• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN - Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan Bagian Pemasaran Pada PT. Ramayana Lestari Sentosa Tbk, Cabang R62 Pringgan Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN - Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan Bagian Pemasaran Pada PT. Ramayana Lestari Sentosa Tbk, Cabang R62 Pringgan Medan"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan faktor terpenting dalam suatu

organisasi atau perusahaan, keterlibatan SDM dalam perusahaan terimplementasi

dalam bentuk tenaga kerja, pegawai atau karyawan. Karyawan sebagai sumber

daya manusia dalam suatu perusahaan merupakan faktor penting bagi peningkatan

produktifitas atau kemajuan perusahaan tersebut. Bagaimanapun canggihnya

sarana dan prasarana suatu perusahaan, tanpa ditunjang oleh kehandalan karyawan

(SDM) maka perusahaan tersebut tidak akan dapat maju dan berkembang. Budaya

organisasi mampu melakukan sejumlah fungsi yang dapat mengatasi

permasalahan anggota organisasi untuk beradaptasi dengan lingkungan

eksternalnya, yaitu dengan memperkuat pemahaman anggota organisasi serta

kemampuan untuk merealisasi visi, misi dan strategi organisasi, agar budaya dapat

diresapi dan diaplikasikan oleh segenap karyawan dalam perusahaan maka perlu

adanya proses internalisasi. Internalisasi merupakan proses menanamkan dan

menumbuh kembangkan suatu nilai atau budaya perusahaan menjadi bagian dari

diri karyawan yang bersangkutan.

Budaya organisasi merupakan aspek subjektif dari apa yang terjadi di

dalam suatu perusahaan, mengacu kepada abstraksi seperti nilai dan norma yang

(2)

didiskusikan atau bahkan diperhatikan. Namun budaya dapat memiliki pengaruh

pada perilaku seseorang dalam bekerja.  Budaya organisasi dapat dimanfaatkan sebagai salah satu andalan daya saing perusahaan. Budaya organisasi bukan lagi

sejarah perusahaan dalam meraih sukses, tetapi sebuah rekayasa manajemen untuk

bekompetisi di arena global. Banyak cara yang dilakukan perusahaan untuk

meningkatkan kinerja karyawan, salah satunya dengan menggunakan cara

konvensional melalui komunikasi (http://researchgate.net/publication/50358160 ).  Proses dan pola komunikasi merupakan sarana yang diperlukan untuk

mengkoordinasikan, mengarahkan kegairahan pekerja ke tujuan dan sasaran

organisasi Karyawan membentuk suatu persepsi subyektif keseluruhan mengenai

organisasi berdasarkan pada faktorfaktor seperti toleransi resiko, tekanan pada tim

dukungan orang.

Dalam rangka mewujudkan budaya organisasi yang cocok diterapkan pada

sebuah organisasi, maka diperlukan adanya dukungan dan partisipasi dari semua

anggota yang ada dalam lingkup organisasi tersebut. Para karyawan membentuk

persepsi keseluruhan berdasarkan karakteristik budaya organisasi yang antara lain

meliputi inovasi, kemantapan, kepedulian, orientasi hasil, perilaku pemimpin,

orientasi tim, karakteristik tersebut terdapat dalam sebuah organisasi atau

perusahaan mereka. Persepsi karyawan mengenai kenyataan terhadap budaya

organisasinya menjadi dasar karyawan berperilaku. Dari persepsi tersebut

memunculkan suatu tanggapan berupa dukungan pada karakrteristik organisasi

(3)

Budaya organisasi yang kuat merupakan perangkat kuat pula untuk

menuntun perilaku yang membantu para karyawan mengerjakan pekerjaan mereka

lebih baik, terutama dalam dua hal yaitu kebudayaan yang kuat adalah system

aturan informal yang menjelaskan bagaimana orang berperilaku dalam sebagian

besar waktu mereka dan kebudayaan kuat juga memungkinkan pegawai bekerja

lebih baik. Disamping hal-hal tersebut diatas untuk mencapai apa yang telah

menjadi tujuan organisasi, kinerja karyawan atau anggota organisasi harus

diperhatikan agar selalu berada pada posisi yang tinggi termasuk pada kinerja

karyawan bagian pemasaran itu sendiri.

Aktivitas pemasaran dilakukan oleh seorang manajer. Manajer yang baik

harus mampu menarik pelanggan dengan kreativitas yang dia miliki. Dengan

adanya budaya organisasi yang mengikat disetiap perusahaan, tidak akan menjadi

kendala besar untuk seorang menajer dalam memasarkan produknya, baik dipasar

atau didalam suatu perusahaan. Budaya organisasi yang ada merupakan suatu ciri

khas apa yang menjadikan perusahaan itu menjadi lebih baik.

A.A Anwar Prabu Mangkunegara (2006 : 9) mendefinisikan Kinerja

karyawan adalah prestasi kerja atau hasil kerja baik dari kualitas dan kuantitas

yang dicapai karyawan persatuan periode waktu dalam melaksanakan tugas

kerjanya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Jadi, dari

kinerja karyawan bagian pemasaran pada perusahaan PT. Ramayana Lestari

Sentosa Tbk Cabang 62 Pringgan Medan dapat dilihat cara karyawan-karyawan

(4)

pendapatan perusahaan meningkat dengan baik dan menunjukkan hasil yang

memuaskan.

PT. Ramayana Lestari Sentosa Tbk, Cabang 62 Pringgan Medan

merupakan perusahaan yang bersifat ritel dengan cara menawarkan produk atau

barang yang akan diperlihatkan kualitasnya yang terbaik sehingga konsumen atau

pembeli semakin berminat untuk memiliki produk atau barang yang ditawarkan

tersebut. Dan juga untuk meningkatkan pertumbuhan penjualan, serta tingkat

pertumbuhan pelanggan yang tentu dilihat dari kinerja karyawan bagian

pemasaran tersebut. Budaya organisasi disini sangat membantu pemasaran pada

perusahaan ini , karena budaya organisasi merupakan aspek subjektif dari apa

yang terjadi didalam suatu perusahaan. Dari budaya organisasi ini karyawan yang

ada pada bagian pemasaran (marketing) akan semakin termotivasi untuk terus

meningkatkan pemasaran tersebut.

Budaya Organisasi pada PT. Ramayana Lestari Sentosa, Tbk cabang 62

Pringgan Medan bisa mempengaruhi seluruh karyawan lebih giat lagi dalam

menjalankan pekerjaannya. Dan menjadikan budaya organisasi yang lebih

meningkat sehingga kualitas perusahaan ini sangat baik dalam mengembangkan

penjualan setiap harinya dengan produk atau barang yang ditawarkan. Dan dengan

budaya organisasi yang kuat dan kokoh diharapkan dapat mempererat individu

yang ada didalam organisasi sehingga dapat membentuk sikap dan perilaku yang

dapat menghasilkan kinerja maksimal demi peningkatan kerja suatu organisasi

(5)

Berdasarkan pada uraian latar belakang permasalahan diatas, maka penulis

tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul ”Pengaruh Budaya

Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan Bagian Pemasaran Pada PT.

Ramayana Lestari Sentosa Tbk, Cabang R62 Pringgan Medan”.

I.2 Rumusan Masalah

Untuk mempermudah penelitian ini nantinya dan agar penelitian ini

memiliki arah yang jelas dalam menginterpretasikan fakta dan data kedalam

penulisan skripsi, maka terlebih dahulu dirumuskan permasalahan yang akan

diteliti.

Berdasarkan pada uraian latar belakang masalah diatas, maka dapat

dikemukakan perumusan masalah dalam penenlitian ini adalah : “ Adakah

Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kinerja Pemasaran di PT. Ramayana

Lestari Sentosa Tbk, Cabang R62 Pringgan Medan?”

I.3 Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan tentu mempunyai sasaran yang hendak

dicapai atau apa yang menjadi tujuan penelitian tentunya jelas diketahui

sebelumnya. Dengan demikian, Erlina (2011 : 9) menyatakan bahwa tujuan

penelitian merupakan apa yang dicapai oleh peneliti dalam melakukan

penelitiannya.

(6)

1. Untuk mengetahui Adakah pengaruh Budaya Organisasi terhadap kinerja

karyawan bagian pemasaran di PT. Ramayana Lestari Sentosa Tbk,

Cabang 62 Pringgan Medan

I.4 Manfaat Penelitian

Sebuah penelitian harus benar-benar bermanfaat atau memiliki dampak

bagi pihak-pihak yang bersangkutan dalam penelitian. Adapun manfaat penelitian

ini adalah :

1. Secara Subjektif. Sebagai sarana untuk melatih dan mengembangkan

kemampuan berfikir dalam menulis karya ilmiah.

2. Secara praktis. Penelitian ini diharapkan untuk sebagai bahan masukan

atau referensi bagi PT. Ramayana Lestari Sentosa Tbk, Cabang 62

Pringgan Medan.

3. Secara akademis. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah

ilmiah dan keputusan baru dalam penelitian-penelitian ilmu sosial serta

referensi tambahan bagi mahasiswa di masa mendatang.

I.5 Kerangka Teori

Kerangka teori adalah bagian dari penelitian, tempat peneliti memberikan

penjelasan tentang hal-hal yang berhubungan dengan variabel pokok, sub variabel

atau pokok masalah yang ada dalam penelitian (Arikunto, 2002 : 92). Menurut

Singarimbun, teori merupakan serangkaian asumsi, konsep, konstruksi, definisi,

dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan

(7)

Kerangka teori ini diharapkan memberikan pemahaman yang jelas dan

tepat bagi peneliti dalam memahami masalah yang diteliti. Yang menjadi

kerangka dasar dalam penelitian ini adalah :

I.5.1 Budaya Organisasi

I.5.1.1 Pengertian Budaya

Budaya (Culture) berasal dari perkataan lain colore yang artinya

mengelolah, mengerjakan, menyuburkan, dan mengembangkan, terutama

mengolah atau bertani. Atau bisa juga diartikan sebagai segala daya atau

aktivitas untuk mengolah dan mengubah alam. Budaya merupakan

nilai-nilai dan kebiasaan yang diteria sebagai acuan bersama yang diikuti dan

dihormati. Budaya telah menjadi konsep penting dalam memahami

masyarakat dan kelompok manusia untuk waktu yang lama. Menurut

Edward Taylor dalam Sobirin, Achmad (2007 : 52), budaya adalah

kompleksitas menyeluruh yang terdiri dari pengetahuan, keyakinan, seni,

moral, hokum, adat kebiasaan dan berbagai kapabilitas lainnya serta

kebiasaan apa saja yang diperoleh seseorang manusia sebagai bagian dari

sebuah masyarakat.

Sedangkan menurut Stoner dalam Moeljono (2003 : 16), budaya

adalah gabungan kompleks asumsi, tingkah laku, cerita, mitos, metafora,

dan berbagai ide lain yang menjadi satu untuk menentukan apa arti

menjadi anggota masyarakat tertentu.

(8)

Kata organisasi berasal dari bahasa Yunani organon yang berarti

alat atau instrument. Arti kata ini menyiratkan bahwa organisasi adalah

alat bantu manusia. Ketika seorang mendirikan sebuah organisasi, tujuan

akhirnya bukan organisasi itu sendiri melainkan agar ia dan semua orang

yang terlibat didalamnya dapat mencapai tujuan lain lebih mudah dan

lebih efektif. Itulah sebabnya organisasi dering didefinisikan sebagai

sekelompok manusia yang bekerja bersama-sama dalam rangka mencapai

tujuan bersama. Menurut Robbins dalam Sobirin, Achmad (2007 : 5),

organisasi adalah unit sosial yang sengaja didirikan untuk jangka waktu

yang relative lama, beranggotakan dua orang atau lebih yang bekerja

bersama-sama dan terkoordinasi, mempunyai pola kerja tertentu yang

terstruktur, dan didirikan untuk mencapai tujuan bersama atau satu set

tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Sedangkan menurut J. Bernard

dalam Tika (2006 : 3) organisasi adalah kerja sama dua orang atau lebih,

suatu system dari aktivitas-aktivitas atau kekuatan-kekuatan perorangan

yang dikoordinasikan secara sadar.

I.5.1.3 Pengertian Budaya Organisasi

Budaya Organisasi adalah norma-norma dan kebiasaan yang

diterima sebagai suatu kebenaran oleh semua orang dalam organisasi.

Budaya organisasi menjadi acuan bersama diantara manusia dalam

berinteraksi dalam organisasi. Jika orang-orang bergabung dalam sebuah

organisasi, mereka membawa nilai-nilai dan kepercayaan yang telah

(9)

Menurut Peter F. Drucker dalam Tika (2006 : 4), budaya organisasi

adalah pokok penyelesaian masalah-masalah eksternal dan internal yang

pelaksanaannya dilakukan secara konsisten oleh suatu kelompok yang

kemudian diwariskan kepada anggota-anggota baru berbagai cara sebagai

cara yang tepat untuk, memahami, memikirkan dan merasakan terhadap

masalah-masalah terkait seperti diatas.

Victor S.L Tan dalam Tunggal (2007 : 2) berpendapat bahwa,

budaya organisasi merupakan suatu norma yang terdiri dari suatu

keyakinan, sikap, ¢ore value, dan pola perilaku yang dilakukan orang

dalam organisasi. Keyakinan adalah semua asumsi dan persepsi tentang

sesuatu, orang dan organisasi secara keseluruhan, dan diterima sebagai

sesuatu yang benar dan sah.

Jadi, Budaya Organisasi adalah seperangkat asumsi atau

keyakinan, nilai-nilai dan norma yang dikembangkan dalam organisasi

yang dijadikan pedoman tingkah laku bagi anggota-anggotanya untuk

mengatasi masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal.

I.5.1.4 Karakteristik Budaya Organisasi

Karakteristik-karakteristik budaya organisasi menurut Stephen

P.Robbin dalam Tika (2006 : 10) adalah :

(10)

Yaitu Tingkat tanggung Jawab, kebebasan atau indepedensi yang

dipunyai setiap anggota organisasi dalam mengemukakan pendapat.

Inisiatif individual tersebut perlu dihargai oleh kelompok atau

pempinan suatu organisasi sepanjang menyangkut ide untuk

memajukan dan mengembangkan organisasi atau perusahaan.

2. Toleransi terhadap tindakan beresiko

Suatu budaya organisasi dikatakan baik apabila dapat memeberikan

toleransi kepada anggota atau para pegawai agar dapat bertindak

agresif dan inovatif untuk memajukan organisasi atau perusahaan serta

berani mengambil resiko terhadap apa yang dilakukannya.

3. Pengarahan

Pengarahan dimaksudkan sejauh mana organisasi atau perusahaan

dapat menciptakan dengan jelas sasaran dan harapan tersebut jelas

tecantum visi, misi, dan tujuan organisasi. Kondisi ini dapat

berpengaruh terhadap kinerja organisasi atau perusahaan.

4. Integrasi

Integrasi dimaksudkan sejauh mana organisasi atau perusahaan

dapat mendorong unit-unit organisasi atau bekerja dengan cara yang

terkoordinasi. Kekompakan unit-unit tersebut dapat mendorong

kualitas dan kuantitas pekerjaan yang dihasilkan.

5. Dukungan Manajemen

Dukungan manajemen dimaksudkan sejauh mana para manajer

dapat memberikan komunikasi atau arahan, bantuan serta dukungan

(11)

6. Kontrol

Alat kontrol yang dapat dipakai adalah peraturan-peraturan atau

norma-norma yang berlaku didalam suatu organisasi atau perusahaan.

7. Identitas

Dimaksudkan untuk sejauh mana para anggota suatu organisasi

atau perusahaan dapat mengindentifikasikan dirinya sebagai suatu

kesatuan dalam perusahaan dan bukan sebagai kelompok kerja tertentu

atau keahlian professional tertentu

8. Sistem Imbalan

Sejauh mana alokasi imbalan (kenaikan gaji, promosi dan

sebagainya) didasarkan atas prestasi kerja pegawai, bukan didasarkan

atas senioritas, sikap pilih kasih, dan sebagainya.

9. Toleransi terhadap konflik

Sejauh mana para pegawai atau karyawan di dorong untuk

mengemukakan konflik dan kritik secara terbuka. Perbedaan pendapat

merupakan fenomena yang sering terjadi dalam suatu organisasi atau

perusahaan. Namun, perbedaan pendapat dan kritik tersebut bisa

digunakan untuk melakukan perbaikan atau perubahan strategi untuk

mencapai tujuan organisasi atau perusahaan.

10.Pola Komunikasi

Sejauh mana komunikasi dibatasi oleh hierarki kewenangan yang

(12)

terjadinya pola komunikasi antara atasan dan bawahan atau antar

karyawan itu sendiri.

I.5.1.5 Fungsi Budaya Organisasi

Terdapat sepuluh fungsi utama budaya organisasi, Tika (2006 :

14). Pertama, sebagai batas pembeda terhadap lingkungan, organisasi

maupun kelompok lain. Batas pembeda ini karena adanya identitas tertentu

yang yang dimiliki organisasi atau kelompok lain. Kedua, sebagai perekat

bagi anggota organisasi dalam suatu organisasi. Hal ini merupakan bagian

dari komitmen kolektif dari anggota organisasi. Mereka bangga sebagai

seorang pegawai suatu organisasi atau perusahaan. Para pegawai

mempunyai rasa memiliki, partisipasi, dan memiliki rasa tanggung jawab

atas kemajuan perusahaannya. Ketiga, mempromosikan stabilitas system

sosial. Hal ini tergambarkan dimana lingkungan kerja dirasakan positif,

mendukung, dan konflik serta perubahan diatur secara efektif. Keempat,

sebagai mekanisme dalam memadu dan membentuk sikap serta perilaku

anggota-anggota organisasi. Dengan dilebarkannya mekanisme kontrol,

didatarkannya struktur, diperkenalkannya tim-tim dan diberi kuasanya

anggota organisasi oleh organisasi, makna bersama yang diberikan oleh

suatu budaya yang kuat memastikan bahwa semua orang diarahkan kearah

yang sama. Kelima, sebagai integrator. Budaya organisasi dapat dijadikan

(13)

dialami oleh adanya perusahaan-perusahaan besar dimana setiap unit

terdapat sub budaya baru. Keenam, membentuk perilaku bagi

anggota-anggota organisasi. Dimaksudkan agar anggota-anggota-anggota-anggota organisasi dapat

memahami bagaimana mencapai suatu tujuan organisasi. Ketujuh, sebagai

saran untuk menyelesaikan masalah-masalah pokok organisasi. Budaya

organisasi diharapkan dapat mengatasi masalah adaptasi

terhadaplingkungan eksternaldan masalah integrasi internal. Kedelapan,

sebagai acuan dalam menyusun perencanaan pemasaran, stegmentasi

pasar, penentuan positioning yang akan dikuasai perusahaan tersebut.

Kesembilan, sebagai alat komunikasi. Budaya organisasi dapat berfungsi

sebagai alat komunikasi antara atasan dan bawahan atau sebaliknya, serta

antar anggota organisasi. Budaya sebagai alat komunikasi tercermin pada

aspek-aspek komunikasi yang mencakup kata-kata, segala sesuatu yang

bersifat material dan perilaku. Kesepuluh, sebagai penghambat berinovasi.

Budaya organisasi bisa menjadi penghambat dalam berinovasi. Hal ini

terjadi apabila budaya organisasi tidak mampu mengatasi masalah-masalah

yang menyangkut lingkungan eksternal dan integrasi internal.

Dengan demikian, fungsi budaya organisasi adalah sebagai perekat

sosial dalam mempersatukan anggota-anggota dalam mencapai tujuan

organisasi berupa ketentuan atau nilai-nilai yang harus dikatakan dan

dilakukan oleh anggota-anggota organisasi. Budaya organisasi dapat pula

(14)

I.5.1.6 Pembentukan Budaya Organisasi

Budaya oranisasi tidak muncul dengan sendrinya. Ada beberapa

poin yang berpengaruh terhadap pembentukan suatu budaya organisasi.

Poin tersebut adalah :

a. Lingkungan Usaha

Kelangsungan hidup organisasi ditentukan oelh kemapuan

organisasi member tanggapa yang tepat terhadap peluang dan

tantangan lingkungan. Lingkungan usaha merupakan unsure yang

menentukan terhadap apa yang harus dilakukan organisasi agar bisa

berhasil terpengaruh antara lain meliputi produk yang dihasilkan,

pesaing, pelanggan, pemasok, teknologi, kebijakan pemerintah, dan

lain-lain. Untuk itu, organisasi harus melakukan tindaka-tindakan

untuk mengatasi kondisi tersebut antara lain seperti kebijakan

penjualanpenemuan baru., atau pengelolaan biaya dalam menghadapi

realitas pasar yang berbeda dengan lingkungan usahanya.

b. Nilai-nilai

Nilai-nilai adalah keyakinan dasar yang dianut oleh sebuah

organisasi. Setiap organisasi mempunyai nilai-nilai inti sebagai

pedoman berfikir dan bertindak bagi semua warga dalam mencapai

tujuan atau misi organisasi. Nilai-nilai inti yang dianut bersama oleh

anggota organisasi antara lain dapat berupa slogan atau motrto yang

dapat berfungsi sebagai jati diri bagi orang yang berada dalam

(15)

organisasi lainnya, dan dapat dijadikan harapan konsumen untuk

memperoleh kualitas pelayanan public.

c. Panutan atau keteladanan

Panutan bisa berasal dari pendiri perusahaan, manajer, kelompok

organisasi atau perorangan yang berhasil menciptakan nilai-nilai

organisasi. Panutan ini bisa menumbuhkan idealism, semangat dan

tempat mencari petunjuk bila terjadi kesulitan atau dalam masalah

organisai.

d. Ritual

Ritual adalah seretan berulang dari kegiatan yang mengungkapkan

dan memperkuat nilai-nilai usaha organisasi itu, tujuan apakah yang

penting., orang-orang manakah yang penting dan mana yang dapat

dikorbankan. Acara-acara rutin ini diselenggarakan oleh

organisasi-organisasi dalam rangka memberikan penghargaan bagi anggotanya.

e. Jaringan budaya

Jaringan budaya adalah jaringan komunikasi informal yang pada

dasarnya merupakan saluran komunikasi primer. Fungsinya

menyalurkan informasi dan memebri interpretasi terhadap informal.

Melalui jaringan informal, kehebatan organisasi diceritakan dari

waktu kewaktu.

I.5.1.7 Perubahan budaya organisasi

(16)

organisasi yang bersangkutan harus menyesuaikan dengan kondisi-kondisi

ini atau tidak dapat bertahan. Tetapi, mengubah budaya lama dapat

mengalami banyak kesulitan yang dapat diramalkan bisa berupa

keterampilan, staf, hubungan-hubungan, peran-peran dan struktur yang

sudah berakar serta pihak-pihak seperti serikat buruh, manajemen, atau

bahkan para pelanggan yang masih mendukung dan terbiasa dengan

budaya yang lama.

Meskipun ada halangan dan hambatan, budaya itu dapat dikelola

dan diubah. Usaha untuk mengubah busaya ini dapat mengambil banyak

bentuk yang berbeda. Seperti mengembangkan rasa kebersamaan sejarah,

menciptakan rasa kebersamaan, mempromosikan rasa kesamaan anggota,

dan meningkatkan pertukaran pengelaman diantara anggota. Organisasi

yang berusaha mengubah budaya seluruhnya yang sudah terbentuk.

I.5.1.8 Budaya kuat dan Budaya lemah

Beberapa budaya organisasi dapat diakatakan kuat sedangkan yang

lainnya dapat diakatakan lemah. Menurut Vijay Sathe dalam Tika (2006 :

198), budaya organisasi yang kuat adalah budaya organisasi yang ideal

dimana kekuatan budaya mempengaruhi intensitas pelaku. Disamping

faktor kepemimpinan, ada dua faktor besar yang juga ikut menentukan

kekuatan budaya organisasi, yaitu kebersamaan dan intensitas.

Kebersamaan dapat ditunjukkan dengan besarnya derajat kesamaan yang

(17)

intensitas adalah derajat komitmen para anggota organisasi terhadap

nilai-nilai inti budaya organisasi.

Pada organisasi yang memiliki budaya organisasi yang kuat

anggota-anggota organisasi loyal kepada organisasi, tahu dan jelas apa

tujuan organisasi serta mengerti perilaku mana yang dipandang baik dan

tidak baik.

Budaya organisasi yang lemah adalah budaya organisasi yang

kurang didukung secara luas oleh para anggotanya dan sangat dipaksakan,

serta member pengaruh negative pada organisai karena akan member arah

yang salah kepada para pegawainya. Selain itu, dalam organisasi yang

memiliki budaya organisasi yang lemah mudah terbentuk

kelompok-kelompok yang bertentangan satu sama lain, kesetiaan kepada kelompok-kelompok

melebihi kestiaan kepada organisasi, dan anggota organisasi tidak

segan-segan mngorbankankepentingan organisasi untuk kepentingan kelompok

atau kepentingan sendiri.

Untuk memperkuat budaya organisasi, ada beberapa

langkahkegiatan yang dapat dilakukan oleh pemimpin organisasi disini

disebut pendiri, pemimpin puncak, dan para manajer.

1. Memantapkan nilai-nilai dasar budaya organisasi

Pempinan organisasi perlu memantapkan nilai-nilai dasar tersebut

(18)

anjuran, mana yang merupakan larangan, kegiatan apa yang bisa

mendapatkan penghargaan dan kegiatan yang bisa mendapatkan

hukuman, dan sebagainya.

2. Melakukan pembinaan terhadap anggota organisasi

Arah pembinaan adalah agar nilai-nilai dasar yang menjadi budaya

organisasi dapat dipahami, dihayati, dan dilaksanakan oleh

anggota-anggota organisasi khususnya anggota-anggota baru. Pembinaan terhadap

anggota organisasi dapat dialkukan melalui bimbingan dan pelatihan.

3. Memberikan contoh teladan

Dalam menanamkan dan memperkuat nilai-nilai budaya kepada

anggota organisasi, pimpinan organisasi perlu memberikan

keteladanan dan kejujuran dalam berperilaku dengan berpedoman pada

niai-nilai budaya yang telah ditetapkan.

4. Membuat acara-acara rutinitas

Acara-acara rutinitas seperti rekreasi bersama dapat memberikan

motivasi kepada anggota-anggota organisasi dengan keyakinan bahwa

dia adalah bagian dari keluarga besar organisasi. Selain itu, secara

tidak langsung merupakan perekat bagi anggota-anggota organisasi

dalam menanamkan dan memperkuat budaya organisasi.

5. Memberikan penilaian dan penghargaan

Pemberian penghargaan kepada anggota-anggota organisasi dapat

merangsang anggota untuk dapat berperilaku sesuai dengan nilai-nilai

(19)

6. Tanggap terhadap masalah eksternal dan internal

Masalah-masalah eksternal seperti persaingan, pelanggan,

penguasaan pasar, peraturan pemerintah dan masalah-masalah internal

seperti tuntutan pegawai atau karyawan, konflik dalam organisasi perlu

diantisipasi dan ditanggapi melalui budaya organisasi.

7. Koordinasi dan control

Koordinasi dapat dilakukan melalui rapat-rapat resmi, atau

koordinasi antar pejabat secara berjenjang. Dan untuk mengetahui

perilaku anggota-anggota organisasi perlu dilakukan pengontrolan dan

pengawasan secara berkala. Hasil pengawasan dapat dijadikan sebagai

umpan balik untuk memperkuat budaya organisasi.

Budaya organisasi membantu mengarahkan sumber daya manusia

pada pencapaian visi, misi, dan tujuan organisasi. Selain itu, budaya

organisasi akan meningkatkan kekompakan tim antar departemen, divisi

atau unit dalam organisasi sehingga mampu menjadi perekat yang

mengikat orang dalam organisasi bersama-sama.

Dengan budaya organisasi dapat diperbaiki perilaku dan motivasi

sumber daya manusia sehingga meningkatkan kinerjanya dan pada

gilirannya meningkatkan kinerja organisasi untuk mencapai tujuan

(20)

I.5.2 Kinerja Karyawan

I.5.2.1 Pengertian Kinerja Karyawan

Pada dasarnya kebutuhan hidup manusia tersebut tidak hanya

berupa material, tetapi juga bersifat non material, seperti kebanggaan dan

kepuasan kerja. Tiap individu cendrung akan dihadapkan pada hal-hal

yang mungkin tidak diduga sebelumnya di dalam proses mencapai

kebutuhan yang diinginkan sehingga melalui bekerja dan pertumbuhan

pengalaman, seseorang akan memperoleh kemajuan dalam hidupnya.

Prawiro Suntoro dalam Tika (2006 : 121) mendefinisikan kinerja

sebagai hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok org

dalam suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuan organisasi dalam

periode waktu tertentu. Dengan demikian dari konsep yang ditawarkan

tersebut dapat dipahami bahwa kinerja adalah konsep utama organisasi

yang menunjukkan seberapa jauh tingkat kemampuan pelaksanaan

tugas-tugas organisasi dalam rangka pencapaian tujuan.

Kinerja individu karyawan adalah tingkat pencapaian atau hasil

kerja seseorang dari sasaran yang harus dicapai atau tugas yang harus

dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu. Beberapa ahli mendefinisikan

kinerja karyawan sebagai berikut :

1. Bambang Kusiriyanto dalam Mangkunegara (2006 : 9) menyatakan

perbandingan hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja

(21)

2. Faustino Cardosa dalam Mangkunegara (2006 : 9) menyatakan

ungkapan seperti output, efisiensi serta efektivitas sering dibutuhkan

dengan produktifitas.

3. A.A Anwar Prabu Mangkunegara (2006 : 9) menyatakan Kinerja

Karyawan adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang

dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya

sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Jadi, bahwa Kinerja karyawan adalah prestasi kerja atau hasil kerja

baik dari kualitas dan kuantitas yang dicapai karyawan persatuan periode

waktu dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab

yang diberikan kepadanya.

I.5.2.2 Unsur-Unsur Penilaian Kinerja Karyawan

Menurut Hasibuan (2002 : 56), kinerja karyawan dapat dikatakan

baik dapat dinilai dari beberapa hal, yaitu :

1. Kesetiaan

Kinerja dapat diukur dari kesetiaan karyawan terhadap tugas dan

tanggung jawabnya dalam organisasi.

2. Prestasi Kerja

Hasil prestasi kerja karyawan, baik kualitas maupun kuantitas

dapat menjadi tolak ukur kinerja

(22)

Kedisiplinan karyawan dalam mematuhi peraturan-peraturan

yang ada dan melaksanakan instruksi yang diberikan kepadanya

dapat menjadi tolok ukur kinerja.

4. Kreativitas

Kemampuan karyawan dalam mengembangkan kreativitas dan

mengeluarkan potensi yang dimiliki dalam menyelesaikan

pekerjaannya sehingga bekerja lebih berdaya guna dan berhasil

guna.

5. Kerja Sama

Diukur dari kesediaan karyawan dalam berpartisipasi dan

bekerja sama dengan karyawan lain sehingga hasil pekerjaannya

akan semakin baik.

6. Kecakapan

Kecakapan karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan yang

telah dibebankan kepadanya juga menjadi tolak ukur dalam

meningkatkan kinerja.

7. Tanggung Jawab

Kinerja karyawan juga dapat diukur dari kesediaan karyawan

dalam mempertanggungjawabkan pekerjaan dan hasil kerjanya.

I.5.2.3 Faktor-faktor Kinerja Karyawan

Menurut Malayu S.P. Hasibuan (2006 : 94) mengungkapkan bahwa

“Kinerja merupakan gabungan tiga faktor penting, yaitu kemampuan dan

(23)

delegasi tugas dan peran serta tingkat motivasi pekerja”. Apabila kinerja

tiap individu atau karyawan baik, maka diharapkan kinerja perusahaan

akan baik pula.

Menurut Alex Soemadji Nitisemito (2001 : 109), terdapat berbagai

faktor kinerja karyawan, antara lain :

1. Jumlah dan komposisi dari kompensasi yang diberikan

2. Penempatan kerja yang tepat

3. Pelatihan dan Promosi

4. Rasa aman di masa depan (dengan adanya pesangon dan

sebagainya)

5. Hubungan dengan rekan kerja

6. Hubungan dengan pemimpin

Dari beberapa faktor diatas, bahwa ada banyak faktor yang

mempengaruhi kinerja karyawan. Diantaranya faktor internal antara lain:

kemampuan intelektualitas, disiplin kerja, kepuasan kerja, dan motivasi

karyawan. Faktor eksternal meliputi: gaya kepemimpinan, lingkungan

kerja, kompensasi dan system manajemen yang terdapat di perusahaan

tersebut. Faktor-faktor tersebut hendaknya perlu diperhatikan oleh

(24)

I.5.3 Pemasaran

I.5.3.1 Pengertian Pemasaran

Sebagai usaha menyediakan dan menyampaikan barang dan jasa

yang tepat kepada orang-orang yang tepat pada tempat dan waktu serta

harga yang tepat dengan promosi dan komunikasi yang tepat

(http://strategipemasaran.blogspot.com/ diakses pada tanggal 02-02-2014,

pukul 21.00 Wib)

Definisi lainnya, Pemasaran adalah suatu proses sosial dan

manajerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa

yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan,

dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.

Dengan pemasaran perusahaan berusaha menghasilkan laba dari

penjualan barang dan jasa yang diciptakan untuk memenuhi kebutuhan

pembeli. Disinilah peran manajer pemasaran dibutuhkan, dimana tugas

dari manajer pemasaran adalah memilih dan melaksanakan kegiatan

pemasaran yang dapat membantu dalam pencapaian tujuan organisasi.

Berdasarkan pengertian manajemen pemasaran menurut berbagai

pakar di atas, dapat disimpulkan bahwa manajemen pemasaran merupakan

analisis, perencanaan, Implementasi dan pengendalian dari fungsi

(25)

I.5.3.2 Manajemen Pemasaran

Pada dasarnya manajemen itu terdiri atas perancangan dan

pelaksanaan rencana-rencana. Dalam membuat suatu perencanaan,

dibutuhkan kemampuan untuk membuat strategi dan rencana. Untuk

rencana jangka panjang maka dibutuhkan waktu yang lebih banyak.

Sedangkan untuk pelaksanaan rencana tersebut, dia harus mendelegasikan

keputusan-keputusannya yang rutin dilakukan setiap hari kepada para

bawahan.

Secara umum manajemen mempunyai tiga tugas pokok, yaitu:

1. Mempersiapkan rencana/strategi umum bagi perusahaan

2. Melaksanakan rencana tersebut

3. Mengadakan evaluasi, menganalisa dan mengawasi rencana

tersebut dalam pelaksanaannya.

Sehingga yang dimaksud dengan manajemen pemasaran, menurut

Philip Kotler yaitu "Penganalisaan, perencanaan, pelaksanaan, dan

pengawasan program-program yang ditujukan untuk mengadakan

pertukaran dengan pasar yang dituju untuk mencapai tujuan organisasi.”

(Kotler : 2005).

I.5.4 Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kinerja Karywan bagian

Pemasaran

Budaya Organisasi adalah sebuah sistem makna bersama yang dianut oleh

(26)

lainnya. Sistem makna bersama ini adalah sekumpulan karakteristik kunci yang

dijunjung tinggi oleh organisasi. Budaya organisasi berkaitan dengan bagaimana

karyawan memahami karakteristik budaya suatu organisasi, dan tidak terkait

dengan apakah karyawan menyukai karakteristik itu atau tidak. Di dalam fungsi

budaya organisasi ada juga sebagai acuan dalam menyusun perencanaan

pemasaran, stegmentasi pasar, penentuan positioning yang akan dikuasai

perusahaan tersebut.

Dengan demikian apabila budaya organisasi lebih diterapkan dan terus

dilaksanakan didalam perusahaan maka bukan hanya kinerja karyawan saja yang

meningkat, tetapi kinerja didalam pemasaran itu sendiri akan menambah

pendapatan perusahaan. Kinerja karyawan erat kaitannya dengan kinerja

pemasaran. Sehingga dapat dikatakan bahwa budaya organisasi memiliki peran

penting dan berpengaruh dalam kinerja pemasaran.

I.6 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,

dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat

pertanyaan, Sugiyono (2005 : 70). Adapun hipotesis yang dirumuskan peneliti

dalam penelitian ini adalah:

Hipotesis Alternatif (Ha) : Ada pengaruh positif antara budaya organisasi

(27)

Hipotesis Nihil (Ho) : Tidak ada pengaruh positif antara budaya

organisasi terhadap kinerja karyawan bagian

pemasaran.

I.7 Definisi Konsep

Konsep merupakan istilah dan definisi yang digunakan untuk

menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan kelompok, atau individu yang

menjadi pusat perhatian ilmu sosial, Singarimbun (2006 :33). Melalui konsep

peneliti diharapkan akan dapat menyederhanakan pemikirannya dengan

menggunakan satu istilah untuk beberapa kejadian (events) yang berkaitan satu

sama lainnya.

Maka berdasarkan judul yang dipilih oleh peneliti, yang menjadi konsep

dari peneliti ini adalah :

1. Budaya Organisasi adalah seperangkat asumsi atau keyakinan, nilai-nilai

dan norma yang dikembangkan dalam organisasi yang dijadikan pedoman

tingkah laku bagi anggota-anggotanya untuk mengatasi masalah adaptasi

eksternal dan integrasi internal.

2. Kinerja karyawan terdiri dari faktor-faktor kinerja karyawan merupakan

Apabila kinerja tiap individu atau karyawan baik, maka diharapkan kinerja

(28)

I.8 Definisi Operasional

Definisi Operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan

bagaimana caranya mengukur suatu variable. Dengan kata lain, definisi

operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur

suatu variable, Singarimbun (2006 :46). Melalui pengukuran ini dapat diketahui

indikator apa saja sebagai pendukung untuk dianalisis dari variable – variable

tersebut. Adapun yang menjadi definisi operasional dalam penelitian ini yaitu:

1. Variabel Bebas atau Independent Variabel (x) pada Karakteristik Budaya

Organisasi dengan indikator sebagai berikut:

a. Inisiatif Individual (Tingkat tanggung jawab)

b. Toleransi terhadap tindakan beresiko

c. Pengarahan

d. Integrasi

e. Dukungan Manajemen

f. Kontrol (peraturan yang berlaku di organisasi atau perusahaan)

g. Identitas

h. Sistem Imbalan (kenaikan gaji, promosi dan sebagainya)

i. Toleransi terhadap konflik

j. Pola Komunikasi

2. Variabel Terikat atau Dependent Variabel (y) pada Faktor Kinerja

Karyawan dengan indikator sebagai berikut :

a. Jumlah dan komposisi dari kompensasi yang diberikan

(29)

c. Pelatihan dan Promosi

d. Rasa aman di masa depan (dengan adanya pesangon dan

sebagainya)

Referensi

Dokumen terkait

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI GURU AGAMA HINDU.

Pelaksanaan hukum waris pada masyarakat Angkola di Kabupaten Tapanuli Selatan pada awalnya menggunakan hukum waris secara adat, yakni hanya anak laki-laki yang mewarisi,

Tujuan penelitian adalah untuk dapat mengetahui besarnya nilai koefisien analisis harga satuan tenaga kerja pada pekerjaan kolom dengan melakukan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah pada bab I dan pembahasan bab V dari penelitian tentang pengaruh kecerdasan emosional dan motivasi terhadap hasil belajar siswa pada

Aktivitas antibakteri menunjukkan bahwa ekstrak metanol daun jambu air dengan kategori lebih kuat menghambat bakteri Staphylococcus epidermis dengan konsentrasi

Adakah terdapat hubungan yang signifikan antara ciri-ciri usahawan, tahap kemahiran sains keusahawanan dengan kesediaan mengintegrasi pemikiran keusahawanan dalam

Secara spesifik Creemers (1994, dikutip Weswood, 1996:67), menyatakan: “Teachers who help students to be successfull in basic academic skills such as reading,

Melalui pengujian secara serempak /simultan (Uji F) dapat disimpulkan bahwa citra merek ( brand image) dengan indikator keunggulan asosiasi merek ( favorability of