• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosiding Inovasi Teknologi Ramah Lingkungan 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Prosiding Inovasi Teknologi Ramah Lingkungan 2013"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

IMPELEMENTASI KALENDER TANAM PADI SAWAH

SEBAGAI ANTISIPASI PERUBAHAN IKLIM

Yong Farmanta dan Nurmegawati

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jl. Irian Km. 6,5 Kelurahan Semarang Kota Bengkulu

email bptp_bengkulu@yahoo.com

ABSTRAK

Dampak perubahan iklim yang begitu besar merupakan tantangan bagi sektor pertanian, khususnya tanaman pangan. Penyesuaian waktu tanam melalui kalender tanam merupakan salah satu teknologi untuk mengurangi risiko kegagalan produksi pertanian. Penelitian ini bertujuan melihat implementasi kalender tanam di kabupaten Bengkulu melalui penanam varietas Inpari 20. Untuk menghindari ledakan serangan hama dan penyakit yang mengakibatkan gagalnya panen maka perlu adanya penyesuaian waktu dan pola tanan melalui pemanfaatan kalender tanam yang ada.

Kata kunci : perubahan iklim, hama padi, produktivitas, kalender tanam

PENDAHULUAN

Pertanian, terutama subsektor tanaman pangan, paling rentan terhadap perubahan iklim terkait tiga faktor utama, yaitu biofisik, genetik dan manajemen. Hal ini karena tanaman pangan pada umumnya merupakan tanaman semusim yang relatif sensitif terhadap cekaman, terutama kelebihan dan kekurangan air. Secara teknis, kerentanan sangat berhubungan dengan sistem penggunaan lahan dan sifat tanam, pola tanam, teknologi pengelolaan tanah, air dan tanaman, serta varietas tanaman (Las et al., 2008 dalam Surmaini et al., 2011). Mejaya (2011) menambahkan bahwa perubahan iklim juga dapat mengakibatkan terjadinya dinamika organisme pengganggu tumbuhan (OPT), yaitu peningkatan serangan hama dan penyakit di areal persawahan di Indonesia.

Dampak perubahan iklim yang begitu besar merupakan tantangan bagi sektor pertanian, khususnya tanaman pangan. Untuk mengantisipasi dampak perubahan itu perlu adanya upaya mitigasi dan adaptasi. Teknologi mitigasi adalah untuk mengurangi emisi GRK dari lahan pertanian antara lain adalah varietas rendah emisi serta teknologi pengelolaan air dan lahan.Teknologi adaptasi bertujuan melakukan penyesuaian terhadap dampak perubahan iklim untuk mengurangi risiko kegagalan produksi pertanian (Surmaini et al., 2011). Salah satu teknologi adaptasi yaitu penyesuaian waktu tanam, yang merupakan upaya yang sangat strategis guna mengurangi atau menghindari dampak perubahan iklim akibat pergeseran musim dan perubahan pola curah hujan. Kementerian Pertanian telah menerbitkan peta kalender tanam.

(2)

METODE PENELITIAN

Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai November 2013 di Balai Benih Kota Medan Kabupaten Bengkulu Selatan. Komponen teknologi yang dipakai antara lain, persiapan lahan dan persemaian, varietas yang digunakan Inpari 20 dengan keperluan benih 25 – 30 kg/ha. Umur bibit yang digunakan 10 – 15 hss dengan jumlah bibit 1 – 3 batang/rumpun. Cara tanam yang digunakan yaitu jajar legowo 2 : 1 dengan jarak tanam 20 x 20 cm. Karena ketersedian pupuk di lapangan kurang maka pemupukan dilakukan Urea 75 kg/ha + NPK 100 kg/ha. Pelaksanaan persemaian dilakukan pada bulan Mei minggu I tahun 2013, hal ini tidak sesuai dengan sistem kalender tanam terpadu, untuk wilayah Kecamatan Kota Manna jadwal tanamnya pada bulan Mei III-Jun I. Data yang diukur meliputi tinggi tanaman, jumlah anakan (aktif dan produktif) dan komponen hasil (panjang malai, jumlah gabah per malai) dan data produksi. Data yang didapat kemudian dihubungkan dengan kalender tanam melalui waktu tanam yang dilakukan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Komponen dan Hasil

Komponen hasil yang terdiri dari jumlah malai yang mencerminkan jumlah anakan produktif, panjang malai, jumlah gabah permalai, gabah bernas dan gambah hampa. Hasil pengamatan dapat dilihat Tabel 1.

Tabel 1. Rata-rata jumlah malai, panjang malai, gabah bernas, gabah hampa, total gabah, % gabah hampa dan % gabah bernas. mempengaruhi hasil gabah yang dihasilkan. Semakin banyak jumlah malai yang dihasilkan sebanyak pula gabah yang dihasilkan. Demikian juga dengan panjang malai berbanding lurus dengan gabah yang dihasilkan. Rata-rata panjang malai Inpari 20 yang dihasilkan 20,35 ini termasuk panjang malai sedang. Menurut Norsalis (2011) panjang malai ditentukan oleh sifat baka (keturunan) dari varietas dan keadaan keliling. Panjang malai beraneka ragam, pendek (20 cm), sedang (20-30 cm) dan panjang (lebih dari 30 cm).

Total gabah/malai dihitung berdasarkan jumlah gabah isi dan gabah hampa/malai. Tujuan penghitungan total gabah hampa adalah untuk mengetahui jumlah gabah/mala.Rata-rata Jumlah gabah 77,95 butir, yang terdiri dari 66,61 butir (85,80%) gabah bernas dan 10,98 butir (14,20%) gabah hampa. Persentase gabah bernasnya lebih tinggi dari persentase gabah hampa,ini akan mempengaruhi hasil gabah. Menurut Suparwoto, et al. (2004), tanaman berpotensi hasil tinggi mempunyai persentase gabah hampa yang rendah. Semakin rendah persentase gabah hampa berarti persentase gabah isi semakin tinggi. Menurut Abdullah (2009), rata-rata gabah hampa 24,2-28,2%, sedangkan rata persentase gabah hampa varietas unggul baru padi sawah seperti Ciherang rata-rata 20% dan varietas Fatmawati 44%.

(3)

Kartasapoetra (1997) dalam Nurhadi (2011) melaporkan bahwa tikus merupakan hama yang menimbulkan kerugian besar pada berbagai tanaman pangan. Hama ini merusak pertanaman dan hasil tanaman baik di lahan maupun di penyimpanan. Tanaman pangan yang sering diserang diantaranya padi, jagung, kedelai, kacang tanah, ubi kayu dan ubi jalar. Fattah dan Hamka (2011) menambahkan bahwa Walang sangit merupakan salah satu jenis hama yang banyak mengurangi produksi padi. Hama ini menyerang tanaman pada saat malai padi matang susu. Cairan tanaman diisap, akibatnya biji menjadi hampa atau berisi tidak penuh.

Sakti dan Tjahjono (1989) dalam Nurhadi (2011) menambahkan bahwa hama tikus menjadi masalah dalam peningkatan produksi padi, karena menyerang mulai dari fase vegetatif dan generatif. Pada fase vegetatif tikus mulai menyerang dari pembenihan sampai pada awal fase generatif, yaitu pada saat padi berumur 45 hari setelah tanam dengan tinggi rata-rata 60 cm dari permukaan tanah. Tikus memutuskan batang padi dan menggigit lebih dari jumlah yang dibutuhkan untuk makan. Pada fase generatif tikus memakan malai hingga malai yang mulai menguning.

Validasi data dengan jadwal tanam dengan kalender tanam

Dalam menghadapi perubahan iklim salah satu teknologi adaptasi yaitu dengan penyesuaian jadwal tanam. Badan litbang Pertanian telah mengeluarkan kalender tanam terpadu yang di dalamnya memuat informasi jadwal tanam, pola tanam, prediksi luas tanam, dosis pupuk, Rekomendasi kebutuhan pupuk, rekomendasi benih dan varietas padi dan palawija dan potensi OPT padi dan palawija.

Jadwal tanam bulan Mei minggu pertama yang dilakukan merupakan tanam selang di musim kemarau. Faktor pemicu kegagalan panen salah satunya adalah serangan hama dan penyakit. Perubahan iklim mengakibatkan perkembangan dinamika serangan hama dan penyakit, salah satu serangan walang sangit dan tikus.

Fattah dan Hamka (2011) menyatakan serangan tikus di musim kemarau lebih tinggi karena pengaruh iklim seperti cuaca. Pada musim kemarau, intensitas curah hujan lebih rendah dibanding musim hujan sehingga aktifitas tikus untuk mencari makanan lebih banyak Berbeda halnya pada musim hujan, berbagai kendala yang dihadapi tikus untuk melakukan aktifitasnya seperti curah hujan yang tinggi menyebabkan terjadinya banjir sehingga banyak lubang-lubang tikus yang terendam akibatnya banyak tikus yang mati karena kedinginan terutama anak tikus

Baehaki ( 2008) menyatakan bahwa perubahan iklim global juga dapat mengakibatkan terjadinya dinamika organisme penganggu tumbuhan yaitu peningkatan serangan hama dan penyakit di areal persawahan di Indonesia. Fattah dan Hamka (2011) menambahkan bahwa penyebab serangan walang sangit adalah karena pengaruh iklim. Kondisi suhu yang panas kemudian diiringi dengan hujan akan mempengaruhi peningkatan perkembangan populasi hama walang sangit. Perkembangan populasi walang sangit pada kondisi iklim yang mendukung sangat cepat, apalagi bila disertai dengan ketersediaan bahan makanan akan menyebabkan populasi mengalami peningkatan yang sangat tajam sehingga dapat menyebabkan serangan yang lebih luas.

Surmaini et al., (2011) menyatakan bahwa penyesuaian waktu dan pola tanam merupakan upaya yang sangat strategis guna mengurangi atau menghindari dampak perubahan iklim akibat pergeseran musim dan perubahan pola curah hujan. Kementerian Pertanian menerbitkan peta kalender tanam yang menggambarkan potensi pola dan waktu tanam bagi tanaman pangan terutama padi. Peta kalender tanam disusun berdasarkan kondisi pola tanam petani saat ini, dengan tiga skenario kejadian iklim, yaitu tahun basah, tahun normal dan tahun kering.

KESIMPULAN

(4)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Hendri Suyanto yang telah banyak membantu selama pelaksanaan penelitian di lapangan.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, B. 2009. Perakitan dan pengembangan varietas padi tipe baru. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Badan Litbang Pertanian. hal 67-89.

Baehaki,S.E. Abdullah,B. 2008. Evaluasi karakter ketahanan galur padi terhadap wereng coklat biotipe 3 melalui uji penapisan dan population built up. Prosiding seminar apresiasi hasil penelitian padi menunjang P2BN. Buku I. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.p.367-382 Fattah, A. Hamka. 2011. Tingkat Serangan Hama Utama Padi Pada Dua Musim Yang Berbeda Di Sulawesi

Selatan. Seminar dan Pertemuan Tahunan XXI PEI, PFI Komda Sulawesi Selatan dan Dinas Perkebunan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan tanggal 7 Juni 2011 di Hotel Singgasana Makassar.

Mejaya,M.J. 2011. Varietas unggul padi toleran dampak perubahan iklim dalam mendukung swasembada beras berkelanjutan. Prosiding seminar ilmiah hasil penelitian padi nasional 2011. 27-28 Juli 2011.

Norsalis, E. 2011. Padi gogo dan padi sawah. http://skp.unair.ac.id/repository/Guru-Indonesia/Padigogodansawah_ekonorsalis_17170.pdf [23 September) 2013.

Nurhadi .2011. Pengaruh ketinggian penempatan perangkap tabung bambu terhadap hasil tangkapan tikus di sawah kecamatan kuranji padang.Jurnal Ilmiah Ekotrans Universitas Ekasakti Padang. 11( 2):1-8

Surmaini, E. Runtunuwu,E. Las,I. 2011. Upaya sektor pertanian dalam menghadapi perubahan iklim. Jurnal Litbang Pertanian 30 (1) : 1-7

Suparwoto, Waluyo, dan Jumakir. 2004. Pengaruh varietas dan metode pemupukan terhadap hasil padi di rawa lebak. Jurnal Agronomi 8 (1) : 21-25.

Gambar

Tabel 1. Rata-rata jumlah malai, panjang malai, gabah bernas, gabah hampa, total gabah, % gabah hampa dan % gabah bernas

Referensi

Dokumen terkait

1 Surat Pernyataan bahwa Perusahaan yang bersangkutan dan manajemennya atau peserta perorangan, tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak bangkrut dan tidak sedang dihentikan

Berdasarkan Berita Acara Penetapan Hasil Evaluasi Dokumen Kualifikasi 07/POKJA.D2.A1/ST/IV/2017 tanggal 12 April 2017, maka dengan ini diumumkan Daftar Pendek

seorang mahasiswa perlu memiliki rasa kepedulian terhadap lingkungannya, baik lingkungan di dalam kampus maupun di luar kampus..

Demikian undangan dari kami dan atas perhatiannya diucapkan terima kasih.. Pokja 2 ULP Kabupaten Kendal

Berdasarkan Berita Acara Penetapan Hasil Evaluasi Dokumen Kualifikasi 07/POKJA.D2.A1/SL/IV/2017 tanggal 12 April 2017, maka dengan ini diumumkan Daftar Pendek

lain dalam bentuk kemampuan mengatur waktu dengan baik, kepatuhan pada seluruh peraturan dan ketentuan yang berlaku di kampus, mengerjakan segala sesuatunya tepat waktu, dan

[r]

• Penerapan nilai tanggung jawab antara lain dapat diwujudkan dalam bentuk belajar sungguh-sungguh, lulus tepat waktu dengan nilai baik, mengerjakan tugas akademik dengan