• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAKWAH USTADZ FAUZY HASYYIM DI REMAJA MASJID NURUL ISLAM : ANALISIS SEMIOTIK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "DAKWAH USTADZ FAUZY HASYYIM DI REMAJA MASJID NURUL ISLAM : ANALISIS SEMIOTIK."

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

DAKWAH USTADZ FAUZY HASYIM DI REMAJA MASJID NURUL ISLAM (ANALISIS SEMIOTIK)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Sosial (S. Sos)

Oleh:

LINDA LUTHFIYANA NIM: B71213049

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

JURUSAN KOMUNIKASI

(2)
(3)
(4)
(5)

KEMENTERIAN AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA PERPUSTAKAAN

Jl. Jend. A. Yani 117 Surabaya 60237 Telp. 031-8431972 Fax.031-8413300 E-Mail: perpus@uinsby.ac.id

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika UIN SunanAmpel Surabaya, yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : Linda Luthfiyana

NIM : B71213049

Fakultas/Jurusan : Dakwah/ Komunikasi dan Penyiaran Islam

E-mail address : luthfiyana.linda613@gmail.com

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Perpustakaan UIN Sunan Ampel Surabaya, Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif atas karya ilmiah :

Skripsi Tesis Disertasi Lain-lain (………)

yang berjudul :

Dakwah Ustad Fauzy Hasyim Di Remaja Masjid Nurul Islam

(Analisis Semiotik)

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan Hak Bebas Royalti Non-Ekslusif ini Perpustakaan UIN Sunan Ampel Surabaya berhak menyimpan, mengalih-media/format-kan,

mengelolanya dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikannya, dan

menampilkan/mempublikasikannya di Internet atau media lain secara fulltex tuntuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan atau penerbit yang bersangkutan.

Saya bersedia untuk menanggung secara pribadi, tanpa melibatkan pihak Perpustakaan UIN SunanAmpel Surabaya, segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran Hak Cipta dalam karya ilmiah saya ini.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Surabaya, 14 Februari 2017

(6)

ABSTRAK

Linda Luthfiyana, NIM. B71213049, 2017, Dakwah Ustadz Fauzy Hasyim i

Remaja Masjid Nurul Islam (Analisis Semiotik). Skripsi Prodi Komunikasi

Penyiaran Islam, Jurusan Komunikasi, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci: Dakwah, Remaja Masjid Nurul Islam.

Masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah Bagaimana rumusan teori dari dakwah yang dilakukan oleh Ustadz Fauzy Hasyim di Remaja Masjid Nurul Islam.

Untuk mengidentifikasi permasalahan tersebut penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan analisis semiotik. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi (pengamatan), wawancara dan dokumentasi.

Kesimpulan dari penelitian adalah Bahwa, Aksi sosial keagamaan dapat mengubah perilaku masyarakat dari kondisi tertentu menjadi kondisi yang lebih baik.

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN………... i

PENGESAHAN TIM PENGUJI... ii

PERNYATAAN DAN PERTANGGUNG JAWABAN………...…... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN………... iv

ABSTRAK………... v

KATA PENGANTAR………... vi

DAFTAR ISI……….. viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang………... 1

B. Rumusan Masalah... 6

C. Tujuan Penelitian………... 6

D. Manfaat Penelitian……….. 6

E. Definisi Konseptual………... 7

F. Sistematika Pembahasan………... 8

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Teori Interaksionalisme Simbolik……... 10

B. Pesan Dakwah……… 19

C. Respon Masyarakat……… 30

D. Penelitian Terdahulu………... 37

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian……….. 39

B. Waktu dan Lokasi Penelitian………... 40

C. Subjek dan Objek Penelitian……… 40

(8)

E. Teknik Analisis Data………... 46

1. Analisis Data………. 46

2. Analisis Semiotik………... 47

F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data………... 50

G. Tahapan Penelitian………... 52

BAB IV PENYAJIAN DAN TEMUAN PENELITIAN A. Setting Penelitian………. 54

1. Biografi Ustadz Fauzy Hasyim……….. 54

2. Profil Remaja Masjid Nurul Islam………. 57

B. Penyajian Data………. 61

1. Proses Dakwah Ustadz Fauzy Hasyim………... 60

C. Perilaku Mad’u Setelah Menerima Pesan Dakwah... 70

D. Temuan Penelitian……… 76

E. Sintesis………. 79

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan………. 81

B. Saran……… 81 DAFTAR PUSTAKA

(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Agama Islam adalah Agama yang diturunkan oleh Allah SWT kepada seluruh umat manusia di muka bumi ini melalui utusan-Nya yaitu Nabi Muhammad SAW. Agama Islam merupakan agama tauhid yang di dalamnya mengandung berbagai ajaran baik perikehidupan dan hubungan manusia dengan Tuhannya, hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan makhluk lain.

Dakwah berasal dari bahasa arab yaitu da’a, yad’u, da’watan yang artinya mengajak, mengambil atau menyeru. Dakwah merupakan suatu kegiatan yang mengajak manusia ke jalan yang benar dan mencegah yang salah sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadits.

Dalam buku manajemen dakwah dijelaskan bahwa A. Hasyim memaparkan pengertian dakwah menurut Al-Qur’an adalah mengajak orang lain untuk meyakini dan mengamalkan aqidah dan syariat islam yang terlebih dahulu telah diyakini dan diamalkan oleh pendakwah sendiri.1

Dakwah adalah amar ma’ruf nahi munkar, yang mana dakwah merupakan tugas sederhana yakni kewajiban untuk menyampaikan apa yang telah diterima oleh Rasulullah SAW.

1

(10)

2

Dan pada masa modern ini dakwah hanya menyampaikan kemudian membiarkan. Perlunya pendampingan dan bimbingan secara terus-menerus agar tujuan dakwah kita bisa maksimal dan berhasil mencapi tujuan dakwah, yang mana tujuan dakwah tersebut terbagi menjadi dua yaitu tujuan utama dan tujuan umum.2 Tujuan utama merupakan garis pokok yang menjadi arah semua kegiatan dakwah, yaitu perubahan sikap dan perilaku mitra dakwah sesuai dengan ajaran islam. Sedangkan tujuan khusus harus realistis, konkrit, jelas dan dapat diukur.

Dakwah menurut Syaikh Ali Mahfudz, dalam kitabnya Hidayatul Mursyidin memberikan definisi dakwah sebagai berikut : dakwah islam yaitu; mendorong manusia agar berbuat kebaikan dan mengikuti petunjuk (hidayah), menyeru mereka berbuat kebaikan dan mencegah dari kemungkaran, agar mereka mendapat kebahagiaan didunia dan akhirat.

Dakwah harus tampil secara aktual, faktual dan kontekstual. Aktual dalam arti memecahkan masalah yang kekinian dan hangat di tengah masyarakat. Faktual dalam arti konkret dan nyata. Sedangkan releven adalah yang menyangkut problematika yang sedang dihadapi oleh masyarakat.3 Dakwah tidak hanya dalam bentuk ceramah dan pengajian yang berpindah dari mimbar satu ke mimbar yang lain. Dakwah harus menyesuaikan zaman dan melihat situasi dan kondisi yang ada pada lingkungan dakwah. Maka dakwah memerlukan metode yang tepat untuk menyampaikan pesan dakwah

sehingga bisa diterima dengan sebaik mungkin oleh mad’u.

2

Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah Edisi Revisi, (Jakarta : Kencana, 2004), hlm. 350

3

(11)

3

Pesan adalah keseluruhan dari pada yang disampaikan oleh komunikator. Namun ada juga yang mengartikan pesan adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada komunikan, pesan merupakan isyarat atau simbol yang disampaikan oleh seseorang untuk saluran tertentu dengan harapan bahwa pesan itu akan mengutarakan atau menimbulkan suatu makna tertentu dalam diri orang lain yang hendak diajak berkomunikasi.4

Pesan dakwah adalah semua ajaran Islam yang harus disampaikan kepada ummat Manusia. Ajaran Islam mengandung pengertian yang sangat luas, Secara bahasa Islâm berarti inqiyâd (patuh), Islâm dari syarî‘ah berarti menunjukkan ketundukkan dan prilaku syariah serta senantiasa melakukan apa yang dibawa oleh Nabi SAW, sehingga dengan keislaman itu darahnya dijaga dan hal-hal yang dibenci dihindari.

Pesan dakwah membahas ajaran Islam, secara global pesan dakwah dapat diklasifikasikan menjadi 3 hal, yaitu :

a. Masalah Keimanan (Aqidah)

Masalah pokok yang menjadi materi dakwah adalah akidah Islamiah. Aspek akidah ini yang akan membentuk moral (akhlaq) manusia oleh karena itu, yang pertama kali dijadikan materi dalam dakwah Islam adalah

masalah akidah atau keimanan.5 b. Masalah Keislaman (Syari’ah)

Syari’ah dalam agama Islam adalah berhubungan erat dengan amal

lahir (nyata) dalam mentaati peraturan/hukum Allah guna mengatur

4

Cangara Hafied, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada 1998), hlm.23

5

(12)

4

hubungan manusia dengan Tuhannya dan mengatur pergaulan hidup

manusia dengan sesama manusia dan lingkungannya.6 c. Masalah Budi Pekerti (Akhlaq)

Akhlaq merupakan bentuk jamak dari khuluq yang artinya budi pekerti, tingkah laku atau tabiat. Jadi akhlaq atau khuluq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, sehingga ia akan muncul secara spontan bilamana diperlukan, tanpa memerlukan pertimbangan lebih dahulu, serta tidak memerlukan adanya dorongan dari luar dirinya.

Dukuh Bulu, Lontar, Sambikerep, Surabaya merupakan kampung dimana Ustadz Fauzy Hasyim berdakwah. Dia berdakwah di kalangan remaja, yaitu Remaja Masjid Nurul Islam. Dulu keadaan remaja masjid tidak segiat dan seaktif dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan islami seperti sekarang ini.

Sholat lima waktu tidak penuh, masih kurang dalam hal sopan santunya, kurang memuliakan seorang guru, tidak mau ikut kegiatan-kegiatan

keagamaan seperti : maulid diba’, tahlil, istighosah, tadarus rutin dan saat

bulan suci Ramadhan.

Tetapi itu semua bisa mereka lakukan semenjak datangnya Ustadz Fauzi Hasyim, mendakwahi mereka dengan cara yang bertahap. Remaja masjid sudah tekun sholatnya dan itu juga lima waktu terlebih mereka sering menjadi muadzin sholat. Sopan santunnya sangat meningkat, menghormati para gurunya, masyarakat dan temannya. Mulai senang di masjid dan

6

(13)

5

berkumpul dengan orang-oramg alim. Suka dengan kegiatan-kegiatan islami

mulai dari tahlilan, maulid diba’, istighosah, al banjari, dan tadarusan.

Perubahan mereka terlihat saat bulan suci Ramadhan. Remaja masjid setiap hari ikut tadarusan sampai malam. Dulu mereka tidak pernah ikut tadarusan, yang ada hanyalah orang-orang tua. Tetapi semenjak Ustadz Fauzy Hasyim berdakwah kepada mereka, menasehati mereka dan memberikan ilmu tentang agama.

Ustadz Fauzy Hasyim Sebelum dia berdakwah, terlebih dahulu dia mendekati remaja masjid. Mengetahui karakternya, melihat keadaan, sifat dsb. Setelah semua itu telah dia pahami barulah memulai dakwahnya sesuai dengan apa yang remaja masjid butuhkan.

Mengajarkan Al-Qur’an dan tajwidnya itulah cara yang ditekankan oleh Ustadz Fauzy Hasyim. Selain itu dia ingin memberikan ilmu agama yaitu tentang akhlak. Karena menurut dia pengetahuan remaja masjid itu hanya sekedar taklid (meniru) tetapi tidak tau ilmunya. Itulah sebabnya Ustadz Fauzy Hasyim mengadakan ngaji kitab yang diadakan setiap hari sabtu dan minggu

ba’da ashar di masjid Nurul Islam dan Kegiatan ini sudah berkoordinasi

dengan pengurus remaja masjid. Adapun kitab yang diajarkan oleh dia ada tiga, yaitu: Safinatun Najaa, Wasiatul Musthofa dan Ta’lim Muta’allim.

(14)

6

Inilah yang mendorong penulis untuk mengkaji dakwah Ustadz Fauzi Hasyim yang kenyataannya dakwah dia sudah diterima di kalangan Remaja Masjid Nurul Islam DK. Bulu, Lontar, Sambikerep, Surabaya. Maka dari itu penulis mengambil judul “DAKWAH USTADZ FAUZY HASYIM DI

REMAJA MASJID NURUL ISLAM (ANALISIS SEMIOTIK)”.

B. RUMUSAN MASALAH

Bagaimana rumusan teori dari dakwah yang dilakukan oleh Ustadz Fauzy Hasyim di Remaja Masjid Nurul Islam?

C. TUJUAN PENELITIAN

Ingin merumuskan atau menemukan teori dari pesan dakwah yang disampaikan oleh Ustadz Fauzy Hasyim.

D. MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat dari penelitian ini diharapkan berdaya guna sebagai berikut:

1. Segi Teori

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan terhadap disiplin ilmu dakwah khususnya bidang komunikasi dan penyiaran Islam. agar lebih bisa meningkatkan religiusitas dan memperkaya khazanah tentang dakwah.

(15)

7

2. Segi Praktis

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wacana serta koreksi ilmiah dalam membina dan mengajak masyarakat beramar ma'ruf nahi munkar tanpa adanya paksaan.

2. Pelajar dan mahasiswa untuk mengembangkan nilai-nilai agama Islam dan untuk memberikan motivasi bagi pelaksana dakwah.

3. Para da’i atau pendakwah bisa memberikan masukan dalam

pelaksanaan kegiatan dakwah

E. DEFINISI KONSEPTUAL 1. Interaksionalisme Simbolik

Interaksionalisme simbolik adalah interaksi antara manusia satu dengan yang lainnya, yang mana mereka saling membagi makna untuk jangka waktu tertentu dan untuk tindakan tertentu. Dalam hal ini adalah interaksi dalam konteks dakwah yang dilakukan oleh Ustadz Fauzy Hasyim dan remaja masjid Nurul Islam.

2. Pesan Dakwah

Isi yang disampaikan oleh seorang da’i kepada mad’u yang mana

(16)

8

3. Respon Masyarakat Terhadap Pesan

Respon adalah suatu jenis tindakan yang dilakukan setelah memperoleh ransangan dari pengamatan tentang subjek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan-pesan. Dalam hal ini adalah respon remaja masjid setelah menerima pesan dakwah dari Ustadz Fauzy Hasyim.

F. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Sistematika pembahasan merupakan urutan sekaligus kerangka berpikir dalam penulisan proposal, untuk lebih mudah memahami penulisan proposal ini, maka disusunlah sistematika pembahasan, antara lain:

Bab I adalah pendahuluan, rumusan maslah, tujuan, manfaat penelitian, konseptuliasi dan diakhiri dengan sistematika pembahasan. Bab pertama dari skripsi yang mengantarkan pembaca untuk dapat menjawab pertanyaan apa yang diteliti, untuk apa dan mengapa penelitian itu dilakukan.

Bab II adalah kajian kepustakaan, berisi tentang kerangka teoritik dan penelitian terdahulu yang relevan. Dalam penelitian kualitatif kajian kepustakaan konseptual yang menjelaskan pesan dakwah Ustadz Fauzy Hasyim.

(17)

9

Bab IV adalah penyajian data dan temuan penelitian, pada bab ini memamparkan tentang hasil yang didapat selama penelitian. Pemaparan berisi deskripsi objek penelitian, data dan fakta subyek yang terkait dengan rumusan masalah, berupa penyajian data dan temuan hasil penelitian tentang dakwah Ustadz Fauzy Hasyim di Remaja Masjid Nurul Islam.

(18)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Teori Interaksionalisme Simbolik

Paham mengenai interaksionalisme simbolik (simbolic intractionism) adalah suatu cara berpikir menganai pikiran (mind), diri dan masyarakat yang telah memberikan banyak kontribusi kepada tradisi sosiokultural dalam membangun teori komunikasi. Dengan menggunakan sosiologi sebagai fondasi, paham ini mengajarkan bahwa ketika manusia berinteraksi satu sama lainnya, mereka saling membagi makna untuk jangka waktu tertentu dan untuk tindakan tertentu.1

George Herbert Mead dipandang sebagai pembangun paham interaksi simbolis ini. Ia mengajarkan bahwa makna muncul sebagai hasil interaksi diantara manusia baik secara verbal maupun nonverbal. Melalui aksi dan respons yang terjadi, manusia memberikan makna ke dalam kata-kata atau tindakan, dan karenanya manusia dapat memahami suatu peristiwa dengan cara-cara tertentu.2

Mead mengemukakan bahwa dalam teori Interaksionisme Simbolik, ide dasarnya adalah sebuah symbol, karena symbol ini adalah suatu konsep

1

Morisson, Teori Komunikasi Individu Hingga Massa, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2013), hlm. 110

2

(19)

11

mulia yang membedakan manusia dari binatang. Simbol ini muncul akibat dari kebutuhan setiap individu untuk berinteraksi dengan orang lain. Dan dalam proses berinteraksi tersebut pasti ada suatu tindakan atau perbuatan yang diawali dengan pemikiran. Dalam tinjauannya di buku Mind, Self and

Society, Mead berpendapat bahwa bukan pikiran yang pertama kali muncul,

melainkan masyarakatlah yang terlebih dulu muncul dan baru diikuti pemikiran yang muncul pada dalam diri masyarakat tersebut. Dan analisa George Herbert Mead ini mencerminkan fakta bahwa masyarakat atau yang lebih umum disebut kehidupan social menempati prioritas dalam analisanya, dan Mead selalu memberi prioritas pada dunia social dalam memahami pengalaman social karena keseluruhan kehidupan social mendahului pikiran individu secara logis maupun temporer. Individu yang berpikir dan sadar diri tidak mungkin ada sebelum kelompok social . Kelompok social hadir lebih dulu dan dia mengarah pada perkembangan kondisi mental sadar – diri.

Teori interaksi simbolis (simbolic interactionism) mengfokuskan perhatian pada cara-cara yang digunakan manusia untuk membentuk makna dan struktur masyarakat melalui percakapan. Interaksi simbolis pada awalnya merupakan suatu gerakan pemikiran dalam ilmu sosiologi yang dibangun oleh George Herbet Mead, dan karyanya kemudian menjadi inti dari aliran pemikiran yang dinamakan Chicago School. Interaksi simbolis mendasarkan gagasannya atau enam hal yaitu :3

3

(20)

12

1. Manusia membuat keputusan dan bertindak pada situasi yang dihadapinya sesuai dengan pengertian subjektifnya.

2. Kehidupan sosial merupakan proses interaksi, kehidupan sosial bukanlah struktur atau bersifat struktural dan karena itu akan terus berubah.

3. Manusia memahami pengalamannya melalui makna dan simbol yang digunakan di lingkungan terdekatnya (primary group), dan bahasa merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan sosial.

4. Dunia terdiri dari berbagai objek sosial yang memiliki nama dan makna yang ditentukan secara sosial.

5. Manusia mendasarkan tindakannya atas interpretasi mereka, dengan mempertimbangkan dan mendifinisikan objek-objek dan tindakan yang relevan pada situasi saat itu.

6. Dari seseorang adalah objek signifikan dan bagaimana objek sosial lainnya dari didefiniskan melalui interaksi sosial dengan orang lain.

Terdapat tiga konsep penting dalam teori yang dikemukakan Mead ini yaitu masyarakat, diri, dan pikiran. Ketiga konsep tersebut memiliki aspek-aspek yang berbeda namun berasal dari proses umum yang sama yang

disebut “tindakan sosial” (social act), yaitu suatu unit tingkah laku lengkap

(21)

13

atau bisa juga panjang dan rumit seperti pemenuhan tujuan hidup. Sejumlah tindakan berhubungan satu dengan lainnya yang dibangun sepanjang hidup manusia. Tindakan dimulai dengan dorongan hati (impluse) yang melibatkan persepsi dan memberikan makna, latihan mental, pertimbangan alternative, hingga penyelesaian.

Menurut Soetandyo Wignjosoebroto menyatakan bawa sesungguhnya dalam khasanah teori-teori social kontemporer yang kita kenal sampai sekarang ini, bahwa teori interaksionalisme simbolik bukanlah satu-satunya perspektif atau model yang terpakai untuk memahami hubungan posisional antara individu sebagai komponen dan masyarakat sebagai system,4

interaksionalisme simbolik mengandung inti dasar pemikiran umum tentang komunikasi dan masyarakat. menurut Blumer ada lima konsep dalam interaksionalisme simbolik, ialah:5

1. Konsep diri

Manusia bukanlah organisme yang bergerak tetapi juga organisme yang sadar akan dirinya. Dia mampu memandang diri sebagai objek pikirannya dan bergaul atau berinteraksi dengan diri sendiri, berunding dan berwawancara dengan diri sendiri. Sehingga antara perangsang yang berasal dari situasi dan kelakuannya tersisip proses interaksi dengan dirinya sendiri.

Mead menganggap bahwa kemampuan untuk memberi jawaban pada diri sendiri layaknya memberi jawaban pada orang

4

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2013), hlm. 196

5

(22)

14

lain, merupakan situasi penting dalam perkembangan akal budi. Dan Mead juga berpendapat bahwa tubuh bukanlah riri, melinkan dia baru menjadi diri ketika pikran telah perkembang. Dalam arti ini, Self bukan suatu obyek melainkan suatu proses sadar yang mempunyai kemampuan untuk berpikir, seperti :6

a. Mampu memberi jawaban kepada diri sendiri seperti orang lain yang juga memberi jawaban.

b. Mampu memberi jawaban seperti aturan, norma atau hokum yang juga memberi jawaban padanya.

c. Mampu untuk mengambil bagian dalam percakapan sendiri dengan orang lain.

d. Mampu menyadari apa yang sedang dikatakan dan kemampuan untuk menggunakan kesadaran untuk menentukan apa yang garus dilakukan pada fase berikutnya.

Karena Bagi Mead, Self mengalami perkembangan melalui proses sosialisasi, dan ada tiga fase dalam proses sosialisasi tersebut. Pertama adalah Play Stage atau tahap bermain. Dalam fase atau tahapan ini, seorang anak bermain atau memainkan peran orang – orang yang dianggap penting baginya.

Contoh ketika seorang anak laki – laki yang masih kecil suka akan bermain bola, maka dia meminta dibelikan atribut yang berhubungan degan bola dan brmain dengan atribut tersebut serta

6

(23)

15

berpura-pura menjadi pesepak bola idolanya. Fase kedua dalam proses sosialisasi serta proses pembentukan konsep tentang diri adalah Game Stage atau tahap permainan, dimana dalam tahapan ini seorang anak mengambil peran orang lian dan terlibat dalam suatu organisasi yang lebih tinggi. Contoh Anak kecil yang suka bola yang tadinya hanya berpura – pura mengambil peran orang lain, maka dalam tahapan ini anak itu sudah berperan seperti idolanya dalam sebuah team sepak bola anak, dia akan berusaha untuk mengorganisir teamnya dan bekerjasama dengan teamnya. Dengan fase ini, anak belajar sesuatu yang melibatkan orang banyak, dan sesuatu yang impersonal yaitu aturan – aturan dan norma – norma. Sedang fase ketiga adalah generalized other, yaitu harapan-harapan, kebiasaan-kebiasaan, standar-standar umum dalam masyarakat. Dalam fase ini anak-anak mengarahkan tingkah lakunya berdasarkan standar-standar umum serta norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.

(24)

16

2. Konsep perbuatan

Manusia dibentuk dalam dan melalui proses interaksi dengan diri sendiri. Manusia menghadapakan dirinya pada macam-macam hal seperti kebutuan, perasaan, tujuan, perbuatan orang lain, peraturan masyarakatnya, situasinya, ingatannya dan cita-citanya untuk masa depan. Sehingga perbuatannya tidak semata-mata reaksi biologis melainkan itu adalah kontruksinya. Mead menjelaskan bahwa ada empat tahap yang masing-masing dari tahap tersebut saling berkaitan satu sama lain dalam setiap perbuatan:7

a. Impuls adalah tahap paling awal dalam keempat tahap diatas. Dia adalah reaksi yang paling awal dimana dia berfungsi untuk dirinya sendiri. Impuls melibatkan stimulasi inderawi secara langsung dimana respon yang diberikan oleh actor adalah bertujuan untuk kebutuhan dirinya sendiri. Contohnya adalah ketika seseorang mempunyai keinginan untuk menonton film di bioskop.

b. Persepsi adalah tahapan kedua, dimana dia adalah pertimbangan, bayangan maupun pikiran terhadap bagaimana cara untuk bisa memenuhi impuls. Dalam tahapan ini, actor memberikan respon atau bereaksi terhadap stimulus yang berkaitan dengan impuls tadi. Misal, berkaitan dengan contoh

7

(25)

17

impul diatas, ketika seseorang ingin menonton film di bioskop, maka dia akan mencari

c. Manipulasi adalah tahapan selanjutnya yang masih berhubungan dengan tahap-tahap sebelum. Dalam tahapan ini actor mengambil tindakan yang berkaitan dengan obyek yang telah dipersepsikan. Bagi Mead, tahapan ini menciptakan jeda temporer dalam proses tersebut, sehingga suatu respon tidak secara langsung dapat terwujud.

d. Konsumsi adalah upaya terakhir untuk merespon impuls. Dalam tahapan ini, dengan adanya pertimbangan maupun pemikiran secara sadar, actor dapat mengambil keputusan atau tindakan yang umumnya akan berorientasi untuk memuaskan impuls yang ada di awal tadi.

e. Konsep objek

Objek dapat bersifat fisik seperti kursi atau khayalan, abstrak seperti konsep kebebasan, hidup atau tidak hidup, terdiri atas golongan atau terbatas pada satu orang.

f. Konsep interaksi social

(26)

18

dengan unsure-unsur psikis dan tidak dapat diterangkan oleh psikologi.

g. Konsep joint action

Aksi kolektif yang lahir dimana perbuatan masing-masing peserta dicocokkan dan diserasikan satu sama lain. Realitas social dibentuk dari joint action ini dan merupakan objek sosiologi yang sebenarnya.

Secara ringkas Teori Interaksionisme simbolik didasarkan pada premis-premis berikut:8

1. individu merespon suatu situasi simbolik, mereka merespon lingkungan termasuk obyek fisik (benda) dan Obyek sosial (perilaku manusia) berdasarkan media yang dikandung komponen-komponen lingkungan tersebut bagi mereka.

2. makna adalah produk interaksi sosial, karena itu makna tidak melihat pada obyek, melainkan dinegosiasikan melalui penggunaan bahasa, negosiasi itu dimungkinkan karena manusia mampu mewarnai segala sesuatu bukan hanya obyek fisik, tindakan atau peristiwa (bahkan tanpa kehadiran obyek fisik, tindakan atau peristiwa itu ) namun juga gagasan yang abstrak.

3. makna yang interpretasikan individu dapat berubah dari waktu ke waktu, sejalan dengan perubahan situasi yang ditemukan dalam interaksi sosial, perubahan interpretasi dimungkinkan karena individu

8

(27)

19

dapat melakukan proses mental, yakni berkomunikasi dengan dirinya sendiri.

B. Pesan Dakwah

Pesan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti suruh, perintah, nasihat, harus disampaikan kepada orang lain. Di dalam ilmu komunikasi, pesan dakwah adalah message yaitu simbol-simbol. Dalam literature bahasa Arab, pesan dakwah disebut maudlu’ al-da’wah.

Pesan adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima.9 Pesan adalah sesuatu yang bisa disampaikan dari seseorang kepada orang lain, baik secara individu maupun kelompok yang dapat berupa buah pikiran, keterangan, pernyataan dari sebuah sikap.10 Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan merupakan seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan. Sementara Astrid mengatakan bahwa pesan adalah, ide, gagasan,informasi, dan opini yang dilontarkan seorang komunikator kepada komunikan yang bertujuan untuk mempengaruhi komunikan kearah sikap yang diinginkan oleh komunikator.11

Menurut Jalaluddin Rakhmat, pesan terbagi menjadi dua yaitu pesan linguistik (verbal) dan pesan ekstralinguistik (nonverbal). Adapun pesan

linguistik adalah pesan melalui bahasa, sehingga pesan diartikan sebagai “alat

yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan-gagasan”. Sedangkan

9

Hafied Cangara, Pengertian Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,1998), hlm. 23

10

Toto Tasmoro, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), hlm. 9

11

(28)

20

pesan ekstralinguistk (nonverbal) adalah pesan yang dilakukan melalui gerak tubuh, suara, penggunaan ruang personal dan sosial, penciuman, sensitivitas kulit, dan artifaktual.

Pesan adalah keseluruhan dari pada apa yang di sampaikan oleh komunikator. Pesan seharusnya mempunyai inti pesan (tema) sebagai pengarah di dalam usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah laku komunikan. Pesan dapat disampaikan secara panjang lebar, namun yang perlu diperhatikan dan diarahkan kepada tujuan akhir dari komunikasi.12

Sedangkan dakwah hakikatnya memiliki pengertian secara khusus.

Secara etiomologi berasal dari bahasa Arab yang bermakna”panggilan, ajakan

atau seruan”. Dalam tata bahasa Arab, kata dakwah berbentuk sebagai “isim

masdar”. Kata ini berasal dari fiil (kata kerja) “da’a yad’u” yang artinya

memanggil, mengajak atau menyeru. Kata dakwah sering menjumpai atau dipergunakan dalam ayat - ayat Al-Qur’an dalam firman Allah surah Yunus:

“Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga), dan menunjuki

orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam).”

(QS. Yunus [10]: 25).

Dalam buku manajemen dakwah dijelaskan bahwa A. Hasyim memaparkan pengertian dakwah menurut Al-Qur’an adalah mengajak orang

12

(29)

21

lain untuk meyakini dan mengamalkan aqidah dan syariat islam yang terlebih dahulu telah diyakini dan diamalkan oleh pendakwah sendiri.13 Dakwah

adalah amar ma’ruf nahi munkar, yang mana dakwah merupakan tugas

sederhana yakni kewajiban untuk menyampaikan apa yang telah diterima oleh Rasulullah SAW.

Dakwah secara lughotan adalah ajakan atau seruan kepada jalan Allah. Hal ini senada dengan firman Allah dalam Surat An-Nahl, 125 yang artinya: “Ajaklah ke jalan Tuhanmu dengan hikmah, mauidzoh hasanah dan

bermujadalahlah dengan cara sebaik-baiknya. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia

lebih mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia lebih

mengetahui siapa yang mendapatkan petunjuk.” Jalan Allah itu tidak lain

adalah agama Islam.14 Dakwah Islam adalah upaya yang dilakukan secara sadar untuk mengajak umat manusia ke jalan Islam yang rahmatan lil alamin. Bukan hanya rahmatan lil muslimin tetapi juga rahmat bagi semuanya. Dakwah yang seperti ini tentu saja adalah dakwah yang di dalamnya momot dengan ajaran keselamatan tersebut. Tidak mungkin Islam akan memberi rahmat ketika Islam tidak mengajarkan keselamatan. Maka rahmat dan keselamatan adalah seperti dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan.

Pesan dakwah adalah semua ajaran Islam yang harus disampaikan kepada ummat Manusia. Ajaran Islam mengandung pengertian yang sangat luas, Secara bahasa Islâm berarti inqiyâd (patuh), Islâm dari syarî„ah berarti menunjukkan ketundukkan dan prilaku syariah serta senantiasa melakukan apa

13

Hasyim Syamhudi, Manajemen Dakwah, (Surabaya: Elkaf, 2007), hlm. 24

14

(30)

22

yang dibawa oleh Nabi SAW, sehingga dengan keislaman itu darahnya dijaga dan hal-hal yang dibenci dihindari. Islam merupakan sebutan untuk agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW serta merupakan syariah (kaidah peribadahan serta tingkah laku peri kehidupan) dibangun atas kepercayaan kepada Allah SWT. serta beritaberita lain yang dibawa oleh Rasul melalui pewahyuan. Sebutan Islam ini telah diperkenalkan oleh Ibrahim a.s sebelumnya.

“Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar

-benarnya. Dia telahmemilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu[993], dan (begitu pula) dalam (Al Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung

dan sebaik- baik Penolong.” (QS. Al Hajj [22] : 78)

(31)

23

dinisbahkan kepada Islam.15 Hanya saja ada pemilahan tindakan apakah ia merupakan tindakan yang baik atau mengada-ada. Berbagai “kelonggaran” dalam berkarsa dan berkarya yang diajarkan Islam menuntut seorang muslim untuk menggunakan nalarnya dalam bertindak. Dengan kata lain memiliki logika tindakan Islam.

Logika adalah untuk menyusun sistematika dari sederetan kalimat dan konsekuensinya dalam berpikir deduktif. Langkah-langkah yang perlu diperhatikan adalah mengidentifikasi karakter dari berbagai pernyataan (kalimat) yang memiliki konsekuensi logis, berbagai premis diajukan untuk mendukung pernyataan lain, yang kemudian disebut argumen, yang membantu menuju pada kongklusi (kesimpulan).

a. Struktur Pesan

Struktur pesan mengacu pada bagaimana mengorganisasi elemen-elemen pokok dalam sebuah pesan, yaitu sisi pesan (message

sideness), urutan penyajian (order of presentation), dan penarikan

kesimpulan (drawing a conclusion).

1) Sisi pesan terdiri dari dua bentuk penyusunan, yaitu satu sisi dan dua sisi. Penyususnan pesan lebih banyak menitikberatkan pada kepentingan pihak pengirim saja, biasanya pesan yang ditonjolkan adalah aspek-aspek positif. Sedangkan dua sisi pesan disampaikan dengan segala kelemahan dan kekuatannya.

15

(32)

24

2) Urutan penyajian bentuk “climax versus anticlimax order” dan recency and primacy model”. Hal ini berkaitan dengan pesan satu

sisi. Disebut climax order, apabila dalam penyusunan pesan argumen terpenting diletakkan pada bagian akhir, sedangkan apabila ditempatkan di tengah-tengah disebut pyramidal order.

Primacy, yaitu suatu model apabila dalam menyusun suatu pesan

aspek posistif dan negatif ditempatkan pada bagian awal. Sedangkan recency apabila aspek posistif dan negatif ditempatkan pada bagian akhir.

3) Penarikan kesimpulan. Membuat suatu kesimpulan dapat secara merata lansung dan jelas (eksplisit) atau secara tidak langsung (implisist).16

b. Daya Tarik Pesan

Daya tarik pesan berkaitan dengan teknik penampilan dalam penyusunan suatu pesan, ide yang meliputi fear (threat) appeals,

emotional appeals, rational appeals, dan humorappeals. Fear (threat)

appeals apabila dalam menyajikan suatu pesan yang ditonjolkan

unsur-unsur ancaman bahaya sehinga menimbulkan rasa takut, dan emotional

appeals apabila penekanan pesan pada hal-hal seperti keindahan,

kesedihan, kesengsaraan, cinta, dan kasih sayang. Rational appeals apabila pesan tersebut menekankan pada hal-hal yang logis, rasional, dan aktual. Humor appeals apabila penyajian pesan dikemas dalam

16

(33)

25

bentuk humor, bisa saja dalam bentuk kata, kalimat, gambar, simbol, atau lainnya yang bisa menimbulkan kesan lucu.17

c. Karakteristik Isi Pesan

1) Novelty (sesuatu yang baru), dalam penerimaan pesan melalui

audio visual seperti video, pendengar/pemirsa akan tertarik apabila yang disajikan sesuatu yang baru, misalnya masalah proses reformasi yang baru saja berlangsung.

2) Proximity atau kedekatan, dalam penerimaan pesan audio visual

seperti TV, pendengar/pemirsa akan lebih tertarik apabila yan disajikan suatu peristiwa yang dekat secara fisik dengan pengalamannya dengan pendengar atau pemirsanya.

3) Popularitas, pemberitaan seorang tokoh yang populer akan mempunyai daya tarik tersendiri bagi pendengar.

4) Pertentangan (conflict), sesuatu yang mengungkapkan pertentangan, baik dalam bentuk kekerasan ataupun menyangkut perbedaan pendapat atau nilai, biasanya disukai pendengar.

5) Komedi (humor), hal-hal yang lucu menyenangkan akan lebih menarik untuk didengar sehingga tidak membosankan.

6) Keindahan, menyenangi keindahan dan kecantikan adalah salah satu sifat manusia sehingga siaran yang mengandung keindahan akan sangat disenangi.

17

(34)

26

7) Emosi, sesuatu yang membangkitkan emosi dan menyentuh perasaan memiliki daya tarik tersendiri dalam pengemasan suatu pesan.

8) Nostalgia, yakni hal-hal yang menungkap masa lalu. Seperti nyanyian lama akan membangkitkan kenanan masa lalu, atau peristiwa bersejarah.

9) Human interest, pada dasarnya oran menyukai cerita-cerita yan

menyangkut sejarah kehidupan orang lain.18

Dengan demikian pesan dakwah terdapat pada unsur dakwah yakni Maddah (materi) dakwah. Pesan dakwah membahas ajaran Islam, secara global pesan dakwah dapat diklasifikasikan menjadi 3 hal, yaitu :

a. Masalah Keimanan (Aqidah)

Masalah pokok yang menjadi materi dakwah adalah akidah Islamiah. Aspek akidah ini yang akan membentuk moral (akhlaq) manusia oleh karena itu, yang pertama kali dijadikan materi dalam dakwah Islam adalah masalah akidah atau keimanan.19

Akidah ialah kepercayaan dan keyakinan akan wujud Allah swt. Dengan segala firman-Nya dan kebenaran Rasulullah (Muhammad) saw. Dengan segala sabdanya.20 Keyakinan demikian yang oleh Al-Qur’an disebut dengan iman. Iman merupakan esensi dalam ajaran Islam. Iman juga erat kaitannya antara akal dan wahyu.

18

Ibid, hlm. 153-154

19

Munir, Wahyu Ilaihi. Manajemen Dakwah. (Jakarta : Kencana, 2006), hlm. 24

20

(35)

27

Dalam Islam khususnya masalah akidah yang dijadikan materi dakwah itu pada garis besarnya yaitu:

1) Iman kepada Allah Swt artinya manusia harus mengaktualisasikan sifat-sifat terpuji tentunya sesuai dengan batasan-batasan kemampuan manusia.

2) Iman kepada malikat artinya manusia harus memiliki sifat-sifat disiplin dan taat kepada kewajibannya, karena sifat-sifat ini menjadi esensi sifat malaikat.

3) Iman kepada kitab Allah artinya manusia harus menjauhi perbuatan yang haramkan dan selalu melaksanakan perbuatan yang dihalkan oleh Al-Qur’an.

4) Iman kepada rasul Allah artinya harus menumbuhkembangkan pribadi untuk mencontoh sunnah Nabi, seperti sifat siddiq, amanah, fatonah, dan tabligh.

5) Iman kepada hari akhir artinya menumbuhkan dalam pribadi sifat menjauhi kemaksiatan.

(36)

28

Keimanan (aqidah) pada hakekatnya adalah pengakuan dalam hati akan keutuhan dan kemahakuasaan Allah SWT, serta kerasulan Nabi Muhammad Saw, yang dimanifestasikan dalam segala aspek kehidupan.21 b. Masalah Keislaman (Syari’ah)

Syari’ah dalam agama Islam adalah berhubungan erat dengan amal

lahir (nyata) dalam mentaati peraturan/hukum Allah guna mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya dan mengatur pergaulan hidup manusia dengan sesama manusia dan lingkungannya.22

Dengan demikian pesan dakwah dalam konteks ini adalah menjelaskan berbagai ketentuan-ketentuan yang terkait dengan hak kewajiban seorang hamba.

Selain itu juga menjelaskan tentang hukum-hukum Allah, baik yang wajib (yang diperintahkan), mubah (dibolehkan), mandub (dianjurkan), makruh (dianjurkan untuk tidak dilakukan) maupun yang haram (dilarang).

c. Masalah Budi Pekerti (Akhlaq)

Akhlaq merupakan bentuk jamak dari khuluq yang artinya budi pekerti, tingkah laku atau tabiat. Jadi akhlaq atau khuluq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, sehingga ia akan muncul secara spontan bilamana diperlukan, tanpa memerlukan pertimbangan lebih dahulu, serta tidak memerlukan adanya dorongan dari luar dirinya. Dalam konteks ini, akhlaq meliputi tiga hal, yaitu:

21

Yunahar Ilyas. Akhlaq Masyarakat Islam. (Yogyakarta : Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus, tt), hlm. 54

22

(37)

29

1. Akhlak terhadap Allah SWT

Umat islam harus mempunyai akidah yang benar. Dan jika sudah mencapai itu maka dia juga harus mempunyai akhlak yang baik kepada Allah SWT. Dengan caara menjaga kemauan dengan meluruskan ubudiyah yang didasari tauhid. Adapun cara kita berakhlak baik kepada Allah yaitu sebagai berikut:23

1. Bertakwa kepada Allah SWT

2. Ikhlas dalam semua amal. Yaitu ikhlas karena Allah SWT 3. Cinta dan takut kepada Allah SWT

4. Berdzikir

5. Bertawakkal setelah memeiliki kemauan dan kemantapan hati 6. Ber husnudzon kepada Allah SWT

2. Akhlak terhadap sesama manusia

Sebelum berakhlak kepada manusia maka terlebih dahulu berakhlak kepada Rasulullah SAW. Adapun caranya dengan melantunkan salam dan sholawat kepadanya dan melaksanakan sunnahnya. Setelah itu barulah kita berakhlak kepada diri kita sendiri dan manusia yang lain.

Dan untuk berakhlak terhadap dirinya sendiri yaitu dengan cara menjaga kesucian diri baik lahir maupun batin, menambah pengetahuan sebagai modal amal dll.24

3. Akhlak dalam lingkungan

23

Marzuki, Prinsip Dasar Akhlak Mulia, (Yogyakarta: Debut Wahana Press, 2009), hlm. 22

24

(38)

30

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar kita, termasuk tempat tinggal kita, melestarikan hutan, memnfaatkan hasil alam dengan sebaik-baiknya dan sebagainya.25

C. Respon Masyarakat

Respon dalam kamus bahasa Indonesia mempunyai arti tanggapan reaksi jawaban.26 James Drever mendefinisikan respon sebagai “proses untuk mengingat atau mengidentifikasikan sesuatu.27 Menurut Djalaludin Rakhmat, respon adalah suatu kegiatan dari organisme itu bukanlah semata-mata suatu gerakan yang positif, setiap jenis kegiatan yang ditimbulkan oleh suatu perangsang dapat juga disebut respon.

Secara umum respon atau tanggapan dapat diartikan sebagai hasil atau kesan yang didapat (ditinggal) dari pengamatan tentang subjek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan-pesan.28 Ahmad Subandi mengemukakan respon dengan istlah balik (feedback) yang memiliki peranan atau pengaruh ynag besar dalam menentukan baik atau tidaknya suatu komunikasi.29

Sedangkan menurut LL. Thurstone yang dikutip Abu Ahmadi mengartikan respon sebagai tingkatan kecenderungan yang bersikap positif atau negatif yang berhubungan dengan objek psikologi. Objek psikologi di

25

Ibid

26

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2008), hlm. 838

27

James Drever, Kamus Psikologi (Terj. Rancy Simanjuntak), (Jakarta: Bina Aksara, 2008), hlm. 338.

28

Jalaludin Rahmat, Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya. 1999. Hal. 51

29

(39)

31

sini meliputi: simbol, kata-kata, slogan organisasi lembaga, ide dan sebagainya.

Menurut Poerdawarminta, respon diartikan sebagai tanggapan, reaksi dan jawaban. Respon akan muncul dari penerimaan pesan setelah terjadinya serangkaian komunikasi.30 Para ahli dalam menafsirkan respon antara satu dan lainnya berbeda. Tetapi walaupun para ahli berbeda-beda dalam mendefisinikan tanggapan, kesemuanya memiliki titik kesamaan. Sedangkan Menurut Soenarjo, istilah respon dalam komunikasi adalah kegiatan komunikasi yang diharapkan mempunyai hasil atau setelah komunikasi dinamakan efek. Suatu kegiatan komunikasi itu memberikan efek berupa respon dari komunikasi terhadap suatu pesan yang dilancarkan oleh komunikator.31

Respon pada dasarnya adalah proses pemahaman terhadap apa yang terjadi dilingkungan dengan manusia dan tingkah lakunya, merupakan hubungan timbal balik, saling terkait dan saling mempengaruhi. Terdapat dua jenis yang mempengaruhi respon yaitu :

a. Variabel struktural, yaitu faktor yang terkandung dalam ransangan fisik.

b. Variabel fungsional, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri si pengamat misalnya kebutuhan suasana hati, pengalaman masa lalu.32

30

Poerdawarminta, Psikologi Komunikasi, Jakarta: UT. 19999. Hlm. 43

31

Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009), hlm. 162

32

(40)

32

1. Faktor Terbentuknya Respon

Secara umum dapat dikatakan bahwa terdapat tiga faktor yang mempengaruhi respon seseorang, yaitu :

1) Diri orang yang bersangkutan yang melihat dan dan berusaha memberikan interpretasi tentang apa yang dilihatnya itu, ia dipengaruhi oleh sikap, motif, kepentingan dan harapannya.

2) Sasaran respon tersebut, berupa orang, benda atau peristiwa. Sifat-sifat sasaran itu biasanya berpengaruh terhadap respon orang yang melihatnya. Dengan kata lain gerakan, suara, ukuran, tindak lanjut dan ciri - ciri lain dari sasaran respon turut menentukan cara pandang orang.

3) Faktor situasi, respon dapat dilihat secara kontekstual yang berarti dalam situasi mana respon itu timbul pula mendapatkan perhatian. Situasi merupakan faktor yang turut berperan dalam pembentukan atau tanggapan seseorang.33

a. Faktor Internal

Faktor yang ada dalam diri manusia itu sendiri yang terdiri dari dua unsur yakni rohani dan jasmani. Seseorang yang mengadakan tanggapan terhadap stimulus tetap dipegaruhi oleh eksistensi kedua unsur tersebut. Apabila terganggu salah satu unsur saja, maka akan melahirkan hasil tanggapan yang berbeda intensitasnya pada diri individu yang melakukan tanggapan atau

33

(41)

33

akan berbeda tanggapannya tersebut antara satu orang dengan orang lain. Unsur jasmani atau fisiologis meliputi keberadaan, keutuhan dan cara kerja atau alat indera, urat syaraf dan bagian-bagian tertentu pada otak. Unsur-unsur rohani dan fisiologisnya yang meliputi keberadaan dan perasaan (feeling), akal, fantasi, pandangan jiwa, mental, pikiran, motivasi, dan sebagainya.

b. Faktor Eksternal

Faktor yang ada pada lingkungan. Faktor ini intensitas dan jenis benda perangsang atau oang menyebutnya dengan faktor stimulus. Bimo walgito dalam bukunya menyatakan bahwa faktor psikis berhubungan dengan objek menimbulkan stimulus dan stimulus akan mengenai alat indera.34

Dollard dan Miller mengemukakan bahwa bahasa memegang peranan penting dalam pembentukan respon masyarakat. Respon respon tertentu terikat dengan kata-kata. Dan oleh karna itu ucapan dapat berfungsi sebagai mediator atau menentukan hierarki mana yang bekerja. Artinya sosialisasi yang mempergunakan bahasa, baik lisan maupun tulisan merupakan media strategis dalam pembentukan respon masyarakat. Apakah respon tersebut terbentuk respon positif mauapun negatif, sangat tergantung pada sosialisasi dari objek yang akan direspon.

Dan dalam penelitian ini repon akan diukur dalam tiga aspek, yaitu persepsi, sikap, dan partisipasi. Persepsi merupakan suatu proses kognitif yang

34

(42)

34

dialami oleh setiap orang dalam memahami informasi tentang lingkungannya baik lewat penglihatan, pendengaran, perasaan dan penerimaan. Persepsi merupakan suatu penapsiran yang unik terhadap situasi dan bukan terhadap suatu pencatatan yang benar terhadap situasi.

Analisa tersebut menunjukkkan bahwa persepsi merupakan pemahaman individu atau masyarakat pada suatu objek yang masih berada dalam pikirannya. Persepsi individu akan mempengaruhi sikap individu terhadap suatu program pembangunan.

Dalam suatu program pembagunan terkandung ide-ide baru atau cara-cara baru yang disosialisasikan kedalam suatu masyarakat, dengan harapan dapat mengubah pola berpikir dan cara bertindak masyarakat yang terkena program. Perubahan tersebut terproses dan terwujud dalam perubahan sikap. Sikap merupakan kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkahlaku tertentu kalau ia menghadapi ransang tertentu.35

Rangsangan yang dimaksud dapat berupa ransangan yang berbentuk batiniah seperti aktualisasi diri, dan dapat pula berbentuk fisik seperti halnya hasil-hasil dan usaha-usaha pembangunan. Perubahan sikap dapat menggambarkan bagaimana respon seseorang terhadap objek-objek tertentu, seperti perubahan lingkungan atas situasi lain. Sikap yang muncul dapat positif, yakni cenderung menyenangi, mendekati mengharapkan objek, atau muncul sikap negatif yakni menghindari, membenci suatu objek.

35

(43)

35

Partisipasi dalam bahasa Inggris, yaitu participation, yang artinya mengambil bagian. Partisipasi adalah suatu proses sikap mental dimana orang orang atau anggota masyarakat aktif menyumbang kreaatifitas dan inisiatifnya dalam usaha meningkaatkan kualitas hidupnya.

Koentjaradiningrat dalam bukunya menyatakan partisipasi masyarakat menyangkut dua tipe yang pada prinsipnya berbeda yaitu :

1) Partisipasi dalam aktivitas-aktivitas bersama dengan proyek pembangunan yang khusus.

2) Partisipasi sebagai individu diluar aktivitas aktivitas bersama dalam pembangunan. Bentuk partisipasi pertama, masyarakat diajak dipersuasi, diperintah atau dipaksadalam suatu proyek khusus. Sedangkan dalam bentuk partisipasi yang kedua, adalah kemauan sendiri berdasarkan kesadaran bahwa jika ia ikut akan mempunyai manfaat.

Bila dilihat dari jenis partisipasi, Sastroputro dalam bukunya membagi sebagai berikut :

a) Partisipasi dengan pikiran. b) Partisipasi dengan tenaga.

c) Partisipasi dengan pikiran dan tenaga atau partisipasi aktif. d) Partisipasi dengan keahlian.

(44)

36

Secara umum dapat dilihat rumusan faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat yaitu : keadaan masyarakat, kegiatan program pembangunan dan keadaan alam sekitar.

Ditinjau dari segi motivasinya, partisipasi masyarakat terjadi karena beberapa alasan :

a) Takut terpaksa

Dari segi motivasi yang pertama, partisipasi dilakukan dengan terpaksa karena takut. Biasanya akibat adanya perintah dari atasan sehingga masyarakat seakan-akan terpaksa untuk melaksanakan rencana yang ditentukan.

b) Ikut - ikutan

Motivasi partisipasi ikut-ikutan hanya didorong oleh rasa solidaritas yang tinggi diantara sesame masyarakat sebagai perwujudan kebersamaan.

c) Kesadaran

(45)

37

memiliki dan kewajiban untuk bersama-sama membangun dan memeliharanya.36

D. Penelitian Terdahulu

[image:45.595.118.508.236.688.2]

Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengumpulkan berbagai skripsi terdahulu sebagai relevan dengan penelitian ini.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

1. Judul Efektifitas Metode Dakwah Mauidzah Hasanah Dalam Pembinaan Akhlak Santi At-Taqwa Putra Bekasi

Peneliti Dedeh Mahmudah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2009

Persamaan Sama sama meneliti tentang pembinaan akhlak Perbedaan Subyek dan objek pembahasan yang diangkat

Oleh Dedeh Mahmudah berbeda dengan penelitian ini

2. Judul Pesan Dakwa Dalam Novel (Analisis Semiotik Charles Sanders Pierce Terhadap Novel Moga

36

(46)

38

Bunda di Sayang Allah karya Tere Liye)

Peneliti Febrianto Al Qossam Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel 2015

Persamaan Sama sama menerangkan tentang pesan dakwah dan menggunakan analisis semiotik

Perbedaan penelitian tersebut tentang pesan dakwah sebuah novel dan penelitian ini pesan dakwah seorang tokoh

3. Judul Pesan Dakwah tabloid Modis : Semiotik Rubrik Women Community Edisi 155 Minggu 1-11 Juni 2015

Peneliti Suisbatul Islamiah Fakultas dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel 2015

Persamaan Sama sama menerangkan tentang pesan dakwah dan menggunakan analisis semiotic

Perbedaan Penelitian tersebut meneliti pesan sebuah tabloid 4. Judul Analisis Semiotik, Strategi Dakwah KH. Hasyim

Asy’ari dalam Film “Sang Kyai”

Peneliti Lia Nurvita Fakultas Dakwah dan Komunkasi UIN Sunan Ampel Surabaya

(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Guna mengungkap realita sosial yang ada dalam usaha untuk menganalisis dakwah Ustadz Fauzy Hasyim di Remaja Masjid Nurul Islam, sebagaimana seorang peneliti dalam penelitiannya harus menggunakan jenis metodologi penelitian. Metodologi penelitian merupakan seperangkat pengetahuan tentang langkah-lahkah sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah tertentu untuk diolah, dianalisis, diambil kesimpulan dan selanjutnya dicarikan cara pemecahannya.

Jenis Penelitian ini menggunakan metode kualitatif jenis pendekatan deskriptif yaitu penelitian yang hasilnya berupa data-data deskriptif melalui fakta-fakta dari kondisi alami sebagai sumber langsung dengan instrumen dari peneliti sendiri.1 Deskriptif, yaitu metode penelitian yang dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek/ obyek penelitian (seorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain), proses yang sedang berlangsung, berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata yang tertulis atau lisan dari orang-orang yang dapat diamati. 2

1

Lexy J. Moeleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005). hlm 4

2

(48)

40

Melalui penelitian ini diharapkan terangkat gambaran mengenai aktualitas, realisasi sosial dan persepsi sasaran penelitian tentang proses dakwah Ustadz Fauzy Hasyim di Remaja Masjid Nurul Islam.

Dalam laporan penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan atau memberikan gambaran secermat mungkin mengenai dakwah Ustadz Fauzy Hasyim di Remaja Masjid Nurul Islam.

B. Waktu Dan Lokasi Penelitian

Penelitian tentang dakwah Ustadz Fauzy Hasyim dilakukan 1 bulan November 2016 dan bertempat di Masjid Nurul Islam Bulu, Lontar, Sambikerep, Surabaya.

C. Subjek dan Objek Penelitian

Subyek penelitian adalah sasaran yang dijadikan analisis atau fokus masalah. Subyek penelitian menjelaskan tentang fokus yang akan dikaji dari peneliti. Sesuai dengan judul tersebut, maka yang menjadi subjek penelitian adalah Ustadz Fauzy Hasyim.

Sedangkan objek sendiri adalah suatu hal, perkara, atau orang yang menjadi pokok pembicaraan, atau sarana yang akan diteliti, untuk objek sendiri, peneliti menjadikan pesan dakwah Ustadz Fauzy Hasyim dan anggota remaja masjid Nurul Islam sebagai objek yang akan di teliti.

(49)

41

1. Secara gografis subjek dapat di jangkau oleh peneliti. Di harapkan peneliti dapat lebih mudah memperoleh data penelitian lebih banyak, lebih mendalam sehingga memungkinkan untuk menyajikan hasil penelitian secara objektif

2. Ustadz Fauzy Hasyim merupakan salah satu pendakwah yang paling dominan di kalangan Remaja Masjid Nurul Islam.

3. Ustadz Fauzy Hasyim merupakan salah satu pendakwah yang berhasil merubah akhlak Remaja Masjid menjadi lebih baik.

D. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data

Adapun jenis dan sumber data pada penelitian ini adalah data verbal yang kualitatif dan abstrak yaitu berupa data-data kalimat uraian dan cerita dalam penelitian. Peneliti menggunakan dua macam sumber data tersebut dan diklasifikasikan sebagai berikut:

a) Sumber data Primer

1) Ustadz Fauzy Hasyim: Sebagai subjek penelitian dan pendakwah di kalangan Remaja Masjid Nurul Islam.

b) Data Sekunder

(50)

42

Nurul Islam yang merupakan anggota paling aktif dalam

mengikuti ngaji kitab dan tilawatil qur’an, diantaranya yaitu:

Nazarudin Fery, Novan Setiawan, M. Irfan Bachrudin, Aldi Perwiro, Goestav Imam Satrio, Salfa Agustin, Firman Maulana Pratama, Fifi Handayani, Mutik Cumaidah, Wardatus Sholihah.

E. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:

a) Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis.

Pada tehnik ini peneliti mengamati sekaligus mencari data penelitian yaitu proses dakwah mauidzah hasanah Ustadz Fauzy Hasyim dalam merubah perilaku Remaja Masjid Nurul Islam. Yang mana itu dilakukan beliau lewat mendidik yaitu dengan

mengadakan mengkaji kitab dan tilawatil Qur’an.

b) Wawancara/ Interview

Menurut Moleong “wawancara adalah percakapan dengan

(51)

43

yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut.”3

Sedangkan

definisi menurut Gorden “wawancara merupakan percakapan

antara dua orang yang salah satunya bertujuan untuk menggali dan

mendapatkan informasi untuk suatu tujuan tertentu.”4

Metode ini adalah satu teknik pengumpulan data dan pencatatan data, informasi, atau pendapat yang didapat melalui tanya jawab antar pencari informasi dan sumber informasi. Peneliti menggunakan metode ini sebagai pelengkap untuk mendapatkan informasi penelitian dengan menambah hal-hal yang belum terungkap dalam observasi. Adapun instrumen dalam teknik wawancara ini adalah pedoman wawancara. Wawancara dalam penelitian ini adalah mewawancarai Ustadz Fauzy Hasyim (sebagai subjek penelitian dan pendakwah di kalangan Remaja Masjid Nurul Islam) dan 10 Anggota Remaja Masjid Nurul Islam yang merupakan anggota paling aktif dalam mengikuti ngaji kitab, diantaranya yaitu:

1. Nazarudin Fery : Siswa 2 SMA yang bersekolah di SMA Shafta, Lontar, Surabaya. Berumur 16 tahun. Dia merupakan wakil ketua remaja masjid Nurul Islam. Dia merupakan murid yang paling patuh dan aktif mengikuti

kegiatan rutin ngaji kitab dan tilawatil Qur’an.

3

Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1991), hlm.266

4

(52)

44

2. Novan Setawan : Siswa kelas 6 SD. Bersekolah di MI Nurul Huda, Sambisari, Surabaya. Berumur 15 tahun. Dia merupakan murid yang sangat patuh dan aktif mengikuti

kegiatan rutin ngaji kitab dan tilawatil Qur’an.

3. M. Irfan Bachrudin : Siswa 1 SMP yang bersekolah di SMP Shafta, Lontar, Surabaya. Berumur 12 tahun. Dia merupakan murid yang aktif mengikuti kegiatan rutin ngaji

kitab dan tilawatil Qur’an.

4. Aldi Perwiro : Siswa 3 SMP yang bersekolah di MTs. Nyai. Hj. Ashfiyah, Lontar, Surabaya. Berumur 14 tahun. dia merupakan murid yang aktif mengikuti kegiatan rutin ngaji

kitab dan tilawatil Qur’an.

5. Goestav Imam Satrio : Siswa 2 SMA. Yang bersekolah di SMKN 7 Surabaya kelas X-TKR. Berumur 15 tahun. Dia merupakan murid yang selalu nurut akan nasehat-nasehat yang diberikan oleh Ustadz Fauzy hasyim. Dan merupakan murid yang mempunyai suara paling indah diantara murid yang lain.

6. Wardatus Sholihah ( 14 tahun), sekolah di MTs. Nyai. Hj. Ashfiyah, Lontar, Surabaya. dia merupakan murid yang aktif mengikuti kegiatan rutin ngaji kitab.

(53)

45

masjid Nurul Islam dan dia termasuk murid aktif dalam ngaji kitab.

8. M. Firman Pratama (10 tahun), bersekolah di MI. Nyai. Hj Ashfiyah. Dia termasuk salah satu murid yang sangat penurut.

9. Fifi Handayani (12 tahun), : bersekolah di MTs. Nyai. Hj. Ashfiyah.

10.Salfa Agustin (16 tahun), bersekolah di SMAN 11 Surabaya. Dia termasuk murid yang kritis.

c) Teknik pengumpulan data dengan Dokumen

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari sesorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, cerita, biografi , peraturan, kebijakan. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.5

Dalam tehnik ini peneliti melalukan rekaman (video) pada saat dakwah Ustadz Fauzy Hasyim berlangsung, pengumpulan data biografi Ustadz Fauzy Hasyim, dan pengambilan gambar dakwah beliau kepada remaja masjid Nurul Islam yaitu kegiatan ngaji kitab

yang diadakan setiap hari sabtu dan minggu pukul 15.30 (ba’da

ashar) dan tilawatil Qur’an yang diadakan setiap hari pada pukul

5

(54)

46

18.00 (ba’da maghrib). Yang mana itu sebagai penunjang

perlengkapan data.

F. Teknik Analisis Data dan Analisis Semiotik

1. Dalam teknis analisis data terdapat 4 tahapan didalamnya, yaitu pengumpulan data, tahap reduksi data, tahap display data, dan tahap

penarikan kesimpulan data atau tahap verifikasi.6

a. Tahap pengumpulan data berisi tentang serangkaian proses pengumpulan data yang dimulai ketika awal penelitian, melalui wawancara awal.

b. Tahap reduksi data yang berisi tentang proses penggabungan dan penyeragaman segala bentuk data yang diperoleh menjadi suatu bentuk tulisan (script) yang akan dianalisis.

c. Tahap display data berisi tentang pengolahan data setengah jadi yang sudah seragam dalam bentuk tulisan dan sudah memiliki alur tema yang jelas ke dalam suatu matriks kategorisasi sesuai tema-tema yang sudah dikelompokkan dan dikategorikan, serta akan memecah tema-tema tersebut ke dalam bentuk yang lebih kongkret dan sederhana yang disebut dengan subtema yang diakhiri dengan pemberian kode dari suntema tersebut sesuai dengan wawancara yang sebelumnya telah dilakukan.

6

(55)

47

d. Tahap kesimpulan atau verifikasi berisi tentang kesimpulan yang menjurus pada jawaban dari pertanyaan penelitian yang diajukan dan

mengungkap “apa dan bagaimana” dari temuan penelitian tersebut.

2. Analisis Semiotik

Analisis semiotik dengan pendekatan teori Charles S. Peirce dengan segitiga makna atau Triangle of meaning, yakni tiga elemen utama : tanda (sign), objek, dan interpretant. Peirce yang terkenal dengan teori tandanya. Di dalam lingkup semiotika, Peirce, sebagaimana dipaparkan Lechte, menjelaskan bahwasannya tanda adalah yang mewakili sesuatu bagi seseorang. Agar bisa ada sebagai suatu tanda, maka tanda tersebut harus ditafsirkan dan memiliki penafsiran. Peirce melihat tanda sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari objek referensinya.7

Tanda (representamen) merupakan sesuatu yang mengacu pada seseorang atas sesuatu dalam beberapa hal atau kapasitas. Tanda ini merujuk pada seseorang, yakni menciptakan di dalam benak orang itu suatu tanda yang setara, atau mungkin yang lebih maju. Tanda yang diciptakan itu saya sebut interpretant atas tanda pertama.

Representamen merupakan istilah yang digunakan Peirce untuk

menyebut “objek yang bisa dirasakan” yang berfungsi sebagai tanda.

Dalam kata sederhananya maka representamen adalah tanda itu sendiri.8

7

Rachmat Kriyantono. Teknik Praktis Riset Komunikasi. (Jakarta : Kencana, 2006), h. 263

8

(56)

48

Objek adalah sesuatu yang diwakili. Objek bisa berbentuk material atau sesuatu yang memiliki keberkenalan perseptual ataukah sekadar imaginaris atau batin akan hakikat tanda atau pemikiran.9

Interpretan adalah tanda yang tertera di dalam pikiran si penerima setelah melihat representamen atau tanda, atau bisa dikatakan konsep pemikiran dari orang yang menggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu makna tertentu atau makna yang ada dalam benak seseorang. Dapat dicontohkan jika objek adalah warna merah dalam bendera merah putih maka representamen adalah keberanian dan interpretan dari warna merah tersebut yakni tak gentar mengambil resiko.

Berdasarkan objeknya, Peirce membagi tanda atas 3 jenis yakni icon (ikon), index (indeks), dan symbol (simbol). Ikon adalah tanda yang memiliki hubungan antara penanda dan petandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah,atau bisa dikatakan ikon adalah hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan. Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau tanda yang mengacu pada kenyataan, contoh asap adalah tanda adanya api. Simbol adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara penanda dengan petandanya.10

Masing-masing terhubung secara dekat dengan dua yang lain, dan hanya dapat dipahami di dalam kaitan dengan yang lainnya. Sampai pada

9

Ibid

10

(57)

49

model-model yang sangat mirip tentang bagaimana tanda memunculkan makna.

Keduanya mengidentifikasikan hubungan segitiga antara tanda, pengguna, dan realitas eksternal sebagai sebuah model yang diperlukan untuk mempelajari makna. Berikut penjelasan modelnya secara singkat :

Sign (Tanda)

Interpretan Objek

Tiga istilah dari peirce dapat dibuat model seperti pada gambar diatas. Panah yang berada pada dua ujung garis menekankan bahwa masing-masing istilah hanya dapat dipahami dalam keterkaitannya dengan yang lain. Sebuah tanda mengacu pada sesuatu di luar dirinya-objek, dan dipahami oleh seseorang yaitu bahwa tanda memiliki efek di dalam benak pengguna interpretant (hasil interpretasi). Interpretant bukanlah pengguna

dari tanda melainkan, seperti yang disebut peirce di tempat lain, ’efek

yang cukup menentukan’ yaitu sebuah konsep mental yang diproduksi

oleh tanda dan juga oleh pengalaman yang dimiliki oleh pengguna terhadap objek.11

11

(58)

50

Proses tersebut tidak ada awal dan tidak ada akhir karena semuanya saling berhubungan. Selanjutnya salah satu bentuk tanda (sign) adalah kata. Sedangkan sesuatu dapat disebut representamen (tanda) apabila memenuhi dua syarat diantaranya adalah pertama, bisa dipersepsi, baik dengan panca-indera maupun dengan pikiran atau perasan. Kedua, berfungsi sebagai tanda (mewakili sesuatu yang lain). Disisi lain Interpretant bukanlah penginterpretasi atau penafsir (walaupun keduanya kadang jala tumpang tindih dalam teori Pierce). Interpretant adalah apa yang memastikan dan menjamin validitas tanda, walaupun penginterpretasi tidak ada. Interpretant adalah apa yang diproduksi tanda di dalam kuasa pikiranlah yang jadi penginterpretasi; namun dia juga dapat dipahami representamen. Menurut Umberto Eco (2011) hipotesis yang paling baik adalah yang memandang interpretant sebagai representasi yang lain yang dirujukan kepada objek yang sama. Dengan kata lain, untuk menentukan apakah yang jadi interpretant sebuah tanda, yang harus dilakukan adalah menamai interpretant itu dengan tanda lain yang juga memiliki interpretan lain yang harus dinamai dengan tanda lain dan begitu seterusnya.

G. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

(59)

51

1) Ketekunan Pengamatan

Ketekunan pengamatan dilakukan dengan maksud menentukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.12

Dalam hal ini, sebelum mengambil pembahasan penelitian, peneliti telah melakukan pengamatan terlebih dahulu dalam upaya menggali informasi untuk dijadikan sebagai subyek penelitan, yang pada akhirnya peneliti menemukan permasalahan yang menarik untuk dibedah, yaitu masalah yang berkaitan dengan bagaimana metode dakwah Ustadz Fauzy Hasyim dalam merubah akhlak remaja masjid Nurul Islam.

2) Triangulasi

Pada penelitian ini, keabsahan data dilakukan dengan triangulasi

Gambar

  Tabel 2.1
Tabel 4.1 Dakwah Ustadz Fauzy Hasyim

Referensi

Dokumen terkait

Dinas harus memastikan dan menginformasikan secara jelas kepada masyarakat tentang persyaratan layanan serta prosedur pelayanan yang dibutuhkan untuk memberikan

Peubah yang diamati untuk spesies burung adalah persentase kehadiran pada masing-masing habitat kemudian dikelompokkan dalam F 1-n (ragam tingkat rantai makanan),

Sirkulasi diruang pertunjukan tertutup dibuat sangat leluasa dan pada pertunjukan tertentu digunakan sebagai tempat kursi guna menambah kapasitas tempat.

Bagi anak yang berada pada tahap ini, pengalaman diperoleh melalui fisik (gerakan anggota tubuh) dan sensori (koordinasi alat indra). Pada mulanya pengalaman itu

Teodise merupakan gabungan dari kata dalam bahsa Yunani: Theo (Allah) dan Dike (keadilan), sehingga dapat diartikan sebagai keadilan Allah. Keadilan Allah dimaksudkan sebagai

Hal ini menunjukan bahwa wacana dalam buku teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik tahun 2013 terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sesuai untuk

Kelebihan televisi sebagai media dakwah Kelebihan televisi sebagai media dakwah jika dibandingkan dengan media yang lainya adalah; 1.Media televisi memiliki jangkauan yang sangat

Proses modifikasi itu dapat melalui pola pembelahan sel yang berubah yang mengakibatkan terbentuknya organ –organ lain, atau melalui perobahan dalam enzim yang dihasilkan