• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

9 2.1Keseimbangan Dinamis

Keseimbangan adalah menyanggah tubuh melawan gravitasi dan faktor eksternal lain, untuk mempertahankan pusat massa tubuh agar seimbang dengan bidang tumpu, serta menstabilisasi bagian tubuh ketika bagian tubuh lain bergerak (Irfan, 2009)

2.1.1 Pengertian Keseimbangan

Terdapat dua macam keseimbangan menurut Permana (2013) yaitu : a. Keseimbangan statis

Dalam keseimbangan statis, ruang geraknya sangat kecil, misalnya berdiri di atas dasar yang sempit (balok keseimbangan, rel kereta api), melakukan hand stand, mempertahankan keseimbangan setelah berputar-putar di tempat.

b. Keseimbangan dinamis

Definisi dari keseimbangan dinamis ialah kemampuan orang untuk bergerak dari satu titik atau ruang ke lain titik dengan mempertahankan keseimbangan, misalnya menari, berjalan, duduk ke berdiri, mengambil benda di bawah dengan posisi berdiri dan sebagainya.

2.1.2 Mekanisme Neurofisiologi Keseimbangan

Terdapat beberapa komponen fisiologis tubuh manusia untuk melakukan reaksi keseimbangan. Bagian paling penting yang dapat menjaga keseimbangan

(2)

adalah sensor pada sendi (propioseptif) yang dapat merasakan posisi bagian sendi atau tubuh saat bergerak (Brown et al., 2006). Keseimbangan terbentuk melalui 3 proses utama dimulai dari input sensoris, integrasi dari sensoris, dan output motoris. Keseimbangan normal membutuhkan kontrol dari gravitasi untuk menjaga postur dan percepatan. Percepatan dihasilkan dari dalam tubuh akibat gerakan sadar atau gangguan tak terduga (Huxam, 2005).

Keseimbangan diperlukan koordinasi dari tiga sistem, yaitu sebagai berikut (Kisner dan Colby, 2012):

a. Sistem persarafan berfungsi menyediakan proses sensori untuk persepsi tubuh melalui visual, vestibular dan somatosensorik.

b. Sistem musculosceletal meliputi postural alignment, fleksibilitas otot seperti range of motion, integritas sendi dan muscle performance.

c. Contextual effect terbagi atas dua sistem yaitu sistem lingkungan terbuka dan tertutup, efek gravitasi, tekanan pada tubuh dan berbagai gerakan. Elemen-elemen di atas sangat penting untuk menjaga keseimbangan tubuh dalam keadaan statis maupun dinamis. Dalam mempertahankan keseimbangan, perkembangan postural membutuhkan kerja sama dan interaksi dari komponen kontrol postural, yaitu sistem sensori perifer meliputi sistem visual, vestibular dan propioseptif, memberikan informasi secara berkelanjutan tentang posisi dan gerakan dari seluruh bagian tubuh yang dibutuhkan dalam mempertahankan keseimbangan postural (Kisner dan Colby, 2012).

(3)

Gambar 2.1 Proses Fisiologi Terjadinya Keseimbangan (Watson et al.,2008) 2.1.3 Komponen-Komponen Pengontrol Keseimbangan

Keseimbangan merupakan interaksi yang kompleks dan integrasi/interaksi sistem sensorik (vestibular, visual, dan somatosensorik termasuk propioseptor) dan musculosceletal (otot, sendi dan jaringan lunak lain) yang di modifikasi/di atur dalam otak (kontrol motorik, sensorik, basal ganglia, cerebellum, dan area asosiasi) sebagai respon terhadap perubahan kondisi ekternal dan internal.

1. Sistem informasi sensoris a. Sistem Visual

Visual memegang peran penting dalam sistem sensoris. Cratty dan Martin (1969) dalam Percetual-Motor Efficiency In Children; The Mesaurement And Improvement Of Movement Attributes menyatakan bahwa keseimbangan akan terus berkembang sesuai umur, mata akan membantu agar tetap fokus pada titik utama untuk mempertahankan keseimbangan, dan sebagai monitor tubuh selama

(4)

melakukan gerak statik atau dinamik. Penglihatan juga merupakan sumber utama informasi tentang lingkungan dan tempat kita berada, penglihatan memegang peran penting untuk mengidentifikasi dan mengatur jarak gerak sesuai lingkungan tempat kita berada. Penglihatan muncul ketika mata menerima sinar yang berasal dari obyek sesuai jarak pandang.

Dengan informasi visual, maka tubuh dapat menyesuaikan atau bereaksi terhadap perubahan bidang pada lingkungan aktivitas sehingga memberikan kerja otot yang sinergis untuk mempertahankan keseimbangan tubuh (Irfan, 2010).

b. Sistem Vestibular

Komponen vestibular merupakan sistem sensoris yang berfungsi penting dalam keseimbangan, kontrol kepala, dan gerak bola mata. Reseptor sensoris vestibular berada di dalam telinga. Reseptor pada sistem vestibular meliputi kanalis semisirkularis, utrikulus, serta sakulus. Reseptor dari sistem sensoris ini disebut dengan sistem labyrinthine. Sistem labyrinthine mendeteksi perubahan posisi kepala dan percepatan perubahan sudut. Melalui reflek vestibulo-occular, mereka mengontrol gerak mata, terutama ketika melihat obyek yang bergerak. Mereka meneruskan pesan melalui saraf kranialis VIII ke nukleus vestibular yang berlokasi di batang otak. Beberapa stimulus tidak menuju nukleus vestibular tetapi ke serebelum, formatio retikularis, thalamus dan korteks serebri (Canan, 2002).

Nukleus vestibular menerima masukan input dari reseptor labyrinth, retikular formasi, dan serebelum. Keluaran output dari nukleus vestibular menuju ke motor neuron melalui medula spinalis, terutama ke motor neuron yang menginervasi otot-otot proksimal, kumparan otot pada leher dan otot-otot

(5)

punggung (otot-otot postural). Sistem vestibular bereaksi sangat cepat sehingga membantu mempertahankan keseimbangan tubuh dengan mengontrol otot-otot postural (Canan, 2002).

c. Sistem Somatosensoris

Sistem somatosensoris terdiri dari taktil atau proprioseptif serta persepsi-kognitif. Informasi propriosepsi disalurkan ke otak melalui kolumna dorsalis medula spinalis. Sebagian besar masukan (input) proprioseptif menuju serebelum, tetapi ada pula yang menuju ke korteks serebri melalui lemniskus medialis dan talamus.

Kesadaran akan posisi berbagai bagian tubuh dalam ruang sebagian bergantung pada impuls yang datang dari alat indra dalam dan sekitar sendi. Alat indra tersebut adalah ujung-ujung saraf yang beradaptasi lambat di sinovia dan ligamentum. Impuls dari alat indra ini dari reseptor raba di kulit dan jaringan lain , serta otot di proses di korteks menjadi kesadaran akan posisi tubuh dalam ruang.

2. Respon otot-otot postural yang sinergis (Postural muscles response synergies)

Respon otot-otot postural yang sinergis mengarah pada waktu dan jarak dari aktivitas kelompok otot yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan kontrol postur. Beberapa kelompok otot baik pada ekstremitas atas maupun bawah berfungsi mempertahankan postur saat berdiri tegak serta mengatur keseimbangan tubuh dalam berbagai gerakan. Keseimbangan pada tubuh dalam berbagai posisi hanya akan dimungkinkan jika respon dari otot-otot

(6)

postural bekerja secara sinergi sebagai reaksi dari perubahan posisi, titik tumpu, gaya gravitasi, dan aligment tubuh.

Kerja otot yang sinergi berarti bahwa adanya respon yang tepat (kecepatan dan kekuatan) suatu otot terhadap otot yang lainnya dalam melakukan fungsi gerak tertentu.

3. Kekuatan otot (Muscle Strength)

Kekuatan otot umumnya diperlukan dalam melakukan aktivitas. Semua gerakan yang dihasilkan merupakan hasil dari adanya peningkatan tegangan otot sebagai respon motorik.

Kekuatan otot dapat digambarkan sebagai kemampuan otot menahan beban baik berupa beban eksternal (eksternal force) maupun beban internal (internal force). Kekuatan otot sangat berhubungan dengan sistem neuromuskuler yaitu seberapa besar kemampuan sistem saraf mengaktifasi otot untuk melakukan kontraksi. Sehingga semakin banyak serabut otot yang teraktifasi, maka semakin besar pula kekuatan yang dihasilkan otot tersebut.

Kekuatan otot dari kaki, lutut serta pinggul harus adekuat untuk mempertahankan keseimbangan tubuh saat adanya gaya dari luar. Kekuatan otot tersebut berhubungan langsung dengan kemampuan otot untuk melawan gaya garvitasi serta beban eksternal lainnya yang secara terus menerus mempengaruhi posisi tubuh.

(7)

Kemampuan adaptasi akan memodifikasi input sensoris dan keluaran motorik (output) ketika terjadi perubahan tempat sesuai dengan karakteristik lingkungan.

5. Lingkup gerak sendi (joint range of motion)

Kemampuan sendi untuk membantu gerak tubuh dan mengarahkan gerakan terutama saat gerakan yang memerlukan keseimbangan yang tinggi.

2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keseimbangan

Faktor – faktor yang dapat mempengaruhi keseimbangan, antara lain : 2.1.4.1Pusat gravitasi (center of gravity (COG))

Pusat gravitasi terdapat pada semua obyek dan terletak tepat di tengah benda tersebut. Pusat gravitasi adalah titik utama pada tubuh yang akan mendistribusikan massa tubuh secara merata. Bila tubuh selalu ditopang oleh titik ini, maka tubuh dalam keadaan seimbang. Pada manusia, pusat gravitasi berpindah sesuai dengan arah atau perubahan berat. Pusat gravitasi manusia ketika berdiri tegak adalah tepat di atas pinggang diantara depan dan belakang vertebra sakrum ke dua (Nugroho, 2011).

Semakin rendah atau dekat letak pusat gravitasi ini terhadap bidang tumpuan akan semakin stabil posisi tubuh. Pada posisi berbaring pusat gravitasi tubuh akan rendah, yakni letaknya dekat bidang tumpuan, dibandingkan dalam posisi duduk, berdiri atau melompat ke atas, sehingga posisi tubuh berbaring akan lebih stabil dibandingkan dengan posisi duduk atau berdiri. Letak pusat gravitasi berbeda – beda, dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti IMT, umur dan jenis kelamin (Nala, 2011).

(8)

a. Indeks Massa Tubuh

Tinggi badan dan berat badan seseorang mencerminkan proporsi tubuh orang yang bersangkutan. Keadaan ini berkaitan dengan dengan keseimbangan dimana menurut Pate (1993) benda dengan masa yang lebih besar mempunyai keseimbangan yang lebih besar dari pada benda berukuran sama yang lebih ringan. Benda-benda yang berat lebih kuat menolak pengaruh gaya dari luar dari pada lawan yang lebih ringan. Terkait dengan tinggi pendek dan berat ringan seseorang akan berbeda letak titik gravitasi yang mempengaruhi keseimbangan. Proporsi tubuhdapat diketahui dengan menghitung indeks massa tubuh (IMT) yaitu melalui rumus berat badan dalam kilogram dibagi tinggi badan dalam meter kuadrat.

b. Umur

Letak titik gravitasi tubuh berkaitan dengan pertambahan usia pada kanak-kanak letaknya lebih tinggi karena relatif kepalanya lebih besar dari kakinya lebih kecil. Keadaan ini akan berpengaruh pada keseimbangan tubuh, semakin rendah letak titik berat terhadap bidang tumpuan akan semakin mantap atau stabil posisi tubuh (Nala, 2011).

c. Jenis Kelamin

Perbedaan keseimbangan tubuh antara pria dan wanita disebabkan oleh adanya perbedaan letak titik berat. Pada pria letaknya kira-kira 56% dari tinggi badannya sedangkan pada wanita letaknya kira-kira 55% dari tinggi badannya, pada wanita letaknya rendah karena panggul dan paha relatif lebih berat dan tungkainya pendek (Nala, 2011).

(9)

2.1.4.2Garis gravitasi (line of gravity (LOG))

Garis gravitasi merupakan garis imajiner yang berada vertikal melalui pusat gravitasi dengan pusat bumi. Hubungan antara garis gravitasi, pusat gravitasi dengan bidang tumpu menentukan derajat stabilitas tubuh.

Garis gravitasi didefinisikan sebagai garis imajiner yang melewati pusat objek gravitasi. Garis gravitasi lewat pusat geometris dari base of support pada posisi keseimbangan. Kontrol postur keseimbangan berdiri tegak membentuk garis gravitasi berakhir pada base-nya (Piscopo and Baley, 2002). Garis gravitasi dijabarkan pada gambar 2.2.

Gambar 2.2 Garis Gravitasi (Army, 2012) 2.1.4.3Bidang tumpu (base of support (BOS))

Bidang tumpu merupakan bagian dari tubuh yang berhubungan dengan permukaan tumpuan. Ketika garis gravitasi tepat berada di bidang tumpu, tubuh dalam keadaan seimbang. Stabilitas yang baik terbentuk dari luasnya area bidang

(10)

tumpu. Semakin besar bidang tumpu, semakin tinggi stabilitas. Misalnya berdiri dengan kedua kaki akan lebih stabil dibanding berdiri dengan satu kaki. Semakin dekat bidang tumpu dengan pusat gravitasi, maka stabilitas tubuh makin tinggi.

Posisi keseimbangan statis memiliki base of support yang luas, ketika tumpuan dipersempit cenderung sulit untuk menjaga garis gravitasi selama hal tersebut dilakukan. Berdiri menggunakan satu kaki akan sulit jika dibandingkan dengan berdiri dua kaki. Hal tersebut terjadi karena garis gravitasi yang terkonsentrasi langsung di bawah satu kaki tersebut (Piscopo and Baley, 2002). Bidang tumpu dijabarkan pada gambar 2.3.

Gambar 2.3 Bidang Tumpu (William, 2012)

2.1.5 Keseimbangan pada Anak Usia 7-8 Tahun

Masa anak-anak merupakan masa tumbuh kembang yang paling cepat, sehingga diperlukan wahana pendukung berupa aktivitas jasmani yang tepat sesuai dengan usia, kondisi, dan karakter masa anak-anak. Hal ini disebabkan karena aktivitas jasmani mampu memberikan akselerasi proses pertumbuhan dan

(11)

perkembangan secara normal (Suyanto, 2005). Berikut ini adalah perkembangan kemampuan motorik serta ciri –ciri keseimbangan anak pada usia 7-8 tahun. a. Kemampuan motorik anak usia 7-8 tahun

Perkembangan motorik pada usia ini menjadi lebih halus dan lebih terkoordinasi dibandingkan dengan masa bayi. Anak – anak terlihat lebih cepat dalam berlari dan pandai meloncat serta mampu menjaga keseimbangan badannya. Untuk memperhalus ketrampilan – ketrampilan motorik, anak – anak terus melakukan berbagai aktivitas fisik yang terkadang bersifat informal dalam bentuk permainan. Disamping itu, anak – anak juga melibatkan diri dalam aktivitas permainan olahraga yang bersifat formal, seperti senam, berenang, dll.

Pada anak Usia 7-8 tahun, kecepatan dan kehalusan aktivitas motorik meningkat sehingga anak menyukai banyak aktivitas dan hal baru, ketrampilan lebih individual, ingin terlibat dalam sesuatu aktivitas untuk mencoba banyak hal, menyukai kelompok dan mode, mencari teman secara aktif. Sehingga kemampuan motorik anak disini harus terkoordinasi secara baik dan seimbang (Hirai, 2010).

Menurut Piaget, perkembangan kognitif mempunyai empat aspek, yaitu (1) kematangan, sebagai hasil perkembangan susunan syaraf, (2) pengalaman, yaitu hubungan timbal balik antara orgnisme dengan dunianya, (3) interaksi sosial, yaitu pengaruh-pengaruh yang diperoleh dalam hubungannya dengan lingkungan sosial, dan (4) ekuilibrasi, yaitu adanya kemampuan atau sistem mengatur dalam diri organisme agar dia selalu mempau mempertahankan keseimbangan dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya.

(12)

Piaget membagi perkembangan kognitif anak ke dalam 4 periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia. Keempat periode tersebut, antara lain :

1.) Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)

Bagi anak yang berada pada tahap ini, pengalaman diperoleh melalui fisik (gerakan anggota tubuh) dan sensori (koordinasi alat indra). Pada mulanya pengalaman itu bersatu dengan dirinya, ini berarti bahwa suatu objek itu ada bila ada pada penglihatannya. Perkembangan selanjutnya ia mulai berusaha untuk mencari objek yang asalnya terlihat kemudian menghiang dari pandangannya, asal perpindahanya terlihat. Akhir dari tahap ini ia mulai mencari objek yang hilang bila benda tersebut tidak terlihat perpindahannya. Objek mulai terpisah dari dirinya dan bersamaan dengan itu konsep objek dalam struktur kognitifnya pun mulai dikatakan matang. Ia mulai mampu untuk melambungkan objek fisik ke dalam symbol-simbol, misalnya mulai bisa berbicara meniru suara kendaraan, suara binatang, dll.

2.) Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)

Tahap ini adalah tahap persiapan untuk pengorganisasian operasi konkret. Pada tahap ini pemikiran anak lebih banyak berdasarkan pada pengalaman konkret daripada pemikiran logis, sehingga jika ia melihat objek-ojek yang kelihatannya berbeda, maka ia mengatakanya berbeda pula. Pada tahap ini anak masih berada pada tahap pra operasional belum memahami konsep kekekalan (conservation), yaitu kekekalan panjang, kekekalan materi, luas, dll. Selain dari

(13)

itu, ciri-ciri anak pada tahap ini belum memahami dan belum dapat memikirkan dua aspek atau lebih secara bersamaan.

3.) Periode operasional konkret (usia 7–11 tahun)

Pada umumnya anak-anak pada tahap ini telah memahami operasi logis dengan bantuan benda benda konkret. Kemampuan ini terwujud dalam memahami konsep kekekalan, kemampuan untuk mengklasifikasikan dan serasi, mampu memandang suatu objek dari sudut pandang yang berbeda secara objektif. Anak pada tahap ini sudah cukup matang untuk menggunakan pemikiran logika, tetapi hanya objek fisik yang ada saat ini (karena itu disebut tahap operasional konkret). Namun, tanpa objek fisik di hadapan mereka, anak-anak pada tahap ini masih mengalami kesulitan besar dalam menyelesaikan tugas-tugas logika.

4.) Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)

Anak pada tahap ini sudah mampu melakukan penalaran dengan menggunakan hal-hal yang abstrak dan menggunakan logika. Penggunaan benda-benda konkret tidak diperlukan lagi. Anak mampu bernalar tanpa harus berhadapan dengan dengan objek atau peristiwa berlangsung. Penalaran terjadi dalam struktur kognitifnya telah mampu hanya dengan menggunakan simbol-simbol, ide-ide, astraksi dan generalisasi. Ia telah memiliki kemampuan-kemampuan untuk melakukan operasi-operasi yang menyatakan hubungan di antara hubungan-hubungan, memahami konsep promosi.

b. Ciri – ciri keseimbangan anak usia 7-8 tahun

Beberapa penelitian mengenai kapan tepatnya fungsi dari keseimbangan dan kontrol postural tercapai pada anak-anak saat ini masih belum jelas dan

(14)

masih penuh kontroversi, padahal pada usia anak-anak kemampuan mempertahankan keseimbangan tubuh sangatlah penting karena pada usia tersebut anak-anak mulai belajar untuk lebih dapat mengenal lingkungannya (Mutikasari, 2009). Anak pada umur 6-10 tahun umumnya mengalami peningkatan keseimbangan dinamik, tetapi umur 12-14 tahun hanya sedikit peningkatannya. Pada usia 7-9 tahun perkembangan keseimbangan mulai melambat pada anak laki – laki sedangkan pada usia 8-10 tahun pada anak perempuan. Sedangkan untuk keseimbangan statik tetap ada meningkatan keseimbangan walaupun tidak terlalu signifikan baik pada laki – laki dan perempuan. Dengan keseimbangan anak akan dapat melakukan aktivitas sehari – hari seperti membantu pekerjaan rumah, mengurangi resiko cedera saat bermain, dan dapat melakukan aktivitas sehari – hari dengan rasa aman. Pada usia ini anak – anak mampu melompat dengan kaki secara bergantian, mampu mengendarai sepeda roda dua, kecepatan dan kehalusan motorik meningkat (Budiman, 2001).

Keseimbangan statis anak perempuan pada usia 7-8 tahun sedikit lebih baik dibandingkan dengan anak laki – laki pada usia yang sama. Sedangkan keseimbangan dinamis anak usia 7-8 tahun cenderung kurang baik dan belum optimal. Hal ini terjadi baik pada anak perempuan maupun pada anak laki-laki. Tidak ada perbedaan kemampuan keseimbangan dinamis pada anak laki-laki dan perempuan pada usia 7-8. Optimalisasi keseimbangan dinamis membutuhkan adanya pelatihan aktivitas fisik yang dapat menstimulasi komponen-komponen keseimbangan dinamis (Permana, 2012).

(15)

2.2 Tahap Perkembangan Anak

Anak merupakan individu yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Proses pertumbuhan dan berkembang dimulai sejak konsepsi sampai berakhirnya masa remaja. Anak menunjukkan ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan yang sesuai dengan usia.

Pertumbuhan merupakan bertambahnya jumlah dan besarnya sel di bagian tubuh yang dapat diukur secara kuantitatif (Neeraja, 2006). Hasil pertumbuhan berupa bertambahnya panjang tulang-tulang terutama lengan dan tungkai, bertambah tinggi dan berat badan serta makin bertambah sempurnanya susunan tulang dan jaringan saraf. Pertumbuhan akan terhenti setelah adanya maturasi pada individu (Neir, 2008).

Perkembangan adalah pola perubahan yang dimulai sejak pembuahan dan berlanjut disepanjang rentang kehidupan individu. Pekembangan sebagian besar melibatkan pertumbuhan, namun juga melibatkan kemunduran akibat adanya proses penuaan (Santrock, 2007). Perkembangan merupakan bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, serta sosialisasi dan kemandirian pada individu (Fida dan Maya, 2012).

Faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak adalah sebagai berikut :

1. Faktor Herediter

Supartini (2004) menjelaskan bahwa faktor herediter merupakan faktor pertumbuhan yang dapat diturunkan, yaitu suku, ras dan jenis kelamin.

(16)

2. Faktor lingkungan (Hidayat, 2008)

Faktor lingkungan merupakan faktor yang berperan penting dalam menentukan tercapai dan tidak suatu potensi yang sudah dimiliki. Faktor lingkungan dibagi menjadi dua, yaitu:

a) Faktor pranatal

Faktor pranatal merupakan lingkungan dalam kandungan, mulai dari konsepsi sampai lahir yang meliputi gizi ibu hamil, lingkungan mekanis, toksin/zat kimia, hormon, radiasi, infeksi, kelainan imunologis dan kondisi psikologis ibu.

b) Faktor paskanatal

Faktor paska natal merupakan faktor lingkungan yang mempengaruhi anak setelah lahir. Secara umum dapat digolongkan menjadi :

 Lingkungan biologis, antara lain ras atau suku bangsa, jenis kelamin, umur, gizi, perawatan kesehatan, kepekaan terhadap penyakit dan hormon.  Faktor fisik, antara lain cuaca, sanitasi, keadaan rumah dan radiasi.

 Faktor psikososial, antara lain stimulasi, motivasi belajar, kelompok sebaya, kasih sayang dan kualitas interaksi anak ke orang tua.

 Faktor keluarga, antara lain pekerjaan, pendidikan, jumlah saudara, adat istiadat, norma dan agama.

Proses pertumbuhan dan perkembangan individu memiliki konsep yang sama. Fida dan Maya (2012) menyatakan bahwa setiap individu memiliki ciri pertumbuhan dan perkembangan memiliki sebagai berikut :

1. Perkembangan anak akan menimbulkan perubahan. Perkembangan terjadi secara bersamaan dengan pertumbuhan. Setiap pertumbuhan disertai

(17)

perubahan fungsi misalnya perkembangan inteligensi anak menyertai pertumbuhan otak dan saraf.

2. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan tahap selanjutnya. Setiap anak tidak dapat melewati satu tahapan perkembangan sebelum melewati tahapan sebelumnya, misalnya anak tidak akan bisa berjalan sebelum bisa berdiri.

3. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda. Artinya pertumbuhan fisik dan perkembangan fungsi organ setiap anak mempunyai kecepatan yang tidak sama.

4. Perkembangan berkolerasi dengan pertumbuhan. Ketika pertumbuhan berlangsung cepat, maka perkembangan terjadi pada peningkatan mental, memori, daya nalar, asosiasi.

5. Perkembangan mempunyai pola yang tetap. Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hukum yang tetap, yaitu :

 Perkembangan terjadi lebih dulu di daerah kepala, kemudian menuju arah caudal (pola cephalocaudal).

 Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerak kasar), lalu berkembang ke bagian distal seperti jari-jari yang mempunyai gerak halus.

6. Pola yang teratur dan berurutan (pola proksimodistal). Perkembangan memiliki tahapan yang berurutan. Misalnya anak mampu membuat lingkaran sebelum ia mampu membuat gambar kotak. Proses tumbuh

(18)

kembang anak memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut (Fida dan Maya, 2012) :

 Perkembangan anak merupakan hasil kematangan dan belajar. Kematangan adalah proses intrinsik yang terjadi dengan sendirinya sesuai potensi yang ada pada anak. Belajar merupakan perkembangan yang berasal dari latihan dan usaha. Melalui belajar, anak memperoleh kemampuan menggunakan sumber yang diwariskan dan potensi yang dimiliki anak.

 Pola perkembangan dapat diramalkan, yaitu adanya persamaan pola perkembangan bagi semua anak, sehingga perkembangan dapat diramalkan. Perkembangan berlangsung dari tahapan umum ke spesifik dengan berkesinambungan.

Pertumbuhan dan perkembangan anak memiliki pembagian periode berdasar usia dan ciri khas kemampuan yang dimiliki seorang anak. Berk (2007) membuat pembagian periode perkembangan anak-anak beserta ciri khasnya dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Tahapan Perkembangan Individu Beserta Ciri Khas Periode

Periode Usia Ciri kasar

Masa pranatal konsepsi- lahir Sel organisme yang membentuk menjadi bayi dan bertahan hidup selama dalam kandungan.

Masa bayi Lahir-2 tahun Perubahan cepat yang terjadi pada tubuh dan otak, motor perceptual, kemampuan intelektual dan hubungan dengan orang sekitar.

Masa kanak-kanak awal

2-6 tahun Tahun bermain, kemampuan motorik mulai baik, pikiran dan bahasa meluas,

(19)

kesusilaan jelas dan anak mulai mandiri dengan teman sebaya.

Masa pertengahan dan akhir kanak-kanak

6-11 tahun Tahun sekolah terjadi peningkatan pada kemampuan atletik, proses pemikiran yang logis, mampu mengenal huruf, mengerti diri sendiri, kesusilaan, persahabatan dan teman sebaya yang tergabung dalam grup.

Sumber : Berk (2007) 2.2.1 Karakteristik Anak Usia 7-8 Tahun

Anak usia 7 – 8 tahun mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi pada aspek kognitif, kemampuan motorik, kemampuan sosial, dan kemampuan bahasa. Perkembangan kognitif anak secara kronologis terjadi dalam 4 tahap. Tahapan tersebut antara lain :

a. Tahap sensorimotor usia 0 – 2 tahun, b. Tahap pra operasional usia 2 -7 tahun, c. Tahap operasi konkret usia 7 – 11/12 tahun, d. Tahap operasi formal usia 11/12 ke atas.

Tahapan kognitif anak akan berpengaruhi kemampuan gerakan seperti keseimbangan, koordinasi, kelincahan. Anak usia 7-8 tahun termasuk dalam tahapan operasi konkret sehingga anak sudah mampu berpikir bagian per bagian. Anak usia 7-8 tahun dapat mengikuti instruksi gerakan dan mengkoordinasikan gerakan (Cole, 2005).

Dinilai dari perkembangan sosial anak usia 7-8 tahun terdapat peningkatan kemampuan sosialisasi terhadap lingkungan. Anak usia 7-8 tahun memiliki keinginan melepaskan diri dari otoritas orang tua, dorongan yang kuat untuk bermain di luar rumah bergaul dengan teman sebaya dan mulai menyukai

(20)

permainan sosial yang melibatkan banyak orang dengan saling berinteraksi (Syamsu, 2007).

Perkembangan motorik anak usia 7-8 tahun mengarah kepada gerak yang bersifat lokomotor. Sifat lokomotor tersebut dapat diuraikan dalam beberapa perkembangan, antara lain (Ecless, 2008) :

1. Berkaitan dengan perkembangan fisik, anak sangat aktif melakukan berbagai kegiatan. Aktivitas fisik pada anak bermanfaat untuk mengembangkan otot-otot kecil maupun besar. Aktivitas fisik yang dapat dilakukan anak 7-8 tahun adalah sebagai berikut :

a. Mampu melompat dan berjoget.

b. Berdiri satu kaki dalam waktu 5-10 detik. c. Mampu berjalan di bidang miring.

d. Mampu melompat dengan satu kaki. e. Meningkatnya koordinasi mata dan tangan. f. Mampu bersisir sendiri

g. Mampu berjalan di garis lurus.

h. Menggambar bentuk orang dengan lengkap dan mampu menggambar persegi atau segitiga.

i. Mewarnai gambar.

2. Perkembangan bahasa, anak mampu memahami pembicaraan orang lain dan mampu mengungkapkan pikiran dalam batas-batas tertentu.

(21)

3. Perkembangan kognitif (daya pikir) sangat pesat, ditunjukkan dengan rasa ingin tahu anak yang besar terhadap lingkungan sekitar. Anak menanyakan segala sesuatu yang dilihat.

4. Perkembangan bermain, anak masih bersifat individu, bukan permainan sosial, walaupun aktivitas bermain dilakukan anak secara bersama.

Anak usia 7-8 tahun memiliki perkembangan motorik yang mulai terkoordinasi dengan baik, setiap gerakan sudah selaras dengan kebutuhan atau minat, namun belum memiliki keseimbangan dinamis yang baik (Budiman, 2010).

Anak laki-laki di bawah 10 tahun jauh lebih tidak stabil dibandingkan anak perempuan pada usia yang sama. Hal ini disebabkan postural anak laki-laki di usia tersebut lebih tidak stabil dibandingkan anak perempuan (Permana, 2013).

2.3 Core Stability Exercise

2.3.1 Pengertian Core Stability Exercise

Core stability merupakan kemampuan untuk mengontrol posisi dan gerak dari trunk sampai pelvic yang digunakan untuk melakukan gerakan secara optimal, perpindahan, kontrol tekanan dan gerakan saat aktivitas. Core stability merupakan faktor penting dalam postural. Core stability menggambarkan kemampuan untuk mengontrol atau mengendalikan posisi dan gerakan porsi central pada tubuh yaitu: head and neck aligment, alignment of vertebral column thorax and pelvic stability/mobility, ankle and hip strategies (Karren, 2008). Aktivitas core stability akan memelihara postur yang baik dalam melakukan gerak serta menjadi dasar untuk semua gerakan pada lengan dan tungkai dan berpengaruh terhadap stabilitas tubuh.

(22)

Core stability adalah komponen penting dalam memberikan kekuatan lokal dan keseimbangan untuk memaksimalkan aktivitas secara efisien. Aktivitas otot–otot core merupakan kerja integrasi sebelum adanya suatu gerakan integrasi satu sendi atau banyak sendi, untuk mempertahankan stabilitas dan gerakan. Kerja core stability memberikan suatu pola adanya stabilitas proksimal yang digunakan untuk mobilitas pada distal. Pola proksimal ke distal merupakan gerakan berkesinambungan yang melindungi sendi pada distal yang digunakan untuk mobilisasi saat bergerak. (Kibler, 2006).

2.3.2 Anatomi Otot-Otot Core

Core stability exercise berpengaruh terhadap stabilitas. Pada aktivitasnya core stability dipengaruhi oleh otot-otot superficial (global) dan otot-otot deep (core). Otot – otot superficial (global) dan otot-otot dalam (core) fungsi utamanya untuk mempertahankan postur. Otot-otot global, yang multi segment, merupakan suatu hubungan besar yang merespon beban eksternal yang dikenakan pada trunk yang bergeser pada pusat massa tubuh (center of mass).

Reaksi dari core stability exercise adalah reaksi yang spesifik untuk mengontrol orientasi pada spinal. Otot–otot global tidak mampu untuk melakukan stabilisasi pada individual segment spinal kecuali melalui penekanan beban pada vertebrae. Jika suatu individual segment tidak stabil, penekanan beban dari hubungan global dapat mengakibatkan atau menimbulkan nyeri sebagai stress yang terdapat pada jaringan inert pada akhir dari lingkup segmen tersebut. Berikut adalah otot-otot core sebagai postural stability pada gambar 2.4 yang akan dijabarkan lebih lanjut.

(23)

Gambar 2.4 Postural Stability (Irfan, 2010) 1) Fungsi global muscle adalah:

a) Menghubungkan kepala dan leher ke trunk

b) Mentransfer beban eksternal antara trunk dan panggul

c) Pengendalian orientasi tulang belakang dalam ruang (global postural control)

d) Penghasil torsi besar

e) Pada beban rendah, bertindak secara mandiri untuk memulai gerakan

f) Pada beban tinggi, bertindak secara bilateral untuk menstabilkan trunk dengan splinting.

g) Memiliki pengaruh langsung pada zona netral dan segmental control h) Target oleh latihan dan kekuatan pelatihan umum

i) Terlibat dalam strategi substitusi 2) Global muscle terdiri dari :

m. Rectus abdominis, m. Obliques external dan internal, m. Quadratus lumborum (lateral portion), m. Erector spine, m. Iliopsoas.

3) Fungsi deep / lokal muscle adalah:

(24)

gerak intersegmental

b) Otot intersegmental kecil memiliki peran proprioseptif

c) Peningkatan gerak zona netral menyimpang dapat diatasi oleh aktivitas sistemotot lokal/deep.

d) Dalam situasi nyeri otot-otot ini mungkin tidak mampu mempertahankan kontraksi untuk terus melindungi tulang belakang.

e) Mikrotrauma berulang untuk jaringan, karena kurangnya kontrol otot yang mendalam, akhirnya dapat menyebabkan kerusakan cukup untuk memicu nociceptors dan menyebabkan rasa sakit.

4) Otot yang terkait pada lumbal spine hingga lokal muscle adalah:

Transversus Abdominus, Lumbar Multifidus, Diaphragm, dan Pelvic Floor. Target utama dari core stability adalah otot yang letaknya lebih dalam (deep muscle) pada abdomen, yang terkoneksi dengan tulang belakang (spine), panggul (pelvic) dan bahu (shoulder). Reaksi spesifik untuk mengontrol orientasi pada spinal. Otot-otot global tidak mampu untuk melakukan stabilisasi pada individual segmentspinal kecuali melalui penekanan beban pada vertebrae. Jika satu segment tidak stabil, maka penekanan beban dapat mengakibatkan atau menimbulkan sebuah situasi nyeri sebagai stres yang terdapat pada jaringan inert pada akhir dari lingkup segmen tersebut. Otot-otot global dan otot-otot core memiliki beberapa lapisan, bila kita berikan stimulasi pada bagian otot core tersebut dapat memberikan pengaruh terhadap respon arah gerakan. Otot- otot ini memberikan dinamik support ke suatu segment spine dan membantu menjaga setiap segment pada posisi stabil sehingga jaringan inert tidak mengalami stres

(25)

pada keterbatasan gerak. Baik otot-overload otot global dan otot-otot core berperan dalam memberikan stabilisasi ke multi segment pada spine. Hal tersebut menunjukkan bahwa hanya dengan stabilitas postur (aktifasi otot–otot core stability) yang optimal, maka mobilitas pada ekstremitas dapat dilakukan dengan efisien (Irfan, 2010).

2.3.3 Efek Core Stability Exercise

Efek latihan core stability atau komponen yang dipengaruhi ialah : 1. Jaringan otot

Mekanisme perubahan yang mengakibatkan terjadinya peningkatan level tension pada otot, merupakan suatu hasil kerja dari kontraksi otot. Kontraksi otot tersebut disertai pula dengan adanya peningkatan motor rekuitment yang selanjutnya akan menghasilkan output tenaga yang bersal dari kontraksi otot yang meningkat. Peningkatan rekuitment motor unit terdepolarisasi selama latihan. Hal ini merupakan neuralmechanism selama 2-6 minggu. Minggu pertama disertai peningkatan rekuitment dan motor unit excitability, dengan banyaknya jumlah motor unit yang terdepolarisasi akan menghasilkan kekuatan otot yang besar.

Saat latihan terjadi kerja pada otot berupa peningkatan besarnya tegangan (panjangnya sarcomer otot) yang menimbulkan adanya perubahan otot saat terjadinya kontraksi yang kemudian dilanjutkan dengan adanya perubahan ukuran otot berupa hipertropi, semakin besar diameter serabut otot akan semakin besar kontraksi otot. Peningkatan hipertropi otot merupakan restrukturisasi pada jaringan otot sebagai peningkatan fungsional pada masa otot. Latihan memberikan peningkatan kerjasama atau koordinasi intermusculer antara group otot yang

(26)

berbeda sehingga terjadi peningkatan efisiensi gerakan koordinasi yang terjadi pada 2 sampai 3 minggu pertama setelah latihan rutin. Kemudian, dihasilkan berupa meningkatnya kerjasama serabut otot untuk meningkatkan produksi tenaga, perubahan ini terjadi selama 4 – 6 minggu waktu latihan.

2. Sendi

Salah satu stabilisator tubuh yang juga berperan penting terhadap keseimbangan statis tubuh adalah sendi. Sendi merupakan salah satu stabilisator pasif yang diikat oleh ligamen. Pada pertahanan keseimbangan diperlukan suatu kondisi sendi yang stabil dan tanpa adanya nyeri, karena jika terdapat keluhan tersebut akan mengurangi kemampuan sendi dalam melakukan suatu gerakan. Gerakan yang dilakukan oleh sendi diperoleh melalui stimulus proprioseptif terhadap posisi dan gerak yang akan dilakukan. Dengan adanya propriosepsi pada sendi tersebut maka ketika melakukan latihan, sendi akan lebih stabil karena ditunjang juga oleh kekuatan otot (penggerak sendi) dan stabilitas dari ligament (mengarahkan serta membatasi gerak sendi). Yang bearti bahwa selain meningkatkan kekuatan otot dan stabiltas ligament tetapi meningkatkan stabilitas pada sendi.

2.3.4 Langkah–Langkah Core Stability Exercise

Menurut Akuthota (2007) latihan core stability adalah sebagai berikut: 1. Crunches

(27)

b) "Crunch" atau fleksi trunk, untuk mengangkat bahu dari lantai. Cobalah untuk tidak menggunakan otot-otot fleksor pinggul untuk melakukan gerakan ini, atau gunakan lengan untuk menarik kepala.

c) Intensitas : berat badan d) Repitasi/set : 10RM/3set

e) Time : 3 menit

f) Frekuensi : 3 x seminggu

Gambar 2.5 Crunches (Akuthota, 2007) 2. Dynamic leg and back

a) Asumsikan posisi yang sama seperti untuk "static leg and back". b) Turunkan panggul tetapi tidak memungkinkan untuk memiringkan atau

menyentuh lantai ini harus lambat, gerakan terkontrol.

c) Kembali ke posisi semula, mengembalikan garis lurus dari bahu sampai kaki. d) Intensitas : berat badan

e) Repitasi/set : 10RM/3set

f) Time : 3 menit

(28)

Gambar 2.6 Dynamic leg and back (Akuthota, 2007)

3. Superman

a) Seimbangkan tangan dan lutut pada lantai. Punggung harus rata dan pinggul sejajar dengan lantai.

b) Angkat lengan kanan ke depan dan mengangkat kaki kiri belakang, menjaganya agar tetap lurus.

c) Tahan selama 30 detik dan kemudian ulangi di sisi lain. d) Frekuensi 3 x seminggu

Gambar 2.7 Superman (Akuthota, 2007) 4. Static leg and back

a) Berbaring telentang dengan lutut membungkuk dan kaki rata di lantai. b) Angkat panggul sehingga membentuk posisi jembatan dengan garis lurus

(29)

c) Angkat kaki kanan dari lantai dan memperpanjang sehingga melanjutkan

garis lurus harus dapat merasakan panggul kiri, punggung, dan perut bagian bawah bekerja untuk menjaga posisi.

d) Tahan selama 30 detik kemudian ulangi pada kaki yang lain. e) Frekuensi 3 x seminggu

f) Pastikan bahwa panggul tidak miring sama sekali, sementara kaki dinaikkan. Pinggul harus sejajar setiap saat.

Gambar 2.8 Static straight legs (Akuthota, 2007) 5. Hundreds

a) Berbaring telentang dengan tangan di sisi tubuh. Angkat kaki dan tekuk sehingga membentuk sudut siku-siku di pinggul dan lutut.

b) Fokus pada menjaga pinggul dan kaki benar-benar diam dan punggung rata c) Intensitas : berat badan

d) Repitasi/set : 10RM/3set

e) Time : 3 menit

(30)

Gambar 2.9 Hundreds (Akuthota, 2007)

2.3.5 Pengaruh Core Stability Exercise terhadap Keseimbangan Dinamis Keseimbangan statis dipengaruhi oleh postur tubuh, sistem informasi sensorik (visual, vestibular dan somatosensoris), central processing dan efektor. Postur tubuh yang baik dapat meningkatkan keseimbangan dinamis pada anak. Sehingga dapat meminimalisir tingkat terjadinya cidera pada anak. Latihan untuk memperbaiki postur tubuh adalah salah satunya dengan core stability exercise yaitu bentuk latihandimana memperkuat dan menyeimbangkan kinerja otot – otot core yaitu otot global dan deep muscle. Sehingga dengan postur tubuh yang baik akan dihasilkan keseimbangan tubuh yang baik pula. Core stability exercise merupakan suatu latihan yang menggunakan kemampuan trunk, lumbal spine, pelvic, hip, otot–otot perut, dan otot- otot kecil sepanjangspine. Otot–otot tersebut bekerja bersama untuk membentuk kekuatan yang bertujuan mempertahankan spine sesuai dengan garis tubuh yang simetri dan menjadi lebih stabil. Ketika spine kuat dan stabil memudahkan tubuh untuk bergerak secara efektif dan efisien.

Latihan core stability dapat membentuk kekuatan otot–otot postural, hal ini akan meningkatkan stabilitas pada trunk dan postur, sehingga dapat

(31)

meningkatkan keseimbangan. Pada latihan core stability terjadi peningkatan fleksibilitas. Hal ini terjadi karena pada saat suatu otot berkontraksi, maka terjadi penguluran atau stretch pada otot–otot antagonisnya atau otot berlawanan. Selain itu kekuatan dan fleksibilitas keduanya memiliki saling keterkaitan.

2.4 Brain Gym

2.4.1 Pengertian Brain Gym

Brain gym adalah serangkaian gerakan sederhana untuk merangsang area otak berdasarkan fungsional otak masing-masing. Brain gym terdiri dari gerakan-gerakan yang melibatkan komponen keseimbangan. Sistem somatosensori, sistem vestibular teraktivasi secara mekanis sehingga mengaktifkan kedua hemisfer otak melalui korteks motorik dan korteks sensoris. Aktivasi otak akan membuat otak melakukan respon cepat terhadap situasi yang membutuhkan keseimbangan. Kekuatan gerakan-gerakan brain gym mengaktifkan fungsi seluruh otak melalui hubungan yang kompleks dengan gerakan-gerakan tubuh (Dennison, 2006).

Pada awalnya brain gym dimanfaatkan untuk anak yang mengalami gangguan hiperaktif, kerusakan otak, sulit konsentrasi dan depresi, namun seiiring berkembangnya zaman senam otak bermanfaat untuk kematangan pemrosesan otak anak-anak dispraksia dan dapat berikan pada anak normal (Demuth, 2005).

Rangkaian gerakan tubuh dalam brain gym, meningkatkan tingkat konsentrasi anak. Brain gym membuat bagian-bagian otak dapat berfungsi maksimal. Selain itu senam otak juga dapat meningkatkan kemampuan berbahasa dan daya ingat, lebih konsentrasi, kreatif dan efisien (Tammasse, 2009).

(32)

2.4.2 Prinsip Brain Gym

Senam otak pada dasarnya berupaya mengaktifkan otak kiri dan otak kanan secara optimal. Prinsip senam ini adalah melakukan gerakan-gerakan menyimpang melewati bagian tengah atau yang disebut corpus callosum. Dengan melakukan gerakan-gerakan menyilang secara teratur untuk beberapa waktu, diharapkan terjadi harmonisasi antara otak kiri dan otak kanan.

Prinsip brain gym adalah aktivasi tiga dimensi, menggunakan konsep lateralitas-komunikasi, pemfokusan-pemahaman dan pemusatan-pengaturan. Gerakan-gerakan ringan dengan permainan melalui olah tangan dan kaki dapat memberikan rangsangan atau stimulus pada otak. Gerakan yang menghasilkan stimulus itulah yang dapat meningkatkan kemampuan kognitif (kewaspadaan, konsentrasi, kecepatan, persepsi, belajar, memori, masalah dan kreatifitas), menyelaraskan kemampuan beraktivitas dan berfikir pada saat yang bersamaan, meningkatkan keseimbangan atau harmonisasi kontrol emosi dan logika, mengoptimalkan fungsi kinerja panca indra, menjaga kelenturan dan keseimbangan tubuh (Tammasse, 2009).

Brain gym dapat dilakukan dalam waktu singkat (kurang dari lima menit), tidak memerlukan bahan atau tempat khusus, kemungkinan belajar tanpa stress, meningkatkan kepercayaan diri, memandirikan seseorang dalam hal belajar, mengaktifkan potensi dan ketrampilan, menyenangkan dan menyehatkan, serta hasilnya bisa segera dirasakan (Demuth, 2008).

Menurut Dennison (2006), ahli brain gym dari lembaga educational kinesiology Amerika Serikat, bahasa tulis maupun lisan menjadi lebih jelas dan

(33)

lebih hidup ketika sisi kanan dan kiri dari tubuh dan otak bekerja bersama – sama. Ketika integrasi kedua sisi kita menjadi lebih baik, komunikasi diantara kedua hemisfer cerebral menjadi lebih spontan. Dengan brain gym, otak kanan dan otak kiri dapat bekerja lebih sinergis.

Otak sebagai pusat kegiatan tubuh akan mengaktifkan seluruh organ dan sistem tubuh melalui pesan yang disampaikan melewati serabut saraf secara sadar maupun tidak sadar. Pada umumnya, otak bagian kiri bertanggung jawab untuk pergerakan bagian kanan tubuh dan sebaliknya. Dengan brain gym, maka tiga dimensi otak akan diaktifkan secara keseluruhan. Ada beberapa gerakan dalam gerak latih otak yaitu:

 Lateralitas komunikasi (dimensi kiri-kanan) bertujuan untuk mengoptimalkan kemampuan belajar. Gerakannya menyangkut mendengar, melihat, menulis, bergerak, dan sikap positif. Gerakan-gerakan itu menyerap kemampuan komunikasi yang lebih cepat. Misalnya, bola digerakkan ke kiri ke kanan di depan anak, atau anak memegang mainan lalu digerakkan ke kiri ke kanan. Bisa juga mainan yang berbunyi digerakkan ke kiri ke kanan secara menyilang. Bertepuk-tepuk tangan juga melatih pendengaran anak. Anak memegang jari kita lalu digerakkan ke kiri ke kanan, atau membentuk angka delapan tidur. Otak bagian kiri aktif jika sisi kanan tubuh digerakkan dan bagian kanan aktif apabila sisi kiri tubuh digerakkan. Sehingga dengan gerakan-gerakan tersebut mengaktifkan kerjasama otak sehingga kemampuan belajar akan meningkat akibat kedua belah otak bekerjasama dengan baik.

(34)

 Pemfokusan pemahaman (dimensi muka-belakang) bermanfaat membantu kesiapan dan konsentrasi untuk menerima hal-hal baru dan mengekspresikan apa yang sudah diketahui. Gerakan pada fokus pemahaman akan menunjang kesiapan untuk menerima hal baru dan mengekspresikan apa yang sudah diketahui. Gerakan berupa latihan meregangkan otot menyangkut konsentrasi, pengertian, dan pemahaman. Misalnya dengan melipat lutut dan sikut bayi berulang kali atau mengangkat tangan ke atas lalu digerakkan ke muka ke belakang.

 Pemusatan pengaturan (dimensi atas-bawah) membantu meningkatkan energi yang menyangkut berjalan, mengorganisasi, tes atau ujian. Otak terdiri dari milyaran sel saraf kecil bernama neuron yang jalurnya dihubungkan seperti kabel. Bila gerakan terjadi berarti hubungan elektrik jaringan dapat diaktifkan agar dapat berfungsi baik dalam memberikan informasi dari badan ke otak dan sebaliknya. Hal ini bermanfaat untuk membantu seluruh potensi dan keterampilan yang dimiliki serta mengontrol emosi, seperti menggerakkan kepala ke atas ke bawah, mengangkat beban ringan atau benda lainnya, kemudian digerakkan ke atas ke bawah.

Banyak manfaat yang bisa diperoleh dengan melakukan brain gym. Gerakan-gerakan ringan dengan permainan melalui olah tangan dan kaki dapat memberikan rangsangan atau stimulus pada otak. Gerakan yang menghasilkan stimulus itulah yang dapat meningkatkan kemampuan kognitif (kewaspadaan, konsentrasi, kecepatan, persepsi, belajar, memori, pemecahan masalah dan

(35)

kreativitas), menyelaraskan kemampuan beraktivitas dan berfikir pada saat yang bersamaan, meningkatkan keseimbangan atau harmonisasi antara kontrol emosi dan logika, mengoptimalkan fungsi kinerja panca indera, menjaga kelenturan dan keseimbangan tubuh, meningkatkan daya ingat dan pengulangan kembali terhadap huruf / angka (dalam waktu 10 minggu), meningkatkan ketajaman pendengaran dan penglihatan, mengurangi kesalahan membaca, memori, dan kemampuan komperhensif pada kelompok dengan gangguan bahasa, hingga mampu meningkatkan respon terhadap rangsangan visual. (Tammase, 2009).

Brain gym yang diadaptasi dari jenis senam otak Edu – K (educational kinesiology) otak Dennison. Brain gym dilakukan pada pagi hari selama 4 minggu dengan frekuensi latihan 3 kali seminggu. Brain gym dilakukan selama 20 menit setiap sesi.

2.4.3 Langkah-Langkah Brain Gym Gerak senam otak diawali gerakan PACE :

1. Positif : Kait Rileks (Hook-Ups)

Kegiatan ini menyeimbangkan dan menghubungkan dua hemisfer. Kegiatan ini memperkuat energi elektris tubuh. Pertama, letakkan menyilang kaki kiri di atas paha kanan atau sebaliknya. Lalu tangan kanan memegang pergelangan kiri dan tangan kiri pada telapak bawah kaki kanan. Kedua, turunkan kaki, satukan kedua tangan sambil terus napas dalam selama 1 menit lagi.

(36)

Gambar 2.10 Kait Rileks (Hook-Ups) (Dennison, 2006) 2. Aktif : Gerakan Silang (Cross Crawl)

Meningkatkan komunikasi dan intergrasi di antara kedua hemisfer serebri dengan terbentuknya percabangan dan mielinisasi persarafan di corpus callosum sehingga komunikasi antara kedua hemisfer bertambah cepat dan lebih terintegrasi. Koordinasikan gerakan agar saat satu tangan bergerak, kaki yang berlawanan bergerak pada saat yang sama. Gerakkan badan ke depan, ke samping, ke belakang dan arahkan mata kesemua arah.

(37)

3. Clear: Gerakan Saklar Otak (Brain Button)

Kegiatan ini merangsang aliran darah yang kaya oksigen melalui arteri karotis ke otak. Tombol ini membantu membentuk kembali pesan-pesan yang terarah dari bagian tubuh ke otak dan penglihatan, jadi meningkatkan hubungan silang antara otak untuk membaca, menulis, berbicara dan mengikuti petunjuk. Sambil menyentuh pusar, pijat keras sisi kiri dan kanan tulang tengah (sternum) di bawah tulang dada.

Gambar 2.12 Gerakan Saklar Otak (Brain Button)

4. Energetis : Minum Air (Water)

Minum air putih dalam jumlah yang cukup yaitu 0,3 liter per 10kg berat badan anak. Air sangat diperlukan untuk mempercepat fungsi energi listrik dan kimiawi yang membawa informasi dari badaan ke otak dan sebaliknya.

(38)

Gambar 2.13 Minum Air (Water) (Dennison, 2006)

Bagian kedua adalah gerakan untuk aktivasi dimensi lateralis yang terdiri dari gerakan sebagai berikut :

1. Delapan Tidur (Lazy 8)

Memadukan bidang penglihatan kiri dan kanan sehingga meningkatkan integrasi otak kiri dan kanan sekaligus meningkatkan keseimbangan dan koordinasi tubuh. Mulai di bagian tengah, pertama gerakkan tangan berlawanan arah jarum jam ke atas, membentuk lingkaran. Kemudian searah jarum jam ke atas, membentuk lingkaran dan kembali ke titik tengah. Buatlah gerakan ini 3 kali tiap tangan, kemudian 3 kali dengan kedua tangan.

(39)

2. Coretan Ganda (Double Doodle)

Melukis dengan 2 tangan sebelah menyebelah akan membangkitkan keterarahan dan orientasi ruang, karena terkait dengan garis tengah tubuh. Kegiatan ini melatih kemampuan kedua mata secara bersamaan dan membantu pengembangan koordinasi tangan 2 mata untuk meningkatkan ketrampilan menulis. Menggambar dengan kedua tangan pada saat yang sama ke dalam, ke luar, ke atas dan ke bawah.

Gambar 2.15 Coretan Ganda (Double Doodle) (Dennison, 2006) 3. Gerakan Silang pada Posisi Berdiri

Gerakan ini dilakukan sama seperti cross crawl dan dilakukan pada posisi berdiri. Dilakukan 2 set dengan 15 kali pengulangan per sesi.

4. Cross Crawl Sit Up

Gerakan ini mengaktifkan kedua belahan otak secara serempak. Ia menggabungkan otak untuk koordinasi penglihatan, pendengaran dan kemampuan kinestetik. Jadi meningkatkan kemampuan mendengar, membaca, menulis dan daya ingat.

(40)

Gambar 2.16 Cross Crawl Sit Up (Dennison, 2006)

5. The Elephant

Gerakan membuat belalai dengan menekuk lutut sedikit, letakkan telinga di atas bahu dan rentangkan tangan lurus ke depan. Membayangkan tangan menjadi belalai gajah yang menyatu dengan kepala. Berfungsi dalam membuat mata dan leher menjadi relaks.

Gambar 2.17 The Elephant (Dennison, 2006) 6. Neck Rolls

Gerakan ini mampu menurunkan tegangan otot leher, meningkatkan kemampuan melaksanakan kegiatan mental tanpa tekanan. Tundukkan kepala ke depan, dan pelan-pelan putar dari satu sisi kesisi lainnya. Tengadahkan kepala ke belakang, dan putar lagi ke kiri ke kanan. Ulangi dengan bahu diturunkan.

(41)

Gambar 2.18 Neck Rolls (Dennison, 2006) 7. Olengan Pinggul

Gerakan ini mengurut lengan & paha, membantu menurunkan tegangan otot di bagian belakang tubuh yang menghalangi anda bergerak ke depan dengan mudah. Meningkatkan aliran cairan serebrospinal ke otak, jadi meningkatkan kemampuan untuk fokus, konsentrasi dan pemahaman. Duduk di lantai, tangan ditaruh di belakang, ditekuk, ke 2 kaki diangkat sedikit, dan gerakkan pinggul memutar beberapa kali sampai rileks.

(42)

Bagian ketiga adalah gerakan untuk mengaktivasi dimensi pemfokusan otak. Aktivasi dimensi pemfokusan terdiri dari gerakan sebagai berikut :

1. Burung Hantu (The Owl)

Kegiatan ini menurunkan tegangan otot bahu & leher. Pada saat otot leher rileks kemampuan mendengar, berpikir dan berbicara meningkat. Cengkeram otot bahu, gerakkan kepala menengok ke belakang, tarik napas dalam dan tarik bahu ke belakang, kemudian menengok kesisi yang lain. Tundukkan kepala, napas dalam, biarkan otot relaks. Ulangi dengan mencengkeram bahu yang lain.

Gambar 2.20 Burung Hantu (The Owl) (Dennison, 2006) 2. Mengaktifkan Tangan (The Active Arm)

Gerakan ini meregangkan otot bahu & dada atas. Gerakan ini merilekskan & mengkoordinasi otot-otot bahu dan lengan serta membantu otak dalam kemudahan menulis dengan tangan, mengucap dan menulis kreatif. Luruskan satu tangan ke atas, ke samping kuping. Buang napas pelan, sementara otot-otot diaktifkan dengan mendorong tangan melawan tangan satunya keempat jurusan (depan, belakang, ke dalam dan keluar).

(43)

Gambar 2.21 Mengaktifkan Tangan (The Active Arm) (Dennison, 2006) 3. Lambaian Kaki (The Footflex)

Gerakan ini mengembalikan ukuran panjang alamiah sendi-sendi bagian belakang kaki. Gerakan ini akan merelakskan reflkesi untuk bertahan sekaligus meningkatkan kemampuan komunikasi, konsentrasi dan menyelesaikan pekerjaan. Cengkeram tempat-tempat yang terasa sakit di pergelangan kaki., betis dan belakang lutut satu persatu, sementara pelan-pelan kaki digerakkan ke luar dan ke dalam.

Gambar 2.22 Lambaian Kaki (The Footflex) (Dennison, 2006) 4. Luncuran Gravitasi

Gerakan ini merelakskan kelompok otot, ini penting untuk keseimbangan dan koordinasi seluruh tubuh dan membantu pemahaman. Silangkan kaki, lutut tetap

(44)

relaks. Tundukkan badan ke depan dengan tangan lurus, buang napas waktu turun, dan ambil napas waktu naik. Ulangi 3 kali, kemudian ganti kaki.

Gambar 2.23 Luncuran Gravitasi (Dennison, 2006)

Bagian keempat adalah gerakan untuk mengaktivasi dimensi pemusatan otak. Aktifasi dimensi pemusatan terdiri dari gerakan sebagai berikut :

1. Tombol Bumi (Earth Buttons)

Menyentuh tempat-tempat ini merangsang otak & menyegarkan kembali kelelahan mental yang berat, mampu meningkatkan ketrampilan organisasional & meningkatkan kemampuan untuk terfokus pada objek yang dekat. Taruh 2 jari di bawah bibir dan tangan yang satu di os.pubis. Napaskan energi ke atas, ke tengah-tengah badan.

Gambar 2.24 Tombol Bumi (Earth Buttons) (Dennison, 2006) 2. Tombol Imbang (Balance Buttons)

(45)

Kegiatan ini merangsang sistem keseimbangan tubuh di telinga bagian dalam. Gerakan ini akan memperbaiki keseimbangan, merilekskan mata dan bagian lain tubuh anda serta mempermudah perhatian anda untuk berpikir dan melakukan kegiatan. Pengambilan keputusan, konsentrasi dan pemecahan masalah semuanya akan meningkat pada saat organisasi tubuh meningkat. Sentuhkan 2 jari ke belakang telinga dan taruh tangan satunya di pusar. Napaskan enersi keatas, setelah 1 menit sentuh belakang telinga yang lain.

Gambar 2.25 Tombol Imbang (Balance Buttons) (Dennison, 2006) 3. Tombol Angkasa (Space Buttons)

Menekan 2 titik ini merangsang gerakan seluruh sistem yang meningkatkan perhatian, fokus, motivasi dan intuisi pengambilan keputusan. Taruh 2 jari di atas bibir dan tangan satunya di tulang ekor selama 1 menit, napaskan energi keatas tulang punggung.

(46)

Gambar 2.26 Tombol Angkasa (Space Buttons) (Dennison, 2006) 4. Pasang Telinga (The Thinking Cap)

Kegiatan ini membangkitkan mekanisme pendengaran dan memori. Sehingga meningkatkan kemampuan mendengar, memori jangka pendek dan ketrampilan berpikir abstrak. Pelan-pelan buka daun kuping keluar, 3 kali dari atas ke bawah.

Gambar 2.27 Pasang Telinga (The Thinking Cap) (Dennison, 2006) 5. Titik Positif (Positive Point)

Titik positif adalah titik-titik tekanan di dahi yang khusus diketahui untuk refleks menghadapi sesuatu atau lari dari sesuatu, jadi menurunkan tekanan stres emosional. Sentuh perlahan the positive points, dua tonjolan di dahi. Aplikasi gerakan-gerakan senam otak dalam kehidupan sehari-hari tergantung dari kebutuhan seseorang.

(47)

Gambar 2.28 Titik Positif (Positive Point) (Dennison, 2006)

2.4.4 Pengaruh Brain Gym terhadap Keseimbangan Dinamis

Brain gym ditujukan untuk meningkatkan input propioseptif, dengan cara mengaktivasi sistem neuromuscular dengan cara re-edukasi postural. Brain gym merupakan latihan yang ditujukan untuk aktivasi neuromuskular dengan prinsip gerakan yang dilakukan pada berbagai arah dan kecepatan gerak, sehingga menimbulkan stimulus mekanoreseptor, dan dalam tempo yang lambat, sehingga memberi kesempatan kepada nuclei subcortical kemudian membawa umpan balik kepada CPG (Central Pattern Generator), dan pada akhirnya timbul pembelajaran pada sistem neuromuscular (Lamborne, 2010).

CPG merupakan penerjemah dari gerakan yang berada di batang otak dan

medulla spinalis. CPG menggenerasikan gerakan lokomotor terkoordinir tanpa umpan

balik dari afferen yang berhubungan dengan gerakan. CPG secara konstan dapat

dimodifikasi oleh ketersediaan input sensoris. Setiap gerakan akan memberikan

perubahan pada perubahan afferen yang berbeda-beda yang disebut sebagai neuron

komando. Neuron komando akan menginisiasi CPG apabila terdapat input pusat

supraspinatus, tipe dan derajat umpan balik aferen, posisi tubuh dan tungkai dengan

gerakan yang ritmis. Brain gym akan meningkatkan kemampuan sensoris

(48)

Brain gym dapat mengaktivasi neuromuscular dengan konsep umpan maju dan umpan balik yang dapat mempengaruhi sistem motorik postur dan gerakan. Sistem umpan balik memonitor sinyal sensoris dan menggunakan informasi tersebut untuk bergerak. Sistem umpan maju menggunakan berbagai sinyal sensoris, seperti visual, pendengaran dan sentuhan untuk meninisiasi strategi gerakan secara proaktif berdasarkan pengalaman. Sistem umpan balik maju disebut juga sebagai sistem antisipator (Van der wall, 2009).

Kontrol umpan maju bertindak sebelum adanya gangguan. Kontrol umpan maju digunakan sistem motorik untuk mengontrol postur dan gerakan. Saat berdiri otot tungkai selalu berkontraski menyesuaikan diri sebagai kompensasi perubahan pusat gravitasi yang terjadi saat gerakan trunk, dan pergerakan ekstremitas (Van der wall, 2009). Gerakan dalam brain gym yang banyak menggunakan dual task, menyebabkan adanya perbaikan dari proses yang terjadi di otak, dan prinsip spesifikasi otak dan prinsip transfer dari otak. Menurut penelitian yang dilakukan sebelumnya, latihan yang menggunakan dual task mengaktivasi bagian otak yang terdiri dari tiga dimensi yaitu dimensi. Pemusatan mengkoordinasikan korteks dan batang otak kemudian ke pusat gerak dan pusat nerves cranialis yang akan di respon di cerebellum sehingga akan merangsang vestibular system (Thomas, 2012).

Dimensi pemfokusan mengkoordinasikan otak bagian depan dan otak bagian belakang, serta dimensi lateralis mengkoordinasikan otak bagian kiri dan otak bagian kanan, menyilang garis tengah pusat tubuh dan bekerja di visual, auditori, sistem vestibular dan kinestetik. Sehingga pengulangan gerakan akan

(49)

memperbaiki sistem somatosensori, visual dan vestibular untuk merespon keseimbangan. Input sensori yang baik akibat koordinasi multisensori akan memudahkan penyeberangan garis tengah pusat tubuh sehingga koordinasi gerakan menjadi lebih baik (Waston, 2009).

Brain gym akan meningkatkan kemampuan untuk berkonsentrasi yang akan meningkatkan stimulasi keseimbangan vestibular dan koordinasi gerakan. Keseimbangan diperoleh akibat adanya gerakan yang spesifik pada senam otak sehingga akan terjadi requitment of motor unit dan memperbaiki koordinasi serabut intrafusal dan serabut ekstrafusal dengan saraf afferen yang ada di muscle spindle sehingga dapat meningkatkan fungsi proprioceptif (Denisson, 2006).

Pada lintasan propioseptif yang menuju cortex cerebri melewati 3 bagian diantaranya melewati serabut arcuatus externus dorsalis, tractus spinocerebralis dorsalis dan tractus spinocerebellaris ventralis. Bagian pertama melewati serabut arcuatus externus dorsalis, dimana pada neuron I terdapat sel di ganglion spinal menuju funiculus posterior dan neuron II terdapat sel di nucleus cuneatus lateralis ke serabut arcuatus externus dorsalis berjalan secara homolateral ke corpus restiforme menuju cortex cerebelli (Noback et al., 2005).

Bagian kedua melewati tractus spinocerebellaris dorsalis, dimana pada neuron I terdapat sel di ganglion spinale menuju columna grisea posterior. Sedangkan pada neuron II terdapat sel di nucleus dorsalis ke tractus spinocerebellaris dorsalis berjalan homolateral ke corpus restiforme dan menuju cortex cerebelli (Sherwood, 2012).

(50)

Bagian ketiga melewati tractus spinocerebellaris ventralis. Pada neuron I terdapat sel di ganglion spinale ke columna grisea posterior. Sedangkan pada neuron II terdapat sel di nucleus proprius ke tractus spinocerebellaris ventralis (homolateral/kontralateral) ke brachium conjunctivum ke velum medullare anterius menuju cortex cerebelli (Siegel, 2006).

Dengan meningkatkan propioseptif maka akan meningkatkan input sensoris yang ada di otak untuk mengorganisasikan respon sensorimotor yang diperlukan tubuh. Selanjutnya, otak akan meneruskan impuls tersebut ke effector agar tubuh mampu menciptakan keseimbangan yang baik ketika bergerak ataupun dalam keadaan diam (Noback et al., 2005).

Faktor lain yang mempengaruhi keseimbangan adalah kognitif. Kognitif

berpengaruh langsung pada kemampuan motorik sesorang. Kemampuan motorik

yang di maksud dapat berupa koordinasi, dexterity, agility dan keseimbangan.

(Thomas, 2012). Pendapat tersebut diperkuat dalam hasil penelitian tentang

keseimbangan yang menyatakan bahwa latihan kognitif dapat meningkatkan

keseimbangan dan mengurangi resiko jatuh (Bowers, 2010).

2.5 Modified Bass Test of Dynamic Balance

Pengukuran keseimbangan dinamis dilakukan dengan menggunakan tes keseimbangan dinamis (Modified Bass Test of Dynamic Balance) (Nur Ichsan Halim, 2004:141-143). Fasilitas dan sarana yang diperlukan ialah lantai yang padat dan rata, sepuluh kotak dengan ukuran masing-masing kotak 30 cm x 30 cm dan stop watch.

(51)

Prosedur dari pengukuran keseimbangan dinamis ini ialah peserta berdiri di kotak awal dengan bertumpu pada salah satu kaki, tumit diangkat (jingkat). Kedua lengan ditekuk di depan dada sedangkan posisi kepala tegak. Selanjutnya peserta tes melompat tepat di atas kotak no 1 yang tersedia dan mendarat dengan kaki sisi lainnya sebagai tumpuan dengan posisi tumit diangkat (jingkat) dan posisi kepala tegak, kaki satunya diangkat menempel di samping lutut, sedang posisi kedua lengan ditekuk di depan dada. Posisi ini dipertahankan selama 5 detik pada kotak no 1, dilanjutkan ke kotak no2 dengan posisi sama seperti posisi awal, demikian gerakan ini dilakukan seterusnya sampai kotak ke 10, kaki yang bertempu pada kotak bergantian antara kaki kanan dan kiri.

Ketentuan dari pengukuran ini ialah tiap komponen pada kotak anak harus berhenti selama 5 detik. Apabila kaki yang menempel di samping limit bergerak menjauh dari lutut dan kaki tumpu atau tumit menyentuh lantai, maka dianggap gagal. Begitu pula apabila kaki jingkat berpindah atau bergeser keluar dari daerah (kotak) yang telah ditentukan. Hasil pengukuran adalah skor yang terbaik dari tiga kali percobaan, dimana skor diambil berdasarkan banyaknya kotak yang dapat dilalui dalam setiap tes, dengan ketentuan 1 kotak keberhasilan nilai 10. Jadi tiap kotak yang ada yaitu kotak 1 sampai kotak terakhir masing-masing diberi nilai (Laak, 2013).

(52)

Gambar

Gambar 2.1 Proses Fisiologi Terjadinya Keseimbangan (Watson et al.,2008)  2.1.3  Komponen-Komponen Pengontrol Keseimbangan
Gambar 2.2 Garis Gravitasi (Army, 2012)  2.1.4.3 Bidang tumpu (base of support (BOS))
Gambar 2.3 Bidang Tumpu (William, 2012)
Tabel 2.1 Tahapan Perkembangan Individu Beserta Ciri Khas Periode
+7

Referensi

Dokumen terkait

2) Pemeriksaan mendadak (surprised audit), yang dilaksanakan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada pihak yang akan diperiksa dengan jadwal yang tidak teratur. Jika dalam

 Prinsip: memeriksa berat jenis urine dengan alat urinometer  Tujuan: mengetahui kepekatan urine.  Alat

Untuk mendapatkan jarak pupil pada penglihatan jauh dapat dilakukan dengan cara yang sama, namun pasien memfiksasikan penglihatannya pada objek yang jauh.. Selain itu jarak pupil

Penyelidikan ini hanya terhad kepada pengoptimuman pendekatan penindakbalasan (atau lebih tepat lagi algoritma pengesanan batu loncatan) untuk menghasilkan satu pendekatan yang

Melalui identi- fikasi awal hambatan melaluipembelajaran bersama dengan guru PAUD Gugus 11 Arjowinangun untuk menemukenali faktor kegagalan pemahaman pada K13 PAUD dari

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas berkat yang tak berkesudahan serta anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

DESA PEJAMBON KECAMATAN SUMBERREJO BULAN JANUARI TAHUN 2016.. NO

Peran dan Fungsi Tenaga Kesehatan Pada Home Care.. Kondisi