• Tidak ada hasil yang ditemukan

01PERSMI2006 JUKLAK DIPA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "01PERSMI2006 JUKLAK DIPA"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

KEMENTERIAN NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI

PERATURAN SEKRETARIS

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI NOMOR: 01/PER/SES/I/2006

TENTANG

PETUNJUK PELAKSANAAN

DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (DIPA) KEMENTERIAN NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI

SEKRETARIS MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI,

Menimbang : a. bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang ditetapkan oleh Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) harus dilaksanakan dengan tertib, efisien, transparan dan bertanggung jawab sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku;

b. bahwa salah satu tugas pokok Sekreatris Menteri Negara Riset dan Teknologi adalah melaksanakan pembinaan dan koordinasi pelaksanaan tugas dan administrasi, diantaranya yang berkaitan dengan pengelolaan dan pertanggung jawaban APBN sesuai dengan ketentuan Peraturan perundang-undangan yang berlaku;

c. bahwa untuk mewujudkan hal tersebut, perlu ditetapkan Peraturan Sekretaris Menteri Negara Riset dan Teknologi tentang Mekanisme Pelaksanaan pertanggungjawaban atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di Lingkungan kementerian Negara Riset dan Teknologi;

Mengingat : 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara (LN No.47 TLN 4286);

2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan (LN No. 5 tahun 2005);

3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 15 tahun 2004 tentang Ppemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung jawab Keuangan Negara (LN No. 66 tahun 2004);

4. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2005 tentang Perubahan Ketiga atas Keputusan Presiden No. 80 tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;

5. Keputusan Presiden Nomor 42 tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 72 tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2004 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 418);

(2)

7. Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 134/PMK.06/2005 tentang pedoman Pembayaran dalam Pelaksanaan APBN;

8. Peraturan Menteri Negara Riset dan Teknologi Nomor 02/M/P/XI/2005 tentang Biaya Kajian Perumusan dan Evaluasi Kebijakan dan Pembiayaan Sistem Insentif di Lingkungan Kementerian Negara Risetr dan Teknologi; 9. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-66/PB/2005

tentang Mekanisme Pembayaran Anggaran atas Beban APBN.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN SEKRETARIS MENTERI NEGARA RISET DAN

TEKNOLOGI TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PENGELOLAAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (DIPA) DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI.

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Sekretaris Menteri negara Riset dan Teknologi ini, yang dimaksud dengan : 1) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang selanjutnya disebut APBN adalah

rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat, yang masa berlakunya dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember tahun anggaran tersebut.

2) Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran yang selanjutnya disebut DIPA atau dokumen lain yang dipersamakan dengan DIPA adalah suatu dokumen pelaksanaan anggaran yang dibuat oleh Menteri/Pimpinan Lembaga atau Satuan Kerja (Satker) serta disahkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan atau Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan dan berfungsi sebagai dokumen pelaksanaan pembiayaan kegiatan.

3) Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara yang selanjutnya disebut KPKN adalah instansi vertical Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Cantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan.

4) Bendahara Pengeluaran adalah prang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, membayarkan, menatasusahakan dan mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan belanja negara dalam rangka pelaksanaan APBN pada kantor/satker Kementerian Negara/Lembaga.

5) Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut PA/Kuasa PA adalah Menteri/Pimpinan Lembaga atau kuasanya yang bertanggung jawab atas pengelolaan anggaran pada Kementerian Negara/Lembaga yang bersangkutan.

6) Rekening Kas Negara adalah rekening tempat penyimpanan uang negara ditentukan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara atau pejabat yang ditunjuk, untuk menampung seluruh penerimaan negara dan atau membayar seluruh pengeluaran negara pada Bank/Sentral Giro yang ditunjuk.

(3)

disampaikan kepada Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran atau pejabat lain yang ditunjuk selaku pemberi kerja untuk selanjutnya diteruskan kepada pejabat penerbit SPM yang bersangkutan.

8) Surat Perintah Membayar yang selanjutnya disebut SPM adalah dokumen yang diterbitkan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran atau pejabat lain yang ditunjuk untuk mencairkan dana yang bersumber dari DIPA atau dokumen lain yang dipersamakan.

9) Surat Perintah Pencairan Dana yang selanjutnya disebut SP2D adalah surat perintah yang diterbitkan oleh KPKN selaku Kuasa Bendahara Umum Negara untuk pelaksanaan pengeluaran atas beban APBN berdasarkan SPM.

10)Uang Persediaan yang selanjutnya disebut UP adalah uang muka kerja dengan jumlah tertentu yang bersifat daur ulang (revolving), diberikan kepada bendahara pengeluaran hanya untuk membiayai kegiatan operasional sehari-hari yang tidak dapat dilakukan dengan pembayaran langsung.

11)Tambahan Uang Persediaan yang selanjutnya disebut SPM-UP adalah uang yang diberikan kepada Satker untuk kebutuhan yang sangat mendesak dalam satu bulan melebihi pagu UP yang ditetapkan.

12)Surat Perintah Membayar Uang Persediaan yang selanjutnya disebut SPM-UP adalah surat perintah membayar yang diterbitkan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran atau pejabat lain yang ditunjuk karena kebutuhan dananya melebihi pagu uang persediaan dan membebani MK transito.

13)Surat Perintah Membayar Tambahan Uang Persediaan yang selanjutnya disebut SPM-TUP adalah surat perintah membayar yang diterbitkan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran atau pejabat lain yang ditunjuk, dengan membebani DIPA, yang dananya dipergunakan untuk menggantikan uang persediaan yang telah dipakai.

14)Surat Perintah Membayar Penggantian Uang Persediaan yang selanjutnya disebut SPM-GUP adalah surat perintah membayar yang diterbitkan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran atau pejabat lain yang ditunjuk, dengan membebani DIPA, yang dananya dipergunakan untuk menggantikan uang persediaan yang telah dipakai. 15)Surat Perintah Membayar Langsung yang selanjutnya disebut SPM-LS adalah surat

perintah membayar langsung kepada kepada pihak ketiga yang diterbitkan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran atau pejabat lain yang ditunjuk, atas dasar perjanjian kontrak kerja atau surat perintah kerja lainnya.

16)Surat Perintah Membayar Penggantian Uang Persediaan Nihil yang selanjutnya disebut SPM-GUP Nihil adalah surat perintah membayar penggantian uang persediaan nihil yang diterbitkan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa pengguna Anggaran atau pejabat lain yang ditunjuk, untuk selanjutnya disahkan oleh KPPN.

17)Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja yang selanjutnya disebut SPTB adalah pernyataan tanggung jawab belanja yang dibuat oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran atau pejabat lain yang ditunjuk, atas transaksi belanja sampai dengan jumlah tertentu.

18)Pemegang Uang Muka yang selanjutnya disebut PUM adalah pejabat pembantu bendahara pengeluaran

(4)

BAB II

PEJABAT PENGELOLA ANGGARAN Pasal 2

1. Kuasa Pengguna Anggaran, Bendahara Pengeluaran, Pejabat Penandatangan SPM berikut tugas-tugasnya untuk Satuan Kerja di lingkungan Kementerian Negara Riset dan Teknologi ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri.

2. Pejabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Ayat 1 tidak boleh dirangkap oleh 1 (satu0 orang pejabat.

3. Kuasa Pengguna Anggaran menetapkan pejabat-pejabat pengelola anggaran di lingkungan Satuan Kerja (satker) masing-masing beserta tugas dan tanggungjawabnya, setelah mendapat pendelegasian wewenang dari Menteri negara Riset dan Teknologi selaku Pengguna Anggaran.

4. Pejabat sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 Ayat 3 disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing Satker dalam rangka kelancaran pelaksanaan dan pertangungjawaban kegiatan, antara lain :

a. Pejabat Penanggungjawab Kegiatan; b. Koordinator Kegiatan;

c. Pejabat Pembuat Komitmen; d. Pejabat Penguji SPP;

e. Pemegang Uang Muka (PUM);

f. Pejabat/Panitia Pengadaan Barang/Jasa; g. Tim Penerima Barang/Jasa.

5. Penunjukan pejabat-pejabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Ayat 4 oleh Kuasa Pengguna Anggaran dilakukan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

BAB III

UANG PERSEDIAAN Pasal 3

Ciri dan Karakteristik Dana Uang Persediaan (UP)

1. Dana UP merupakan uang muka kerja yang diberikan pemerintah kepada Bendahara Pengeluaran diluar jatah dana dalam DIPA tersebut guna membiayai kegiatan kantor. 2. Belum membebani kredit anggaran bersangkutan, artinya bahwa dana UP yang

dibayarkan KPPN melalui SPM-UP belum dibebankan pada DIPA yang bersangkutan. 3. Dana UP berdaur ulang (revolving). Dana UP dapat dikatakan sebagai dana talangan

yang dititipkan pada Bendahara Pengeluaran yang harus dikembalikan lagi secara utuh diakhir tahun anggaran tersebut. Pada prinsipnya, dana UP dibayarkan/diberikan oleh KPPN hanya satu kali dalam satu tahun anggaran. Karena itu, bila dana UP sudah digunakan (sebagian atau seluruhnya) oleh Bendahara Pengeluaran, harus diganti dengan cara mengajukan SPP-GU.

Pasal 4

Uang Persediaan (UP) dapat diberikan guna keperluan

1. Belanja Barang Operasional (MAK 5211)

(5)

3. Belanja Jasa (MAK 5221)

4. Belanja Pemeliharaan (MAK 5231)

5. Belanja Perjalanan (MAK 5241)

6. Belanja Lain-lain (MAK 5811)

7. Selain MAK-MAK sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 5 Ayat 1 s/d 6, pembayaran melalui mekanisme Surat Permintaan Pembayaran Langsung (SPP-LS). Namun bila pembayaran dilakukan melalui Uang Persediaan, harus dengan ijin Dirjen Perbendaharaan Departemen Keuangan.

8. Untuk membantu pengelolaan Uang Persediaan pada kantor/satker di lingkungan Kementerian Negara Riset dan Teknologi, kepala satker/Kuasa Pengguna Anggaran dapat menunjuk Pemegang Uang Muka.

9. Penggunaan Uang Persediaan menjadi tanggung jawab Bendahara Pengeluaran.

10. Sisa Uang Persediaan yang masih ada Bendahara pada akhir tahun anggaran harus disetor kembali ke rekening kas negara selambat-lambatnya tanggal 31 Desember tahun anggaran tersebut. Setoran sisa UP dimaksud, oleh KPPN dibukukan sebagai pengembalian UP sesuai MAK yang telah ditetapkan.

Pasal 5

Besaran Uang Persediaan

1. Uang Persediaan diberikan setinggi-tingginya :

a) 1/12 (satu per duabelas) dari pagu DIPA menurut klasifikasi belanja yang dijanjikan untuk diberikan UP, maksimal Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) untuk pagu sampai dengan Rp. 900.000.000 (sembilan ratus ribu rupiah);

b) 1/18 (satu per delapan belas) dari pagu DIPA menurut klasifikasi belanja yang dijanjikan untuk diberikan UP, maksimal Rp. 100.000.000,- (seratur juta rupiah) untuk pagu diatas Rp. 900.000.000,- (sembilan ratus juta rupiah) sampai dengan Rp. 2.400.000.000,- (dua milyar empat ratus juta rupiah);

c) 1/24 (satu per duapuluh empat) dari pagu DIPA menurut klasifikasi belanja yang dijanjikan untuk diberikan UP, maksimal Rp. 200.000.000 (dua ratus juta rupiah) untuk pagu diatas Rp. 2.400.000.000,- (dua milyar empat ratus juta rupiah); 2. Uang Persediaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 Ayat 1 huruf a,b dan c yang

belum mencukupi untuk membiayai pelaksanaan kegiatan, dapat dimintakan dispensasi peningkatan besarannya ke Dirjen Perbendaharaan negara Departemen keuangan R.I; 3. Apabila dalam waktu tertentu terdapat peningkatan kegiatan dan Uang Persediaan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 auat 1 belum mencukupi maka dapat diajukan permintaan Tambahan Uang Persediaan;

4. Tambahan Uang Persediaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 Ayat 3 diajukan kepada a) KPPN Wilayah Pembayaran untuk jumlah UP sampai dengan Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) untuk klasifikasi belanja yang diperbolehkan dibiayai dengan UP.

b) Kanwil Ditjen Perbendaharaan untuk jumlah di atas Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) untuk klasifikasi belanja yang diperbolehkan dibiayai dengan UP.

5. Persyaratan Pengajuan Tambahan UP sebagaimana yang dimasud dalam Pasal 6 Ayat 4 adalah sebagai berikut :

(6)

c) Apabila tidak habis digunakan dalam satu bulan sisa dana yang ada pada Bendahara, harus disetor ke Rekening Kas Negara;

d) Apabila ketentuan pada butir c tidak dipenuhi kepada satker yang bersangkutan tidak dapat lagi diberikan TUP sepanjang sisa tahun anggaran tersebut;

e) Pengecualiaan terhadap butir d diputuskan oleh Kepala kanwil Ditjen Perbendaharaan Negara atas usul KPPN.

6. Dalam mengajukan permintaan TUP, bendahara wajib menyampaikan :

a) Rincian rencana penggunaan dana untuk kebutuhan mendesak dan riil serta rincian sisa dana MAK yang dimintakan TUP;

b) Rekening Koran yang menunjukan saldo terakhir;

c) Surat Pernyataan bahwa kegiatan yang dibiayai tersebut tidak dapat dilaksanakan/dibayar melalui penerbitan SPM-LS.

7. SPM UP/Tambahan UP diterbitkan dengan menggunakan kode kegiatan untuk rupiah murni 0000.0000.825111, pinjaman luar negeri 9999.9999.825112, dan PNBP 0000.0000.825113.

8. Penggantian UP, diajukan ke KPPN dengan SPM-GUP, dilampiri SPTB, dan fotocopi Surat Setoran Pajak (SPP) yang dilegalisir oleh Kuasa Pengguna Anggaran atau pejabat yang ditunjuk untuk transaksi yang menurut ketentuan harus dipungut PPN dan Pph. 9. Pembayaran yang dapat dilakukan oleh Bendahara Pengeluaran kepada satu rekanan

tidak boleh melebihi Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) kecuali untuk pembayaran honor.

BAB III

TUGAS DAN WEWENANG PELAKSANA DAN PENGELOLA DIPA Pasal 3

A. Pengguna Anggaran

1). Menunjuk/mendelegasikan kewenangan kepada Kuasa Pengguna Anggaran/Pengguna Barang;

2). Menunjuk Pejabat penguji & Perintah Pembayaran (PPP) dan penandatangan SPM. 3). Menetapkan pejabat yang bertugas sebagai Bendahara Pengeluaran;

4). Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan sesuai rencana kerja dengan anggaran yang telah ditetapkan dalam DIPA;

5). Menandatangani laporan keuangan/neraca yang diajukan para KPA pada akhir tahun anggaran.

B. Kepala Satuan Kerja

1). Bertanggung jawab atas pengelolaan program, anggaran dan Barang Milik Negara (BMN) pada Satuan Kerja yang bersangkutan;

2). Bertanggungjawab atas penyusunan dan penyampaian laporan keuangan pada Satuan Kerja yang bersangkutan;

(7)

C. Kuasa Pengguna Anggaran

1). Menetapkan pejabat-pejabat pengelola anggaran di Satuan Kerja yang dipimpinnya (PJK, PPK, PUM, Panitia Pengadaan barang/Jasa, Tim Penerima Barang/Jasa);

2). Menyusun Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) pada satuan kerja yang dipimpinnya;

3). Melakukan pengawasan terhadap tugas-tugas yang dilakukan/dilaksanakan oleh pejabat pengelola anggaran di satuan kerja yang dipimpinnya;

4). Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan/neraca kepada Pengguna Anggaran; 5). Menandatangani cek atas beban anggaran satuan kerja yang dipimpinnya kepada

pengguna anggaran.

D. Pejabat Pembuat Komitmen

1). Menyusun rencana pengadaan barang/jasa yang telah mendapat persetujuan KPA untuk disampaikan kepada panitia pengadaan barang/jasa guna proses lebih lanjut; 2). Menetapkan dan mengesahkan hasil pengadaan panitia/pejabat pengadaan sesuai

kewenangannya;

3). Menyiapkan dan melaksanakan perjanjian/kontrak dengan pihak penyedia barang/jasa;

4). Menandatangani perjanjian/kontrak dengan pihak penyedia barang/jasa;

5). Menandatangani kuitansi yang berkaitan dengan surat bukti yang menjadi dasar pengeluaran atas kegiatan yang dikelolanya dan bertanggungjawab terhadap kebenaran material dan akibat yang timbul dari penggunaan surat bukti dimaksud; 6). Mengendalikan pelaksanaan perjanjian/kontrak;

7). Melaporkan pelaksanaan/penyelesaian pengadaan barang/jasa kepada Kuasa Pengguna Anggaran;

8). Mengajukan Surat Permintaan Pembayaran (SPP): Penggantian Uang Persediaan (GU), Langsung (LS), kepada Kuasa Pengguna Anggaran;

9). Menyerahkan aset hasil pengadaan barang/jasa dan aset lainnya kepada Kuasa Pengguna Anggaran dengan berita acara penyerahan melalui Penanggungjawab Kegiatan;

10). Membuat laporan realisasi anggaran atas dana kegiatan yang dikelolanya kepada Kuasa Pengguna Anggaran guna penyusunan Neraca;

11). Membuat laporan mutasi barang triwulanan yang disampaikan ke Kuasa Pengguna Anggaran melalui Penanggungjawab Kegiatan dan tembusan disampaikan ke Sekretaris Menteri c.q. Biro Umum;

12). Dilarang mengadakan ikatan perjanjian dengan penyedia barang/jasa apabila belum tersedia anggaran atau tidak cukup tersedia anggaran yang mengakibatkan dilampauinya batas anggaran yang tersedia;

13). Bertanggungjawab atas dokumen yang berkaitan dengan surat bukti yang menjadi dasar pengeluaran atas beban APBN, dan bertanggungjawab atas kebenaran material dan akibat yang timbul dari penggunaan surat bukti dimaksud .

E. Pejabat Penguji dan Perintah Pembayaran/penandatanganan SPM

1) Meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan oleh PA/KPA;

2) Menguji kebenaran perhitungan tagihan atas beban APBN yang tercantum dalam perintah pembayaran;

(8)

4) Menolak pencairan dana, apabila perintah pembayaran yang diterbitkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen dan Bendahara Pengeluaran/Pemegang Uang Muka tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan;

5) Melakukan pengujian substansi, meliputi :

1. Memeriksa kebenaran perhitungan atas beban APBN yang tercantum dalam perintah pembayaran;

2. Memeriksa ketersediaan dana dalam DIPA pada Satker yang ditunjuk dlm SPP tsb; 3. Memeriksa kontrak/SPK pengadaan barang/jasa;

4. Memeriksa bukti pengeluaran dan/atau SPTB dari PPK terhadap kebenaran dan kelengkapan bukti pertanggungjawaban;

5. Memeriksa kebenaran perhitungan pajak beserta surat setoran pajaknya 6) Melakukan pengujian formal, meliputi :

1. memeriksa tanda tangan PPK dan Bendahara Pengeluaran/PUM;

2. Memeriksa penulisan/pengisian jumlah uang dalam angka dan huruf dlm kuitansi 7) Wajib mencatat SPM yang diterbitkan dalam buku pengawasan, dan

mengadministrasikan seluruh dokumen SPM secara tertib;

F. Bendahara Pengeluaran

1) Menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan belanja negara dalam rangka pelaksanaan APBN atas anggaran yang dikelolanya;

2) Meneliti kelengkapan perintah pembayaran dari KPA;

3) Menguji kebenaran perhitungan tagihan yang tercantum dalam perintah pembayaran; 4) Menguji ketersediaan dana dalam DIPA pada Kegiatan dan MAK yang ditunjuk dalam

SPP.

5) Wajib menolak perintah bayar dari Kuasa Pengguna Anggaran apabila persyaratan pada butir b,c,d tidak terpenuhi;

6) Menandatangani kuitansi atas pembayaran yang dilakukan yang membebani anggaran yang dikelolanya.;

7) Membukukan semua transaksi keuangan yang dikelolanya kedalam Buku Kas Umum dan Buku Pembantu lainnya;

8) Melakukan pemotongan, pembukuan dan penyetoran pajak serta membuat laporan pemungutan dan penyetoran pajak;

9) Membuat laporan keadaan kas atas mutasi keuangan yang dilakukan setiap bulan; 10) Menandatangani cek atas beban anggaran Satuan Kerja yang dipimpinnya;

11) Bertanggungjawab secara pribadi atas pembayaran yang dilaksanakannya.

G. Penanggungjawab Kegiatan

1) Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan triwulan, baik yang menggunakan penyedia barag/jasa maupun swakelola untuk disampaikan kepada KPA guna memperoleh persetujuan;

2) Melaksanakan kegiatan yang telah memperoleh persetujuan KPA sesuai jadwal;

3) Melakukan pengawasan terhadap tugas-tugas yang dilakukan/dilaksanakan oleh Pejabat pembuat komitmen;

(9)

5) Mengajukan Surat Permintaan membayar (SPP); Penggantian Uang Persediaan (GU) dan langsung (LS) kepada Kuasa Pengguna Anggaran (KPA);

6) Menerima dan nebguji kebenaran aset hasil pengadaan barang/jasa dari Pejabat Pembuat komitmen dan menyerahkannya kepada Kuasa Pengguna Anggaran dengan berita acara penyerahan barang/jasa;

7) Membuat laporan atas hasil pelaksanaan kegiatan kepada Kuasa Pengguna Anggaran; 8) Bertanggungjawab atas kegiatan yang dikelolanya kepada Kuasa Pengguna Anggaran; 9) Bertanggungjawab dari segi administrasi, fisik, dankeuangan terhadap kegiatan yang

dikelolanya;

10) Bertanggungjawab sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku.

I. Koordinator Kegiatan/Sub Kegiatan

1) Bertanggungjawab atas penyusunan, pelaksanaan, laporan dan kinerja dari kegiatan sub kegiatan yang tercantum dalam dokumen DIPA dan rencana triwulan;

2) membuat pertanggungjawaban administrasi dan keuangan atas pelaksanaan kegiatan/sub kegiatan sebagaimana program/kegiatan/sub kegiatan yang tercantum dalam dokumen DIPA dan Rencana Triwulan;

3) Menyusun dan mengajukan rencana kegiatan secara triwulanan dan tahunan;

4) Menyusun dan mengajukan laporan hasil pelaksanaan rencana kegiatan secara triwulan dan tahunan;

5) Menyusun dan mengajukan permintaan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program yang tercantum dalam dokumen DIPA dan Rencana Triwulan;

6) Menyusun Organisasi Pelaksanaan Kegiatan yang disetujui oleh Penanggungjawab Program;

7) Struktur organisasi setiap kegiatan yang baku ditetapkan oleh Penanggungjawab Kegiatan dan koordinator Kegiatan/Sub kegiatan diketahui oleh Penanggungjawab Program;

8) Penetapan Surat Keputusan dari KPA (Deputi/Sekretaris Menneg Ristek) sebagai Penanggungjawab Program, tentang tugas Koordinator Kegiatan/Sub Kegiatan dalam hal pelaporan hasil kegiatan kepada Penanggungjawab Kegiatan;

9) Didalam melaksanakan program dan kegiatan, Koordinator Kegiatan/Sub Kegiatan harus melakukan koordinasi dengan Penanggungjawab kegiatan dan bertanggungjawab sepenuhnya serta menguasai seluruh kegiatan di dalam programnya.

J. Pemegang Uang Muka

1) Menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan dan mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan belanja negara dalam rangka pelaksanaan APBN atas anggaran yang dikelolanya;

2) Meneliti tersedianya dana pada masing-masing belanja maupun kegiatan;

3) Melakukan pembebanan pengeluaran sesuai dengan belanja dan kegiatan yang dikelolanya;

4) Medistribusikan dana kegiatan kepada penanggungjawab kegiatan/koordinator kegiatan;

5) Membukukan semua transaksi keuangan yang dikelolanya kedalam buku kas umum dan buku pembantu lainnya;

6) Melakukan pemotongan, pembukuan dan penyetoran pajak serta membuat laporan pemungutan dan penyetoran pajak;

(10)

8) Menandatangani kuitansi atas pembayaran yang dilakukan yang membebani anggaran yang dikelolanya;

9) Membuat laporan keadaan kas atas anggaran yang dikelolanya dan disampaikan kepada Kuasa Pengguna Anggaran c.q Bendahara Pengeluaran dan Pejabat Pembuat Komitmen;

10) Bertanggungjawab secara pribadi atas pembayaran yang dilakukan.

K. Panitia Pengadaan Barang dan Jasa

1. Menyusun jadual dan menetapkan cara pelaksanaan serta lokasi pengadaan; 2. Menyusun dan menyiapkan harga perkiraan sendiri (HPS);

3. Menyiapkan dokumen pengadaan;

4. Mengumumkan pengadaan barang/jasa melalui media cetak dan papan pengumuman resmi untuk penerangan umum, dan jika memungkinkan melalui media elektronik; 5. Menilai kualifikasi penyedia melalui pascakualifikasi atau prakualifikasi;

6. Melakukan evaluasi terhadap penawaran yang masuk; 7. Mengusulkan calon pemenang;

8. Membuat laporan mengenai proses dan hasil pengadaan kepada pengguna barang/jasa; 9. Menandatangani pakta integritas sebelum pelaksanaan pengadaan barang/jasa dimulai.

L. Tim Penerima Barang dan Jasa

1. Mengecek dan menghitung volume barang/jasa sesuai dengan kontrak/SPK;

2. Mencocokkan spesifikasi barang/jasa yang diterima dengan spesifikasi dalam kontrak/SPK;

3. Membuat berita acara hasil pemeriksaan fisik barang/jasa yang diterima dan menyerahkan hasil pemeriksaan barang/jasa tersebut kepada Pejabat Pembuat Komitmen dengan tembusan disampaikan kepada Biro Umum c.q Bagian Rumah Tangga.

BAB IV

PROSEDUR DAN KELENGKAPAN

PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN KEGIATAN

Pasal 6

Prosedur Pengajuan Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Kegiatan

1. Prosedur pengajuan Surat Permintaan Pembayaran Uang Persediaan (SPP-UP)

a. Pejabat pembuat Komitmen mengajukan Surat Permintaan Pembayaran Uang Persediaan (SPP-UP), format sebagaimanalampiran 1.a dan i.b, yang besarannya sesuai dengan Pasal 6 ayat 1 kepada Pejabat Penguji SPP dengan tembusan disampaikan kepada Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) melalui Tata Usaha KPA. b. Pejabat Penguji SPP melakukan pengujian/pengecekan atas kelengkapan

dankebenaran persyaratan dan menyampaikan kepada Pejabat Penerbit SPM bila SPP telah memenuhi persyaratan atau mengembalikan SPP kepada pejabat Pembuat Komitmen bila SPP tersebut dinyatakan tidak memenuhi persyaratan. c. Penggantian Uang Persediaan (SPP-GU/Isi) dapat diberikan apabila dana Uang

Persediaan telah dipergunakan sekurang-kurangnya 75% dari dana UP yang diterima.

(11)

a. Penanggungjawab Kegiatan mengajukan rencana pelaksanaan kegiatan triwulanan tentang proses pengadaan barang/jasa kepada Kuasa pengguna anggaran memerintahkan/mendisposisikan kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) untuk memproses pengadaan-pengadaan tersebut.

b. Berdasarkan disposisi Kuasa Pengguna Anggaran, Pejabat Pembuat Komitmen mendisposisikan kepada Panitia Pengadaan barang/jasa untuk melakukan proses pengadaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

c. Setelah proses pengadaan selesai dilaksanakan, Pejabat Pembuat Komitmen melakukan pembayaran sesuai termin dalam kontrak, melalui mekanisme Surat Permintaan Pembayaran langsung (SPP-LS) yang ditandatangani oleh Pejabat Pembuat Komitmen.

Pengadaan Barang dan Jasa

Pejabat Pembuat Komitmen bertanggung jawab dari segi administrasi, fisik, keuangan dan fungsional atas pengadaan barang/jasa yang dilaksanakannya.

a. Pengadaan barang pemborongan dan jasa lainnya : I. Penyedia Barang/Jasa

1. Semua pemilihan pengadaan barang/jasa pemborongan/jasa lainnya pada prinsipnya dilakukan dengan pelelangan umum yaitu metoda pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan secara terbuka dengan pengumuman secara luas melalui media massa, e-announcement dan papan pengumuman resmi untuk penerangan umum sehingga masyarakat luas dunia usaha yang berminat dan memenuhi kualifikasi dapat mengikutinya;

2. Untuk pekrjaan yang kompleks dan jumlah penyedia barang/jasa yang mampu melaksanakan diyakini terbatas, maka pemilihan penyedia barang/jasa dapat dilakukan dengan metoda pelelangan terbatas dan diumumkan secara luas melalui media massa, e-announcement dan papan pengumuman resmi;

3. Pemilihan Langsung dapat dilaksanakan untuk pengadaan yang bernilai sampai dengan Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah);

4. Penunjukan langsung dapat dilaksanakan dalam hal memenuhi kriterian sebagai berikut :

 Penaganan darurat keamanan/keselamatan masyarakat, segera,bencana

alam; atau Pekerjaan yang perlu dirahasiakan untuk keamanan/keselamatan negara yang ditetapkan presiden; atau

 Pekerjaan berskala dengan maksimum Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) untuk keperluan sendiri, atau berteknologi sederhana, atau beresiko kecil, atau dilaksanakan perorangan/usaha kecil/koperasi; atau

 Pekerjaan yang memiliki tarif resmi pemerintah; atau

 Pekerjaa/barang spesifik yang hanya dapat dilaksanakan oleh penyedia

barang/jasa tunggal/pabrikan/pemegang hak paten; atau

 Pengadaan barang/jasa hasil produksi usaha kecil/koperasi kecil/pengrajin

industri yang mempunyai pasar/harga relatif stabil; atau

 Pekerjaan yang kompleks yang hanya dapat dilaksanakan dengan

penggunaan teknologi khusus dan/atau hanya ada satu penyedia barang/jasa yang mampu menghasilkannya.

II. Swakelola

 Swakelola adalah pekerjaan yang direncanakan, dikerjakan, dan diawasi

(12)

menggunakan tenaga sendiri dan/atau tenaga dari luar baik tenaga ahli maupun tenaga upah borongan, dengan ketentuan tenaga ahli dari luar tidak boleh melebihi 50% (lima puluh per seratus) dari tenaga sendiri. Swakelola dapat dilaksanakan oleh :

 Pengguna barang/jasa;  Instansi Pemerintah lain;

 Kelompok masyarakat/lembaga swadaya masyarakat penerima hibah.

 Pekerjaan yang dapat dilakukan dengan swakelola :

 Pekerjaan untuk meningkatkan kemampuan teknis sumberdaya manusia

Kementerian Negara Riset dan Teknologi dan sesuai dengan ruang lingkup program dan kegiatan;

 Pekerjaan yang operasi dan pemeliharaannya memerlukan partisipasi

masyarakat setempat;

 Pekerjaan yang dilihat dari segi besaran, sifat, lokasi atau besaran tidak

diminati oleh penyedia barang/jasa;

 Pekerjaan yang secara rinci tidak dapat dihitung/ditentukan terlebih

dahulu, sehingga apabila dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa akan menanggung resiko yang besar;

 Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, kursus, penataran, seminar, lokakarya, atau penyuluhan;

 Pekerjaan untuk proyek percontohan (pilot project) yang bersifat khusus untuk pengembangan teknologi/metoda kerja yang belum dapat dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa;

 Pekerjaan khusus yang bersifat pemrosesan data, perumusan kebijakan

pemerintah, pengujian di Laboratorium, pengembangan sistem tertentu, dan penelitian oleh perguruan tinggi/lembaga ilmiah pemerintah;

 pekerjaan yang bersifat rahasia bagi Kementerian Negara Riset dan Teknologi.

b. Pengadaan jasa konsultasi dilaksanakan melui :

1. Semua pengadaan jasa konsultasi pada prinsipnya dilakukan dengan seleksi umum;

2. Untuk pekerjaan yang kompleks dan jumlah penyedia barang/jasa yang mampu melaksanakan diyakini terbatas, maka pemilihan penyedia barang/jasa dapat dilakukan dengan metoda seleksi terbatas;

3. Seleksi langsung dapat dilaksanakan untuk pengadaan yang bernilai sampai dengan Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah);

4. Penunjukan langsung dapat dilaksanakan dalam hal memenuhi kriteria sebagai berikut :

 Penanganan darurat untuk ketahanan pertahanan negara, keamanan dan

keselamatan masyarakat yang pelaksanaan pekerjaannya tidak dapat ditunda/harus dilakukan segera; dan/atau Pekerjaan yang perlu dirahasiakan untuk keamanan/keselamatan negara yang ditetapkan Presiden; atau

 Penyedia jasa tunggal; dan/atau

 Pekerjaan yang perlu dirahasiakan menyangkut pertahanan dan keamanan

negara yang ditetapkan oleh Presiden; dan/atau

 Pekerjaan yang berskala kecil dengan ketentuan : untuk keperluan sendiri,

(13)

dan/atau bernilai sampai dengan Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah); dan/atau

 Pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh pemegang hak paten atau pihak

yang telah mendapat izin.

c. Pejabat yang berwenang menetapkan/menunjuk penyedia barang/jasa

Pejabat Pembuat Komitmen untuk pengadaan barang/jasa yang bernilai di bawah Rp. 50.000.000.000,- (lima puluh milyar rupiah).

Untuk nilai diatas Rp. 50.000.000.000,- (lima puluh milyar rupiah), harus persetujuan KPA.

d. Perikatan antara Pejabat Pembuat Komitmen dengan Penyedia barang/jasa dilakukan dengan :

 Untuk pengadaan dengan nilai Rp. 5.000.000 sampai dengan Rp.

50.000.000,- bentuk kontrak berupa Surat Perintah Kerja (SPK) tanpa jaminan pelaksanaan.

 Untuk pengadaan dengan nilai di atas Rp. 50.000.000,- dengan menggunakan

Surat perjanjian (Kontrak) antara PPK dan Penyedia barang/jasa dengan jaminan pelaksanaan.

e. Panitia Pengadaan Barang dan Jasa

 Anggota Panitia Pengadaan barang dan jasa berjumlah gasal dengan

rincian :

 Untuk nilai di atas Rp. 50.000.000,- sampai dengan Rp. 500.000.000,-

sebanyak 3 orang

 Untuk nilai di atas Rp. 500.000.000,- sampai dengan Rp. 10.000.000.000,- sebanyak 5 orang

 Untuk nilai di atas Rp. 10.000.000.000,- sampai dengan Rp. 1.000.000.000.000,- sebanyak 7 orang

 Panitia Pengadaan Jasa (non konstruksi)

 Untuk nilai di atas Rp. 50.000.000,- sampai dengan Rp. 200.000.000,- sebanyak 3 orang.

 Untuk nilai di atas Rp. 200.000.000,- sampai dengan Rp.

10.000.000.000,- sebanyak 5 orang

 Untuk nilai di atas Rp. 10.000.000.000,- sampai dengan Rp.

1.000.000.000.000,- sebanyak 7 orang.

 Anggota Panitia Pengadaan barang dan jasa berasal dari pegawai negeri

(bukan Penanggungjawab Program/Kegiatan, bendaharawan, pegawai Inspektorat, penyedia, pengguna barang/jasa) yang memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1. Memiliki integritas moral, disiplin dan tanggung jawab dalam tugasnya. 2. Memahami tata cara pengadaan

3. Memahami Substansi pekerjaan/kegiatan yang bersangkutan 4. Memahami hukum/peraturan perjanjian kontrak

(14)

6. Memiliki tanda bukti keikutsertaan dalam pelatihan pengadaan barang/jasa pemerintah.

7. Tugas, wewenang dan tanggung jawab Panitia pengadaan Barang dan jasa ditetapkan sebagai berikut :

• Menyusun jadwal dan menetapkan cara pelaksanaan serta lokasi pengadaan;

• Menyusun dan menyiapkan harga prakiraan sendiri;

• Menyusun dokumen pengadaan, dokumen prakualifikasi termasuk kriteria dan tata cara penilaian penawaran dan dokumen pengadaan lainnya;

• Mengumumkan pengadaan barang/jasa melalui media cetak dan papan pengumuman resmi untuk penerangan umum, dan jika memungkinkan melalui media elektronik;

• Melalui kualifikasi penyedia melalui pascakualifikasi atau prakualifikasi;

• Menilai kualifikasi penyedia melalui pascakualifikasi atau prakualifikasi;

• Melakukan evaluasi terhadap penawaran yang masuk; • mengusulkan calon pemenang;

• membuat laporan mengenai proses dan hasil pengadaan kepada PPK.

3. Prosedur Pertanggungjawaban Pengadaan barang/jasa melalui Surat Permintaan Pembayaran langsung (SPP-LS)

a) SPP-LS yang telah ditanda tangani PPK disampaikan ke Pejabat Penguji SPP dengan tembusan kepada Kuasa Pengguna Anggaran melalui petugas tata usaha KPA disertai dengan bukti tanda terima SPP;

b) Pejabat penguji SPP melakukan pengujian kelengkapan SPP-LS sesuai persyaratan-persyaratan yang telah ditetapkan;

c) Pejabat penguji SPP wajib mencatatkan penerimaan SPP dalam buku pengawasan, dan mengadministrasikan seluruh dokumen SPP secara tertib;

d) Pejabat penguji meneruskan kepada Pejabat Penerbit SPM bila dalam SPP tersebut telah memenuhi persyaratar disertai tanda terima SPP dan mencatat dalam buku pengawasan pagu anggaran kegiatan, atau menolak SPP tersebut belum sesuai dengan persyaratan dan mengembalikan SPP dimaksud kepada PPK dengan tanda bukti pengembalian;

e) Batas waktu pengujian SPP paling lambat 2 hari kerja sejak SPP diterima, baik untuk yang telah memenuhi persyaratan maupun yang ditolak.

4. Prosedur Pengajuan & Pertangungjawaban uang muka

a) Penanggungjawab Kegiatan mengajukan memo permintaan uang muka dengan dilampiri rincian rencana penggunaan dana untuk Program, kegiatan, sub kegiatan dan MAK untuk disampaikan kepada Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dengan tembusan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).

b) Kuasa Pengguna Anggaran memerintahkan/mendisposisikan kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) untuk melakukan pengecekan/meneliti kebenaran rencana penggunaan uang muka;

(15)

d) KPA memerintahkan/mendisposisikan kepada Bendahara Pengeluaran untuk melakukan pembayaran uang muka, bila hasil pengecekan PPK menyebutkan bahwa permintaan uang muka tersebut telah memenuhi persyaratan, atau menolak bila belum sesuai dengan persyaratan.

e) Berdasarkan disposisi dari Kuasa Pengguna Anggaran, Bendahara Pengeluaran melakukan pembayaran kepada Pejabat Pembuat Komitmen untuk diteruskan kepada Pejabat Penanggungjawab/Koordinator Kegiatan, dan Pejabat Pembuat Komitmen memerintahkan Panitia Pengadaan barang/jasa untuk memproses pertanggungjawaban sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

f) Setelah proses pengadaan selesai dilaksanakan, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan Bendahara Pengeluaran menandatangani bukti-bukti pertanggungjawaban; g) Atas dasar bukti-bukti pertangungjawabab tersebut, Pejabat Pembuat Komitmen

mengajukan Surat Pembayaran Penggantian Uang Persediaan (Isi/Nihil) (SPP-GU) kepada Pejabat Penguji SPP dengan tembusan disampaikan kepada Kuasa Pengguna Anggaran melalui Tata Usaha KPA.

5. Prosedur pembayaran belanja pegawai tidak mengikat dengan menggunakan pembayaran langsung (LS)

a. Koordinato Kegiatan mengajukan usulan daftar personil pelaksan kegiatan berikut besaran honornya kepada penanggungjawab Kegiatan untuk mendapatkan persetujuan.

b. Pejabat Pembuat Komitmen membuat daftar staf/personil pelaksan kegiatan dan besaran honor yang diterima, dengan Surat Keputusan, atas dasar usulan dari penanggungjawab Kegiatan dan disampaikan kepada Biro Umum c.q. Bagian kepegawaian tembusan Biro Perencanaan & Keuangan.

c. Koordinator Kegiatan mengajukan pembayaran honor pelaksan kegiatan kepada Pejabat Pembuat Komitmen.

d. Pejabat Pembuat Komitmen melakukan pengecekan terhadap usulan honor pelaksana kegiatan dari koordinator kegiatan dan PPK wajib menolak bila daftar usulan pembayaran honor tidak sesuai dengan Sk yang diterbitkan, sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 6 Ayat 4 Huruf a.

(16)

Pasal 7

Kelengkapan Berkas Pengajuan SPP

Kelengkapan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) untuk penerbitan SPM sebagai berikut : 1. Surat Permintaan Pembayaran Uang Persediaan (SPP-UP)

SPP-UP dapat diajukan dengan kelengkapan sebagai berikut :

a. Surat Permintaan Pembayaran Uang Persediaan (SPP-UP), format sebagaimana lampiran 1.a dan 1.b, yang ditandatangani oleh Pejabat Pembuat Komitmen.

b. Surat Pernyataan dan KPA atau Pejabat yang ditunjuk, menyatakan bahwa UP tersebut tidak untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran yang menurut ketentuan harus dengan LS

c. Bila terdapat peningkatan pagu Up, SPP-UP harus dilampiri dengan dokumen persetujuan kenaikan pagu UP sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 Ayat 1.

d. bagi Bendahara Pengeluaran yang dibantu oleh beberapa pemegang uang muka (PUM), dalam pengajuan SPM-UP diwajibkan melampirikan daftar rincian yang menyatakan jumlah uang yang dikelola oleh masing-masing PUM.

2. Surat Permintaan pembayaran tambahan Uang Persediaan (SPP-TUP)

SPP-TUP dapat diajukan setelah mendapat ijin sebagaimana yang dimaksud pada Pasal 5 Ayat 3 peraturan ini dengan kelengkapan sebagai berikut :

a. Surat Permintaan Pembayaran Tambahan Uang Persediaan (SPP-TUP), format sebagaimana lampiran 1.a dan 1.b, yang ditandatangani oleh Pejabat pembuat Komitmen.

b. Surat Pernyataan dari Kuasa Pengguna Anggaran bahwa :

b.1. Dana tambahan tersebut akan habis digunakan dalam waktu satu bulan terhitung sejak tanggal diterbitkannya SP2D.

b.2. Tidak untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran dengan LS.

b.3. Apabila terdapat sisa dana setelah satu bulan terhitung sejak tanggal SP2D, maka sisa dana tersebut harus disetorkan ke rekening Kas Negara.

c. Rekening Koran yang menunjukkan sis/saldo terakhir

d. Rincian rencana penggunaan dana TUP per Program-Kegiatan-Subkegiatan-MAK dari KPA atau pejabat yang ditunjuk.

3. Surat Permintaan Pembayaran Penggantian Uang Persediaan (SPPP-GUP) Isi/Nihil Kelengapan SPP-GU Isi/Nihil adalah sebagai berikut :

a. Surat Permintaan Pembayaran Penggantian uang Persediaan (SPP-GUP), format sebagaimana lampiran 1.a dan 1.b, yang ditandatangani oleh Pejabat Pembuat Komitmen.

b. Surat Pernyataan Tanggungjawab belanja (SPTB),format sebagaimana lampiran 4 (dalam hal bukti-bukti pengeluaran sampai dengan Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) untuk setiap kuitansi atau untuk daftar pembayaran honor dengan jumlah tidak terbatas. c. Untuk pengeluaran baik yang menggunkan SPTB atau kuitansi (format sebagaimana

lampiran 2)/tanda bukti pembayaran lainnya harus mempertimbangkan ketentuan peraturan perpajakan yang berlaku. Surat Setoran Pajak (SPP) yang telah dilegalisir oleh Pejabat Pembuat Komitmen harus dilampirkan pada SPTB.

(17)

Kelengkapan SPP-LS belanja Pegawai (mengikat) adalah sebagai berikut:

a. Surat Permintaan Pembayaran Langsung (SPP-LS) untuk Gaji Induk/Gaji Susulan/Kekurangan Gaji/Gaji Terusan/Uang Duka Wafat/Tewas ditandatangani oleh Pejabat Pembuat Komitmen dan Bendahara Pengeluaran/Pemegang Uang Mula, dilengkapai dengan :

a.1. Daftar Gaji Induk/Gaji Susulan/Kekurangan Gaji/Gaji Terusan/ Uang Duka Wafat/ Tewas;

a.2. SK CPNS, SK PNS, SK Kenaikan Pangkat, SK Pengangkatan dalam Jabatan, Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas;

a.3. Surat Pernyataan Pelantikan, Surat Pernyataan masih Menduduki Jabtan, Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas;

a.4. Daftar Keluarga (KP4), Fotokopi Surat Nikah, Fotokopi Akte Kelahiran, Surat Kematian, Surat Keterangan Masih Sekolah/Kuliah;

a.5. SPP untuk Pajak penghasilan (Pph pasal 21); a.6. SKPP, Surat Pindah;

a.7. Daftar Potongan Sewa Rumah Dinas; Catatan:

Kelengkapan lampiran diatas disesuaikan dengan peruntukannya.

b. Surat Permintaan Pembayaran Langsung (SPP-LS) Lembur dilengkapi dengan : b.1. Surat Perintah Kerja lembur (SPK Lembur)

b.2. Daftar pembayaran perhitungan lembur yang sudah ditandatangani oleh KPA/Pejabat yang ditunjuk;

b.3. Daftar hadir kerja, daftar hadir lembur; b.4. Surat Setoran pajak (SPP)PPH pasal 21

c. Surat Permintaan Pembayaran langsung (SPP-LS) Honor/Vakasi (mengikat) dilengkapi dengan:

c.1. Surat Keputusan tentang pemberian honor/vakasi yang sudah ditandatangani oleh Pejabat Pembuat Komitmen dan Bendahara Pengeluaran;

c.2. Daftar pembayaran honor/vakasi yang sudah ditandatangani oleh Pejabat Pembuat Komitmen dan Bendahara Pengeluaran;

c.3. Surat Setoran Pajal (SPP) Pph Pasal 21

d. Surat Permintaan Pembayaran langsung (SPP-LS) Honor Tidak tetap (tidak mengikat) dilengkap dengan :

d.1. Surat Keputusan tentang pengangkatan personil dan pemberian honor; d.2. Daftar pembayaran honor yang sudah ditandatangani/disahkanoleh pejabat d.3. Surat Setoran pajak (SSP) Pph pasal 21;

d.4. Undangan rapat (Narasumber)

5. Surat Permintaan pembayaran Langsung (SPP-LS) Non Belanja Pegawai

Kelengkapan SPP-LS Non Belanja Pegawai (format sebagaimana lampiran 1.a dan 1.b) dikelompokkan sebagai berikut :

a. Pembayaran pengadaan barang/jasa:

a.1. Memo perseyijuan KPA atas usulan kegiatan Pejabat Penanggungjawab Kegiatan a.2. Surat Permintaan Pembayaran langsung (SPP-LS) yang ditandatangani oleh Pejabat

Pembuat Komitmen

(18)

a.4. Surat Pernyataan Pejabat Pembuat Komitmen mengenai penetapan rekanan; a.5. Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan;

a.6. Berita Acara Serah Terima Pekerjaan; a.7. Berita Acara Pembayaran;

a.8. Kuitansi yang disetujui oleh Kuasa pengguna Anggaran atau Pejabat yang ditunjuk (format sebagaimana lampiran 3);

a.9. Faktur Pajak beserta SSP yang telah ditandatangani wajib pajak; a.10. Referensi Bank rekanan (nomor & nama rekening);

a.11. Fotocopi kartu Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

a.12. Jaminan bank atau yang dipersyaratkan untuk kontrak-kontrak yang dananya sebagian atau seluruhnya bersumber dari pinjaman/hibah luar negeri.

a.13. Dokumen lain yang dipersyaratkan untuk kontrak-kontrak yang dananya sebagian atau seluruhnya bersumber dari pinjaman/hibah luar negeri.

a.14. Ringkasan Kontrak (format sebagaimana lampiran 5)

Berita Acara yang dimaksud di atas dibuat sekurang-kurangnya dalam rangkap 5 (lima) dan disampaikan kepada :

1). Asli dan satu tembusan untuk penerbit SPM

2). Masing-masing satu tembusan untuk para pihak yang membuat kontrak 3). Satu tembusan untuk pejabat pelaksana pemeriksa pekerjaan.

b. Pembayaran biaya langganan daya dan jasa (listrik, telepon dan air)

b.1. Surat Permintaan Pembayaran Langsung (SPP-LS) yang ditandatangani oleh Pejabat Pembuat Komitmen.

b.2. Bukti tagihan daya dan jasa; b.3. Nomor rekening pihak ketiga.

c. Pembayaran belanja perjalanan dinas

c.1. Surat Permintaan pembayaran langsung (SPP-LS) yang ditandatangani oleh Pejabat Pembuat Komitmen dan.

b.2. Daftar nominatif pejabat yang akan melakukan perjalanan yang ditandatangani PPK memuat informasi mengenai: nama, tujuan, tanggal berangkat, lama perjalanan dinas, dan biaya yang diperlukan masing-masing pejabat

Catatan:

Waktu pencairan dana paling cepat 5 hari kerja terhitung dari sebelum tanggal keberangkatan

Pasal 8

Prosedur Penerbitan SPM

1. Surat Permintaan Pembayaran (SPP) UP, TUP, LS,GU Isi/Nihil yang telah dilakukan pengujian/pengecekan oleh Pejabat Penguji dan telah memenuhi persyaratan, disampaikan ke Pejabat Penerbit Surat PerintahMembayar (SPM) melalui petugas Tata Usaha SPM disertai dengan bukti tanda terima SPP;

2. Pejabat Penerbit Surat Perintah membayar (SPM) melakukan pengujian/pengecekan terhadap :

a. Pengujian Substansi, meliputi:

(19)

a.2. Memeriksa ketersediaan dana pada sub kegiatan/kegiatan/MAK dalam DIPA yang ditunjuk dalam SPP tersebut.

a.3. Memeriksa kontrak/SPK pengadaan barang/jasa.

a.4. Memeriksa bukti pengeluaran dan/atau Surat Pernyataan Tanggungjawab Belanja (SPTB) dari Pejabat Pembuat Komitmen terhadap kebenaran pelaksanaan.

b. Pengujian Formal, meliputi:

b.1. Memeriksa tanda tangan Pejabat Pembuat Komitmen terhadap kebenaran pelaksanaan.

b.2. Memeriksa cara penulisan/pengisian jumlah uang dalam angka dan huruf dalam kuitansi (termasuk tidak boleh terdapat cacat dalam penulisan)

c. Pejabat Penrbit SPM menerbitkan Surat pernitah membayar (SPM) bila dalam hasil pengecekan SPP telah memenuhi persyaratan, atau mengembalikan SPP tersebut bila belum sesuai dengan persyaratan kepada Pejabat Penguji SPP untuk diteruskan kepada Pejabat Pembuat Komitmen guna melengkapi kekurangan dan perbaikan.

3. Pejabat Penrbit SPM wajib mencatat penerbitan SPM dalam buku pengawasan, dan mengadministrasikan seluruh dokumen SPM secara tertib;

4. Batas waktu penerbitan SPM paling lambat 9 jam kerja sejak SPP diterima, dan pengiriman SPM dilakukan masing-masing Satker.

5. SPM yang telah diterbitkan SP2D-nya oleh KPKN dan telah dicairkan (telah dilakukan pendebetan ke rekening kas negara) tidak dapat dibatalkan.

a) Perbaikan hanya dapat dilakukan terhadap kesalahan administrasi sebagai berikut : a.1. Kesalahan pembebanan pada MAK

a.2. Kesalahan pencantuman kode fungsi, sub fungsi, kegiatan, dan sub kegiatan; a.3. Uraian pengeluaran yang tidak berakibat jumlah uang pada SPM.

b) Perbaikan SPM sebagaimana dimaksud pada huruf a dilakukan oleh Penerbit SPM. Selanjutnya SPM perbaikan dimaksud dilampiri dengan Surat Keterangan tanggung jawab Mutlak (SKTJM) disampaikan kepada kepala KPPN.

Pasal 9

Pelaporan Pertanggungjawaban

1. Pejabat Pembuat Komitmen menyampaikan Laporan realisasi Anggaran (LRA) kepada Kuasa pengguna Anggaran (KPA) paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya, dengan tembusan disampaikan kepada Sekretaris Menteri negara Riset dan Teknologi c.q. Biro Perencanaan dan Keuangan KNRT.

(20)

BAB IV

PELAPORAN REALISASI ANGGARAN Pasal 10

Untuk keperluan penyusunan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN diperlukan antara lain data realisasi APBN, neraca, dan catatan atas laporan keuangan. Untuk keperluan tersebut, maka :

1. Kepala sateker selaku Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA) wajib membuat Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca serta Arsip Data Komputer (ADK) yang dikelolanya kepada Menteri/PimpinanLembaga negara secara berjenjang dan kepada KPPN setempat.

2. Laporan sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 ayat 1 disusun setiap triwulanan dan disampaikan paling lambat pada minggu pertama setelah triwulan berakhir.

Pasal 11

peraturan ini mulai berlaku sejak ditetapkan, dengan ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam peraturan ini akan dilakukan perubahan sebagaimana mesyinya.

Ditetapkan : di Jakarta Jakarta : 16 Januari 2007

Sekreatris Menteri Negara Riset dan Teknologi

TTD.

Dr. HUDI HASTOWO

Tembusan Yth.:

1. Menteri Negara Riset dan Teknologi; 2. Menteri Keuangan;

3. Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara; 4. Ketua Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan;

(21)

Lampiran I

Lembaga 8. Kode Kegiatan : (12)

2 Unit Organisasi : (6) 9. Kode Fungsi, Sub Fungsi, Program : (13)

3 Satker : (7) 10. Kewenangan Pelaksana : (14)

4 Lokasi : (8)

5 Tempat : (9)

6 Alamat : (10)

Kepada

Yth. Pejabat Penerbit Surat Perintah Membayar Satker/Satker sementara……..(15)………. di …………(16)………

berdasarkan DIPA (17)……….…Nomor: (18)………tanggal……(19)…………bersama ini kami ajukan permintaan pembayaran sebagai berikut :

1. Jumlah pembayaran yang dimintakan : dengan angka : (20) dengan huruf : (21) 7. Nomor dan Tanggal SPK/Kontrak (28)

8. Nilai SPK/Kontrak Rp. (29)

Diterima oleh penguji SPP/penerbit SPM ………, tanggal seperti diatas satker/satker sementara …….(57) Pejabat Pembuat Komitmen pada tanggal (58) satker/satker sementara…….(59)…..

NIP. NIP.

(3

(22)

Lampiran 2

DAFTAR RINCIAN PERMINTAAN PEMBAYARAN

1. Kementerian/ Lembaga

: ( )

2. Unit Organisasi : ( )

3. Lokasi : ( )

Jenis SPP

1. GUP

2. GUP Nihil

6. Dipa Nomor :

Tanggal :

7. Kode kegiatan :

8. Kode Sub Kegiatan : 4. Kantor/Satuan

Kerja

: ( ) Pagu Sub Kegiatan 9. Tahun Anggaran :

5. Alamat : ( ) Rp. 10. Bulan :

No. Urut

Bukti Pengeluaran Tanggal

Nomor Bukti Pembukuan

Nama Penerima dan Keperluan NPWP MAK Jumlah Kotor Yang dibayarkan

(Rp)

Jumlah Lampiran : Jumlah SPP ini (Rp)

SPM/SPP sebelum SPP ini atas beban sub kegiatan ini

Lembar Jumlah s.d. SPP ini atas beban sub kegiatan ini

...

a.n. Kuasa Pengguna Anggaran Pembuat Komitmen

(23)

Lampiran 3

PETUNJUK PENGISIAN SURAT PERMINTAAN PEMBAYARAN

NOMOR URAIAN ISIAN

(1) Diisi tanggal Penerbitan SPP

(2) Diisi nomor penerbitan SPP

(3) Dipilih salah satu :1 = UP, 2 = TUP, 3 = GUP, 4 = LS, 5 = GU Nihil, 6 = GU Pengganti RK (untuk GU Nihil Rekening khusus satker, satu SPP diterbitkan 2 SPM yaitu: SPM Nihil dan SPM Pengganti)

(4) Dipilih salah satu :1 = Pengeluaran Anggaran (PA), 2 = Pengembalian Uang mata Anggaran (PUMA), 3 = PPK, 4 = Peng. Transito., 5 = Perh. RK, 6 = Pembetulan Pembukuan

(5) Diisi nama dan kode Kementerian/Lembaga yang bersangkutan

(6) Diisi nama dan kode Unit Eselon I Kementerian Negara Riset dan Teknologi

(7) Diisi nama dan kode satker/SKS yang bersangkutan

(8) Diisi nama dan kode provinsi satker/SKS yang bersangkutan

(9) Diisi nama dan kode kota/kabupaten satker/SKS yang bersangkutan

(10) Diisi alamat satker/SKS yang bersangkutan

(11) Diisi nama kegiatan yang bersangkutan

(12) Diisi kode kegiatan yang bersangkutan

(13) Diisi kode fungsi, sub fungsi dan program yang bersangkutan

(14) Diisi kode (KD) untuk Kantor Daerah, (KP) Kantor Pusat, (DK) Dekonsentrasi, (BP) Pembantuan, (DS) Desentralisasi

(15) Diisi nama satker/ SKS yang bersangkutan

(16) Diisi nama kota/kabupaten satker/SKS yang bersangkutan

(17) Diisi jenis dokumen anggaran yang digunakan (DIPA/DIPP/SKPA/SKO atau dokumen yang disamakan)

(18) Diisi nomor dokumen anggaran yang digunakan (DIPA/DIPP/SKPA/SKO atau dokumen yang disamakan)

(19) Diisi tanggal penerbitan dokumen anggaran

(20) Diisi jumlah dana yang diminta dengan angka

(21) Diisi jumlah dana yang diminta dengan huruf

(22) Diisi keperluan pembayaran

(23) Diisi jenis belanja bersangkutan (belanja pegawai/belanja barang/belanja modal/dst)

(24) Diisi nama pihak penerima pembayaran

(25) Diisi alamat pihak penerima pembayaran

(26) Diisi nama Bank tempat rekening pihak penerima pembayaran

(27) Diisi nomor rekening pihak penerima pembayaran

(28) Diisi nomor dan tanggal SPK/kontrak yang diajukan pembayaran oleh pihak ketiga (LS)

(29) Diisi nilai SPK/kontrak yang diajukan pembayaran oleh pihak ketiga (LS)

(30) Diisi sama dengan nomor 17

(31) Diisi sama dengan nomor 17

(32) Diisi kode kegiatan, sub kegiatan dan MAK yang bersangkutan

(33) Diisi angka pagu masing-masing MAK dalam satu kegiatan

(34) Diisi akumulasi nilai SPP/SPM yang telah diajukan

(35) Diisi dengan nilai SPP yang diajukan saat ini

(24)

(37) Diisi hasil pengurangan nilai kolom 3 dengan kolom 6

(38) Diisi jumlah nomor urut I pada kolom 3

(39) Diisi jumlah nomor urut I pada kolom 4

(40) Diisi jumlah nomor urut I pada kolom 5

(41) Diisi jumlah nomor urut I pada kolom 6

(42) Diisi jumlah nomor urut I pada kolom 7

(43) Diisi kode semua kegiatan dalam DIPA/DIPP/SKPA/SKO atau dokumen yang disamakan

(44) Diisi pagu semua kegiatan dalam dokumen anggaran (DIPA/DIPP/SKPA/SKO atau dokumen yang disamakan)

(45) Diisi kumulatif jumlah semua kegiatan sampai dengan SPP ini

(46) Diisi dengan nilai SPP yang diajukan saat ini

(47) Diisi jumlah kumulatif seluruh kegiatan

(48) Diisi sisa dana seluruh kegiatan

(49) Diisi jumlah nomor urut II pada kolom 3

(50) Diisi jumlah nomor urut II pada kolom 4

(51) Diisi jumlah nomor urut II pada kolom 5

(52) Diisi jumlah nomor urut II pada kolom 6

(53) Diisi jumlah nomor urut II pada kolom 7

(54) Diisi jumlah lampiran dokumen pendukung yang diperlukan

(55) Diisi jumlah surat bukti pengeluaran yang diperlukan

(56) Diisi jumlah lampiran surat tanda setoran (SSP/SSBP)

(57) Diisi nama satker/SKS penguji SPP/penerbit SPM

(58) Diisi tanggal penerimaan SPP

(25)

Lampiran 4

Lampiran 2Perdirjen Perbendaharaan Nomor /PB/2005

Tanggal Desember 2005

SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB BELANJA (SPTB)

Nomor : 1 Nama Satuan Kerja : 2 Kode Satuan Kerja : 3 Tanggal No. DIPA : 4 Sub Kegiatan : 5 Klasifikasi Belanja :

Yang bertanda tangan di bawah ini Pejabat Pembuat Komitmen Satuan Kerja ...menyatakan bahwa saya bertanggung jawab penuh atas segala pengeluaran yang telah dibayar lunas oleh Bendahara Pengeluaran kepada yang berhak menerima dengan perincian sebagai berikut :

No. MAK PENERIMA URAIAN BUKTI

Tanggal Nomor JUMLAH

Jumlah Rp.

Bukti-bukti belanja tersebut diatas disimpan sesuai ketentuan yang berlaku pada Satker Menteri Negara Riset dan Teknologi Kementerian Negara Riset dan Teknologi untuk kelengkapan adminstrasi dan keperluan pemeriksaan aparat pengawasan fungsional. Demikian Surat Pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.

..., ...

Kuasa Pengguna Anggaran/Pembuat Komitmen,

(26)

Lampiran 5

RINGKASAN KONTRAK

Untuk Kegiatan yang dananya berasal dari Rupiah Murni

1. Nomor dan tanggal DIPA : (1)

2. Kode Kegiatan/Sub Kegiatan/MAK : (2) 3. Nomor dan Tanggal SPK/Kontrak : (3) 4. Nama Kontraktor/perusahaan : (4)

5. Alamat Kontraktor : (5)

6. Nilai SPK/Kontrak : (6)

7. Uraian dan volume Pekerjaan : (7)

8. Cara Pembayaran : (8)

9. Jangka Waktu Pelaksanaan : (9) 10. Tanggal Penyelesaian Pekerjaan : (10) 11. Jangka Waktu Pemeliharaan : (11)

12. Ketentuan Sanksi : (12)

Catatan :

Apabila terjadi addendum kontrak data kontrak agar disesuaikan dengan perubahannya

Tempat, tanggal ...(13) ... a.n. Kuasa Pengguna Anggaran Pembuat Komitmen (Tanda Tangan)

(27)

Lampiran 6

PETUNJUK PENGISIAN RESUME KONTRAK (RM)

NOMOR URAIAN ISIAN

(1) Disisi tanggal dan nomor DIPA

(2) Diisi kode kegiatan (4 digit), kode sub kegiatan 94 digit), dan kode Mak (6 digit) sesuai DIPA pada isian (1)

(3) Diisi nomor dan tanggal SPK/Kontrak berkenaan

(4) Diisi nama rekanan dan nama perusahaan sesuai SPK/kontrak (5) Diisi alamat perusahaan rekanan yang bersangkutan

(6) Diisi nilai SPK/Kontrak yang duperjanjikan

(7) Diisi uraian pekerjaan dan volume pekerjaan sesuai SPK/Kontrak

(8) Diisi cara/tahap pembayaran kepada rekanan (termin, montly certficate, dll) (9) Diisi jumlah hasil penyelesaian pekerjaan

(10) Diisi tanggal penyelesaian pekerjaan (11) Diisi jumlah hari masa pemeliharaan

(12) Diisi prosentase pinalti denda keterlambatan minimal dana maksimal (13) Diisi tanggal pembuatan Resume Kontrak

(28)

Lampiran 7

DEPARTEMEN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL

PERBENDAHARAAN KPPN

Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP)

Nomor ...(2)

Tanggal ... (3)

Lembar Untuk WAJIB SETOR/WAJIB BAYAR/ BENDAHARA PENERIMA SEBAGAI BUKTI SETORAN KE REKENING KAS NEGARA NOMOR : ... A. 1. Kementerian/Lembaga : (5)...

2. Unit Organisasi Eselon I : (6)...

3. Kegiatan : (7)...

4. Satuan Kerja : (8)...

5. Lokasi : (9)...

B. 1. Nama/Jabatan Wajib : (10)... Setor/Wajib Bayar ... 2. Alamat : (11)... ... C. MAP dan Uraian Penerimaan : (12)……….

D. Jumlah Setoran : Rp. (13)……… Dengan Huruf : (14)……….. E. Surat Penagihan (SPN) atau Surat : Tanggal (15)………...No. Pemindahan Penagihan Piutang (16)………. Negara (SP3N) KPPN (17)………..

PERHATIAN Bacalah Dahulu Petunjuk pengisian formulir SSBP pada halaman belakang lembar ini Keperluan : (18)

(19)...tanggal... Diterima Oleh:

BANK PERSEPSI/KANTOR POS DAN GIRO tanggal

(21) ... Cap

(20)... Tanda Tangan (22)...

NIP... Nama Terang...

Referensi

Dokumen terkait

The more friendly the copy in your web site is to the search engine spiders, the more likely people are to find you (which of course increases your sales.) In addition, the more

Data diproses menggunakan SPSS v16 for windows.Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis kuantitatif dan menggunakan rumus regresi linear

Panitia Pengadaan Barang/Jasa Bidang Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Belitung Kegiatan Pembangunan Talud Sungai Penyairan Sijuk Tahun Anggaran 2012, telah

Bentuk partisipasi dan keterlibatan masyarakat pada tahap ini terwujud dalam peran dan posisi masyarakat dalam mendapat nilai manfaat, baik secara ekonomi yang

Hal tersebut mungkin disebabkan pada saat penelitian oleh Pardede dkk 3 dilakukan, tingkat kewaspadaan orangtua terhadap gangguan pertumbuhan anak masih kurang dan

Buat Presentasi dengan Powerpoint minimal 8 Slide tentang Pasar Modal Mencakup Materi Berikut.. Peran Pasar Modal bagi perekonomian suatu

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Undang-Undang Nomor 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial.

[r]