• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 802007126 Full Text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 802007126 Full Text"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan upaya manusia dewasa membimbing manusia

yang belum dewasa menuju kedewasaan (Langeveld, 1955 dalam Kartono, 1997). Pada hakikatnya pendidikan mengupayakan penyiapan anak didik untuk menghadapi dan berperan dalam lingkungan hidup yang selalu berubah dengan cepat dan pluralistik. Perubahan lingkungan hidup yang terjadi dengan cepat menuntut peningkatan hasil pendidikan dari segala aspek. Salah satu harapan dari perubahan lingkungan hidup diikuti perkembangan ilmu dan teknologi yang berlangsung cepat adalah memberi sumbangan positif bagi perkembangan prestasi anak didik di masa depan. Realitas yang ada banyak orang tidak dapat memenuhi kebutuhannya dalam keterampilan mengembangkan kontak dengan orang lain ketika terjadi perubahan lingkungan hidup. Saat memasuki kondisi ini individu memasuki proses penyesuaian atas pengetahuan, sikap dan tingkah laku yang tepat untuk dapat beradaptasi terhadap situasi fisik dan situasi sosial kultural yang berbeda dari sebelumnya. Ketika individu tidak mampu menemukan adaptasinya yang tepat, selanjutnya akan berefek pada pembatasan untuk memasuki lintasan perkembangannya (Zakaria, 2004).

Apabila kondisi ketidakmampuan beradaptasi dialami pada anak didik dan berlangsung secara terus-menerus dalam proses belajar, tentu akan sangat berpengaruh bagi prestasi belajarnya. Sebagaimana ketika seorang mahasiswa baru memulai fase pendidikan formal, pada saat bersamaan sisi perkembangan psikologisnya memasuki suatu langkah hidup yang baru sebagai orang dewasa sehingga menimbulkan konflik penyesuaian diri yang

(2)

Kesulitan belajar berkaitan dengan kesulitan bertingkah laku sebagaimana kesulitan dalam mengembangkan kompetensi sosial sebagai problem mendasar bagi para anak didik yang mengalami kesulitan belajar.

Weissberg (dalam Goleman, 2000) berpendapat bahwa individu yang kompeten secara sosial mempunyai pengendalian hati yang baik, terampil dalam menyelesaikan masalah, mempunyai keterlibatan yang intens dengan teman sebaya, memiliki efektivitas dan popularitas antar pribadi, terampil dalam mengatasi masalah antar pribadi, terampil dalam mengatasi kecemasan dan terampil dalam menyelesaikan konflik.

Kompetensi sosial mempunyai peran penting terhadap prestasi akademik seseorang, termasuk mahasiswa. Sehubungan dengan itu, pada diri mahasiswa yang dalam perkembangan mengakhiri masa remajanya (Monks, Knoers dan Haditono, 1988) umumnya mereka mengalami transisi dalam proses hidupnya. Transisi sosial terjadi ketika seseorang merasa kesepian karena harus berpisah dengan keluarga maupun tanah kelahirannya, sementara itu mereka belum menemukan hubungan yang erat dengan teman sebaya (Santrock, 1999).

Kompetensi sosial merupakan kemampuan, kecakapan atau ketrampilan individu dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan dan memberi pengaruh pada orang lain demi mencapai tujuan dalam konteks sosial tertentu yang disesuaikan dengan budaya, lingkungan, situasi yang dihadapi serta nilai yang dianut oleh individu (Peterson & Leigh dalam Gullota dkk, 1990). Menurut Atwater (1992) kemampuan-kemampuan yang dibutuhkan dalam kompetensi sosial dapat diperoleh melalui proses belajarnya disekolah sebab proses belajar di sekolah tidak hanya berkaitan

(3)

Perguruan Tinggi merupakan lingkungan dimana seorang anak tidak hanya memperoleh pelajaran akademik, tetapi merupakan tempat anak untuk memperoleh pengalaman interaksi dan emosional yang memungkinkannya

mengembangkan kompetensi sosialnya (Paavola, 1995). Salah satu perguruan tinggi adalah Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) yang merupakan universitas yang menarik disorot karena universitas ini sering disebut sebagai “Kampus Indonesia Mini”. Sebutan itu diberikan karena civitas akademikanya berasal dari berbagai daerah di Indonesia (Titaley, 2010). Dengan civitas akademiknya berasal dari berbagai daerah, maka mahasiwa diharapkan memiliki kemampuan untuk dapat menyesuaikan diri dengan baik dalam berinteraksi dengan teman dan orang-orang disekitarnya sehingga memungkinkannya untuk dapat mengembangkan kompetensi sosialnya.

Universitas Kristen Satya Wacana memiliki cita-cita untuk mencetak sarjana yang handal baik dalam professional skills maupun humanistic skills sehingga menjadi calon-calon sarjana yang creative minority. Hal ini berarti mahasiwa dapat menjadi lulusan yang mampu melakukan kedua hal tersebut baik secara humanistic skills yaitu mahasiswa yang memiliki kemampuan menghadirkan diri secara manusiawi dalam kehidupan bermasyarakat yang turut bertanggung jawab bagi kelangsungan nilai-nilai kemanusiaan dan kemasyarakatan sedangkan professional skills yaitu mahasiswa yang memiliki kemampuan profesinya dengan berbekal pengetahuan akademik yang memadai dalam rangka mengaktualisasikan dirinya di masyarakat (Rauta, 2008). Dalam hal ini humanistic skills lebih mengarah kepada kemampuan mahasiswa dalam berperan dan bertanggung jawab dalam

(4)

Berdasarkan hasil observasi pada mahasiswa Psikologi UKSW angkatan 2006, 2007 dan 2008, mahasiswa yang berpartisipasi aktif dalam lingkungan sosialnya seperti mahasiswa yang mengikuti kegiatan-kegiatan

intra kampus maka ia juga mampu mempunyai prestasi akademik yang tinggi. Fenomena yang terjadi pada mahasiswa Fakultas Psikologi yaitu mahasiswa Psikologi angkatan 2010 memperoleh nilai yang rendah. Hal ini dapat dilihat dari nilai-nilai akhir semester dua tahun ajaran 2010-2011 diperoleh mahasiswa fakultas Psikologi angkatan 2010 yang cenderung rendah. Nilai-nilai yang rendah itu, dapat dilihat dari nilai-nilai pada beberapa mata kuliah yang menunjukkan lebih dari setengah angkatan 2010 yang ikut mata kuliah tersebut mendapat nilai di bawah B (http://siasat.uksw.edu/dosen/print.aspx). Selain mengobservasi, peneliti melakukan wawancara kepada beberapa mahasiswa angkatan 2007 dan 2010 yang mengalami penurunan dalam prestasi akademik. Hasil wawancara tersebut didapatkan bahwa alasan mereka sampai mengalami penurunan dalam prestasi akademik adalah mereka mengalami kesulitan dalam belajar. Hal ini dapat dilihat cara belajar saat berada di bangku sekolah berbeda dengan di tempat perkuliahan.

Transisi dari sekolah menengah atas menuju universitas melibatkan gerakan menuju satu struktur sekolah yang lebih besar dan tidak bersifat pribadi, interaksi dengan kelompok sebaya dari daerah yang lebih beragam dan kadang lebih beragam latar belakang etniknya serta peningkatan perhatian pada prestasi dan penilaian (Belle & Paul, Upcraft & Garner dalam Santrock, 2002). Tetapi sama halnya dengan transisi dari sekolah dasar

(5)

mengekplorasikan berbagai gaya hidup dan nilai-nilai, menikmati kemandirian yang lebih luas dari pengawasan orang tua dan tertantang secara intelektual oleh tugas akademik (Santrock, 2002).

Masten & Coastworth (dalam Van Hecke dkk, 2007) menyatakan bahwa kompetensi sosial memberikan kontribusi positif pada anak terutama dalam pertemanan anak, kesiapan anak untuk bersekolah dan keberhasilan akademik anak. Didukung juga oleh hasil penelitian Landsheer dkk (1998), kompetensi sosial dan prestasi akademik memiliki korelasi positif yang signifikan dan Caprara, dkk (2000) yang menunjukkan bahwa kompetensi sosial secara signifikan berkontribusi pada prestasi akademik, sedangkan Welsh, dkk (2001) dalam hipotesisnya mengatakan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara kompetensi sosial dengan prestasi akademik. Penelitian Welsh, dkk yang mendukung ini muncul karena dari hasil yang ditemukan bahwa dengan kompetensi sosial positif berhubungan dengan prestasi akademik yang tinggi sebaliknya kompetensi sosial negatif berhubungan dengan prestasi akademik yang rendah. Individu yang memiliki kompetensi sosial positif dengan ini akan dapat penerimaan sosial yang positif dan memiliki perilaku prososial yang juga dapat menghasilkan prestasi akademik yang baik.

Selain itu juga menurut Elksnin dan Elksnin (dalam Adiyanti, 1999) mengindikasikan bahwa keterampilan sosial berhubungan dengan perilaku yang mendukung prestasi belajar di sekolah. Bentuk-bentuk perilaku tersebut misalnya: mendengarkan guru, mengerjakan pekerjaan sekolah dengan baik, mengikuti aturan-aturan di sekolah, melakukan apa yang diminta oleh guru

(6)

(classroom observation data). Mereka menemukan bahwa prestasi akademik anak-anak berhubungan positif yang signifikan dengan interaksi teman sebaya. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Semmel,

Ballard, Sivasailam & Olson (dalam Bursuck & Asher, 1980) bahwa semakin baik kompetensi sosial seorang guru akan berdampak positif terhadap prestasi akademik anak didik.

Akan tetapi hasil temuan dari Maassen & Landsheer (2002) dalam penelitiannya berfokus pada hubungan kompetensi sosial dan keberhasilan akademik dikatakan memiliki korelasi negatif yang signifikan dikalangan remaja dari tingkat pendidikan menengah umum terendah di Belanda, dengan sampel penelitian 157 anak (76 laki-laki dan 81 perempuan) dan usia berkisar 14 – 17 tahun. Di dapatkan bahwa anak memiliki prestasi pada pelajaran matematika dan fisika, tetapi kompetensi sosial anak dikatakan rendah. Jadi, dapat dikatakan bahwa prestasi belajar tinggi dan kompetensi yang rendah.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti hubungan antara kompetensi sosial dengan prestasi akademik pada mahasiswa fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana. Tujuan peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan positif yang signifikan antara kompetensi sosial dengan prestasi akademik pada mahasiswa fakultas Psikologi UKSW.

Rumusan Masalah

(7)

TINJAUAN PUSTAKA Prestasi Akademik

Prestasi akademik adalah hasil yang diperoleh berupa pengetahuan, keterampilan, nilai (values) dan sikap yang menetap sehingga mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar, sehingga dapat dipakai sebagai ukuran untuk mengetahui sejauhmana siswa menguasai bahan pelajaran yang diajarkan dan dipelajarinya. Hasil yang diperoleh melalui proses belajar ini dinyatakan dengan nilai-nilai (scores), dimana dengan nilai-nilai tersebut dapat dilihat apakah prestasi akademik siswa tersebut tinggi atau rendah (Syah, 2002).

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Akademik

Menurut Syah (2002), faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu faktor internal, faktor

eksternal dan faktor pendekatan belajar. a. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu, yang meliputi:

1). Aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah)

(8)

kemampuan individu dalam menyerap informasi dan pengetahuan, khususnya yang disajikan di ruang kelas.

2). Aspek psikologis (yang bersifat rohaniah)

Banyak faktor yang termasuk dalam aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas perolehan pembelajaran, yang terdiri dari tingkat intelegensi, sikap, bakat, minat dan motivasi. a. Intelegensi

Tingkat intelegensi merupakan wadah bagi kemungkinan tercapainya hasil belajar yang diharapkan. Jika tingkat intelegensi rendah, maka hasil belajar yang dicapai akan rendah pula. Hasil belajar individu di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan individu dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Sehingga tidak diragukan lagi bahwa tingkat intelegensi individu sangat menentukan tingkat keberhasilan belajarnya.

b. Sikap

Sikap merupakan gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi dengan cara relatif tetap terhadap objek, baik secara positif maupun negatif. Sikap individu yang positif terutama kepada pengajar dan mata pelajaran yang diterima merupakan tanda yang baik bagi proses belajar individu. Sebaliknya, sikap negatif yang diiringi dengan kebencian terhadap pengajar dan mata pelajarannya menimbulkan kesulitan belajar individu tersebut, sehingga prestasi belajar yang dicapai individu akan kurang memuaskan.

c. Bakat

(9)

mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Bakat juga diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan

latihan. Peserta didik yang kurang atau tidak berbakat untuk suatu kegiatan belajar tertentu akan mengalami kesulitan dalam belajar. d. Minat

Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar individu. Individu yang menaruh minat besar terhadap bidang studi tertentu akan memusatkan perhatiannya lebih banyak dari pada individu lainnya, sehingga memungkinkan individu tersebut untuk belajar lebih giat dan pada akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan.

e. Motivasi

Tanpa motivasi yang besar, peserta didik akan banyak mengalami kesulitan dalam belajar, karena motivasi merupakan faktor pendorong kegiatan belajar. Motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri individu sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Adapun motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Motivasi yang dipandang lebih esensial adalah motivasi intrinsik karena lebih murni dan langgeng serta tidak bergantung pada dorongan atau

(10)

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri individu, yang meliputi:

1). Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial individu di sekolah adalah para dosen, staf administrasi dan teman-teman sekelasnya, yang dapat mempengaruhi semangat belajar individu. Masyarakat, tetangga dan teman-teman di sekitar perkampungan individu juga termasuk lingkungan sosial bagi individu. Namun lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar individu ialah orang tua dan keluarga individu itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, semuanya dapat memberi dampak baik dan buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai individu.

Kompetensi sosial masuk dalam faktor eksternal yaitu lingkungan sosial yang mempengaruhi prestasi akademik individu. Menurut Allen, dkk (1989) mengatakan bahwa interaksi yang positif dalam proses belajar menunjukkan kemampuan penyesuaian diri yang baik pada anak didik tersebut sehingga akan mendukung prestasi belajar yang baik pula. Hal ini berarti bahwa individu yang mampu berinteraksi positif yang ditunjukkan dengan kemampuannya penyesuaikan diri dengan baik pada lingkungan sosialnya seperti para dosen, teman-temannya maupun keluarga akan dapat mendukung prestasi akademiknya. Jadi dapat dikatakan bahwa kompetensi sosial memiliki peranan dalam lingkungan sosial

(11)

komunikasi yang efektif dapat membentuk kompetensi sosial individu.

2). Lingkungan Non Sosial

Lingkungan non sosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga individu dan letaknya, alat alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan individu.

c. Faktor Pendekatan Belajar

Tercapainya hasil belajar yang baik dipengaruhi oleh bagaimana aktivitas individu dalam belajar. Faktor pendekatan belajar adalah jenis upaya belajar individu yang meliputi strategi dan metode yang digunakan individu untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran. Faktor pendekatan belajar sangat mempengaruhi hasil belajar individu, sehingga semakin mendalam cara belajar individu maka semakin baik hasilnya.

Kompetensi Sosial

(12)

Aspek-aspek Kompetensi Sosial a. Internal atau Kapasitas Kognitif

Internal atau kapasitas kognitif merupakan hal yang mendasari

ketrampilan sosial dalam menjalin dan menjaga hubungan interpersonal yang positif. Secara spesifik, internal atau kapasitas kognitif meliputi: 1) Harga diri yang positif adalah dasar perilaku adaptasi sosial yang

memberikan kepercayaan diri untuk menjalin dan mengembangkan hubungan yang lebih baik dengan lingkungan sosialnya.

2) Internal locus of control adalah kemampuan untuk mengontrol

kehidupannya sendiri dengan membangun inisiatif pribadi dan mengembangkan kemampuan memimpin dalam hubungan interpersonal.

3) Sudut pandang sosial merupakan kemampuan untuk mengerti dan

menjadi lebih peka terhadap perasaan, tujuan dan kemampuan orang lain.

4) Perkembangan moral adalah kemampuan untuk merespon perilaku

prososial, membangun kesadaran tentang kebutuhan orang lain, memahami dampak dari perbuatan individu yang satu terhadap individu yang lain dan keinginan mengakomodasikan perilaku seseorang.

5) Ketrampilan memecahkan masalah interpersonal adalah sebuah proses perilaku inidividu yang peka terhadap situasi permasalahan interpersonal, mencari solusi alternatif, merencanakan pencapaian tujuan interpersonal, menimbang keefektifan konsekuensi dan apakah konsekuensi itu dapat diterima oleh masyarakat serta

(13)

b. Keseimbangan antara sociability dan individuality

1) Sociability merupakan proses individu untuk terlibat dalam sebuah kelompok dan menjalin hubungan yang lebih dekat dengan orang

lain.

2) Individuality adalah keinginan untuk menjadi individu yang unik,

berbeda, dan memiliki kebebasan untuk melakukan tindakan.

c. Ketrampilan sosial dengan teman sebaya

Ketrampilan sosial dengan teman sebaya adalah kecakapan inidvidu dalam menjalin hubungan dengan teman sebaya sehingga tidak mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan kelompok dan dapat terlibat dalam kegiatan kelompok teman sebaya.

METODOLOGI PENELITIAN

Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan menggunakan skala atau angket. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik random sampling yaitu teknik pengambilan sampel dimana semua individu dalam populasi baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama diberi kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel (Narbuko & Achmadi, 2007). Jumlah keseluruhan mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2009, 2010, 2011 adalah 420 mahasiswa, maka peneliti mengambil 25-30% dari jumlah populasi (Arikunto, 2003) yaitu 108 mahasiswa yang dijadikan sampel dalam penelitian ini.

Dalam penelitian ini peneliti membuat alat ukur berupa skala yang

(14)

sosial yang dikemukakan oleh Peterson & Leigh (dalam Gullota dkk, 1990). Jumlah item yang diuji sebanyak 40 item yang terdiri dari 20 item favorable dan 20 item unfavorable yang disusun secara acak. Skala yang digunakan

adalah skala Likert dengan alternatif jawaban Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Pemberian skor pada item favorabel adalah skor 4 untuk jawaban Sangat Sesuai, skor 3 untuk jawaban Sesuai, skor 2 untuk jawaban Tidak Sesuai dan skor 1 untuk jawaban Sangat Tidak Sesuai. Sedangkan bagi item unfavorabel, subyek mendapatkan skor 1 untuk jawaban Sangat Sesuai, skor 2 untuk jawaban Sesuai, skor 3 untuk jawaban Tidak Sesuai dan skor 4 untuk jawaban Sangat Tidak Sesuai.

HASIL PENELITIAN

Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan korelasi Pearson (Product Moment Correlation) yaitu mengkorelasikan antara skor tiap item dengan skor total instrument, dan dengan metode corrected item-total correlation. Pengujian tersebut diproses dengan menggunakan bantuan

program komputer SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 17. Berdasarkan hasil uji validitas skala kompetensi sosial, terdapat 19 item valid dan terdapat 21 item gugur yaitu item nomor 2, 3, 5, 6, 7, 8, 11, 12, 13, 14, 17, 19, 20, 21, 23, 24, 31, 32, 33, 37, 40. Pada skala ini uji validitas dilakukan sebanyak 4 kali sampai tidak ditemukan lagi item gugur.

Dari hasil uji reliabilitas setelah 21 item gugur, diperoleh koefisien Alpha Cronbach sebesar 0,814. Menurut Azwar (1999) jika koefisien Alpha

Cronbach lebih dari 0,8 maka menunjukkan bahwa reliabilitas alat ukur

(15)

Dari hasil perhitungan uji normalitas diperoleh nilai Kolmogorov-Smirnov Z kompetensi sosial dari mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW

adalah 1,400 dengan nilai signifikansi 0,040. Sedangkan nilai

Kolmogorov-Smirnov Z prestasi akademik dari mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW

adalah 0,821 dengan nilai signifikansi 0,510. Dari data tersebut bisa dilihat bahwa nilai signifikansi untuk variabel kompetensi sosial kurang dari 0,05 sehingga data kompetensi sosial tidak berdistribusi normal, sedangkan untuk variabel prestasi akademik nilai signifikansinya lebih dari 0,05 sehingga data prestasi akademik dapat dinyatakan berdistribusi normal.

Uji linieritas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data yaitu variabel bebas dan variabel tergantung. Hasil dari Uji linieritas yang digunakan dalam penelitian ini menunjukkan nilai Fbeda = 1,285 dengan nilai signifikansi 0,206. Karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (0,206 > 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa hubungan kedua variabel tersebut liniear.

Untuk menentukan kategori kompetensi sosial, maka akan diklasifikasikan menjadi 5 kategori, yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Berdasarkan klasifikasi tersebut didapatkan hasil bahwa kompetensi sosial mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW berada dalam kategori tinggi sebanyak 75% dengan jumlah responden sebanyak 81 responden. Pada kategori sangat tinggi 13,9% dengan jumlah responden sebanyak 15 orang, serta 11,1% berada pada kategori sedang dengan jumlah responden sebanyak 12 orang. Skor kompetensi sosial mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW bergerak dari skor minimal 47 sampai skor maksimal 74 dengan nilai rata-rata 58,67 dan standar deviasi 5,211.

(16)

hasil bahwa prestasi akademik mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW berada dalam kategori sangat memuaskan sebanyak 53,70% dengan jumlah responden sebanyak 58 responden. Pada kategori terpuji 10,19% dengan

jumlah responden sebanyak 11 orang, 29,63% berada pada kategori memuaskan dengan jumlah responden sebanyak 32 responden dan 6,48% berada pada kategori baik dengan jumlah responden sebanyak 7 responden. Skor prestasi akademik mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW bergerak dari skor minimal 2,35 sampai skor maksimal 3,79 dengan nilai rata-rata IPK sebesar 3,12 dan standar deviasi 0,309.

Berdasarkan hasil analisis menggunakan uji korelasi Spearman karena salah satu variabel yaitu variabel kompetensi sosial tidak berdistribusi normal (Wahyono, 2009), didapatkan hasil bahwa hubungan antara kompetensi sosial dengan prestasi akademik menunjukkan koefisien korelasi sebesar 0,096 dan signifikan sebesar 0,162 dengan p > 0,05, berarti tidak ada hubungan positif yang signifikan antara kompetensi sosial dengan prestasi akademik pada mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW. Dengan demikian, H0 diterima dan H1 ditolak.

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Berdasarkan hasil pengujian antara variabel penelitian menunjukkan korelasi koefisien Spearman (rho) sebesar 0,096 dengan signifikansi 0,162 (p > 0,05) maka diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan positif yang signifikan antara kedua variabel tersebut. Dengan

munculnya hasil tersebut maka H1 ditolak dan H diterima. 0

(17)

faktor internal (dari dalam diri individu) dan faktor eksternal (dari luar diri individu).

Faktor internal yang memengaruhi prestasi akademik adalah tingkat

intelegensi, sikap, minat dan motivasi. Pertama yaitu tingkat intelegensi yang merupakan wadah bagi kemungkinan tercapainya hasil belajar yang diharapkan. Menurut Syah (2002), jika tingkat intelegensi rendah maka hasil belajar yang dicapai akan rendah pula. Sehingga tidak diragukan lagi bahwa tingkat intelegensi individu sangat menentukan tingkat keberhasilannya. Menurut hasil wawancara terhadap mahasiswa Fakultas Psikologi, didapatkan bahwa beberapa dari mahasiswa Fakultas Psikologi pernah melakukan pemeriksaan kecerdasan, dengan tingkat intelegensinya rata-rata (IQ berkisar 90–109 berdasarkan klasifikasi Tes WAIS).

Mahasiswa yang ingin mendapatkan hasil belajar yang baik, maka yang harus diperhatikan adalah proses belajar yang berlangsung. Sebab proses belajar yang dilakukan mahasiswa merupakan kunci keberhasilan belajar. Menurut Biggs dan Telfer (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006) menjelaskan proses belajar di ranah kognitif tentang hal pengolahan, penyimpanan, dan penggunaan kembali pesan. Proses belajar terdiri dari proses pemasukan (input processes), proses pengolahan kembali hasil (output processes), dan proses penggunaan kembali (activation processes). Dalam kehidupan sebenarnya tidak berarti bahwa semua proses tersebut berjalan lancar. Ada mahasiswa yang mengalami kesukaran dalam proses penerimaan, akibatnya, proses-proses penguatan, pengolahan, penyimpanan, dan penggunaan akan terganggu. Ada mahasiswa yang mengalami kesukaran dalam proses penyimpanan. Akibatnya proses penggunaan hasil belajar terganggu. Adanya

(18)

Faktor internal yang kedua adalah sikap. Sikap merupakan dimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi dengan cara relatif tetap terhadap objek, baik secara positif maupun negatif. Setiap mahasiswa

memiliki kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu yang dapat membawa diri sesuai dengan penilaian. Mahasiswa memperoleh kesempatan belajar, meskipun demikian mahasiswa dapat menerima, menolak atau mengabaikan kesempatan belajar tersebut (Dimyati dan Mudjiono, 2006). Menurut hasil wawancara terhadap mahasiswa Fakultas Psikologi, didapatkan bahwa sikap mahasiwa dalam memperoleh prestasi akademik yang baik adalah disiplin dalam belajar, serius mendengarkan, berpartisipasi aktif dalam proses belajar mengajar.

Faktor internal yang ketiga yaitu minat, yang merupakan kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Mahasiswa yang menaruh minat yang besar terhadap bidang studi tertentu akan memusatkan perhatiannya lebih banyak, sehingga memungkinkan mahasiswa tersebut untuk belajar lebih giat dan pada akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan. Menurut hasil wawancara terhadap mahasiswa Fakultas Psikologi, didapatkan bahwa mahasiswa yang memilih masuk ke Fakultas Psikologi berarti mahasiswa tersebut memiliki minat yang besar terhadap bidang studi Psikologi sehingga mahasiswa tersebut dapat memusatkan perhatiannya dan belajar lebih giat untuk mencapai prestasi yang tinggi. Sama hal juga ketika mahasiswa menyukai mata pelajaran yang didapatkan, maka mahasiswa tersebut akan memiliki keinginan yang besar pada mata pelajaran tersebut.

Faktor internal yang terakhir yaitu motivasi. Motivasi merupakan

(19)

(2006), lemahnya motivasi atau tiadanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan belajar. Oleh karena itu, motivasi belajar pada diri mahasiswa perlu diperkuat terus menerus, agar mahasiswa memiliki motivasi belajar yang

kuat, sehingga dapat terciptanya suasana belajar yang menggembirakan. Menurut hasil wawancara terhadap mahasiswa Fakultas Psikologi, didapatkan bahwa mahasiswa Fakultas Psikologi memiliki motivasi yang besar dalam hal belajar. Karena bagi mahasiswa sendiri, motivasi belajar mempunyai peranan yang besar dalam menumbuhkan semangat pada mahasiwa untuk belajar, sehingga dapat menghasilkan prestasi yang memuaskan. Selain itu mahasiswa juga tetap fokus dalam belajar walaupun ada mata kuliah yang dirasakan sulit bagi mereka.

Ada juga faktor eksternal (dari luar diri individu) yang memengaruhi prestasi akademik adalah lingkungan non sosial. Menurut Syah (2002) lingkungan non sosial meliputi gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga individu dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan individu. Berdasarkan observasi, wawancara dan pengalaman peneliti, lingkungan non sosial yang meliputi gedung perkuliahan dan letaknya sangat strategis, jarak dari tempat tinggal dengan kampus yang juga dekat, serta fasilitas yang digunakan untuk menunjang kegiatan belajar di kelas juga lengkap seperti adanya OHP, sudah menggunakan LCD untuk presentasi, selain itu juga fasilitas perpustakaan dengan dilengkapi buku-buku yang dapat bermanfaat dalam proses belajar pada mahasiswa.

Tingkat kompetensi sosial yang diperoleh mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2009, 2010, 2011 UKSW tergolong kategori tinggi.

(20)

dalam segala hal, mampu bekerja sama, ramah, dan suka menolong. Selain itu juga Peterson & Leigh berpendapat bahwa anak yang memiliki kompetensi sosial yang tinggi berarti anak tersebut memiliki harga diri yang

positif, mampu mengontrol kehidupannya sendiri (internal locus of control), memiliki kemampuan untuk mengerti dan peka terhadap orang lain, kemampuan untuk merespon perilaku prososial, dapat memecahkan masalah interpersonal, menjadi individu yang unik dan terlibat dalam kelompok, serta kecakapan menjalin hubungan yang baik dengan teman sebaya (Gullota dkk, 1990).

Menurut pengamatan peneliti, mahasiswa Fakultas Psikologi aktif mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan baik dari Fakultas Psikologi maupun kegiatan di aras Universitas. Kegiatan-kegiatan yang dimaksud seperti mengikuti seminar-seminar, baik itu seminar nasional maupun seminar internasional, melakukan penelitian atau karya tulis ilmiah, bahkan kegiatan bakti sosial. Melalui kegiatan-kegiatan tersebut, mahasiswa dapat melatih kemampuannya untuk dapat menjalin hubungan interaksi dengan orang lain, mengerti dan peka terhadap orang lain, merespon perilaku prososial, serta terlibat dalam kelompok sehingga hal ini dapat meningkatkan kompetensi sosial setiap mahasiswa. Dengan demikian, dari hasil yang didapatkan bahwa tingkat kompetensi sosial mahasiswa Fakultas Psikologi tergolong tinggi karena mahasiswa aktif mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut.

Peneliti tidak menemukan hasil penelitian sebelumnya yang mendukung hasil penelitian yang didapatkan bahwa tidak ada hubungan positif yang signifikan antara kompetensi sosial dengan prestasi akademik.

(21)

aspek kompetensi sosial tersebut yaitu harga diri. Menurut Bachman & O’Malley, Emamzadeh, Maruyama, dkk (dalam Naderi dkk, 2009) yang mengatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara harga diri dan

prestasi akademik. Hal ini sependapat dengan Pullmann & Allik (dalam Naderi dkk, 2009) mengungkapkan bahwa harga diri rendah umumnya tidak selalu menandakan prestasi akademik yang buruk. Hal ini dikarenakan seseorang yang dengan kapasitas akademik yang terbatas, mengimbangi kekurangan akademiknya dengan mengangkat harga dirinya.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa tidak ada hubungan positif yang signifikan antara kompetensi sosial dengan prestasi akademik mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa kompetensi sosial tidak memberikan kontribusi terhadap prestasi akademik. Ditunjukkan dengan korelasi r = 0,096 dengan signifikansi 0,162 (p > 0,05).

Kategorisasi hasil pengukuran skala kompetensi sosial dengan prestasi akademik memperoleh jumlah atau skor untuk kompetensi sosial sebesar 75% berada pada kategori tinggi. Sedangkan untuk prestasi

akademik sebesar 53,70% berada pada kategori sangat memuaskan dengan

(22)

Saran

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, dan kesimpulan yang telah dikemukakan, maka peneliti mengajukan saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi Subyek Penelitian

Bagi subyek penelitian yang memiliki kompetensi sosial yang tinggi, diharapkan agar dapat terus mempertahankan kompetensi sosialnya yang nanti akan dapat berguna untuk membangun dan memelihara hubungan interaksi yang baik dalam lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat maupun lingkungan keluarga. Untuk prestasi akademik yang dikatakan sangat memuaskan,diharapkan dapat mempertahankan dan meningkatkan prestasi akademiknya.

2. Fakultas Psikologi UKSW

Bagi Fakultas Psikologi UKSW disarankan untuk meningkatkan lagi kegiatan-kegiatan yang lebih bermanfaat bagi mahasiswa dalam mengembangkan kompetensi sosial dengan mengadakan seminar nasional maupun internasional, melakukan penelitian-penelitian antar mahasiswa bersama dengan dosen, serta melaksanakan kegiatan bakti sosial. Karena melalui kegiatan-kegiatan tersebut dapat berguna dalam mengembangkan kompetensi sosial mahasiswa.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik melakukan dan mengembangkan penelitian yang sama diharapkan memperhatikan dan menggali faktor lain yang dapat memengaruhi prestasi akademik seseorang, seperti faktor psikologis yang meliputi intelegensi, sikap,

(23)

DAFTAR PUSTAKA

Adiyanti, M.G. (1999). Skala ketrampilan sosial. Laporan penelitian. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Arikunto, S. (2003). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta: PT Renika Cipta.

Atwater, E. (1992). Andolescence (3rd ed). New Jersey: Prentice Hall.

Azwar, S. (1999). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bursuck, W. D., & Asher, S. R. (1986). The relationship between social competence and achievement in elementary school children. Journal of Clinical Child Psychology, 15, 1, 41-49.

Caprara, Barbaranelli, Pastoreli, Bandura & Zimbardo. (2000). Social adjustment and academic achievement: A predictive model for students with diverse academic and behavior competencies. Research brief. Retrieved from http://business.highbeam.com/137854/article-1P3-1294353731/social-adjustment-and-academic-achievement-predictive.

Dimyati & Mudjiono. (2006). Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Goleman, D. (2000). Kecerdasan emosi untuk mencapai prestasi, terjemahan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Gullotta, T.P., Adams, G.R., & Montemayor, R. (Series Volume 3).(1990). Developing social competency in adolescence. California: Sage Publications, Inc.

Kartono, K. (1997). Tinjauan politik mengenai sistem pendidikan nasional. Beberapa kritik dan sugesti. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.

Maassen, G.H., & Landsheer, J.A. (2001). Peer-perceived social competence and academic achievement of low-level educated young adolescents. Social Behavior and Personality, 28, 29-40.

Monks, F.J., Knoers, A.M.P., & Haditono, S.R. (1988). Psikologi perkembangan pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

(24)

American Journal of Scientific Research. ISSN 1450-223X Issue 3, pp. 26-37.

Narbuko, C. & Achmadi, A. (2007). Metodologi penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.

Paavola, J.C. (1995). Health services in the schools: building interdisciplinary partnerships. Washington DC: American Psychological Association.

Rauta, U. (2008). Program pengenalan mahasiswa baru. Salatiga: UKSW.

Santrock, J.W. (1999). Life span development. Boston: McGraw Hill College.

Santrock, J.W. (2002). Life span development. Jilid II. Boston: McGraw Hill College.

Sukadji, S. (2000). Psikologi pendidikan dan psikologi sekolah. Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Syah, M. (2002). Psikologi pendidikan dengan pendekatan baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Titaley, J. (2010). Selamat datang di kampus indonesia mini. Fokus UKSW:

Salatiga. Retrieved from http://www.uksw.edu/id.php/info/detail/type/fokus/stamp/1281949024.

Van Hecke, A.V., Mundy, P.C., Acra, C.F., Block, J.J., Delgado, C.E.F., Parlade, M.V., Meyer, J.A., Neal, A.R., & Pomares, Y.B. (2007). Infant join attention, temperament, and social competence in preschool. Child development, 78, 53-69.

Wahyono, T. (2009). 25 Model analisis statistika dengan SPSS 17. Memahami teknik analisis statistik secara sistematis dan praktis. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Welsh, M., Parke, R.D., Widaman, K., & O’Neil, R. (2001). Linkages between children’s social and academic competence: A longitudinal analysis. Journal of school Psychology, 39, 6, 463-481.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif yang di susun untuk mengetahui pengaruh produk, harga, lokasi, dan kualitas pelayanan terhadap keputusan

[r]

Selama tahun 2020, Balai Pengembangan Multimedia Pendidikan dan Kebudayaan berhasil melaksanakan seluruh kegiatan untuk mendukung pencapaian target yang

Dari data persentase keaktifan per siklus dan data nilai per siklus yang dihasilkan pada penelitian ini mendukung diterimanya hipotesis bahwa dengan metode STAD dapat

Dalam perancangan alat ini ditujukan untuk memudahkan kerja dari Over Current Rele digital apabila terjadi arus gangguan, setiap kenaikan arus yang terjadi pada sistem maka

Kawasan Stratgis Nasional (KSN) di wilayah kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1) huruf a yang merupakan kawasan strategis dari sudut

Dalam rangka mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan (sustainable growth) berdasarkan keadilan, KKP akan mengimplementasikan prinsip-prinsip blue economy dalam

Aplikasi Berbasis Web untuk Menampilkan Absensi dan Nilai Akhir Peserta Didik ini dikembangkan dengan menggunakan basis data MySQL sebagai media