PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015
TENTANG
PERANGKAT DAERAH
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa ketentuan Pasal 232 ayat (1) Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang Undang nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan kedua atas UndangUndang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, mengamanatkan ketentuan lebih lanjut mengenai perangkat daerah diatur dengan Peraturan Pemerintah;
b. bahwa UndangUndang nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah telah memuat berbagai ketentuan baru tentang perangkat daerah, sehingga Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah perlu diganti;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Perangkat Daerah;
Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang Undang nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan kedua atas UndangUndang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor …… Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor …..);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERANGKAT DAERAH.
BAB I
KETENTUAN UMUM Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
1. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu kepala daerah dan DPRD dalam penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah. 2. Perangkat daerah provinsi adalah organisasi
pemerintah daerah yang bertugas membantu gubernur dan DPRD provinsi dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah provinsi.
3. Perangkat daerah kabupaten/kota adalah organisasi pemerintah daerah yang bertugas membantu bupati/walikota dan DPRD kabupaten/kota dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah kabupaten/kota.
4. Kecamatan atau yang disebut dengan nama lain adalah bagian wilayah dari Daerah kabupaten/ kota sebagai perangkat daerah kabupaten/kota yang dipimpin oleh camat.
5. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden dan menterimenteri sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
6. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam negeri.
8. Pemerintah daerah yang selanjutnya disebut Pemda adalah kepala daerah sebagai unsur pemerintahan daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.
9. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.
10. Urusan Pemerintahan adalah kekuasaan pemerintahan yang menjadi kewenangan Presiden yang pelaksanaannya dilakukan oleh kementerian negara dan penyelenggara Pemerintahan Daerah untuk melindungi, melayani, memberdayakan, dan menyejahterakan masyarakat.
11. Tugas Pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah Pusat kepada daerah otonom untuk melaksanakan sebagian Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat atau dari Pemerintah Daerah provinsi kepada Daerah kabupaten/kota untuk melaksanakan sebagian Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah provinsi.
12. Urusan Pemerintahan Wajib adalah Urusan Pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh semua Daerah.
13. Urusan Pemerintahan Pilihan adalah Urusan Pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh Daerah sesuai dengan potensi yang dimiliki Daerah. 14. Pelayanan Dasar adalah pelayanan publik untuk
memenuhi kebutuhan dasar warga negara.
15. Peraturan Daerah yang selanjutnya disebut Perda atau yang disebut dengan nama lain adalah Perda Provinsi dan Perda Kabupaten/ Kota.
16. Peraturan Kepala Daerah yang selanjutnya disebut Perkada adalah peraturan gubernur dan peraturan bupati/walikota.
17. Unit Pelaksana Teknis yang selanjutnya disingkat UPT adalah unsur pelaksana tugas teknis pada dinas atau badan.
Pasal 2
Pembentukan perangkat daerah didasarkan pada prinsipprinsip sebagai berikut:
a. Efisiensi; b. Efektifitas;
c. Pembagian habis tugas; d. Rentang kendali;
e. Tata kerja yang jelas;
f. Pengembangan organisasi fungsional; dan g. Fleksibilitas;
BAB II
PERANGKAT DAERAH Bagian Kesatu
Umum Pasal 3
(1) Pembentukan dan susunan Perangkat Daerah ditetapkan dengan Perda.
(2) Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku setelah mendapat persetujuan dari Menteri bagi Perangkat Daerah provinsi dan dari gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat bagi Perangkat Daerah kabupaten/kota.
(3) Persetujuan Menteri atau gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan berdasarkan pemetaan Urusan Pemerintahan Wajib dan Urusan Pemerintahan Pilihan.
(4) Apabila dalam waktu 15 (lima belas) hari sejak diterimanya rancangan Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Menteri atau gubernur tidak memberikan persetujuan atau penolakan, maka Menteri atau gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat dianggap menyetujui.
(5) Kedudukan, susunan organisasi, perincian tugas dan fungsi, serta tata kerja Perangkat Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Perkada.
Bagian Kedua Jenis Perangkat Daerah
Pasal 4
(1) Perangkat Daerah Provinsi, terdiri atas : a. Sekretariat Daerah
b. Sekretariat DPRD; c. Inspektorat;
d. Dinas; dan e. Badan;
(2) Perangkat Daerah Kabupaten/Kota, terdiri atas : a. Sekretariat Daerah;
b. Sekretariat DPRD; c. Inspektorat;
d. Dinas; e. Badan; dan f. Kecamatan;
Bagian Ketiga
Kriteria Tipelogi Perangkat Daerah Pasal 5
(1)Kriteria tipelogi perangkat daerah digunakan untuk menentukan tipe perangkat daerah berdasarkan variabel faktor umum dan faktor teknis.
(2)Kriteria variabel faktor umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan berdasarkan karakteristik daerah yang terdiri dari variabel:
a. jumlah penduduk; b. luas wilayah;
c. jumlah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD);
(3)Kriteria variabel faktor teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi beban tugas utama pada masingmasing urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pada setiap susunan pemerintahan dan unsur penunjang penyelenggaraan urusan pemerintahan.
(4)Bobot variabel umum adalah 20 % (duapuluh persen) dan bobot varabel teknis adalah 80 % (delapanpuluh persen).
(5)Perhitungan variabel faktor umum dan variabel faktor teknis tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.
BAB III
KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI PERANGKAT DAERAH
Bagian Kesatu
Perangkat Daerah Provinsi Paragraf 1
Sekretariat Daerah Pasal 6
(1) Sekretariat Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a merupakan unsur staf.
(2) Sekretariat Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh sekretaris daerah dan bertanggung jawab kepada gubernur.
(3) Sekretariat daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas membantu gubernur dalam penyusunan kebijakan dan pengoordinasian administratif terhadap pelaksanaan tugas Perangkat Daerah serta pelayanan administratif.
(4) Sekretariat daerah dalam melaksanakan tugas dan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (3) menyelenggarakan fungsi:
b. pengoordinasian pelaksanaan tugas satuan kerja perangkat daerah;
c. pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan daerah;
d. pelayanan administratif dan pembinaan aparatur daerah; dan
e. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh gubernur yang berkaitan dengan tugas dan fungsinya.
Pasal 7
(1) Sekretariat daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 diklasifikasikan dalam 3 (tiga) Tipe.
(2) Tipe sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan klasifikasi :
a. Sekretariat Daerah Tipe A dibentuk untuk mewadahi urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah dengan beban kerja yang besar;
b. Sekretariat Daerah Tipe B dibentuk untuk mewadahi urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah dengan beban kerja yang sedang; dan
c. Sekretariat Daerah Tipe C dibentuk untuk mewadahi urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah dengan beban kerja yang kecil.
(3) Klasifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditentukan berdasarkan kriteria variabel jumlah penduduk, luas wilayah, dan jumlah APBD serta besaran tugas sebagaimana tercantum dalam Lampiran sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.
Paragraf 2 Sekretariat DPRD
Pasal 8
(1) Sekretariat DPRD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf b merupakan unsur pelayanan administrasi dan pemberian dukungan terhadap tugas dan fungsi DPRD.
(2) Sekretariat DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh sekretaris DPRD yang dalam melaksanakan tugasnya secara teknis operasional berada di bawah dan bertanggung jawab kepada pimpinan DPRD dan secara administratif bertanggung jawab kepada gubernur melalui sekretaris daerah.
(4) Sekretaris DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mempunyai tugas menyelenggarakan administrasi kesekretariatan, administrasi keuangan, mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi DPRD, menyediakan dan mengkoordinasikan tenaga ahli yang diperlukan oleh DPRD dalam melaksanakan hak dan fungsinya sesuai dengan kebutuhan.
(5) Sekretariat DPRD dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (4) menyelenggarakan fungsi:
a. penyelenggaraan administrasi kesekretariatan DPRD;
b. penyelenggaraan administrasi keuangan DPRD; c. fasilitasi penyelenggaraan rapat–rapat DPRD; dan d. penyediaan dan pengoordinasian tenaga ahli
yang diperlukan oleh DPRD. Pasal 9
(1) Sekretariat DPRD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 diklasifikasikan dalam 3 (tiga) Tipe.
(2) Tipe sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan klasifikasi:
a. Sekretariat PRD Tipe A dibentuk untuk memberikan dukungan teknis dan administratif kepada DPRD dengan beban kerja yang besar; b. Sekretariat DPRD Tipe B dibentuk untuk
memberikan dukungan teknis dan administratif kepada DPRD dengan beban kerja yang sedang; dan
c. Sekretariat DPRD Tipe C dibentuk untuk memberikan dukungan teknis dan administratif kepada DPRD dengan beban kerja yang kecil. (3) Klasifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditentukan berdasarkan kriteria variabel jumlah penduduk, luas wilayah, dan jumlah APBD serta beban tugas sekretariat DPRD sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.
Paragraf 3 Inspektorat Pasal 10
(1) Inspektorat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf c merupakan unsur pengawas penyelenggaraan pemerintahan daerah.
(2) Inspektorat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh inspektur.
(3) Inspektur sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada gubernur melalui sekretaris Daerah.
dan mengawasi pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah dan Tugas Pembantuan oleh Perangkat Daerah provinsi.
(5) Inspektorat dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (4) menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan kebijakan teknis bidang pengawasan dan fasilitasi pengawasan;
b. pelaksanaan pengawasan internal terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya;
c. pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan gubernur;
d. penyusunan laporan hasil pengawasan;
e. pelaksanaan administrasi inspektorat provinsi. f. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh
gubernur yang terkait dengan tugas pokok dan fungsinya.
Pasal 11
(1) Inspektorat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 diklasifikasikan dalam 3 (tiga) Tipe.
(2) Tipe sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan klasifikasi :
a. Inspektorat Tipe A dibentuk untuk mewadahi beban pelaksanaan pengawasan internal dengan beban kerja yang besar;
b. Inspektorat Tipe B dibentuk untuk mewadahi beban pengawasan internal dengan beban kerja yang sedang; dan
c. Inspektorat Tipe C dibentuk untuk mewadahi beban pengawasan internal dengan beban kerja yang kecil.
(3) Klasifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditentukan berdasarkan kriteria variabel jumlah penduduk, luas wilayah, jumlah APBD, serta beban tugas sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.
Paragraf 4 Dinas Pasal 12
(1) Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf d merupakan unsur pelaksana urusan pemerintahan daerah.
(2) Dinas dipimpin oleh kepala dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada gubernur melalui sekretaris daerah.
(4) Dinas dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) menyelenggarakan fungsi: a. perumusan kebijakan sesuai dengan lingkup
tugasnya;
b. pelaksanaan kebijakan sesuai dengan lingkup tugasnya;
c. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan sesuai dengan lingkup tugasnya;
d. pelaksanaan administrasi dinas sesuai dengan lingkup tugasnya;
e. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh gubernur yang berkaitan dengan tugas dan fungsinya.
(5) Pada dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dibentuk UPT dinas untuk melaksanakan kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang tertentu yang membutuhkan satu kesatuan manajemen dalam penyelenggaraannya; (6) UPT sebagaimana dimaksud pada ayat (5), untuk
Dinas yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendidikan berbentuk satuan pendidikan. (7) UPT sebagaimana dimaksud pada ayat (5), untuk
Dinas yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan berbentuk rumah sakit.
(8) Selain UPT sebagaimana dimaksud pada ayat (5), untuk Dinas yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendidikan dapat membentuk cabang dinas di Kabupaten/Kota yang wilayah kerjanya dapat meliputi lebih dari satu kabupaten/kota.
Pasal 13
(1) Rumah sakit daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (7) merupakan unit organisasi yang bersifat fungsional sebagai sebuah unit layanan yang bekerja secara profesional;
(2) Rumah sakit daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan unit organisasi otonom yang secara teknis administratif dibina oleh dinas kesehatan.
(3) Ketentuan mengenai susunan organisasi, tugas, fungsi, hubungan fungsional dan kriteria klasifikasi UPT Dinas yang berbentuk rumah sakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (7) diatur dengan peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan setelah mendapat pertimbangan Menteri dan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang aparatur negara.
Pasal 14
kabupaten/kota yang mempunyai urusan pemerintahan pada wilayah tersebut.
(2) wilayah kerja cabang dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat meliputi lebih dari satu kabupaten/kota.
(3) Pembentukan cabang dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan peraturan daerah. (4) Dalam rangka percepatan dan efisiensi pelayanan
publik urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), cabang dinas mendapat pelimpahan wewenang dari gubernur.
(5) Pelimpahan wewenang dari gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilaksanakan melalui peraturan gubernur.
Pasal 15
(1) Pembentukan UPT dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (5) ditetapkan melalui peraturan gubernur.
(2) Peraturan Gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan setelah dikonsultasikan secara tertulis dengan Menteri.
Pasal 16
(1) Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 diklasifikasikan dalam 3 (tiga) Tipe.
(2) Tipe sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan klasifikasi :
a. dinas Tipe A dibentuk untuk mewadahi urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah dengan beban kerja yang besar;
b. dinas Tipe B dibentuk untuk mewadahi urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah dengan beban kerja yang sedang; dan
c. dinas Tipe C dibentuk untuk mewadahi urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah dengan beban kerja yang kecil.
(3) Klasifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan berdasarkan perhitungan nilai variabel jumlah penduduk, luas wilayah, jumlah APBD dan besaran masingmasing Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah, untuk Urusan Pemerintahan Wajib dan berdasarkan potensi, proyeksi penyerapan tenaga kerja, dan pemanfaatan lahan untuk Urusan Pemerintahan Pilihan sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.
Pasal 17
(2) Urusan pemerintahan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari :
a. urusan pemerintahan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar; dan
b. urusan pemerintahan wajib yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar.
(3) Urusan pemerintahan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a terdiri atas :
a. pendidikan; b. kesehatan;
c. pekerjaan umum dan penataan ruang;
d. perumahan rakyat dan kawasan permukiman; e. ketenteraman, ketertiban umum, dan
perlindungan masyarakat; dan f. sosial.
(4) Urusan pemerintahan wajib yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b terdiri atas:
a. tenaga kerja;
b. pemberdayaan perempuan dan pelindungan anak;
c. pangan; d. pertanahan;
e. lingkungan hidup;
f. administrasi kependudukan dan pencatatan sipil; g. pemberdayaan masyarakat dan Desa;
h. pengendalian penduduk dan keluarga berencana; i. perhubungan;
j. komunikasi dan informatika;
k. koperasi, usaha kecil, dan menengah; l. penanaman modal;
m. kepemudaan dan olah raga; n. statistik;
o. persandian; p. kebudayaan;
q. perpustakaan; dan r. kearsipan.
(5) Urusan pemerintahan pilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri atas :
a. kelautan dan perikanan; b. pariwisata;
c. pertanian; d. kehutanan;
e. energi dan sumber daya mineral; f. perdagangan;
g. perindustrian; dan h. transmigrasi.
(6) Masingmasing urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), ayat (4) dan ayat (5) diwadahi dalam bentuk dinas.
huruf e, dinas menyelenggarakan urusan ketentraman, ketertiban umum dan perlindungan masyarakat sub urusan bencana dan kebakaran.
Pasal 18
(1) Dalam hal berdasarkan perhitungan nilai variabel sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (3) suatu urusan pemerintahan tidak memenuhi syarat untuk dibentuk dinas sendiri, urusan pemerintahan tersebut digabung dengan dinas lain.
(2) Penggabungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan dinas yang memiliki kedekatan karakteristik urusan pemerintahan atau memiliki keterkaitan dengan penyelenggaraan urusan pemerintahan tersebut.
(3) kedekatan karakteristik urusan pemerintahan atau memiliki keterkaitan dengan penyelenggaraan urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri dari:
a. pendidikan, kebudayaan, serta kepemudaan dan olahraga;
b. kesehatan, pengendalian penduduk dan keluarga berencana serta administrasi kependudukan dan pencatatan sipil;
c. sosial, ketentraman, ketertiban umum dan perlindungan masyarakat, pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, transmigrasi serta pemberdayaan masyarakat dan desa;
d. penanaman modal, koperasi, usaha kecil dan menengah, perindustrian, perdagangan, dan tenaga kerja.
e. komunikasi dan informatika, statistik, dan persandian;
f. pekerjaan umum dan penataan ruang, pertanahan, serta energi dan sumber daya mineral;
g. perumahan dan kawasan permukiman, dan perhubungan;
h. pangan, pertanian, serta kelautan dan perikanan, i. lingkungan hidup dan kehutanan;
j. perpustakaan, kearsipan, dan pariwisata.
(4) penggabungan urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling banyak 3 (tiga) urusan pemerintahan.
(5) Tipelogi dinas hasil penggabungan urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan tipe dinas sebelum penggabungan dengan tambahan bidang atau sub bidang dari urusan pemerintahan yang digabungkan.
Paragraf 5 Badan Pasal 19
(1) Badan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf e merupakan unsur penunjang urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah. (2) Badan dipimpin oleh kepala badan yang
berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada gubernur melalui sekretaris daerah.
(3) Badan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas membantu gubernur melaksanakan fungsi penunjang urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah. (4) Badan dalam melaksanakan tugas sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) menyelenggarakan fungsi: a. penyusunan kebijakan teknis sesuai dengan
lingkup tugasnya;
b. pelaksanaan tugas dukungan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya;
c. pemantuan, evauasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas dukungan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya;
d. pembinaan teknis penyelenggaraan fungsifungsi penunjang urusan pemerintahan daerah sesuai dengan lingkup tugasnya; dan
e. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh gubernur sesuai dengan tugas dan fungsinya. (5) Unsur penunjang urusan pemerintahan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. perencanaan;
b. keuangan; c. kepegawaian;
d. pendidikan dan pelatihan;
e. penelitian dan pengembangan; dan
f. fungsi lain sesuai dengan peraturan perundang undangan.
(6) Badan yang melaksanakan fungsi lain sebaimana dimaksud pada ayat (5) huruf f dibentuk dengan kriteria :
a. Diperintahkan oleh peraturan perundang undangan; dan
b. Memberikan pelayanan/menunjang terhadap pelaksanaan tugas seluruh perangkat daerah yang lain.
(7) Badan yang melaksanakan fungsi lain sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dibentuk setelah mendapat persetujuan dari Menteri dan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang aparatur negara.
(8) Untuk melaksanakan fungsi penunjang tertentu, pada badan dapat dibentuk UPT.
pemerintah pusat, daerah provinsi dapat membentuk kantor penghubung di ibu kota negara.
Pasal 20
(1) Pembentukan UPT badan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (8) ditetapkan melalui peraturan gubernur.
(2) Peraturan Gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan setelah dikonsultasikan secara tertulis dengan Menteri.
Pasal 21
Pembentukan kantor penghubung di ibu kota negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (9) ditetapkan melalui peraturan daerah.
Pasal 22
(1) Badan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 dibentuk dalam 3 (tiga) Klasifikasi.
(2) Klasifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk dengan ketentuan:
a. badan Tipe A dibentuk untuk mewadahi pelaksanaan fungsi penunjang Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah dengan beban kerja yang besar;
b. badan Tipe B dibentuk untuk mewadahi pelaksanaan fungsi penunjang Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah dengan beban kerja yang sedang; dan
c. badan Tipe C dibentuk untuk mewadahi pelaksanaan penunjang Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah dengan beban kerja yang kecil.
(3) Klasifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditentukan berdasarkan perhitungan nilai variabel pada jumlah penduduk, luas wilayah, Jumlah APBD, dan cakupan tugas sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.
Pasal 23
(1) Dalam hal berdasarkan variabel sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (3) suatu fungsi penunjang urusan pemerintahan tidak memenuhi syarat untuk dibentuk badan sendiri, penunjang urusan pemerintahan tersebut digabung dengan badan lain.
(2) Penggabungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan badan yang memiliki kedekatan fungsi atau memiliki keterkaitan fungsi penunjang urusan pemerintahan tersebut.
a. kepegawaian, pendidikan dan pelatihan; b. perencanaan, penelitian dan pengembagan;
(4) Penggabungan fungsi penunjang urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling banyak 2 (dua) fungsi penunjang urusan pemerintahan.
(5) Tipelogi badan hasil penggabungan fungsi penunjang urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sesuai dengan jumlah bidang berdasarkan perhitungan nilai variabel dari fungsi penunjang urusan pemerintahan yang digabungkan.
(6) Nomenklatur badan yang mendapatkan tambahan bidang dari fungsi penunjang urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) tetap merupakan nomenklatur badan utama, ditambah dengan nama fungsi penunjang urusan pemerintahan yang digabungkan.
Bagian Kedua
Perangkat Daerah Kabupaten/Kota Paragraf 1
Sekretariat Daerah Pasal 24
(1) Sekretariat Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf a merupakan unsur staf.
(2) Sekretariat Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh sekretaris Daerah dan bertanggung jawab kepada bupati/walikota
(3) Sekretariat Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas membantu bupati/ walikota dalam penyusunan kebijakan dan pengoordinasian administratif terhadap pelaksanaan tugas Perangkat Daerah serta pelayanan administratif.
(4) Sekretariat daerah dalam melaksanakan tugas dan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (3) menyelenggarakan fungsi:
a. pengoordinasian penyusunan kebijakan daerah; b. pengoordinasian pelaksanaan tugas satuan kerja
perangkat daerah;
c. pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan daerah;
d. pelayanan administratif dan pembinaan aparatur daerah; dan
e. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh bupati/walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Pasal 25
(2) Tipe sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan klasifikasi:
a. Sekretariat Daerah Tipe A dibentuk untuk mewadahi urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah dengan beban kerja yang besar;
b. Sekretariat Daerah Tipe B dibentuk untuk mewadahi urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah dengan beban kerja yang sedang; dan
c. Sekretariat Daerah Tipe C dibentuk untuk mewadahi urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah dengan beban kerja yang kecil.
(3) Klasifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditentukan berdasarkan kriteria variabel jumlah penduduk, luas wilayah, dan jumlah APBD serta besaran tugas sebagaimana tercantum dalam Lampiran sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.
Paragraf 2 Sekretariat DPRD
Pasal 26
(1) Sekretariat DPRD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf b merupakan unsur pelayanan administrasi dan pemberian dukungan terhadap tugas dan fungsi DPRD.
(2) Sekretariat DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh sekretaris DPRD yang dalam melaksanakan tugasnya secara teknis operasional berada di bawah dan bertanggung jawab kepada pimpinan DPRD dan secara administratif bertanggung jawab kepada bupati/walikota melalui sekretaris daerah.
(3) Sekretaris DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diangkat dan diberhentikan dengan keputusan bupati/walikota atas persetujuan pimpinan DPRD kabupaten/kota setelah berkonsultasi dengan pimpinan fraksi.
(4) Sekretaris DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mempunyai tugas menyelenggarakan administrasi kesekretariatan, administrasi keuangan, mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi DPRD, menyediakan dan mengkoordinasikan tenaga ahli yang diperlukan oleh DPRD dalam melaksanakan hak dan fungsinya sesuai dengan kebutuhan.
(5) Sekretariat DPRD dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (4) menyelenggarakan fungsi:
b. penyelenggaraan administrasi keuangan DPRD; c. fasilitasi penyelenggaraan rapat–rapat DPRD; dan d. penyediaan dan pengoordinasian tenaga ahli
yang diperlukan oleh DPRD. Pasal 27
(1) Sekretariat DPRD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 diklasifikasikan dalam 3 (tiga) Tipe.
(2) Tipe sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan klasifikasi:
d. Sekretariat PRD Tipe A dibentuk untuk memberikan dukungan teknis dan administratif kepada DPRD dengan beban kerja yang besar; e. Sekretariat DPRD Tipe B dibentuk untuk
memberikan dukungan teknis dan administratif kepada DPRD dengan beban kerja yang sedang; dan
f. Sekretariat DPRD Tipe C dibentuk untuk memberikan dukungan teknis dan administratif kepada DPRD dengan beban kerja yang kecil. (3) Klasifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditentukan berdasarkan kriteria variabel jumlah penduduk, luas wilayah, dan jumlah APBD serta beban tugas sekretariat DPRD sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.
Paragraf 3 Inspektorat Pasal 28
(1) Inspektorat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf c merupakan unsur pengawas penyelenggaraan pemerintahan daerah.
(2) Inspektorat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh inspektur.
(3) Inspektur sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab langsung kepada bupati/walikota dan secara teknis administratif mendapat pembinaan dari sekretaris daerah.
(4) Inspektorat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas membantu bupati/walikota membina dan mengawasi pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah Kabupaten/Kota dan tugas pembantuan yang dilaksanakan perangkat daerah kabupaten/kota. (5) Inspektorat dalam melaksanakan tugas
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan kebijakan teknis bidang pengawasan dan fasilitasi pengawasan;
evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya;
c. pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan bupati/walikota;
d. penyusunan laporan hasil pengawasan;
e. pelaksanaan administrasi inspektorat kabupaten/kota.
f. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh bupati/walikota yang terkait dengan tugas pokok dan fungsinya.
Pasal 29
(1) Inspektorat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 diklasifikasikan dalam 3 (tiga) Tipe.
(2) Tipe sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan klasifikasi :
d. Inspektorat Tipe A dibentuk untuk mewadahi beban pelaksanaan pengawasan internal dengan beban kerja yang besar;
e. Inspektorat Tipe B dibentuk untuk mewadahi beban pengawasan internal dengan beban kerja yang sedang; dan
f. Inspektorat Tipe C dibentuk untuk mewadahi beban pengawasan internal dengan beban kerja yang kecil.
(3) Klasifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditentukan berdasarkan kriteria variabel jumlah penduduk, luas wilayah, jumlah APBD, serta beban tugas sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.
Paragraf 4 Dinas Pasal 30
(1) Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf d merupakan unsur pelaksana urusan pemerintahan daerah.
(2) Dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dipimpin oleh kepala dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada bupati/ walikota melalui sekretaris daerah.
(3) Dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas membantu bupati/walikota melaksanakan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah dan tugas pembantuan yang diberikan kepada kabupaten/kota.
(4) Dinas dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) menyelenggarakan fungsi: a. perumusan kebijakan sesuai dengan lingkup
tugasnya;
c. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan sesuai dengan lingkup tugasnya;
d. pelaksanaan administrasi dinas sesuai dengan lingkup tugasnya;
e. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh bupati/walikota yang terkait dengan tugas dan fungsinya.
(5) Pada dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dibentuk UPT dinas untuk melaksanakan kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang tertentu yang membutuhkan satu kesatuan manajemen dalam penyelenggaraannya. (6) UPT sebagaimana dimaksud pada ayat (5), untuk
Dinas kabupaten/kota yang menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang pendidikan berbentuk satuan pendidikan.
(7) UPT sebagaimana dimaksud pada ayat (5), untuk Dinas daerah kabupaten/kota yang menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang kesehatan berbentuk rumah sakit daerah dan Puskesmas.
Pasal 31
(1) Rumah sakit daerah dan Puskesmas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (7) merupakan unit organisasi yang bersifat fungsional sebagai sebuah unit layanan yang bekerja secara profesional;
(2) Rumah sakit daerah dan Puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan unit organisasi otonom yang secara teknis administratif dibina oleh dinas kesehatan.
(3) Ketentuan mengenai susunan organisasi, tugas, fungsi, hubungan fungsional dan kriteria klasifikasi UPT Dinas yang berbentuk rumah sakit dan Puskesmas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (7) diatur dengan peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang kesehatan setelah mendapat pertimbangan Menteri dan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang pendayagunaan aparatur negara.
Pasal 32
(1) Pembentukan UPT dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (5) ditetapkan melalui peraturan bupati/walikota.
(2) Peraturan bupati/walikota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan setelah dikonsultasikan secara tertulis dengan Gubernur selaku wakil pemerintah pusat.
Pasal 33
(1) Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 diklasifikasikan dalam 3 (tiga) Tipe.
a. dinas Tipe A dibentuk untuk mewadahi urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah dengan beban kerja yang besar;
b. dinas Tipe B dibentuk untuk mewadahi urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah dengan beban kerja yang sedang; dan
c. dinas Tipe C dibentuk untuk mewadahi urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah dengan beban kerja yang kecil.
(3) Klasifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan berdasarkan kriteria variabel jumlah penduduk, luas wilayah, jumlah APBD dan besaran masingmasing Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah, untuk Urusan Pemerintahan Wajib dan berdasarkan potensi, proyeksi penyerapan tenaga kerja, dan pemanfaatan lahan untuk Urusan Pemerintahan Pilihan sebagaimana tercantum dalam Lampiran sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.
Pasal 34
(1) Urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) terdiri dari urusan pemerintahan wajib dan urusan pemerintahan pilihan.
(2) Urusan pemerintahan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari :
a. urusan pemerintahan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar; dan
b. urusan pemerintahan wajib yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar.
(3) Urusan pemerintahan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar, terdiri atas :
a. pendidikan; b. kesehatan;
c. pekerjaan umum dan penataan ruang;
d. perumahan rakyat dan kawasan permukiman; e. ketenteraman, ketertiban umum, dan
perlindungan masyarakat; dan f. sosial.
(4) Urusan pemerintahan wajib yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar, terdiri atas :
a. tenaga kerja;
b. pemberdayaan perempuan dan pelindungan anak;
c. pangan; d. pertanahan;
e. lingkungan hidup;
f. administrasi kependudukan dan pencatatan sipil; g. pemberdayaan masyarakat dan Desa;
h. pengendalian penduduk dan keluarga berencana; i. perhubungan;
j. komunikasi dan informatika;
l. penanaman modal;
m. kepemudaan dan olah raga; n. statistik;
o. persandian; p. kebudayaan;
q. perpustakaan; dan r. kearsipan.
(5) Urusan pemerintahan pilihan, terdiri atas : a. pariwisata;
b. pertanian; c. perdagangan;
d. kelautan dan perikanan; e. kehutanan;
f. energi dan sumber daya mineral. g. perindustrian; dan
h. transmigrasi.
(6) Masingmasing urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), ayat (4) dan ayat (5) diwadahi dalam bentuk dinas.
(7) Khusus untuk urusan pemerintahan bidang ketenteraman, ketertiban umum, dan pelindungan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf e, dinas menyelenggarakan urusan ketentraman, ketertiban umum dan perlindungan masyarakat sub urusan bencana dan kebakaran.
Pasal 35
(1) Dalam hal berdasarkan perhitungan nilai variabel sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (3) suatu urusan pemerintahan tidak memenuhi syarat untuk dibentuk dinas sendiri, urusan pemerintahan tersebut digabung dengan perangkat daerah lain. (2) Penggabungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan perangkat daerah yang memiliki kedakatan karakteristik urusan pemerintahan atau memiliki keterkaitan dengan penyelenggaraan urusan pemerintahan tersebut.
(3) kedekatan karakteristik urusan pemerintahan atau memiliki keterkaitan dengan penyelenggaraan urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri dari:
a. pendidikan, kebudayaan, dan kepemudaan dan olahraga;
b. kesehatan, dan pengendalian penduduk dan keluarga berencana dan administrasi kependudukan dan pencatatan sipil;
c. sosial, ketentraman, ketertiban umum dan perlindungan masyarakat, pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, transmigrasi dan pemberdayaan masyarakat dan desa;
e. komunikasi dan informatika, statistik dan persandian;
f. pekerjaan umum dan penataan ruang, pertanahan dan energi dan sumber daya mineral;
g. perumahan dan kawasan permukiman, dan perhubungan;
h. pangan, pertanian, kelautan dan perikanan, i. lingkungan hidup dan kehutanan;
j. perpustakaan, kearsipan, dan pariwisata.
(4) penggabungan urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling banyak 3 (tiga) urusan pemerintahan.
(5) tipelogi perangkat daerah hasil penggabungan urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan Tipe Perangkat Daerah sebelum penggabungan dengan tambahan bidang atau sub bidang dari urusan urusan pemerintahan yang digabungkan.
(6) Dalam hal dinas tipe C mendapatkan tambahan bidang urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) maka dinas hasil penggabungan tersebut dapat ditingkatkan menjadi tipe B.
(7) Nomenklatur dinas yang mendapatkan tambahan bidang urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dan ayat (6) merupakan nomenklatur dinas utama, ditambah dengan urusan pemerintahan yang digabungkan.
Paragraf 5 Badan Pasal 36
(1) Badan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf e merupakan unsur penunjang urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah. (2) Badan dipimpin oleh kepala badan yang
berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada bupati/walikota melalui sekretaris daerah. (3) Badan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mempunyai tugas membantu bupati/walikota melaksanakan fungsi penunjang urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah. (4) Badan dalam melaksanakan tugas sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) menyelenggarakan fungsi: a. penyusunan kebijakan teknis sesuai dengan
lingkup tugasnya;
b. pelaksanaan tugas dukungan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya;
d. pembinaan teknis penyelenggaraan fungsifungsi penunjang urusan pemerintahan daerah sesuai dengan lingkup tugasnya; dan
e. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh bupati/walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.
(5) Unsur penunjang urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. perencanaan; b. keuangan;
c. kepegawaian, pendidikan dan pelatihan; d. penelitian dan pengembangan; dan
e. fungsi lain sesuai dengan peraturan perundang undangan.
(6) Badan yang melaksanakan fungsi lain sebaimana dimaksud pada ayat (5) huruf e dibentuk dengan kriteria:
a. Diperintahkan oleh peraturan perundang undangan; dan
b. Memberikan pelayanan/menunjang terhadap pelaksanaan tugas seluruh perangkat daerah yang lain.
(7) Pembentukan badan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Menteri dan menteri yang menymbidangi pendayagunaan aparatur negara.
(8) Untuk melaksanakan fungsi penunjang tertentu, pada badan dapat dibentuk UPT.
Pasal 37
(1) Pembentukan UPT badan sebagaimana dimaksud pada Pasal 36 ayat (8) ditetapkan melalui peraturan bupati/walikota.
(2) Peraturan bupati/walikota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan setelah dikonsultasikan secara tertulis dengan Gubernur selaku wakil pemerintah pusat.
Pasal 38
(1) Badan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 dibentuk dalam 3 (tiga) Klasifikasi.
(2) Klasifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk dengan ketentuan:
a. badan Tipe A dibentuk untuk mewadahi pelaksanaan fungsi penunjang Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah dengan beban kerja yang besar;
b. badan Tipe B dibentuk untuk mewadahi pelaksanaan fungsi penunjang Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah dengan beban kerja yang sedang; dan
yang menjadi kewenangan Daerah dengan beban kerja yang kecil.
(3) Klasifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditentukan berdasarkan perhitungan nilai variabel jumlah penduduk, luas wilayah, kemampuan keuangan Daerah, dan cakupan tugas sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.
Pasal 39
(1) Dalam hal berdasarkan perhitungan nilai variabel sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (3) suatu fungsi penunjang urusan pemerintahan tidak memenuhi syarat untuk dibentuk badan sendiri, fungsi penunjang urusan pemerintahan tersebut digabung dengan perangkat daerah lain. (2) Penggabungan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan dengan perangkat daerah yang memiliki kedekatan karakteristik fungsi penunjang urusan pemerintahan atau memiliki keterkaitan fungsi penunjang urusan pemerintahan tersebut. (3) kesamaan karakteristik atau memiliki keterkaitan
fungsi penunjang urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah perencanaan, penelitian dan pengembagan;
(4) Tipelogi badan hasil penggabungan fungsi penunjang urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sesuai dengan jumlah bidang berdasarkan perhitungan nilai variabel dari fungsi penunjang urusan pemerintahan yang digabungkan.
(5) Nomenklatur perangkat daerah yang mendapat penggabungan adalah nomenklatur perangkat daerah utama sebelum penggabungan.
Paragraf 6 Kecamatan Pasal 40
(1) Kecamatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf f dibentuk dalam rangka meningkatkan koordinasi penyelenggaraan pemerintahan, pelayanan publik, dan pemberdayaan masyarakat Desa/kelurahan.
(2) Kecamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh Camat yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada bupati/walikota melalui sekretaris daerah.
(4) Camat yang diangkat tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibatalkan keputusan pengangkatannya oleh gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat.
(5) Camat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mempunyai tugas:
a. mengoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat;
b. mengoordinasikan upaya penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum;
c. mengoordinasikan penerapan dan penegakan perda dan peraturan bupati/walikota;
d. mengoordinasikan pemeliharaan prasarana dan sarana pelayanan umum;
e. mengoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan yang dilakukan oleh perangkat daerah di tingkat kecamatan;
f. membina dan mengawasi penyelenggaraan kegiatan desa dan/atau kelurahan;
g. melaksanakan urusanurusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang tidak dilaksanakan oleh unit kerja pemerintahan daerah kabupaten/kota yang ada di kecamatan; dan
h. melaksanakan tugastugas lain yang diperintahkan oleh peraturan perundang undangan.
(6) Selain melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (4), camat melaksanakan urusan pemerintahan umum yang menjadi tugas bupati/walikota di wilayah kecamatannya.
(7) Camat dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dibantu oleh perangkat Kecamatan.
Pasal 41
(1) Kecamatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1) diklasifikasikan dalam 2 (dua) Tipe.
(2) Klasifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dibentuk dengan ketentuan:
a. Kecamatan Tipe A dibentuk untuk kecamatan dengan beban kerja yang besar; dan
b. Kecamatan Tipe B dibentuk untuk kecamatan dengan beban kerja yang kecil.
(3) Klasifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditentukan berdasarkan perhitungan nilai variabel jumlah penduduk, luas wilayah dan jumlah desa/kelurahan sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai kecamatan diatur dengan peraturan pemerintah.
(1) Kelurahan dibentuk dengan Perda Kabupaten/Kota berpedoman pada peraturan pemerintah.
(2) Kelurahan dipimpin oleh seorang kepala kelurahan yang disebut lurah selaku perangkat Kecamatan dan bertanggung jawab kepada camat.
(3) Lurah diangkat oleh bupati/walikota atas usul sekretaris daerah dari pegawai negeri sipil yang memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan.
(4) Selain memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), lurah wajib mempunyai pengetahuan bidang pemerintahan.
(5) Lurah mempunyai tugas membantu camat dalam: a. melaksanakan kegiatan pemerintahan kelurahan; b. melakukan pemberdayaan masyarakat;
c. melaksanakan pelayanan masyarakat;
d. memelihara ketenteraman dan ketertiban umum; e. memelihara prasarana dan fasilitas pelayanan
umum;
f. melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh camat; dan
g. melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
Bagian Ketiga
Satuan Polisi Pamong Praja Pasal 43
(1) Satuan Polisi Pamong Praja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) adalah perangkat daerah yang melaksanakan tugas penegakan perda dan peraturan kepala daerah serta penegakan ketertiban umum.
(2) Satuan Polisi Pamong Praja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh Kepala Satuan Polisi Pamong Praja.
(3) Selain melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) satuan polisi pamong praja dapat diberikan tugas lain dalam perlindungan masyarakat.
(4) Satuan polisi pamong praja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 dibentuk di lingkungan pemerintah provinsi dan kabupaten/kota.
Pasal 44
(1) Satuan polisi pamong praja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 diklasifikasikan dalam 3 (tiga) tipe. (2) Tipe sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan denga klasifikasi:
ketertiban umum dengan beban kerja yang besar;
b. Satuan polisi pamong praja Tipe B dibentuk untuk mewadahi pelaksanaan penegakan perda dan peraturan kepala daerah serta penegakan ketertiban umum dengan beban kerja yang sedang;
c. Satuan polisi pamong praja Tipe C dibentuk untuk mewadahi pelaksanaan penegakan perda dan peraturan kepala daerah serta penegakan ketertiban umum dengan beban kerja yang kecil; (4) Klasifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditentukan berdasarkan perhitungan nilai variabel jumlah penduduk, luas wilayah, kemampuan keuangan Daerah, dan cakupan tugas sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.
BAB IV
KRITERIA PERANGKAT DAERAH Pasal 45
(1) Perhitungan nilai variabel tipe sekretariat Daerah, sekretariat DPRD, Inspektorat dan Satuan Polisi Pamong Praja sebagai berikut:
a. sekretariat Daerah, sekretariat DPRD, Inspektorat, dan Satuan Polisi Pamong Praja Tipe A dibentuk apabila hasil perhitungan nilai variabel lebih dari 800.
b. sekretariat Daerah, sekretariat DPRD, Inspektorat, dan Satuan Polisi Pamong Praja Tipe B dibentuk apabila hasil perhitungan nilai variabel lebih dari 600 sampai dengan 800. c. sekretariat Daerah, sekretariat DPRD,
Inspektorat, dan Satuan Polisi Pamong Praja Tipe C dibentuk apabila hasil perhitungan nilai variabel sampai dengan 600.
(2) Perhitungan nilai variabel tipe dinas dan tipe badan sebagai berikut:
a. Dinas dan badan Tipe A dibentuk apabila hasil perhitungan nilai variabel lebih dari 800.
b. Dinas dan badan Tipe B dibentuk apabila hasil perhitungan nilai variabel lebih dari 600 sampai dengan 800.
c. Dinas dan badan Tipe C dibentuk apabila hasil perhitungan nilai variabel lebih dari 400 sampai dengan 600.
(3) Perhitungan nilai variabel tipe Kecamatan sebagai berikut:
b. Kecamatan Tipe B dibentuk apabila hasil perhitungan nilai variabel lebih sampai dengan 600.
(4) hasil perhitungan nilai variabel urusan pemerintahan atau fungsi penunjang urusan pemerintahan bagi pemerintah provinsi yang kurang dari 400, berlaku ketentuan:
a. menjadi bidang apabila hasil perhitungan nilai variabel lebih dari 300 sampai dengan 400. b. menjadi subbidang/seksi pada bidang apabila
hasil perhitungan nilai variabel kurang dari 300. (5) hasil perhitungan nilai variabel urusan pemerintahan atau fungsi penunjang urusan pemerintahan bagi pemerintah kabupaten/kota yang kurang dari 400, berlaku ketentuan:
a. menjadi 2 (dua) subidang/seksi apabila hasil perhitungan nilai variabel lebih dari 300 sampai dengan 400.
b. menjadi 1 (satu) subbidang/seksi apabila hasil perhitungan nilai variabel kurang dari 300.
Pasal 46
Dalam hal intensitas urusan pemerintahan wajib yang terkait pelayanan dasar tidak memenuhi syarat/kriteria untuk menjadi dinas, urusan pemerintahan tersebut tetap dibentuk dalam dinas tipe C.
BAB V
SUSUNAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH Bagian Kesatu
Perangkat Daerah Provinsi Paragraf 1
Sekretariat Daerah Pasal 47
(1)Sekretariat Daerah tipe A terdiri atas paling banyak 3 (tiga) asisten dan paling banyak 9 (sembilan) biro. (2)masingmasing biro sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) terdiri atas paling banyak 3 (tiga) bagian. (3)masingmasing bagian sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) terdiri atas paling banyak 3 (tiga) subbagian. Pasal 48
(1) Sekretariat daerah tipe B terdiri dari paling banyak 3 (tiga) asisten dan paling banyak 6 (enam) biro. (2) masingmasing biro sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) terdiri dari paling banyak 3 (tiga) bagian. (3) masingmasing bagian sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) terdiri dari paling banyak 3 (tiga) subbagian.
(1) Sekretariat daerah tipe C terdiri dari paling banyak 2 (dua) asisten dan paling banyak 4 (empat) biro. (2) masingmasing biro sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) terdiri dari paling banyak 3 (tiga) bagian. (3) masingmasing bagian sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) terdiri dari paling banyak 3 (tiga) subbagian.
Pasal 50
Pembagian tugas pokok dan fungsi unit kerja pada sekretariat daerah dikelompokkan berdasarkan perangkat daerah yang dikoordinasikan dan/atau berdasarkan fungsi/unsur manajemen.
Paragraf 2 Sekretariat DPRD
Pasal 51
(1)Sekretariat DPRD tipe A terdiri dari paling banyak 4 (empat) bagian, dan masingmasing bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga) subbagian.
(2)Sekretariat DPRD tipe B terdiri dari paling banyak 3 (tiga) bagian, dan masingmasing bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga) subbagian.
(3)Sekretariat DPRD tipe C terdiri dari paling banyak 2 (dua) bagian, dan masingmasing bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga) subbagian.
Paragraf 3 Inspektorat Pasal 52
(1)Inspektorat Tipe A terdiri atas 1 (satu) sekretariat dan paling banyak 4 (empat) inspektur pembantu. (2)sekretariat inspektorat sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) terdiri atas 3 (tiga) subbagian. Pasal 53
(1)Inspektorat Tipe B terdiri dari 1 (satu) sekretariat dan paling banyak 3 (tiga) inspektur pembantu.
(2)sekretariat inspektorat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas 2 (dua) subbagian.
Pasal 54
Inspektorat Tipe C terdiri atas 1 (satu) subbagian tata usaha dan paling banyak 2 (dua) inspektur pembantu.
Pasal 55
Paragraf 4 Dinas Pasal 56
(1)Dinas Tipe A terdiri dari atas 1 (satu) sekretariat dan paling banyak 4 (empat) bidang.
(2)sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas 3 (tiga) subbagian.
(3) masingmasing bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas paling banyak 3 (tiga) seksi.
Pasal 57
(1) Dinas Tipe B terdiri dari 1 (satu) sekretariat dan paling banyak 3 (tiga) bidang.
(2) sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas 2 (dua) subbagian.
(3) masingmasing bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas paling banyak 2 (dua) seksi.
Pasal 58
(1) Dinas Tipe C terdiri atas 1 (satu) subbagian tata usaha dan paling banyak 2 (dua) bidang.
(2) masingmasing bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas paling banyak 2 (dua) seksi.
Pasal 59
(1) UPT pada dinas terdiri atas 1 (satu) subbagian tata usaha dan kelompok jabatan fungsional.
(2) Khusus untuk UPT dengan beban tugas yang besar, dapat terdiri atas 1 (satu) sub bagian tata usaha dan paling banyak 2 (dua) seksi, berdasarkan penetapan Menteri setelah mendapat pertimbangan dari menteri yang membidangi urusan pemerintahan bidang aparatur negara.
(3) Susunan organisasi UPT yang berbentuk rumah sakit, Puskesmas, dan satuan pendidikan ditetapkan sesuai ketentuan peraturan perundangundangan.
Pasal 60
Cabang dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) terdiri dari 1(satu) subbagian tata usaha dan paling banyak 2 (dua) seksi.
Paragraf 6 Badan Pasal 61
(1)Badan Tipe A terdiri dari 1 (satu) sekretariat dan paling banyak 4 (empat) bidang.
(2)sekretariat terdiri dari 3 (tiga) subbagian dan
(3)masingmasing bidang terdiri dari paling banyak 3 (tiga) subbidang dan/atau kelompok jabatan fungsional.
(1) Badan Tipe B terdiri dari 1 (satu) sekretariat dan paling banyak 3 (tiga) bidang,
(2)sekretariat terdiri dari 2 (dua) subbagian dan
(3)masingmasing bidang terdiri dari paling banyak 2 (dua) subbidang dan/atau kelompok jabatan fungsional.
Pasal 63
(1) Badan Tipe C terdiri atas 1 (satu) subagian tata usaha dan paling banyak 2 (dua) bidang dan
(2)masingmasing bidang terdiri dari paling banyak 2 (dua) seksi dan/atau kelompok jabatan fungsional.
Pasal 64
Kantor penghubung terdiri atas 1 (satu) subbagian tata usaha dan paling banyak 2 (dua) seksi.
Pasal 65
UPT badan terdiri atas 1 (satu) subbagian tata usaha dan kelompok jabatan fungsional.
Pasal 66
Dinas yang menangani urusan pemerintahan bidang pekerjaan umum dan tata ruang, urusan pemerintahan bidang pertanian dan badan yang menyelenggarakan fungsi penunjang urusan pemerintahan bidang keuangan dapat memiliki 2 (dua) bidang lebih banyak dari yang berlaku bagi dinas/badan lain.
Bagian Kedua
Susunan Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten/Kota
Paragraf 1 Sekretariat Daerah
Pasal 67
(1)Sekretariat daerah tipe A terdiri atas paling banyak 3 (tiga) asisten dan paling banyak 12 (dua belas) bagian.
(2)masingmasing bagian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas paling banyak 3 (tiga) subbagian.
Pasal 68
(1) Sekretariat daerah tipe B terdiri atas paling banyak 3 (tiga) asisten dan paling banyak 9 (sembilan) bagian.
(2) masingmasing bagian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas paling banyak 3 (tiga) subbagian.
Pasal 69
(2) masingmasing bagian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas paling banyak 3 (tiga) subbagian.
Pasal 70
Pembagian tugas pokok dan fungsi unit kerja pada sekretariat daerah dikelompokkan berdasarkan perangkat daerah yang dikoordinasikan atau berdasarkan fungsi/unsur manajemen tertentu.
Paragraf 2 Sekretariat DPRD
Pasal 71
(1)Sekretariat DPRD tipe A terdiri atas paling banyak 4 (empat) bagian.
(2)masingmasing bagian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas paling banyak 3 (tiga) subbagian.
Pasal 72
(1) Sekretariat DPRD tipe B terdiri atas paling banyak 3 (tiga) bagian.
(2) masingmasing bagian sebagaimana pada ayat (1) terdiri atas banyak 3 (tiga) subbagian.
Pasal 73
(1) Sekretariat DPRD tipe C terdiri atas paling banyak 2 (dua) bagian.
(2) masingmasing bagian sebagaimana pada ayat (1) terdiri atas paling banyak 3 (tiga) subbagian.
Paragraf 3 Inspektorat Pasal 74
(1)Inspektorat Tipe A terdiri atas 1 (satu) sekretariat dan paling banyak 4 (empat) inspektur pembantu. (2)sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas 3 (tiga) subbagian. Pasal 75
(1)Inspektorat Tipe B terdiri dari 1 (satu) sekretariat dan paling banyak 3 (tiga) inspektur pembantu. (2)sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri dari 2 (dua) subbagian. Pasal 76
Inspektorat Tipe C terdiri dari subbagian tata usaha dan paling banyak 2 (dua) inspektur pembantu.
Pasal 77
Setiap inspektur pembantu membawahi jabatan fungsional yang melaksanakan fungsi pengawasan.
Dinas Pasal 78
(1) Dinas Tipe A terdiri atas 1 (satu) sekretariat dan paling banyak 4 (empat) bidang.
(2) sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas paling banyak 3 (tiga) subbagian.
(3) masingmasing bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas paling banyak 3 (tiga) seksi atau jabatan fungsional.
Pasal 79
(1) Dinas Tipe B terdiri atas 1 (satu) sekretariat dan paling banyak 3 (tiga) bidang.
(2) sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas 2 (dua) subbagian.
(3) masingmasing bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas paling banyak 2 (dua) seksi atau jabatan fungsional.
Pasal 80
Dinas Tipe C terdiri atas subbagian tata usaha dan paling banyak 3 (tiga) seksi atau jabatan fungsional.
Pasal 81
(1) UPT pada dinas terdiri atas 1 (satu) subbagian tata usaha dan kelompok jabatan fungsional.
(2) Susunan UPT sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tidak berlaku bagi UPT satuan pendidikan, pusat kesehatan masyarakat dan rumah sakit.
Paragraf 3 Badan Pasal 82
(1) Badan Tipe A terdiri atas 1 (satu) sekretariat dan paling banyak 4 (empat) bidang.
(2) sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas 3 (tiga) subbagian.
(3) masingmasing bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas paling banyak 3 (tiga) subbidang atau jabatan fungsional.
Pasal 83
(1) Badan Tipe B terdiri atas 1 (satu) sekretariat dan paling banyak 3 (tiga) bidang.
(2) sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas 2 (dua) subbagian.
(3) masingmasing bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas paling banyak 2 (dua) subbidang atau jabatan fungsional.
Badan Tipe C terdiri atas 1 (satu) subbagian tata usaha dan paling banyak 4 (empat) subbidang atau jabatan fungsional
Pasal 85
UPT badan terdiri dari 1 (satu) subbagian tata usaha dan jabatan fungsional.
Paragraf 4 Kecamatan Pasal 86
(1) Kecamatan Tipe A terdiri atas 1 (satu) sekretariat dan paling banyak 5 (lima) seksi.
(2) sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling banyak terdiri atas 3 (tiga) subbagian.
Pasal 87
(1) Kecamatan Tipe B terdiri atas 1 (satu) sekretariat dan paling banyak 4 (empat) seksi.
(2) sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas 2 (dua) subbagian.
Pasal 88
Kelurahan terdiri dari 1 (satu) sekretariat dan paling banyak 2 (dua) seksi.
Pasal 89
Urusan pekerjaan umum dan tata ruang, urusan pertanian dan fungsi penunjang urusan pemerintahan bidang keuangan dapat memiliki 2 bidang lebih banyak dari ketentuan yang berlaku bagi perangkat daerah lainnya.
Bagian Ketiga
Satuan Polisi Pamong Praja Pasal 90
(1) Satuan Polisi Pamong Praja Tipe A terdiri atas 1 (satu) sekretariat dan paling banyak 4 (empat) bidang.
(2) sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas 3 (tiga) subbagian.
(3) masingmasing bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas paling banyak 3 (tiga) seksi.
Pasal 91
(1) Satuan Polisi Pamong Tipe B terdiri atas 1 (satu) sekretariat dan paling banyak 3 (tiga) bidang.
(2) sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas 2 (dua) subbagian.
(3) masingmasing bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas paling banyak 2 (dua) seksi.