i
PENDAMPINGAN MASYARAKAT
PEDULI PADA POLUSI PENCEMARAN LINGKUNGANDI DESA DEKET KULON KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN
SKRIPSI
DiajukanKepadaUniversitas Islam NegeriSunanAmpel Surabaya
UntukMemenuhi Salah SatuPersyaratanDalamMemperoleh
GelarSarjanaIlmuSosial Islam (S.Sos.I)
Oleh :
MufidatushSholichah
NIM B02211023
PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
JURUSAN MANAJEMEN DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
i
ABSTRAK
Mufidatush Sholichah, B02211023, Pendampingan Masyarakat Peduli Pada Polusi Pencemaran Lingkungan di Desa Deket Kulon Kecamatan Deket Kabupaten Lamongan
Fokus masalah dalam pendampingan yang dilakukan di Desa Deket Kulon adalah polusi pencemaran lingkungan di Desa Deket Kulon. Area persawahan di Desa Deket Kulon kondisi lingkungannya semakin tercemar Hal ini diawali dari adanya industri –industri pabrik yang di dirikan di Desa Deket Kulon. Melihat realita ini, peneliti pun melakukan pendampingan dengan menggunakan metode ABCD (Asset Bassed Community Develepment). Peneliti melakukan inkulturasi terlebih dahulu bersama masyarakat agar bisa membaur masyarakat. Dari pendekatan ini, mengetahui asset yang di miliki masyarakat Desa Deket Kulon. Langkah-langkah dalam melakukan penelitian ini dilakukan dengan cara inkulturasi, mengetahui asset yang masyarakat miliki, merencanakan strategi, melakukan aksi perubahan, pengembangan potensi, evaluasi, dan aksi. Tujuan dari pendampingan yang dilakukan adalah untuk peduli pada polusi pencemaran lingkungan di Desa Deket Kulon. Dalam melakukan aksi perubahan, dan mengembangan potensi yang ada masyarakat pun bersepakat melakukan kegiatan kebersihan lingkungan di mulai dari penanaman-penanaman pada pekarangan rumah, kerja bakti setiap minggu dan pembangunan jalan. Dengan kegiatan ini, akan mengurangi polusi pencemaran lingkungan yang terjadi di Desa Deket Kulon.
Kata kunci :
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
KETERANGAN PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PEENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ………... iv
PERSEMBAHAN ………. v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR GAMBAR ... vii
ABSTRAK ……….. xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang … ………. 1
B. Rumusan Masalah ... 2
C. Tujuan Penelitian ... 3
D. Strategi Pendampingan ... 3
E. Manfaat Hasil Penelitian ………. 5
F. Analisis Stakeholder ………. 6
G. Sistematika Pembahasan ……….. 7
BAB II KAJIAN TEORI a. Asumsi Teori Perubahan ………... 8
b. Kerangka Teori Perubahan Yang Digunakan ……… 12
c. Teori-teori Lingkungan Hidup ………18
d. Prinsip-Prinsip Etika Lingkungan Hidup ……… 20
e. Pendekatan Masyarakat Islam Dan Dakwah Bil Hal ………. 22
f. Pendekatan Berbasis Aset Yang Digunakan Dalam Masyarakat ……….. 25
g. Islam Tentang Lingkungan Hidup ……….. 31
BAB III METODE PENILITIAN a. Pendekatan dan jenis penelitian ………. 35
b. Kehadiran Penelitian ……… 36
c. Lokasi Penelitian ……….. 37
d. Sumber Data Dan Jenis Data ………... 38
f. Tahap-Tahap Penelitian ... .40
g. Teknik Pengumpulan Data ... 41
h. Teknik Analisis Data ... 45
i. Teknik Keabsahan Data ... 47
BAB IV KONDISI WILAYAH a. Letak Geografis ... 52
1) Profil Desa ... 52
2) Kondisi Fisik ... 54
3) Sejarah Desa ... 56
4) Demografi ... 57
5) Pola Kebudayaan ... 60
6) Perekonomian Masyarakat ... 64
7) Pendidikan Masyarakat ... 66
8) Kesehatan Masyarakat ... 67
BAB V PROSES PENDAMPINGAN MASYARAKAT DALAM MENANGGULANGI DAMPAK LINGKUNGAN a. Pengembangan Potensi Pertanian Dalam Program Penghijauan ... 71
b. Dampak Pencemaran Lingkungan ... 76
c. Menggapai Mimpi Masa Depan Dalam Menuju Perubahan ... 80
d. Pemetaan Aset ... 84
e. Menghubungkan Dan Memobilisasi Aset ... 87
f. Monitoring, Pembelajaran dan Evaluasi Aset ... 89
BAB VI PEMBERDAYAAN DAN ETIKA PADA LINGKUNGAN a. Analisis Perubahan Sosial Masyarakat ... 91
b. Perubahan Mindset Masyarakat ... 97
c. Menguatkan Asset Petani Dalam Ekonomi ... 102
BAB VII REFLEKSI PENDAMPINGAN BERBASIS ASSET a. Diawali Dengan Pendekatan Berbasis Kekuatan ... 108
b. Peran Fasilitator ... 109
BAB VIII PENUTUP a. Kesimpulan……… 113
b. Rekomendasi………. 114
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Desa Deket Kulon merupakan desa yang terletak di Kecamatan Deket,
Kabupaten Lamongan. Desa Deket Kulon merupakan wilayah yang letaknya
sangat strategis sangat dekat dengan kota Lamongan.penduduk Desa Deket
Kulon sebagian besar adalah bekerja sebagai petani.di desa ini sudah di kenal
dengan desa penghasil beras terbaik di kabupaten Lamongan.selain beras di
Desa Deket Kulon juga di kenal sebagai penghasil ikan.dalam sistem pertanian
di Desa Deket Kulon mempunyai dua musim yang pertama musim panen ikan
pada pekerjaan menjadi petani memang dilakukan turun temurun di desa ini.
Semakin berkembangnya jaman potensi sebagai petani semakin berkurang
karena adanya industri-industri pabrik yang akan memakai lahan sawah
masyarakat Desa Deket Kulon yang letaknya sebagian di pinggir jalan raya
sebagai lahan industri pabrik.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi adanya industri-industri luar
yang masuk ke dalam wilayah desa. karena memang letaknya yang strategis
juga jumlah UMR yang sedikit hanya Rp.1500.000.para pendiri pembangunan
industri pabrik juga membeli lahan penduduk desa Deket Kulon dengan harga
yang mahal agar penduduk desa setuju dengan menjual lahan sawah untuk di
jadikan industri pabrik.pembangunan lahan industri pabrik mulai ada sejak
tahun 2013 dan berjalan pada tahun 2014.selain industri pabrik lahan pertanian
2
makan, bengkel, alfamart, indomaret, gudang penyimpanan barang dan
lain-lain.
Sebelum adanya pembangunan industri luar yang ada di desa Deket
Kulon kondisi desa sudah berdampak pada polusi asap kendaraan karena letak
desa mereka terletak diantara jalur pantura yang menghubungkan jalan raya
yang menjadi jalan utama yang menghubungkan jalan ke arah lamongan,
gresik, Surabaya, bojonegoro, tuban.jadi banyak kendaraan umum ataupun
pribadi yang melewati desa Deket Kulon jadi polusi kendaraan sudah lama
menjadi keluhan warga Desa Deket Kulon.tetapi sebelumnya belum ada
kesadaran masyarakat Desa Deket Kulon untuk menanggulangi dampak polusi
tersebut. Setelah adanya pembangunan industri pabrik dan industri-industri
lainnya yang ada di desa Deket Kulon masyarakat baru menyadari bahwa
polusi yang terjadi di Desa Deket Kulon mengakibatkan pencemaran pada
lingkungan desa.setelah polusi kendaraan selanjutnya akan terjadi polusi dari
asap pabrik, pembuangan limbah dan dari industri-industri lain yang ada di
desa Deket Kulon.
Pada tahun 2015 masyarakat desa Deket Kulon memulai mengadakan
program kebersihan lingkungan dengan cara melakukan program penghijauan,
membuat desa Deket Kulon menjadi lingkungan yang bersih dan bebas dari
3
B. Fokus Pendampingan
Fokus pendampingan ini diakukan dengan melalui pendekatan
masyarakat dengan mengembangkan potensi yang ada dalam masyarakat
desa Deket Kulon. Potensi masyarakat Desa Deket Kulon adalah sebagian
besar adalah seorang petani. Dalam potensi petani masyarakat desa Deket
Kulon mengembangkannya dengan diadakannya penghijauan. Tujuan utama
diadakannya program penghijauan adalah untuk peduli pada lingkungan desa
Deket Kulon karena adanya pencemaran dan polusi yang terjadi di Desa
Deket Kulon.fasilitator mendampingi dengan mengarahkan masyarakat Desa
Deket Kulon dengan mengadakan program tersebut dengan sebaik-baiknya
dengan menghasilkan program yang baik dan bisa berdampak pada
perekonomian dan lingkungan desa Deket Kulon.
C. Tujuan Peneitian
1. Mengetahui proses pendampingan program penghijauan untuk peduli pada
polusi pencemaran lingkungan di desa Deket Kulon Kecamatan Deket
Kabupaten Lamongan
2. Mengetahui hasil dari pendampingan program penghijauan untuk peduli
pada polusi pencemaran lingkungan di desa Deket Kulon Kecamatan
Deket Kabupaten Lamongan
D. Strategi Pendampingan
1. Inkulturasi
Tahap awal yang dilakukan yaitu inkulturasi, kemudian observasi
4
peneliti mengamati langsung dan tahap awal yaitu memperhatikan kondisi
wilayah dengan melihat keadaan, kondisi, kegiatan yang dilakukan warga.
Dan wawancara kepada warga setempat untuk mengetahui informasi lebih
dalam, mengikuti kegiatan masyarakat agar lebih mengenal dan
mengetahui apa yang ada didalam desa tersebut. Seperti Mapping
(pemetaan), transect, pemetaan kampung, FGD, pelatihan, mengetahui
permasalahan, hasil.
2. Membangun kelompok dengan kordinator wilayah
Langkah selanjutnya yaitu megumpulkan warga dan memulai
perencanaan untuk perubahan dalam hal tersebut sudah ada kesepakatan,
dengan cara masyarakat berpendapat satu sama lain untuk diskusi bersama
antara warga dan kordinator wilayah, sehingga peneliti diterima untuk
mendampingi petani kedelai untuk mengubah cara berfikir bagaimana cara
memanfaatkan potensi petani dalam program penghijauan.
3. Menganalisis problem komunitas petani dalam program penghijauan
Peneliti, petani, dan kordinator wilayah akan mendiskusikan
bersama-sama untuk menemukan masalah atau problem dan
dampak-dampak yang telah terjadi.
4. Menyusun rencana pemecah masalah melalui FGD
Setelah mengumpulkan masyarakat tahap awal melihat beberapa
situasi mengenai kedelai di desa Tlogoagung. ini merupakan hasil diskusi
bersama masyarakat. Aksi ini diharapkan merubah masyarakat agar bisa
5
masyarakat. Aksi ini di rencanakan setelah mengalami beberapa hasil
diskusi dengan masyarakat yang menginginkan adanya penyuluhan
mengenai kebersihan lingkungan agar bisa menanggulangi dampak polusi
pencemaran lingkungan. Dari beberapa orang yang dilakukan masyarakat
setuju untuk diadakanya penyuluhan program tersebut.
5. Melakukan aksi progam pemecahan masalah
Peneliti, masyarakat dan kordinator wilayah akan melakukan aksi
program pemecahan masalah seperti yang telah direncanakan merubah
pola berfikir dengan adanya penyuluhan mengenai penghijauran agar bisa
menanggulangi dampak pada polusi pencemaran lingkungan.
E. Manfaat Hasil Penelitian
Penelitian ini dikerjakan menjadi catatan akademis ilmiah sehingga
munculnya pemanfaatan hasil penelitian ini secara teoritis dan praktis bagi
para pembacannya, antara lain sebagai berikut:
1. Secara Teoritis
Bermanfaat memberikan informasi dan masukan yang dapat
memperjelas konsep maupun teori tentang pendampingan program
kebersihan lingkungan penghijauan terhadap peduli pada polusi pada
pencemaran lingkungan . Secara umum semua pihak yang membaca hasil
penelitian ini akan mengetahui bagaimana cara membuat program
penghijauan, kebersihan lingkungan untuk peduli pada polusi pencemaran
lingkungan di Desa Deket Kulon Kabupaten Lamongan.
6
Manfaat secara praktisnya dari hasil penelitian ini bagi para
pembaca khususnya mahasiswa jurusan Pengembangan Masyarakat Islam
sebagai refrensi dalam menangani pendampingan yang akan dibuat
pendampingan nantinya.
F. Analisis Stakeholder
Pihak-pihak yang terkait dan ikut serta dalam membantu proses
pendampingan petani kedelai ini yaitu:
1. Perangkat desa
Dalam melaksanakan penelitian seprti ini tidak lepas dari dukungan
perangkat desa terutama dari Kepala Desa, tanpa seizin beliau tidak
mungkin peneliti bisa membuat pelatihan di desa tersebut, selain itu jika
peneliti mengingikan masyarakat untuk berkumpul menjadi lebih mudah
dan tidak takut dengan sesuatu yang tidak di inginkan, kalaupun ketika
focus pendampingan dan pelatihan beliau ikut lebih bagus dan lebih
mudah masyarakat untuk bersuara untuk pemberdayaan masyarakat.
2. Tokoh masyarakat
Tokoh masyarakat disini akan banyak membantu dan menggali data
petani mana saja yang mempunyai sawah dan ladang, dan mencari
informan yaitu bapak Sunandar ketua kelompok tani dan bapak Mayon
selaku kepala Desa yang bisa mengajak masyarakat untuk berpatisipasi
7
dijadikan informan yang bisa diandalkan untuk proses penelitian dalam
proses pendampingan.
G. Sistematika Pembahasan
Dalam pembahasan skripsi ini, ada VII bab mengenai pembahasan
yang menjadi bahasan dalam memaparkan penulisan yang sesuai denga focus
peneliti, sistematikanya yaitu.
Bab 1 : menjelaskan tentang judul skripsi yang diambil penulis atara lain
yaitu peduli pada dampak , latar belakang, rumusan maslah, tujuan riset
pendampingan, Fokus Riset Pendampingan, strategi pendampingan,
perencanaan oprasional, sistematika pembahasan.
Bab II : kerangka teori
Bab III : Metode penelitian yang didalamnya menjelaskan metode penelitian
kualitatif yang digunakan dalam proses pendampingan.
Bab IV : Kondisi Wilayah
Bab V :Proses Pendampingan
Bab VI : Pemberdayaan dan etika pada lingkungan
Bab VII :Refleksi
8
BAB II
KAJIAN TEORI
Teori pada dasarnya adalah petunjuk (guide) dalam melihat realitas di masyarakat. Teori
dijadikan paradigma dan pola pikir dalam membedah suatu permasalahan di tengah masyarakat.
Begitu pula dengan pendekatan yang digunakan dan dilakukakan tentu saja tidak bisa jauh dari
teori yang telah ada dan telah disediakan. Bagi fasilitator pendampingan tetap harus melihat
kaidah yang ada, walaupun kadang kala kejadian yang ada dilapangan tidak terduga.
Pendampingan ini menggunakan pendekatan pengembangan masyarakat Asset Based Community
Development (ABCD), yang mengutamakan pemanfaatan aset dan potensi yang ada disekitar dan
dimiliki oleh masyarakat. Untuk kemudian digunakan sebagai bahan yang memberdayakan
masyarakat itu sendiri.
A. Asumsi Teori Perubahan
Salah satu tantangan pembangunan di Indonesia saat ini adalah mengatasi masalah
pengangguran dan kesempatan kerja. Sulitnya mengatasi masalah tersebut karena jumlah
pencari kerja relatif banyak, sementara mutu pendidikan dan keterampilannya rendah atau
tidak sesuai dengan permintaan lapangan kerja karena persaingan dalam arena pasar kerja
yang melibatkan pencari kerja dengan kemampuan memadai yang dibutuhkan oleh sektor
formal sangat tinggi. Bertolak dari keadaan inilah, sektor informal menjadi kantong
penyangga bagi para pencari kerja yang kurang kompetitif tersebut sehingga aktifitas pada
sektor ini termanifestasi dalam banyak bentuk usaha seperti perdagangan, industri kecil,
macam-macam jasa dan sebagainya.
Pada dasarnya Setiap warga dalam masyarakat mempunyai kesempatan dan memiliki
keinginan untuk mencapai status dan penghasilan yang yang lebih tinggi. Keinginan untuk
9
impian setiap orang. Letak suatu desa yang strategis merupakan suatu kondisi yang mana
menjadikan masyarakatnya sejahtera. Karena secara tidak langsung peluang yang diberikan
sangat besar untuk mengembangkan sumberdaya manusia yang kreatif.
Ketika masyarakat mampu memanfaatkan hal tersebut, maka suatu komunitas
tersebut bisa dikatakan sebagai masyarakat atau komunitas yang mandiri atau berdaya.
Namun beda halnya ketika masyarakat atau komunitas tidak mampu memanfaatkan semua
itu. Perubahan-perubahan yang terjadi disetiap tahunnya merupakan suatu fase yang di picu
oleh adanya suatu ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih yang tidak lain
merupakan suatu perubahan sosial.
Perubahan sosial merupakan gejala umum yang terjadi dalam masyarakat yang perlu didekati
dengan model pemahaman yang lebih rinci dan khusus. Upaya tersebut untuk mendapatkan kejelasan
substansial sehingga berguna untuk memahami dinamika kehidupan masyarakat.1
Menurut teori perubahan sosial yang dikemukakan oleh August Comte membagi
dalam dua konsep penting yaitu Social Static (bangunan structural) dan Social Dynamics
(dinamika structural). Yang mana bangunan structural merupakan hal-hal yang mapan,
berupa stuktur yang berlaku pada suatu masa tertentu. Bahasan utamanya mengenai struktur
sosial yang ada di masyarakat yang melandasi dan menunjang orde, tertib dan kestabilan
masyarakat.
Sedangkan dinamika sosial merupakan hal-hal yang berubah dari suatu waktu
ke-waktu yang lain, yang dibahas adalah dinamika sosial dari struktur yang berubah dari ke-waktu
kewaktu. Dinamika sosial adalah daya gerak dari sejarah tersebut, yang pada setiap tahapan
evolusi manusia mendorong ke masa (generasi) ke masa berikutnya. Struktur dapat
10
digambarkan sebagai hierarchy masyarakat yang memuat pengelompokan masyarakat
berdasarkan kelas-kelas tertentu (elite, middle, dan lower class). Sedangkan dinamika sosial
adalah proses perubahan kelas-kelas masyarakat itu dari satu masa kemasa yang lain.
Perubahan sosial pun memiliki ciri yaitu berlangsung terus menerus dari waktu
kewaktu, apakah direncanakan atau tidak yang terus terjadi tak tertahankan. Perubahan
adalah proses yang wajar, alamiah sehingga segala sesuatu yang ada di dunia ini akan selalu
berubah. Perubahan akan mencakup suatu sistem sosial, dalam bentuk organisasi sosial yang
ada di masyarakat, perubahan dapat terjadi dengan lambat, sedang atau keras tergantung
situasi yang mempengaruhinya.2
Tentu setiap masyarakat mempunyai impian-impian yang di inginkan untuk
kehidupan mereka kedepannya. Karna bayangan tentang masa depan akan mengarahkan
jalannya perubahan dalam masayarakat itu.3 Dalam artian positif impian tentang masa depan
berfungsi mengarahkan tindakan apa saja yang akan dilakukan maupun direncanakan oleh
masyarakat. Dengan adanya impian tersebut masyarakat mengerti apa yang mereka inginkan
maupun butuhkan.
Setiap perubahan yang terjadi dimasyarakat, tidak selalu berarti bahwa semua harus
seragam dan harus semodern barat. Namun bagimana masyarakat menyiasati perubahan
tersebut sebagai peubahan yang menuju kebaikan. Dalam artian merubah pola pikir atau
mindset yang ada dalam masyarakat, ketika pola pikir berubah maka dengan sedirinya
masyarakat akan sadar apa yang menjadikan masyarakat berdaya dan mampu memanfaatkan
potensi di sekelilingnya.
2Ibid,. Hal. 9-10
11
Masyarakat disini berarti suatu jaringan kelompok dan individu yang saling terikat
dalam hubungan atas-bawah. Karena itu setiap upaya melaksanakan perubahan, perlu
mobilisasi dan memanipulasi kekuasaan terhadap orang lain. Strategi kekuasaan benar-benar
adalah rencana untuk mengiring perubahan yang mengakui fakta mendasar kehidupan sosial
ini.4 Sebagai sebuah proses pemberdayaan, serangkaian aktivitas yang terorganisir dan
ditujukan untuk meningkatkan kekuasaan, kapsitas atau kemampuan personal, interpersonal
sehingga individu maupun masyarakat mampu melakukan tindakan guna memperbaiki
situasi-situasi yang mempengaruhi kehidupannya.
Kekuasaan yang dimaksudkan adalah bagaimana mempelajari diri kita, lembaga kita
dan anggotanya untuk mengetahui jenis kekuasaan yang dimiliki. Intinya menyangkut
kemampuan untuk mempengaruhi dan membuat orang berpihak pada apa yang diharapkan.
Dalam melakukan perubahan memang tidaklah mudah, tetapi bukan hal yang mustahil untuk
dilakukakan. Yang terpenting adalah dapat memetakan dan mengidentifikasi kekuatan yang
dimiliki secara strategis.
B. Kerangka Teori Perubahan Yang Digunakan
Dalam teori perubahan ada beberapa kerangka dasar atau fondasi teori menjadi
bagian dari teori perubahan bagi pendekatan berbasis kekuatan.5
1. Keberlimpahan Masa Kini
Setiap orang punya kapasitas, kemampuan, bakat dan gagasan. Setiap kelompok
punya sistem dan sumber daya yang bisa digunakan dan diadaptasi untuk sebuah proses
perubahan. Begitu pula dengan pedagang klontong yang ada di Desa Deket Kulon,
mereka mempunyai suatu kapasitas, kemampuan, bakat dan gagasan serta mempunyai
4Robert H. Lauer (1993). Perspektif Tentang Perubahan Sosial. Jakarta : PT Rineka Cipta. Hal. 496-497 5Christoper Dereau,2013. Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan. TT: Australian Community
12
sistem dan sumberdaya yang bisa dimanfaatkan, digunakan dan di adaptasi untuk proses
menuju perubahan.
2. Pembangunan ‘Inside Out’ Atau Dari Dalam Ke Luar
Perubahan yang bermakna dan berkelanjutan pada dasarnya bersumber dari dalam
dan orang merasa yakin untuk menapak menuju masa depan saat mereka bisa
memanfaatkan kesuksesan masa lalunya. Impian masyarakat Deket Kulon untuk menjadi
yang lebih baik, tidak terlepas dari kesuksesan di masa lampau yang ingin masyarakat
ulang kembali. Dengan melakukan perubahan untuk meraih masa depannya.
3. Proses Apresiatif
Setiap orang atau kelompok punya pilihan untuk melihat realitas dari sisi positif
maupun negative. Seperti melihat sebuah gelas sebagai setengah penuh atau setengah
kosong. Pendekatan berbasis kekuatan menggunakan teori ini untuk menawarkan
pandangan bahwa sementara selalu ada dua sisi untuk realitas apa pun, memusatkan
perhatian pada kedua sisi positif dan negative akan memberi gambaran realitas yang lebih
lengkap, tetapi memusatkan perhatian pada hal yang positif. Pendekatan berbasis
kekuatan bersengaja mengamati dan mendorong sisi realitas yang bisa di gunakan atau
dimanfaatkan. Pendekatan berbasis kekuatan melacak apa yang ingin dilihat lebih banyak
dan mengembangkan apa yang telah berhasil sejauh ini.
4. Pengecualian Positif
Dalam setiap komunitas sering sekali ada sesuatu yang bekerja dengan baik dan
seseorang yang berhasil secara istimewa, kendati menggunakan sumber daya yang sama.
Ini adalah prinsip yang mendasari teori Positive Deviance. Menurut teori ini titik mula
13
menggunakan sumber daya yang sama. Titik awal perubahan adalah mengamati perilaku
yang patut untuk di contoh.
5. Konstruksi Sosial Atas Reliatas
Tidak ada situasi sosial yang telah ditentukan sebelumnya. Kita selalu
mengkonstruksi sendiri realitas yang dijalani, apapun yang dilakukan merupakan langkah
pertama menuju apa yang ingin diwujudkan. Appreciative Inquiry dan pendekatan
berbasis aset beranjak dari teori ini. Banyak pendekatan berbasis aset yang menyatakan
bahwa kita bergerak menuju realitas yang paling menarik perhatian. Apa yang di
bicarakan menjadi focus dan apa yang diinginkan sangat mungkin terwujud karena kita
selalu menciptakan peluang dan membuat pilihan untuk mewujudkannya. Bahkan apa
yang ingin diketahui, dan saat mulai proses pencarian, maka mulailah proses perubahan.
Jadi jika ingin perubahan yang positif maka harus cari tahu tentang berbagai hal yang
paling mungkin membuat perubahan itu terjadi. sama halnya jika ini terjadi di masyarakat
Deket Kulon ingin mengalami sebuah perubahan, maka masyarakat harus mencari tahu
hal apa yang bisa merubah menjadi lebih baik tersebut
6. Hipotesis Heliotropik
Sistem –sistem sosial berevolusi menuju gambaran paling positif yang mereka
miliki tentang dirinya. Mungkin hal ini tidak disadari atau didiskusikan secara terbuka
namun gambaran-gambaran itu menjelaskan alasan mengapa melakukan hal-hal tertentu.
Hal ini menggunakan dan menyatakan bahwa ketika gambaran masa depan positif,
memberi semangat dan inklusif, maka kemungkinan besar akan lebih terlibat serta
mempunyai energi yang lebih besar untuk mewujudkannya. Selalu yakin bahwa
14
sesuatu yang negative atau tidak diinginkan. Masyarakat Deket Kulon harus
meninggalkan sisi yang tidak baik dan mengembangkan sisi yang baik dengan realitas
yang ada sekarang.
7. Dialog Internal
Mengukur dan mempengaruhi bagaimana sebuah organisasi berfungsi dengan
memperhatikannya dan mengubah dialog internal yang terjadi di dalam organisasi
tersebut. Riset oleh Profesor Marsial Losada dan Barbara Fredrickson tentang organisasi
dengan kinerja tinggi dan rendah memperlihatkan efek ini. Mereka memberikan beberapa
bukti untuk menunjukkan bahwa jika sebagian besar hubungan berdasarkan interaksi
positif, maka besar kemungkinan hubungan tersebut akan berkembang. Akibatnya jika
dialog internal positif, terbuka terhadap perubahan dan kalaboratif maka organisasi itu
akan menjadi lebih kuat. Mengambil teori ini dengan menyatakan bahwa jika suatu
komunitas yang ada focus pada kekuatan dan kesuksesan maka akan bisa menemukan
energy yang lebih besar untuk perubahan dan bisa menciptakan lingkungan yang
mendukung terjadinya perubahan, itulah yang harus dilakukan oleh masyarakat Deket
Kulon.
8. Keterlibatan Seluruh Sistem
Cara berfikir sistem atau Systems Thinking (bagaimana segala sesuatu bekerja
dalam sistem atau saling terhubung, dengan masing-masing bagian saling mempengaruhi
dalam menentukan apa yang akan terjadi) di adaptasi untuk diterapkan pada sistem sosial
dan organisasi oleh Peter Chekland dan telah menjadi apa yang sekarang dikenal sebagai
Soft Systems Metodology (SSM). Metodologi ini beranggapan bahwa sebuah organisasi
15
menemukan cara untuk mempengaruhi bagian-bagian dalam rantai unit yang saling
berinteraksi. AI menggunakan sebagian teori dibalik Systems Thinking dan Soft Systems
Metodology (SSM) dengan menawarkan bahwa jika ingin melakukan perubahan seluruh
sistem harus dilibatkan keseluruhan organisasi dan mitranya, semua yang berhubungan
dengan apa yang sedang diusahakan.
9. Teori Naratif
Penggunaan percakapan seni terstruktur makin sering digunakan dan dilihat
sebagai cara mendorong pemahaman dan focus komunitas pada apa yang menjadi
kepedulian bersama kelompok. Percakapan merupakan bentuk lain dalam mendorong
bertutur cerita di format yang terlalu terstruktur. Percakapan adalah belajar
mengidentifikasi apa yang di anggap penting lewat suasana terbuka dan tidak terlalu
formal. Salah satu contoh adalah World Café yang biasanya dipakai sebagai pertemuan
kelompok yang sedang mencari arah dan dijelaskan sebagai usaha interaksi pemikiran
yang lewat percakapan tentang pertayaan yang benar-benar penting. Dalam melakukan
wawancara atau percakapan yang jelas dan lugas untuk memahami fokus kelompok
masyarakat atau komunitas yang akan menjadi cerita yang jelas dan baik.
C. Teori-teori Lingkungan Hidup
Teori-teori yang ada dalam etika lingkungan hidup, antara lain:
a. Teori Antroposentrisme
Antroposentrisme adalah teori etika lingkungan hidup yang memandang manusia
sebagai pusat dari sistem alam semesta. Antroposentrisme juga merupakan teori filsafat
yang mengatakan bahwa nilai dan prinsip moral hanya berlaku bagi manusia dan bahwa
16
Bagi teori ini, etika hanya berlaku pada manusia. Maka, segala tuntutan mengenai
perlunya kewajiban dan tanggung jawab moral manusia terhadap lingkungan hidup
dianggap sebagi tuntutan yang berlebihan, tidak relevan, dan tidak pada tempatnya.6
Kewajiban dan tanggung jawab moral manusia terhadap lingkungan hidup
semata-mata demi memenuhi kepentingan sesame manusia. Kewajiban dan tanggung
jawab terhadap alam hanya merupakan perwujudan kewajiban dan tanggung jawab
moral terhadap sesame manusia. Bukan merupakan perwujudan kewajiban dan tanggung
jawab moral manusia terhadap alam itu sendiri.7
b. Teori Biosentrisme
Menurut Albert Schweitzer dalam buku A. Sonny Keraf, etika biosentrisme
bersumber pada kesadaran bahwa kehidupan adalah hal sacral. Kesadaran ini mendorong
manusia untuk selalu berusaha mempertahankan kehidupan dan memperlakukan
kehidupan dengan sikap hormat. Bagi Albert Szhweitzer, orang yang benar-benar
bermoral adalah orang yang tunduk pada dorongan untuk membantu semua kehidupan,
ketika ia sendiri mampu membantu dan menghindari apapun yang membahayakan
kehidupan.8
Etika biosentrisme didasarkan pada hubungan yang khas antara manusia dan
alam, dan nilai yang ada pada alam itu sendiri. Alam dan seluruh isinya mempunyai
harkat dan nilai di tengah dan dalam komunitas kehidupan di bumi. Alam mempunyai
nilai karena ada kehidupan di dalamnya. Terlepas dari apapun kewajiban dan tanggung
jawab moral yang manusia miliki terhadap sesama manusia, manusia mempunyai
6 A. Sonny Keraf, Etika Lingkungan Hidup (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2010), hal. 47-48. 7 Ibid, hal. 48.
17
kewajiban dan tanggung jawab moral terhadap semua makhluk di bumi ini demi
kepentingan manusia.9
c. Teori Ekosentrisme
Teori ekosentrisme menawarkan pemahaman yang semakin memadai tentang
ingkungan. Kepedulian moral diperluas sehingga mencakup komunitas ekologis
seluruhnya, baik yang hidup maupun tidak. Ekosentrisme semakin diperluas dalam deep
ecology dan ecosophy yang sangat menggugah pemahaman manusia tentang
kepentingan seluruh komunitas ekologis. Deep ecology menuntut suatu etika baru yang
tidak berpusat pada manusia, melainkan berpusat pada keseluruhan kehidupan dengan
upaya mengatasi persoalan lingkungan hidup.10
Paham ekosentrisme semakin diperluas dan diperdalam melalui teori deep
ecology yang menyebut dasar dari filosofi Arne Naess tentang lingkungan hidup sebagai
ecosophy, yakni kearifan mengatur hidup selaras dengan alam. Dengan demikian,
manusia dengan kesadaran penuh diminta untuk membangun suatu kearifan budi dan
kehendak untuk hidup dalam keterkaitan dan kesaling tergantungan satu sama lain
dengan seluruh isi alam semesta sebagai suatu gaya hidup yang semakin selaras dengan
alam.11
D. Prinsip-prinsip Etika Lingkungan Hidup
Unsur pokok dalam prinsip etika lingkungan hidup ada dua, yang pertama komunitas
moral tidak hanya dibatasi pada komunitas sosial, melainkan mencakup komunitas ekologis
seluruhnya. Kedua, hakikat manusia bukan hanya sebagai makhluk sosial, melainkan juga
9 A. Sonny Keraf, Etika Lingkungan Hidup… hal. 68-69.
10 Antonius Atosokhi Gea & Antonina Panca Yuni Wulandari, Relasi dengan Dunia (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2005), hal. 58-59.
18
makhluk ekologis. Prinsip-prinsip ini dimaksudkan sebagai pedoman untuk melakukan
perubahan kebijakan sosial, politik, dan ekonomi untuk lebih berpihak pada lingkungan
hidup dan dapat mengatasi permasalahan yang terjadi pada lingkungan sekarang ini. Semua
teori etika lingkungan hidup mengakui bahwa alam semesta perlu dihormati. Pada teori
antroposentrisme menghormati alam karena kepentingan manusia bergantung pada
kelestarian dan integritas alam. Sedangkan pada teori biosentrisme dan ekosentrisme
beranggapan bahwa manusia mempunyai kewajiban moral untuk menghargai alam semesta
dengan segala isinya karena manusia adalah bagian dari alam dan karena alam mempunyai
nilai pada dirinya sendiri.12
Secara khusus, sebagai pelaku moral, manusia mempunyai kewajiban moral untuk
menghormati kehidupan, baik pada manusia maupun pada makhluk lain dalam komunitas
ekologis seluruhnya. Menurut teori DE dalam buku A. Sonny Keraf, manusia dituntut untuk
menghargai dan menghormati benda-benda nonhayati karena semua benda di alam semesta
mempunyai hak yang sama untuk berada, hidup, dan berkembang. Alam mempunyai hak
untuk dihormati, bukan hanya karena kehidupan manusia bergantung pada alam, tetapi
karena kenyataan ontologis bahwa manusia adalah bagian integral alam dan sebagai anggota
komunitas ekologis. Sikap hormat terhadap alam lahir dari relasi kontekstual manusia dengan
alam dalam komunitas ekologis.13
Manusia berkewajiban menghargai hak semua makhluk hidup untuk berada, hidup,
tumbuh, dan berkembang secara alamiah. Sebagai perwujudan nyata, manusia perlu
memelihara, merawat, menjaga, melindungi, dan melestarikan alam beserta seluruh isinya.
19
Manusia tidak boleh merusak dan menghancurkan alam beserta seluruh isinya tanpa alasan
yang benar.14 Alam dan seluruh isinya juga berhak untuk dicintai, disayangi, dan mendapat
kepedulian dari manusia. Kasih sayang dan kepedulian muncul dari kenyataan bahwa semua
makhluk hidup mempunyai hak untuk dilindungi, dipelihara, tidak disakiti, dan dirawat.15
Terkait dengan prinsip hormat kepada alam merupakan tanggung jawab moral
terhadap alam. Setiap bagian dan benda di alam semesta ini diciptakan oleh Tuhan dengan
tujuannya masing-masing terlepas dari untuk kepentingan manusia atau tidak. Oleh sebab itu,
manusia sebagai bagian dari alam semesta bertanggung jawab pula untuk menjaga alam.
Tanggung jawab ini bukan saja bersifat individual melainkan kolektif. Tanggung jawab
moral menuntut manusia untuk mengambil prakarsa, usaha, kebijakan, dan tindakan bersama
secara nyata untuk menjaga alam semesta dengan segala isinya. Hal ini berarti, kelestarian
dan kerusakan alam merupakan tanggung jawab bersama seluruh umat manusia. Tanggung
jawab ini juga terwujud dalam bentuk mengingatkan, melarang dan menghukum yang
merusak dan membahayakan alam.16
E. Pengembangan Masyarakat Islam Dan Dakwah Bil Hal
Pengembangan masyarakat Islam adalah salah satu wujud dakwah bil hal. Karena
pengembangan Islam menawarkan sistem tindakan nyata yang menawarkan model
pemecahan masalah dalam bidang sosial, ekonomi, lingkungan, politik, budaya yang
mengacu pada perspektif Islam.17
14 A. Sonny Keraf, Etika Lingkungan Hidup… hal. 168-169. 15 A. Sonny Keraf, Etika Lingkungan Hidup… hal. 172-173. 16 A. Sonny Keraf, Etika Lingkungan Hidup… hal. 169.
20
18 Manusia adalah makhluk sosial seperti yang diterangkan dalam Al- Qur’an, surat Al – Hujurat : 13 yang berbunyi :
Artinya : Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.(Q.S. Al – Hujurat : 13).19
Dari isi surat di atas dapt diketahui bahwasanya manusia secara fitri adalah makhluk
sosial dan hidup bermasyarakat adalah suatu keniscayaan bagi mereka. Sedangkan gerakan
sosial adalah tindakan kolektif yang terorganisir secara longgar untuk menghasilkan
perubahan dalam masyarakat.
Pada dasarnya perubahan adalah suatu kemestian, sebab setiap ciptaan Allah pasti
akan mengalami perubahan, baik dalam arti perubahan yang menuju perkembangan atau
menuju kemusnahan. Sebab seluruh ciptaan tuhan pasti hancur kecuali tuhan sendiri.
Perubahan yang yang dimaksud oleh manusia bukan secara individu melainkan perubahan
antar pribadi seluruh komunitas masyarakat.20
Giddens dalam J. Dwi Narwoko,21 mengatakan kita hidup di era perubahan sosial
yang mengagumkan, yang ditandai dengan transformasi yang sangat berbeda dari yang perna
terjadi sebelumnya. Yang demikian yang berarti bahwa realitas sosial adalah sebuah
perubahan. Perubahan yang terjadi dalam suatu kelompok atau komunitas masyarakat adalah
perubahan yang bersifat positif maupun negative. Selanjutnya Ginsberg mengatakan bahwa
18Ahmad Amirullah. 1986. Dakwah Islam dan Perubahan Sosial. PLP2M, Jakarta. Hal. 47
19Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: pesan, kesan dan keserasian Al-Qur’an, (Jakarta, Lentera Hati. 2002) 20Agus Afandi,dkk.,2014. Modul Participatory Action Research. Surabaya: LPPM UIN Sunan Ampel. Hal 33 21J. Dwi Narwoko – Bagong Suyanto, 2004. Sosiologi Teks, Pengantar dan Terapan, Cet. I Jakarta: Prenada Media.
21
perubahan sosial sebagai suatu perubahan penting dalam struktur sosial, termasuk
didalamnya perubahan norma, nilai, dan fenomena cultural. Satu hal yang perlu diingat
bahwasanya setiap masyarakar pasti akan mengalami sebuah perubahan, meskipun dalam
masyarakat primitive dan masyarakat kuno sekalipun.
Surat Al-A’raf ayat 56
عْدا ا حَْصإ دْعب ض ْ ْْا يف ا دسْفت َ نم بيرق هَللا ت ْح َ إ ۚ اع ط اف ْ خ
ني سْح ْلا
Artinya:
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya
dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat
baik.” (QS: Al-A'raf Ayat: 56)
Surat Ar-Rum ayat 41-42
َلعل ا ْ ل ع ْ َلا ضْعب ْم قْي يل ساَ لا دْيا ْتبسك ا ب رْحبْلا ربْلا ف داسفْلا ر ظ ْ عج ْري ْم
َ
Artinya:
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka,
agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS: Ar-Rum Ayat: 41)
F. Pendekatan Berbasis Aset Yang Digunakan Dalam Masyarakat
Pendekatan berbasis aset adalah perpaduan antara metode bertindak dan cara berfikir
tentang pembangunan. Aset bukan hanya sekedar sumberdaya yang dapat digunakan
manusia untuk membangun penghidupan. Melainkan aset memberikan kemampuan untuk
menjadi dan bertindak. Pemikiran berbasis aset dan pemetaan aset telah menjadi bagian dari
pembangunan komunitas, terutama melalui pendekatan penghidupan berkelanjutan
(Sustainable Livelohoods Approach) dan pengembangan komunitas berbasis aset (Assat
22
Pendekatan berbasis aset yang paling maju berasal dari apa yang dinamakan
Appreciative Inquiry, yang berarti sebuah filosofi perubahan positif dengan pendekatan
siklus 5-D. pendekatan ini sukses digunakan dalam proyek-proyek perubahan skala kecil
dan besar, oleh ribuan organisasi di seluruh dunia. Dasar dari AI adalah sebuah gagasan
sederhana, yaitu organisasi akan bergerak menuju apa yang mereka pertanyakan.22
Yang membedakan Appreciative Inquiry dari metedologi perubahan lainnya adalah
sengaja mengajukan pertanyaan positif untuk memancing percakapan konstruktif dan
tindakan inspiratif dalam organisasi. Appreciative (apresiasi) menghargai melihat apa yang
baik pada sekitar, mengakui kekuatan, kesuksesan dan potensi masa lalu dan masa kini,
memahami hal-hal yang memeberi hidup (kesehatan, vitalitas, keunggulan) pada sistem
yang hidup, meningkat dari segi nilai. Inquire (mengeksplorasi dan menemukan), bertanya
terbuka untuk melihat potensi dan kemungkinan baru yang mungkin muncul.
Tahap pertama yakni Discovery maksudnya yaitu menemukan kembali serta
menghargai apa yang dulu perna menjadi sebuah kesuksesan individu dan komunitas.
Dengan mengulang cerita kesuksesan tersebut mengajak masyarakat menemukan
peristiwa-peristiwa yang paling membanggakan yang perna dilakukan komunitas pedagang klontong.
Cerita ini dapat membuat masyarakat menghargai kekuatan dan saling berbagi satu sama
lain.
Tahap kedua yakni Dream maksudnya mengajak masyarakat membayangkan impian
yang meraka inginkan dan paling mungkin terwujud. Impian-impian dimunculkan dari
contoh-contoh nyata masa lalu yang positif. Masyarakat di ajak untuk kreatif untuk
23
mewujudkan impiannya, dengan mengungkapkan dalam bahasa dan gambaran yang di
inginkan. Dengan begitu akan mudah di ingat yang ingin dicapai dalam hidupnya.
Tahap ketiga Design maksudnya proses dimana masyarakat atau komunitas terlibat
dalam proses belajar tentang kekuatan atau aset yang dimiliki agar mampu untuk
memanfaatkannya dalam cara yang konstruktif, inklusif dan kalaboratif untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan sendiri. Masyarakat merancang apa yang diimpikan untuk
mencapai mimpi-mimpi dengan melakukan langkah-langkah yang mendekati mimpi
tersebut.
Tahap keempat Define maksudnya ketika masyarakat Ngaban menemukan apa yang
di impikan dan merencanakan lalu mereka dapat menemukan langkah untuk mewujudkan
keinginan yang diinginkan masyarakat Deket Kulon bisa tercapai.
Dan tahap yang terakhir adalah Destiny maksudnya bagaimana menentukan langkah
untuk mewujudkan masa depan yang di inginkan. Tahap serangkaian tindakan
memberdayakan, belajar, menyesuaikan atau improvisasi. Dimana masyarakat sudah
menemukan kekuatan, melakukan apa yang seharusnya dilakukan sehingga mereka akan
dapat mewujudkan apa yang diingikan selama ini.23
Semua tahap tersebut merupakan upaya dalam mengulang kembali apa yang perna
terjadi dan berhasil dilakukan oleh masyarakat. Serta untuk menuju pembangunan sosial
dalam meningkatkan kemampuan masyarakat dalam segi akademis, kesadaran maupun skill
yang digunakan sebagai sarana aktualisasi dalam kehidupan mereka. Dengan kata lain
memberikan daya atau kekuatan bagi masyarakat atau empowerment.24
23Dureau, C (2009). Applying an Asset Based Approach to Community Development and Civil Society Strengthening.Matrix Internasional Consulting (Privatecirculation, unpublished)
24
Pengembangan masyarakat merupakan salah satu metode pekerjaan sosial yang
memiliki tujuan untuk memperbaiki kualitas masyarakat melalui pendayagunaan aset-aset
yang ada pada diri masyarakat itu sendiri dengan perinsip partisipasi sosial.25 Dengan
demikian, praktik pemberdayaan masyarakat sebagai sebuah proses, harus menunjukkan
partisipasi aktif antara pekerja sosial dan masyarakat dimana mereka terlibat dalam proses
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi.
Gaventa menyajikan pemahaman dinamis bagaimana kekuasaan beroperasi
danberpengaruh terhadap proses pemberdayaan, bagaimana kepentingan yang berbeda dapat
terpinggirkan dan pengambilan keputusan dan strategi yang dibutuhkan untuk meningkatkan
inklusi daklam proses pemberdayaan. Dalam teori ini memandang bahwa kekuasaan
digunakan di tiga kontinum yaitu space sebuah arena atau ruang kekuasaan diciptakan.
Place adalah tingkat structural atau tempat-tempat keterlibatan individu atau kelompok
dalam pengambilan kebijakan. Sedangkan power adalah tingkat visibilitas kekuasaan dari
setiap anggota dalam institusi pemberdayaan.26
Dengan istilah place (ruang), Gaventa mengacu pada arena kekuasaan yang berbeda
dimana pengambilan keputusan terjadi dan dimana kekuasaan beroperasi serta bagaimana
ruang-ruang tersebut tercipta. Kemudian, Gaventa membedakan ruang kekuaasaan ini
menjadi tiga jenis. Pertama, ruang yang disedikan atau tertutup, dimana ruang ini
dikendalikan oleh kelompok elite dan tidak bisa dimasuki oleh kalangan bawah. Dalam
proses pemberdayaan, sekat ruang harus dihalangkan agar tidak ada batas di antara semua
pihak.
25Edi Suharto. Analisis Kebijakan Publik. Ed. Revisi. (Bandung: CV. Alfabeta, 2008).Hal.37
25
Dengan demikian proses pemberdayaan semakin terbuka, tidak menutup berbagai
usulan dan kritikan dari kelompok sehingga hubungan menjadi harmonis dan seirama
menuju tujuan. Kedua invited “diundang” dalam meningkatkan legitimasi beberapa pembuat
kebijakan yang menciptakan ruang bagi orang luar. Konsep power cube menawarkan
beberapa kemungkinan pengaruh tetapi tidak mungkin bahwa ruang ini akan menciptakan
ruang nyata untuk perubahan jangka panjang. Orang luar hanya diminta berparkir dan hanya
diundang untuk merumuskan kebijakan, sedangkan tali kebijakan tetap dipegang oleh
kalangan elite tersebut. Karena itu orang luar yang diundang untuk ikut serta dalam
pengambilan keputusan sebenarnya tidak memiliki hak atas hasil putusan tersebut.
Ketiga adalah ruang claimed “diklaim”, ruang ini memberikan dampak kurang
kuatnya kesempatan bagi mereka yang ikut berpartisipasi untuk mengembangkan agenda
kegiatan yang telah dirumuska, karena menciptakan control tanpa batas dari pemegang
kekuasaan. Dalam desa Ngaban kepala desalah yang melakukan control dari kegiatan yang
berlangsung didesanya namun kepala desa sebagai pemegang kuasa tidak membatasi
masyarakat dalam melakukak kegiataan kreatifitas warganya.
Menurut Gaventa kondisi demikian akan membawa mereka ke suasana yang lebih
bebas dan meningkatkan partisipasinya dalam mengambil keputusan dalam
pendampingan.27 Pengambilan keputusan terjadi diberbagai arena atau tempat kekuasaan di
lingkup local, nasional maupun internasional. Teori power cube menekankan pentingnya
pemahaman interaksi antar tingkat kekuasaan atau tempat keterlibatan dalam suatu institusi
pemberdayaan. Dalam hal ini Gaventa membedakan tiga tempat (Place) keterlibatan yaitu
tingkat internasional, nasional dan local. Konsep ini juga mengacu pada jajaran structural
dalam organisi.
26
Berikut ini adalah berbagai bentuk dimensi pemberdayaan yang ditawarkan oleh
Gaventa.
1. Pemberdayaan Ekonomi, konteks ini adalah bentuk upaya untuk memastikan bahwa
individu memiliki skill yang tepat, kemampuan sumber daya akses pendapatan dan
penghidupan yang tepat dan berkelanjutan.28
2. Pemberdayaan individu dan sosial pemberdayaan sebagai proses sosial multidimensi
yang membantu individu mendapatkan control atas kehidupan yang mereka hadapi.
Konteks kekuatan ini lebih mengarah pada kemauan, keahlian dan relasi yang sifatnya
individu dan sosial
3. Pemberdayaan politik adalah suatu kemampuan untuk menganalisa, mengatur dan
memobilisasi dirinya agar bisa berubah secara positif.
4. Pemberdayaan budaya adalah kemampuan mendefinisikan kembali aturan atau norma
yang menciptakan praktik-praktik budaya dan simbolik yang bisa membelenggu diri
manusia.
G. Islam Tentang Lingkungan Hidup
Islam adalah agama Rahmatan lil ‘alamin artinya islam merupakan agama yang
membawa rahmat dan kesejahteraan bagi semua seluruh alam semesta, termasuk hewan,
tumbuhan dan jin, apalagi sesama manusia.
Dalam pandangan islam,alam semesta termasuk bumi seisinya adalah ciptaan Tuhan
dan diciptakan dalam kesetimbangan, proporsional dan terukur atau mempunyai
ukuran-ukuran, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Bumi yang merupakan planet dimana
manusia tinggal dan melangsungkan hidupnya, terdiri atas berbagai unsur dan elemen dengan
27
keragaman yang sangat besar dalam bentuk, proses dan fungsinya. Berbagai unsur dan
elemen yang membentuk alam tersebut diciptakan oleh Allah untuk memenuhi kebutuhan
manusia dalam menjalankan kehidupannya di muka bumi, sekaligus merupakan bukti
ke-Mahakuasaan dan ke-Mahabesaran sang pencipta dan pemelihara Alam.
Beberapa ayat menjelaskan tentang melihira lingkungan antara lain adalah surat Al
Muddatstsir ayat 4:
Artinya:. dan pakaianmu bersihkanlah (Al Muddatstsir ayat 4)
Surat Al-Baqarah ayat 222 :
Artinya : “ Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang
mensucikan diri.” (QS:Al-Baqarah ayat 222)
Surat At-Taubah ayat 108:
Artinya: dan Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih.(QS:At-Taubah ayat:222)
Surat Al-Muddassir ayat 4:
Artinya: dan pakaianmu bersihkanlah,(Qs:Al-Muddassir ayat:4)
Ayat diatas menerangkan tentang perintah Tuhan perintah Tuhan untuk melakukan
kebersihan. dan juga menjelaskan untuk selalu membersihkan diri dan menjaga kebersihan
diri dan lingkungannya. sebagaimana mana dijelaskan juga bahwa Allah mencintai
28
Seperti yang di jelaskanayat diatas juga bahwamengotori atau tidak menjaga kebersihannya
28
BAB III
METODE PENELITIAN PENDAMPINGAN ABCD
Pada hakekatnya metode penelitian berasal dari dua kata, yaitu metode dan penelitian.
Secara etimoligi metode berarti suatu cara untuk melakukan sesuatu secara tepat.1 Sedang
menurut Deddy Mulyasa mengatakan bahwa metode adalah suatu proses, prinsip serta prosedur
yang kita gunakan untuk mendekati problem dan mencari jawaban.
Sedangkan penelitian (research) dari kata re dan to research yang mempunyai arti
mencari kembali. Dalam bahasa latin “research” artinya mengungkap atau membuka. Sedang
menurut Saifuddin Azwar megatakan bahwa penelitian adalah rangkaian kegiatan ilmiah daam
rangkah pemecahan suatu permasalahan.2
Kalau keduannya digabungkan arti dari metode penelitian merupakan suatu cara atau
proses untuk memahami sesuatu penyelidikan atau mencari bukti-bukti yang berhubungan
dengan suatu masalah yang sedang dikaji sehingga menemukan suatu pemahaman. Seperti
pendapat Sugiono bahwa metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.
Adapun sub bab yang akan peneliti uraikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian lapangan, jika ditinjau dari segi pendekatannya,
penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Dalam hal ini, Penelitian
Deskriptif-Kualitatif bertujuan menggambarkan suatu fenomena tertentu dengan bertumpu
1
Ismail Nawawi Uha, Metoda Penelitian Kualitatif, (Jakarta : CV. Dwiputra Pustaka Jaya, 2012), h.1. 2
29
pada prosedur-prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis dan berupa lisan secara holistik (utuh). Selain itu dalam metode ini, langkah kerja
yang dilakukan yaitu mendiskripsikan suatu objek dan fenomena dalam suatu tulisan yang
bersifat naratif.3 Artinya, data, fakta, yang dihimpun berbentuk kata atau gambar bukan
suatu angka.
Penelitian deskriptif berusaha untuk mendiskripsikan dan menginterprestasikan apa
yang ada (Bisa mengenai kondisi atau hubungan yang ada, proses yang sedang berlangsung,
akibat atas efektifitas yang sedang berlangsung).4 Selain itu Metode deskriptif adalah suatu
metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu
sistem pemikiran, maupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian
deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis,
faktual dan akurat mengenai fakta - fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang
diselidiki.5
Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus atau penelitian kasus,
studi kasus merupakan studi mendalam mengenai unit sosial tertentu, yang hasil penelitian
itu memberi gambaran luas dan mendalam mengenai unit sosial yang telah diteliti.6
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian lapangan, jika ditinjau dari segi pendekatannya,
penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Dalam hal ini, Penelitian
Deskriptif-Kualitatif bertujuan menggambarkan suatu fenomena tertentu dengan bertumpu
pada prosedur-prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
3
Ismail Nawawi, Metoda Penelitian Kualitatif, (Jakarta : CV. Dwiputra Pustaka Jaya, 2012), h.72. 4
Sumanto, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Yogyakarta : Andi Offset, 1995), h.77. 5
M. Nazir, Ph.D, Metodologi Penelitian, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1989), h.63. 6
30
tertulis dan berupa lisan secara holistik (utuh). Selain itu dalam metode ini, langkah kerja
yang dilakukan yaitu mendiskripsikan suatu objek dan fenomena dalam suatu tulisan yang
bersifat naratif.7 Artinya, data, fakta, yang dihimpun berbentuk kata atau gambar bukan
suatu angka.
Penelitian deskriptif berusaha untuk mendiskripsikan dan menginterprestasikan apa
yang ada (Bisa mengenai kondisi atau hubungan yang ada, proses yang sedang berlangsung,
akibat atas efektifitas yang sedang berlangsung).8 Selain itu Metode deskriptif adalah suatu
metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu
sistem pemikiran, maupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian
deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis,
faktual dan akurat mengenai fakta - fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang
diselidiki.9
Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus atau penelitian kasus,
studi kasus merupakan studi mendalam mengenai unit sosial tertentu, yang hasil penelitian
itu memberi gambaran luas dan mendalam mengenai unit sosial yang telah diteliti.10
C. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian kualitatif ini, peneliti sebagai alat pengumpulan data utama.
Peneliti berperan sebagai partisipan sekaligus sebagai pengamat. Peneliti berperan sebagai
partisipan ketika peneliti terlibat secara langsung dalam proses penggalian data melalui
wawancara dengan subyek dan informan. Sedangkan peneliti berperan sebagai pengamat
ketika peneliti hanya melihat aktifitas yang dilakukan subyek dengan lingkungan tanpa ikut
7
Ismail Nawawi, Metoda Penelitian Kualitatif, (Jakarta : CV. Dwiputra Pustaka Jaya, 2012), h.72. 8
Sumanto, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Yogyakarta : Andi Offset, 1995), h.77. 9
M. Nazir, Ph.D, Metodologi Penelitian, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1989), h.63. 10
31
terlibat secara langsung. Adapun status peneliti dalam penelitian ini keberadaanya diketahui
oleh subyek maupun informan yang terlibat.
Selain itu, peneliti juga disebut instrumen kreatif, artinya peneliti sendiri yang harus
rajin dan giat untuk menggali beberapa informasi dan sekaligus peneliti juga sebagai
pengumpul, penganalisis dan pembuat laporan penelitian. tentu juga ditunjang dengan
instrumen pelengkap, seperti informan, alat-alat dan catatan lapangan. Dengan instrumen
yang kreatif maka sangat berperan dalam penelitian ini. Peneliti hadir dan terlibat langsung
dengan membangun hubungan baik dengan pihak petani kedelai di desa Tlgoagung
Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro dalam rangka pengumpulan data yang
diperlukan.
D. Lokasi Penelitian
Penelitian ini di laksanakan di desa Deket Kulon Kecamatan Deket Kabupaten
Lamongan, desa ini terletak bagian Timur kota Lamongan. Desa Deket Kulon adalah jalur
alternative menuju kota gresik dan Surabaya.banyak kendaraan yang melewati desa tersebut.
Bukan hanya di lalui oleh kendaraan bermotor saja di desa ini juga dilalui oleh jalur kereta
api.
E. Sumber Data dan Jenis Data
Data (tunggal datum) merupakan bahan keterangan tentang suatu objek penelitian
yang diperoleh di lokasi penelitian.11 Sedang menurut Lofland sebagaimana yang dikutip
oleh Lexy J. Moleong, menyatakan bahwasanya sumber data yang utama dalam penelitian
kualitatif yaitu kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumentasi
dan lain-lain.12
11
M. Burhan Bungin, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta : Kencana, 2011), cet. Ke-6, h. 129. 12
32
Sumber data adalah subyek dari mana data dapat diperoleh.13 Yang Namun apabila
menggunakan teknik observasi, maka sumbernya dapat berupa benda bergerak atau mati.
Dan apabila menggunakan dokumentasi maka yang menjadi sumber datanya adalah dokumen
atau catatan yang sesuai dengan kebutuhan peneliti.14
Selanjutnya berdasarkan sumbernya, data yang diperoleh dalam penelitian ini
dibedakan menjadi 2 kelompok jenis data, yakni data primer dan data sekunder:
1. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung
dilapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang
memerlukannya.15 Dalam hal ini, yang menjadi sumber data primernya adalah:
a. Masyarakat Deket Kulon adalah masyarakat yang mempunyai problem dan
membutuhkan bantuan untuk dapat menyelesaikan masalahnya.
b. pendamping adalah orang yang memberikan motivasi untuk ikut serta membantu
menyelesaikan masalah dalam situasi problematika yang ada di desa tersebut.
2. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data diluar kata-kata dan tindakan, sumber
data tersebut yaitu sumber data tertulis. Sumber data ini dapat diperoleh dari buku, arsip,
serta dokumentasi. Sumber data sekunder merupakan sumber data pelengkap yang
berfungsi untuk melengkapi data yang diperlukan oleh data primer. Adapun yang menjadi
sumber data sekundernya adalah:
13
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), 129. 14
Sumanto, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan..., h. 107 15
33
a. Informan adalah orang yang memberikan informasi mengenai kondisi Masyarakat,
dan kondisi lingkungan sekitarnya. Informan dalam penelitian ini antara lain, local
lider.
F. Dokumentasi
Dokumentasi adalah data tertulis yang diperoleh untuk mengetahui lokasi. Adapun
sumber data sekunder diperoleh dari literatur dokumentasi dari sekertaris desa yakni
mengenai sejarah desa, pendidikan, pertanian dan sarana prasarana yang ada di dalam desa
Deket Kulon.
G. Tahap-tahap Penelitian
Prosedur atau tahap yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Tahap Pralapangan
Tahap ini merupakan tahap awal yang peneliti lakukan sebelum memasuki
lapangan. Ada enam kegiatan yang dilakukan peneliti dalam tahapan ini, yaitu
menyusun perencanaan penelitian, memilih lapangan/tempat penelitian, mengurus
perizinan penelitian, menjajaki dan menilai keadaan lapangan, memilih dan
memanfaatkan informan, serta mempersiapkan perlengkapan penelitian. Tahap ini
dilakukan sejak pertama kali atau sebelum terjun ke lapangan dalam rangka penggalian
data.
b. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Tahap ini merupakan tahap eksplorasi secara terfokus sesuai dengan pokok
34
lapangan dimana peneliti datang ke lapangan dengan melakukan interview, pengamatan
dan pengumpulan data serta dokumentasi, perolehan data kemudian dicatat dengan
cermat kemudian menganalisa data di lapangan walaupun secara intensif dilakukan
setelah pelaksanaan penelitian.
c. Tahap Analisis data
Pada tahap ini peneliti menelaah kembali seluruh data yang telah tersedia dari
berbagai sumber, yaitu wawancara, pengamatan dan dokumen. Setelah dibaca,
dipelajari dan ditelaah maka langkah seanjutnya adalah mengorganisasikan data
kemudian menganalisa data dengan mendeskripsikan data yang telah diproses secara
apa adanya sehingga dapat diperoleh kesimpulan dari hasil penelitian.
H. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk
memperoleh data yang diperlukan.16 Metode ini digunakan dengan menarik kesimpulan
dimulai dari pernyataan atau fakta khusus menuju kesimpulan dengan bersifat umum.17
Adapun metode yang dipergunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah:
a. Observasi (pengamatan)
Metode observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk
menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan.18 Sedang secara
etimologis yang diambil dari kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), observasi adalah
pengamatan atau peninjauan secara cermat. Sedang menurut Syaodi observasi atau
16
M. Nazir, Metodologi Penelitian..., h.211. 17
Nana Sujana, Ulung Laksana, Menyusun Karya Tulis IlmiahUntuk Memperoleh Angka Kredit, (Bandung, Sinar Baru, 1992), h.7.
18
35
pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan
mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.
Menurut Patton data observasi itu penting, karena :
1. Lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sehingga
memungkinkan peneliti untuk menggunakan pendekatan induktif yang tidak
mempengaruhi konsep-konsep dan pandangan sebelumnya
2. Peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau yang tidak teramati oleh orang
lain. khususnya orang yang berada dalam lingkungan itu karena telah di anggap
“biasa” yang tidak akan terungkapkan melalui wawancara.
3. Peneliti dapat menemukan hal-hal diluar persepsi responden sehingga peneliti
memperoleh gambaran yang lebih komprehensif.
4. Peneliti dapat menangkap kesan-kesan pribadi yang dapat dirasakan dalam situasi
sosial dan dapat berefleksi dan bersikap introspektif terhadap penelitian yang
dilakukan.
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi secara langsung bagaimana
cara pendampingan masyarakat desa Deket Kulon, bagaimana kondisi Desa Deket
Kulon dalam menanggulangi dampak polusi pencemaran lingukungan sesuai judul
yang diteliti.
b. Interview (wawancara)
Menurut Poerwandari wawancara merupakan percakapan yang diarahkan untuk
mencapai tujuan tertentu. Dalam penelitian ini, untuk memperoleh data kualitatif
melalui wawancara, peneliti menggunakan pendekatan wawancara dengan pedoman
36
Sedang pendapat yang lain, bahwasannya wawancara adalah metode yang
digunakan untuk mendapatkan data-data melalui wawancara dengan cara tanya jawab
dengan pihak-pihak yang bersangkutan untuk memperoleh data yang sesuai dengan
topik penelitian.
Ada juga pendapat lain bahwasannya wawancara merupakan teknik pengumpulan
data yang digunakan melalui percakapan dan tanya jawab, baik lansung maupun tidak
langsung dengan responden untuk mencapai tujuan tertentu.19 Dalam hal ini, wawancara
langsung adalah wawancara yang dilakukan secara langsung antara pewawancara
dengan orang yang diwawancarai.
Tujuan wawancara itu sendiri adalah untuk mengetahui apa yang terkandung
dalam pikiran dan hati orang lain, bagaimana pandangannya tentang dunia, yaitu hal-hal
yang tidak dapat kita ketahui melalui observasi.
Dalam proses wawancara ini, peneliti dilengkapi dengan pedoman wawancara
yang sangat umum, yang mencantumkan isu-isu yang harus diliput tanpa bentuk
pertanyaan eksplisit. Selain itu wawancara dengan pedoman sangat umum juga dapat
berbentuk wawancara terfokus, yaitu wawancara dengan mengarahkan pembicaraan
pada hal-hal atau aspek-aspek tertentu dari kehidupan dan pengalaman subyek.
c. Dokumentasi
Dokumen adalah catatan fenomena, peristiwa, yang sudah berlalu yang
dikumpulkan dalam bentuk tulisan, gambar atau karya mono mental dari seseorang.
Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, biografi,
19
37
peraturan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya, foto, gambar, dan lain
sebagainya.20
Studi dokumentasi merupakan teknik untuk mempelajari dan menganalisis
bahan-bahan tertulis. Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang jumlah ,
masyarakat yang berhubungan dengan obyek penelitian yang ada dalam dokumen.
Melalui dokumentasi, peneliti akan memperoleh data-data yang dibutuhkan
misalnya jumlah masyarakat di Desa Deket Kulon, foto-foto, dan dokumen tentang
keadaan objek yang di teliti serta data-data lainnya yang berhubungan dengan data
yang dibutuhkan dalam kegiatan penelitian.
d. Library Reserch
Library Reserch merupakan teknik kepustakaan sebagai pelengkap dari teknik
yang sudah ada sekaligus sebagai landasan teori dalam penelitian. Dari sinilah peneliti
berusaha memadukan antara teori dengan realitas yang terjadi di lapangan.
I. Teknik Analisis Data
Sebelum menganalisa suatu data, maka alangkah baiknya jika mengetahui terlebih
dahulu tentang maksud dari analisa data. Analisa data adalah proses mengorganisasikan dan
mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehing