulan data dengan turun kelapangan
untuk mengamati perilaku dan aktifitas individu-individu di lokasi
penelitian. Dalam langkah ini peneliti merekam/mencatat baik secara
terstruktur maupun semistruktur. Peneliti juga dapat terlibat dalam
peran-peran yang beragam, mulai dari sebagai partisipan maupun non-partisipan
hingga partisipan utuh. Observasi yang akan peneliti lakukan sebagai
non-partisipan antara lain mengamati perilaku masyarakat Kabupaten Tuban
pasca konflik tahun 2006.
b. Wawancara
Dalam wawancara kualitatif, peneliti dapat melakukan face-to face
interview (wawancara berhadap-hadapan) dengan partisipan,
mewawancarai mereka dengan telephon atau terlibat langsung dalam focus
group interview yang terdiri atas enam sampai delapan partisipan per
kelompok. Wawancara-wawancara ini tentu saja memerlukan
pertanyaan-pertanyaan yang secara umum tidak terstruktur (unstructured) dan bersifat
terbuka (open-ended) yang dirancang untuk memunculkan
pandangan-pandangan dan opini dari para partisipan. Secara garis besar materi
wawancara yang akan penulis lakukan dalam bentuk pertanyaan antara
lain:
(1) Bagaimana kronologi demonstrasi pasca pilkada pada tahun 2006 yang
berakhir rusuh tersebut?
77
(3) Apa yang menjadi latar belakang ikut demonstrasi yang berakhir rusuh
tersebut?
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengumpulan dokumen-dokumen public seperti
Koran, makalah, laporan kantor ataupun dokumen privat seperti buku
harian, diary, surat dan email. Dalam studi dokumentasi pada penelitian ini
akan difokuskan pada laporan Koran Surya, Jawa Pos, Bhirawa, Duta
Masyarakat, Memo dan majalah Teropong, Akbar yang terbit mulai bulan
Maret, April, Mei tahun 2006. Disamping laporan Koran tersebut, penulis
juga meneliti laporan dari Koran online dan news online diantaranya:
detik.com, metrotv news, kotatuban.com. Selain dari laporan Koran,
peneliti juga akan mengambil data kondisi Kabupaten Tuban secara
ekonomis, politis, pendidikan, dan budaya melalui catatan laopran dari
kantor BPPS kabupaten Tuban. Peneliti juga akan mengambil data dari
dokumen privat yaitu buku putih yang dikeluarkan oleh tim Non-stop dari
Sabda Ronggolawe yang berjudul 71 Alasan Haeny Relawati Tidak Pantas
Menjadi Bupati Tuban.
d. Materi audio visual
Materi audio visual yang akan peneliti pergunakan dalam penelitian ini
antara lain rekaman video tentang kerusuhan yang didapat dari peserta
demonstaran, video laporan dari media elektronik terutama Metro TV dan
78 D. Reliabilitas dan Validitas
Dalam penelitian kualitatif, validitas tidak memiliki konotasi yang sama
dengan validitas dalam penelitian kuantitatif, tidak pula sejajar dengan
reliabilitas (yang berarti pengujian stabilitas dan konsistensi respon) ataupun
dengan generalisabilitas (yang berarti validitas eksternal atas hasil penelitian
yang dapat diterapkan pada setting, orang atau sampel yang baru). Menurut
Creswell (2009: 285) Validitas kualitatif merupakan upaya pemeriksaan
terhadap akurasi hasil penelitian dengan menerapkan prosedur-prosedur
tertentu. Terdapat delapan prosedur yang sering diterapkan dalam penelitian
kualitatif yaitu: trianggulasi, member checking, membuat deskripsi padat,
mengklarifikasi bias, menyajikan informasi yang berbeda (negatif),
menggunakan waktu yang lama, melakukan tanya jawab dengan rekan,
mengajak seorang auditor luar. Dalam penelitian ini penulis akan
menggunakan strategi trianggulasi yaitu melakukan pemeriksaan dari
bukti-bukti lain. Menurut Burhan Bungin (2009: 257) triangulasi memberi
kesempatan untuk dilaksanakannya beberapa hal diantaranya: (1) penilaian
hasil penelitian oleh responden; (2) mengoreksi kekeliruan oleh sumber data;
(3) menyediakan tambahan informasi secara sukarela; (4) memasukkan
informan dalam kancah penelitian; (5) menilai kecukupan data. Pada
penelitian ini, hasil wawancara dari narasumber akan peneliti croscek dengan
79
Gambar 3.1: Triangulasi
Reliabilitas kualitatif mengindikasikan bahwa pendekatan yang digunakan
peneliti konsisten jika diterapkan oleh peneliti-peneliti lain. Dalam penelitian
ini pendekatan yang peneliti pergunakan telah dipergunakan dalam meneliti
kasus “Pemberontakan Petani Banten” oleh Sartono serta telah dipergunakan
oleh saudara Sriyanto dalam meneliti kasus kerusuhan Tasikmalaya tahun
1996.
E. Teknik Analisis Data
1. Analisis Data dan Interpretasi
a. Analisis data menurut Gay (2006: 480) adalah upaya peneliti kualitatif
untuk meringkas data yang dikumpulkan secara akurat dan dapat di
andalkan. Hal ini adalah penyajian temuan penelitian dengan cara yang
lazim dilakukan. Creswell (2009: 276-283) memberikan enam tahapan
dalam proses analisis data antara lain
1) Mengolah data dan mempersiapkan data untuk dianalisis. Langkah ini
termasuk transkripsi wawancara, men-scaning materi, mengetik data
lapangan, memilih dan menyusun data berdasarkan sumber informasi Hasil
wawancara
Laporan Koran Kronologis, latar
80
2) Membaca keseluruhan data dengan merefleksikan makna secar
keseluruhan dan memberikan catatan pinggir tentang gagasan umum
yang diperoleh
3) Menganalisis lebih detail dengan men-coding data. Creswell (2009: 279)
mengutip pendapat Bogdan dan Biklen dalam tahapan coding yaitu:
a) Konteks setting dan konteks
b) Perspektif-perspektif subyek
c) Kecenderungan berfikir subyek tentang orang lain
d) Kode proses
e) Kode aktivitas
f) Kode strategi
g) Kode relasi dan struktur social. Adapun langkah konkrit coding
sebagaimana di lampiran
4) Menerapkan proses coding untuk mendeskripsikan setting, orang-orang,
kategori-kategori dan tema-tema yang akan ditulis
5) Menunjukkan bagaimana deskripsi dan tema-tema ini akan ditulis dalam
narasi atau laporan kualitatif.
6) Menginterpretasikan data
81
Gambar 3.2: analisis data
b. Interpretasi data adalah upaya peneliti untuk menemukan makna dalam data
dan menjawab pertanyaan penelitian sebagai implikasi dari temuan penelitian.
Menurut Gay (2006: 482) interpretasi data meliputi:
1) Interpretasi data didasarkan pada keeratan hubungan, aspek umum, dan
keterkaitan antara bagian-bagian data, kategori, dan pola. Interpretasi
bermakna dapat dicapai jika peneliti mengetahui data dengan sangat rinci.
82
2) Tujuan interpretasi adalah untuk menjawab pertanyaan yaitu: bagaimana
kronologi peristiwa?; apa yang yang menjadi latar belakang peristiwa?;
nilai-nilai apa yang terkandung?; dan kerangka konseptual penerapan
dalam pendidikan IPS?
3) Memperluas analisis adalah strategi interpretasi data dimana peneliti hanya
memperpanjang analisis data dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
tentang studi ini, mencatat implikasi yang mungkin ditarik tanpa
mempengaruhi data. Pertanyaan yang dimunculkan peneliti dalam
interpretasi ini antara lain mengapa mereka terlibat dalam konflik
kerusuhan tersebut? Apa posisinya mereka pada peristiwa tersebut? Apa
keuntungannya? Dan sebagainya.
4) Menghubungkan temuan dengan pengalaman pribadi adalah strategi yang
mendorong peneliti untuk melakukan personalisasi interpretasi
berdasarkan pengetahuan yang mendalam dan pemahaman tentang setting
penelitian. Peneliti menghubungkan pengalaman peneliti saat itu (tahun
2006) dengan hasil wawancara dan laporan media masa.
5) Mencari saran kritis dari teman-teman adalah strategi untuk melibatkan
dan mengundang seorang rekan terpercaya untuk menawarkan wawasan
tentang penelitian yang mungkin telah terlewatkan karena kedekatan
peneliti dalam meneliti. Penulis mengambil saran kritik dari teman penulis
yaitu saudara Najib.
6) Mengontekstualisasikan temuan penelitian dalam literatur terkait
83
memberikan dukungan bagi temuan penelitian dan mendorong peneliti
untuk melakukan hubungan dengan "otoritas eksternal". Dalam strategi
ini telah penulis lakukan pada bab I dengan mengakaitkan kodisi
kerusuhan Tuban dengan kerusuhan yang
7) Mengalihkan kepada teori adalah strategi yang mendorong peneliti untuk
menghubungkan temuan mereka dengan isu-isu yang lebih luas. Dengan
demikian, untuk mencari dan meningkatkan tingkat abstraksi dan untuk
mengembangkan deskriptif yang melampaui perhitungan asal. Hal ini
sudah penulis lakukan di bab I.
8) Mengatur interpretasi dengan bijaksana dan menghindari evangelis tentang
penafsiran Anda. Memberikan hubungan yang jelas antara pengumpulan
data, pengumpulan, dan interpretasi.
F. Lokasi Penelitian