• Tidak ada hasil yang ditemukan

Situs Resmi Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Barat BAB V. Keswan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Situs Resmi Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Barat BAB V. Keswan"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

SUB DINAS BINA KESEHATAN HEWAN

A. Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit

Pencegahan penyakit bertujuan untuk mencegah timbulnya penyakit yang sudah ditemukan dan yang belum terjadi di Sumatera Barat. Pemberantasan dilakukan terhadap penyakit-penyakit yang sudah terjadi dengan usaha agar tidak lebih meluas lagi atau terjadi wabah yang sangat merugikan masyarakat.

Kegiatan pencegahan penyakit yang dilaksanakan antara lain: I. Vaksinasi

Pencegahan Penyakit diutamakan pada ternak masyarakat yang berada didaerah kantong penyakit.

- Vaksin terhadap penyakit Septichaemia Epizootica ( SE ) ( Ngorok ) tahun anggaran 2002/2003, pencegahan penyakit SE mendapat subsidi dari Direktorat Produksi Peternakan Jakarta sebanyak 50.000 dosis, target dan realisasi vaksinasi SE dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel. 5.1. Target dan Realisasi Vaksinasi SE/Ngorok

No. Kabupaten/Kota Target Realisasi

1 Kabupaten Agam 8.000 1793

2 Kabupaten Pasaman 2.300 700

3 Kabupaten 50 Kota 5.000 5.000

4 Kabupaten Solok 2.600 4720

5 Kabupaten Padang Pariaman 5.000 5000

6 Kabupaten Pesisir Selatan 5.000 4.051

7 Kabupaten Tanah Datar 6.000 7531

8 Kabupaten Sawahlunto Sjj. 5.000 3000

9 Kota Bukittinggi 500 352

10 Kota Padang 4.000 7.000

11 Kota Padang Panjang 1.000

-12 Kota Sawahlunto - 1788

13 Kota Solok - 720

14 Kota Payakumbuh 2.000 4500

(2)

Berdasarkan epidemiologi penyakit, Virus Rabies menyerang berbagai jenis hewan berdarah panas dan juga manusia serta tingkat penyebarannya relatif cepat dan meluas. Dampak yang ditimbulkannya selain dari segi kesehatan, juga sosial ekonomi. Sehingga dalam penanganan rabies diperlukan kerjasama melibatkan berbagai pihak dari berbagai disiplin ilmu dan keahlian, sehingga dalam hal ini faktor koordinasi memegang peranan penting. Vaksinasi Hewan Penular Rabies(HPR) diarahkan ke desa-desa yang terjadi kasus rabies dan desa sekitarnya (Local Area Spesifik/LAS). Pada tahun 2002 vaksin rabies mendapat subsidi dari Direktorat Produksi Peternakan Jakarta sebanyak 40.000 dosis dan semuanya telah dialokasikan ke Kabupaten dan Kota sesuai dengan jumlah kasus dan populasi Hewan Penular Rabies (HPR). Target dan realisasi vaksin rabies sesuai dengan permintaan dari masing-masing Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Barat dapat dilihat pada tabel 5.2. Sedangkan racun Strichnine mendapat subsidi melalui Anggaran APBN sebanyak 7 Kg, bantuan APBD sebanyak 3 Kg (tabel 5.3), dan telah dialokasikan seluruhnya ke Kabupaten dan Kota.

Tabel. 5.2. Target dan Realisasi Vaksinasi Rabies

No. Kabupaten/Kota Target Realisasi

1 Kabupaten Agam 5.000 4334

2 Kabupaten Pasaman 3.500 3565

3 Kabupaten 50 Kota 4.000 4.000

4 Kabupaten Solok 3.560 5385

5 Kabupaten Padang Pariaman 2.000 2500

6 Kabupaten Pesisir Selatan 3.500 3.331

7 Kabupaten Tanah Datar 4.500 2765

8 Kabupaten Sawahlunto Sjj. - 1879

9 Kota Bukittinggi 2.000 1.534

10 Kota Padang 7.400 6.300

11 Kota Padang Panjang 500 812

12 Kota Sawahlunto 1.000 1414

13 Kota Solok 1.000 833

14 Kota Payakumbuh 2.000 2190

15 Klinik Hewan 500

(3)

Tabel. 5.3. Alokasi Racun dan Eliminasi Hewan Penular Rabies

No. Kabupaten/Kota Racun(Gram) Eliminasi (ekor)

1 Kabupaten Agam 1.000 1276

2 Kabupaten Pasaman 1.000 2000

3 Kabupaten 50 Kota 1.000

-4 Kabupaten Solok 1.000 3615

5 Kabupaten Padang Pariaman 500 2500

6 Kabupaten Pesisir Selatan 500 2.871

7 Kabupaten Tanah Datar 1.000 1688

8 Kabupaten Sawahlunto Sjj. 500 430

9 Kota Bukittinggi 500 1.075

10 Kota Padang 1.000 2183

11 Kota Padang Panjang 500 403

12 Kota Sawahlunto 500 497

13 Kota Solok 500 276

14 Kota Payakumbuh 500 2000

J u m l a h 10.000 20.814

Vaksin Jembrana.

Vaksinasi Jembrana pada tahun 2002 tidak dilaksanakan karena tidak tersedianya Vaksin, baik dari pusat.

II. Pemberantasan Penyakit Hewan

(4)

III. Memantau Kejadian Wabah Penyakit Menular.

Berdasarkan laporan dari Kabupaten /Kota serta peninjauan lapangan, kejadian luar biasa terjadi di Kecamatan Pesisir Selatan, Desa Koto Hilalang Transad Kecamatan Pancung Soal, 1 ekor sapi mati, 1 ekor sapi dipotong paksa dan 7 ekor terinfeksi akibat penyakit Jembrana. Vaksinasi belum dapat diberikan karena tidak tersedianya Vaksin Jembrana baik bantuan pusat atau bantuan dari daerah. Untuk penanggulangan wabah, tim Kesehatan Hewan Propinsi Sumatera Barat bersama Tenaga Kesehatan Hewan Kabupaten Pesisir Selatan dan petugas Pos Keswan turun ke Desa Koto Hilalang untuk memberikan pengarahan kepada peternak.

Penyakit Rabies terjadi disetiap Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Barat, dibandingkan pada tahun 2001 (positif 233 kasus) dan 2002 (positif 198 kasus terjadi penurunan kasus 15 %.

Penyakit SE selama tahun 2002 tidak ada kasus luar biasa namun tetap dipantau melalui petugas di Kabupaten dan Kota serta melalui petugas Pos Keswan di daerah.

IV. Meningkatkan Sumber Daya Manusia

Untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia di bidang peternakan Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat telah melaksanakan pelatihan Analisis Ekonomi Veteriner. Metoda pelatihan untuk Analisis Ekonomi Veteriner terdiri dari tiga bagian yaitu:

1. Metoda Diskusi

2. Metoda Praktek/Kunjungan lapangan 3. Metoda Seminar kelompok

Materi pelatihan terdiri dari:

(5)

5. Dasar-dasar perhitungan kerugian Ekonomi akibat Penyakit Hewan 6. Latihan (Exercise)

7. Kunjungan ke lapangan (ke Peternak kecil)

Instruktur/Nara Sumber dalam pelaksanaan Pelatihan Analisis Ekonomi adalah:

1. Direktorat Bina Kesehatan Hewan Jakarta 2. Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat

3. Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner Regional II Bukittinggi

Tujuan dari Pelatihan Analisis Ekonomi Veteriner ini antara lain adalah: 1. Meningkatkan potensi Sumber Daya Manusia di bidang Analisa

Ekonomi Veteriner

2. Menciptakan tenaga Kesehatan Hewan yang dapat merancang keputusan dalam bentuk Analisis biaya (Benefit Cost), sehingga keputusan dan implementasi dapat dilakukan berdasarkan kriteria ekonomi.

Sasaran yang ingin dicapai dalam pelatihan Analisis Ekonomi Veteriner ini adalah:

1. Tersedianya aparat yang terampil dan mampu melakukan Analisis Ekonomi Veteriner

2. Semakin terarah dan mantapnya penyusunan perencanaan bidang Kesehatan Hewan

(6)

1. Peserta mampu merancang keputusan ke dalam bentuk Analisis Biaya (Benefit Cost)

2. Peserta meningkat potensi Sumber Daya Manusianya dalam bidang Analisis Ekonomi Veteriner.

B. Seksi Pengamatan Penyakit Hewan (P2H)

Pada tahun 2002 Seksi Pengamatan Penyakit Hewan telah melaksanakan kegiatan sebagai berikut :

I. Pengamatan Penyakit Hewan.

Pelaksanaan pengamatan penyakit hewan yang utama berada dibagian petugas lapangan seperti tenaga kesehatan hewan di kecamatan. Tenaga kesehatan hewan tersebut berada di bawah bimbingan Dokter Hewan yang berwenang di wilayah tersebut dan Dokter Hewan yang bertugas pada Pos Kesehatan Hewan. Hasil pengamatan penyakit dari Dokter Hewan tersebut di atas dilaporkan ke Dinas Peternakan Propinsi.

Selama tahun 2002 kejadian penyakit hewan yang dapat dipantau di Sumatera Barat yang digolongkan dalam jenis penyakit adalah :

A. Parasit Darah 1. Anaplasmosis 2. Babesiosis 3. Boophilus 4. Theileriosis 5. Trypanosomiasis

B Cacing

1. Ascarias 2. Bunostomum sp 3. Coccidia/Eimeria sp 4. Dirofilaria

5. Oesephagustomum sp 6. Syngamus

7. Toxocara sp 8. Trichonema sp

C Bakteri

1. Aeromonas sp 2. Clostridium sp 3. Coli

Septichemia 4. Escherichia Coli 5. Para Coli 6. Pnemonia 7. Psedomonas sp

D Defesiensi 1. Anemia 2. Calsium 3. Magnesium 4. Phorpor

E Virus

1. ND 2. Rabies

F Jamur

(7)

Selain oleh Petugas Kecamatan, pengamatan penyakit dilaksanakan oleh Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner (BPPV) Regional II Bukittinggi dan Laboratorium Kesehatan Hewan Simpang Empat Pasaman. Laporan hasil pemeriksaan BPPV terhadap hewan tahun 2002 adalah ayam sebanyak 618 ekor, sapi sebanyak 1665 ekor, ikan sebanyak 12 ekor, kerbau sebanyak 55 ekor, kuda sebanyak 12 ekor, harimau sebanyak 19 ekor, unta sebanyak 1 ekor, Ungko sebanyak 1 ekor, anjing sebanyak 111 ekor dan itik sebanyak 6 ekor.

Selama tahun 2002 Sub Dinas Kesehatan Hewan melaksanakan kegiatan :

A. Surveillance Penyakit Cacing

Surveillance penyakit cacing dilaksanakan di Kecamatan X Koto Singkarak Kabupaten Solok dengan metode :

1. Pemeriksaan Awal (pra uji coba) 2. Uji coba pengobatan.

a. 25 ekor diuji pengobatan modern b. 25 ekor diuji dengan obat konvensional c. 25 ekor diuji dengan obat tradisional d. 25 ekor untuk kontrol

3. Pemeriksaan sampel faeces terhadap sapi yang di uji coba pengobatan pada kondisi 2 – 3 minggu setelah pemberian obat.

(8)

Tabel 5.4. Perlakuan yang diberikan obat cacing modern ( Verm O )

No. Parasit yang ditemui

Jumlah

(-) / Parasit Cacing Fasciola sp

Moniezia sp Coccidia sp

Tabel 5.5. Perlakuan yang diberikan dengan obat cacing tradisional (buah pinang)

No. Parasit yang ditemui

Jumlah

(-) / Parasit Cacing Fasciola sp Larva Nematoda

7

(9)

No. Parasit yang ditemui

A. Surveillance Penyakit Brucellosis

Penentuan tingkat Prevalensi Pengamatan dan Pengujian Brucellosis pada tahun 2002 dilakukan dengan sistim sebagai berikut :

1. Di Sumatera Barat Pengujian akan dilaksanakan pada 5 (lima) kabupaten + 1 Pasar Hewan di Kab. Sawahlunto Sijunjung (Pasar Hewan Palangki). 2. Masing-masing Kabupaten akan diambil/dipilih 50 % dari Kecamatan

yang ada (pilih daerah yang terbanyak populasi sapi/kerbaunya), kemudian dari Kecamatan yang dipilih, akan diambil satu desa yang terbanyak populasi sapi bibitnya.

3. Dari desa/lokasi yang dipilih akan dilakukan pengujian/pengambilan sample pada seluruh sapi/kerbau yang ada di desa tersebut (100 %).

Tabel 5.7. Perlakuan yang tidak diberikan obat cacing /hanya

diberi Vitamin saja

(10)

No. Parasit yang ditemui Sebelum Ket.

Hasil dari pengujian/pengamatan ini, akan dipergunakan untuk menentukan status suatu daerah bebas atau tertular. Kriteria/Ketentuan Daerah/lokasi yang akan diambil sample untuk uji coba adalah sebagai berikut :

a Daerah/lokasi di suatu desa yang terbanyak populasi sapi betinanya. b Daerah yang dicurigai/ daerah lalu lintas ternak antar daerah/pulau. c Pada lokasi/daerah yang pernah terjadi kasus sapi Abortus (keguguran).

Mengingat besarnya kerugian yang ditimbulkan penyakit ini, baik pada petani maupun Pembangunan Peternakan di Indonesia, dan daerah khususnya, Maka Pemerintah dalam hal ini Dinas Peternakan akan melaksanakan kegiatan Surveillance Brucellosis pada daerah sumber bibit yang ada di Propinsi Sumatera Barat, dengan dukungan dana dari Proyek APBN TA. 2002. Adapun daerah yang akan dilakukan pengujian/pengamatan terdiri dari 6 (enam) Kabupaten (2.800) paket pemeriksaan antara lain :

Kabupaten Agam = 500 pkt

(11)

Kebupaten Pasaman = 500 pkt Kabupaten Pdg. Pariaman = 500 pkt Kabupaten 50 Kota = 500 pkt Kabupaten Swl/Sjj = 300 pkt

Pelaksana Survaillance

Pelaksanaan pengujian surveilance Brucellosis ini dilakukan pada bulan Juli sampai Agustus 2002 yang didanai oleh Bagian Proyek Pengendalia Penyakit Hewan dan Perbibitan Ternak Sumatera Barat Tahun Anggaran 2002. Pelaksanaan ini dilakukan pada 6 kabupaten.

Tabel 5.8. Lokasi dan Jumlah Pemeriksaan Sampel Brucellosis

No. Kabupaten/Kec. Desa Jumlah

ekor

Petugas Ket

1. Agam

Kec. IV Angkat Candung

Lundang

2. Tanah Datar

Rambatan

(12)

3. Pasaman

Drh. Syech Ibnu Karim

4. Sawahlunto Sijunjung

Kec. Sitiung

Drh. Yusfik Helmi

5. 50 Kota

Luhak

Mungo 500 Drh. Sofyan

Ir. Aqsam 6. Pdg. Pariaman

Kec. VII Koto Sei. Sarik

T. Mandahiling

Hasil dari pemeriksaan spesiment/sampel yang diambil di masing-masing Kabupaten didapatkan hasil pemeriksaan sebagai berikut :

Tabel 5.9. Hasil Pemeriksaan Brucellosis dengan uji RBT

No. Kabupaten/Kec. Jumlah

ekor

Ket

1. Agam

(13)

Desa : Lundang

89 Negatif ( - ) Brucellosis 23 Negatif ( - ) Brucellosis 97 Negatif ( - ) Brucellosis 76 Negatif ( - ) Brucellosis 16 Negatif ( - ) Brucellosis 14 Negatif ( - ) Brucellosis 65 Negatif ( - ) Brucellosis 46 Negatif ( - ) Brucellosis 47 Negatif ( - ) Brucellosis 27 Negatif ( - ) Brucellosis 2. Tanah Datar

Rambatan

38 Negatif ( - ) Brucellosis 42 Negatif ( - ) Brucellosis 61 Negatif ( - ) Brucellosis 64 Negatif ( - ) Brucellosis 59 Negatif ( - ) Brucellosis 6 Negatif ( - ) Brucellosis 66 Negatif ( - ) Brucellosis 121 Negatif ( - ) Brucellosis 43 Negatif ( - ) Brucellosis 3. Pasaman

Kec. Pasaman Desa : Mahakarya

Simpang III

321 Negatif ( - ) Brucellosis 28 Negatif ( - ) Brucellosis 62 Negatif ( - ) Brucellosis 82 Negatif ( - ) Brucellosis

7 Positif RBT dilanjutkn Uji CFT

4. Sawahlunto Sijunjung

Desa : Kec. Sitiung

37 Negatif ( - ) Brucellosis 36 Negatif ( - ) Brucellosis 63 Negatif ( - ) Brucellosis 57 Negatif ( - ) Brucellosis 61 Negatif ( - ) Brucellosis 40 Negatif ( - ) Brucellosis 5. 50 Kota

(14)

Desa : Mungo 500 500 Negatif ( - ) Brucellosis 6. Pdg. Pariaman

VII Koto Sei. Sariak Desa : T. Mandahiling

T. Sikumbang

250 250

250 Negatif ( - ) Brucellosis 250 Negatif ( - ) Brucellosis

Jumlah 2.632

Dari hasil pemeriksaan sampel Brucellosis ras sapi yang diperiksa antara lain Simental, Simental Crosing, Brahman, PO, FH Crosing, Bali dan Limosin dengan kisaran umur ternak antara 1 sampai 8 tahun. Pemeriksaan sampel Brucellosis yang dilaksanakan pada 6 Kabupaten umumnya didapatkan hasil Negatif Brucellosis kecuali pada Kabupaten Pasaman. Dari 500 sampel yang diperiksa di Kabupaten Pasaman terdapat 7 sampel yang positif hasil uji RBT hal ini dilanjutkan pada pengujian CFT.

II. Pemetaan Penyakit Hewan Untuk Menentukan Status Wilayah Penyakit Hewan

Hasil pengamatan penyakit hewan tahun 2002 di Propinsi Sumatera Barat dan daerah kantong penyakit sesuai dengan hasil pemeriksaan Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner (BPPV) Regional II Bukittinggi di Baso adalah sebagai berikut :

A. Parasit Darah. 1. Anaplasmosis.

Kasus penyakit Anaplasmosis selama tahun 2002 terjadi pada Kabupaten dan Kota di Sumatera Barat dengan kasus tertinggi di Kabupaten Pesisir Selatan dan Kabupaten Sawahlunto Sijunjung.

2. Babesiosis.

(15)

3. Theileriosis.

Kasus penyakit Theileriosis selama tahun 2002 umumnya terjadi pada Kabupaten dan Kota di Sumatera Barat dengan kasus tertinggi Kabupaten Sawahlunto Sijunjung, Pesisr Selatan dan Agam.

4. Boophilus

Kasus penyakit Boophilus selama tahun 2002 terjadi di Kabupaten 50 Kota.

5. Trypanosomiasis.

Kasus penyakit Tryphanosomiasis tahun 2002 terjadi di Kabupaten Pesisir Selatan.

B. Cacing

Pada umumnya Kabupaten dan Kota di Sumatera Barat tertular penyakit cacing diantaranya :

1. Ascarias

2. Bunostomum sp 3. Coccidia/Emeria sp 4. Dirofilaria

5. Oesophagustomum sp 6. Syngamus

7. Toxocara sp 8. Trichonema sp. C. Defesiensi

1. Anemia terjadi di Kabupaten Pasaman dan Kabupaten Pesisir Selatan 2. Defesiensi Calsium terjadi di Kabupaten 50 Kota, Tanah Datar,

Sawahlunto Sijunjung, Pesisir Selatan dan Kota Padang Panjang.

3. Defesiensi Magnesium terjadi di Kabupaten 50 Kota, Sawahlunto Sijunjung, Pesisir Selatan dan Kota Padang Panjang

4. Defesiensi Posphor terjadi di Kabupaten Sawahlunto Sijunjung. D. Virus

(16)

Dari hasil pemeriksaan BPPV Regional II Bukittinggi jumlah kasus ND pada ayam terdapat di Kabupaten 50 Kota.

2. Rabies

Kasus penyakit Rabies pada Hewan Penular Rabies (HPR) selama tahun 2002 berdasarkan pemeriksaan BPPV Regional II Bukittinggi, setiap Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Barat tertular penyakit Rabies kecuali Kabupaten Kepulauan Mentawai. Kasus positif tertinggi adalah Kota Padang, Kabupaten Agam, Kabupaten Pasaman, Kabupaten 50 Kota, Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Pesisir Selatan dan Kota Sawahlunto. Dibanding tahun 2001 terjadi penurunan kasus 15 %, dimana tahun 2001 positif rabies 233 kasus dan tahun 2002 sebayak 198 kasus.

III. Uptd Klinik Hewan Dan Laboratorium Kesmavet

Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat mempunyai Klinik Hewan, Laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner yang merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) di daerah. UPTD Klinik Hewan yang berfungsi melayanan pengobatan terhadap hewan yang berkedudukan di Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat. Laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner yang berfungsi memeriksa Bahan Asal Hewan dan Hasil Bahan Asal Hewan guna keselamatan bagi masyarakat pengguna produk peternakan. Laboratorium ini berkedudukan di Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat dan Simpang IV Kabupaten Pasaman. Disampaing Laboratorium UPTD Simpang IV Pasaman melaksanakan tugas antara lain :

1. Kegiatan aktif service.

2. Pemeriksaan specimen aktif sievice. 3. Pemeriksaan specimen Rabies.

4. Pemeriksaan spesimen Bahan Asal Hewan 5. Pemeriksaan Bakteriologi.

(17)

IV. Meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit eksotik dalam rangka perlindungan wilayah.

Dalam menghadapi perubahan lingkungan strategis global dan regional dengan diberlakukannya perdagangan bebas dan semakin terbukanya hubungan lalu lintas antar negara, maka akan menimbulkan dampak kemungkinan yang lebih besar lolosnya penyakit hewan menular dari luar negeri (Penyakit Eksotik) masuk ke Indonesia, termasuk ke Sumatera Barat.

Kewaspadaan terhadap masuknya penyakit eksotik ini perlu lebih ditingkatkan karena banyaknya ditemukan kasus daging impor ilegal di beberapa propinsi lain di Indonesia. Untuk mencegah terjadinya kemungkinan tersebut, maka Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat telah melakukan peningkatan kewaspadaan dengan semua jajaran peternakan di Sumatera Barat, diantaranya tindakan antisipasi melalui penolakan, pemusnahan dan tindak karantina oleh pihak karantina hewan, pengamatan penyakit yang aktif di daerah-daerah perbatasan dan daerah-daerah rawan lainnya secara reguler berkoordinasi dengan BPPV Regional II Bukittinggi. Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat dalam melaksanakan kerjasama dengan propinsi tetangga dengan melaksanakan kerja sama perbatasan terhadap keluar masuknya hewan, Bahan Asal Hewan dan Hasil Bahan Asal Hewan.

V. Melaksanakan koordinasi dengan pihak karantina hewan.

Dalam rangka penolakan penyakit hewan maka karantina hewan yang terdapat di Sumatera Barat (Pos Karantina Bandar Udara Tabing dan Pelabuhan Laut Teluk Bayur) memegang peranan penting dalam upaya mencegah masuknya hama dan penyakit hewan serta pemasukan Bahan Asal Hewan atau Hasil Bahan Asal Hewan yang ilegal dari luar Sumatera Barat ke wilayah Sumatera Barat.

(18)

Barat, baik melalui angkutan laut maupun udara. Sedangkan yang melalui jalan darat dilaksanakan oleh pos-pos yang berada di perbatasan antar Propinsi tetangga.

Berdasarkan laporan pihak karantina ke pusat dan tembusannya antara lain disampaikan ke Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat diperoleh data lalu lintas hewan/ternak, bahan asal hewan dan hasil bahan asal hewan yang masuk ataupun keluar propinsi sumatera Barat antara lain :

A. Ekspor/Impor Hewan/Ternak, Bahan Asal Hewan dan Hasil Bahan Asal Hewan selama tahun 2002 di Propinsi Sumatera Barat.

1. Sarang Burung Layang-layang 2. Ayam Potong Eks Malaysia 3. Beberapa Jenis Burung 4. Beberapa Jenis Kumbang 5. Dendeng

6. Kucing 7. Ayam Potong 8. Sapi

9. Sampel Darah Kambing

Negara tujuan Ekspor Hewan/Ternak, Bahan Asal Hewan dan Hasil Bahan Asal Hewan tahun 2002 antara lain Male/Maldives, Cina, Singapura dan Jepang untuk keperluan pemeliharaan, sebagai sampel dan diperdagangkan. Sementara untuk Import berasal dari Australia (sapi) dan Malaysia.

B Pemasukan Domestik Hewan/Ternak, Bahan Asal Hewan dan Hasil Bahan Asal Hewan selama tahun 2002 di Propinsi Sumatera Barat.

(19)

6. DOC (anak Ayam) 7. Anjing

8. Beberapa jenis burung 9. Beberapa Jenis Kumbang

Pemasukan Domestik Hewan/Ternak, Bahan Asal Hewan dan Hasil Bahan Asal Hewan tahun 2002 berasal dari Jakarta, Solo, Lampung, Surabaya, Palembang, Sukabumi, Cirebon, Tangerang, Kepulauan Mentawai, Pulau Nias, Pulau Guntung, Batam, Pulau Buurng, Kuala Enok dan Tanjung Pinang. Tujuan pemasukan Hewa/Ternak, Bahan Asal Hewan dan Hasil Bahan Asal Hewan ini untuk keperluan pemeliharaan dan diperdagangkan.

C Pengeluaran domestik hewan/ternak, bahan asal hewan dan hasil bahan asal hewan selama tahun 2002 di propinsi sumatera barat.

1) Sarang Burung Layang-layang 2) Kaki Sarang Burung Layang-layang 3) Kuda Pacu

4) Daging Babi 5) Tulang Sapi

6) Ayam Kokok Balenggek 7) Ayam Kampung

(20)

18) Kulit sapi

19) Beberapa Jenis Burung 20) Beberapa Jenis Kumbang

Pengeluaran Domestik Hewan/Ternak, Bahan Asal Hewan dan Hasil Bahan Asal Hewan tahun 2002 antara lain ke Jakarta, Surabaya, Batam, Medan, Banjarmasin, Balikpapan, Garut, Cirebon, Palembang, Solo, Bogor, Maluku Utara, Bandung, Yogyakarta, Pontianak, Tanjung Balai, Pulau Guntung, Semarang, Ciamis, Tanjung Pinang, Pulau Burung, dan Tarakan. Tujuan pemasukan Hewa/Ternak, Bahan Asal Hewan dan Hasil Bahan Asal Hewan ini untuk keperluan pemeliharaan dan diperdagangkan.

VI. Meningkatkan sumber daya manusia.

Untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia di bidang Peternakan Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat telah melaksanakan pelatihan Pemeriksaaan Kebuntingan (PKB) yang bekerja sama dengan Rumah Pemotonga Hewan Kota Payakumbuh, Kab. Agam, Kab 50 Kota dan Kota Payakumbuh. Pembiayaan Pelatihan Pemerikasaan Kebutingan (PKB) bersumber dari dana Kegiatan APBD Propinsi Sumatera Barat Tahun 2002.

A. Tujuan Pelatihan PKB

1. Meningkatkan pelayanan reproduksi (Pemeriksa Kebuntingan) ternak masyarakat sehingga tercapai pertumbuhan populasi yang seimbang dengan kebutuhan pangan hewani terutama daging sapi.

2. Mendekatkan pelayanan reproduksi (Layanan Pemeriksa Kebuntingan) kepada masyarakat sehingga daya layan menjadi optimal

(21)

B

. Sasaran Pelatihan PKB

1. Tersedianya sumber daya manusia/aparatur teknisi reproduksi (Petugas Pemeriksa Kebuntingan) sapi yang berkualitas

2. Meningkatnya jumlah aparatur yang mampu melayani masyarakat. 3. Memberikan pelayanan yang optimal dalam menunjang perkembangan

peternakan dan ekonomi rakyat

C. Waktu dan Tempat Pelatihan

Pelatihan Teknisi Pemeriksa Kebuntingan (PKB) Propinsi Sumatera Barat Angkatan II ini dilaksanakan pada tanggal 23 September s/d 3 Oktober 2002, tempat Penyelenggaraan Pelatihan Teknisi Pemeriksa Kebuntingan II ini dilaksanakan di Hotel Bundo Kanduang Payakumbuh.

D. Pelatih/Instruktur

Instruktur atau pelatih yang telah terlibat dalam kegiatan pelatihan, berasal dari:

1. Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat. 2. BPTU Padang Mengatas.

3. Dinas Peternakan Kabupaten Padang Pariaman 4. SPP.SNAKMA Padang Mengatas

5. Para Inseminator/Tenaga PKB Senior dari Kota Payakumbuh dan Kabupaten Limapuluh Kota.

E. Materi Pelatihan

1. Kelompok Dasar ( 8 jam) a Kebijakan Perbibitan

b Organisasi dan Pencatatan IB c Teknologi reproduksi Ternak

(22)

a. Fisiologi Reproduksi b. Anatomi reproduksi c. Fisiologi Kebuntingan d. Diagnosa Kebuntingan e. Praktek RPH/UPT

f. Praktek lapangan

g. Proses Handling Semen Beku

3. Kelompok Penunjang ( 7 jam) a. Kebidanan

b. Kelainan Reproduksi c. Pelayanan Peternakan

Metoda pelatihan dilakukan dengan diskusi dan dilakukan dengan baik diruang kelas maupun sewaktu praktek lapangan. Praktek dilaksanakan di Rumah Pemotongan Hewan Payakumbuh dan di wilayah kerja Pos Inseminasi Buatan (IB) di Kabupaten Limapuluh Kota, Kabupaten Agam dan Kota Payakumbuh, dengan jumlah jam pelajaran sebanyak 128 jam pelajaran.

F.

Peserta Pelatihan

Peserta adalah aparatur Daerah Kabupaten/Kota yang bertugas atau ditugas pada sub-sektor peternakan sebanyak 15 orang yang berasal dari :

1. Kabupaten Agam 1 orang

2. Kabupaten Pasaman 1 orang

3. Kabupaten 50 Kota 2 orang

(23)

7. Kabupaten Pesisir Selatan 1 orang

8. Kota Payakumbuh 1 orang

9. Kota Bukittinggi 1 orang

10. Kota Solok 1 orang

11. Kota Padang 1 orang

12. Kota Sawahlunto 1 orang

13. Propinsi 1 orang

14. BIB Limbukan 1 orang

G. Hasil yang Dicapai Selama Pelatihan

Pelatihan Pemeriksa Kebuntingan (PKB) yang pesertanya terdiri dari tenaga Inseminator di tiap Kabupaten dan Kota se Sumatera Barat, telah dapat menerima materi pelajaran dengan sebaik-baiknya dan antusias, dimana dari jumlah peserta sebanyak 15 orang dapat mengikutinya sampai selesai dengan kondisi sehat dan lengkap. Sesuai dengan materi pelajaran yang direncanakan sebanyak 13 materi,

Peserta telah dapat menentukan umur kebuntingan pada sapi, disamping dapat menentukan Calving Interval (jarak kelahiran anak) serta penilaian terhadap Service per Conseption (S/C). VII. Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional (Sikhnas)

Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional (SIKHNAS) bertujuan antara lain : memperbaiki sistem pelaporan, pengumpulan, pengolahan dan analisa data serta penyajian dan atau penampilan hasilnya. Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional juga membuat suatu jaringan sistem informasi nasional yang mampu mengkonsolidasikan barbagai sumber data dan menyediakan informasi yang sahih dan akurat.

(24)

pencegahan, pengendalian dan pemberantasan penyakit terutama yang menjadi prioritas Pemerintah.

Keterlambatan laporan bulanan SIKHNAS ini terkendala mulai dari tingkat kecamatan dan Kabupaten/Kota. Bagi Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat Program SIKHNAS diharapkan dapat sebagai acuan dalam menentukan kantong penyakit di Propinsi Sumatera Barat.

C. Seksi Kesehatan Masyarakat Veteriner

Adapun kegiatan untuk TA. 2002 adalah sebagai berikut :

A. Kegiatan yang berkaitan dengan pengawasan , pelaksanaan, pembinaan Kesehatan Masyarakat Veteriner

Pembinaan dan pengawasan Kesehatan Masyarakat Veteriner sesuai dengan kegiatan pembinaan rumah pemotongan hewan mencakup dari saat produksi sampai ke konsumen akhir. Untuk meningkatkan pembinaan dan pengawasan dalam kegiatan produksi, peredaran dan atau pemasaran makanan olah secara terus menerus dari semua instansi terkait ; telah dikeluarkan Instruksi Presiden No.2 tahun 1991.

Dengan adanya ketentuan perundangan tersebut maka sasaran yang diharapkan yaitu aspek kesehatan dan kehalalan bagi konsumen dapat dicapai.

Berdasar kan kuisioner dilapangan, pembinaan rumah potong hewan didapat data sebagai berikut.

1. Rumah Pemotongan hewan kota Padang Panjang Sarana dan prasarana

a. Lokasi RPH mudah dicapai oleh kendaran untuk transportasi b. Penyediaan air berasal dari PAM

c. Tidak tersedia air panas (suhu 80 derajat celcius) dan dilengkapi instalasi air bertekanan untuk pencucian alat-alat pisau dan alat penanganan lainnya

(25)

e. Sumber tenaga listrik berasal sari PLN f. Menggunakan PLN

2. Rumah Pemotongan Hewan Kota Bukittinggi Sarana dan prasarana yang ada

a. Lokasi rumah pemotongan hewan mudah untuk dicapai oleh kendaraan untuk transportasi

b. Penyediaan air berasal dari PAM dan sumur bor c. Tidak tersedia air panas (suhu 80 derajat celcius) d. Jumlah volume persediaan air cukup

e. Sumber tenaga listrik berasal dari PLN f. Jika menggunakan PLN suplai terus menerus

3. Rumah Pemotongan Hewan Kota Solok Sarana dan Prasarana

a. Lokasi rumah pemotongan hewan mudah untuk dicapai oleh kendaraan untuk

b. Penyediaan air berasal dari sumur bor

c. Tidak tersedia instalasi air panas ( suhu 80 derajat celcius) untuk mencuci pisau dan alat penanganan lainnya

d. Jumlah / volume persediaan air cukup e. Jumlah tenaga listrik berasal dari PLN f. Menggunakan PLN suplai terus menerus

4. Rumah pemotongan Hewan Kota Padang Sarana dan Prasarana

a. Alokasi rumah pemotongan hewan mudah untuk dicapai oleh kendaraan untuk transportasi

(26)

d. Jumlah atau volume penyediaan air cukup e. Sumber tenaga listrik berasal dari PLN f. Menggunakan PLN suplai terus menerus

5. Rumah Pemotongan Hewan Kota Payakumbuh Sarana dan prasarana

a. Lokasi rumah pemotongan hewan mudah untuk dicapai oleh kendaraan untuk transportasi

b. Penyediaan air berasal dari PAM

c. Tidak tersedia instalasi air panas ( suhu 80 derajat celcius) yang bertekanan untuk pencucian alat/pisau dan alat penanganan lainnya

d. Jumlah / volume persediaan air cukup e. Sumber tenaga listrik berasal dari PLN f. Menggunakan PLN suplay terus menerus

6. Rumah Pemotongan Hewan Kota sawahlunto Sarana dan prasarana

a. Lokasi rumah pemotongan hewan mudah untuk dicapai oleh kendaraan untuk transportasi

b. Penyediaan air berasal dari sumur

c. Tidak tersedia instalasi air panas yang bertekanan untuk pencucian pisau dan alat penanganan lainnya

d. Volume persediaan air cukup e. Peneranagan menggunakan PLN

f. Menggunakan PLN suplai terus menerus

7. Rumah pemotongan hewan Kabupaten Tanah Datar. Sarana dan prasarana

(27)

b. Penyediaan air berasal dari sumur bor

c. Tidak tersedia instalasi air panas bertekanan untuk mencuci pisau dan peralatan penanganan lainnya

d. Jumlah/volume persediaan air cukup e. Sumber tenaga listrik berasal dari PLN f. Menggunakan listrik suplai terus menerus

B. Pengawasan Pemotongan Hewan dan pemotongan betina bertanduk produktif.

Pengawasan dan pengendalian pemotongan hewan besar betina produktif bertujuan untuk melestarikan populasi hewan pada umumnya dan sapi/kerbau khususnya serta merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan populasi ternak sapi dan kerbau yang terancam penurunan sebagi akibat meningkatnya permintaan akan daging setiap tahunnya.

Untuk mencapai tujuan tersebut seksi Kesmavet telah engumpulkan data dari RPH di Sumatera barat

Jumlah pemotongan ternak Sapi/Kerbau di Rumah Potong Hewan Sumatera Barat dapat dilihat pada tabel 5.10.

Tabel . 5.10. Jumlah Pemotongan Ternak Sapi/Kerbau di Rumah Potong Hewan Sumbar.

(28)

11

Total 2464 4613 97 1781 9747

Keterangan : * Laporan tidak masuk

C.

Pengawasan, Pemantauan Pengeluaran dan Pemasukan Bahan Asal Hewan dan Hasil Bahan asal Hewan ke Sumatera Barat

Dalam rangka melindungi konsumen agar mendapatkan mutu Bahan Asal Hewan dan Hasil Bahan Asal Hewan yang ASUH (Aman Sehat, Utuh dan Halal) maka seksi Kesmavet telah melaksanakan pengawasan dan pemantauan.

Hasil pemantauan dan pengawasan ada beberapa jenis daging yang masuk

ke Sumatera Barat dapat dilihat pada table 5.11

.

Tabel 5.11. Pemasukan daging ayam beku ke PT Fast Food KFC. No Bulan Potongan Bagian (kg) Debon (kg) 1

(29)

1. Pengambilan dan pemeriksaan sampel daging , telur dan air susu.

Dengan semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan protein hewani dan masuknya Bahan Asal Hewan dan Hasil Bahan Asal Hewan ke Sumatera Barat dipandang perlu pengawasan dan perlindungan konsumen terhadap Bahan Asal Hewan dan Hasil Bahan Asal Hewan dalam bentuk pengambilan dan pemeriksaan sampel yang terdidi dari :

Tabel 5.12. Pengambilan sampel dari lab Kesmavet BPPV Baso

No Kab/Kota Daging

(sapi)

Daging (Ayam)

Telur Air Susu Jumlah

1 sebanyak 120, sampel terdiri dari :

a. Daging Ayam 6 sampel b. Air Susu 10 sampel c. Telur 52 sampel d. Daging sapi 52 sampel

Sampel yang diambil diuji terhadap pemeriksaan umum dan pemeriksaan organoleptik dengan hasil pemeriksaan terlampir.

3. Balaia Pengujian Mutu Produk Peternakan Direktorat Jenderal Produksi Peternakan melaksanakan pengambilan sampel pengujian residu dan cemaran mikroba, obat hewan dan makanan hewan di Sumatera Barat.

Pengujian Mutu Produk Peternakan dari Direktorat Jenderal Peternakan

No Asal Sampel Jenis Sampel Jumlah Sampel

Hasil Pemeriksaan Residu Antibiotik

(30)

1 D. Seksi Pengawas Obat Hewan

Kegiatan seksi Obat Hewan untuk tahun 2002 adalah sebagai berikut :

1. Mendata Perusahaan Obat Hewan yang berada di Propinsi Sumatera Barat adalah :

- Depo obat hewan sebanyak 11 buah - Toko obat hewan sebanyak 102 buah - Cabang distributor sebanyak 7 buah

Tabel 5.13. Data Perusahaan Obat Hewan di Sumatera Barat Tahun 2002

No Daerah Dtbr/cbgJumlah PerusahaanDepo Toko Jml Keterangan

I

Data belum masuk

(31)

II.

Jumlah (kabupaten) 2 5 83 90

Kota

Jumlah Propinsi 7 11 102 120

2. Pembinaan Pos Keswan

Pos Keswan yang ada di Sumatera Barat sebanyak 20 buah, karena keterbatasan dana, hanya sebanyak 8 buah Pos Keswan saja yang dapat diberikan bantuan obat-obatan dan biaya operasional dari APBN (Bagian Proyek Pengendalian Penyakit Hewan dan Perbibitan) selama 10 bulan. Pos Keswan diharuskan membuat laporan kegiatan active service setiap bulannya. Kedelapan Pos Keswan yang diberi bantuan tersebut seperti pada Tabel 5.14.

Tabel 5.14. Daftar Pos Keswan di Sumatera Barat Tahun

Anggaran 2002

No Kabupaten/Kota Jumlah Lokasi Dokter Hewan Penanggungjawab Kab. 50 Kota Kab. Tanah Datar Kab. Solok Kab. Pes Selatan

Kab. Pd Pariaman

1 buah

(32)

7 Kota Sawahluinto 1 buah Kolok Drh. Henny P

Jumlah 8 buah

3. Pembinaan Dokter Hewan Praktek Mandiri

Pembinaan dilakukan dengan pemberian izin praktek dan pelatihan praktisi, Dokter Hewan Praktek Mandiri ini izinnya dikeluarkan oleh Kepala Dinas Peternakan Propinsi. Setelah memiliki izin maka Dokter Hewan tersebut berhak untuk melakukan kegiatan pelayanan kesehatan hewan secara aktif mengunjungi kliennya, menerima kliennya pada suatu tempat dan mempertanggungjawabkan tindakannya secara individu dan etika medik veteriner. Setiap Dokter Hewan tersebut diwajibkan mengirimkan laporan kegiatannya 1 (satu) tahun sekali dan pelayanan kesehatan hewan setiap 3 (tiga) bulan sekali kepada Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat.

Tabel 5.15. Dokter Hewan Praktek Mandiri di Sumatera Barat Tahun 2002 No. Kabupaten/Kota Jumlah

Drh

Nama Dokter Hewan

1

2

3

4

5

Kab. Limapuluh Kota

Kab. Agam

Kab.Tanah Datar

Kab. Padang Pariaman

Kab. Pasaman

4

2

2

2

2

1. Drh. Eri Marsal 2. Drh. Indah Wati 3. Drh. Hariyeni 4. Drh. Sofyan Mansur 1. Drh. Rudi

(33)

6 7 8 9 10

11

Kab. Pesisir Selatan Kab. Solok

Kab. Swl/Sjj Kota Payakumbuh Kota Bukittinggi

Kota Padang

1 1 1 1 3

2

2. Drh. Sech Abd Karim 1. Drh. Eni Purwanti 1. Drh. Armon 1. Drh. Yusfik Helmi 1. Drh. Sofyan

1. Drh. Wisnu Wardana 2. Drh. Dwi Karmedi 3. Drh. Eni Silvia 1. Drh. Erinaldi 2. Drh. Betty Indah P.

4. Melaksanakan pelatihan Praktisi Dokter Hewan di BPPV Regional II Bukittingi

a. Tujuan :

- Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan menambah wawasan ilmu pengetahuan, ketrampilan dalam pelayanan kesehatan hewan yang lebih profesional.

- Sebagai usaha penyegaran kembali tentang teknis pelayanan kesehatan hewan khususnya dalam Praktek Ilmu Bedah veteriner dan Penanganan Kasus-Kasus Reproduksi.

b. Maksud :

Untuk menyamakan persepsi Dokter Hewan dalam melaksanakan praktek pelayanan kesehatan hewan sesuai dengan motto profesi dokter hewan Manusia Mriga Satwa Sewaka (mensejahterakan manusia melalui hewan atau kesehatan hewan sebagai bagian dari kesehatan masyarakat).

c. Sasaran :

Sasarannya adalah terlaksananya pelatihan praktisi untuk 15 orang.

(34)

Pelatihan Praktisi (Dokter Hewan) dilaksanakan selama enam hari/50 jam pelajaran terdiri dari 32 jam teori dan 18 jam praktek mulai tanggal 13 sampai dengan 19 Oktober 2002 bertempat di BPPV Regional II Bukittinggi.

e. Materi Pelatihan terdiri dari

1. Manajemen Pelayanan Kesehatan Hewan. 2. Metode Perencanaan.

3. Profesi Dokter Hewan dan Pelayanan Jasa Veteriner 4. Ilmu Bedah Veteriner

a. Proses Pemeriksaan dan Cara Membuat Diagnosa yang profesional

b. Cara-Cara Melakukan Bedah Veteriner dalam Praktek c. Persiapan-Persiapan Melakukan Bedah

d. Memperkenalkan Peralatan Bedah d. Anesthesi

e.

5. Praktek Bedah Veteriner : a. Ovariohisterektomi b. Kastrasi

c. Penanganan Kasus Otitis dengan Bedah Telinga d. Penanganan Kasus Cryptorchid

e. Potong Ekor

6. Fungsi Lab dalam Menegakkan Diagnosa 7. Praktek Bedah Caecar.

8. Kasus-Kasus Reproduksi

9. Praktek Penanganan Kasus Reproduksi.

f. Hasil yang dicapai :

(35)

menangani bidang Peternakan, yang melaksanakan pelayanan Kesehatan Hewan dari jumlah peserta sebanyak 15 orang dapat mengikuti sampai selesai.

5. Melaksanakan Apresisasi Pengawas Obat Hewan di Hotel Gran Malindo Bukittinggi

a. Tujuan

Apresiasi Pengawas Obat Hewan bertujuan untuk memberdayakan dan menuntut tanggung jawab serta kewajiban dari Pemerintah/ Pengawas Obat Hewan, Produsen, Importir, Eksportir, Distributor, Depo Obat, Toko Obat Hewan dan Poultry Shop dalam melaksanakan Pengawasan Obat Hewan.

b. Sasaran :

Sasaran yang ingin dicapai dari Apresiasi Pengawas Obat Hewan adalah meningkatnya pemahaman pejabat penanggung jawab dan pengusaha yang bergerak dalam bidang obat hewan dalam melaksanakan tugas dan kewenangannya sebagaimana di atur dalam peraturan yang berlaku secara maksimal dan profesional .

Mendapatkan persamaan persepsi dalam implementasi peraturan perundang-undangan, pedoman-pedoman dan standarisasi di bidang obat hewan.

c. Waktu dan tempat apresiasi

Apresiasi Obat Hewan dilaksanakan 2 (dua) hari tanggal 22–23 Oktober 2002 di Hotel Gran Malindo Jl. Panorama No. 30 Bukittinggi.

(36)

1. Kepala Dinas yang berwenang mengurus Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan se Sumatera Barat.

2. Pengawas Obat Hewan Kabupaten/Kota (Dokter Hewan). 3. Distributor Obat/Pengusaha Obat Hewan

e. Narasumber dalam Apresiasi Pengawas Obat Hewan berasal dari : 1. Direktorat Bina Kesehatan Hewan Jakarta (Kasubdit POH) 2. ASOHI Pusat

3. Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat. 4. Kepolisian.

f. Materi apresiasi adalah :

1. Kebijaksanaan Peredaran Obat Hewan 2. Kualitas Obat Hewan

3. Peranan ASOHI dalam Peredaran Obat Hewan 4. Peraturan Perundang-Undangan Obat Hewan

5. Sistim Penyidikan g. Hasil yang dicapai :

1. Melakukan koordinasi dalam peredaran obat hewan dengan mengadakan pertemuan/Seminar antara PDHI, ASOHI dengan Dokter Hewan yang bekerja dibidang obat hewan (Technical Service)

2. Agar terlaksananya pengawasan di lapangan maka akan dilatih Dokter Hewan sebagai Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) yang akan bekerja sama dengan Kepolisian Daerah Sumatera Barat.

(37)

Gambar

Tabel. 5.1.  Target dan Realisasi Vaksinasi SE/Ngorok
Tabel. 5.2.  Target dan Realisasi Vaksinasi Rabies
Tabel. 5.3.  Alokasi Racun dan Eliminasi  Hewan Penular Rabies
Tabel 5.6. Perlakuan yang diberikan dengan obat cacing Spesifikl (piperazine
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menetapkan : SURAT KEPUTUSAN PANITIA PENGADAAN BARANG DAN JASA KABUPATEN KUTAI BARAT TAHUN ANGGARAN 2013 TENTANG PENETAPAN PEMENANG PEMILIHAN LANGSUNG PEKERJAAN

Sehubungan dengan Pelelangan e-Lelang Pemilihan Langsung Paket Pekerjaan Konstruksi pada Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Aceh Tenggara Sumber Dana

Cintavhati Poerwoto, Bimbingan dan Konseling....FE-UI, 1994... Cintavhati Poerwoto, Bimbingan dan

Seminar Nasional Kimia

maka Pejabat Pengadaan Dinas Perhubungan Komunikasi Informasi dan Telematika Aceh Tahun Anggaran 2013 menyampaikan Pengumuman Pemenang pada paket tersebut diatas sebagai berikut

Apabila perusahaan berhasil dalam menjalankan bisnisnya maka beban tetap dari hutang tersebut dapat ditutup dengan laba yang diperoleh perusahaan, namun jika

Dengan ini kami mengundang saudara untuk mengikuti pelelangan dengan metode Pengadaan Langsung, dengan data-data seperti tersebut dibawah ini :. Daftar

Kepada peserta yang keberatan atas penetapan pemenang ini, diberikan kesempatan untuk. mengajukan sanggahan secara tertulis selambat-lambatnya 3 (tiga) hari, dimulai