• Tidak ada hasil yang ditemukan

salafiah makalah kel 7

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "salafiah makalah kel 7"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kata salaf merupakan kependekan dari salafus shalih (kaum shalih yang terdahulu), yang merupakan julukan atas tiga generasi awal umat Islam, yaitu generasi sahabat, tabiin dan tabiit tabiin. Pokok ajaran dari ideologi dasar Salafi adalah bahwa Islam telah sempurna dan selesai pada waktu masa Muhammad dan sahabat-sahabatnya, oleh karena itu tidak dikehendaki inovasi yang telah ditambahkan pada abad nanti karena material dan pengaruh budaya. Paham ideologi Salafi berusaha untuk menghidupkan kembali praktek Islam yang lebih mirip agama Muhammad selama ini.

Pokok ajaran dari ideologi dasar Salafi adalah bahwa Islam telah sempurna dan selesai pada waktu masa Muhammad dan sahabat-sahabatnya, oleh karena itu tidak dikehendaki inovasi yang telah ditambahkan pada abad nanti karena material dan pengaruh budaya. Paham ideologi Salafi berusaha untuk menghidupkan kembali praktik Islam yang lebih mirip agama Muhammad selama ini. Salafisme juga telah digambarkan sebagai sebuah versi sederhana dan pengetahuan Islam, di mana penganutnya mengikuti beberapa perintah dan praktik. Salafy sangat berhati-hati dalam agama, apalagi urusan Aqidah dan Fiqh. Salafy sangat berpatokan kepada Salafussholeh. Bukan hanya masalah agama saja mereka perhatikan, tetapi masalah berpakaian, salafy sangat suka mengikuti gaya berpakaian seperti zaman salafussholeh seperti memakai gamis bagi laki-laki atau memaki celana menggantung, dan juga memakai cadar bagi beberapa wanita salafy.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan Salafiah? 2. Bagaimana sejarah Salafiah?

3. Bagaimana pokok-pokok ajaran Salafiah?

4. Bagaimanakah Tokoh-tokoh dan ajaran Salafiah? C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui definisi Salafiah. 2. Mengetahui sejarah Salafiah.

3. Mengetahui pokok-pokok ajaran Salafiah. 4. Mengetahui Tokoh-tokoh dan ajaran Salafiah.

(2)

ISI A. Sejarah Lahirnya Salafiah

Paham atau gerakan salaf adalah pengikut mazhab Hambali yang muncul pada abad IV H. Mereka beranggapan bahwa Imam Ahmad bin Hambal (169-241 H) telah menghidupkan dan mempertahankan pendiri ulama-ulama salaf. Karena pemikiran keagamaan ulama-ulama salaf. Karena pemikiran keagamaan ulama-ulama salaf menjadi motivasi gerakannya, maka orang-orang Hanabilah itu menamakan gerakannya sebagai paham atau aliran salaf.1 Menurut Thablawi Mahmud Sa’ad, salaf artinya ulama terdahulu. Salaf terkadang dimaksudkan untuk merujuk generasi sahabat, tabi’i, tabi’, tabi’in para pemuka abad ke-3 H. Dan para pengikutnya pada abad ke-4 yang terdiri atas para muhadditsin dan lainnya. Salaf berarti pula ulama-ulama saleh yang hidup pada tiga abad pertama Islam. Sedangkan menurut As-Syahrastani, ulamasalaf adalah yang tidak menggunakan ta’wil (dalam menafsirkan ayat-ayat mutasabihat )dan tidak mempunyai faham tasybih (anthropomorphisme). Sedangkan Mahmud Al-Bisybisyi dalam Al-firaq Al-Islamiyyah mendefinisikan salaf sebagai sahabat, tabi’in, dan tabi’in yang dapat diketahui dari sikapnya menampak penafsiran yang mendalam mengenai sifat-sifat Allah yang menyerupai segala sesuatu yang baru untuk menyucikan dan mengagungkannya.2

W. Montgomery Watt menyatakan bahwa gerakan Salafiyah berkembang-terutama-di Bagdad pada abad ke-13. Pada masa itu terjadi garah menggebu-gebu yang diwarnai fanatisme kalangan kaum Hanbali. Sebelum akhir abad itu terdapat seolah-olah Hanbali di Jerusallem dan Damaskus. Di Damaskus, kaum Hanbali semakin kuat dengan kedatangan para pengungsi di Irak yang disebabkan serangan Mongol atas Irak. Di antara para pengungsi itu terdapat satu keluarga dari Harran, yaitu keluarga Ibn Taimiyah, Ibn Taimiyah adalah seorang ulama besar penganut Imam Hanbali yang ketat.3

Ibrahim Madzkur menguraikan karakteristik ulama salaf atau salafiah sebagai berikut:

1. Mereka lebih mendahulukan riwayat (naql) daripada dirayah (aql)

2. Dalam persoalan pokok-pokok agama (ushuluddin) dan persoalan-persoalan cabang agama (furu’ ad-din) mereka hanya bertolak dari penjelasan dari Al-Kitab dan As-Sunnah.

(3)

tidak pula mempunyai faham anthropomorphisme.

4. Mereka memahami ayat-ayat Al-Quran sesuai dengan makna lahirnya, dan tidak berupaya untuk menakwilkannya.

Apabila melihat karakteristik yang dikemukakan Ibrahim Madzkur di atas, tokoh-tokoh berikut ini dapat dikategorikan sebagai ulama salaf yaitu Abdullah bin Abbas (68 H), Abdullah bin Umar (124 H), Umar bin Abd Al-Azizi (101 H), Az-Zuhri (124 H), Ja’far Ash-Shadiq (148 H) dan para Imam mazhab yang empat (Imam Hanafi. Maliki, Syafi’i, dan Ahmad bin Hanbal). Menurut Harun Nasution, secara kronologis salafiyah bermula dari Imam Ahmad bin Hanbal. Lalu ajarannya dikembangkan Imam bin Taimiyah, kemudian disuburkan oleh Imam Muhammad bin Abdul Wahab dan Akhirnya berkembang didunia Islam secara sporadis. Di indonesia sendiri, gerakan ini berkembang lebih banyak dilaksanakan oleh gerakan-gerakan Persatuan Islam (Persis), atau Muhammadiyah. Gerakan-gerakan lainnya, pada dasarnya juga dianggap sebagai gerakan ulama salaf, tetapi teologinya sudah dipengaruhi oleh pemikiran yang dikenal dengan istilah logikasetelah itu para ulama yang menyatakan diri mereka sebagai ulama salaf, myoritas tidak menggunakan pikiran dalam membicarakan masalah teologi (ketuhanan)4

Terjadi persaingan dan konflik antara orang Hanabiah dengan orang-orang Asy’ariyah secara fisik, bahkan orang-orang-orang-orang Hanabilah memandang mereka sebagai kafir masing-masing melakukan truth claim bahwa dirinya yang lebih berhak mewarisi ulama salaf.5

B. Pokok-pokok Pemikiran Salafiah

1. Terkait pada al-kitab dan as-sunah sebagai sumber tasyri’ dan tempat rujukan ketika terjadi perbedaan. Penerapan keduanya di medan kehidupan. Berhukum pada al-kitab dan as-sunah atas setiap perkataan. Tidak mengedepankan satu perkataan pun yang menyalahi keduanya, siapapun yang mengatakan perkataan itu.

2. Menjadikan tawhidullah sebagai sebagai asas, titik tolak dan penutup. Tauhid bermakna menetapkan apa yang telah Allah tetapkan untuk Diri-Nya atau apa yang Rosulullah SAW tetapkan tanpa ada penyimpangan dan penggambaran, disertai dengan penyembahan pada Allah semata, yang tidak ada sekutu bagi-Nya. Menerapkan syariah-Nya di muka bumi dalam segenap urusan kehidupan.

(4)

3. Terkait dengan kesatuan umat dan tidak mentoleransi pemisahan, pemecahan umat dalam manhaj-manhaj akidah atau mazhab-mazhab fiqih dan fanatisme kepartaian.

4. Secara terus menerus memisahkan kebenaran dan kebatilan, syirik dengan tauhid, sunnah dengan bidah. Secara terus menerus mengajak kepada Allah, Kitab-Nya, Rosul-Nya dan para Imam kaum muslim serta mereka umumnya.6 C. Tokoh-tokoh dan Ajaran Salafiah

1. Imam Ahmad bin Hanbali

a. Riwayat Hidup Singkat Ibn Hanbal (164-240 H)

Ia di lahirkan di Baghdad tahun 164 H/780 M, dan meninggal 240 H/855 M. Ia sering di panggil abu abdillah karena salah seorang anaknya bernama abdillah. Namun ia lebih dikenal dengan nama imam hanbali karena merupakan pendiri mazhab hanbali. Ibunya bernama Shahifah bin Timaimunah binti Abdul Malik bin Sawadah bin Hindur Asy-syaibani, bangsawan bani Amir. Ayah-nya bernama Muhammad bin hanbal bin hilal bin anas bin idris bin Abdullah bin hayyan bin Abdullah bin anas bin auf bin qasit bin mazin bin syaiban bin dahal bin akabah bin sya’ab bin ali bin jadlah bin asad bin rabi al-hadis bin nizar.

Ibnu hanbal dikenal sebagai seorang zahid. Hampir setiap hari ia berpuasa dan hanya tidur sebentar di malam hari. Ia juga dikenal sebagai seorang yang dermawan. Di antara murid-murid Ibn hanbal adalah Ibn Taimiyah, Hasan bin Musa, Al-Bukharani, Muslim, Abu Dawud, Abu Zuhrah Ad-Damsyiqi, Abuzuhrahar-Razi, Ibnabi Ad-Dunia, Abu bakar Al-asram, Hanbal bin Ishaqasy-Syaibani, Shalehdan Abdullah.7

b. Pemikiranteori Ibn Hanbal

1) Tentangayat-ayatmutasyabihat

Dalam memahami ayat-ayat Al-Qur’an Ibn Hanbal lebih suka menerapkan pendekatan –lafdzi (tekstual) dari pada pendekatan ta’wil terutama yang berkaitan dengan sifat-sifat Tuhan dan ayat-ayat mutasyabihat. Hal ini terbukti ketika ia ditanya tentang penafsiranaya sebagai berikut.

(5)

atasArsy.” (Q.S Thaha 20:5)

Dalam hal ini, Ibn Hanbal menjawab:

Artinya: ”istiwa’ di atas arsy terserah pada Allah dan bagaimana saja dia kehendaki dengan tiada batas dan tiada seorang pun yang sanggup mensifatinya.”

Dan ketika ditanya tentang makna Hadis nuzul ( tuhan turun ke langit dunia), ru’yah (orang-orang beriman melihat Tuhan di akhirat), dan hadist tentang telapak kaki Tuhan, Ibn Hambal menjawab:

Artinya:

“Kita mengimani dan membenarkannya, tanpa mencari penjelasan cara dan meknanya”.

Dari pernyataan diatas, tampak bahwa Ibn hanbal bersikap menyerahkan makna-makna ayat dan hadis muthasyabihat kepada Allah dan Rasul-nya, dan menyucikan-Nya dari keserupaan dengan makhluk.

2) Tentang status al-qur’an

Salah satu persoalan teologis yang dihadapi Ibn hanbal, yang kemudian membuatnya dipenjara beberapa kali, adalah tentang status Al-Qur’an, apakah diciptakan makhuk, yang karenanya hadits (baru) ataukah tidak di ciptakan karenanya qodim.

Faham yang di akui oleh pemerintah, yakni dinasti Abbasyiah di bawah kepemimpinan khailfah Ma’mun, Mu’tashim, dan Al-Watsiq, adalah paham muktazilah yakni Al-Qur’an tidak bersifat qodim, tetapi baru dan di ciptakan. Faham adanya qadim di samping Tuhan, berarti menduakan Tuhan, sedangkan menduakan Tuhan adalah syirik dan dosa besar yang tidak diampuni Tuhan.8

(6)

2. Ibn Taimiah (661-729 H)

a. Riwayat Hidup Singkat Ibn Taimiah

Nama lengkap Ibn Taimiah adalah Taqiyuddin Ahmad bin Abi Al-Halim bin Taimiah. Dilahirkan di Harran pada hari senin tanggal 10 Rabbiulawal tahun 661 H. Dan meninggal dipenjara pada malam senin tanggal 20 Dzlqaidah tahun 729 H. Kewafatannya telah menggetarkan dada seluruh penduduk Damaskus, Syam, dan Mesir, serta kaum muslim pada umumnya .Ayahnya bernama Syihabuddin Abu Ahmad Abdul Halim bin Abdissalam Ibn Abdillah bin Taimiah, seorang Syekh, Khatib dan Hakim di kotanya.

Dikatakan oleh Ibrahim Madzkur bahwa Ibn Taimiah merupakan seorang tokoh salaf ekstrim karena kurang memberikan ruang gerak pada akal. Ia murid Muttaqi, Wara’, dan Zuhud. Ia seorang panglima dan penentang bangsa tartas yang berani dengan mengangkat senjata. Ia dikenal sebagai seorang muhaddits, mufasir, faqih, teolog,bahkan banyak mengetahui tentang filsafat. Ia telah mengkritik khalifah Umar dan khalifah Ali bin Abithalib. Ia juga menyerang Al-Ghazali dan Ibn Arabi. Kritikannya ditujukan pula kepada kelompok-kelompok agama sehingga membangkitkan kemarahan para ulama pada zamannya. Berulang kali Ibn Taimiah masuk penjara hanya karena bersengketa dengan para ulama pada zamannya.

Ibn Taimiah terkenal dengan kecerdasan sehingga pada usia 17 tahun telah dipercaya masyarakat untuk memberikan pandangan-pandangan mengenai masalah hukum secara resmi. Para ulama lawan Ibn Taimiah yang sangat risau oleh serangan-serangannya, serta iri hati terhadap kedudukannya di Istana Gubernur Damaskus, telah menjadikan pemikiran-pemikira Ibn Taimiah sebagai landasan untuk menyerangnya. Dikatakan oleh lawan-lawannya bahwa pemikiran Ibn Taimiah sebagai klenik, antropomorfisme sehingga pada awal 1306 M Ibn Taimiah dipanggil ke Chairo. Sesuai keputusan pengadilan kilat, akhirnya dipenjarakan.

(7)

penjara.

b. Pemikiran Teologi Ibn Taimiah

Pemikiran-pemikiran Ibn Taimiah, seperti dikatakan Ibrahim Madzkur adalah sebagai berikut:

1. Berpegeng teguh pada nash (teks Al-Quran dan Al-Hadits), 2. Tidak memberikan ruanggerak yang bebas pada akal,

3. Berpendapat bahwa Al-Quran mengandung semua ilmu agama,

4. Didalam Islam yang diteladani hanya tiga generasi(sahabat, tabiin, dan tabii tabiin),

5. Allah memiliki sifat yang tidak bertentangan dengan tauhid dan tetap mentanzihkan-Nya.

6. Ibn Taimiah mengkritik Imam Hanbali dengan mengatakan bahwa apabila kalamullah qadim, kalamnya pasti qadim pula.

Ibn Taimiah dalah seorang tekstualis. Oleh karena itu, pandangannya dianggap oleh ulama mazhab Hanbali, Al-Khatib Ibn Al-Jauzi sebagai pandangan tajsim (antropomofisme) Allah, yaitu menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya. Oleh karena itu, Al-Jauzi berpendaat bahwa pengakuan Ibn Taimiah sebagai salaf perlu ditinjau kembali.

Berikut pandangan-pandangan Ibn Taimiah tentang sifat-sifat Allah. 1) Percaya sepenuh hati terhadap sifat-sifat Allah yang Ia sendiri atau

Rousul-Nya menyifati. Sifat-sifat yang dimaksud adalah:

a. Sifat salbiah, yaitu qidam, baqa’, mukhalafatu lil hawaditsi, qiyamuhu bi nafsihi, dan wadaniyah;

b. sifat ma’ani, yaitu qudrah, iraah, sama’, bashar, hayat, ilmu, dan kalam;

c. sifat khabariah(sifat-sifat yang deterangkan Al-Quran dan Haits meskipun akal bertanya-tanya tentang maknanya), seperti keterangan yang mengatakan bahwa Allah di langit;Allah diatas ‘Arsy; Allah turun ke langit dunia; Allah dilihat oleh orang beriman disurga kelak; wajah, tangan, dan mata Allah.

d. Sifat dhafiah, meng-idhafat-kan atau menyadarkan nama-nama Allah pada alam makhluk, seperti rabb ‘aamin, khaliq al-kaun, dan falik al-hubb wa an-nawa.

2) Percaya sepenuhnya terhadap nama-nama-Nya yang Allah atau Rosul-Nya sebutkan, seperti Awwal, Akhir, Azh- Zhair, Bathin, ‘Alim, Qodir, Hayy, Qoyum, As-Sami’ dan Al-Basyir.

(8)

a. Tidak mengubah maknanya dan makna yang tidak dikehendaki lafaz (mim ghoir tahrif).

b. Tidak menghilangkan pengertian lafaz. c. Tidak mengingkarinya.

d. Tidak menggambarkan bentuk Tuhan , baik dalam fikiran, hati maupun indra.

e. Tidak menyerupakan sifat-sifat-Nya dengan sifat makhluk-Nya. Hal ini disebabkan bahwa tiada sesuatupun yang dapat menyamai-Nya bahkan menyerupai-menyamai-Nya.

Ibn Taimiah mengakui tiga hal dalam masalah keterpaksaan dan ihtiar manusia yaitu Allah pencipta segala sesuatu, hamba pelaku perbuatan yang sebenarnya dan mempunyai kemauan serta kehendak secara sempurna, sehingga manusia bertanggung jawab terhadap perbuatannya. Allah meridhai perbuatan baik dan tidak meridhai perbuatan yang buruk.

Dikatakan oleh Watt bahwa pemikiran Ibn Taimiah mencapai klimaksnya dalam sosiologi politik yang mempunyai dasar teologi. Masalah pokoknya terletak pada upayanya membedakan manusia dengan tuhannya yang mutlak. Oleh karena itu masalah tuhan tidak diperoleh dengan metode rasional, baik dengan metode filsafat maupun theologi. Demikian juga keinginan manusia untuk menyatu dengan Tuhan sebagai suatu yang mustahil. Oleh karena itu Ibn Taimiah sangat tidak suka pada aliran Filsafat yang mengatakan Al-Quran berisi dalil Khitabi dan Iqna’i (penenangan dan pemuas hati), aliran Mu’tazilah yang selalu mendahulukan dalil rasional daripada dalil Al-Quran sehingga banyak menggunakan takwil, ulama yang mempercayai dalil-dalil Al-Quran tetapi hanya dijadikan sebagai pangkal penyelidikan akal, meskipun untuk memperkuat isi Quran seperti Al-Maturidi, mereka yang mempercayai dalil-dalil Al-Quran, tetapi menggunakan pula dalil-dalil akal disamping Quran( seperti Al-Asy’Ari).9

(9)

Rozak, Abdul & Anwar, Rosihan. 2007. Ilmu Kalam. Bandung: Pustaka Setia

Rozak, Abdul & Anwar, Rosihan. 2012. Ilmu Kalam (Revisi). Bandung: Pustaka Setia Za’rur, Abu. 2009.Seputar Gerakan Islam. Bogor: Al-Azhar Pres

Sahiludin, A &Nasir. 2012. Pemikiran Kalam (Teologi Islam). Jakarta: Raja Grafindo Persada

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian penelitian ini ditujukan untuk menjelaskan hubungan antara variabel-variabel penelitian dan menguji hipotesis yang telah dirumuskan yakni untuk

Tipe data adalah himpunan nilai yang dapat dimiliki oleh sebuah data. Tipe data menentukan apakah sebuah nilai dapat dimiliki sebuah data atau tidak, serta

Tempurung kelapa disiapkan dalam pembuatan asap cair, kemudian ikan pora-pora asap dikeringkan dengan sumber panas yang berbeda (matahari, listrik dan gas) sumber

Ampa (2011) dalam Harmana dan Suardana (2014:472) membuktikan bahwa penerapan perencanaan pajak yang baik, dapat dilihat pada rasio laba pajak terhadap laba akuntansi (tax to

Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa pada siklus I, siswa yang tuntas sebanyak 18 siswa sehingga diperoleh ketuntasan belajar klasika l siswa sebesar 72%

Selain itu, pada Tabel 5 digambarkan pula bahwa dari 6 variabel bebas yang digunakan, terdapat 4 variabel yang signifikan pada confi- dence interval 99% yang memengaruhi krimi-

Strategi SO yaitu : a.) Strategi pengembangan pengembangan jambu gondang manis yang dipadukan dengan sumber daya manusi yang berkualitas dan dengan agroekologi

Penelitian ini bertujuan untuk menngetahui efektivitas metode tim quiz dalam meningkatkan pembelajaran ilmu tajwid dan keaktifan peserta didik tunanetra kelas 4 di