• Tidak ada hasil yang ditemukan

MATERI I RAKOR KELEMBAGAAN MATERI RAPAT I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MATERI I RAKOR KELEMBAGAAN MATERI RAPAT I"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR      TAHUN 2015

TENTANG

 PERANGKAT DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa   ketentuan  Pasal  232   ayat   (1)   Undang­ Undang   Nomor   23   Tahun   2014   tentang Pemerintahan   Daerah   sebagaimana   telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang­ Undang   nomor   9   Tahun   2015   tentang Perubahan kedua atas Undang­Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, mengamanatkan   ketentuan   lebih   lanjut mengenai   perangkat   daerah   diatur   dengan Peraturan Pemerintah;

b. bahwa Undang­Undang nomor 23 Tahun 2014 tentang   Pemerintahan   Daerah   telah   memuat berbagai   ketentuan   baru   tentang   perangkat daerah, sehingga Peraturan Pemerintah Nomor 41   Tahun  2007   tentang  Organisasi   Perangkat Daerah perlu diganti;

c. bahwa   berdasarkan   pertimbangan sebagaimana   dimaksud   dalam   huruf   a   dan huruf   b,   perlu   menetapkan   Peraturan Pemerintah tentang Perangkat Daerah;

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang­Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

(2)

diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang­ Undang   nomor   9   Tahun   2015   tentang Perubahan kedua atas Undang­Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran   Negara   Republik   Indonesia   Tahun 2014 Nomor …… Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor …..);

        MEMUTUSKAN:

Menetapkan  : PERATURAN   PEMERINTAH   TENTANG   PERANGKAT DAERAH.

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam   Peraturan   Pemerintah   ini   yang   dimaksud dengan:

1. Perangkat  Daerah adalah unsur  pembantu  kepala daerah dan DPRD dalam penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah. 2. Perangkat   daerah   provinsi   adalah  organisasi

pemerintah   daerah  yang  bertugas  membantu gubernur  dan   DPRD  provinsi  dalam penyelenggaraan  urusan  pemerintahan   daerah provinsi. 

3. Perangkat   daerah   kabupaten/kota   adalah organisasi   pemerintah   daerah  yang  bertugas membantu  bupati/walikota  dan   DPRD kabupaten/kota  dalam   penyelenggaraan  urusan pemerintahan daerah kabupaten/kota. 

4. Kecamatan   atau   yang   disebut   dengan   nama   lain adalah bagian wilayah dari Daerah kabupaten/ kota sebagai   perangkat   daerah   kabupaten/kota   yang dipimpin oleh camat.

5. Pemerintah   Pusat   yang   selanjutnya   disebut Pemerintah  adalah   Presiden   Republik   Indonesia yang   memegang   kekuasaan   pemerintahan  Negara Republik   Indonesia   yang   dibantu   oleh   Wakil Presiden   dan   menteri­menteri   sebagaimana dimaksud   dalam   Undang­Undang   Dasar   Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 

6. Menteri   adalah   menteri   yang   menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam negeri.

(3)

8. Pemerintah       daerah       yang   selanjutnya   disebut Pemda  adalah    kepala    daerah      sebagai  unsur pemerintahan daerah yang memimpin  pelaksanaan urusan   pemerintahan   yang   menjadi   kewenangan daerah otonom.

9. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat  DPRD adalah  lembaga perwakilan rakyat daerah   yang   berkedudukan   sebagai   unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.

10. Urusan   Pemerintahan   adalah   kekuasaan pemerintahan   yang   menjadi   kewenangan   Presiden yang   pelaksanaannya   dilakukan   oleh   kementerian negara   dan   penyelenggara   Pemerintahan   Daerah untuk melindungi, melayani, memberdayakan, dan menyejahterakan masyarakat.

11. Tugas   Pembantuan   adalah   penugasan   dari Pemerintah   Pusat   kepada   daerah   otonom   untuk melaksanakan sebagian Urusan Pemerintahan yang menjadi   kewenangan   Pemerintah   Pusat   atau   dari Pemerintah   Daerah   provinsi   kepada   Daerah kabupaten/kota   untuk   melaksanakan   sebagian Urusan   Pemerintahan   yang   menjadi   kewenangan Daerah provinsi.

12. Urusan   Pemerintahan   Wajib   adalah   Urusan Pemerintahan   yang   wajib   diselenggarakan   oleh semua Daerah.

13. Urusan   Pemerintahan   Pilihan   adalah   Urusan Pemerintahan   yang   wajib   diselenggarakan   oleh Daerah sesuai dengan potensi yang dimiliki Daerah. 14. Pelayanan   Dasar   adalah   pelayanan   publik   untuk

memenuhi kebutuhan dasar warga negara.

15. Peraturan   Daerah   yang   selanjutnya   disebut   Perda atau yang disebut dengan  nama lain adalah Perda Provinsi dan Perda Kabupaten/ Kota.

16. Peraturan Kepala Daerah yang selanjutnya disebut Perkada adalah peraturan gubernur dan peraturan bupati/walikota.

17. Unit   Pelaksana   Teknis   yang   selanjutnya   disingkat UPT   adalah   unsur   pelaksana   tugas   teknis     pada dinas atau badan. 

Pasal 2

Pembentukan   perangkat   daerah   didasarkan   pada prinsip­prinsip sebagai berikut:

a. Efisiensi; b. Efektifitas;

c. Pembagian habis tugas; d. Rentang kendali; 

e. Tata kerja yang jelas;

f. Pengembangan organisasi fungsional; dan g. Fleksibilitas;

(4)
(5)

BAB II

PERANGKAT DAERAH Bagian Kesatu

Umum Pasal 3

(1) Pembentukan   dan   susunan   Perangkat   Daerah ditetapkan dengan Perda.

(2) Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku setelah   mendapat   persetujuan   dari   Menteri   bagi Perangkat   Daerah   provinsi   dan   dari   gubernur sebagai   wakil   Pemerintah   Pusat   bagi   Perangkat Daerah kabupaten/kota.

(3) Persetujuan   Menteri   atau   gubernur   sebagai   wakil Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud pada ayat (2)   diberikan   berdasarkan   pemetaan   Urusan Pemerintahan   Wajib   dan   Urusan   Pemerintahan Pilihan.

(4) Apabila   dalam   waktu   15   (lima   belas)   hari   sejak diterimanya   rancangan   Perda   sebagaimana dimaksud   pada   ayat   (2)     Menteri   atau   gubernur tidak   memberikan   persetujuan   atau   penolakan, maka   Menteri   atau   gubernur   sebagai   wakil Pemerintah Pusat dianggap  menyetujui.

(5) Kedudukan,   susunan   organisasi,   perincian   tugas dan   fungsi,   serta     tata   kerja   Perangkat   Daerah sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1)   ditetapkan dengan Perkada.

Bagian Kedua Jenis Perangkat Daerah

Pasal 4

(1) Perangkat Daerah Provinsi, terdiri atas : a. Sekretariat Daerah 

b. Sekretariat DPRD; c. Inspektorat;

d. Dinas; dan e. Badan; 

(2) Perangkat Daerah Kabupaten/Kota, terdiri atas : a. Sekretariat Daerah;

b. Sekretariat DPRD; c. Inspektorat;

d. Dinas; e. Badan; dan f. Kecamatan; 

(6)

Bagian Ketiga

Kriteria Tipelogi Perangkat Daerah Pasal 5

(1)Kriteria tipelogi perangkat daerah digunakan untuk menentukan  tipe   perangkat   daerah  berdasarkan variabel faktor umum dan faktor teknis.  

(2)Kriteria   variabel   faktor   umum   sebagaimana dimaksud   pada   ayat   (1)   ditetapkan   berdasarkan karakteristik daerah yang terdiri dari variabel:

a. jumlah penduduk; b. luas wilayah;  

c. jumlah   Anggaran   Pendapatan   dan   Belanja Daerah (APBD); 

(3)Kriteria   variabel   faktor   teknis   sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi beban tugas utama pada   masing­masing   urusan   pemerintahan   yang menjadi   kewenangan   pada   setiap   susunan pemerintahan   dan   unsur   penunjang penyelenggaraan urusan pemerintahan.

(4)Bobot   variabel   umum   adalah   20   %   (duapuluh persen)   dan   bobot   varabel   teknis   adalah   80   % (delapanpuluh persen).

(5)Perhitungan  variabel   faktor   umum   dan   variabel faktor   teknis  tercantum   dalam  Lampiran   yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.

BAB III

KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI PERANGKAT DAERAH 

Bagian Kesatu

Perangkat Daerah Provinsi Paragraf 1

Sekretariat Daerah Pasal 6

(1) Sekretariat   Daerah   sebagaimana   dimaksud   dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a merupakan unsur staf.

(2) Sekretariat   Daerah   sebagaimana   dimaksud   pada ayat   (1)   dipimpin   oleh   sekretaris   daerah   dan bertanggung jawab kepada gubernur.

(3) Sekretariat   daerah   sebagaimana   dimaksud   pada ayat   (1)   mempunyai   tugas   membantu   gubernur dalam penyusunan kebijakan dan pengoordinasian administratif terhadap pelaksanaan tugas Perangkat Daerah serta pelayanan administratif. 

(4) Sekretariat daerah dalam melaksanakan tugas dan kewajiban   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (3) menyelenggarakan fungsi:

(7)

b. pengoordinasian pelaksanaan tugas satuan kerja perangkat daerah;  

c. pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan daerah;

d. pelayanan administratif dan pembinaan aparatur daerah; dan

e. pelaksanaan   fungsi   lain   yang   diberikan   oleh gubernur   yang   berkaitan   dengan   tugas   dan fungsinya.

Pasal 7

(1) Sekretariat   daerah   sebagaimana   dimaksud  dalam Pasal 6 diklasifikasikan dalam 3 (tiga) Tipe.

(2) Tipe   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1) ditetapkan dengan klasifikasi : 

a. Sekretariat   Daerah   Tipe  A   dibentuk   untuk mewadahi   urusan   pemerintahan  yang   menjadi kewenangan   Daerah   dengan   beban   kerja   yang besar;

b. Sekretariat   Daerah   Tipe   B   dibentuk   untuk mewadahi   urusan   pemerintahan  yang   menjadi kewenangan   Daerah   dengan   beban   kerja   yang sedang; dan

c. Sekretariat   Daerah   Tipe   C   dibentuk   untuk mewadahi   urusan   pemerintahan  yang   menjadi kewenangan   Daerah   dengan   beban   kerja   yang kecil.

(3) Klasifikasi   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (2) ditentukan   berdasarkan   kriteria   variabel  jumlah penduduk,   luas   wilayah,   dan   jumlah   APBD   serta besaran   tugas  sebagaimana   tercantum   dalam Lampiran   sebagai   bagian   yang   tidak   terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.

Paragraf 2 Sekretariat DPRD

Pasal 8   

(1) Sekretariat   DPRD   sebagaimana   dimaksud   dalam Pasal   4   ayat   (1)   huruf   b   merupakan   unsur pelayanan   administrasi   dan   pemberian   dukungan terhadap tugas dan fungsi DPRD.

(2) Sekretariat DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)   dipimpin   oleh   sekretaris   DPRD   yang  dalam melaksanakan   tugasnya  secara   teknis   operasional berada   di   bawah   dan   bertanggung   jawab   kepada pimpinan   DPRD   dan   secara   administratif bertanggung   jawab   kepada   gubernur   melalui sekretaris daerah.

(8)

(4) Sekretaris DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (2)   mempunyai   tugas  menyelenggarakan administrasi   kesekretariatan,   administrasi keuangan,  mendukung   pelaksanaan   tugas   dan fungsi DPRD, menyediakan dan mengkoordinasikan tenaga   ahli   yang   diperlukan   oleh   DPRD   dalam melaksanakan  hak   dan  fungsinya   sesuai   dengan kebutuhan.

(5) Sekretariat   DPRD   dalam   melaksanakan   tugas sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (4) menyelenggarakan fungsi:

a. penyelenggaraan   administrasi   kesekretariatan DPRD;

b. penyelenggaraan administrasi keuangan DPRD; c. fasilitasi penyelenggaraan rapat–rapat DPRD; dan d. penyediaan   dan   pengoordinasian   tenaga   ahli

yang diperlukan oleh DPRD. Pasal 9

(1) Sekretariat   DPRD   sebagaimana   dimaksud  dalam Pasal 8 diklasifikasikan dalam 3 (tiga) Tipe.

(2) Tipe   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1) ditetapkan dengan klasifikasi: 

a. Sekretariat   PRD  Tipe  A   dibentuk   untuk memberikan  dukungan teknis   dan administratif kepada DPRD dengan beban kerja yang besar; b. Sekretariat   DPRD   Tipe   B   dibentuk   untuk

memberikan  dukungan teknis   dan administratif kepada DPRD  dengan beban kerja yang sedang; dan

c. Sekretariat   DPRD   Tipe   C   dibentuk   untuk memberikan  dukungan teknis   dan administratif kepada DPRD dengan beban kerja yang kecil. (3) Klasifikasi   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (2)

ditentukan   berdasarkan   kriteria   variabel  jumlah penduduk,   luas   wilayah,   dan   jumlah   APBD   serta beban   tugas   sekretariat   DPRD  sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.

Paragraf 3 Inspektorat  Pasal 10

(1) Inspektorat  sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat   (1)   huruf   c  merupakan   unsur   pengawas penyelenggaraan pemerintahan daerah.

(2) Inspektorat   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1) dipimpin oleh inspektur. 

(3) Inspektur   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (2) dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada gubernur melalui sekretaris Daerah.

(9)

dan mengawasi pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang   menjadi   kewenangan   Daerah   dan   Tugas Pembantuan oleh Perangkat Daerah provinsi.

(5) Inspektorat   dalam   melaksanakan   tugas sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (4) menyelenggarakan fungsi:

a. perumusan kebijakan teknis bidang pengawasan dan fasilitasi pengawasan; 

b. pelaksanaan   pengawasan   internal   terhadap kinerja   dan   keuangan   melalui   audit,   reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya;

c. pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan gubernur;

d. penyusunan laporan hasil pengawasan;

e. pelaksanaan administrasi inspektorat provinsi. f. pelaksanaan   fungsi     lain   yang   diberikan   oleh

gubernur   yang   terkait   dengan   tugas   pokok   dan fungsinya. 

Pasal 11

(1) Inspektorat sebagaimana dimaksud  dalam Pasal 10 diklasifikasikan dalam 3 (tiga) Tipe.

(2) Tipe   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1) ditetapkan dengan klasifikasi : 

a. Inspektorat   Tipe  A   dibentuk   untuk   mewadahi beban pelaksanaan pengawasan internal  dengan beban kerja yang besar;

b. Inspektorat   Tipe   B   dibentuk   untuk   mewadahi beban pengawasan internal  dengan beban kerja yang sedang; dan

c. Inspektorat   Tipe   C   dibentuk   untuk   mewadahi beban pengawasan internal  dengan beban kerja yang kecil.

(3) Klasifikasi   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (2) ditentukan   berdasarkan   kriteria   variabel  jumlah penduduk, luas wilayah, jumlah APBD, serta beban tugas sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.

Paragraf 4  Dinas  Pasal 12

(1) Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf   d   merupakan   unsur   pelaksana   urusan pemerintahan daerah.

(2) Dinas   dipimpin   oleh   kepala   dinas   yang berkedudukan   di   bawah   dan   bertanggung     jawab kepada gubernur melalui sekretaris daerah.

(10)

(4) Dinas   dalam   melaksanakan   tugas   sebagaimana dimaksud pada ayat (3) menyelenggarakan fungsi: a. perumusan   kebijakan   sesuai   dengan   lingkup

tugasnya;

b. pelaksanaan   kebijakan   sesuai   dengan   lingkup tugasnya;

c. pelaksanaan   evaluasi   dan   pelaporan   sesuai dengan lingkup tugasnya;

d. pelaksanaan   administrasi   dinas   sesuai   dengan lingkup tugasnya;

e. pelaksanaan   fungsi   lain   yang   diberikan   oleh gubernur   yang   berkaitan   dengan   tugas   dan fungsinya.

(5) Pada   dinas  sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1) dapat   dibentuk   UPT   dinas   untuk   melaksanakan kegiatan   teknis   operasional   dan/atau   kegiatan teknis penunjang tertentu  yang membutuhkan satu kesatuan manajemen dalam penyelenggaraannya; (6) UPT   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (5),   untuk

Dinas yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang  pendidikan berbentuk satuan pendidikan. (7) UPT   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (5),   untuk

Dinas yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang  kesehatan berbentuk rumah sakit.

(8) Selain   UPT   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (5), untuk   Dinas   yang   menyelenggarakan   urusan pemerintahan   di   bidang     pendidikan   dapat membentuk cabang dinas di Kabupaten/Kota yang wilayah   kerjanya   dapat   meliputi   lebih   dari   satu kabupaten/kota.

Pasal 13

(1) Rumah sakit daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal  12   ayat   (7)   merupakan   unit   organisasi   yang bersifat   fungsional  sebagai   sebuah   unit   layanan yang bekerja secara profesional;

(2) Rumah   sakit   daerah   sebagaimana   dimaksud   pada ayat   (1)   merupakan   unit   organisasi   otonom   yang secara   teknis   administratif   dibina   oleh   dinas kesehatan.

(3) Ketentuan   mengenai   susunan   organisasi,   tugas, fungsi, hubungan fungsional dan kriteria klasifikasi UPT  Dinas  yang   berbentuk   rumah   sakit sebagaimana   dimaksud   dalam   Pasal   12   ayat   (7) diatur  dengan   peraturan   menteri   yang menyelenggarakan urusan  pemerintahan di  bidang kesehatan setelah mendapat pertimbangan Menteri dan   menteri   yang   menyelenggarakan   urusan pemerintahan di bidang aparatur negara.

Pasal 14

(11)

kabupaten/kota  yang   mempunyai   urusan pemerintahan pada wilayah tersebut.

(2) wilayah kerja cabang dinas sebagaimana dimaksud pada   ayat   (1)   dapat   meliputi   lebih   dari   satu kabupaten/kota.

(3) Pembentukan cabang dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan peraturan daerah. (4) Dalam   rangka   percepatan   dan   efisiensi   pelayanan

publik   urusan   pemerintahan   sebagaimana dimaksud   pada   ayat   (1),  cabang   dinas  mendapat pelimpahan wewenang dari gubernur.

(5) Pelimpahan wewenang dari gubernur sebagaimana dimaksud   pada   ayat   (4)   dilaksanakan   melalui peraturan gubernur.

Pasal 15

(1) Pembentukan   UPT   dinas   sebagaimana   dimaksud dalam   Pasal   12   ayat   (5)   ditetapkan   melalui peraturan gubernur.

(2) Peraturan   Gubernur   sebagaimana   dimaksud   pada ayat   (1)   ditetapkan   setelah   dikonsultasikan   secara tertulis dengan Menteri.

Pasal 16

(1) Dinas   sebagaimana   dimaksud  dalam   Pasal   12 diklasifikasikan dalam 3 (tiga) Tipe.

(2) Tipe   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1) ditetapkan dengan klasifikasi : 

a. dinas Tipe  A dibentuk untuk mewadahi urusan pemerintahan  yang menjadi kewenangan Daerah dengan beban kerja yang besar;

b. dinas Tipe B dibentuk untuk mewadahi urusan pemerintahan  yang menjadi kewenangan Daerah dengan beban kerja yang sedang; dan

c. dinas Tipe C dibentuk untuk mewadahi urusan pemerintahan  yang menjadi kewenangan Daerah dengan beban kerja yang kecil.

(3) Klasifikasi   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1) ditentukan   berdasarkan   perhitungan   nilai   variabel jumlah penduduk, luas wilayah, jumlah APBD dan besaran masing­masing Urusan Pemerintahan yang menjadi   kewenangan   Daerah,   untuk   Urusan Pemerintahan   Wajib   dan   berdasarkan   potensi, proyeksi penyerapan tenaga kerja, dan pemanfaatan lahan   untuk   Urusan   Pemerintahan   Pilihan sebagaimana   tercantum   dalam   Lampiran   yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.

Pasal 17

(12)

(2) Urusan pemerintahan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari :

a. urusan  pemerintahan  wajib   yang   berkaitan dengan pelayanan dasar; dan

b. urusan  pemerintahan  wajib   yang   tidak berkaitan dengan pelayanan dasar.

(3) Urusan pemerintahan wajib  yang berkaitan dengan pelayanan dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a terdiri atas : 

a. pendidikan; b. kesehatan;

c. pekerjaan umum dan penataan ruang;

d. perumahan rakyat dan kawasan permukiman;  e. ketenteraman,   ketertiban   umum,   dan

perlindungan masyarakat; dan f. sosial.

(4) Urusan  pemerintahan  wajib  yang   tidak   berkaitan dengan   pelayanan   dasar   sebagaimana   dimaksud pada ayat (2) huruf b terdiri atas: 

a. tenaga kerja;

b. pemberdayaan   perempuan   dan   pelindungan anak; 

c. pangan; d. pertanahan;

e. lingkungan hidup;

f. administrasi kependudukan dan pencatatan sipil; g. pemberdayaan masyarakat dan Desa;

h. pengendalian penduduk dan keluarga berencana; i. perhubungan; 

j. komunikasi dan informatika;

k. koperasi, usaha kecil, dan menengah; l. penanaman modal;

m. kepemudaan dan olah raga; n. statistik;

o. persandian; p. kebudayaan;

q. perpustakaan; dan r. kearsipan.

(5) Urusan   pemerintahan   pilihan  sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri atas : 

a. kelautan dan perikanan; b. pariwisata;

c. pertanian; d. kehutanan;

e. energi dan sumber daya mineral; f. perdagangan; 

g. perindustrian; dan h. transmigrasi.

(6) Masing­masing   urusan   pemerintahan   sebagaimana dimaksud   pada   ayat   (3),   ayat   (4)   dan   ayat   (5) diwadahi dalam bentuk dinas. 

(13)

huruf   e,   dinas   menyelenggarakan   urusan ketentraman,   ketertiban   umum   dan   perlindungan masyarakat sub urusan bencana dan kebakaran.

Pasal 18

(1) Dalam   hal   berdasarkan  perhitungan   nilai  variabel sebagaimana  dimaksud   dalam   Pasal   16   ayat   (3) suatu urusan pemerintahan tidak memenuhi syarat untuk dibentuk dinas sendiri, urusan pemerintahan tersebut digabung dengan dinas lain.

(2) Penggabungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan   dengan   dinas   yang   memiliki   kedekatan karakteristik   urusan   pemerintahan   atau   memiliki keterkaitan   dengan   penyelenggaraan   urusan pemerintahan tersebut.

(3) kedekatan karakteristik urusan pemerintahan atau memiliki   keterkaitan   dengan   penyelenggaraan urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri dari:

a. pendidikan, kebudayaan, serta kepemudaan dan olahraga;

b. kesehatan, pengendalian penduduk dan keluarga berencana serta administrasi kependudukan dan pencatatan sipil;

c. sosial,  ketentraman,   ketertiban   umum   dan perlindungan   masyarakat,  pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, transmigrasi serta pemberdayaan masyarakat dan desa; 

d. penanaman   modal,   koperasi,   usaha   kecil   dan menengah,   perindustrian,   perdagangan,   dan tenaga kerja. 

e. komunikasi   dan   informatika,   statistik,   dan persandian;

f. pekerjaan   umum   dan   penataan   ruang, pertanahan,   serta   energi  dan   sumber   daya mineral;

g. perumahan   dan   kawasan   permukiman,   dan perhubungan;

h. pangan, pertanian, serta kelautan dan perikanan, i. lingkungan hidup dan  kehutanan;

j. perpustakaan, kearsipan, dan pariwisata.  

(4) penggabungan   urusan   pemerintahan   sebagaimana dimaksud pada ayat  (1) dilakukan paling banyak 3 (tiga) urusan pemerintahan.

(5) Tipelogi   dinas   hasil   penggabungan   urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat  (1) sesuai   dengan   tipe   dinas   sebelum   penggabungan dengan   tambahan   bidang   atau  sub   bidang  dari urusan pemerintahan yang digabungkan. 

(14)
(15)

Paragraf 5 Badan  Pasal 19

(1) Badan sebagaimana dimaksud  dalam Pasal 4 ayat (1)   huruf   e   merupakan   unsur   penunjang  urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah. (2) Badan   dipimpin   oleh   kepala   badan   yang

berkedudukan   di   bawah   dan   bertanggung   jawab kepada gubernur melalui sekretaris daerah. 

(3) Badan   sebagaimana   dimaksud   pada         ayat   (1) mempunyai   tugas  membantu  gubernur melaksanakan   fungsi   penunjang   urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah. (4) Badan   dalam   melaksanakan   tugas   sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) menyelenggarakan fungsi: a. penyusunan   kebijakan   teknis   sesuai   dengan

lingkup tugasnya;

b. pelaksanaan   tugas   dukungan   teknis   sesuai dengan lingkup tugasnya;

c. pemantuan, evauasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas   dukungan   teknis   sesuai   dengan   lingkup tugasnya;

d. pembinaan teknis penyelenggaraan  fungsi­fungsi penunjang   urusan   pemerintahan   daerah  sesuai dengan lingkup tugasnya; dan

e. pelaksanaan   fungsi   lain   yang   diberikan   oleh gubernur sesuai dengan tugas dan fungsinya. (5) Unsur   penunjang   urusan   pemerintahan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. perencanaan;

b. keuangan; c. kepegawaian;

d. pendidikan dan pelatihan;

e. penelitian dan pengembangan; dan

f. fungsi lain sesuai dengan peraturan perundang­ undangan.

(6) Badan   yang   melaksanakan   fungsi   lain   sebaimana dimaksud  pada ayat (5)  huruf  f    dibentuk   dengan kriteria :

a. Diperintahkan   oleh   peraturan   perundang­ undangan; dan

b. Memberikan   pelayanan/menunjang   terhadap pelaksanaan   tugas   seluruh   perangkat   daerah yang lain.

(7) Badan yang melaksanakan fungsi lain sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dibentuk setelah mendapat persetujuan   dari   Menteri   dan   menteri   yang menyelenggarakan urusan  pemerintahan di  bidang aparatur negara.

(8) Untuk  melaksanakan   fungsi   penunjang   tertentu, pada badan dapat dibentuk UPT.

(16)

pemerintah   pusat,   daerah   provinsi   dapat membentuk kantor penghubung di ibu kota negara.

Pasal 20

(1) Pembentukan   UPT   badan   sebagaimana   dimaksud dalam   Pasal   19   ayat   (8)   ditetapkan   melalui peraturan gubernur.

(2) Peraturan   Gubernur   sebagaimana   dimaksud   pada ayat   (1)   ditetapkan   setelah   dikonsultasikan   secara tertulis dengan Menteri.

Pasal 21

Pembentukan  kantor penghubung di ibu kota negara sebagaimana   dimaksud   dalam   Pasal   19   ayat   (9) ditetapkan melalui peraturan daerah.

Pasal 22

(1) Badan  sebagaimana   dimaksud  dalam   Pasal   20 dibentuk dalam 3 (tiga) Klasifikasi.

(2) Klasifikasi   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1) dibentuk dengan ketentuan: 

a. badan   Tipe     A   dibentuk   untuk   mewadahi pelaksanaan  fungsi  penunjang   Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah dengan beban kerja yang besar;

b. badan   Tipe   B   dibentuk   untuk   mewadahi pelaksanaan   fungsi  penunjang   Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah dengan beban kerja yang sedang; dan

c. badan   Tipe     C   dibentuk   untuk   mewadahi pelaksanaan  penunjang   Urusan   Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah dengan beban kerja yang kecil.

(3) Klasifikasi   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (2) ditentukan   berdasarkan   perhitungan   nilai   variabel pada   jumlah   penduduk,   luas   wilayah,   Jumlah APBD, dan cakupan tugas  sebagaimana tercantum dalam   Lampiran   yang   merupakan   bagian   tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.

Pasal 23

(1) Dalam   hal   berdasarkan   variabel  sebagaimana dimaksud   dalam   Pasal   22   ayat   (3)   suatu   fungsi penunjang   urusan   pemerintahan   tidak   memenuhi syarat   untuk   dibentuk   badan   sendiri,   penunjang urusan   pemerintahan   tersebut   digabung   dengan badan lain.

(2) Penggabungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan  dengan   badan   yang  memiliki   kedekatan fungsi  atau  memiliki   keterkaitan  fungsi  penunjang urusan pemerintahan tersebut.

(17)

a. kepegawaian, pendidikan dan pelatihan; b. perencanaan, penelitian dan pengembagan;

(4) Penggabungan   fungsi   penunjang   urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat  (1) dilakukan paling banyak 2 (dua) fungsi penunjang urusan pemerintahan.

(5) Tipelogi   badan   hasil   penggabungan   fungsi penunjang   urusan   pemerintahan   sebagaimana dimaksud pada ayat   (1) ditetapkan sesuai dengan jumlah   bidang   berdasarkan   perhitungan   nilai variabel dari fungsi penunjang urusan pemerintahan yang digabungkan.

(6) Nomenklatur   badan   yang   mendapatkan   tambahan bidang dari fungsi penunjang urusan pemerintahan sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (5)   tetap merupakan   nomenklatur   badan   utama,   ditambah dengan   nama   fungsi   penunjang   urusan pemerintahan yang digabungkan.

Bagian Kedua

Perangkat Daerah Kabupaten/Kota Paragraf 1

Sekretariat Daerah Pasal 24

(1) Sekretariat   Daerah   sebagaimana   dimaksud   dalam Pasal 4 ayat (2) huruf a merupakan unsur staf.

(2) Sekretariat   Daerah   sebagaimana   dimaksud   pada ayat   (1)   dipimpin   oleh   sekretaris   Daerah   dan bertanggung jawab kepada bupati/walikota

(3) Sekretariat   Daerah   sebagaimana   dimaksud   pada ayat   (1)   mempunyai   tugas   membantu   bupati/ walikota   dalam   penyusunan   kebijakan   dan pengoordinasian administratif terhadap pelaksanaan tugas   Perangkat   Daerah   serta   pelayanan administratif. 

(4) Sekretariat daerah dalam melaksanakan tugas dan kewajiban   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (3) menyelenggarakan fungsi:

a. pengoordinasian penyusunan kebijakan daerah; b. pengoordinasian pelaksanaan tugas satuan kerja

perangkat daerah;  

c. pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan daerah;

d. pelayanan administratif dan pembinaan aparatur daerah; dan

e. pelaksanaan   tugas   lain   yang   diberikan   oleh bupati/walikota   sesuai   dengan   tugas   dan fungsinya.

Pasal 25

(18)

(2) Tipe   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1) ditetapkan dengan klasifikasi: 

a. Sekretariat   Daerah   Tipe  A   dibentuk   untuk mewadahi   urusan   pemerintahan  yang   menjadi kewenangan   Daerah   dengan   beban   kerja   yang besar;

b. Sekretariat   Daerah   Tipe   B   dibentuk   untuk mewadahi   urusan   pemerintahan  yang   menjadi kewenangan   Daerah   dengan   beban   kerja   yang sedang; dan

c. Sekretariat   Daerah   Tipe   C   dibentuk   untuk mewadahi   urusan   pemerintahan  yang   menjadi kewenangan   Daerah   dengan   beban   kerja   yang kecil.

(3) Klasifikasi   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (2) ditentukan   berdasarkan   kriteria   variabel  jumlah penduduk,   luas   wilayah,   dan   jumlah   APBD   serta besaran   tugas  sebagaimana   tercantum   dalam Lampiran   sebagai   bagian   yang   tidak   terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.

Paragraf 2 Sekretariat DPRD

Pasal 26   

(1) Sekretariat   DPRD   sebagaimana   dimaksud   dalam Pasal   4   ayat   (2)   huruf   b   merupakan   unsur pelayanan   administrasi   dan   pemberian   dukungan terhadap tugas dan fungsi DPRD.

(2) Sekretariat   DPRD   sebagaimana   dimaksud   pada ayat (1) dipimpin oleh sekretaris DPRD yang dalam melaksanakan tugasnya  secara teknis  operasional berada   di   bawah   dan   bertanggung   jawab   kepada pimpinan   DPRD   dan   secara   administratif bertanggung jawab kepada bupati/walikota melalui sekretaris daerah.

(3) Sekretaris DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diangkat dan diberhentikan dengan keputusan bupati/walikota atas persetujuan pimpinan DPRD kabupaten/kota   setelah   berkonsultasi   dengan pimpinan fraksi.

(4) Sekretaris DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (2)   mempunyai   tugas  menyelenggarakan administrasi   kesekretariatan,   administrasi keuangan,  mendukung   pelaksanaan   tugas   dan fungsi DPRD, menyediakan dan mengkoordinasikan tenaga   ahli   yang   diperlukan   oleh   DPRD   dalam melaksanakan  hak   dan  fungsinya   sesuai   dengan kebutuhan.

(5) Sekretariat   DPRD   dalam   melaksanakan   tugas sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (4) menyelenggarakan fungsi:

(19)

b. penyelenggaraan administrasi keuangan DPRD; c. fasilitasi penyelenggaraan rapat–rapat DPRD; dan d. penyediaan   dan   pengoordinasian   tenaga   ahli

yang diperlukan oleh DPRD. Pasal 27

(1) Sekretariat   DPRD   sebagaimana   dimaksud  dalam Pasal 26 diklasifikasikan dalam 3 (tiga) Tipe.

(2) Tipe   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1) ditetapkan dengan klasifikasi: 

d. Sekretariat   PRD  Tipe  A   dibentuk   untuk memberikan  dukungan teknis   dan administratif kepada DPRD dengan beban kerja yang besar; e. Sekretariat   DPRD   Tipe   B   dibentuk   untuk

memberikan  dukungan teknis   dan administratif kepada DPRD  dengan beban kerja yang sedang; dan

f. Sekretariat   DPRD   Tipe   C   dibentuk   untuk memberikan  dukungan teknis   dan administratif kepada DPRD dengan beban kerja yang kecil. (3) Klasifikasi   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (2)

ditentukan   berdasarkan   kriteria   variabel  jumlah penduduk,   luas   wilayah,   dan   jumlah   APBD   serta beban   tugas   sekretariat   DPRD  sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.

Paragraf 3 Inspektorat  Pasal 28

(1) Inspektorat  sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat   (2)   huruf   c  merupakan   unsur   pengawas penyelenggaraan pemerintahan daerah.

(2)   Inspektorat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh inspektur.

(3) Inspektur   sebagaimana   dimaksud   dalam   ayat   (2) dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab langsung kepada bupati/walikota dan secara teknis administratif   mendapat   pembinaan   dari   sekretaris daerah.

(4) Inspektorat   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1) mempunyai   tugas   membantu  bupati/walikota membina   dan   mengawasi   pelaksanaan   Urusan Pemerintahan   yang   menjadi   kewenangan  daerah Kabupaten/Kota  dan   tugas   pembantuan   yang dilaksanakan perangkat daerah kabupaten/kota. (5) Inspektorat   dalam   melaksanakan   tugas

sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (3) menyelenggarakan fungsi:

a. perumusan kebijakan teknis bidang pengawasan dan fasilitasi pengawasan; 

(20)

evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya;

c. pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan bupati/walikota;

d. penyusunan laporan hasil pengawasan;

e. pelaksanaan   administrasi   inspektorat kabupaten/kota.

f. pelaksanaan   fungsi     lain   yang   diberikan   oleh bupati/walikota yang terkait dengan tugas pokok dan fungsinya. 

Pasal 29

(1) Inspektorat sebagaimana dimaksud  dalam Pasal 28 diklasifikasikan dalam 3 (tiga) Tipe.

(2) Tipe   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1) ditetapkan dengan klasifikasi : 

d. Inspektorat   Tipe  A   dibentuk   untuk   mewadahi beban pelaksanaan pengawasan internal  dengan beban kerja yang besar;

e. Inspektorat   Tipe   B   dibentuk   untuk   mewadahi beban pengawasan internal  dengan beban kerja yang sedang; dan

f. Inspektorat   Tipe   C   dibentuk   untuk   mewadahi beban pengawasan internal  dengan beban kerja yang kecil.

(3) Klasifikasi   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (2) ditentukan   berdasarkan   kriteria   variabel  jumlah penduduk, luas wilayah, jumlah APBD, serta beban tugas sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.

Paragraf 4 Dinas  Pasal 30

(1) Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf   d   merupakan   unsur   pelaksana   urusan pemerintahan daerah.

(2) Dinas   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (2) dipimpin   oleh   kepala  dinas  yang  berkedudukan   di bawah   dan   bertanggung   jawab   kepada   bupati/ walikota melalui sekretaris daerah.

(3) Dinas  sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1) mempunyai   tugas  membantu  bupati/walikota melaksanakan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan   Daerah  dan   tugas   pembantuan   yang diberikan kepada kabupaten/kota.

(4) Dinas   dalam   melaksanakan   tugas   sebagaimana dimaksud pada ayat (3) menyelenggarakan fungsi: a. perumusan   kebijakan   sesuai   dengan   lingkup

tugasnya;

(21)

c. pelaksanaan   evaluasi   dan   pelaporan   sesuai dengan lingkup tugasnya;

d. pelaksanaan   administrasi   dinas   sesuai   dengan lingkup tugasnya;

e. pelaksanaan   fungsi     lain   yang   diberikan   oleh bupati/walikota   yang   terkait   dengan   tugas   dan fungsinya.

(5) Pada  dinas  sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1) dapat   dibentuk   UPT   dinas   untuk   melaksanakan kegiatan   teknis   operasional   dan/atau   kegiatan teknis penunjang tertentu yang membutuhkan satu kesatuan manajemen dalam penyelenggaraannya. (6) UPT   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (5),   untuk

Dinas   kabupaten/kota   yang   menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang  pendidikan berbentuk satuan pendidikan.

(7) UPT   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (5),   untuk Dinas   daerah   kabupaten/kota   yang menyelenggarakan   urusan   pemerintahan   bidang kesehatan   berbentuk   rumah   sakit   daerah   dan Puskesmas.

Pasal 31

(1) Rumah   sakit   daerah   dan   Puskesmas   sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (7) merupakan unit organisasi yang bersifat fungsional  sebagai sebuah unit layanan yang bekerja secara profesional;

(2) Rumah   sakit   daerah   dan   Puskesmas   sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan unit organisasi otonom yang secara teknis administratif dibina oleh dinas kesehatan.

(3) Ketentuan   mengenai   susunan   organisasi,   tugas, fungsi, hubungan fungsional dan kriteria klasifikasi UPT  Dinas  yang   berbentuk   rumah   sakit  dan Puskesmas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat   (7)  diatur  dengan   peraturan   menteri   yang menyelenggarakan   urusan   pemerintahan   bidang kesehatan setelah mendapat pertimbangan Menteri dan   menteri   yang   menyelenggarakan   urusan pemerintahan   bidang   pendayagunaan   aparatur negara.

Pasal 32

(1) Pembentukan   UPT   dinas   sebagaimana   dimaksud dalam   Pasal   12   ayat   (5)   ditetapkan   melalui peraturan bupati/walikota.

(2) Peraturan   bupati/walikota   sebagaimana   dimaksud pada   ayat   (1)   ditetapkan   setelah   dikonsultasikan secara   tertulis   dengan   Gubernur   selaku   wakil pemerintah pusat.

Pasal 33

(1) Dinas   sebagaimana   dimaksud  dalam   Pasal   30 diklasifikasikan dalam 3 (tiga) Tipe.

(22)

a. dinas Tipe  A dibentuk untuk mewadahi urusan pemerintahan  yang menjadi kewenangan Daerah dengan beban kerja yang besar;

b. dinas Tipe B dibentuk untuk mewadahi urusan pemerintahan  yang menjadi kewenangan Daerah dengan beban kerja yang sedang; dan

c. dinas Tipe C dibentuk untuk mewadahi urusan pemerintahan  yang menjadi kewenangan Daerah dengan beban kerja yang kecil.

(3) Klasifikasi   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1) ditentukan   berdasarkan   kriteria   variabel  jumlah penduduk, luas wilayah, jumlah APBD dan  besaran masing­masing Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan   Daerah,   untuk   Urusan   Pemerintahan Wajib   dan   berdasarkan   potensi,   proyeksi penyerapan   tenaga   kerja,   dan   pemanfaatan   lahan untuk   Urusan   Pemerintahan   Pilihan  sebagaimana tercantum   dalam   Lampiran   sebagai   bagian   yang tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.

Pasal 34

(1) Urusan   pemerintahan   sebagaimana   dimaksud dalam   Pasal   30   ayat   (1)   terdiri   dari   urusan pemerintahan   wajib   dan   urusan   pemerintahan pilihan.

(2) Urusan pemerintahan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari :

a. urusan  pemerintahan  wajib   yang   berkaitan dengan pelayanan dasar; dan

b. urusan  pemerintahan  wajib   yang   tidak berkaitan dengan pelayanan dasar.

(3) Urusan pemerintahan wajib  yang berkaitan dengan pelayanan dasar, terdiri atas : 

a. pendidikan; b. kesehatan;

c. pekerjaan umum dan penataan ruang;

d. perumahan rakyat dan kawasan permukiman;  e. ketenteraman,   ketertiban   umum,   dan

perlindungan masyarakat; dan f. sosial.

(4) Urusan   pemerintahan   wajib  yang   tidak   berkaitan dengan pelayanan dasar, terdiri atas : 

a. tenaga kerja;

b. pemberdayaan   perempuan   dan   pelindungan anak; 

c. pangan; d. pertanahan;

e. lingkungan hidup;

f. administrasi kependudukan dan pencatatan sipil; g. pemberdayaan masyarakat dan Desa;

h. pengendalian penduduk dan keluarga berencana; i. perhubungan; 

j. komunikasi dan informatika;

(23)

l. penanaman modal;

m. kepemudaan dan olah raga; n. statistik;

o. persandian; p. kebudayaan;

q. perpustakaan; dan r. kearsipan.

(5) Urusan pemerintahan pilihan, terdiri atas :  a. pariwisata;

b. pertanian; c. perdagangan;

d. kelautan dan perikanan; e. kehutanan;

f. energi dan sumber daya mineral.  g. perindustrian; dan

h. transmigrasi.

(6) Masing­masing  urusan  pemerintahan  sebagaimana dimaksud   pada   ayat   (3),  ayat   (4)  dan   ayat   (5) diwadahi dalam bentuk dinas. 

(7) Khusus   untuk   urusan   pemerintahan   bidang ketenteraman,   ketertiban   umum,   dan   pelindungan masyarakat  sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (3) huruf   e,   dinas   menyelenggarakan   urusan ketentraman,   ketertiban   umum   dan   perlindungan masyarakat sub urusan bencana dan kebakaran.

Pasal 35

(1) Dalam   hal   berdasarkan  perhitungan   nilai  variabel sebagaimana  dimaksud   dalam   Pasal   33   ayat   (3) suatu urusan pemerintahan tidak memenuhi syarat untuk dibentuk dinas sendiri, urusan pemerintahan tersebut digabung dengan perangkat daerah lain. (2) Penggabungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan dengan perangkat daerah yang memiliki kedakatan karakteristik urusan pemerintahan atau memiliki   keterkaitan   dengan   penyelenggaraan urusan pemerintahan tersebut.

(3) kedekatan karakteristik urusan pemerintahan atau memiliki   keterkaitan   dengan   penyelenggaraan urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri dari:

a. pendidikan, kebudayaan, dan kepemudaan dan olahraga;

b. kesehatan,   dan   pengendalian   penduduk   dan keluarga   berencana   dan   administrasi kependudukan dan pencatatan sipil;

c. sosial,  ketentraman,   ketertiban   umum   dan perlindungan   masyarakat,  pemberdayaan perempuan   dan   perlindungan   anak, transmigrasi   dan  pemberdayaan   masyarakat dan desa; 

(24)

e. komunikasi   dan   informatika,   statistik   dan persandian;

f. pekerjaan   umum   dan   penataan   ruang, pertanahan   dan   energi  dan   sumber   daya mineral;

g. perumahan   dan   kawasan   permukiman,   dan perhubungan;

h. pangan, pertanian, kelautan dan perikanan,  i. lingkungan hidup dan  kehutanan;

j. perpustakaan, kearsipan, dan pariwisata.  

(4) penggabungan   urusan   pemerintahan   sebagaimana dimaksud pada ayat  (1) dilakukan paling banyak 3 (tiga) urusan pemerintahan.

(5) tipelogi   perangkat   daerah   hasil   penggabungan urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat     (1)   sesuai   dengan   Tipe   Perangkat   Daerah sebelum   penggabungan   dengan   tambahan   bidang atau  sub bidang  dari urusan urusan pemerintahan yang digabungkan.

(6) Dalam   hal   dinas   tipe   C   mendapatkan   tambahan bidang   urusan   pemerintahan   sebagaimana dimaksud   pada   ayat   (5)   maka   dinas   hasil penggabungan tersebut dapat ditingkatkan menjadi tipe B.

(7) Nomenklatur   dinas   yang   mendapatkan   tambahan bidang   urusan   pemerintahan   sebagaimana dimaksud   pada   ayat   (5)   dan   ayat   (6)   merupakan nomenklatur dinas utama, ditambah dengan urusan pemerintahan yang digabungkan.

Paragraf 5 Badan   Pasal 36

(1) Badan  sebagaimana dimaksud  dalam Pasal 4 ayat (2)   huruf   e  merupakan   unsur   penunjang  urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah. (2) Badan   dipimpin   oleh   kepala   badan   yang

berkedudukan   di   bawah   dan   bertanggung   jawab kepada bupati/walikota melalui sekretaris daerah.  (3) Badan   sebagaimana   dimaksud   pada         ayat   (1)

mempunyai   tugas  membantu  bupati/walikota melaksanakan   fungsi   penunjang   urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah. (4) Badan   dalam   melaksanakan   tugas   sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) menyelenggarakan fungsi: a. penyusunan   kebijakan   teknis   sesuai   dengan

lingkup tugasnya;

b. pelaksanaan   tugas   dukungan   teknis   sesuai dengan lingkup tugasnya;

(25)

d. pembinaan teknis penyelenggaraan fungsi­fungsi penunjang   urusan   pemerintahan   daerah   sesuai dengan lingkup tugasnya; dan

e. pelaksanaan   fungsi   lain   yang   diberikan   oleh bupati/walikota   sesuai   dengan   tugas   dan fungsinya.

(5) Unsur   penunjang   urusan   pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. perencanaan; b. keuangan;

c. kepegawaian, pendidikan dan pelatihan; d. penelitian dan pengembangan; dan

e. fungsi lain sesuai dengan peraturan perundang­ undangan.

(6) Badan  yang   melaksanakan   fungsi   lain   sebaimana dimaksud pada ayat (5) huruf e   dibentuk dengan kriteria:

a. Diperintahkan   oleh   peraturan   perundang­ undangan; dan

b. Memberikan   pelayanan/menunjang   terhadap pelaksanaan   tugas   seluruh   perangkat   daerah yang lain.

(7) Pembentukan   badan   sebagaimana   dimaksud   pada ayat   (6)   dilakukan   setelah   mendapat   persetujuan dari   Menteri   dan   menteri   yang   menymbidangi pendayagunaan aparatur negara.

(8) Untuk  melaksanakan   fungsi   penunjang   tertentu, pada badan dapat dibentuk UPT.

Pasal 37

(1) Pembentukan   UPT   badan   sebagaimana   dimaksud pada Pasal 36 ayat (8) ditetapkan melalui peraturan bupati/walikota.

(2) Peraturan   bupati/walikota   sebagaimana   dimaksud pada   ayat   (1)   ditetapkan   setelah   dikonsultasikan secara   tertulis   dengan   Gubernur   selaku   wakil pemerintah pusat.

Pasal 38

(1) Badan  daerah sebagaimana dimaksud  dalam Pasal 36 dibentuk dalam 3 (tiga) Klasifikasi.

(2) Klasifikasi   sebagaimana   dimaksud   pada  ayat   (1) dibentuk dengan ketentuan: 

a. badan   Tipe  A   dibentuk   untuk   mewadahi pelaksanaan  fungsi  penunjang   Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah dengan beban kerja yang besar;

b. badan   Tipe   B   dibentuk   untuk   mewadahi pelaksanaan   fungsi  penunjang   Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah dengan beban kerja yang sedang; dan

(26)

yang menjadi kewenangan Daerah dengan beban kerja yang kecil.

(3) Klasifikasi   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (2) ditentukan   berdasarkan  perhitungan   nilai   variabel jumlah   penduduk,   luas   wilayah,   kemampuan keuangan Daerah, dan cakupan tugas sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.

Pasal 39

(1) Dalam hal berdasarkan perhitungan nilai variabel sebagaimana  dimaksud   dalam   Pasal   38   ayat   (3) suatu   fungsi   penunjang   urusan   pemerintahan tidak   memenuhi   syarat   untuk   dibentuk   badan sendiri,   fungsi   penunjang   urusan   pemerintahan tersebut digabung dengan perangkat daerah lain. (2) Penggabungan  sebagaimana   dimaksud   pada   ayat

(1)   dilakukan   dengan   perangkat   daerah   yang memiliki kedekatan karakteristik fungsi penunjang urusan   pemerintahan   atau   memiliki   keterkaitan fungsi penunjang urusan pemerintahan tersebut. (3) kesamaan karakteristik atau memiliki keterkaitan

fungsi   penunjang   urusan   pemerintahan sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (2)   adalah perencanaan, penelitian dan pengembagan;

(4) Tipelogi   badan   hasil   penggabungan   fungsi penunjang   urusan   pemerintahan   sebagaimana dimaksud pada ayat  (1) ditetapkan sesuai dengan jumlah   bidang   berdasarkan   perhitungan   nilai variabel   dari   fungsi   penunjang   urusan pemerintahan yang digabungkan.

(5) Nomenklatur   perangkat   daerah   yang   mendapat penggabungan   adalah   nomenklatur   perangkat daerah utama sebelum penggabungan.

Paragraf 6 Kecamatan Pasal 40

(1) Kecamatan  sebagaimana   dimaksud   dalam   Pasal   4 ayat   (2)   huruf   f   dibentuk  dalam   rangka meningkatkan   koordinasi   penyelenggaraan pemerintahan, pelayanan publik, dan pemberdayaan masyarakat Desa/kelurahan.

(2) Kecamatan  sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1) dipimpin oleh  Camat  yang berkedudukan di bawah dan   bertanggung     jawab   kepada  bupati/walikota melalui sekretaris daerah.

(27)

(4) Camat yang diangkat tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (2)   dibatalkan keputusan pengangkatannya oleh gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat.

(5) Camat  sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (2) mempunyai tugas:  

a. mengoordinasikan   kegiatan   pemberdayaan masyarakat; 

b. mengoordinasikan   upaya   penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum;

c. mengoordinasikan   penerapan   dan   penegakan perda dan peraturan bupati/walikota; 

d. mengoordinasikan   pemeliharaan   prasarana   dan sarana pelayanan umum;

e. mengoordinasikan   penyelenggaraan   kegiatan pemerintahan   yang   dilakukan   oleh   perangkat daerah di tingkat kecamatan; 

f. membina   dan   mengawasi   penyelenggaraan kegiatan desa dan/atau kelurahan;

g. melaksanakan   urusan­urusan   pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang tidak dilaksanakan oleh unit kerja pemerintahan daerah kabupaten/kota yang ada di kecamatan; dan

h. melaksanakan   tugas­tugas   lain   yang diperintahkan   oleh   peraturan   perundang­ undangan.

(6) Selain melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada   ayat   (4),   camat   melaksanakan  urusan pemerintahan   umum  yang   menjadi   tugas bupati/walikota di wilayah kecamatannya.

(7) Camat dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud   pada   ayat   (4)   dibantu   oleh   perangkat Kecamatan.

Pasal 41

(1) Kecamatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1) diklasifikasikan dalam 2 (dua) Tipe.

(2) Klasifikasi sebagaimana dimaksud pada       ayat (6) dibentuk dengan ketentuan: 

a. Kecamatan  Tipe     A   dibentuk   untuk  kecamatan dengan beban kerja yang besar; dan

b. Kecamatan  Tipe   B   dibentuk   untuk  kecamatan dengan beban kerja yang kecil.

(3) Klasifikasi   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (2) ditentukan   berdasarkan  perhitungan   nilai   variabel jumlah   penduduk,   luas   wilayah  dan  jumlah desa/kelurahan  sebagaimana   tercantum   dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai kecamatan diatur dengan peraturan pemerintah.

(28)

(1) Kelurahan dibentuk dengan Perda Kabupaten/Kota berpedoman pada peraturan pemerintah.

(2) Kelurahan dipimpin oleh seorang kepala kelurahan yang disebut lurah selaku perangkat Kecamatan dan bertanggung jawab kepada camat.

(3) Lurah   diangkat   oleh   bupati/walikota   atas   usul sekretaris   daerah   dari   pegawai   negeri   sipil   yang memenuhi   persyaratan   sesuai   dengan   ketentuan peraturan perundang­ undangan.

(4) Selain   memenuhi   persyaratan   sebagaimana dimaksud   pada   ayat   (4),   lurah   wajib   mempunyai pengetahuan bidang pemerintahan.

(5) Lurah mempunyai tugas membantu camat dalam: a. melaksanakan kegiatan pemerintahan kelurahan; b. melakukan pemberdayaan masyarakat;

c. melaksanakan pelayanan masyarakat;

d. memelihara ketenteraman dan ketertiban umum; e. memelihara   prasarana   dan   fasilitas   pelayanan

umum;

f. melaksanakan   tugas   lain   yang   diberikan   oleh camat; dan

g. melaksanakan   tugas   lain   sesuai   dengan ketentuan peraturan perundang­undangan.

Bagian Ketiga

Satuan Polisi Pamong Praja Pasal 43

(1) Satuan Polisi Pamong Praja sebagaimana dimaksud dalam   Pasal   4   ayat   (3)   adalah   perangkat   daerah yang   melaksanakan   tugas   penegakan   perda   dan peraturan   kepala   daerah   serta   penegakan ketertiban umum.

(2) Satuan Polisi Pamong Praja sebagaimana dimaksud pada   ayat   (1)   dipimpin   oleh   Kepala   Satuan   Polisi Pamong Praja.

(3) Selain melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada   ayat   (1)   satuan   polisi   pamong   praja   dapat diberikan   tugas   lain   dalam   perlindungan masyarakat.

(4) Satuan polisi pamong praja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 dibentuk di lingkungan pemerintah provinsi dan kabupaten/kota.

Pasal 44

(1) Satuan polisi pamong praja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 diklasifikasikan dalam 3 (tiga) tipe. (2) Tipe   sebagaimana  dimaksud   pada  ayat   (1)

ditetapkan denga klasifikasi: 

(29)

ketertiban   umum  dengan   beban   kerja   yang besar;

b. Satuan   polisi   pamong   praja  Tipe  B   dibentuk untuk mewadahi pelaksanaan  penegakan perda dan   peraturan   kepala   daerah   serta   penegakan ketertiban   umum  dengan   beban   kerja   yang sedang;

c. Satuan   polisi   pamong   praja  Tipe  C   dibentuk untuk mewadahi pelaksanaan  penegakan perda dan   peraturan   kepala   daerah   serta   penegakan ketertiban umum dengan beban kerja yang kecil; (4) Klasifikasi   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (2)

ditentukan   berdasarkan  perhitungan   nilai   variabel jumlah   penduduk,   luas   wilayah,   kemampuan keuangan Daerah, dan cakupan tugas sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.

BAB IV

KRITERIA PERANGKAT DAERAH  Pasal 45

(1) Perhitungan nilai variabel  tipe  sekretariat  Daerah, sekretariat   DPRD,   Inspektorat   dan   Satuan   Polisi Pamong Praja sebagai berikut: 

a. sekretariat   Daerah,  sekretariat   DPRD, Inspektorat,   dan   Satuan   Polisi   Pamong   Praja Tipe  A dibentuk apabila hasil perhitungan nilai variabel lebih dari 800.

b. sekretariat   Daerah,  sekretariat   DPRD, Inspektorat,   dan   Satuan   Polisi   Pamong   Praja Tipe  B dibentuk apabila hasil perhitungan nilai variabel lebih dari 600 sampai dengan 800. c. sekretariat   Daerah,  sekretariat   DPRD,

Inspektorat,   dan   Satuan   Polisi   Pamong   Praja Tipe  C dibentuk apabila hasil perhitungan nilai variabel sampai dengan 600.

(2) Perhitungan nilai variabel tipe dinas dan tipe badan sebagai berikut: 

a. Dinas dan badan Tipe  A dibentuk apabila hasil perhitungan nilai variabel lebih dari 800.

b. Dinas dan badan Tipe  B dibentuk apabila hasil perhitungan nilai variabel lebih dari 600 sampai dengan 800.

c. Dinas dan badan Tipe  C dibentuk apabila hasil perhitungan nilai variabel lebih dari 400 sampai dengan 600.

(3) Perhitungan  nilai  variabel  tipe   Kecamatan  sebagai berikut: 

(30)

b. Kecamatan  Tipe   B   dibentuk  apabila   hasil perhitungan nilai variabel lebih sampai dengan 600.

(4) hasil   perhitungan   nilai   variabel   urusan pemerintahan   atau   fungsi   penunjang   urusan pemerintahan   bagi   pemerintah   provinsi   yang kurang dari 400, berlaku ketentuan:

a. menjadi bidang apabila  hasil perhitungan nilai variabel lebih dari 300 sampai dengan 400. b. menjadi   subbidang/seksi   pada   bidang   apabila

hasil perhitungan nilai variabel kurang dari 300. (5) hasil   perhitungan   nilai   variabel   urusan pemerintahan   atau   fungsi   penunjang   urusan pemerintahan   bagi   pemerintah   kabupaten/kota yang kurang dari 400, berlaku ketentuan:

a. menjadi   2   (dua)   subidang/seksi   apabila  hasil perhitungan nilai variabel  lebih dari 300 sampai dengan 400.

b. menjadi   1   (satu)   subbidang/seksi   apabila   hasil perhitungan nilai variabel kurang dari 300.

Pasal 46

Dalam hal intensitas urusan pemerintahan wajib yang terkait pelayanan dasar tidak memenuhi syarat/kriteria untuk   menjadi   dinas,   urusan   pemerintahan   tersebut tetap dibentuk dalam dinas tipe C.

BAB V

SUSUNAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH Bagian Kesatu

Perangkat Daerah Provinsi     Paragraf 1

Sekretariat Daerah Pasal 47

(1)Sekretariat Daerah tipe A terdiri atas paling banyak 3 (tiga) asisten dan paling banyak 9 (sembilan) biro. (2)masing­masing   biro   sebagaimana   dimaksud   pada

ayat (1) terdiri atas paling banyak 3 (tiga) bagian. (3)masing­masing bagian sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) terdiri atas paling banyak 3 (tiga) subbagian. Pasal 48

(1) Sekretariat daerah tipe B terdiri dari paling banyak 3 (tiga) asisten dan paling banyak 6 (enam) biro. (2) masing­masing   biro   sebagaimana   dimaksud   pada

ayat (1) terdiri dari paling banyak 3 (tiga) bagian. (3) masing­masing   bagian   sebagaimana   dimaksud

pada   ayat   (2)   terdiri   dari   paling   banyak   3   (tiga) subbagian.

(31)

(1) Sekretariat daerah tipe C terdiri dari paling banyak 2 (dua) asisten dan paling banyak 4 (empat) biro. (2) masing­masing   biro   sebagaimana   dimaksud   pada

ayat (1) terdiri dari paling banyak 3 (tiga) bagian. (3) masing­masing   bagian   sebagaimana   dimaksud

pada   ayat   (2)   terdiri   dari   paling   banyak   3   (tiga) subbagian.

Pasal 50

Pembagian   tugas   pokok   dan   fungsi   unit   kerja   pada sekretariat   daerah   dikelompokkan   berdasarkan perangkat   daerah   yang   dikoordinasikan   dan/atau berdasarkan fungsi/unsur manajemen.

Paragraf 2 Sekretariat DPRD 

Pasal 51

(1)Sekretariat DPRD tipe A terdiri dari paling banyak 4 (empat)   bagian,   dan   masing­masing   bagian   terdiri dari paling banyak 3 (tiga) subbagian.

(2)Sekretariat DPRD tipe B terdiri dari paling banyak 3 (tiga) bagian, dan masing­masing bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga) subbagian.

(3)Sekretariat DPRD tipe C terdiri dari paling banyak 2 (dua) bagian, dan masing­masing bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga) subbagian.

Paragraf 3 Inspektorat Pasal 52

(1)Inspektorat Tipe   A  terdiri  atas 1 (satu) sekretariat dan paling banyak 4 (empat) inspektur pembantu. (2)sekretariat inspektorat sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) terdiri atas 3 (tiga) subbagian. Pasal 53

(1)Inspektorat Tipe  B terdiri dari 1 (satu) sekretariat dan paling banyak 3 (tiga) inspektur pembantu.

(2)sekretariat   inspektorat   sebagaimana   dimaksud   pada ayat (1) terdiri atas 2 (dua) subbagian.

Pasal 54

Inspektorat Tipe   C terdiri atas 1 (satu) subbagian tata usaha dan paling banyak 2 (dua) inspektur pembantu.

Pasal 55

(32)

Paragraf 4 Dinas  Pasal 56

(1)Dinas  Tipe    A terdiri dari  atas 1  (satu)  sekretariat dan paling banyak 4 (empat) bidang.

(2)sekretariat   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1) terdiri atas 3 (tiga) subbagian.

(3) masing­masing bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)  terdiri atas paling banyak 3 (tiga) seksi.  

Pasal 57

(1) Dinas   Tipe     B   terdiri   dari   1   (satu)   sekretariat   dan paling banyak 3 (tiga) bidang.

(2) sekretariat   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1) terdiri atas 2 (dua) subbagian.

(3) masing­masing bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)  terdiri atas paling banyak 2 (dua) seksi.  

Pasal 58

(1) Dinas   Tipe     C   terdiri   atas   1   (satu)   subbagian   tata usaha dan paling banyak 2 (dua) bidang.

(2) masing­masing bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)  terdiri atas paling banyak 2 (dua) seksi.

Pasal 59

(1) UPT pada dinas terdiri atas 1 (satu) subbagian tata usaha dan kelompok jabatan fungsional.

(2) Khusus untuk UPT dengan beban tugas yang  besar, dapat terdiri atas 1 (satu) sub bagian tata usaha dan paling banyak 2 (dua) seksi, berdasarkan penetapan Menteri setelah mendapat pertimbangan dari menteri yang   membidangi   urusan   pemerintahan   bidang aparatur negara.

(3) Susunan   organisasi   UPT   yang   berbentuk   rumah sakit, Puskesmas, dan satuan pendidikan ditetapkan sesuai ketentuan peraturan perundang­undangan. 

Pasal 60

Cabang   dinas   sebagaimana   dimaksud   dalam   Pasal   14 ayat   (2)   terdiri   dari   1(satu)   subbagian   tata   usaha   dan paling banyak 2 (dua) seksi.

Paragraf 6 Badan  Pasal 61

(1)Badan Tipe   A terdiri dari 1 (satu) sekretariat dan paling banyak 4 (empat) bidang. 

(2)sekretariat terdiri dari 3 (tiga) subbagian dan 

(3)masing­masing  bidang terdiri dari  paling  banyak  3 (tiga)   subbidang   dan/atau   kelompok   jabatan fungsional. 

(33)

(1) Badan Tipe    B terdiri dari 1 (satu) sekretariat dan paling banyak 3 (tiga) bidang, 

(2)sekretariat terdiri dari 2 (dua) subbagian dan 

(3)masing­masing  bidang terdiri dari  paling  banyak  2 (dua)   subbidang   dan/atau   kelompok   jabatan fungsional. 

Pasal 63

(1) Badan   Tipe     C   terdiri   atas   1   (satu)   subagian   tata usaha dan paling banyak 2 (dua) bidang dan 

(2)masing­masing  bidang terdiri dari  paling  banyak  2 (dua) seksi dan/atau kelompok jabatan fungsional.

Pasal 64

Kantor penghubung terdiri atas 1 (satu) subbagian tata usaha dan paling banyak 2 (dua) seksi.

Pasal 65

UPT badan terdiri atas 1 (satu) subbagian tata usaha dan kelompok jabatan fungsional.

Pasal 66

Dinas   yang   menangani   urusan   pemerintahan   bidang pekerjaan   umum   dan   tata   ruang,     urusan pemerintahan   bidang   pertanian   dan   badan   yang menyelenggarakan   fungsi   penunjang   urusan pemerintahan bidang keuangan dapat memiliki 2 (dua) bidang   lebih   banyak   dari   yang   berlaku   bagi dinas/badan lain.

Bagian Kedua

Susunan Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten/Kota

Paragraf 1 Sekretariat Daerah  

Pasal 67

(1)Sekretariat daerah tipe A terdiri atas paling banyak 3 (tiga)   asisten   dan   paling   banyak   12   (dua   belas) bagian.

(2)masing­masing bagian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas paling banyak 3 (tiga) subbagian.

Pasal 68

(1) Sekretariat daerah tipe B terdiri atas paling banyak 3   (tiga)   asisten   dan   paling   banyak   9   (sembilan) bagian.

(2) masing­masing   bagian   sebagaimana   dimaksud pada   ayat   (1)   terdiri   atas   paling   banyak   3   (tiga) subbagian.

Pasal 69

(34)

(2) masing­masing   bagian   sebagaimana   dimaksud pada   ayat   (1)   terdiri   atas   paling   banyak   3   (tiga) subbagian.

Pasal 70

Pembagian   tugas   pokok   dan   fungsi   unit   kerja   pada sekretariat   daerah   dikelompokkan   berdasarkan perangkat   daerah   yang   dikoordinasikan   atau berdasarkan fungsi/unsur manajemen tertentu.

Paragraf 2 Sekretariat DPRD   

Pasal 71

(1)Sekretariat DPRD tipe A terdiri atas paling banyak  4 (empat) bagian.

(2)masing­masing bagian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas paling banyak 3 (tiga) subbagian.

Pasal 72

(1) Sekretariat DPRD tipe B terdiri atas paling banyak 3 (tiga) bagian.

(2) masing­masing   bagian   sebagaimana   pada   ayat   (1) terdiri atas banyak 3 (tiga) subbagian.

Pasal 73

(1) Sekretariat DPRD tipe C terdiri atas paling banyak 2 (dua) bagian.

(2) masing­masing   bagian   sebagaimana   pada   ayat   (1) terdiri atas paling banyak 3 (tiga) subbagian.

Paragraf 3 Inspektorat Pasal 74

(1)Inspektorat Tipe   A terdiri atas 1 (satu) sekretariat dan paling banyak 4 (empat) inspektur pembantu. (2)sekretariat   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1)

terdiri atas 3 (tiga) subbagian. Pasal 75

(1)Inspektorat Tipe   B terdiri dari 1 (satu) sekretariat dan paling banyak 3 (tiga) inspektur pembantu. (2)sekretariat   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1)

terdiri dari 2 (dua) subbagian. Pasal 76

Inspektorat Tipe   C terdiri dari subbagian tata usaha dan paling banyak 2 (dua) inspektur pembantu.

Pasal 77

Setiap   inspektur   pembantu   membawahi   jabatan fungsional yang melaksanakan fungsi pengawasan.

(35)

Dinas  Pasal 78

(1) Dinas   Tipe     A   terdiri   atas   1   (satu)  sekretariat   dan paling banyak 4 (empat) bidang.

(2) sekretariat   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1) terdiri atas paling banyak 3 (tiga) subbagian.

(3)  masing­masing bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas  paling banyak 3 (tiga) seksi atau jabatan fungsional.

Pasal 79

(1) Dinas  Tipe    B  terdiri  atas  1   (satu)  sekretariat  dan paling banyak 3 (tiga) bidang.

(2) sekretariat   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1) terdiri atas 2 (dua) subbagian.

(3) masing­masing bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas paling banyak 2 (dua) seksi atau jabatan fungsional.

Pasal 80

Dinas   Tipe     C   terdiri   atas   subbagian   tata   usaha   dan paling banyak 3 (tiga) seksi atau jabatan fungsional.

Pasal 81

(1) UPT pada dinas terdiri atas 1 (satu) subbagian tata usaha dan kelompok jabatan fungsional.

(2) Susunan UPT sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tidak   berlaku   bagi   UPT   satuan   pendidikan,   pusat kesehatan masyarakat dan rumah sakit.

Paragraf 3 Badan   Pasal 82

(1) Badan Tipe   A terdiri atas 1 (satu) sekretariat dan paling banyak 4 (empat) bidang.

(2) sekretariat  sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1) terdiri atas 3 (tiga) subbagian.

(3) masing­masing bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas paling banyak 3 (tiga) subbidang atau jabatan fungsional.

Pasal 83

(1) Badan Tipe   B terdiri atas 1 (satu) sekretariat dan paling banyak 3 (tiga) bidang.

(2) sekretariat  sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1) terdiri atas 2 (dua) subbagian.

(3) masing­masing bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas paling banyak 2 (dua) subbidang atau jabatan fungsional.

(36)

Badan   Tipe     C   terdiri   atas   1   (satu)   subbagian   tata usaha   dan   paling   banyak   4   (empat)   subbidang   atau jabatan fungsional

Pasal 85

UPT badan terdiri dari 1 (satu) subbagian tata usaha dan jabatan fungsional.

Paragraf 4 Kecamatan Pasal 86

(1) Kecamatan Tipe   A terdiri atas 1 (satu) sekretariat dan paling banyak 5 (lima) seksi.

(2) sekretariat  sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1) paling banyak terdiri atas 3 (tiga) subbagian.

Pasal 87

(1) Kecamatan Tipe   B terdiri atas 1 (satu) sekretariat dan paling banyak 4 (empat) seksi.

(2) sekretariat  sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1) terdiri atas 2 (dua) subbagian.

Pasal 88

Kelurahan   terdiri   dari   1   (satu)  sekretariat   dan   paling banyak 2 (dua) seksi.

Pasal 89

Urusan   pekerjaan   umum   dan   tata   ruang,   urusan pertanian dan fungsi penunjang urusan pemerintahan bidang keuangan dapat memiliki 2 bidang lebih banyak dari   ketentuan   yang   berlaku   bagi   perangkat   daerah lainnya.

Bagian Ketiga

Satuan Polisi Pamong Praja Pasal 90

(1) Satuan Polisi Pamong Praja  Tipe   A terdiri atas 1 (satu)   sekretariat   dan   paling   banyak   4   (empat) bidang.

(2)   sekretariat  sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1) terdiri atas 3 (tiga) subbagian.

(3) masing­masing bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas paling banyak 3 (tiga) seksi.

Pasal 91

(1) Satuan Polisi Pamong  Tipe   B terdiri atas 1 (satu) sekretariat dan paling banyak 3 (tiga) bidang.

(2) sekretariat  sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1) terdiri atas 2 (dua) subbagian.

(3) masing­masing bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas paling banyak 2 (dua) seksi.

Referensi

Dokumen terkait

Undangan disampaikan Secara Elektronik oleh Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan barang/jasa SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN ACEH TENGGARA Kabupaten Aceh Tenggara Sumber

Pada masa berikut nya, Dervin menyat akan bahwa kebut uhan inf ormasi adalah kebut uhan akan make sense (memahami, memaknai) sit uasi yang sedang berlangsung. Kebut uhan

Pada hari ini Senin tanggal delapan Bulan mei tahun dua ribu tiga belas Kami yang bertanda tangan dibawah ini Pokja Pengadaan Pekerjaan Konstruksi Bidang Pembangunan Jalan dan

Tahun Anggaran 2014, maka dengan ini diumumkan bahwa Pemenang e-Lelang Pemilihan Langsung pekerjaan tersebut di atas adalah sebagai berikut :.. NO NAMA PERUSAHAAN NPWP

Berbagai macam kebut uhan inf ormasi dimiliki inf orman berkait an dengan kehamil an dan pengasuhan bayi.. Kebut uhan inf ormasi muncul sej ak persiapan kehamilan sampai

sesuai dengan persyaratan pada KAK yang ditetapkan oleh PPK karena KBLI yang dipersyaratkan harus tertera dalam SIUP yang masih berlaku sebagai bukti

padahal anak saya yang kedua it u saya bawa ke dokt er langganan saya it u sekali minum langsung sembuh mbak.. yang

Berdasarkan Penetapan Pemenang Pelelangan Nomor : 113.BLP/Konsultansi.RSUD/2017 Tanggal 07 Juni 2017 untuk paket Pekerjaan Pengawasan Pembangunan Gedung Instalasi Rawat Inap Kelas