• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN DAN PEMERATAAN GURU PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) PADA JENJANG SMA NEGERI DI KABUPATEN KULON PROGO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN DAN PEMERATAAN GURU PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) PADA JENJANG SMA NEGERI DI KABUPATEN KULON PROGO."

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

JUR

Diaju

untu guna M

PROGRA RUSAN FIL

FA UNIVE

ARTIK

ukan kepada Universitas uk Memenuh Memperoleh

M. Praw NIM

AM STUDI K LSAFAT D AKULTAS I

ERSITAS N SEPTE

KEL JURNA

Fakultas Ilm Negeri Yog hi Sebagian h Gelar Sarja

Oleh wiasad Halw

0911024403

KEBIJAKA AN SOSIO ILMU PEN NEGERI YO

EMBER 20 AL

mu Pendidika gyakarta

Persyaratan ana Pendidik

wani 30

AN PENDID OLOGI PEN NDIDIKAN

OGYAKAR 015

an

n kan

(2)

IMPLEMENTASI PENATAAN DAN PEMERATAAN GURU

PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) PADA JENJANG SMA NEGERI

DI KABUPATEN KULON PROGO

THE IMPLEMENTATION OF CIVIL SERVANT TEACHER

MANAGEMENT AND DENSITY IN STATE SENIOR HIGH

SCHOOL LEVEL IN KULON PROGO

Oleh : m. prawiasad halwani, universitas negeri yogyakarta sinarbintang540@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi penataan dan pemerataan guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) jenjang SMA Negeri di Kabupaten Kulon Progo.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian adalah guru, kepala sekolah, dan staf dinas Kabupaten Kulon Progo. Penelitian dilakukan di Dinas Pendidikan Kabupaten Kulon Progo, SMA Negeri 1 Galur Kulon Progo, SMA Negeri 1 Lendah Kulon Progo, dan SMA Negeri 1 Kokap Kulon Progo. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan dokumentasi. Keabsahan data yang dilakukan dengan cara triangulasi sumber dan trianggulasi teknik. Teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Proses pelaksanaan penataan dan pemerataan guru pegawai negeri sipil (PNS) pada jenjang SMA Negeri di Kabupaten Kulon Progo terdapat beberapa kekurangan. Mulai dari kurangnya sosialisasi kebijakan penataan dan pemerataan guru PNS, sehingga pelaksanaan pemindahan guru yang kurang tepat sasaran; 2) Dampak yang ditimbulkan dari pelaksanaan penataan dan pemerataan guru PNS bagi sekolah yaitu terpenuhinya kebutuhan guru di setiap mapel walaupun sedikit menimbulkan konflik internal di sekolah. Adapun dampak bagi guru yaitu bertambahnya jarak tempuh ke sekolah, guru kesulitan dalam beradaptasi, guru jadi merasa kurang sejahtera; 3) Faktor-faktor yang dirasa akan menjadi penghambat dalam pelaksanaan kebijakan penataan dan pemerataan guru PNS dapat diatasi oleh Dinas Pendidikan Kulon Progo, sehingga dapat dikatakan tidak ada hambatan dalam pelaksanaan kebijakan penataan dan pemerataan guru PNS.

Kata kunci: Implementasi, Kebijakan Penataan dan Pemerataan Guru PNS, jenjang SMA Negeri

Abstract

This research was aimed to describe the implementation of civil servant (PNS) teacher management and density of Senior High School (SMA) level in Kulon Progo regency.

(3)

Education Office of Kulon Progo Regency, State Senior High School 1 of Galur Kulon Progo, State Senior High School 1 of Lendah Kulon Progo, State Senior High School 1 of Kokap Kulon Progo. Data gethering method used interview and documentation. Data validity was conducted by source and technique triangulations. Data analysis technique used data reduction, data presentation and conclusion drawing.

The reseacrh result showed that: 1) there were some disadvantages in the implementation process of civil servant teacher management and density in State Senior High School level in Kulon Progo Regency raged from lack of socialization of civil servant teacher management and density so that the implementation of teacher transfer was less achieved; 2) the effect caused by the implementation of civil servant teacher management and density for school i.e. the fulfilment of teacher needs in every lesson although little caused school internal conflict. The effect for teacher i.e. the addition of distance to school, teacher hard to adapt, teacher less welfare; 3) factors conceived would be obstacles in the implementation of civil servant teacher management and density policy could be overcome by Educational Office of Kulon Progo Regency so that it could be said that there were no obstacles in the omplementation of civil servant teacher management and density policy.

Keywords : implementation, civil servant teacher management and density policy, state senior high school

PENDAHULUAN

Manusia tidak akan dapat lepas

dari yang namanya pendidikan.

Dimanapun ada kehidupan manusia, di

situ pasti ada pendidikan, karena

pendidikan merupakan hal yang

terpenting dalam kehidupan manusia.

Pendidikan sendiri secara umum

mempunyai arti suatu proses

kehidupan dalam mengembangkan diri

setiap individu untuk dapat hidup dan

melangsungkan kehidupan. Melalui

pendidikan manusia dapat membuka

pikiran dan juga membuat berwawasan

luas. Dengan pendidikan, diharapkan

manusia dapat meningkatkan dan

mengembangkan seluruh potensi dan

bakat yang ada pada diri manusia ke

arah yang positif sehingga menjadi

manusia yang relatif lebih baik.

Pemerintah terus berusaha agar

seluruh rakyat Indonesia dapat

mengenyam pendidikan. Sebagaimana

yang tertuang dalam Undang Undang

Dasar Pasal 31 ayat (1)

dinyatakan “Setiap warga Negara

berhak mendapat pendidikan.” (DPR,

2009-2014: 23). Dalam

(4)

(1) menyatakan “Setiap warga Negara

mempunyai hak yang sama untuk

memperoleh pendidikan yang

bermutu.” (Kemendiknas, 2010 : 5). Hak warga Negara Indonesia bukan

hanya mendapatkan pendidikan yang

asal-asalan atau seadanya saja, akan

tetapi seluruh warga Indonesia berhak

untuk mendapatkan pendidikan yang

bermutu. Pastinya untuk mendapatkan

pendidikan yang bermutu suatu

pendidikan harus dilengkapi dengan

sarana prasarana yang menunjang

pendidikan tersebut.

Dalam suatu studi yang

dilakukan Heyneman & Loxley pada

tahu 1983 di 29 negara menemukan

bahwa diantara berbagai masukan

(input) yang menentukan mutu

pendidikan (yang ditunjukkan oleh

prestasi belajar siswa) sepertiganya

ditentukan oleh guru (Dedi Supriadi,

1999: 178). Dalam Undang – Undang

Nomor 14 Tahun 2005, tentang Guru

dan Dosen disebutkan bahwa:

”Guru adalah pendidik

profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.”

(Kemendiknas, 2005)

Guru adalah orang yang

bertanggung jawab terhadap

perkembangan jasmani dan rohani

peserta didik dalam mencapai

kedewasaan peserta didik, sehingga

menjadi manusia yang lebih berguna.

Menjadi hal yang wajib jika seorang

guru haruslah memiliki kualitas yang

baik demi tercapainya keberhasilan

dalam penyelenggaraan pendidikan

yang bermutu.

Pemerintah juga terus berupaya

untuk meningkatkan kualitas pendidik

(5)

dicanangkan oleh pemerintah yaitu,

seseorang yang ingin menjadi guru

haruslah memiliki ijazah kelulusan

perguruan tinggi minimal S1.

Sebagaimana diamanatkan

Undang-Undang nomor 14 tahun 2005 tentang

Guru dan Dosen. Dengan adanya

persyaratan menjadi seorang guru

harus memiliki ijazah minimal S1,

maka diharapkan mutu pendidik atau

seorang guru akan lebih berkualitas.

Bukan hanya itu, pemerintah juga

melakukan pelatihan atau semacam

diklat kepada guru-guru untuk

meningkatkan kualitas dan

profisonalisme guru. Jika seorang guru

tersebut berkualitas maka akan

berdampak positif terhadap peserta

didiknya. Peserta didik akan lebih

gampang menyerap materi yang

disampaikan oleh guru, secara

otomatis pendidikan yang berkualitas

akan tercapai.

Tidak dapat dipungkiri bahwa

sekolah yang favorit memiliki guru

yang lebih berkualitas/bermutu dari

pada dengan sekolah yang kurang

favorit. Faktor keberadaan sekolah

dapat mempengaruhi kualitas sekolah

tersebut. Misalnya sekolah yang

berada di kota akan berbeda

kualitasnya dengan sekolah yang

berada di perdesaan. Guru-guru lebih

memilih mengajar di daerah perkotaan.

Hal tersebut terlihat dari begitu

banyaknya guru di sekolah kota.

Sekolah yang berada di perdesaan

masih banyak yang kekurangan guru.

Sudah jelas hal tersebut menjadikan

suatu ketimpangan dalam dunia

pendidikan. Masalah tersebut langsung

(6)

adanya SK bersama 5 menteri.

Peraturan tersebut disusun bersama

oleh 5 menteri yaitu Menteri

Pendidikan Nasional, Menteri Negara

Pendayagunaan Aparatur Negara

Reformasi Birokrasi, Menteri Dalam

Negeri, Menteri Keuangan, dan

Menteri Agama. Nomor

05/X/PB/2011, Nomor

SPB/03/M.PANRB/10/2011, Nomor 48

Tahun 2011, Nomor

158/PMK.01/2011, Nomor 11 Tahun

2011 Tentang Penataan dan

Pemerataan Guru Pegawai Negeri

Sipil (PNS). Tujuan dirumuskannya

Peraturan Bersama 5 Menteri tersebut

adalah untuk menjamin pemerataan

guru antar satuan pendidikan, antar

jenjang dan antar jenis pendidikan,

antar kabupaten, antar kota, dan antar

provinsi serta dalam upaya

mewujudkan peningkatan dan

pemerataan mutu pendidikan formal

secara nasional dan pencapaian tujuan

pendidikan nasional (Kemendikbud,

2011: 4).

Kabupaten Kulon Progo

merupakan salah satu daerah yang

sudah menjalankan kebijakan penataan

dan pemerataan guru pegawai negeri

sipil. Guru-guru yang terkena dampak

dari kebijakan tersebut harus dimutasi

ke sekolah lain demi berjalannya

kebijakan tersebut. Sudah pasti sekolah

juga terkena dampak dari kebijakan

tersebut karena ada guru yang pergi dan

ada guru baru yang datang ke sekolah

tersebut. Seperti yang terjadi di sekolah

SMA Negeri 1 Kokap, SMA Negeri 1

Lendah, dan SMA Negeri 1 Galur.

Dengan adanya mutasi guru

(7)

kestabilan proses belajar mengajar di

sekolah tersebut.

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan

pendekatan penelitian kualitatif

deskriptif.

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan

pada bulan Januari s.d. Februari di

Dinas Pendidikan Kabupaten Kulon

Progo yang beralamat di Jl. Sutijab

Wates Kulon Progo. Peneliti juga

melakukan penelitian dibeberapa

sekolah di kabupaten Kulon Progo,

yaitu : 1) SMA Negeri 1 Galur; 2)

SMA Negeri 1 Kokap; 3) SMA Negeri

1 Lendah.

Subyek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini

adalah : 1)Kepala dan staf Dinas yang

menangani secara langsung tentang

kebijakan penataan dan pemerataan

guru PNS di kabupaten Kulon Progo;

2) Guru yang dimutasi atau yang

terkena langsung dampak dari

kebijakan penataan dan pemerataan

guru PNS; 3) Kepala sekolah yang

ditinggal dan yang ditempati guru

baru.

Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan tiga teknik

pengumpulan data, yaitu observasi,

wawancara, dan dokumentasi.

Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian

ini menggunakan model analisis

interaktif dan berkelanjutan dari

Matthew B. Miles dan Michael A.

Huberman. Adapun tahap-tahap dalam

analisis data tersebut adalah reduksi

data, penyajian data, penarikan

kesimpulan dan verifikasi.

(8)

Pelaksanaan penataan dan pemerataan guru PNS di Kabupaten Kulon Progo merupakan implementasi dari peraturan bersama lima menteri tentang pentaan dan pemerataan guru PNS. Pemerintah kabuaten Kulon Progo menetapkan bahwa pelaksanaan penataan dan pemerataan guru PNS menjadi tugas Dinas Pendidikan. Dalam pelaksanaan penataan dan pemerataan guru PNS, Dinas Pendidikan mengacu pada petunjuk teknis peraturan bersama lima menteri yang diterbitkan oleh Kemendikbud.

Mekanisme pelaksanaan penataan dan pemerataan guru PNS di tingkat Satuan Pendidikan adalah mengumpulkan data tentang kebutuhan, kekurangan dan kelebihan guru. Setelah data tersebut terkumpul, kemudian pihak sekolah melaporkan data tersebut ke Dinas Pendidikan Kabupaten Kulon Progo, kemudian di Dinas Pendidikan data tersebut akan diolah untuk selanjutnya ditindaklanjuti dalam bentuk penataan guru.

Mekanisme pelaksanaan penataan dan pemerataan guru PNS di

tingkat Dinas Pendidikan Kabupaten Kulon Progo dimulai setelah data tentang kekurangan dan kelebihan guru dari sekolah terkumpul. Setelah data kekurangan dan kelebihan guru terkumpul selanjutnya Dinas Pendidikan akan merekapitulasi data tersebut mengecek tentang

kebenarannya dan tidak ada perubahan lagi. Pengecekan tentang kebenaran data sangat penting untuk dilakukan untuk agar hasil dari penataan guru sesuai dengan kebetuhan real guru di sekolah. Setelah data tersebut dianggap valid Dinas Pendidikan akan mendata nama, usia, masa kerja, dan alamat rumah untuk selanjutnya data tersebut akan dibahas di internal Dinas Pendidikan untuk ditata. Kemudian hasilnya akan diusulkan ke Bupati untuk penerbitan SK pemindahan dan penempatan yang dibantu BKD.

Penyampaian informasi tentang penataan dan pemerataan guru PNS di Kabupaten Kulon Progo dilakukan melalui sosialisasi. Untuk tingkat Dinas Pendidikan, Dinas pendidikan kabupaten Kulon Progo mendapatkan sosialisasi langsung dari Kemendikbud yang merupakan salah satu policy

makers dari kebijakan tersebut. Untuk

(9)

pernah sekalipun mendapatkan sosialisasi mengenai penataan dan pemerataan guru dari Dinas Pendidikan Kulon Progo.Kurangnya sosialisasi dari Dinas Pendidikan Kulon Progo dapat menyebabkan ketidakpahaman bagi para kepala sekolah dan guru. Hal tersebut juga mengakibatkan kebingungan bagi para guru yang tiba-tiba mendapatkan SK untuk dimutasi ke sekolah lain.

Hal yang tak kalah penting dalam implementasi suatu kebijakan adalah sumber daya. Dalam pelaksanaan kebijakan penataan dan pemerataan guru, Dinas Pendidikan Kulon Progo memiliki staf yang kompeten dan profesional dalam menangani pelaksanaan kebijakan penataan dan pemerataan guru PNS. Kualitas, kuantitas, dan kemampuan para staf sangat diperhitungkan dalam pelaksanaan penataan dan pemerataan guru karena keberhasilan dan kegagalan dalam pengimplementasian suatu kebijakan ditentukan oleh SDM di dalamnya.

Anggaran juga merupakan

faktor penting dalam pelaksanaan

pentaan dan pemerataan guru. Sesuai

dengan juknis Pelaksanaan Perber 5

Menteri tentang Penataan dan

Pemerataan Guru PNS disebutkan

bahwa pendanaan penataan dan

pemerataan guru PNS antar satuan

pendidikan, antar jenjang, atau antar

jenis pendidikan antar

kabupaten/kota antar provinsi pada

satuan pendidikan yang

diselenggarakan oleh pemerintah

kabupaten/kota dibebankan pada

APBD kabupaten/kota sesuai dengan

mekanisme yang berlaku.

Pengalokasian dana tetap harus

dilakukan agar dana yang diberikan

oleh pemerintah tersalurkan dengan

benar. Dana tersebut dialokasikan

untuk keperluan pelaksanaan

penataan dan pemerataan guru seperti

rapat persiapan, evaluasi, dan

perjalanan Dinas.Besaran dana yang

diberikan oleh pemerintah juga sudah

mencukupi untuk keperluan

pelaksanaan penataan dan

pemerataan guru. Hal tersebut

membawa suatu yang positif, karena

tidak dapat dihindari jika dana yang

diberikan oleh pemerintah kurang

akan menimbulkan hambatan dalam

pelaksanaan penataan dan

pemerataan guru. Selain anggaran,

fasilitas juga merupakan faktor

(10)

keberhasilan implementasi kebijakan

penataan dan pemerataan guru PNS di

Kabupaten Kulon Progo. Fasilitas

untuk pelaksanaan kebijakan tersebut

sudah tersedia di Dinas Pendidikan

dengan jumlah yang cukup dan

masih layak digunakan. Fasilitas

tersebut terdiri dari komputer,

jaringan internet untuk akses

informasi dan juga papan

pengumuman.

Pelaksanaan penataan dan

pemerataan guru PNS tentu saja akan

menimbulkan dampak dan guru yang

paling merasakan dampak dari

pelaksanaan kebijakan tersebut. Guru

yang dipindahkan ke sekolah lain

akibat pelaksanaan penataan dan

penataan guru merasa bingung.

Karena mereka di sekolah yang lama

sudah terpenuhi jam mengajarnya.

Jarak rumah mereka ke sekolah yang

lama juga lebih dekat dibandingkan

dengan sekolah mereka yang baru.

Mereka juga harus menyesuaiakan

diri dengan sekolah baru, dan dapat

dikatakan mereka menjadi kurang

sejahtera jika dibandingkan dengan

sebelumnya.

Selain guru, sekolah juga

merasakan dampak dari pelaksanaan

penataan dan pemerataan guru

tersebut. pelaksanaan penataan dan

pemerataan guru menimbulkan

beberapa dampak bagi sekolah. Ada

dampak positif dan ada juga dampak

negatif bagi sekolah dari pelaksanaan

penataan dan pemerataan guru PNS.

Guru yang memang wajib mengajar 24

jam dapat terpenuhi akibat

pelaksanaan penataan dan pemerataan

guru PNS tersebut, dan dampak yang

paling terasa oleh sekolah kebutuhan

guru di sekolah dapat terpenuhi.

Untuk hambatan dalam

implementasi penataan dan

pemerataan guru PNS, di Kabupaten

Kulon Progo hambatan dalam

pelaksanaan penataan dan pemerataan

guru dirasa tidak ada. Pelaksanaan

penataan dan pemerataan guru dirasa

sudah berjalan dengan lacar. Mulai

dari sosialisasi, pengumpulan data,

(11)

pemindahan dan penempatan guru

sudah dilakukan dengan lancar.

SIMPULAN DAN SARAN

Dapat diambil kesimpulan

bahwa Mekanisme pelaksanaan

kebijakan penataan dan pemerataan

guru PNS pada jenjang SMA Negeri

dimulai dari koordinasi oleh Dinas

Pendidikan, pembuatan laporan tetang

database guru yang dilakukan oleh

pihak sekolah, mengirimkan laporan

tersebut ke Dinas Pendidikan untuk

rekapitulasi data, validasi data,

pengolahan data, dan perencanaan

penataan dan pemerataan guru yang

kemudianbagi guru yang beban jam

mengajar masih kurang dari 24 jam

akan dilakukan pemindahan.

Proses komunikasi dalam

implementasi kebijakan penataan dan

pemerataan guru PNS di Kabupaten

Kulon Progo dirasa kurang baik. Hal

ini terlihat dari penyampaian

informasi tentang penataan dan

pemerataan guru PNS di Kabupaten

Kulon Progo tidak maksimal. Seperti

pernyataan para kepala sekolah bahwa

mereka mengikuti sosialisasi

mengenai penataan dan pemerataan

guru hanya sebanyak sekali saja.

Bahkan menurut pernyataan para guru

yang diwawancarai, mereka tidak

pernah sekalipun mendapatkan

sosialisasi mengenai penataan dan

pemerataan guru dari Dinas

Pendidikan Kulon Progo.Kurangnya

sosialisasi dari Dinas Pendidikan

Kulon Progo dapat menyebabkan

ketidakpahaman bagi para kepala

sekolah dan guru. Hal tersebut juga

mengakibatkan kebingungan bagi

para guru yang tiba-tiba mendapatkan

SK untuk dimutasi ke sekolah lain.

Dalam pelaksanaan kebijakan

penataan dan pemerataan guru PNS

pada jenjang SMA Dinas Pendidikan

Kabupaten Kulon Progo didukung

dengan sumber daya yang cukup.

Sumber daya manusia yang dimiliki

Dinas Pendidikan Kabupaten Kulon

Progo sebagai pelaksana kebijakan

penataan dan pemerataan guru cukup

kompeten. Sumber daya dana dalam

pelaksanaan penataan dan pemerataan

(12)

fasilitas sebagai penunjang kelancaran

proses pelaksanaan penataan dan

pemerataan guru juga sudah

tersedia.Dengan ketersediaan sumber

daya yang cukup tersebut diharapkan

dapat menjadikan pelaksanaan

kebijakan penataan dan pemerataan

guru PNS pada jenjang SMA di

Kabupaten Kulon progo dapat

berjalan maksimal dan memnuhi

kebutuhan guru di setiap sekolah.

Implementasi kebijakan

penataan dan pemerataan guru PNS

pada jenjang SMA Negeri di

Kabupaten Kulon Progo

menimbulkan dampak bagi guru.

Adapun beberapa dampak bagi guru

dalam pelaksanaan penataan dan

pemerataan guru PNS pada jenjang

SMA yaitu bertambahnya jarak ke

sekolah, kesulitan dalam beradaptasi,

guru juga jadi merasa kurang

sejahtera.

Sementara itu, sekolah juga

terkena dampak dari pelaksanaan

penataan dan pemerataan guru.

Dampak bagi sekolah yaitu

terpenuhinya kebutuhan guru di setiap

mapel walaupun sedikit menimbulkan

masalah salah satunya terjadi konflik

internal di sekolah.

Faktor-faktor yang dirasa akan

menjadi penghambat dalam

pelaksanaan kebijakan penataan dan

pemerataan guru PNS pada jenjang

SMA Negeri di Kabupaten Kulon

Progo dapat diatasi oleh Dinas

Pendidikan Kabupaten Kulon Progo,

maka dari itu, dapat dikatakan tidak

ada hambatan dalam pelaksanaan

kebijakan penataan dan pemerataan

guru PNS pada jenjang SMA Negeri

di Kabupaten Kulon Progo.

Dari hasil kajian penelitian

mengenai analisis implementasi

kebijakan penataan dan pemerataan

guru PNS pada jenjang SMA dapat

diberikan beberapa saran sebagai

berikut: Pemerintah sebaiknya tetap

melakukan penataan guru, demi

terpenuhinya kebutuhan guru di setiap

sekolah dan meratanya kualitas

pendidikan dan Pemerintah sebaiknya

memonitoring dalam pelaksanaan

penataan guru, agar kebijakan tersebut

(13)

oleh oknum yang memiliki kepentingan

sendiri. Dinas Pendidikan sebaiknya

lebih banyak dalam melakukan

sosialisasi mengenai kebijakan penataan

guru, agar tidak terjadi

miscommunication dalam pelaksanaan

kebijakan tersebut. Dalam pemindahan

guru, Dinas Pendidikan sebaiknya

memindah guru yang beban

mengajarnya kurang dari 24 jam.

Percuma jika memindah guru yang

beban mengajarnya sudah mencukupi

24 jam sementara masih banyak guru

lain yang beban mengajarnya masih

kurang dari 24 jam. Kepala sekolah

sebiaknya melakukan pengarahan

kepada guru, agar tidak terjadi konflik

internal di sekolah. Kepala sekolah

sebaiknya menyampaikan informasi

kepada guru setelah mendapatkan

sosialisasi dari Dinas Pendidikan. Guru

sebaiknya menerima dengan lapang

dada dipindahkan ke sekolah lain, demi

pelayanan dan kelancaran proses belajar

siswa. Guru sebaiknya memanage diri

sendiri, agar mampu beradaptasi serta

mengatur waktu dengan sebaik

mungkin.

DAFTAR PUSTAKA

DPR. (2009). Undang undang dasar

1945. Jakarta. DPR

Dedi Supriadi. (1999). Mengangkat

Citra dan Martabat Guru.

Yogyakarta: Adicita Karya Nusa

Kemendikbud. (2011). Surat Keputusan Bersama 5 Menteri tentang Penataan dan Pemerataan Guru Pegawai Negeri Sipil.

Jakarta: Kemendikbud.

Kemendiknas. (2005).

Undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

Jakarta: kemendiknas

Miles, B. Matthew & Huberman, Michael A. (2009). Analisis

Data Kualitatif. Jakarta: UI

Referensi

Dokumen terkait

Internet shopping has increased considerably over the last few years, and people are used to finding information on line rather than going to the local library: in fact this is one

Lembaga Kemasyarakatan Desa lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf f adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai kebutuhan sesuai peraturan

1 PDBI t Produk Domestik Bruto Rp Miliar Biro Pusat Statistik 2 CONS t Total konsumsi Rp Miliar Biro Pusat Statistik 3 CGOV t Konsumsi pemerintah Rp Miliar Biro

Gambar 2 Typeface Parangrusak karya Imam Zakaria, upaya memberi identitas lokal pada aksara latin mengakomodasi penggayaan aksara mengikuti. bentuk modul batik

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bagian terdahulu mengenai kemandirian belajar siswa melalui pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik dan siswa

Kecepatan tersebut tentunya harus juga disertai dengan ketelitian dan ketanggapan terhadap apa yang dibutuhkan penumpang, sedangkan sebanyak 28 responden (28%) menyatakan sikap

Dalam kaitannya dengan rendahnya keaktifan posyandu lansia, sikap masyarakat dapat dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan

Dari tabel 3 menunjukkan bahwa distribusi faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya pre eklampsia terbanyak berdasarkan riwayat hipertensi kronik adalah tidak ada riwayat