PENERAPAN SISTEM
TARGET COSTING
DALAM UPAYA
PENGURANGAN BIAYA PRODUKSI
UNTUK PENINGKATAN LABA USAHA
(Studi Kasus Usaha Dagang Tiga Putra di Kota Mojokerto)SKRIPSI
OLEH
HENDITIA WAHYU KUMALASARI
NIM. C74211161
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
SURABAYA
PENERAPAN SISTEM
TARGET COSTING
DALAM UPAYA
PENGURANGAN BIAYA PRODUKSI
UNTUK PENINGKATAN LABA USAHA
(Studi Kasus Usaha Dagang Tiga Putra di Kota Mojokerto)SKRIPSI
Diajukan kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu
Ilmu Ekonomi Syariah
Oleh
Henditia Wahyu Kumalasari
NIM. C74211161
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Program Studi Ekonomi Syariah
SURABAYA
2015
ABSTRAK
Permasalahan yang diteliti dalam skripsi yang berjudul “Penerapan Sistem
Target Costing Dalam Upaya Pengurangan Biaya Produksi Untuk Peningkatan Laba Usaha (Studi Kasus di UD. Tiga Putra Kota Mojokerto) ini meliputi,
Pertama bagaimana proses produksi yang diterapkan dan laba yang diharapkan oleh UD. Tiga Putra di Kota Mojokerto, dan Kedua bagaimana pengurangan biaya produksi untuk peningkatan laba usaha yang efisien dalam perhitungan target costing UD. Tiga Putra Kota Mojokerto.
Berkenaan dengan itu dalam penelitian lapangan ini digunakan metode deskriptif analitik, di mana setelah data diperoleh dilakukan analisis, hasilnya berupa pemaparan gambaran mengenai situasi yang diteliti dalam bentuk uraian naratif. Data yang diperoleh dapat membantu dalam menerapkan sistem target costing pada biaya produksi per unit produk kusen. Selanjutnya menggunakan pola berfikir induktif, langkah pertama membuat membuat rincian-rincian yang berkaitan dengan permasalahan yakni tentang target costing, proses produksi dan laba yang diharapkan. Kemudian langkah kedua adalah menerapkan pola pikir induktif dengan mengelompokkan data menjadi beberapa data khusus kemudian disimpulkan secara umum. Langkah ketiga merupakan langkah terakhir, dalam langkah terakhir yang dilakukan adalah mengkaitkan kesimpulan-kesimpulan umum yang telah diperoleh dengan teori target costing untuk mendapatkan kesimpulan akhir.
Hasil penelitian ini menyimpulkan, target costing merupakan alternatif yang baik bagi UD. Tiga Putra Kota Mojokerto. Biaya yang dikeluarkan usaha dagang sebelumnya untuk membuat kusen gundul pada daun pintu dari kedua jenis kayu memerlukan biaya Rp 562.150 hingga Rp 581.450, setelah menggunakan metode target costing menjadi Rp 300.650 hingga Rp 316.950. Sedangkan untuk membuat kusen kisi-kisi pada daun pintu dari kedua jenis kayu memerlukan biaya Rp 402.150 hingga Rp 421.450, setelah menggunakan biaya yang dikeluarkan menjadi Rp 220.650 hingga Rp 236.950. Penerapan metode
target costing memberikan dampak yang positif bagi laba yang akan dihasilkan perusahaan dengan cara mengurangi biaya-biaya yang terjadi dalam proses produksi, sehingga laba yang ditargetkan perusahaan dapat tercapai yang semula pada produk kusen hanya memperoleh laba antara 15 % - 20 % dalam penerapan metode target costing untuk produk kusen dapat memperoleh laba hingga 35 %
Sejalan dengan kesimpulan di atas, dalam penerapan sistem target costing,
untuk peningkatan laba usahaUD. Tiga Putra seharusnya dapat merencanakan bagaimana mendesain ulang biaya sedemikian rupa mulai dari mengganti faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya biaya yang terjadi dan tetap mempertahankan kualitas produk.
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM... i
PERNYATAAN KEASLIAN... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii
PENGESAHAN... iv
ABSTRAK... v
KATA PENGANTAR... vi
DAFTAR ISI... viii
DAFTAR TABEL... x
DAFTAR GAMBAR... xi
DAFTAR TRANSLITERASI... xii
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah... 9
C. Rumusan Masalah... 10
D. Kajian Pustaka... 10
E. Tujuan Penelitian... 13
F. Kegunaan Hasil Penelitian... 14
G. Definisi Operasional... 14
H. Metode Penelitian... 16
I. Sistematika Pembahasan... 23
A. Pengertian Biaya... 25
B. Klasifikasi Biaya... 26
C. Biaya Manufaktur... 32
D. Laba Usaha... 37
E. Sistem Biaya Tradisional... 38
F. Target Costing... 41
BAB III BIAYA PRODUKSI USAHA DAGANG TIGA PUTRA MOJOKERTO UNTUK PENINGKATAN LABA USAHA... 46
A. Deskripsi Umum Usaha Dagang Tiga Putra... 46
B. Biaya Produksi Usaha Dagang Tiga Putra... 50
BAB IV PENERAPAN SISTEM TARGET COSTING PADA BIAYA PRODUKSI... 58
A. Penerapan Sistem Target Costing Pada Biaya Produksi... 58
B. Pembahasan Analisis Penerapan Sistem Target Costing Pada Biaya Produksi... 66
BAB V PENUTUP... 69
A. Kesimpulan... 69
B. Saran... 70
DAFTAR PUSTAKA ... 72
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah
Industri pengolahan kayu di Indonesia merupakan barometer peningkatan
perekonomian nasional dan faktor kunci dalam upaya meningkatkan penerimaan
Negara dari sektor kehutanan. Keinginan pemerintah untuk meningkatkan
kontribusi sektor kehutanan dalam perekonomian Indonesia mendorong
penerapan kebijakan pengembangan industrialisasi kehutanan dengan adanya
kebijakan UU No. 5 tahun 1967 yang menjadikan industri pengolahan kayu
sebagai penopang perekonomian. Pada awal perkembangan industri pengolahan
kayu, industri kayu gergajian dirintis terlebih dahulu, namun dalam perjalanannya
industri ini kurang berkembang dibandingkan dengan industri kayu lapis. Hal ini
ditunjukkan dengan adanya penurunan produksi kayu gergajian mulai tahun 1991
hingga saat ini.
Industri penggergajian merupakan industri yang menghasilkan barang
setengah jadi yang kemudian akan diproses lebih lanjut lagi untuk menghasilkan
produk jadi. Hasil dari pengolahan kayu menjadi kayu gergajian dapat
dimanfaatkan oleh industri kayu lanjutan. Selain itu hasilnya juga digunakan
dalam usaha mebel kayu, sebagai bahan bangunan dan usaha kusen-kusen
tradisional. Kayu bulat merupakan sumber bahan baku utama dalam memproduksi
kayu gergajian. Industri penggergajian kayu merupakan salah satu konsumen
2
kondisi hutan di Indonesia. Dari tahun ke tahun kapasitas dari industri
penggergajian kayu terus mengalami peningkatan. Namun di tengah peningkatan
kapasitas ternyata produksi kayu gergajian tidak mengikuti laju peningkatan
kapasitas produksi yang cukup signifikan terutama pada periode 1990-an. Hal ini
terjadi karena pengembangan kapasitas di dalam industri penggergajian kayu
tidak memperhatikan daya dukung dari sumber bahan bakunya. Dimana daya
dukung hutan di Indonesia semakin menurun dengan semakin parahnya kerusakan
hutan yang terjadi dari tahun ke tahun.
Pada periode sekarang ini industri penggergajian kayu memasuki
masa-masa kritis. Banyak perusahaan-perusahaan penggergajian kayu yang terpaksa
gulung tikar karena mereka tidak mampu menyelesaikan masalah yang mereka
hadapi selama ini. Permasalahan yang dihadapi dapat dikelompokkan ke dalam
dua kelompok besar, yaitu permasalahan bahan baku dan permasalahan di dalam
industri penggergajian kayu itu sendiri.
Permasalahan dalam hal pemenuhan bahan baku yaitu :
1. Penurunan dalam hal kuantitas maupun kualitas sebagai akibat dari
semakin berkurangnya daya dukung hutan Indonesia.
2. Permasalahan illegal logging (penebangan hutan secara liar) yang tidak pernah terselesaikan.
Permasalahan illegal logging (penebangan hutan secara liar) merupakan masalah yang sangat serius yang dihadapi oleh Indonesia saat ini, karena tidak
hanya terjadi di hutan produksi tetapi sudah merambah ke kawasan hutan lindung.
3
terlepas dari permasalahan industri pengolahan kayu itu sendiri, dimana saat ini
industri pengolahan kayu mengalami kapasitas produksi yang berlebihan sehingga
permintaan kayu bulat akan terus meningkat. Para pelaku industri memerlukan
kayu hasil illegal logging (penebangan hutan secara liar) ini untuk menutupi target produksi mereka.
Permasalahan dalam industri kayu gergajian itu sendiri, yaitu :
1. Kebanyakan pelaku industri menggunakan bahan baku secara tidak
efisien. Hal ini dikarenakan terbatasnya pengetahuan dan informasi di
dalam pengolahan kayu dan kurangnya perawatan dan penggunaan mesin
yang sudah tua. Para pekerja di industri hanya mendapat kesempatan yang
terbatas dalam pelatihan mengenai pengolahan kayu (strategi pemotongan,
penilaian kualitas kayu, pengaturan mesin).
2. Kebanyakan pemilik dari industri pengolahan kayu bersikap ceroboh
dalam hal perawatan mesin, kualitas produk, pengelolaan persediaan, dan
manajemen produk.
3. Rendahnya pemanfaatan limbah kayu yang seharusnya dapat
dimanfaatkan lebih lanjut.
4. Kurangnya pengetahuan mengenai pasar, dan pengetahuan untuk
memasarkan produk dengan baik.
5. Rendahnyanilai guna kapasitas produksi, disiplin para tenaga kerja, dan
kesadaran akan keadaan lingkungan dan keamanan di sekitar pabrik.
6. Industri cenderung berorientasi untuk melakukan ekspor dan penggunaan
4
Dari berbagai permasalahan di atas yang dihadapi oleh industri kayu
gergajian, hal yang perlu diperhatikan agar industri ini tetap bertahan dalam
persaingan pasar yaitu manajemen produksi. Hal ini terkait dengan tujuan suatu
perusahaan yaitu memperoleh laba maksimal. Dalam konsep akuntansi, laba
merupakan kelebihan pendapatan dari kegiatan usaha, yang dihasilkan dengan
mengaitkan antara pendapatan dengan beban dalam suatu periode tertentu. Untuk
memperoleh laba ada tiga faktor utama di dalam perusahaan yang harus
diperhatikan, yaitu jumlah barang yang harus diproduksi, biaya per unit untuk
memproduksi, dan harga jual per unit produk tersebut. Untuk perusahaan
manufaktur, perencanaan biaya harus lebih strategis karena merupakan dasar
untuk menentukan harga jual produk yang dihasilkan perusahaan. Harga jual
produk yang ditetapkan oleh suatu perusahaan diharapkan mampu bersaing di
pasaran. Penentuan harga jual yang dapat bersaing bukan merupakan hal yang
mudah untuk dilakukan. Harga jual yang terlalu tinggi dapat berakibat kalahnya
perusahaan dalam persaingan, sedangkan harga jual yang terlalu rendah dapat
mengakibatkan tidak tercapainya tujuan perusahaan yaitu untuk memperoleh laba
pada tingkat yang diinginkan. Agar dapat bersaing, perusahaan harus dapat
menciptakan suatu produk baik barang maupun jasa yang harganya lebih rendah
atau paling tidak sama dengan harga yang ditawarkan para pesaingnya.
Di dalam menetapkan harga, terdapat berbagai macam metode. Metode
mana yang digunakan, tergantung kepada tujuan penetapan harga yang ingin
dicapai. Penetapan harga biasanya dilakukan dengan menambah persentase di atas
5
barang dagangan. Sedangkan dalam usaha jasa, penetapan harga biasanya
dilakukan dengan memperhitungkan biaya yang dikeluarkan dan pengorbanan
tenaga dan waktu dalam memberikan layanan kepada pengguna jasa. Menurut
Fandy Tjiptono, metode penetapan harga dikelompokkan menjadi empat macam
berdasarkan basisnya, yaitu berbasis permintaan, biaya, laba, dan persaingan.1
Dalam ekonomi Islam, berbagai macam metode penetapan harga tidak
dilarang oleh Islam dengan ketentuan sebagai berikut : harga yang ditetapkan oleh
pihak pengusaha / pedagang tidak menzalimi pihak pembeli yaitu tidak dengan
mengambil keuntungan di atas normal atau tingkat kewajaran. Tidak ada
penetapan harga yang sifatnya memaksa terhadap para pengusaha / pedagang
selama mereka menetapkan harga yang wajar dengan mengambil tingkat
keuntungan yang wajar (tidak di atas normal). Harga diridhoi oleh masing-masing
pihak, baik pihak pembeli maupun pihak penjual.
Pada surat As-syu’ara’ ayat 181 dan 182 Allah SWT berfirman :
ني س ۡخمۡلٱ نم ْاونوكت َو لۡيكۡلٱ ْاوف ۡوأ
٨
ميقت ۡسمۡلٱ ساط ۡسقۡلٱب ْاون و
٨
Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang- orang yang
merugikan. Dan timbanglah dengan timbangan yang lurus.2
Berdasarkan dalil al-Qur’an di atas dapat dijelaskan bahwa kebenaran dan
keadilan dalam mengukur (menakar) tersebut, menurut Dr. Umar Chapra juga
menyangkut pengukuran kekayaan, utang, modal pendapatan, biaya, dan laba
1Fandi Tjiptono, Strategi Pemasaran, (Yogyakarta : Penerbit Andi, 1997), 151.
2
6
perusahaan, sehingga seorang akuntan wajib mengukur kekayaan secara benar dan
adil. Begitu juga dalam penetapan harga tersebut juga harus dilakukan dalam
batas adil dengan memperhitungkan biaya produksi, biaya distribusi, transportasi,
modal dan margin keuntungan bagi para produsen maupun pedagang .Konsep
target costing sangat sesuai dan sejalan dengan metode ekonomi Islam dalam menetapkan harga produk. Meningkatnya persaingan serta tingkat penawaran
yang jauh melampaui tingkat permintaan, maka kekuatan pasar memberi pengaruh
yang semakin besar terhadap tingkat harga.Target costing adalah penentuan biaya yang diharapkan untuk suatu produk berdasarkan harga yang kompetitif, sehingga
produk tersebut akan dapat memperoleh laba yang diharapkan. Dengan demikian
target costing membuat perusahaan menjadi lebih kompetitif, dimana target costing adalah bentuk strategi umum dalam industri saat menghadapi persaingan yang sangat ketat dimana perbedaan sangat kecil di dalam harga dapat menarik
perhatian besar konsumen.3Untuk itulah diperlukan target costing untuk dapat mencapai tujuan perusahaan dalam rangka pengurangan biaya, yang pada
akhirnya akan membawa dampak terhadap tingkat harga yang kompetitif.
Umumnya perusahaan beroperasi dengan mengembangkan dan memproduksi
barang / jasa terlebih dahulu. Kemudian mulai menghitung biaya yang
dikeluarkan untuk jenis produksi tersebut dan menetapkan harga jual bagi
produknya, setelah itu produksi siap dipasarkan. Namun dalam metode target costing, proses yang terjadi justru sebaliknya. Setelah perusahaan mengetahui harga yang akan dikenakan terhadap produknya, kemudian perusahaan mulai
3Rudianto, Penganggaran Konsep dan Teknik Penyusunan Anggaran, (Jakarta : Erlangga, 2009),
7
mengembangkan produknya yang dapat dipasarkan secara menguntungkan pada
tingkat harga yang telah ditetapkan sebelumnya. Target costing dapat dicapai jika melakukan efisiensi / pengeliminasian pemborosan-pemborosan dalam produksi.
UD. Tiga Putra merupakan sebuah usaha kecil menengah yang berawal
dari tahun 1987, pemilik Usaha Dagang tersebut yakni Bapak Daeri. Usaha
dagang tersebut bergerak dalam bidang produksi kayu gergajian dan bahan
bangunan. Bahan baku kayu tersebut asli dari Kalimantan. Seperti, kebanyakan
usaha kecil menengah usaha tersebut masih menggunakan metode biaya
tradisional, sistem biaya ini menggunakan unit volume related cost driver seperti jam kerja langsung, jam alat atau mesin dan biaya material sesuai dengan volume
produksi. Penggunaan dasar tunggal ini mengakibatkan terjadinya distorsi dalam
perhitungan biaya pokok produksi, karena tidak semua sumber daya dalam proses
produksi digunakan secara proporsional. Usaha tersebut mengalami kendala yaitu
penurunan omset dari tahun 2013 sampai tahun terakhir ini sebagai dampak dari
kebakaran hutan diakibatkan karena musim kemarau. Sehingga terjadi kenaikan
harga bahan baku, dan berkurangnya jumlah pesanan yang diterima, sulitnya
pangsa pasar tersebut disebabkan akibat banyaknya pesaing usaha di bidang kayu
gergajian. Hingga saat ini UD. Tiga Putra mengalami masalah dalam
pemaksimalan laba pada produk kayu gergajian yaitu kusen ukuran balok 6 x 12
cm, keuntungan yang diharapkan dari penjualan per unit produk adalah 25 % dari
harga jualnya. Banyaknya pesaing usaha yang memproduksi barang yang sama
semakin memperjelas kenyataan bahwa laba yang didapat oleh UD. Tiga Putra
8
Pada kasus ini peneliti akan menerapkan metode target costing pada UD. Tiga Putra yang diprediksikan dapat menjadi metode yang tepat untuk membantu
mengatasi masalah dalam pemaksimalkan laba yang sedang dialami oleh usaha
dagang UD. Tiga Putra. Dalam penggunaan metode target costing akan ditekankan untuk meminimalisir / mengurangi biaya produksi pada tahap
perencanaan dan desain produk. Melalui target costing dapat diketahui berapa besar selisih biaya yang dianggarkan dengan biaya yang terjadi yang
memungkinkan perusahaan untuk mencapai keuntungan. Metode apapun yang
digunakan, biaya selalu memegang peranan yang penting untuk memperhitungkan
dan memiliki pengaruh yang besar terhadap penjualan suatu produk, dan sangat
berkaitan dengan target laba yang ingin dicapai oleh suatu perusahaan.
Dengan latar belakang di atas, maka penulis ingin melakukan penelitian
dengan mengangkat judul “Penerapan Sistem Target Costing Dalam Upaya
Pengurangan Biaya Produksi Untuk Peningkatan Laba Usaha” (Study Kasus di
UD. Tiga Putra Kota Mojokerto) dengan tujuan untuk menganalisis pengurangan
biaya produksi dalam upaya peningkatan laba usaha yang efisien dalam
perhitungan target costing di UD. Tiga Putra Kota Mojokerto.
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
9
Berdasarkan masalah yang diteliti, maka penulis mengidentifikasi
masalah yaitu:
1. Penurunan permintaan produk kayu gergajian pada tahun terakhir
ini.
2. Besarnya biaya produksi yang dikeluarkan per unit produk kusen
ukuran balok 6 x 12 cm.
3. Pemaksimalan laba masih belum stabil untuk produksi per unit
produk kusen ukuran balok 6 x 12 cm.
4. Penerapan sistem target costing dalam proses produksi per unit produk kusen ukuran balok 6 x 12 cm.
b. Batasan Masalah
Pembahasan dalam penelitian ini dibatasi pada masalah ini harga
pokok produksi yang akurat dalam upaya meningkatkan laba penjualan
produk per unit. Pembatasan ruang lingkup ini dimaksudkan agar
pembahasan yang dilakukan lebih terarah dan terpadu sehingga uraiannya
dapat lebih dipusatkan pada permasalahan yang terjadi dalam perusahaan.
Batasan masalah tersebut meliputi :
1. Obyek penelitian hanya terbatas pada masalah biaya produksi dan
penerapan target costing dengan value engineering(desain produk) per unit produk kusen ukuran balok 6 x 12 cm.
2. Penelitian ini hanya berfokus pada produksi kayu gergajian di UD.
10
C. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, rumusan masalah adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana proses produksi yang diterapkan dan laba yang diharapkan
oleh UD. Tiga Putra di Kota Mojokerto ?
2. Bagaimana pengurangan biaya produksi untuk peningkatan laba usaha
yang efisien dalam perhitungan target costing UD. Tiga Putra di Kota Mojokerto ?
D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian atau penelitian
yang sudah pernah dilakukan di seputar masalah yang akan diteliti sehingga
terlihat jelas bahwa kajian yang akan dilakukan ini tidak merupakan
pengulangan atau duplikasi dari kajian atau penelitian yang telah ada.
Terdapat beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh pihak lain sebagai
rujukan dalam mengembangkan materi yang ada dalam penelitian, diantaranya
;
Penelitian yang dilakukan oleh Aprianty dengan judul “Analisis
Penerapan Target Costing Untuk Pencapaian Target Pricing Sewa Kamar
Hotel Dalam Meningkatkan Efisiensi dan Memaksimalkan Laba”. Obyek
11
mengetahui implementasi dan dampak penerapan target costing untuk pencapaian target pricing sewa kamar hotel dalam rangka meningkatkan efisiensi dan memaksimalkan laba. Metode analisis yang digunakan adalah
metode analisis deskriptif yang menguraikan, mengumpulkan dan mengolah
data-data yang diperoleh dari Hotel Topas Galeri. Hasil penelitian adalah
bahwa terlihatnya perbedaan biaya yang signifikan ketika perusahaan
menggunakan sistem tradisional dengan menggunakan target costing. Dengan menghilangkan aktivitas / biaya yang tidak menambah nilai, maka perusahaan
akan dapat memaksimalkan laba tanpa harus mengurangi pelayanan jasa
terhadap konsumen dan konsumen akan tetap terpuaskan dengan pelayanan
yang diberikan oleh Hotel Topas Galeri Bandung.4
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Damayani dengan judul
“Penerapan Target Costing Dalam Sistem Pengendalian Biaya Produksi pada
PT. Indomobil Suzuki Internasional. Metode penelitian adalah metode
deskriptif yang menjelaskan secara sistematik, aktual dan akurat mengenai
bukti atau fakta-fakta dan karakteristik hal-hal yang berkaitan dengan
penerapan target costing pada PT. Indomobil Suzuki Internasional. Hasil penelitian adalah penerapan target costing pada PT. Indomobil Suzuki Internasional semakin memotivasi para manager khususnya yang berkaitan
dengan bagian produksi menuju efisiensi dan efektivitas kerja, karena dengan
adanya target costing perusahaan dapat mengurangi biaya tanpa menurunkan
4Aprianty. Analisis Penerapan Target Costing Untuk Pencapaian Target Pricing Sewa Kamar
12
kualitas produk yang dihasilkan sehingga otomatis perusahaan dapat
meningkatkan keuntungan.5
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Alimuddin melakukan
penelitian dengan judul “Analisis Pendekatan Target Costing Sebagai Alat
Penilaian Efisiensi Produksi Semen pada PT. Semen Tonasa Kabupaten
Pangkep”. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perkembangan harga
pokok dan harga jual semen yang dicapai pada PT. Semen Tonasa Kabupaten
Pangkep serta melakukan pendekatan target costing agar dapat dijadikan sebagai alat penilaian efisiensi dalam proses produksi semen. Metode
penelitian adalah analisis deskriptif yang sifatnya menguraikan,
mengumpulkan dan mengolah data-data yang diperoleh dari pada PT. Semen
Tonasa Kabupaten Pangkep. Hasil penelitian yang didapat terlihat bahwa
adanya suatu perbedaan yang signifikan ketika PT. Semen Tonasa Kabupaten
Pangkep menggunakan sistem tradisional dengan penggunaan target costing. Hasil analisis perbandingan antara total biaya yang dikeluarkan oleh
perusahaan dengan menurut target costing, menunjukkan bahwa total biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk tahun 2008 sebesar Rp 334.864,13.
Sedangkan menurut target costing sebesar Rp 292.451.22. Tahun 2019 menurut perusahaan sebesar Rp 360.842.55 sedangkan menurut target costing
5Damayani, Penerapan Target Costing Dalam Sistem Pengendalian Biaya Produksi Pada PT.
13
sebesar Rp 315.630.25. Sedangkan pada tahun 2010 sebesar Rp 372.534.92
dan menurut target costing sebesar Rp 333.112.6
Dari penelitian-penelitian sebelumnya, penulis mengamati bahwa ada
banyak hal yang dapat dijadikan sebagai dasar persamaan, yaitu
metode-metode yang digunakan dalam penelitian serta apakah dengan target costing
dapat dijadikan sebagai alat dalam mengendalikan biaya-biaya produksi
perusahaan. Sedangkan perbedaan yang dapat dilihat dari penelitian
sebelumnya yaitu mengenai obyek penelitian dimana obyek yang digunakan
penulis yaitu UD. Tiga Putra di Kota Mojokerto merupakan usaha dagang
yang memproduksi kayu.
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai
pada penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui proses produksi yang diterapkan dan laba yang
diharapkan oleh UD. Tiga Putra di Kota Mojokerto.
2. Untuk menganalisis pengurangan biaya produksi dalam upaya
peningkatan laba usaha yang efisien dalam perhitungan target costing
UD. Tiga Putra di Kota Mojokerto.
F. Kegunaan Hasil Penelitian
6Alimuddin, Analisis Pendekatan Target Costing Sebagai Alat Penilaian Efisiensi Produksi Semen
14
Penelitian ini diharapkan bermanfaat dan berguna bagi banyak
pihak. Adapun kegunaan penelitian ini adalah:
1. Bagi penulis, untuk menerapkan teori-teori yang telah dipelajari
selama ini sehingga dapat memperdalam pengetahuan tentang
penelitian dan menambah wawasan serta pemahaman yang lebih baik
terhadap target costing.
2. Bagi UD. Tiga Putra di Kota Mojokerto, memberikan kontribusi yang
bermanfaat bagi usaha dagang dalam mengurangi biaya produksi
selama proses produksinya serta bermanfaat juga dalam
memaksimalkan laba usaha.
3. Bagi pihak lain, sebagai bahan informasi kepada akademisi dan
masyarakat tentang konsep produksi yang tepat guna memaksimalkan
laba usaha.
G. Definisi Operasional
Konsep-konsep perlu didefinisikan secara jelas oleh peneliti agar
pembaca atau orang lain mengetahui maksud dari konsep yang dipakai peneliti
dalam penelitian tersebut. Konsep-konsep yang sama bisa jadi dapat diartikan
berbeda oleh pembaca. Definisi operasional merupakan suatu langkah yang
dapat memberitahukan bagaimana cara mengukur variabel dan untuk
memudahkan pengukuran masing-masing variabel berdasarkan kenyataan
15
Target Costing
Target costing adalah metode penentuan biaya produksi di mana perusahaan terlebih dulu menentukan biaya produksi yang harus dikeluarkan
berdasarkan harga pasar kompetitif, dengan demikian perusahaan memperoleh
laba yang diharapkan.7 Melalui target costing dapat diketahui berapa besar selisih biaya yang dianggarkan dengan biaya yang terjadi yang
memungkinkan perusahaan untuk mencapai keuntungan.
Perhitungan target costing :
Target cost per unit = harga jual per unit yang diperkirakan dapat diterima oleh costumer (pembeli) – laba per unit yang diharapkan.8
Biaya Produksi
Biaya produksi dapat didefinisikan sebagai semua pengeluaran yang
dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan
bahan-bahan mentah perusahaan tersebut.9 Biaya pada perusahaan berbentuk
manufaktur, biaya yang dikeluarkan oleh fungsi produksi untuk mengolah
bahan baku menjadi produk jadi dengan menggunakan investasi modal berupa
mesin dan fasilitas produksi lain serta tenaga kerja langsung. Biaya
7Rudianto, Penganggaran : Konsep dan Teknik Penyusunan Anggaran (Jakarta : Erlangga, 2009),
276.
8
Mulyadi, Activity-Based Cost System Sistem Informasi Biaya untuk Pemberdayaan Karyawan, Pengurangan Biaya, dan Penentuan Secara Akurat Kos Produk dan Jasa, (Yogyakarta : UPP AMP YKPN, 2003), 421.
9
16
manufaktur ini terdiri dari tiga kelompok besar : bahan langsung, upah
langsung dan overhead pabrik (semua biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung).
Laba Usaha
Laba adalah selisih lebih antara pendapatan dan biaya yang timbul
dalam kegiatan utama atau sampingan di perusahaan selama satu periode,
karena laba pada suatu perusahaan atau unit usaha dijadikan sebagai tujuan
utama, maka laba merupakan alat yang baik untuk mengukur prestasi dari
pimpinan dan manajemen perusahaan, dengan kata lain efektivitas dan
efisiensi dari suatu usaha secara garis besar dapat dilihat pada laba yang
diraihnya.
Perhitungan laba usaha= Pendapatan- beban = penjualan – biaya.
H. Metode Penelitian
1. Data yang dikumpulkan
Penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field reseach) dengan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian yang sumber datanya diperoleh dengan mendatangi perusahaan secara langsung
sebagai objek penelitian. Data kualitatif, yaitu data yang berisikan
sejarah singkat tentang UD. Tiga Putra di Kota Mojokerto, informasi
mengenai biaya-biaya dan proses produksi yang diperoleh dari
17
mengenai biaya-biaya utama dalam kegiatan produksi yang terdiri atas
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik (semua biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja
langsung).
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa
sumber data internal yaitu data yang diperoleh dari dalam perusahaan
yang terdiri atas data primer dan data sekunder.
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer yaitu subjek penelitian yang dijadikan
sebagai sumber informasi penelitian dengan menggunakan alat
pengukuran atau pengambilan data secara langsung (wawancara).10
Data ini didapat dari hasil wawancara langsung dengan pihak yang
bersangkutan dalam perusahaan, seperti pemilik usaha,
penanggung jawab produksi, dan bagian-bagian yang bersangkutan
dengan produksi dan pemasaran, sehingga dapat diperoleh
keterangan yang dibutuhkan sehubungan dengan masalah yang
diteliti yakni prosedur proses produksi.
b. Sumber Data Sekunder
Jenis data sekunder adalah jenis data yang dapat dijadikan
sebagai pendukung data pokok. Peneliti menggunakan data
sekunder ini untuk memperkuat penemuan dan melengkap
18
informasi yang telah dikumpulkan dari data primer. Dalam
penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder adalah segala
sesuatu yang berkaitan dengan masalah pokok penelitian, baik
manusia maupun benda (majalah, koran, data-data lainnya).
Buku-buku yang menjadi sumber data sekunder adalah:
1) Akuntansi Manajemen Informasi Untuk Pengambilan Keputusan Strategis, karya Rudianto.
2) Akuntansi Biaya, karya Armanto Witjaksono, SE, Ak, MM. 3) Akuntansi Manajerial Suatu Orientasi Praktis, karya Drs. Edi
Herman, MBA, Ak.
4) Akuntansi Biaya : Conventional Costing, Just in Time, dan Activity-Based Costing, karya Drs. Mursyidi, SE., M.Si.
5) Penganggaran Perusahaan : Teori dan Aplikasi, karya Ida Bagus Agung Dharmanegara.
6) Akuntansi Manajemen, karya Dr. Ari Purwanti. M.Ak. dan Dr. Darsono Prawironegoro.
3. Teknik Pengumpulan Data
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan berbagai data
yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:
a. Observasi, penulis menerapkan metode observasi ini dengan
cara pengamatan langsung terhadap obyek studi yaitu UD. Tiga
Putra di Kota Mojokerto untuk mendapatkan informasi dan
19
costing dalam upaya pengurangan biaya produksi untuk
peningkatan laba usaha.
b. Wawancara, yaitu percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut11. Penulis
menggunakan pengumpulan data metode wawancara dengan
melakukan komunikasi secara langsung pada pihak terkait yang
dalam hal ini yaitu pemilik dan pengelola UD. Tiga Putra Kota
Mojokerto dengan cara memberikan sejumlah pertanyaan untuk
mendapatkan data dan informasi secara jelas dan lengkap.
c. Dokumentasi, adalah teknik pengumpulan data (informasi)
yang berwujud sumber data tertulis atau gambar. Sumber
tertulis atau gambar tersebut dapat berbentuk dokumen resmi,
buku, majalah, arsip, dokumen pribadi, dan photo12. Dalam
penelitian ini penulis menerapkan teknik dokumentasi dengan
cara mengumpulkan, menyalin, melihat, serta mengevaluasi
laporan serta dokumen-dokumen yang terkait dengan obyek
penelitian. Tujuan digunakan metode ini untuk memperoleh
data secara jelas dan konkret tentang pelaksanaan proses
11 Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), 186.
20
produksi, biaya yang dikeluarkan selama proses produksi, dan
laba yang diharapkan per unit produk.
d. Studi kepustakaan
Pengumpulan data yang bersumber dari buku-buku yang
membahas dan berhubungan dengan objek penelitian. Selain
itu, data juga di ambil dari browsing di internet.
4. Teknik Pengolahan Data
Untuk mengolah data, penulis menggunakan tiga kegiatan
analisis yakni sebagai berikut:
a. Reduksi data
Kegiatan ini adalah sebuah proses pemilihan data,
pemusatan perhatian pada penyederhanaan data, pengabstrakan
data, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan
tertulis di lapangan. Dalam kegiatan ini yang dilakukan adalah
memilih data yang harus dibuang, data yang perlu diberi kode serta
data yang harus dilakukan peringkasan.
b. Penyajian data
Penyajian data dapat dijadikan sebagai kumpulan informasi
yang tersusun sehingga memberikan kemungkinan adanya
penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian yang
dilakukan penulis adalah penyajian dalam bentuk naratif.
21
Dalam pengelolahan data kualitatif ini penulis tidak
tergesa-tergesa untuk menarik kesimpulan tetapi secara bertahap
dengan tetap meperhatikan perkembangan perolehan data karena
sejak awal penelitian, penulis sudah mulai mencari arti tentang
segala hal yang telah dicatat menjadi suatu kesimpulan tertentu.
5. Teknik Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
bersifat deskriptif analitik, di mana setelah data diperoleh dilakukan
analisis, hasilnya berupa pemaparan gambaran mengenai situasi yang
diteliti dalam bentuk uraian naratif. Tujuan deskriptif ini adalah untuk
membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual
dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar
fenomena yang diselidiki.13 Data yang diperoleh dapat membantu
penulis dalam menerapkan sistem target costing pada biaya produksi kayu gergajian per unit produk kusen ukuran balok 6 x 12 cm.
Pola berfikir dalam penelitian ini menggunakan pola berfikir
induktif yang berarti suatu jenis pola berfikir yang bertolak dari fakta
empiris yang didapat dari lapangan (berupa data penelitian) yang
kemudian dianalisis, ditafsirkan dan berakhir dengan penyimpulan
terhadap permasalahan berdasarkan pada data lapangan tersebut.
Dengan kata lain metode analisis dengan pola berfikir induktif
22
merupakan metode analisis yang menguraikan dan menganalisis
data-data yang diperoleh dari lapangan dan bukan dimulai dari deduksi
teori.14
Dalam penelitian ini, penulis menganalisis data melalui tiga
langkah. langkah yang pertama adalah membuat rincian-rincian yang
berkaitan dengan permasalahan yakni tentang target costing, proses produksi dan laba yang diharapkan . Kemudian langkah kedua adalah
menerapkan pola pikir induktif dengan mengelompokkan data menjadi
beberapa data khusus kemudian disimpulkan secara umum. Langkah
ketiga merupakan langkah terakhir, dalam langkah terakhir yang
dilakukan adalah mengkaitkan kesimpulan-kesimpulan umum yang
telah diperoleh dengan teori target costing untuk mendapatkan kesimpulan akhir.
I. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan ini dipaparkan dengan tujuan untuk
memudahkan penulisan dan pemahaman. Oleh karena itu, dalam penulisan
skripsi ini dibagi dalam beberapa bab, pada tiap-tiap bab terdiri dari
beberapa sub bab, sehingga pemabaca dapat memahami dengan mudah.
Adapun sistematika pembahasannya adalah :
23
Bab pertama adalah pendahuluan. Dalam bab ini terdiri dari latar
belakang masalah, identifikasi masalah dan batasan masalah, rumusan
masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian,
definisi operasional, metode penelitian (meliputi jenis penelitian, sumber
data, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data, dan teknik analisis
data) serta sistematika pemabahasan.
Bab kedua adalah kerangka teoritis, yang memuat tentang teori
biaya, teori target costing, dab teori laba.
Bab ketiga adalah data penelitian yang meliputi gambaran umum
usaha dagang di UD. Tiga Putra Kota Mojokerto, deskripsi tentang
kegiatan produksi terutama data mengenai biaya-biaya utama dalam
kegiatan produksi yang terdiri atas biaya bahan baku, biaya tenaga kerja,
dan biaya overhead pabrik (semua biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung) serta laba yang diharapkan usaha dagang
tersebut.
Bab keempat adalah analisis data yang diangkat penulis dalam
skripsi. Adapun bab ini akan menjelaskan penerapan sistem target costing
pada UD. Tiga Putra Kota Mojokerto yang diprediksikan dapat menjadi
metode yang tepat untuk membantu mengatasi masalah dalam
pemaksimalan laba yang sedang dialami oleh usaha dagang UD. Tiga
Putra, dalam penggunaan metode target costing akan ditekankan untuk meminimalisir / mengurangi biaya produksi pada tahap perencanaan per
24
biaya yang dianggarkan dengan biaya yang terjadi yang memungkinkan
perusahaan untuk mencapai keuntungan.
Bab kelima merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan dari
hasil penelitian dan saran-saran yang sebaiknya dilakukan UD. Tiga Putra
Kota Mojokerto dalam upaya mengurangi biaya produksi untuk
BAB II
KERANGKA TEORITIS
A. Pengertian Biaya
Biaya dalam akuntansi biaya diartikan dalam dua pengertian yang
berbeda, yaitu biaya dalam artian cost dan biaya dalam artian expense.
Biaya atau cost adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk
mencapai tujuan tertentu.1 Pada saat akan / telah melakukan suatu kegiatan
untuk tujuan tertentu, misalnya akan membuat barang atau bepergian atau
menyelesaikan kegiatan pelayanan tentu akan mengeluarkan uang dan
menggunakan alat atau benda lainnya yang dimiliki. Uang atau alat baik
yang akan atau telah digunakan untuk kegiatan tersebut dikategorikan
sebagai biaya. Sedangkan beban (expense) adalah biaya yang telah terjadi yang dikurangkan dari penghasilan atau dibebankan pada periode yang
bersangkutan.2 Dapat berupa uang yang telah dikeluarkan, atau harta /
fisilitas yang telah digunakan dalam rangka memperoleh pendapatan yang
diperhitungkan dalam suatu periode akuntansi di mana pendapatan
diperhitungkan atau diakui. Misalnya, pengeluaran uang untuk transportasi
(beban transportasi), fasilitas sewa atau bunga, iklan, pegawai (beban
1 Bastian Bustami Nurlela dan Nurlela, Akuntansi Biaya Edisi 4, (Jakarta : Mitra Wacana Media,
2013), 7.
2 Mursyidi, Akuntansi Biaya Conventional Costing, Just in Time, dan Activity-Based Costing,
26
sewa, beban bunga, beban iklan, beban gaji dan upah), yang telah
dinikmati walaupun belum dibayar. Dari pengertian di atas, walaupun
nampak ada perbedaan namun pada dasarnya memiliki persamaan yaitu
pengorbanan ekonomis, yang diukur dengan nilai uang untuk memperoleh
barang atau jasa.
B. Klasifikasi biaya
Biaya merupakan faktor yang berkaitan dengan aktivitas bisnis
perusahaan, selain itu biaya juga berkaitan dengan berbagai tipe bisnis,
non bisnis, manufaktur dan bidang usaha lainnya. Secara umum, jenis
biaya yang terjadi tergantung pada tipe organisasinya.
Klasifikasi biaya atau penggolongan biaya adalah suatu proses
pengelompokkan biaya secara sistematis atas keseluruhan elemen biaya
yang ada ke dalam golongan-golongan tertentu yang lebih ringkas untuk
dapat memberikan informasi yang lebih ringkas dan penting.3
1. Biaya dalam hubungan dengan produk
Biaya dalam hubungan dengan produk dapat dikelompokkan menjadi
biaya produksi dan biaya non produksi.
a. Biaya produksi adalah biaya yang digunakan dalam proses
produksi yang terdiri dari bahan baku langsung, tenaga kerja
3
27
langsung dan biaya overhead pabrik. Biaya produksi ini disebut juga dengan biaya produk yaitu biaya-biaya yang dapat
dihubungkan dengan suatu produk, dimana biaya ini merupakan
bagian dari persedian. Contoh : kayu dalam pembuatan meubel,
kain dalam pembuatan pakaian, karet dalam pembuatan ban.4
b. Biaya non produksi adalah biaya yang tidak berhubungan dengan
proses produksi. Biaya non produksi ini disebut dengan biaya komersial atau biaya operasi. Biaya komersial atau operasi ini juga digolongkan sebagai biaya periode yaitu biaya-biaya yang dapat
dihubungkan dengan interval waktu. Contohnya, beban pemasaran,
beban administrasi, dan beban keuangan.5
2. Biaya dalam hubungan dengan volume produksi
Banyak biaya dimana totalnya berubah sesuai dengan variasi volume
produksi atau penjualan atau intensitas aktivitas yang dilakukan dan
banyak juga yang tetap meskipun terjadi volume berfluktuasi.6
Berubah sesuai dengan biaya dalam hubungan dengan volume biaya
atau perilaku biaya dapat dikelompokkan menjadi elemen7 :
a. Biaya variabel adalah biaya yang berubah sebanding dengan
perubahan volume produksi dalam rentang relevan, tetapi secara
28
per unit tetap. Contohnya, perlengkapan, bahan bakar, biaya
pengiriman barang, royalty dll.
b. Biaya tetap adalah biaya yang secara totalitas bersifat tetap dalam
rentang relevan tertentu, tetapi secara per unit berubah. Contohnya,
gaji satpam, dan pegawai kebersihan, pajak properti, sewa dll.
c. Biaya semi adalah biaya di dalamnya mengandung unsur tetap dan
mengandung unsur variabel. Biaya semi ini dapat dikelompokkan
dalam dua elemen biaya yaitu :
1) Biaya semi variabel adalah biaya di dalamnya mengandung
unsur tetap dan memperlihatkan karakter tetap dan
variabel. Contohnya : biaya listrik, telpon dan air, bensin,
perlengkapan dll.
2) Biaya semi tetap adalah biaya yang berubah dan volume
secara bertahap. Contohnya, gaji presiden direktur,
asuransi kecelakaan buruh dll.
3. Biaya dalam hubungan dengan departemen produksi
Dapat dikelompokkan menjadi segmen-segmen dengan berbagai nama
seperti ; departemen, kelompok biaya, pusat biaya, unit kerja yang
dapat digunakan dalam mengelompokkan biaya menjadi biaya
langsung departemen dan biaya tidak langsung departemen.8
a. Biaya langsung departemen adalah biaya yang dapat ditelusuri
secara langsung ke departemen yang bersangkutan. Contoh : gaji
8
29
mandor pabrik yang digunakan oleh departemen bersangkutan
merupakan biaya langsung bagi departemen.
b. Biaya tidak langsung departemen adalah biaya yang tidak dapat
ditelusuri secara langsung ke departemen bersangkutan. Contoh :
biaya penyusutan dan biaya asuransi merupakan biaya yang
manfaatnya digunakan secara bersama oleh masing-masing
departemen, oleh karena itu biaya tersebut merupakan biaya tidak
langsung departemen.
4. Biaya dalam hubungan dengan periode waktu
Dalam hubungannya dengan periode waktu biaya dapat
dikelompokkan menjadi biaya pengeluaran modal dan biaya
pengeluaran pendapatan.9
a. Biaya pengeluaran modal adalah biaya yang dikeluarkan untuk
memberikan manfaat di masa depan dan dalam jangka waktu yang
panjang dan dilaporkan sebagai aktiva. Contoh : pembelian mesin
dan peralatan.
b. Biaya pengeluaran pendapatan adalah biaya yang memberikan
manfaat untuk periode sekarang dan dilaporkan sebagai beban.
Contoh : mesin atau peralatan yang dibeli apabila dikonsumsi akan
kehilangan kegunaan dan akan menimbulkan penyusutan.
Penyusutan ini disebut sebagai pengeluaran pendapatan yang akan
dilaporkan sebagai beban.
30
5. Biaya dalam hubungannya dengan pengambilan keputusan
Biaya dalam rangka pengambilan keputusan dapat dikelompokkan
menjadi biaya relevan dan biaya tidak relevan.10
a. Biaya relevan adalah biaya masa akan datang yang berbeda dalam
beberapa alternatif yang berbeda. Biaya relevan terdiri dari :
1) Biaya diferensial adalah selisih biaya atau biaya yang berbeda
dalam beberapa alternatif pilihan. Biaya diferensial disebut
juga dengan biaya marginal atau biaya incremental.
Contoh : perusahaan mempunyai dua pilihan dalam
penggunaan bahan yaitu logam dan besi. Jika menggunakan
logam, biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 100.000,00
sedangkan jika menggunakan besi biaya yang dikeluarkan
sebesar Rp 150.000,00. Dari keterangan di atas terlihat bahwa
ada dua alternatif yang berbeda dengan dua biaya yang
berbeda. Perbedaan tersebut sebesar Rp 50.000,00.
2) Biaya kesempatan
Biaya kesempatan adalah kesempatan yang dikorbankan dalam
memilih suatu alternatif.
Contoh : perusahaan mempunyai dua alternatif yang berbeda
terhadap sebuah mobil, apakah mobil tersebut dijual atau
disewakan. Alternatif pertama, dengan menjual mobil maka
perusahaan akan memperoleh pendapatan sebesar Rp
31
50.000.000,00. Alternatif kedua, mobil tersebut dapat
disewakan dengan pendapatan sebesar Rp 60.000.000,00. Jika
alternatif yang dipilih menjual mobil tersebut, maka ada
kesempatan yang hilang yaitu sebesar Rp 60.000.000,00 jika
memilih disewakan.
3) Biaya tersamar adalah biaya yang tidak kelihatan dalam
catatan akuntansi tetapi mempengaruhi dalam pengambilan
keputusan.
Contoh : biaya bunga.
4) Biaya nyata adalah biaya yang benar-benar dikeluarkan
akibat memilih suatu alternatif.
Contoh : biaya yang dikeluarkan jika memilih pesanan dari
luar.
5) Biaya yang dapat dilacak adalah biaya yang dapat dilacak
saat produk selesai.
Contoh : biaya bahan baku langsung dan tenaga kerja
langsung.
b. Biaya tidak relevan adalah biaya yang dikeluarkan tetapi tidak
mempengaruhi keputusan apapun. Biaya tidak relevan dapat
dikelompokkan menjadi elemen11 :
11 Mulyadi, Activity-Based Cost System (Sistem Informasi Biaya untuk Pemberdayaan Karyawan,
32
1) Biaya masa lalu adalah biaya yang sudah dikeluarkan tetapi
tidak mempengaruhi keputusan apa pun.
Contoh : pembelian bensin.
2) Biaya terbenam adalah biaya yang tidak dapat kembali.
Contoh : kelebihan nilai buku atas nilai sisa, supervisor
pabrik dan penyusutan barang.
C. Biaya Manufaktur (Manufacturing Cost)
Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang harus mengolah
bahan baku menjadi barang jadi yang siap pakai, maka persediaan di
dalam perusahaan manufaktur berbeda dengan jenis persediaan di dalam
perusahaan dagang. Persediaan di dalam perusahaan manufaktur
dibedakan menjadi12 :
1. Persediaan bahan baku, yaitu bahan dasar yang menjadi komponen
utama dari suatu produk. Misalnya : kain adalah bahan baku dari
pakaian, kayu adalah bahan baku dari meja, dll.
2. Persediaan barang dalam proses, yaitu bahan baku yang telah diproses
untuk diubah menjadi barang jadi tetapi sampai pada tanggal neraca
belum selesai proses produksinya. Misalnya : pakaian yang belum ada
lengannya di dalam industri garmen, meja tulis yang belum dihaluskan
di dalam industri meubel, dll.
12 Rudianto, Penganggaran (Konsep dan Teknik Penyusunan Penganggaran), (Jakarta : Erlangga,
33
3. Persediaan barang jadi, adalah bahan baku yang telah diproses menjadi
produk jadi yang siap pakai dan siap dipasarkan. Seperti pakaian jadi,
meja tulis, dll.
Jenis dan struktur biaya di dalam perusahaan manufaktur juga
memiliki perbedaan dengan perusahaan jasa dan dagang. Biaya di dalam
perusahaan manufaktur dikelompokkan menjadi beberapa kelompok
menurut spesifikasi kegunaannya, yaitu13 :
1. Bahan langsung (direct materials) disebut juga bahan baku (raw materials) adalah material produksi primer yang akan membentuk produk jadi dan dapat ditelusuri secara langsung secara fisik ke produk
jadi yang bersangkutan. Sesuai dengan sifatnya, bahan langsung ini
adalah biaya variabel karena jumlah total dari biaya ini berubah secara
proporsional sesuai dengan volume dari produk jadi yang dihasilkan.
Tabel 2.1
Contoh Bahan Langsung Untuk Beberapa Industri14
Bahan Langsung Sektor Industri
Biji besi Pabrik pembuat iron bar (besi batangan)
Log (kayu gelondongan) Industri sawn timber (kayu gergajian)
Electronic chip Produsen kalkulator
Plastik Produsen mainan anak
Kertas Industri percetakan buku
Kain tekstil Taylor (penjahit)
Pentium 4 Industri perakitan komputer
13
Edi Herman, Akuntansi Manajerial (Suatu Orientasi Praktis) (Jakarta : Mitra Wacana Media, 2013) , 43
14
34
2. Bahan tidak langsung adalah bahan produksi yang tidak dapat
ditelusuri secara langsung ke barang jadi yang dihasilkan atau obyek
biaya yang ditimbulkannya. Biaya ini sangat bervariasi diantara
perusahaan manufaktur, bahkan bisa berbeda diantara sektor industri
yang sama karena memakai bahan yang berbeda. Produsen mobil
Toyota menggunakan casted iron untuk rantai timing kendaraan Toyota, sementara Suzuki memakai timing belt yang dibuat dari karpet campuran asbes (bahan tidak langsung). Rumah makan simpang raya
menggunakan daun pisang (bahan tidak langsung) untuk pembungkus
nasi ramesnya sementara restoran bahagia memakai kertas campuran
plastik untuk pembungkus.
Tabel 2.2
Contoh Bahan Tidak Langsung Untuk Beberapa Industri15
Bahan Tidak Langsung Sektor Industri
Oli mesin produk Pabrik semen
Bola lampu ruangan pabrik Industri sawn timber (kayu
gergajian)
Bahan kimia pengawet getah karet Industri lumber
Zat pewarna untuk lebel kemasan Pabrik mie instan
Cutting Screw (sparepart) Mesin pemotong pada industri baja
Plastik film Usaha sablon
Busa pembungkus Industri kalkulator
3. Upah langsung (direct labour) adalah upah yang diberikan kepada pekerja yang secara langsung mentransformasikan bahan menjadi
produk jadi. Karena keahlian yang dimiliki pekerja itulah proses
produksi dapat berjalan dan barang jadi atau jasa dapat diserahkan.
35
Tabel 2.3
Contoh Upah Langsung Untuk Beberapa Industri16
Upah Langsung Sektor Industri
Upah bagi pekerja di lini assembling Industri automobile
Upah pekerja di pembangunan perumahan Real estate
Upah pekerja pada pabrik biskuit Pabrik biskuit
Upah pekerja pada pabrik roti Pabrik roti
Honor dosen di semester pendek Fakultas Ekonomi Universitas Andalas
Honor dokter dalam tindakan operasi Rumah Sakit
Fee Akuntan senior untuk jasa audit keuangan Kantor Akuntan Publik
4. Upah tidak langsung (in direct labour cost) adalah upah atau gaji yang diberikan kepada pekerja tidak secara langsung mentransformasikan
bahan menjadikan produk jadi.
Tabel 2.4
Contoh Upah Tidak Langsung Untuk Beberapa Industri17
Upah Tidak Langsung Sektor Industri
Gaji karyawan bengkel pemeliharan mesin Semen
Gaji supervisor Kertas
Honor Material Handler Pabrik triplex
Gaji petugas quality control Pabrik Spare partautomobile
Tunjangan lebaran pekerja produksi Garmen
Tunjangan staf R & D untuk set up mesin Pabrik besi baja
Gaji satpam pabrik Industri tekstil
5. Biaya overhead adalah seluruh biaya manufaktur selain bahan baku dan upah langsung, dimana perusahaan tidak dapat secara langsung
menelusuri dan membebankannya ke produk atau jasa tertentu.
Tabel 2.5
36
Contoh Bahan Overhead Untuk Beberapa Industri18
Biaya Overhead Sektor Industri
Suku cadang mesin Pabrik kertas
Tunjangan kecelakaan kerja di pabrik Industri proliferasi nuklir
Asuransi kebakaran gedung pabrik Pabrik senjata
Honor perjalanan dinas staf pabrik Industri dirgantara (aerospace)
Fee pendaftaran sertifikat ISO 2000 Industri perkapalan
Biaya listrik, telephone, uap dan air pabrik Industri soft drink
BBM dan pelumas mesin kompresor Industri pengecatan kendaraan
D. Laba Usaha
Perencanaan laba melibatkan susunan tujuan laba realistis serta
sasaran yang harus dipenuhinya. Rencana harus mempertimbangkan
bentuk organisasi, lini produk (misalnya, baru, usang), mewujudkan jasa,
harga penjualan, volume penjualan, biaya (biaya manufaktur dan operasi),
pangsa pasar, wilayah, ketrampilan dari kekuatan tenaga kerja, sumber
dari barang persediaan, kondisi ekonomi, lingkungan politis, risiko,
efektivitas kekuatan penjualan, kesehatan keuangan (misalnya, arus kas),
sumber daya fisik dan kondisi, jadwal produksi, sumber daya manusia
(misalnya, angka dan kualitas karyawan), dan kemampuan teknologi.19
Tanpa laba perusahaan tidak akan tumbuh dan berkembang. Laba akan
memberikan kemakmuran bagi pemilik usaha. Laba yang minim tidak
diinginkan oleh pemilik usaha, sebaliknya laba yang terlalu besar tidak
18 Ibid, 46
19 Ida Bagus Agung Dharmanegara, Penganggaran Perusahaan (Teori dan Aplikasi), (Yogyakarta
37
disenangi oleh konsumen karena harga barang mahal dan menghancurkan
daya beli. Laba diperoleh apabila harga barang lebih tinggi dari pokoknya.
Sebaliknya rugi akan terjadi apabila pokok barang lebih tinggi dari
harganya. Banyak penjual menetapkan harga yang lebih mahal agar cepat
makmur padahal cara itu sama dengan bunuh diri. Disisi lain menjual
terlalu murah bisa menggerogoti pokok dan akhirnya rugi. Oleh karena itu
perencanaan laba yang baik sangat penting dalam suatu usaha. Untuk tetap
tumbuh dan berkembang secara sehat, akuntan manajemen memegang
peranan penting bagi perusahaan. Akuntan harus mampu menghitung laba
yang optimal dengan pengorbanan sumber daya yang efisien.
Formula dasar untuk menghitung laba20 :
Laba = Total Pendapatan – Total Biaya atau Laba = Harga – Pokok.
E. Sistem biaya tradisional
Sistem biaya tradisional merupakan biaya yang kerap kali
digunakan oleh setiap usaha kecil menengah ditengah keterbatasan
pengetahuan dari sumber daya manusia yang mengelola usaha tersebut
mengenai metode-metode biaya yang cocok digunakan untuk menjalankan
aktifitas produksi perusahaannya. Umumnya pada akuntansi biaya
20
38
tradisional perusahaan hanya memperhitungkan biaya produksi ke dalam
biaya produk saja, selain itu biaya pemasaran serta administrasi dan umum
tidak diperhitungkan ke dalam biaya produk, namun diperlakukan sebagai
biaya usaha dan dikurangkan langsung dari laba kotor untuk menghitung
laba bersih usaha.
Sistem biaya tradisional menimbulkan distorsi biaya jika
digunakan dalam lingkungan pemanufakturan maju dan persaingan level
global. Lingkungan pemanufakturan maju adalah lingkungan yang disifati
oleh persaingan yang tajam dan biasanya berlevel global, kepuasan
konsumen, dan teknologi yang canggih. Perusahaan yang beroperasi dalam
lingkungan pemanufakturan maju harus menggunaka strategi baru untuk
mencapai keunggulan. Sistem akuntansi biaya yang digunakan untuk
membebankan biaya harus diubah dengan sistem yang cocok dengan
lingkungannya yaitu dengan menggunakan sistem ABC (Activity Based Costing21). Jika sistem biaya tidak diubah maka timbul distorsi biaya yang
besar. Distorsi tersebut dalam bentuk pembebanan biaya yang terlalu
tinggi (cost overrun) untuk produk bervolume banyak dan pembebanan biaya yang terlalu rendah (cost underrun) untuk produk yang bervolume sedikit. Dengan kata lain sistem biaya tradisional menjadi usang dalam
lingkungan pemanufakturan maju.
21 Sistem ABC adalah sistem yang terdiri atas dua tahap yaitu pertama melacak biaya pada berbagai
39
Sistem biaya yang usang menimbulkan gejala – gejala sebagai
berikut22 :
1. Karena terjadi distorsi biaya maka penawaran sulit dijelaskan.
2. Karena produk bervolume banyak dibebani biaya per unit terlalu besar
maka harga jual yang ditawarkan pada konsumen terlalu besar pula
dibandingkan dengan para pesaing perusahaan.
3. Harga yang diminta oleh konsumen untuk produk bervolume banyak
mungkin sudah menguntungkan, namun ditolak oleh perusahaan
karena biaya per unitnya terdistorsi menjadi tinggi.
4. Karena produk bervolume sedikit dibebani biaya per unit terlalu kecil
maka harga jual yang ditawarkan pada konsumen terlalu kecil pula
dibandingkan dengan para pesaing perusahaan sehingga produk ini
laku keras.
5. Produk bervolume sedikit kelihatannya laba, namun sebenarnya
mungkin rugi karena biaya per unitnya dibebani terlalu kecil.
6. Konsumen tidak mengeluh terhadap kenaikan harga jual produk
bervolume rendah, hal ini disebabkan biaya per unitnya terdistorsi
terlalu rendah sehingga para pesaing yang biaya per unitnya tepat
menjual produk yang sama dengan harga yang jauh lebih mahal.
22
40
7. Meskipun labanya nampak tinggi (namun sebenarnya mungkin rugi),
manajer produksi ingin menghentikan produk bervolume kecil karena
lebih sulit untuk dibuat.
8. Departemen akuntansi dan manajemen puncak tidak banyak
memperhatikan penyempurnaan sistem akuntansi biaya yang
digunakan perusahaan dan para pengguna informasi biaya merasa
informasi yang diperolehnya tidak bermanfaat.
Dalam lingkungan pemanufakturan maju, setidaknya ada tiga
faktor yang menyebabkan sistem biaya tradisional tidak mampu
membebankan BOP (biaya overhead pabrik) secara teliti pada produk yaitu23 :
1. Perusahaan menghasilkan beberapa jenis produk
Ketepatan pembebanan BOP pada produk tidak menimbulkan masalah
jika perusahaan hanya menghasilkan satu jenis produk. Namun, jika
perusahaan menghasilkan beberapa jenis produk dengan menggunakan
fasilitas yang sama maka BOP merupakan biaya bersama untuk
seluruh produk yang dihasilkan. Kondisi ini mengharuskan manajemen
untuk mengidentifikasi jumlah BOP yang ditimbulkan atau dikonsumsi
oleh masing-masing jenis produk.
2. BOP berlevel non unit jumlahnya besar
3. Diversitas Produk relatif tinggi
23
41
F. Target Costing
1. Konsep Target Costing
Perusahaan tidak selalu memiliki kemampuan untuk menentukan
harga jual produk seperti yang dikehendakinya, karena sering kali terdapat
sejumlah pesaing yang telah menjual produk yang sama dengan harga
tertentu, sehingga dalam menentukan harga jual produknya, perusahaan
harus menyesuaikan dengan harga pesaing dan daya beli masyarakat.
Karena itu, perusahaan harus menggunakan pendekatan yang berbeda di
dalam menentukan harga jual produknya. Perusahaan tidak dapat lagi
membuat produknya, menentukan biaya produknya dan harga jualnya, lalu
kemudian memasarkannya kepada masyarakat. Tetapi perusahaan terlebih
dahulu menentukan biaya produknya, baru kemudian membuat produk
yang sesuai dengan biaya yang telah ditetapkan tersebut. Pendekatan
penentuan biaya produk terlebih dalu baru kemudian memproduksinya
sesuai tingkat biaya yang diinginkan, inilah yang disebut target costing.24
42
Terdapat dua alasan utama mengapa target costing sebaiknya digunakan oleh perusahaan di dalam situasi pasar yang sangat
kompetitif:25
a. Perusahaan tidak menetapkan dan mengendalikan harga jual
produknya secara sepihak. Harga jual ditentukan oleh mekanisme
pasar, yaitu pertemuan antara besarnya permintaan dan penawaran
terhadap suatu produk.
b. Sebagian besar biaya produk ditentukan pada tahap desain. Setelah
produk didesain dan masuk dalam proses produksi, tidak banyak yang
dapat dilakukan untuk mempengaruhi biayanya. Tetapi jika pada tahap
desain biaya telah dipatok dan ditentukan, maka proses produksinya
akan disesuaikan dengan desain yang telah dibuat.
2. Pengimplementasian Target Costing
Untuk mengimplementasikan metode target costing di dalam perusahaan, terdapat serangkaian fase yang saling terkait satu dengan lainnya. Setiap
fase harus dilewati perusahaan setahap demi setahap dan berurutan.
Tahap-tahap yang harus dilalui oleh perusahaan, adalah26 :
a. Menetapkan harga pasar
Untuk menetapkan harga produk perusahaan, terdapat beberapa hal
yang harus dipertimbangkan oleh manajemen, seperti harga produk
25
Rudianto, Penganggaran (Konsep dan Teknik Penyusunan Penganggaran) , (Jakarta : Erlangga, 2009), 277
43
pesaing, daya beli masyarakat, kondisi perekonomian secara umum,
nilai tukar rupiah, dsb. Faktor - faktor tersebut akan saling terintegrasi
satu dengan lainnya dalam menentuan volume permintaan terhadap
produk perusahaan. Di sisi lain, volume penawaran produk sejenis
secara keseluruhan akan berpengaruh terhadap mekanisme pasar
tersebut. Pertemuan antara volume permintaan dan volume penawaran
akan berpengaruh langsung terhadap harga jual produk perusahaan.
b. Menentukan laba yang diharapkan
Setelah dapat menentukan harga jual produknya dengan
mempertimbangkan mekanisme pasar yang berlaku, perusahaan harus
menetapkan harga jual per unit produknya. Penetapan harga jual per
unit produk perusahaan ini dipengaruhi oleh berbagai hal yang terkait,
seperti pangsa pasar (market share) yang ingin diperoleh, tingkat pertumbuhan yang ingin dicapai perusahaan, volume penjualan yang
direncanakan dsb. Elemen-elemen tersebut akan berpengaruh secara
langsung terhadap laba per unit produk yang ingin dicapai.
c. Menghitung target costing pada harga pasar dikurangi laba yang diharapkan.
Berdasarkan harga jual yang telah ditentukan tersebut dikurangi
dengan laba yang per unit produk diharapkan, perusahaan dapat
menentukan tingkat biaya yang diharapkan untuk menghasilkan
produk yang diinginkan.
44
TCi = Pi – Mi
Keterangan : TCi = Target Cost (target biaya) per unit produk i Pi = harga jual per unit produk i
Mi = laba per unit produk i
d. Menggunakan rekayasa nilai (value) untuk mengidentifikasi cara yang dapat digunakan untuk menurunkan biaya produk.
Yaitu semua upaya yang dianggap perlu untuk memodifikasi produk
perusahaan dengan biaya yang lebih rendah dengan tetap disertai
upaya memberikan nilai (value) yang optimal kepada pelanggan. Rekayasa nilai (value) digunakan dalam target costing untuk menurunkan biaya produk dengan cara menganalisis :
1) Jenis dan tingkat yang berbeda dalam fungsionalitas produk
2) Biaya produk total.
e. Menggunakan kaizen costing dan pengendalian operasional untuk terus menurunkan biaya.
Kaizen costing merupakan metode perhitungan biaya dimana diupayakan secara terus menerus mencari cara baru untuk menurunkan
biaya dalam proses manufaktur produk dengan desain dan
fungsionalitas yang ada.27
Setiap fase di dalam proses pengimplementasian target costing tersebut harus dilewati satu demi satu demi satu untuk mencapai rencana yang
disusun. Dengan demikian, perusahaan dapat menghasilkan produk