JUR
Diaju
untu guna M
PROGRA RUSAN FIL
FA UNIVE
ARTIK
ukan kepada Universitas uk Memenuh Memperoleh
M. Praw NIM
AM STUDI K LSAFAT D AKULTAS I
ERSITAS N SEPTE
KEL JURNA
Fakultas Ilm Negeri Yog hi Sebagian h Gelar Sarja
Oleh wiasad Halw
0911024403
KEBIJAKA AN SOSIO ILMU PEN NEGERI YO
EMBER 20 AL
mu Pendidika gyakarta
Persyaratan ana Pendidik
wani 30
AN PENDID OLOGI PEN NDIDIKAN
OGYAKAR 015
an
n kan
IMPLEMENTASI PENATAAN DAN PEMERATAAN GURU
PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) PADA JENJANG SMA NEGERI
DI KABUPATEN KULON PROGO
THE IMPLEMENTATION OF CIVIL SERVANT TEACHER
MANAGEMENT AND DENSITY IN STATE SENIOR HIGH
SCHOOL LEVEL IN KULON PROGO
Oleh : m. prawiasad halwani, universitas negeri yogyakarta sinarbintang540@yahoo.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi penataan dan pemerataan guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) jenjang SMA Negeri di Kabupaten Kulon Progo.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian adalah guru, kepala sekolah, dan staf dinas Kabupaten Kulon Progo. Penelitian dilakukan di Dinas Pendidikan Kabupaten Kulon Progo, SMA Negeri 1 Galur Kulon Progo, SMA Negeri 1 Lendah Kulon Progo, dan SMA Negeri 1 Kokap Kulon Progo. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan dokumentasi. Keabsahan data yang dilakukan dengan cara triangulasi sumber dan trianggulasi teknik. Teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Proses pelaksanaan penataan dan pemerataan guru pegawai negeri sipil (PNS) pada jenjang SMA Negeri di Kabupaten Kulon Progo terdapat beberapa kekurangan. Mulai dari kurangnya sosialisasi kebijakan penataan dan pemerataan guru PNS, sehingga pelaksanaan pemindahan guru yang kurang tepat sasaran; 2) Dampak yang ditimbulkan dari pelaksanaan penataan dan pemerataan guru PNS bagi sekolah yaitu terpenuhinya kebutuhan guru di setiap mapel walaupun sedikit menimbulkan konflik internal di sekolah. Adapun dampak bagi guru yaitu bertambahnya jarak tempuh ke sekolah, guru kesulitan dalam beradaptasi, guru jadi merasa kurang sejahtera; 3) Faktor-faktor yang dirasa akan menjadi penghambat dalam pelaksanaan kebijakan penataan dan pemerataan guru PNS dapat diatasi oleh Dinas Pendidikan Kulon Progo, sehingga dapat dikatakan tidak ada hambatan dalam pelaksanaan kebijakan penataan dan pemerataan guru PNS.
Kata kunci: Implementasi, Kebijakan Penataan dan Pemerataan Guru PNS, jenjang SMA Negeri
Abstract
This research was aimed to describe the implementation of civil servant (PNS) teacher management and density of Senior High School (SMA) level in Kulon Progo regency.
Education Office of Kulon Progo Regency, State Senior High School 1 of Galur Kulon Progo, State Senior High School 1 of Lendah Kulon Progo, State Senior High School 1 of Kokap Kulon Progo. Data gethering method used interview and documentation. Data validity was conducted by source and technique triangulations. Data analysis technique used data reduction, data presentation and conclusion drawing.
The reseacrh result showed that: 1) there were some disadvantages in the implementation process of civil servant teacher management and density in State Senior High School level in Kulon Progo Regency raged from lack of socialization of civil servant teacher management and density so that the implementation of teacher transfer was less achieved; 2) the effect caused by the implementation of civil servant teacher management and density for school i.e. the fulfilment of teacher needs in every lesson although little caused school internal conflict. The effect for teacher i.e. the addition of distance to school, teacher hard to adapt, teacher less welfare; 3) factors conceived would be obstacles in the implementation of civil servant teacher management and density policy could be overcome by Educational Office of Kulon Progo Regency so that it could be said that there were no obstacles in the omplementation of civil servant teacher management and density policy.
Keywords : implementation, civil servant teacher management and density policy, state senior high school
PENDAHULUAN
Manusia tidak akan dapat lepas
dari yang namanya pendidikan.
Dimanapun ada kehidupan manusia, di
situ pasti ada pendidikan, karena
pendidikan merupakan hal yang
terpenting dalam kehidupan manusia.
Pendidikan sendiri secara umum
mempunyai arti suatu proses
kehidupan dalam mengembangkan diri
setiap individu untuk dapat hidup dan
melangsungkan kehidupan. Melalui
pendidikan manusia dapat membuka
pikiran dan juga membuat berwawasan
luas. Dengan pendidikan, diharapkan
manusia dapat meningkatkan dan
mengembangkan seluruh potensi dan
bakat yang ada pada diri manusia ke
arah yang positif sehingga menjadi
manusia yang relatif lebih baik.
Pemerintah terus berusaha agar
seluruh rakyat Indonesia dapat
mengenyam pendidikan. Sebagaimana
yang tertuang dalam Undang Undang
Dasar Pasal 31 ayat (1)
dinyatakan “Setiap warga Negara
berhak mendapat pendidikan.” (DPR,
2009-2014: 23). Dalam
(1) menyatakan “Setiap warga Negara
mempunyai hak yang sama untuk
memperoleh pendidikan yang
bermutu.” (Kemendiknas, 2010 : 5). Hak warga Negara Indonesia bukan
hanya mendapatkan pendidikan yang
asal-asalan atau seadanya saja, akan
tetapi seluruh warga Indonesia berhak
untuk mendapatkan pendidikan yang
bermutu. Pastinya untuk mendapatkan
pendidikan yang bermutu suatu
pendidikan harus dilengkapi dengan
sarana prasarana yang menunjang
pendidikan tersebut.
Dalam suatu studi yang
dilakukan Heyneman & Loxley pada
tahu 1983 di 29 negara menemukan
bahwa diantara berbagai masukan
(input) yang menentukan mutu
pendidikan (yang ditunjukkan oleh
prestasi belajar siswa) sepertiganya
ditentukan oleh guru (Dedi Supriadi,
1999: 178). Dalam Undang – Undang
Nomor 14 Tahun 2005, tentang Guru
dan Dosen disebutkan bahwa:
”Guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.”
(Kemendiknas, 2005)
Guru adalah orang yang
bertanggung jawab terhadap
perkembangan jasmani dan rohani
peserta didik dalam mencapai
kedewasaan peserta didik, sehingga
menjadi manusia yang lebih berguna.
Menjadi hal yang wajib jika seorang
guru haruslah memiliki kualitas yang
baik demi tercapainya keberhasilan
dalam penyelenggaraan pendidikan
yang bermutu.
Pemerintah juga terus berupaya
untuk meningkatkan kualitas pendidik
dicanangkan oleh pemerintah yaitu,
seseorang yang ingin menjadi guru
haruslah memiliki ijazah kelulusan
perguruan tinggi minimal S1.
Sebagaimana diamanatkan
Undang-Undang nomor 14 tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen. Dengan adanya
persyaratan menjadi seorang guru
harus memiliki ijazah minimal S1,
maka diharapkan mutu pendidik atau
seorang guru akan lebih berkualitas.
Bukan hanya itu, pemerintah juga
melakukan pelatihan atau semacam
diklat kepada guru-guru untuk
meningkatkan kualitas dan
profisonalisme guru. Jika seorang guru
tersebut berkualitas maka akan
berdampak positif terhadap peserta
didiknya. Peserta didik akan lebih
gampang menyerap materi yang
disampaikan oleh guru, secara
otomatis pendidikan yang berkualitas
akan tercapai.
Tidak dapat dipungkiri bahwa
sekolah yang favorit memiliki guru
yang lebih berkualitas/bermutu dari
pada dengan sekolah yang kurang
favorit. Faktor keberadaan sekolah
dapat mempengaruhi kualitas sekolah
tersebut. Misalnya sekolah yang
berada di kota akan berbeda
kualitasnya dengan sekolah yang
berada di perdesaan. Guru-guru lebih
memilih mengajar di daerah perkotaan.
Hal tersebut terlihat dari begitu
banyaknya guru di sekolah kota.
Sekolah yang berada di perdesaan
masih banyak yang kekurangan guru.
Sudah jelas hal tersebut menjadikan
suatu ketimpangan dalam dunia
pendidikan. Masalah tersebut langsung
adanya SK bersama 5 menteri.
Peraturan tersebut disusun bersama
oleh 5 menteri yaitu Menteri
Pendidikan Nasional, Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara
Reformasi Birokrasi, Menteri Dalam
Negeri, Menteri Keuangan, dan
Menteri Agama. Nomor
05/X/PB/2011, Nomor
SPB/03/M.PANRB/10/2011, Nomor 48
Tahun 2011, Nomor
158/PMK.01/2011, Nomor 11 Tahun
2011 Tentang Penataan dan
Pemerataan Guru Pegawai Negeri
Sipil (PNS). Tujuan dirumuskannya
Peraturan Bersama 5 Menteri tersebut
adalah untuk menjamin pemerataan
guru antar satuan pendidikan, antar
jenjang dan antar jenis pendidikan,
antar kabupaten, antar kota, dan antar
provinsi serta dalam upaya
mewujudkan peningkatan dan
pemerataan mutu pendidikan formal
secara nasional dan pencapaian tujuan
pendidikan nasional (Kemendikbud,
2011: 4).
Kabupaten Kulon Progo
merupakan salah satu daerah yang
sudah menjalankan kebijakan penataan
dan pemerataan guru pegawai negeri
sipil. Guru-guru yang terkena dampak
dari kebijakan tersebut harus dimutasi
ke sekolah lain demi berjalannya
kebijakan tersebut. Sudah pasti sekolah
juga terkena dampak dari kebijakan
tersebut karena ada guru yang pergi dan
ada guru baru yang datang ke sekolah
tersebut. Seperti yang terjadi di sekolah
SMA Negeri 1 Kokap, SMA Negeri 1
Lendah, dan SMA Negeri 1 Galur.
Dengan adanya mutasi guru
kestabilan proses belajar mengajar di
sekolah tersebut.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan
pendekatan penelitian kualitatif
deskriptif.
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan
pada bulan Januari s.d. Februari di
Dinas Pendidikan Kabupaten Kulon
Progo yang beralamat di Jl. Sutijab
Wates Kulon Progo. Peneliti juga
melakukan penelitian dibeberapa
sekolah di kabupaten Kulon Progo,
yaitu : 1) SMA Negeri 1 Galur; 2)
SMA Negeri 1 Kokap; 3) SMA Negeri
1 Lendah.
Subyek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini
adalah : 1)Kepala dan staf Dinas yang
menangani secara langsung tentang
kebijakan penataan dan pemerataan
guru PNS di kabupaten Kulon Progo;
2) Guru yang dimutasi atau yang
terkena langsung dampak dari
kebijakan penataan dan pemerataan
guru PNS; 3) Kepala sekolah yang
ditinggal dan yang ditempati guru
baru.
Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan tiga teknik
pengumpulan data, yaitu observasi,
wawancara, dan dokumentasi.
Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian
ini menggunakan model analisis
interaktif dan berkelanjutan dari
Matthew B. Miles dan Michael A.
Huberman. Adapun tahap-tahap dalam
analisis data tersebut adalah reduksi
data, penyajian data, penarikan
kesimpulan dan verifikasi.
Pelaksanaan penataan dan pemerataan guru PNS di Kabupaten Kulon Progo merupakan implementasi dari peraturan bersama lima menteri tentang pentaan dan pemerataan guru PNS. Pemerintah kabuaten Kulon Progo menetapkan bahwa pelaksanaan penataan dan pemerataan guru PNS menjadi tugas Dinas Pendidikan. Dalam pelaksanaan penataan dan pemerataan guru PNS, Dinas Pendidikan mengacu pada petunjuk teknis peraturan bersama lima menteri yang diterbitkan oleh Kemendikbud.
Mekanisme pelaksanaan penataan dan pemerataan guru PNS di tingkat Satuan Pendidikan adalah mengumpulkan data tentang kebutuhan, kekurangan dan kelebihan guru. Setelah data tersebut terkumpul, kemudian pihak sekolah melaporkan data tersebut ke Dinas Pendidikan Kabupaten Kulon Progo, kemudian di Dinas Pendidikan data tersebut akan diolah untuk selanjutnya ditindaklanjuti dalam bentuk penataan guru.
Mekanisme pelaksanaan penataan dan pemerataan guru PNS di
tingkat Dinas Pendidikan Kabupaten Kulon Progo dimulai setelah data tentang kekurangan dan kelebihan guru dari sekolah terkumpul. Setelah data kekurangan dan kelebihan guru terkumpul selanjutnya Dinas Pendidikan akan merekapitulasi data tersebut mengecek tentang
kebenarannya dan tidak ada perubahan lagi. Pengecekan tentang kebenaran data sangat penting untuk dilakukan untuk agar hasil dari penataan guru sesuai dengan kebetuhan real guru di sekolah. Setelah data tersebut dianggap valid Dinas Pendidikan akan mendata nama, usia, masa kerja, dan alamat rumah untuk selanjutnya data tersebut akan dibahas di internal Dinas Pendidikan untuk ditata. Kemudian hasilnya akan diusulkan ke Bupati untuk penerbitan SK pemindahan dan penempatan yang dibantu BKD.
Penyampaian informasi tentang penataan dan pemerataan guru PNS di Kabupaten Kulon Progo dilakukan melalui sosialisasi. Untuk tingkat Dinas Pendidikan, Dinas pendidikan kabupaten Kulon Progo mendapatkan sosialisasi langsung dari Kemendikbud yang merupakan salah satu policy
makers dari kebijakan tersebut. Untuk
pernah sekalipun mendapatkan sosialisasi mengenai penataan dan pemerataan guru dari Dinas Pendidikan Kulon Progo.Kurangnya sosialisasi dari Dinas Pendidikan Kulon Progo dapat menyebabkan ketidakpahaman bagi para kepala sekolah dan guru. Hal tersebut juga mengakibatkan kebingungan bagi para guru yang tiba-tiba mendapatkan SK untuk dimutasi ke sekolah lain.
Hal yang tak kalah penting dalam implementasi suatu kebijakan adalah sumber daya. Dalam pelaksanaan kebijakan penataan dan pemerataan guru, Dinas Pendidikan Kulon Progo memiliki staf yang kompeten dan profesional dalam menangani pelaksanaan kebijakan penataan dan pemerataan guru PNS. Kualitas, kuantitas, dan kemampuan para staf sangat diperhitungkan dalam pelaksanaan penataan dan pemerataan guru karena keberhasilan dan kegagalan dalam pengimplementasian suatu kebijakan ditentukan oleh SDM di dalamnya.
Anggaran juga merupakan
faktor penting dalam pelaksanaan
pentaan dan pemerataan guru. Sesuai
dengan juknis Pelaksanaan Perber 5
Menteri tentang Penataan dan
Pemerataan Guru PNS disebutkan
bahwa pendanaan penataan dan
pemerataan guru PNS antar satuan
pendidikan, antar jenjang, atau antar
jenis pendidikan antar
kabupaten/kota antar provinsi pada
satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh pemerintah
kabupaten/kota dibebankan pada
APBD kabupaten/kota sesuai dengan
mekanisme yang berlaku.
Pengalokasian dana tetap harus
dilakukan agar dana yang diberikan
oleh pemerintah tersalurkan dengan
benar. Dana tersebut dialokasikan
untuk keperluan pelaksanaan
penataan dan pemerataan guru seperti
rapat persiapan, evaluasi, dan
perjalanan Dinas.Besaran dana yang
diberikan oleh pemerintah juga sudah
mencukupi untuk keperluan
pelaksanaan penataan dan
pemerataan guru. Hal tersebut
membawa suatu yang positif, karena
tidak dapat dihindari jika dana yang
diberikan oleh pemerintah kurang
akan menimbulkan hambatan dalam
pelaksanaan penataan dan
pemerataan guru. Selain anggaran,
fasilitas juga merupakan faktor
keberhasilan implementasi kebijakan
penataan dan pemerataan guru PNS di
Kabupaten Kulon Progo. Fasilitas
untuk pelaksanaan kebijakan tersebut
sudah tersedia di Dinas Pendidikan
dengan jumlah yang cukup dan
masih layak digunakan. Fasilitas
tersebut terdiri dari komputer,
jaringan internet untuk akses
informasi dan juga papan
pengumuman.
Pelaksanaan penataan dan
pemerataan guru PNS tentu saja akan
menimbulkan dampak dan guru yang
paling merasakan dampak dari
pelaksanaan kebijakan tersebut. Guru
yang dipindahkan ke sekolah lain
akibat pelaksanaan penataan dan
penataan guru merasa bingung.
Karena mereka di sekolah yang lama
sudah terpenuhi jam mengajarnya.
Jarak rumah mereka ke sekolah yang
lama juga lebih dekat dibandingkan
dengan sekolah mereka yang baru.
Mereka juga harus menyesuaiakan
diri dengan sekolah baru, dan dapat
dikatakan mereka menjadi kurang
sejahtera jika dibandingkan dengan
sebelumnya.
Selain guru, sekolah juga
merasakan dampak dari pelaksanaan
penataan dan pemerataan guru
tersebut. pelaksanaan penataan dan
pemerataan guru menimbulkan
beberapa dampak bagi sekolah. Ada
dampak positif dan ada juga dampak
negatif bagi sekolah dari pelaksanaan
penataan dan pemerataan guru PNS.
Guru yang memang wajib mengajar 24
jam dapat terpenuhi akibat
pelaksanaan penataan dan pemerataan
guru PNS tersebut, dan dampak yang
paling terasa oleh sekolah kebutuhan
guru di sekolah dapat terpenuhi.
Untuk hambatan dalam
implementasi penataan dan
pemerataan guru PNS, di Kabupaten
Kulon Progo hambatan dalam
pelaksanaan penataan dan pemerataan
guru dirasa tidak ada. Pelaksanaan
penataan dan pemerataan guru dirasa
sudah berjalan dengan lacar. Mulai
dari sosialisasi, pengumpulan data,
pemindahan dan penempatan guru
sudah dilakukan dengan lancar.
SIMPULAN DAN SARAN
Dapat diambil kesimpulan
bahwa Mekanisme pelaksanaan
kebijakan penataan dan pemerataan
guru PNS pada jenjang SMA Negeri
dimulai dari koordinasi oleh Dinas
Pendidikan, pembuatan laporan tetang
database guru yang dilakukan oleh
pihak sekolah, mengirimkan laporan
tersebut ke Dinas Pendidikan untuk
rekapitulasi data, validasi data,
pengolahan data, dan perencanaan
penataan dan pemerataan guru yang
kemudianbagi guru yang beban jam
mengajar masih kurang dari 24 jam
akan dilakukan pemindahan.
Proses komunikasi dalam
implementasi kebijakan penataan dan
pemerataan guru PNS di Kabupaten
Kulon Progo dirasa kurang baik. Hal
ini terlihat dari penyampaian
informasi tentang penataan dan
pemerataan guru PNS di Kabupaten
Kulon Progo tidak maksimal. Seperti
pernyataan para kepala sekolah bahwa
mereka mengikuti sosialisasi
mengenai penataan dan pemerataan
guru hanya sebanyak sekali saja.
Bahkan menurut pernyataan para guru
yang diwawancarai, mereka tidak
pernah sekalipun mendapatkan
sosialisasi mengenai penataan dan
pemerataan guru dari Dinas
Pendidikan Kulon Progo.Kurangnya
sosialisasi dari Dinas Pendidikan
Kulon Progo dapat menyebabkan
ketidakpahaman bagi para kepala
sekolah dan guru. Hal tersebut juga
mengakibatkan kebingungan bagi
para guru yang tiba-tiba mendapatkan
SK untuk dimutasi ke sekolah lain.
Dalam pelaksanaan kebijakan
penataan dan pemerataan guru PNS
pada jenjang SMA Dinas Pendidikan
Kabupaten Kulon Progo didukung
dengan sumber daya yang cukup.
Sumber daya manusia yang dimiliki
Dinas Pendidikan Kabupaten Kulon
Progo sebagai pelaksana kebijakan
penataan dan pemerataan guru cukup
kompeten. Sumber daya dana dalam
pelaksanaan penataan dan pemerataan
fasilitas sebagai penunjang kelancaran
proses pelaksanaan penataan dan
pemerataan guru juga sudah
tersedia.Dengan ketersediaan sumber
daya yang cukup tersebut diharapkan
dapat menjadikan pelaksanaan
kebijakan penataan dan pemerataan
guru PNS pada jenjang SMA di
Kabupaten Kulon progo dapat
berjalan maksimal dan memnuhi
kebutuhan guru di setiap sekolah.
Implementasi kebijakan
penataan dan pemerataan guru PNS
pada jenjang SMA Negeri di
Kabupaten Kulon Progo
menimbulkan dampak bagi guru.
Adapun beberapa dampak bagi guru
dalam pelaksanaan penataan dan
pemerataan guru PNS pada jenjang
SMA yaitu bertambahnya jarak ke
sekolah, kesulitan dalam beradaptasi,
guru juga jadi merasa kurang
sejahtera.
Sementara itu, sekolah juga
terkena dampak dari pelaksanaan
penataan dan pemerataan guru.
Dampak bagi sekolah yaitu
terpenuhinya kebutuhan guru di setiap
mapel walaupun sedikit menimbulkan
masalah salah satunya terjadi konflik
internal di sekolah.
Faktor-faktor yang dirasa akan
menjadi penghambat dalam
pelaksanaan kebijakan penataan dan
pemerataan guru PNS pada jenjang
SMA Negeri di Kabupaten Kulon
Progo dapat diatasi oleh Dinas
Pendidikan Kabupaten Kulon Progo,
maka dari itu, dapat dikatakan tidak
ada hambatan dalam pelaksanaan
kebijakan penataan dan pemerataan
guru PNS pada jenjang SMA Negeri
di Kabupaten Kulon Progo.
Dari hasil kajian penelitian
mengenai analisis implementasi
kebijakan penataan dan pemerataan
guru PNS pada jenjang SMA dapat
diberikan beberapa saran sebagai
berikut: Pemerintah sebaiknya tetap
melakukan penataan guru, demi
terpenuhinya kebutuhan guru di setiap
sekolah dan meratanya kualitas
pendidikan dan Pemerintah sebaiknya
memonitoring dalam pelaksanaan
penataan guru, agar kebijakan tersebut
oleh oknum yang memiliki kepentingan
sendiri. Dinas Pendidikan sebaiknya
lebih banyak dalam melakukan
sosialisasi mengenai kebijakan penataan
guru, agar tidak terjadi
miscommunication dalam pelaksanaan
kebijakan tersebut. Dalam pemindahan
guru, Dinas Pendidikan sebaiknya
memindah guru yang beban
mengajarnya kurang dari 24 jam.
Percuma jika memindah guru yang
beban mengajarnya sudah mencukupi
24 jam sementara masih banyak guru
lain yang beban mengajarnya masih
kurang dari 24 jam. Kepala sekolah
sebiaknya melakukan pengarahan
kepada guru, agar tidak terjadi konflik
internal di sekolah. Kepala sekolah
sebaiknya menyampaikan informasi
kepada guru setelah mendapatkan
sosialisasi dari Dinas Pendidikan. Guru
sebaiknya menerima dengan lapang
dada dipindahkan ke sekolah lain, demi
pelayanan dan kelancaran proses belajar
siswa. Guru sebaiknya memanage diri
sendiri, agar mampu beradaptasi serta
mengatur waktu dengan sebaik
mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
DPR. (2009). Undang undang dasar
1945. Jakarta. DPR
Dedi Supriadi. (1999). Mengangkat
Citra dan Martabat Guru.
Yogyakarta: Adicita Karya Nusa
Kemendikbud. (2011). Surat Keputusan Bersama 5 Menteri tentang Penataan dan Pemerataan Guru Pegawai Negeri Sipil.
Jakarta: Kemendikbud.
Kemendiknas. (2005).
Undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Jakarta: kemendiknas
Miles, B. Matthew & Huberman, Michael A. (2009). Analisis
Data Kualitatif. Jakarta: UI