BAB III
GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN
DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN
Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam
rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang,
termasuk segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan
kewajiban daerah. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, pasal 23 ayat (2)mengamanatkan bahwa pengelolaan
keuangan daerah dilakukan secara efisien, efektif, transparan, akuntabel, tertib,
adil, patut, dan taat pada peraturan perundang-undangan. Kebijakan
pengelolaan keuangan daerah, khususnya penganggaran tidak dapat
dipisahkan dengan kebijakan perencanaan pembangunan daerah atau yang
disebut kebijakan perencanan dan penganggaran terpadu. Dalam hubungannya
dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah, APBD merupakan
komitmen politik penyelenggaraan pemerintahan daerah yang telah disetujui
oleh DPRD untuk mendanai strategi pembangunan pada satuan program dan
kegiatan. Dengan kata lain APBD merupakan pencerminan program kerja yang
perencanaannya didasarkan pada penetapan skala prioritas pembangunan
serta sasaran pembangunan di bidang lainnya yang diarahkan untuk
mewujudkan peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat di berbagai
aspek kehidupan.
Dalam upaya untuk mencapai seluruh rencana tindak yang ada pada
dokumen perencanaan lima tahunan dan satu tahunan, perlu ditetapkan arah
pengelolaan keuangan daerah. Arah pengelolaan keuangan ini dimaksudkan
agar seluruh sumber daya keuangan daerah dapat dimanfaatkan secara lebih
efektif dan efisien. Arah pengelolaan tersebut meliputi arah pengelolaan
pendapatan daerah, dan arah pengelolaan belanja daerah.
3.1 KINERJA KEUANGAN MASA LALU
Perkembangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dari Tahun
2008 sampai tahun 2012 memberikan gambaran yang positif yang diindikasikan
dengan realisasi pencapaian yang ditentukan. Kinerja Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah dapat dianalisis dari sisi kinerja pengelolaan pendapatan
daerah, pengelolaan belanja daerah, analisis proporsi pemenuhan belanja
mengikat serta prioritas utama, proyeksi belanja daerah, serta pengelolaan
pembiayaan daerah.
3.1.1 Kinerja Pelaksanaan APBD
Bagian ini menguraikan perkembangan pendapatan dan belanja tidak
langsung, proporsi sumber pendapatan, pencapaian kinerja pendapatan, dan
gambaran realisasi belanja daerah. Arah pengelolaan pendapatan daerah lebih
difokuskan kepada upaya peningkatan kemampuan keuangan daerah dalam
menggali sumber-sumber pendapatan daerah. Oleh karenanya pendapatan
daerah yang dianggarkan dalam APBD merupakan perkiraan yang terukur
secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan. Dana
perimbangan adalah dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan
kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam pelaksanaan
desentralisasi yang terdiri dari Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum dan Dana
Alokasi Khusus. Sedangkan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah adalah
dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk
mendanai kebutuhan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi yang terdiri dari
Pendapatan Hibah, Dana Darurat, Dana bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan
Pemerintah Daerah Lainnya, Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus serta
Bantuan Keuangan dari Provinsi. Kebijakan mengenai pendapatan daerah
diharapkan untuk mendukung berbagai kebijakan pemerintah, atau membiayai
belanja daerah.
Berikut merupakan realisasi pengelolaan pendapatan daerah Kabupaten
Tabel 3. 1
Rata - Rata Pertumbuhan Realisasi Pendapatan Daerah Tahun 2008 - 2012 Kabupaten Probolinggo
No Jenis Pendapatan Daerah
TAHUN Rata-rata
2008 2009 2010 2011 2012 Pertumbuhan
1 PAD 39.688.499.147,86 42.548.002.266,46 46.024.665.848,59 75.654.859.911,61 91.850.404.053,55 25,29
1.1 Pajak Daerah 8.324.117.940,00 9.494.801.630,00 11.375.722.891,00 14.500.649.959,00 17.313.670.171,00 20,19
1.2 Retribusi Daerah 19.525.821.204,00 20.670.476.245,00 22.074.109.694,00 37.363.470.509,99 24.216.968.966,76 11,68
1.3 Hasil Perush. Milik Daerah & Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan 2.223.559.159,85 3.421.413.060,40 4.776.287.156,05 8.180.781.027,47 8.280.095.480,83 41,49
1.4 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 9.615.000.844,01 8.961.311.331,06 7.798.546.107,54 15.609.958.415,15 42.039.669.434,96 62,43
2 DANA PERIMBANGAN 631.873.892.085,00 643.613.102.313,00 675.246.654.404,00 790.745.075.499,00 913.925.625.689,00 9,86
2.1 Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 48.401.136.085,00 44.861.948.621,00 51.154.714.818,00 67.583.821.597,00 57.135.554.848,00 5,84
2.2 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam - 2.470.016.692,00 6.620.651.586,00 8.812.258.902,00 18.547.671.841,00 102,90
2.3 Dana Alokasi Umum 531.084.756.000,00 551.285.137.000,00 568.850.488.000,00 638.828.595.000,00 761.569.639.000,00 9,63
2.4 Dana Alokasi Khusus 52.388.000.000,00 44.996.000.000,00 48.620.800.000,00 75.520.400.000,00 76.672.760.000,00 12,70
2.5 Bagi Hasil Pajak & Bantuan Keuangan dari Propinsi - - - - - -
3 Lain-lain Pendapatan yang Sah 15.000.000.000,00 - 359.945.000,00 904.175.000,00 189.071.000,00 (6,97)
3.1 Bantuan Dana Kontinjensi/Penyeimbang dari Pemerintah - - - - - -
3.2 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah - - - - - -
3.3 Pendapatan Hibah - - 359.945.000,00 904.175.000,00 189.071.000,00 18,03
III-4 No Jenis Pendapatan Daerah
TAHUN Rata-rata
2008 2009 2010 2011 2012 Pertumbuhan
3.5 Pendapatan Lainnya - - - - - -
4 Transfer Pemerintah Pusat-Lainnya 3.998.576.400,00 25.372.456.000,00 84.613.417.428,00 172.322.514.160,00 177.497.813.618,00 218,67
4.1 Dana Otonomi Khusus - - - - - -
4.2 Dana Penyesuaian 3.998.576.400,00 25.372.456.000,00 84.613.417.428,00 172.322.514.160,00 177.497.813.618,00 218,67
5 Transfer Pemerintah Provinsi 26.528.332.236,00 64.856.236.650,00 97.464.799.181,00 95.652.722.666,00 102.806.088.687,00 50,09
5.1 Pendapatan Bagi Hasil Pajak 25.855.002.383,00 31.821.604.480,00 40.860.939.954,00 44.652.270.319,00 44.124.519.032,00 14,90
5.2 Pendapatan Bagi Hasil Lainnya 673.329.853,00 33.034.632.170,00 56.603.859.227,00 51.000.452.347,00 58.681.569.655,00 1.220,67
Prosentase Pertumbuhan - 8,27 16,40 25,62 13,30
Jumlah 717.089.299.868,86 776.389.797.229,46 903.709.481.861,59 1.135.279.347.236,61 1.286.269.003.047,55 15,90
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa persentase pertumbuhan sisi
pendapatan dari tahun 2008-2009 ialah 8,27% kemudian mengalami
peningkatan di tahun 2009-2010 menjadi sebesar 16,40%, dan bahkan
meningkat lagi pada tahun 2010-2011 yakni mencapai 25,62%. Pertumbuhan
pendapatan daerah Kabupaten Probolinggo tahun 2011-2012 mencapai
13.30%. Rata-rata pertumbuhan pendapatan daerah Kabupaten Probolinggo
tahun 2008-2012 yakni 15,90%. Angka rata-rata pertumbuhan pendapatan
daerah kurun waktu 2008-2012 sudah cukup tinggi, namun apabila di
bandingkan dengan peningkatan kebutuhan belanja daerah dalam kurun waktu
yang sama, pada dasarnya masih tinggi kebutuhan belanja daerah.
Tabel 3. 2
Struktur dan Pertumbuhan Pendapatan Daerah Kabupaten Probolinggo 2008-2012
Jenis Pendapatan
Daerah
Struktur (%) Pertumbuhan (%)
2008 2009 2010 2011 2012
2008-Sumber : Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Kab. Probolinggo (diolah)
Dari tabel dan grafik di atas, dapat diketahui bahwa kontribusi
pendapatan asli daerah tahun 2008 hanya mencapai 5,53%, sedikit menurun di
Tahun 2009 dan Tahun 2010 sebesar 5,48% dan 5,09%, kemudian mengalami
peningkatan kembali pada tahun 2011 mencapai sebesar 6,06%, dan pada
tahun 2012 kontribusi PAD sebesar 7,14%. Di sisi lain kontribusi dana
perimbangan terhadap APBD Kabupaten Probolinggo pada tahun 2008
mencapai 88,12% lalu menurun di tahun 2009 menjadi sebesar 82,90% lalu
menurun lagi di tahun 2010 dan 2011 menjadi sebesar 74,72% dan 69,65%,
pada tahun 2012 meningkat lagi menjadi 71,05%. Deskripsi perkembangan
kontribusi ke dua pos pendapatan tersebut menunjukkan kalau tingkat
ketergantungan keuangan daerah Kabupaten Probolinggo terhadap dana
perimbangan masih tetap tinggi. Sebaliknya di sisi lain hal ini menunjukkan
kalau tingkat kemandirian keuangan Kabupaten Probolinggo sudah sedikit
meningkat, namun masih tetap rendah.
Kemudian proporsi kontribusi lain-lain pendapatan daerah yang sah
terhadap total pendapatan pada tahun 2008 mencapai 2,09% dan turun pada
tahun 2009 menjadi sebesar 0%, lalu meningkat di tahun 2010 dan 2011
masing-masing sebesar 0,04% dan 0,08%, dan pada tahun 2012 menurun
kembali menjadi 0,01%. Selain pendapatan asli daerah, dana perimbangan dan
lain-lain pendapatan daerah yang sah, proporsi transfer pemerintah pusat
lainnya terhadap total pendapatan dari tahun 2008-2012 meningkat. Pada tahun
2008 proporsi transfer pemerintah pusat lainnya terhadap total pendapatan
hanya 0,56%, kemudian meningkat menjadi 3,27% di tahun 2009, kemudian
meningkat lagi menjadi 9,36% pada tahun 2010 dan di tahun 2011 mengalami
peningkatan hingga mencapai 15,18% dari total pendapatan, dan pada tahun
2012 sedikit menurun menjadi 13,80%.
Berbeda dengan kontribusi transfer pemerintah pusat terhadap total
pendapatan, pada tahun 2008 proporsi transfer pemerintah Provinsi Jatim
terhadap total pendapatan Kabupaten Probolinggo mencapai 3,27% lalu naik
menjadi 8,35% di tahun 2009, dan terus mengalami peningkatan lagi di tahun
2010 dan 2011 masing-masing menjadi sebesar 10,78% dan 8,43% dan pada
tahun 2012 mengalami penurunan menjadi 7,99% dari total pendapatan.
Selain itu, apabila dilihat dari sisi tingkat pertumbuhan Pendapatan Asli
Daerah pada tahun 2008-2009 sebesar mencapai 7,2% kemudian mengalami
peningkatan pada tahun 2009-2010 yakni mencapai 8,17%, lalu meningkat lagi
pada tahun 2010-2011 yaitu mencapai 64,38% dan turun kembali pada tahun
sampai 2012 tingkat pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten
Probolinggo mampu mencapai sebesar 101,16%.Peningkatan yang signifikan
pada tahun 2010 adalah karena mulai diimplementasikannya UU No 28 Tahun
2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah.
Dana Perimbangan Kabupaten Probolinggo mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun. Peningkatan Dana Perimbangan yang terjadi pada tahun
2008-2009 hanya 1,86% kemudian pada tahun 2008-2009-2010 peningkatannya agak
signifikan sebesar 4,91%, kemudian ditahun 2010-2011 peningkatannya cukup
sinifikan sebesar 17,10% dan menurun di tahun 2012 menjadi sebesar 15,58%.
Kalau pertumbuhan Dana Perimbangan dihitung peningkatannya dari tahun
2009 hingga 2011 menjadi sebesar 39,46%.
Walau peningkatan ini nampak cukup signifikan, namun sebenarnya
bersamaan dengan itu beban APBD untuk belanja aparatur juga meningkat
cukup signifikan, karena ada kebijakan peningkatan kesejahteraan PNS berupa
antara lain kenaikan gaji pokok, pengangkatan CPNS baru dan pemberian
Tunjangan Kinerja, serta kenaikan anggaran yang normal terjadi baik karena
ada yang naik pangkat, promosi, kenaikan gaji berkala, dan sebagainya. Belum
lagi adanya sejumlah program dari pemerintah pusat dan provinsi yang
mengharuskan pemerintah kabupaten mengalokasikan anggaran pendamping.
Pada pos Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah di Kabupaten
Probolinggo, proporsi kontribusinya terhadap total pendapatan mengalami
pertumbuhan sebesar 100% di tahun 2008-2009, kemudian mengalami
penurunan signifikan hingga sebesar 0% di tahun 2009-2010, bahkan di tahun
2010-2011 juga mengalami peningkatan kembali hingga 151,20%, dan pada
tahun 2012 sebesar 79,09%. Oleh karena itu bila proporsi kontribusi pos
lain-lain pendapatan yang sah terhadap total pendapatan Kabupaten Probolinggo
dibandingkan dari tahun 2009 dengan 2012 terhitung mengalami penurunan
sebesar 27,89%.
Pada pos transfer pemerintah pusat lainnya baik jumlah nominal maupun
proporsi kontribusinya terhadap total pendapatan Pemerintah Kabupaten
Probolinggo dari tahun 2008 hingga 2011 terus mengalami peningkatan walau
proporsi peningkatannya terus menurun. Pada tahun 2008-2009 proporsinya
tumbuh sebesar 534,53%, kemudian turun di tahun 2009-2010 sebesar
233,48%, dan mengalami penurunan proporsi peningkatan kembali di tahun
2010-2011 menjadi 103,65%, dan pada tahun 2011-2012 menjadi hanya 3,00%.
Namun bila dihitung peningkatan proporsi sumbangan pos transfer pemerintah
Pada pos transfer Pemerintah Provinsi Jatim ke Kabupaten Probolinggo
pada tahun 2008-2009 proporsi kontribusinya terhadap total pendapatan
tumbuh sebesar 144,48%, pertumbuhan tersebut mengalami peningkatan di
tahun 2009-2010 menjadi 50,28%, kemudian meningkat lagi menjadi 1,86%
ditahun 2010-2011, dan pada tahun 2011-2012 sebesar 7,48%. Apabila
pertumbuhan proporsi pos transfer Pemerintah Provinsi Jatim terhadap total
pendapatan dihitung sejak tahun 2009-2012 menjadi sebesar
200,38%.Dinamika dana transfer ini kebanyakan terkait dengan kebijakan
pengeloaan dana dari Pemerintah seperti misalnya Dana BOS dan tunjangan
sertifikasi guru, dan Batuan Keuangan Propinsi Jawa Timur kepada
Kabupaten/Kota se Jawa Timur.
3.1.2 Neraca Daerah
Bagian ini menguraikan sekurang-kurangnya mengenai perkembangan
neraca daerah, analisis rasio likuiditas, analisis rasio solvabilitas dan analisis
rasio aktivitas.
Tabel 3. 3
Neraca Keuangan Daerah Kabupaten Probolinggo Tahun 2008-2012
NO Uraian
Tahun Anggaran
2008 2009 2010 2011 2012
1 ASET
1.1. ASET
LANCAR 90.927.158.673,80 67.979.605.219,48 115.750.825.590,56 118.744.024.457,62 151.476.414.260,96
1.1.1. Kas 71.183.858.546,78 59.726.289223.30 101.022.503.112,84 104.436.696.141,69 136.343.179.094,16
1.1.2. Piutang 9.090.733.973,02 77.067.801,18 5.102.084.680,72 3.372.779.298,00 361.198.989,00
1.1.3. Persediaan 10.652.566.154,00 8.176.248.195 9.626.237.797,00 10.934.549.017,93 11.832.146.160,80
1.2. INVESTASI
JK PANJANG 33.124.141.118,36 42.497.559.899,79 43.494.852.990,79 43.841.512.264,48 18.034.841.177,97
1.2.1. Investasi Non
Permanen 7.400.000.000,00 14.573.418.781,48 13.370.711.872,48 14.905.378.372,48 18.034.841.177,97
1.2.2. Investasi Permanen 25.724.141.118,36 27.924.141.118.31 30.124.141.118,31 28.936.133.892,00 0
1.3. ASET TETAP 1.744.950.285.398,53 1.555.467.847.503.53 1.658.757.562.275,48 1.869.799.734.314,48 2.482.862.706.446,28
1.3.1. Tanah 528.843.339.757,00 171.839.648.957 176.338.804.957,00 182.681.094.957,00 541.295.017.711,00
1.3.2. Peralatan dan
Mesin 138.973.070.648,33 158.986.123.671,33 177.491.462.161,33 226.419.957.911,33 267.405.208.784,83
1.3.3. Gedung dan
Bangunan 388.334.700.616,00 452.026.896.348 495.181.449.828,00 552.324.384.712,00 470.271.437.914,00
1.3.4. Jalan, Instalasi, Jaringan dan jmbt
631.691.492.288,13 713.146.209.538,13 739.871.189.877,08 826.664.249.682,08 885.776.060.731,87
1.3.5.
NO Uraian
LAINNYA 417.875.725,00 377.356.156 3.129.660.094,00 7.514.156.094,00 5.198.752.594,00
1.4.1. Dana Bergulir 0 0
1.4.6 Aset Lainnya 0 506.441.500,00 4.886.857.500,00 2.577.997.000,00
A
JUMLAH ASET DAERAH
1.869.419.460.915,69 1.666.322.368.747,80 1.821.132.900.950,83 2.054.899.427.130,58 2.657.572.714.479,21
2. KEWAJIBAN
2.1.
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
603.713.988,20 25.916.291,39 2.277.231,39 0.00 36.981.471.450,00
2.1.1.
247.769.913,00 2.686.291,39 2.277.231,39 0.00 36.981.471.450,00
2.1.3 Utang Bunga 0 23.320.000,00 0.00 0
90.323.444.685,60 67.953.688.928,09 115.748.548.359,17 118.744.024.457,62 114.158.438.785,96
3.1.1.
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran
70.602.044.708,73 59.725.631.793,62 101.022.503.112,84 104.436.696.141,69 136.343.179.094,16
3.1.2. Cadangan
Piutang 9.090.733.973,02 77.725.230,86 5.102.084.680,72 3.372.779.298,00 2.964.584.981,00
3.1.3. Cadangan
NO Uraian
-53.389.960,69 -25.916.291,39 -2.277.231,39 0 -36.981.471.450,00
3.2.
EKUITAS DANA INVESTASI
1.778.467.677.151,33 1.598.342.763.528,32 1.705.382.075.360,27 1.921.155.402.672,96 2.506.432.804.243,25
3.2.1.
Diinvestasikn dlm Invest. Jk Panjang
33.124.141.118,36 42.497.559.899,79 43.494.852.990,79 43.841.512.264,48 18.439.368.849,97
3.2.2
Diinvestasikan dalam Aset Tetap
1.744.950.285.398,53 1.555.467.847.503,53 1.658.757.562.275,48 1.869.799.734.314,48 2.482.458.178.774,28
3.2.3
Diinvestasikan dalam Aset Lainnya
417.875.725,00 377.356.125,00 3.129.660.094,00 7.514.156.094,00 5.535.256.619,00
3.2.4
Sumber : Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Kab. Probolinggo (diolah)
Analisis terhadap neraca keuangan daerah pada tiga tahun terakhir yang
mencakup rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio aktivitas disajikan sebagai
berikut.
Tabel 3. 4
Analisis Rasio Keuangan Kabupaten Probolinggo
NO Uraian
3. Rasio total hutang terhadap total aset 0,000001 0,000000 0,014011
4. Rasio hutang terhadap modal 0,000001 0,000000 0,014112
5. Rata-rata umur piutang 21,41 14,04 3,66
6. Rata-rata umur persediaan 40,39 45,52 119,73
Sumber : Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Kab. Probolinggo (diolah)
Berdasarkan data neraca Kabupaten Probolinggo sebagaimana tersaji
keuangan Pemerintah Kabupaten Probolinggo dalam kondisi sehat
sebagaimana ditunjukkan oleh rasio likuiditas, solvabilitas dan rasio aktivitas
yang positif.
Tabel 3. 5
Hasil Analisa Neraca Keuangan
Pemerintah Kabupaten Probolinggo Tahun 2008-2012
NO INDIKATOR NILAI KETERANGAN
Rasio Likuiditas
1. Rasio lancar (current
ratio) > 1
Sangat mampu memenuhi kewajiban jangka pendek
2. Rasio quick (quick ratio) > 1 Sangat mampu memenuhi kewajiban jangka pendek secara cepat
Rasio Solvabilitas
1 Rasio total hutang terhadap total asset
< 1 Mampu melunasi hutang dengan aset yang tersedia
2 Rasio hutang terhadap
modal < 1
Mampu melunasi hutang dengan modal yang tersedia
Rasio Aktivitas
1 Rata-rata umur piutang 17,90*) Dibutuhkan waktu 17,9 hari untuk merubah piutang menjadi kas
2 Rata-rata umur
persediaan 59,88*)
Dibutuhkan waktu sekitar 59,88 hari dalam penggunaan persediaan untuk pelayanan public
Sumber : Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Kab. Probolinggo (diolah), Ranwal RPJMD
Berdasarkan tabel 3.5 dapat dilihat bahwa rasio lukuiditas yang dinilai
dari rasio lancar dan rasio quick memiliki nilai yang diintrepertasikan sangat
mampu memenuhi kewajiban jangka pendek dan sangat mampu memenuhi
kewajiban jangka pendek secara cepat. Sedangkan rasio solvabilitas yang
nilainya >1 (kurang dari 1) yang dinilai dari rasio total hutang terhadap total aset
dan rasio hutang terhadap modal dapat diinterpretasikan mampu melinasi
hutang aset yang tersedia dan mempu melunasi hutang dengan modal yang
tersedia. Dan indikator terakhir rasio aktivitas yang dinilai dari rata-rata piutang
dengan nilai 17,90 *) diartikan dibutuhkan waktu 17,9 hari untuk merubah
piutang menjadi kas, untuk rata-rata umur persediaan memiliki nilai 59,88*) yang
berarti dibutuhkan waktu sekitar 59,88 hari dalam penggunaan persediaan untuk
3.2 KEBIJAKAN PENGELOLAAN KEUANGAN MASA LALU
Kebijakan pengelolaan keuangan daerah, secara garis besar akan
tercermin pada kebijakan pendapatan, pembelanjaan serta pembiayaan APBD.
Pengelolaan Keuangan daerah yang baik menghasilkan keseimbangan antara
optimalisasi pendapatan daerah, efisiensi dan efektivitas belanja daerah serta
ketepatan dalam memanfaatkan potensi pembiayaan daerah.
3.2.1 Proporsi Penggunaan Anggaran
Dalam analisis ini, kebutuhan belanja untuk aparatur dipandang ekivalen
dengan kebutuhan belanja tak langsung, yaitu belanja yang tersedia tidak
berhubungan langsung dengan ada atau tidaknya program ataupun kegiatan
yang dilaksanakan. Proporsi belanja pemenuhan kebutuhan aparatur dan
proporsi realisasi belanja di Kabupaten Proboliinggo dalam lima tahun terakhir
disajikan sebagai berikut.
Tabel 3. 6
Analisis Proporsi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur Kabupaten Probolinggo Tahun 2008 - 2012
No Tahun
Anggaran
Total Belanja Untuk Pemenuhan Kebutuhan Aparatur
Total Pengeluaran Belanja + Pengeluaran Pembiayaan
Prosentase
(a) (b) (a)/(b)*100%
1 2008 427.102.718.448,40 729.470.126.872,65 58,55
2 2009 480.252.773.419,70 794.061.282.235,57 60,48
3 2010 616.498.433.764,42 867.868.117.451,37 71,04
4 2011 685.297.941.491,82 1.136.572.221.082,76 60,30
5 2012 788.194.976.249,02 1.309.251.736.075,59 60,20
Gambar 3. 2 Proporsi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur Kabupaten Probolinggo Tahun 2008 - 2012
Berdasarkan penyajian tabel dan Grafik di atas, maka diperoleh
gambaran bahwa proporsi belanja untuk pemenuhan kebutuhan aparatur dalam
APBD Kabupaten Probolinggo dalam tiga tahun terakhir masih diatas 50% yaitu
71,04 (Tahun 2010), 60,30 (Tahun 2011) dan 60,20 (Tahun 2012), sementara
arah yang diinginkan secara nasional mengenai proporsi belanja untuk lebih
didominasi oleh pemenuhan kebutuhan di luar belanja untuk aparatur.
Pengeluaran wajib dan mengikat serta prioritas utama telah dialokasi
anggaran sebagai berikut :
Tabel 3. 7
Realisasi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur Kabupaten Probolinggo Tahun 2008 –2012
No Uraian
Sumber : Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Kab. Probolinggo (diolah)
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pengeluaran wajib dan mengikat
serta prioritas utama adalah seluruh belanja yang harus tersedia anggarannya
disetiap tahun baik bersifat rutin seperti pemenuhan gaji dan tunjangan, belanja
jasa kantor maupun pos di pengeluaran pembiayaan. Hasil analisis
memperlihatkan bahwan pengeluaran wajib dan mengikat serta prioritas utama
lima tahun terkahir, dengan rata-rata pertumbuhannya sebesar 10,82%.
3.2.2 Analisis Pembiayaan
Analisis pembiayaan Kabupaten Probolinggo dalam kurun waktu tahun
2010-2012 dapat dijelaskan bahwa realisasi pendapatan daerah, realisasi
belanja dan pengeluaran pembiayaan yang menyebabkan defisit riil terbesar
terjadi pada tahun 2012 yaitu sebesar Rp. 22.982.734.027,38 Secara rinci
Tabel 3. 8
Defisit Riil Anggaran Kabupaten Probolinggo Tahun 2010 - 2012
No. Uraian 2010 2011 2012
1 Realisasi Pendapatan Daerah 903.709.481.861,59 1.135.279.347.236,61 1.286.269.002.047,55
2 Realisasi Belanja Daerah 861.394.887.451,37 1.112.602.221.082,76 1.291.326.736.074,93
3 Pengeluaran Pembiayaan
Daerah 6.473.230.000,00 23.970.000.000,00 17.925.000.000,00
Defisit Riil 35.841.364.410,22 -1.292.873.846,15 -22.982.734.027,38
Sumber : Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Kab. Probolinggo (diolah)
Dari tabel 3.8 di atas dapat diketahui bahwa untuk menutup defisit riil
pemerintah Kabupaten Probolinggo menggunakan strategi pemakaian
penerimaan pembiayaan, baik berasal dari SilPA tahun sebelumnya,
Penerimaan dana cadangan maupun penerimaan kembali pinjaman kepada
pihak III. Selama kurun waktu 2010-2012, penerimaan pembiayaan selalu
berada diatas defisit riil, hal tersebut bisa dilakukan karena dalam perencanaan
dan penganggaran setiap tahunnya dilakukan dengan menghitung secara detail
kemampuan keuangan daerah dan kebutuhan belanja yang dibutuhkan.
Berikut ini merupakan data penutup defisit rill anggaran Kabupaten
Probolinggo tahun 2010-2012 dapat disajikan pada tabel berikut ini :
Tabel 3. 9
Komposisi Penutup Defisit Riil Anggaran Kabupaten Probolinggo Tahun 2010 - 2012
No Uraian
Proporsi dari total defisit riil
2010 2011 2012
1 SiLPA tahun
sebelumnya 59.725.631.793,62 101.022.503.112,84 104.436.696.141,69
2. Penerimaan dana
Cadangan 0 0 15.000.000.000,00
3.
Penerimaan kembali Pemberian Pinjaman
5.455.506.909,00 4.707.066.875,00 3.065.670.530,51
4 Penerimaan
Pembiayaan 65.181.138.702,62 105.729.569.987,84 122.502.366.672,20
Sumber : Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Kab. Probolinggo (diolah)
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa penerimaan pembiayaan dari
tahun 2010-2012 nilainya mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Pada
2011-2012 nilai penerimaan pembiayaan naik sebesar 16.772.796.684,36.
Berikut ini merupakan data realisasi sisa lebih perhitungan anggaran
(SILPA) riil Kabupaten Probolinggo tahun 2010-2012 :
Tabel 3. 10
Realisasi Sisa Lebih Perhitungan Anggaran(SiLPA) Riil Kabupaten Probolinggo Tahun 2010-2012
2.617.201.206,06 4.118.962.013,01 6.685.805.717,79 7,62
2
Pelampauan Penerimaan Dana
Perimbangan
16.269.530.313,00 7.045.966.400,00 0 (24,15)
3
37.672.731.533,56 52.132.687.649,72 96.367.890.423,90 9,45
5 Kegiatan Lanjutan 10.473.363.000,00 1.383.000.000,00 (43,40)
6
3.037.079.000,00 (1.493.493.000,00) 0 (76,14)
7 Jumlah SiLPA
Riil 65.181.138.702,62 101.022.503.112,84 104.436.696.141,69 1,47
Sumber : Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Kab. Probolinggo (diolah)
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah silpa pada tahun
2012 mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Pada tahun
2010-2011 nilai silpa meningkat sebesar 35.841.364.410,22. Sedangkan pada tahun
2011-2012 nilai silpa meningkat sebesar 3.414.193.028,85. Sehingga
peningkatan tahun 2011-2012 lebih kecil dari tahun sebelumnya. Tetapi dari
segi jumlah silpa tahun 2012 merupakan jumlah silpa terbesar dari tahun-tahun
3.3 KERANGKA PENDANAAN
Kerangka pendanaan adalah bagian dari kerangka fiskal yang
berhubungan dengan kemampuan untuk membiayai belanja pemerintah.
Penyusunan kerangka pendanaan ini dimaksudkan untuk mendukung efisiensi
dan efektivitas proses penyusunan rencana kinerja daerah dalam suatu periode,
yaitu terdapat sinkronisasi dan keselarasan antara target pembangunan daerah
yang ingin dicapai dan kemampuan pemerintah untuk membiayainya. Dalam
ketersediaan sumber pembiayaan yang relatif terbatas, secara holistik
pemerintah tentu lebih memprioritaskan penanganan pada sektor/bidang yang
bersifat strategis dan atau berkaitan dengan hajat hidup masyarakat luas,
sedangkan sektor/bidang lain ditangani oleh masyarakat dengan regulasi –
regulasi yang ditetapkan pemerintah.
Analisis kerangka pendanaan bertujuan untuk menghitung kapasitas riil
keuangan daerah, yang akan dialokasikan untuk pendanaan program
pembangunan jangka menengah daerah selama 5 (lima) tahun ke depan.
Langkah awal yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi seluruh
penerimaan daerah sebagaimana telah dihitung pada bagian di atas dan ke
pos-pos mana sumber penerimaan tersebut akan dialokasikan. Suatu kapasitas
riil keuangan daerah adalah total penerimaan daerah setelah dikurangkan
dengan berbagai pos atau belanja dan pengeluaran pembiayaan yang wajib dan
mengikat serta prioritas utama.
3.3.1 Proyeksi Pendapatan Daerah
Rata-rata pertumbuhan realisasi pendapatan kurun waktu 2008-2012,
yakni 15,90% per tahun. Pencapaian realisasi tersebut disamping karena
disamping karena adanya regulasi di bidang keuangan utamanya sumber
penerimaan daerah, juga karena adanya sumber penerimaan yang dilimpahkan
ke daerah. Sedangkan proyeksi pendapatan 2013-2018 sebesar 5%
diasumsikan tidak adanya perubahan yang significant terhadap regulasi
keuangan daerah sehingga berdampak terhadap penerimaan daerah, maka
proyeksi pendapatan daerah sebagaimana ditunjukkan pada tabel berikut ini :
Tabel 3. 11
Proyeksi Pendapatan Daerah Kabupaten Probolinggo Tahun 2013-2018
No Uraian
Tahun
Dasar Tahun Proyeksi (Rp. Milyar)
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Dari grafik diatas dapat dibuat digambarkan dalam bentuk tabel sebagai berikut
:
Gambar 3. 3Proyeksi Pendapatan Daerah Kabupaten Probolinggo Tahun 2013-2018
Berdasarkan tabel dan grafik di atas dapat diketahui bahwa proyeksi
pendapatan daerah Kabupaten Probolinggo mulai tahun 2012-2018 mengalami
peningkatan tetapi tidak cukup signifikan. Nilai proyeksi pendapatan Tahun 2012
(1.286,00), Tahun 2013 (1.315,30),Tahun 2014 (1.414,49), Tahun 2015
(1.520,57),Tahun 2016 (1.634,61), Tahun 2017 (1.757,21) dan Tahun 2018
(1.889,00). Sedangkan rata-rata peningkatan proyeksi pendapatan dari tahun
2012-2018 adalah 100,5 %.
3.3.2 Proyeksi Kebutuhan Belanja Wajib dan Mengikat Daerah
Data proyeksi kebutuhan belanja wajib dan mengikat daerah mulai tahun
2013-2018 dapat dilihat melalui tabel berikut ini :
Tabel 3. 12
Proyeksi Kebutuhan Belanja Wajib dan Mengikat Daerah Kabupaten Probolinggo Tahun 2013-2018
No Uraian
Tahun Dasar (2012)
Tahun Proyeksi (Rp. Milyard)
2013 2014 2015 2016 2017 2018
1
Kebutuhan Belanja Wajib dan Mengikat
635,18 716,50 766,66 820,32 877,74 939,19 1.004,93
Gambar 3. 4 Proyeksi Kebutuhan Belanja Wajib dan Mengikat Daerah Kabupaten Probolinggo Tahun 2013-2018
Berdasarkan tabel dan grafik di atas dapat diketahui bahwa proyeksi
kebutuhan belanja wajib dan mengikat dihitung berdasarkan rata-rata tingkat
realisasi belanja wajib dan mengikat tahun 2013-2018 sebagaimana hasil
proyeksi dengan tingkat pertumbuhan 57,686 atau 7% per tahun
Sedangkan, proyeksi SiLPA Riil tahun 2013-2018 menggunakan data
SiLPA Riil kurun waktu ditunjukkan melalui tabel 3.13 diperoleh angka proyeksi
sebagai berikut ini :
Tabel 3. 13
Proyeksi SilPA Riil Kabupaten Probolinggo Tahun 2013-2018
No Uraian
Tahun Dasar (2012)
Tahun Proyeksi (Rp. Milyard)
2013 2014 2015 2016 2017 2018
1 SilPA Riil 104,43 99,50 99,21 98,69 98,16 97,64 97,12
Gambar 3. 5 Proyeksi SilPA Riil Kabupaten Probolinggo Tahun 2013-2018
Berdasarkan tabel dan grafik diatas diketahui bahwa dimana diketahui
SilPa pada tahun 2013-2014 mengalami penurunan sebesar 0,29 selanjutnya
pada tahun 2014-2015 mengalami penurunan 0,52. Pada tahun 2015-2016 juga
mengalami penurunan sebesar 0.53, penurunan ini tidak berbeda jauh dengan
tahun sebelumnya. Selanjutnya pada 2016-2017 mengalami penurunan sebesar
0,52. Dan pada tahun 2017-2018 penurunan silpa sebesar 0,52. Hal ini sejalan
dengan kebijakan mengenai pengelolaan daerah mengamanatkan agar
manajemen silpa setiap tahunnya menurun dari tahun ke tahun. Hal ini terkait
dengan efektifitas penganggaran. Oleh karen itu diambil kebijakan proyeksi
SiLPA Riil kurun waktu 2013-2018 tingkat pertumbuhannya menurun sebesar
kurang lebih 3 % dari tahun dasar 2012.
3.3.3 Perhitungan Kerangka Pendanaan
Berdasarkan fakta historis sebagaimana disajikan pada table
sebelumnya, maka perkiraan kapasitas riil kemampuan keuangan daerah untuk
mendanai pembangunan Kabupaten Probolinggo dalam jangka waktu lima
tahunan ke dua tahun 2013-2018, disajikan sebagai berikut.
Tabel 3. 14
Perkiraan Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah untuk Mendanai Pembangunan Daerah Kabupaten Probolinggo Tahun 2013-2018
NO Uraian
Proyeksi (Rp. MILYAR)
2013 2014 2015 2016 2017 2018
2 Pencairan Dana Cadangan
- - - - 20,00 -
3 Sisa Lebih (Riil) Perhitungan Anggaran
99,50 99,21 98,69 98,16 97,64 97,12
4 Total Penerimaan 1.415,30 1.513,70 1.619,26 1.732,77 1.874,85 1.986,12
Dikurangi :
5
Belanja Pengeluaran Pembiayaan yang wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama
716,50 766,66 820,32 877,74 939,19 1.004,93
6
Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan
698,80 747,04 798,94 855,03 935,66 981,19
Sumber : Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Kab. Probolinggo (diolah)
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa kapasitas riil kemampuan
daerah Kabupaten Probolinggo dalam menandai pembangunan daerah mulai
tahun 2013-2018 mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari tahun
ketahun. Peningkatan kapasitas riil kemampuan pada tahun 2013-2018 rata-rata
naik sebesar 7%.
Berdasarkan perkiraan kapasitas riil kemampuan anggaran daerah,
selanjutnya perlu ditetapkan kebijakan alokasi indikatif dari kapasitas riil
kemampuan anggaran daerah kedalam berbagai urusan, kewenangan,
organisasi (SKPD) dan program sesuai prioritas pembangunan. Guna
memudahkan dalam membreak-down alokasi anggaran, maka perlu dilakukan
pengelompokan prioritas (Kelompok Prioritas). Terkait dengan alokasi anggaran
ini, dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu: Kelompok Prioritas I, Kelompok Prioritas II
dan Kelompok Prioritas III. Secara sederhana alokasi anggaran dilakukan
dengan mengalokasikan anggaran pada Kelompok Prioritas I sebelum
Kelompok Prioritas II. Dan Kelompok Prioritas III mendapatkan alokasi anggaran
setelah Kelompok Prioritas I dan II terpenuhi kebutuhan dananya.
Tabel 3. 15
Kebijakan Alokasi Anggaran berdasarkan Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Kabupaten Probolinggo Tahun 2013-2018
Kelompok Prioritas Prosentase 2013 2014 2015 2016 2017
KP I 50% - 60% 299,65 373,52 399,47 427,52 467,83
KP II 30% - 25% 179,79 224,11 239,68 256,51 280,70
KP III 20% -15% 119,86 149,41 159,79 171,01 187,13
Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan
Kebijakan penetapan persentase tiap tahun sesuai uruan prioritas (I,II
dan III) bukan menunjukan urutan besarnya persentase tetapi lebih
dimaksudkan untuk keperluan pengurutan pemenuhan kebutuhan
pendanaanya. Besar prosentase ditentukan sesuai analisis umum tentang
kapasitas pendanaan dari program prioritas yang dibayangkan akan menunjang
prioritas dimaksud. Evaluasi atau analisis dari penyelenggaraan pembangunan
daerah dimasa lalu cukup baik untuk mendapatkan gambaran yang diinginkan.
Adapun, baris total pada tabel untuk masing-masing kolom persentase harus
berjumlah 100%. Baris total untuk kolom rupiah dapat menunjukan total
kapasitas riil keuangan daerah yang telah dihitung pada bagian sebelumnya.
Penetapan persentase masing-masing prioritas bersifat indikatif sebagai
panduan awal tim perumus dalam menetapkan pagu program atau pagu SKPD.
Secara stimulan persentase tersebut dipertajam ketika program prioritas untuk
masing-masing jenis prioritas ( Prioritas I dan II) telah dirumuskan. Sisanya,
dialokasikan untuk persentase final prioritas III
Berdasarkan uraian dan penyajian tabel diatas selanjutnya diuraikan
kesimpulan analisis kebijakan pengelolaan keuangan daerah antara lain:
a) Isu yang menjadi potensi dan masalah pembangunan daerah terkait
dengan kebijakan masa lalu pengelolaan keuangan daerah dalam hal
penggunaan anggaran belanja;
Pengeluaran wajib dan mengikat serta prioritas utama lima tahun terkahir, dengan rata-rata pertumbuhannya sebesar 10,82%.
Proporsi belanja untuk pemenuhan kebutuhan aparatur dalam APBD Kabupaten Probolinggo dalam tiga tahun terakhir masih diatas 50%.
realisasi belanja dan pengeluaran pembiayaan yang menyebabkan defisit riil terbesar terjadi pada tahun 2012 yaitu sebesar Rp.
22.982.734.027,38
penerimaan pembiayaan selalu berada diatas defisit riil
b) Potensi dan tantangan perkembangan kedepan ditinjau dari perspektif
regional.
Pada tahun 2012 dan 2013, perekonomian daerah masih akan
menghadapi banyak tantangan. Perkembangan perekonomian global
yang cepat dan dinamis sangat mempengaruhi kondisi perekonomian
nasional, regional dan daerah. Fluktuasi harga komoditi utama dan krisis
keuangan yang memicu krisis ekonomi global telah memberikan tekanan
pada perekonomian daerah sehingga mengganggu pencapaian tingkat
kebijakan pembatasan subsidi bahan bakar minyak (BBM) dan kenaikan
harga kebutuhan pokok masyarakat dapat mendorong peningkatan laju
inflasi, yang tidak saja membuat biaya produksi menjadi lebih mahal,
tetapi juga diperkirakan akan melemahkan daya beli masyarakat.
Padahal, daya beli masyarakat merupakan faktor dominan dalam
menopang perekonomian. Dalam beberapa tahun ke depan, pengaruh
eksternal tersebut diperkirakan masih akan mewarnai perjalanan
pembangunan ekonomi Kabupaten Probolinggo.
Selain itu secara eksternal pada tahun 2012, Pemerintah Kabupaten
Probolinggo juga dihadapkan pada tantangan utama berupa kebijakan
Pemerintah Pusat, yaitu mendorong pertumbuhan perekonomian wilayah
yang berkeadilan dengan semangat pro poor, pro job dan pro growth
serta tetap memperhatikan upaya percepatan pencapaian Millenium
Development Goals (MDGs) dan kualitas sumberdaya alam dan
lingkungan hidup. Kondisi ini tentunya membawa konsekuensi terkait
dengan adanya upaya-upaya peningkatan efektivitas penanggulangan
kemiskinan, penurunan tingkat pengangguran terbuka, peningkatan
pelayanan kepada masyarakat, khususnya pelayanan dasar melalui
peningkatan efektivitas tata kelola penyelenggaraan pemerintahan serta
peningkatan kualitas sumberdaya alam dan lingkungan hidup.
Selain faktor eksternal, faktor internal juga menahan laju
pertumbuhan ekonomi yang signifikan, khususnya faktor yang
mempengaruhi tingkat realisasi belanja daerah dan optimalisasi
pemanfaatan dana Pemerintah Kabupaten oleh perbankan daerah.
Rendahnya tingkat realisasi belanja daerah terutama disebabkan oleh
faktor administrasi, disamping faktor hukum dan faktor gejolak ekonomi.
Rendahnya realisasi belanja APBD juga akan menyebabkan tingginya
posisi dana pemda yang disimpan di perbankan daerah.
Pada tahun 2012, kinerja perekonomian Kabupaten Probolinggo
diperkirakan akan semakin membaik. Sektor pertanian diharapkan untuk
mengalami peningkatan dengan meningkatnya produksi pertanian
tanaman pangan dan perkebunan. Sektor perdagangan, hotel dan
restoran (PHR) yang mengalami pertumbuhan cukup signifigan di
Kabupaten Probolinggo juga diprediksi mengalami peningkatan seiring
dengan membaiknya kinerja perdagangan sebagai sumber peningkatan
Pada aspek tingkat kesejahteraan masyarakat, masih dihadapkan
pada tantangan masih relatif tingginya jumlah Rumah Tangga Miskin di
wilayah Kabupaten Probolinggo yang masih berada pada angka di atas
20%. Selain itu belum optimalnya pengembangan budaya usaha pada
masyarakat yang berimbas pada belum optimalnya kesempatan usaha
ekonomi yang ada sehingga tingkat daya beli masyarakat juga belum
dapat meningkat secara signifikan. Namun demikian masih terdapat
peluang-peluang yang dapat dioptimalkan dalam rangka mewujudkan
pertumbuhan ekonomi yang berkeadilan, melalui optimalisasi peran dan
fungsi sektor-sektor lapangan usaha seperti pertanian, perdagangan,
hotel dan restoran serta industri pengolahan, yang selama ini menjadi
pilar perekonomian wilayah di Kabupaten Probolinggo agar benar-benar
bisa menjadi lokomotif bagi sektor-sektor lainnya. Selain itu juga
mengembangkan sektor-sektor yang potensial menjadi mesin-mesin
pertumbuhan baru bagi wilayah Kabupaten Probolinggo seperti sektor
pangangkutan dan komunikasi serta Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan.
Kondisi perekonomian wilayah di Kabupaten Probolinggo,
diperkirakan masih cukup prospektif pada tahun 2012 dan 2013
mendatang. Kondisi ini diindikasikan dengan kondisi makro ekonomi yang
relatif stabil serta kondisi politik serta situasi ketertiban dan keamanan
yang cukup kondusif. Secara makro, pada tahun 2013 perekonomian
wilayah Kabupaten Probolinggo ditargetkan tumbuh sebesar 6,5%
dengan tingkat inflasi sebesar 6.00
Tantangan yang dihadapi dalam penyelenggaraan perekonomian
daerah antara lain :
1. Keterbukaan arus informasi, menimbulkan pergeseran nilai dan norma
pada masyarakat, baik yang bersifat positif, maupun negatif.
2. Perubahan tersebut juga mempengaruhi cara pandang, pola pikir, dan
sikap mental masyarakat yang semakin dan terbuka dalam
menyampaikan aspirasinya
3. Semakin kritis dalam mengontrol penyelenggaraan pemerintahan dan
pelaksanaan pembangunan.
4. Tuntutan terhadap penegakan hukum dan hak asasi manusia (HAM)