PERSPEKTIF
STAKEHOLDERS
ATAS UU 25 TAHUN
2004
Oleh: Emmy Suparmiatun, SH, MPM
Kepala Biro Hukum Kementerian PPN/Bappenas
HOTEL IBIS TAMARIN
LATAR BELAKANG (1)
•
Konstruksi regulasi di Bidang
Perencanaan dan Penganggaran yang
belum tertata dengan baik.
LATAR BELAKANG (2)
•
UU 25/2004 merupakan landasan
Hukum di Bidang Perencanaan
Pembangunan untuk Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah sehingga
Perencanaan Pembangunan Nasional
dapat disusun secara Sistematis,
Terarah, Terpadu, Menyeluruh dan
Tanggap terhadap perubahan.
•
UU 25/2004 sudah berjalan 8 tahun dan
Tujuan Kajian Biro
Hukum
1.
Menggali informasi perspektif
stakeholders
terhadap UU 25/2004;
2.
Menggali Informasi mengenai
implementasi UU 25/2004 + kendala
+ permasalahan;
3.
solusi dan saran mengenai kendala
dan permasalahan yang ditemukan
dalam Kegiatan Survey dan FGD
Hasil Survey dan FGD
•
Telah dilakukan FGD di Semarang, Jakarta dan
Medan
2. HASIL SURVEY DI
BAPPEDA
a) 75 % responden menyatakan bahwa turunan UU 25/2004 tidak lengkap
c) 75% responden berpendapat bahwa UU 25/2004 tidak memberatkan instansinya dan dengan melaksanakannya memberikan dampak positif bagi Bappeda
d) 100% responden menyatakan bahwa telah ada kegiatan peningkatan kompetensi staf yang diberikan baik oleh
e) Menurut responden, UU 25/2004 belum menciptakan integritas, sinkronisasi, dan sinergi antardaerah,
antarruang, dan antarfungsi pemerintah
f) Bappeda mengalami kesulitan teknis dalam proses
2. HASIL SURVEY DI K/L
a) Masing-masing K/L memiliki UU sektoral yang berkaitan dengan bidangnya masing-masing, dan UU 25/2004 sudah selaras dengan UU sektoral yang mereka gunakan
c) 44% responden menyatakan bahwa pengaduan
masalah yang mereka sampaikan kepada bappenas tidak mendapatkan respon
d) 56% responden menyatakan bahwa frekuensi fasilitas dan bimtek yang diberikan bappenas telah mencukupi, namun 44% responden berpendapat bahwa substansi materi
e) Menurut responden, UU 25/2004 belum
menciptakan integritas, sinkronisasi, dan sinergi antardaerah, antarruang, dan antarfungsi
pemerintah
1. Hasil Rapat FGD di
Bappeda
1) RPJMD yang disusun kepala daerah, disusun setelah kepala daerah dilantik. Sedangkan pelantikan kepala daerah berbeda-beda di tiap tempat. Hal tersebut mengakibatkan kurang ada sinkronisasi antara RPJMD dan RPJMN;
2) Adanya dualisme pengaturan tentang dokumen perencanaan pembangunan, sebagaimana diatur dalam UU 25/2004 dan UU 32/2004 + aturan pelaksanaannya
3) Seharusnya ada perbaikan dalam pelaksanaan Musrenbangnas, sehingga bukan hanya menjadi sebuah ceremonial perencanaan pembangunan, namun juga menjadi ruang bagi daerah untuk dalam menjaring aspirasi masyarakat terutama untuk kepentingan daerah
2. Hasil Rapat FGD di
K/L
1) Jangka waktu yang diberikan untuk pembuatan Renja K/L begitu singkat, sehingga kualitas dokumen perencanaan dirasa rendah. Serta sulit pula untuk melakukan sinkronisasi RKP dan RKPD dalam Musrenbangnas;
2) Adanya intervensi DPR dalam pembahasan RKP, membuat K/L sulit menjaga pelaksanaan dari RKP yang telah ditetapkan;
3) Kurangnya koordinasi dari beberapa kementerian sehingga menyebabkan K/L harus membuat banyak laporan, padahal substansi laporan tersebut hampir sama;