ANALISIS PENGARUH LARANGAN PENGGUNAAN PUKAT HELA TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT NELAYAN
DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM
(Study Desa Kalianda Bawah Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampun Selatan)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas Dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Dalam Ilmu Ekonomi dan Bisnis Islam
Oleh
VERY ALDIKA SAPUTRA NPM : 1051010046
Program Studi : Ekonomi Syari’ah
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN
ANALISIS PENGARUH LARANGAN PENGGUNAAN PUKAT HELA TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT NELAYAN
DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM
(Study Desa Kalianda Bawah Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampun Selatan)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas Dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Dalam Ilmu Ekonomi dan Bisnis Islam
Oleh
VERY ALDIKA SAPUTRA NPM : 1051010046
Program Studi : Ekonomi Syari’ah
Pembimbing I : Dr. Hj. Zuhraini, M.H.
Pembimbing II : Khoiruddin, M.S.I
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN
ABSTRAK
Pukat Hela adalah semua jenis alat penangkapan ikan berbentuk jaring berkantong, berbadan dan bersayap yang dilengkapi dengan pembuka jaring yang dioperasikan dengan cara ditarik/dihela menggunakan satu kapal yang bergerak sedangkan Kapal Pukat Hela adalah kapal penangkap ikan yang menggunakan alat penangkapan ikan pukat hela.Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI 01-7233-2006) definisi Pukat Hela adalah alat penangkap ikan berbentuk kantong yang terbuat dari jaring dan terdiri dari 2 (dua) bagian sayap pukat, bagian square dan bagian badan serta bagian kantong pukat.
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor 2/PERMEN-KP/2015 tentang larangan penggunaan alat penangkapan ikan pukat hela (trawls).Peraturan tersebut mengalami pro-kontra di masyarakat. Masyarakat yang pro menganggap peraturan tersebut berdampak baik bagi biota laut, sedangkan masyarakat yang kontra yang mayoritas berprofesi sebagai nelayan, salah satunya nelayan didesa kalianda bawah sebagian menganggap peraturan ini berdampak pada hasil tangkapan mereka. Rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana pengaruh larangan penggunaan pukat hela terhadap pendapatan masyarakat nelayan dan bagaimana pandangan ekonomi Islam tentang larangan pengunaan pukat hela di desa Kalianda Bawah Lampung Selatan.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research). Berdasarkan sifatnya penelitian ini termasuk penelitian kualitatif. Sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat desa Kalianda Bawah yang berkerja sebagai nelayan dengan jumlah 450 orang. Pengambilan sempel mengunakan teknik Purposif Sempling yang ditentukan 11% dari jumlah populasi yaitu berjumlah 50 orang. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data ini melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Adapun metode berpikir yang penulis gunakan adalah deduktif.
MOTTO
غِ وَ بۡٱ وَ
وَكٰىوَتاوَء ٓاوَميغِف
وَ وَ غِ ٓ بۡٱ وَاالَّلٱ هُ لَّلٱ
وَهغِم وَكوَبيغِصوَو وَسىوَت وَلَوَ
اوَيبۡودُّلٱ
هغِس بۡحوَأوَ
وَهوَس بۡحوَأ ٓاوَموَك
هُلَّٱ
غِ بۡبوَت وَلَوَ وَكبۡيوَٱغِإ
وَااوَسوَ بۡٱ
يغِف
غِ بۡاوَ بۡٱ
لَّنغِإ
وَلَّٱ
دُّبغِحهُي وَلَ
وَهيغِلغِسبۡ هُمبۡٱ
٧٧
Artinya : “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah
kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagian mudari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bu1mi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”.
1
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, (Bandung: Dipenegoro, 2010), h.
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada:
1. Kedua orang tuaku kepada ayahanda Syahri Nasir dan ibunda Nasmiati yang telah tulus dan ikhlas membesarkan, membiayai serta mendoakan setelah aku menepuh pendidikan hingga dapat menyelesaikan pendidikan di UIN Raden Intan Lampung. Semoga jerih payah, peluh keringat berbalas surga untukmu serta senyum dan bangga kalian menjadi tujuan hidupku. Semoga Allah SWT memuliakan kalian berdua baik di dunia maupun di akhirat.
2. Ketiga Adikku tercinta Verdiansyah, Vebi Juanda dan M. Vemi Zen yang turut membantu mendoakan dan meberikan semangat juang yang tak henti-hentinya dan dukungannya,sehingga terselesainya skripsi ini.
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Very Aldika Saputra, dilahirkan pada 18 Oktober 1992 di Jakarta, anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Syahri Nasir dan Ibu Nasmiati.
Pendidikan yang pernah ditempuh oleh penulis adalah sebagai berikut :
1. Taman Kanak-kanak (TK) ABA Kalianda Lampung Selatan selesai pada tahun 1998.
2. SDN 2 Kalianda Lampung Selatan selesai pada tahun 2004. 3. SMPN 2 Kalianda Lampung Selatan selesai pada tahun 2007.
4. MAN Kalianda Lampung Selatan jurusan IPS selesai pada tahun 2010. 5. Kemudian pada tahun yang sama penulis melanjutkan studi pada Institut
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat, karunia dan hidayah-Nya skripsi yang berjudul “PENGARUH LARANGAN PENGGUNAAN PUKAT HELA TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT NELAYAN DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (Studi Desa Kalianda bawah
Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan) “ dapat diselesasaikan .
shalatawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah memabwa kita kezaman yang penuh dengan cahaya Islam.
penulis menyadari tidak dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa adanya dorongan, bantuan dan kerjasama dari pihak-pihak yang berperan dalam penyusunan skripsi ini. Ucapan terimakasih yang sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada pihak yang terhomat :
1. Dr. Muhammad Bahrudin, M.H selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam yang telah merestui pembahasan skripsi ini dan memberikan fasilitas belajar dari awal hingga akhir.
2. Madnasir, S.E., selaku Ketua Jurusan Ekonomi Syariah dan Deki Fermansyah, S.E., M.Si. selaku Sekertaris Jurusan Ekonomi Syariah yang telah membekali berbagai pengetahuan sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
masukan, serta saran dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak dan ibu dosen beserta staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Raden Intan Lampung yang telah memberikan motivasi serta memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Ayah dan Ibuku tercinta, yang selalu memberikan doa dan selalu mengajariku untuk sabar dan kuat, terimakasih atas perlindungan, kasih sayang dan dukungan yang selalu diberikan dengan tulus.
6. Sahabat-sahabatku Abdul Maskur, Rahma Damayanti, Riya Susanti, Griski Febrian, seluruh teman-teman Ekonomi Islam C dan seluruh teman-teman Ekonomi Islam 2010. Terimakasih sudah menjadi teman dan sahabat yang baik selama ini.
Semoga kebaikan dan jasa bapak, ibu, saudara/i sekalian menjadi amal ibadah dan diridhoi Allah SWT, dan mudah-mudahan Allah SWT akan membalasnya, Amin Ya Robbal ‘Alamin
Bandar Lampung, 25 April 2017 Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...i
ABSTRAK...ii
PERSETUJUAN...iii
PENGESAHAN...vi
MOTTO...v
PERSEMBAHAN...vi
RIWAYAT HIDUP...vii
KATA PENGANTAR...viii
DAFTAR ISI...ix
DAFTAR TABEL...x
DAFTAR GAMBAR...xi
BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul...1
B. Alasan Memilih Judul...2
C. Latar Belakang Masalah...3
D. Rumusan Masalah...9
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian...9
F. Metode Penelitian...10
BAB II LANDASAN TEORI A. Perekonomian Masyarakat...17
1. Pendapatan dan Pemerataan Pendapatan...19
2. Kesejahteraan Keluarga...25
4. Kewajiban Berkerja dalam Islam………....….36
B. Konsep Ekonomi Islam tentang Sumber Daya Alam (SDA)...40
1. Kepemilikan Sumber Daya Alam dalam Islam...44
2. Pemeliharaan Lingkungan dalam Islam...49
C. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor 2/PERMEN-KP/2015……….53
BAB III PENYAJIAN DATA PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian...59
1. Profil Singkat Desa Kalianda Bawah...59
2. Keadaan Demografis Desa Kalianda Bawah...60
B. Praktek Penggunan Pukat Hela di Desa Kalianda Bawah...61
C. Perekonomian Masyarakat Nelayan di Desa Kalianda Bawah Pasca di Larangnya Penggunan Pukat Hela...66
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Larangan Pukat Hela terhadap Perekonomian Masyarakat Nelayan di Desa Kalianda Bawah...79
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan...91 B. Saran ...92 DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN A.Penegasan Judul
Pada kerangka awal guna mendapatkan gambaran yang jelas dan memudahkan dalam memahami skripsi ini maka perlu adanya ulasan terhadap penegasan arti dan maksud dari beberapa istilah yang terkait dengan judul skripsi ini. Berdasarkan penegasan tersebut diharapkan tidak akan terjadi kesalah pahaman terhadap pemaknaan judul dari beberapa istilah yang digunakan. Adapun judul skripsi ini yaitu : Analisis Pengaruh Larangan Penggunaan Pukat Hela Terhadap Pendapatan Masyarakat Nelayan Dalam Perspektif Ekonomi Islam (Studi Kasus di Desa Kalianda Bawah Kecamatan Kalianda).
Maka terlebih dahulu ditegaskan hal-hal yang terkandung dalam judul tersebut:
1. Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu pristiwa untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya.1 Dapat juga diartikan sebagai tinjauan, ulasan, atau pembahasan.2
2. Mempengaruhi adalah berpengaruh pada sesuatu.3
3. Pukat hela adalah alat tangkap ikan jenis jaring berkantong, berbadan dan bersayap yang dioperasikan dengan cara ditarik menggunakan kapal yang bergerak menyapu dasar perairan.
1
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke-3, (Jakarta:
balai pustaka, 2007), h.43
2
Peter Salim dan Yeni Salim, Kamus Bahasa Indonesia kontemporer, (Jakarta: Modern
English Press, 1991), h.691
3
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa indonesia, Cetakan Ketiga (Jakarta : Balai Pustaka,
4. Perekonomian Masyarakat adalah kegiatan dan upaya masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yaitu dengan sandang, pangan tempat tinggal, kesehatan, dan pendidikan.4
5. Perspektif adalah sudut pandang atau pandangan.5
6. Ekonomi Islam didefinisikan sebagai cabang ilmu yang membantu merealisasikan kesejahteraan manusia melalui alokasi dan distribusi sumber daya yang langka, yang sejalan dengan ajaran Islam, tanpa membatasi kebebasan individu ataupun menciptakan ketidak seimbangan makro dan ekonomi logis.6
Berdasarkan penjelasan istilah-istilah di atas dapat diketahui bahwa yang dimaksud dari judul ini adalah suatu penelitian mengenai analisis pengaruh larangan penggunaan pukat hela terhadap perekonomian masyarakat nelayan, bagaimana pandangan ekonomi Islam dan cara penyelesaiannya.
B.Alasan Memilih Judul
Adapun yang menjadi alasan dasar memilih judul skripsi ini adalah sebagai berikut :
1. Alasan Objektif
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji lebih dalam tentang pengaruh kebijakan kementerian kelautan dan perikanan tentang
4
Gunawan Sumodiningrat, Pemberdayaan Masyarakat dan JPS, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1999), h.69
5
Mustopa Edwin Nasution dkk, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam (Jakarta: Kencana,
2007), h.15.
6
larangan penggunaan alat tangkap ikan pukat hela terhadap pendapatan masyarakat nelayan di kalianda.
2. Alasan Subjektif
Permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini sesuai dengan spesialisasi keilmuan penulis yaitu pada jurusan ekonomi Islam serta didukung oleh tersedianya literatur baik yang primer atau sekunder dan data penelitian lapangan yang menunjang dalam penelitian tersebut.
C.Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara kepulauan yang mana dua pertiga wilayahnya adalah perairan laut dengan panjang pantai 95.181 km², dengan luas perairan 5,8 juta km², serta diakui dunia memiliki 17.500 pulau.7 Secara geografis hampir 70% wilayah Indonesia merupakan perairan yang sangat berpotensi.8 Indonesia memiliki kandungan kekayaan dan sumber daya alam hayati laut yang sangat berlimpah, seperti ikan, terumbu karang, hutan mangrove dan sebagainya.
Perairan laut yang luas dan kaya akan jenis-jenis maupun potensi perikanannya dimana dibidang penangkapan 6,4 juta ton/tahun serta potensi perikanan umum sebesar 305.650 ton/tahun serta potensi kelautan kurang lebih 4 milyar USD/tahun.9
7
Marhaeni Ria Siombo, Hukum Perikanan Nasional dan Internasional, (Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2010), h. 1
8
Ichsan Efendi, Biologi Perikanan, (Yogyakrta: Yayasan Pustaka Nusantara, 2002), h.
147
9
Supriadi dan Alimudin, Hukum Perikanan di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2001),
Namun sangat disayangkan apa yang dimiliki Indonesia ini belum bisa dimanfaatkan dengan baik bagi kesejahteraan bangsa dan negara, buktinya bahwa dibidang kelautan merupakan sektor yang tertinggal. Diperhatikan dari pemanfaatan sumber daya, teknologi, serta tingkat kemiskinan dan keterbelakangan nelayan dibanding sektor lainnya yang disebabkan adanya persoalan bersifat struktural, terutama kecendrungan berorientasi pada pertumbuhan ekonomi non kelautan.10
Pemanfaatan laut ini bisa berupa pengelolaan secara baik, menjaga agar ekosistem yang ada dilaut tidak rusak bahkan penah, serta pengaturan tentang penangkapan ikan tersebut secara baik dan benar. Penangkapan ikan adalah kegiatan untuk memperoleh ikan diperairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau dengan cara apapun, termasuk kegiatan yang mengunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, dan atau mengawetkannya.11
Penangkapan ikan secara ilegal atau illegal fishing diwilayah perairan Indonesia semakin marak terjadi, para pelaku menggunakan kapal besar dan peralatan tangkap yang merusak lingkungan. Permasalah tersebut diantaranya mengancam kelestarian stok ikan nasional maupun regional serta kerusakan
10
Tridoyo Kusumastanto, Ocean Policy Dalam Membangun Negeri Bahari di Era
Otonomi Daerah, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003), h. 6
11
ekositsem laut dan juga mendorong hilangnya rantai sumberdaya perikanan.12 Beberapa penyimpangan yang terjadi antara lain:
a. penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak dan bahan beracun.
b. Penggunnan alat tangkap tidak sesuai, misalnya pukat harimau denang ukuran mata jaring yang terlalu kecil dan terlebih dengan dilakukan pada daerah yang telah rawan kualiatasnya banyak menimbulkan masalah kelestarian sumber daya hayati.
Salah satu usaha yang dilakukan kementerian kelautan dan perikanan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut adalah dengan menerbitkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor 2/PERMEN-KP/2015 tentang larangan penggunaan alat penangkapan ikan pukat hela (trawls) dan pukat tarik (seine nets).
Pukat Hela adalah semua jenis alat penangkapan ikan berbentuk jaring berkantong, berbadan dan bersayap yang dilengkapi dengan pembuka jaring yang dioperasikan dengan cara ditarik/dihela menggunakan satu kapal yang bergerak sedangkan Kapal Pukat Hela adalah kapal penangkap ikan yang menggunakan alat penangkapan ikan pukat hela. Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI 01-7233-2006) definisi Pukat Hela adalah alat penangkap ikan berbentuk kantong
12
yang terbuat dari jaring dan terdiri dari 2 (dua) bagian sayap pukat, bagian square dan bagian badan serta bagian kantong pukat.13
Kelurahan Kalianda merupakan salah satu sentral penangkapan ikan di Kabupaten Lampung Selatan, dimana terdapat 120 perahu 5 GT dan 60 perahu katir. Penduduk yang berprofesi sebagai nelayan berjumlah 450 orang yang terdaftar dalam 6 KUB. Nelayan Kalianda merupakan turun temurun anak nelayan baik pribumi maupun pendatang yang sudah membaur di wilayah Kalianda.
Visi kelompok adalah membangun masyarakat nelayan yang mampu melakukan kegiatan penangkapan ikan yang ramah lingkungan. Sedangkan misi kelompok yaitu memajukan kesejahteraan anggota kelompok dan memberi contoh kepada anggota masyarakat yang lainnya untuk dapat melakukan kegiatan penangkapan ikan.
Dalam rangka upaya peningkatan kesejahteraan nelayan yang tergabung dalam KUB, kami mengadakan kemitraan antar KUB berupa peningkatan produksi hasil tangkapan ikan yang diperoleh, yang selanjutnya ditampung pada perusahaan perorangan yang bermitra dengan KUB dengan menampung hasil tangkapan yang selanjutnya di kirim ke pasaran luar kota dengan harga yang lebih baik. Antar KUB saling memberikan informasi musim penangkapan ikan di daerah penangkapan ikan. Beberapa KUB yang sudah dikukuhkan bergabung membentuk Kelompok Masyarakat Pengawas (POKMASWAS) Perikanan.
13
Dengan diberlakunya peraturan mentri tentang pelarangan pengguanan pukat hela terhadap para nelayan, bertujuan agar sumber daya alam yang ada di laut tidak rusak, sehingga mencegah kerusakan karang-karang dan binatang-binatang yang ada di dasar laut. Dengan begitu stabilitas sumber daya alam yang ada di laut akan baik-baik saja.
Islam melarang umatnya berbuat zalim terhadap orang lain, atau menggunakan aturan yang tidak adil dalam mencari harta, tetapi mendukung punggunan semua cara adil dan jujur dalam kekayaan.14Sumber ekonomi dan potensi laut hendaknya diperlakukan dengan baik, karena sumber daya alam merupakan salah satu nikmat Allah SWT, kepada umat-Nya. Manusia dianjurkannya mengelolanya dengan tetap memerhatikan kelestariannya.
Hal tersebut telah dijelaskan di dalam Al-Qur’an Al-A’raf : 85 dan surah Al-Qashash : 79 sebagai berikut :
ىٰ وَ إِ وَّ
إِم ْۡوَقىٰوَي وَلاوَق ۚاٗبۡيوَعُش ۡنُُاوَخوَأ وَيوَي ۡدوَه
وَللَّهَٱ اْوُّدُب ۡٱ
ٍُُسۡيوَ هٍَىٰوَ إِ ۡيمِّه نُ وَ اوَه
ۖۥ
ۡدوَق
اْوُْف ّۡوَأوَف ۖۡنُ مِّبللَّهَز يمِّه ٞتوٌَمِّيوَب نُ ۡتوَءٓاوَج
وَ ۡيوَ ۡ
وَّ
وَىووَصيإِوۡ
اْوُْسوَخۡبوَت وَلَوَّ
وَضاللَّهٌَ
ۡنُُوَءٓاوَي ۡشوَأ
يإِف اْوُّدإِسۡفُت وَلَوَّ
وَ ۡٱ
وَييإٌِإِه ۡؤُّه نُتٌُك ىإِ ۡنُ للَّهَ ٞسۡيوَخ ۡنُ إِ ىٰوَذ ۚاوَِإِحىٰوَل ۡصإِ وَد ۡعوَب إِض ۡز
٨٥
Artinya:
14
“Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Mad-yan saudara mereka, Syu´aib. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya, dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman"
وَ وَسوَخوَف
إَِإِه ْۡوَق ىٰ وَلوَٱ
ۦ
إَِإِتوٌَيإِش يإِف
ۖۦ
وَلاوَق
وَييإِرللَّهَ
وَىُّديإِسُي
اوَيًُّۡد وَة ىْٰوَيوَحۡ
وَ ۡثإِه اوٌَوَ وَتۡيوَلىٰوَي
َُللَّهًَإِ ُىُّسىٰوَق وَيإِتُّأ ٓاوَه
ۥ
ٖنيإِظوَٱ ٍّظوَح ُّروَ
٧٩
Artinya:79. Maka keluarlah Karun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: "Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Karun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar".15
Islam tidak memberikan kebebasan tanpa batas kepada manusia untuk mencari harta menurut cara apa saja yang dikehendaki, sebaliknya Islam hanya membenarkan cara-cara tertentu yang tidak berbahaya dan berguna bagi kesejahteraan masyarakat.16 Islam hanya membenarkan semua pengunaan semua aturan produksi yang berdasarkan pada keadilan serta tidak mengancam kepentingan masyarakat umum. Hal yang menjadi keputusan Islam adalah merealisasikan kesjahteraan bagi manusia, dan menghilangkan mudharat, serta memudahkan sarana hidup padanya.17
15
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemah, CV Penerbit Diponegoro, 2014
16Ibid
, h. 76
17
Yusuf al-Qaradhawi, Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam, Robani press,
Sehubungan dengan masalah tersebut maka penulis tertarik untuk meneliti sejauhmana pengaruh kebijakan kementrian kelautan dan perikanan tentang larangan menggunakan pukat hela terhadap nelayan dalam meningkatkan ekonomi keluarga. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk membahas permasalahan tersebut dengan judul : ANALISIS PENGARUH LARANGAN
PENGGUNAAN PUKAT HELA TERHADAP PENDAPATAN
MASYARAKAT NELAYAN DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (Study Desa Kalianda Bawah Kecamatan Kalianda).
D.RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian ini, adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh larangan penggunaan pukat hela terhadap perekonomian masyarakat nelayan?
2. Bagaimana pandangan ekonomi Islam tentang larangan pengunaan pukat hela di desa Kalianda Bawah Lampung Selatan?
E.Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh larangan penggunaan pukat hela terhadap perekonomian masyarakat nelayan.
b. Untuk menganalisis bagaimana pandangan ekonomi Islam tentang larangan pengunaan pukat hela terhadap perekonomian masyarakat nelayan.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini akan memberikan manfaat bagi berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Adapun manfaat-manfaat tersebut adalah :
a. Secara teoritis Penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam memahami dan mendalami permasalahan hukum, khususnya pemahaman tentang penerapan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor 2/PERMEN-KP/2015 tentang Larangan Penggunaan Alat Penangkapan Ikan Pukat Hela (Trawls). Di harapkan penelitian ini dapat memberikan rekomendasi terkait pemberlakuan Permen-KP tersebut.
b. Secara praktis penelitian ini menambah wawasan bagi penyusun khususnya, dan para pembaca pada umumnya tentang penerapan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor 2/PERMEN-KP/2015 tentang Larangan Penggunaan Alat Penangkapan Ikan Pukat Hela (Trawls).
F.Metode Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research), penelitian lapangan adalah penelitian yang langsung di lapangan atau pada responden.18 Penelitian ini dilakukan dengan menggali data yang bersumber dari lokasi atau lapangan penelitian yang berkenaan dengan pengaruh larangan mengunakan pukat hela terhadap pendapatan masyarakat nelayan dalam perspektif ekonomi Islam. Selain itu, peneliti juga menggunakan penelitian kepustakaan (library research). Penelitian kepustakaan adalah penelitian yang dilaksanakan dengan menggunakan literatur (kepustakaan), baik berupa buku, catatan, maupun laporan hasil penelitian terdahulu,19 sebagai pendukung kesempurnaan data.
b. Sifat Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan secermat mungkin mengenai suatu yang menjadi objek, gejala atau kelompok tertentu.20 Penelitian deskriptif yang peneliti maksudkan adalah penelitian yang menggambarkan keadaan atau fenomena penelitian dan proses analisis akan melihat apakah pengaruh larangan menggunakan pukat hela dan pukat tarik terhadap pendapatan masyarakat nelayan.
2. Sumber data a. Data primer
18
Iqbal Hasan, Pokok-pokok Materi Metodologi dan Aplikasinya, Ghalia Indonesia,
Bogor, 2002, hlm. 11
19
Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian dengan Statistik, Bumi Aksara, Jakarta, 2008,
hlm. 5
20
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden atau objek yang diteliti atau ada hubungannya dengan objek yang diteliti. Data tersebut bisa diperoleh langsung dari personel yang diteliti dan dapat pula berasal dari lapangan.21 Adapun subjek/responden dalam penelitian ini adalah Nelayan di desa Kalianda Bawah Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung selatan.
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari studi kepustakaan antara lain mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan dan sebagainya.22 Dalam penelitian ini penulis mendapatkan data sekunder dengan mengutip literatur dari buku-buku yang berhubungan dengan penelitian dan data-data dari nelayan atau instansi lainnya.
3. Metode Pengumpulan Data a. Interview/Wawancara
Interview adalah teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui bercakap-cakap dan berhadapan muka dengan orang yang dapat memberikan keterangan pada peneliti.23 Untuk mengetahui persoalan obyek yang diteliti, penulis menggunakan metode interview bebas terpimpin yaitu tanya jawab terarah
21
Pabundu Tika, Metodologi Riset Bisnis, Bumi Aksara, Jakarta, 2006, hlm. 57
22
Amirudin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2003, hlm. 30
23
untuk mengumpulkan data yang relevan. Wawancara ini ditunjukan langsung kepada para nelayan dan warga disekitar Desa Kalianda Bawah Kecamatan Kalianda.
b. Angket/Kuesioner
Angket adalah cara pengumpulan data dengan memberikan daftar pertanyaan kepada responden untuk diisi.24 Metode ini digunakan untuk mengetahui tanggapan dari nelayan tentang larangan penggunaan alat pukat hela di Desa Kalianda Bawah Kecamatan Kalianda. Bentuk kuesioner yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dengan pertanyaan tertutup dimana responden disediakan alternatif jawaban dalam bentuk
multiple choice a,b, atau c. Metode ini ditujukan kepada masyarakat.
c. Observasi
Observasi atau pengamatan digunakan dalam rangka mengumpulkan data dalam suatu penelitian, merupakan hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanya suatu rangsangan tertentu yang diinginkan atau suatu studi yang disengaja dan sistematis tentang suatu keadaan atau fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan mengamati dan mencatat.25 Dengan menggunakan metode ini penulis akan melakukan pendekatan objektif untuk mengobservasi bagaimana pengaruh larangan penggunaan pukat hela terhadap pendapatan masyarakat nelayan.
24
Soeratno dan Lincolin Aryyad, Op. Cit., hlm. 71
25
d. Dokumentasi
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan lain-lain.26 Dalam hal ini peneliti mencari sumber data dokumentasi yang sesuai dengan topik yang diteliti meliputi data dari Kecamatan Kalianda, data dari nelayan di kalianda, artikel dari majalah, koran, jurnal hasil penelitian yang berkaitan dengan topik penelitian. Metode ini dijadikan hanya sebagai pelengkap saja.
4. Metode Pengolahan Data
Setelah data terkumpul melalui beberapa tahapan di atas, seorang peneliti di dalam mengolah datanya menggunakan beberapa metode sebagai berikut:
a. Editing (pemeriksaan data) yaitu mengoreksi apakah data yang terkumpul sudah cukup lengkap, sudah benar dan sudah sesuai atau relevan dengan masalah.
b. Klasifikasi adalah pengelompokan data sesuai dengan jenis dan penggolongannya setelah diadakan pengecekan.
c. Interprestasi memberikan penafsiran terhadap hasil presentase yang diperoleh melalui observasi sehingga memudahkan peneliti untuk menganalisa kesimpulan.27
5. Analisis Data
26
Suharsimi Arikunto, Op. Cit., hlm. 231
27
Moersaleh dan Musanef, Pedoman Membuat Skripsi, Gunung Agung, Jakarta, 1981,
Setelah keseluruhan data terkumpul, maka langkah selanjutnya penulis menganalisis data tersebut sehingga dapat ditarik kesimpulan. Dalam menganalisis ini penulis menggunakan metode berfikir deduktif, yaitu menelaah dan menganalisis suatu data yang bersifat khusus.28 Metode analisis yang digunakan adalah dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Deskriptif kualitatif adalah memberikan predikat kepada variable yang diteliti sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.29 Dalan hal ini yaitu dengan cara memaparkan informasi-informasi yang akurat yang diperoleh dari nelayan. Selanjutnya menganalisis dengan berbagai teori yang berkaitan dengan pokok permasalahan dalam penelitian ini.
28
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, ANDI, Yogyakarta, 2000, hlm. 47
29
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Perekonomian Masyarakat
Ekonomi masyarakat adalah ekonomi masyarakat kecil yang sumberdayanya masih rendah dan kegiatan ekonominya tidak terorganisasi dan lebih bersifat perorangan atau perkeluarga dan tidak terikat dengan berbagai peraturan, seperti peraturan perburuhan jam kerja dan sebagainya. Begitu pula pelakunya bisa pria, wanita, orang tua, orang muda, dan anak-anak.1
Perekonomian masyarakat dapat pula berarti kegiatan dan upaya masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yaitu dengan sandang, pangan, tempat tinggal, kesehatan dan pendidikan.2
Sedangkan ekonomi kerakyatan adalah yang didasarkan pada Pancasila dan UUD 1945 sudah lama menjadi cita-cita para pendiri republik ini. Kerakyatan di petik dari sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah dan kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, yang berarti bahwa misi ekonomi kerakyatan yang pokok adalah penyediaan
1
Jusuf Suit dkk, Pemberdayaan Potensi Ekonomi Pedesaan, (Bandung: IPB Press, 2012),
h. 25
2
Gunawan, Suttodiningrat, Pemberdayaan Masyarakat dan JPS, (Jakarta: Gramedia
lapangan kerja, serta mewujudkan taraf hidup yang layak bagi seluruh warga negara.3
Pengembangan perekonomian masyarakat dituntut untuk selalu melakukan perbaikan dan pengembangan di berbagai aspek untuk mencapai kesejahteran bersama terutama dalam proses pengartasan kemiskinan.
Ekonomi masyarakat pedesaan perlu mendapat perhatian untuk diprioritaskan, karena kekuatan ekonomi nasional sebenarnya berada ditangan masyarakat pedesaan dan banyak sumber daya alam yang berada didesa.
Disadari atau tidak, sebenarnya masyrakat dipedesaan merupakan lahan bagi pemerintah, pengusaha dan masyarakat yang mencari nafkah diperkotaan, karena pada dasarnya masyarakat pedesaanlah yang mengusahakan pengadaan kebutuhan pokok bagi masyarakat diperkotaan. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa mengangkat ekonomi pedesaan sama dengan mengangkat ekonomi nasional pula.
Kemampuan penduduk untuk mengelola dan memanfaatkan sumberdaya dan mengatasi hambatan fisik wilayah, akan banyak bergantung kepada kondisi ekonomi masyarakatnya.
3
Prijono Tjiptoherijanto, Prospek Perekonomian Indonesia, (Jakarta: PT. Raneka Cipta,
1. Pendapatan dan Pemerataan Pendapatan
Secara etimologi, pendapatan berarti hasil kerja (usaha dan lainya).4 Sedangkan menurut terminologi, pendapatan merupakan hak individu-individu dalam perekonomian, sebagai balas jasa keikutsertaan mereka dalam proses produksi.5
Islam memandang kesejahteraan yang diperoleh masyarakat melalui peningkatan pendapatan merupakan balas jasa atas usaha yang dilakukan dengan memanfaatkan secara optimal maka pendapatan masyarakat dapat ditingkatkan.
Dalam Islam kebutuhan memang menjadi alasan untuk mencapai pendapatan minimum, sedangkan kecukupan dalam standar hidup yang baik adalah hal yang paling mendasari dalam sitem distribusi-redistribusi kekayaan. Setelah itu baru dikaitkan dengan kerja dan kepemilikan pribadi.
Pembahasan tentang pemerataan pendapatan tidak terlepas dari pembahasan konsep moral ekonomi yang dianut. Konsep moral tersebut yang berkaitan dengan kebendaan (materi), kepemilikan, dan kekayan harus dipahami untuk menjaga perasaan dan mengikis kesenjangan antara sikaya dan simiskin.
4
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat
Bahasa, 2008), h. 29
5
Rahantja, Pratama, dan Mandala Manurung, Pengantar Ilmu Ekonomi, (Jakarta: FEUI,
Islam dengan tegas menggariskan kepada penguasa, untuk meminimalkan kesenjangan dan ketidak seimbangan pemerataan pendapatan. Pajak diterapkan atas kekayaan seseorang untuk membantu yang miskin dan bentuk dari sistem perpajakan ini berkaitan dengan salah satu prinsip pokok dalam Islam yaitu zakat. Dengan demikian tidak ada ruang bagi muslim untuk melakukan tindak kekerasan dalam upaya melancarkan distribusi pendapatan.
prinsip-prinsip kebenaran dan keadilan, maka negara tersebut belum dikatakan berhasil.6
Sekelompok berpandangan bahwa seseorang individu seharusnya memiliki kebebasan sepenuhnya supaya bisa menghasilkan sejumlah kekayaan yang maksimum dengan menggunakan kemampuan yang dia miliki. Juga mengingatkan agar tidak membatasi hak individu atas hartanya dengan memberikan pembagian harta yang tidak adil.
Sementara pemikir lain berpendapat, bahwa kebebasan secara individual tetap akan berbahaya bagi kemaslahatan masyarakat. Oleh karna itu hak individu atas harta yang dimilikinya sebaiknya dihapuskan dan semua wewenang dipercayakan kepada masyarakat agar dapat mempertahankan persamaan ekonomi didalam masyarakat.
Bertolak dari kedua pendapat diatas, Islam mengambil jalan tengah yaitu membantu dalam menegakan suatu sitem yang adil dan merata. Sistem ini tidak memberikan kebebasan dan hak atas milik pribadi secara individual dalam bidang produksi, tidak pula mengikat mereka dengan satu sistem pemerataan ekonomi yang seolah-olah tidak boleh memiliki kekayaan secara bebas. Prinsip utama dalam sistem ini adalah peningkatan dan pembagian hasil kekayaan agar sirkulasi kekayaan dapat ditingkatkan yang mengarah pada pemerataan pendapatan yang merata diberbagai
6
Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam Jilid III, (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf
kalangan masyarakat yang berbeda dan tidak hanya berlaku pada beberapa golongan tertentu.7
Secara umum, Islam mengarahkan mekanisme berbasis moral spiritual dalam pemeliharaan keadilan sosial pada setiap aktivitas ekonomi. Latar belakangnya karena ketidak seimbangan distribusi kekayaan adalah hal yang mendasari hampir semua konflik individu maupun sosial. Upaya pencapaian manusia akan sejahteraan membimbing manusia untuk menerapkan keadilan ekonomi yang dapat menyudahi kesengsaraan dimuka bumi. Hal tersebut akan sulit dicapai tanpa adanya keyakinan pada prisnsip moral dan sekaligus kedisplinan dalam mengimplementasikan konsep moral tersebut. Sehingga etika ekonomi menjadi hal yang sangat membumi untuk dapat mengalahkan setiap kepentingan pribadi. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah dalam Q.S. Al-Hasyr: 7
آبمَّ
َءآبَفَأ
ُمَّٱ
ِ ِوىُعَس ىًَٰ َ
ۦ
ِلۡهَأ ۡنِ
ىٰيَشُ ۡو
ٌِزِوَو ِلىُعمَّش ِوَو ِ مَّ ِ َف
ىًَٰث ۡشُ ۡو
َو
ىًَٰ ىَٰزَُۡو
َو
ِنُِ ىَٰغَ ۡو
َو
ِلُِجمَّغو ِ ۡث
َنَُۡث ََۢخَووُد َنىُ ََ َلَ ٍَۡك
ِءآبَُِ ۡ َ ۡٱ
ُمُ ىٰىَراَء آبَ َو ۡۚۡمُ ِ
ُلىُعمَّشو
ُهوُزُخَف
بَ َو
ۡمُ ىٰىَهَن
َ ُ ۡ َ
ۡۚاْۚاىُهَزن
َو
َمَّٱ اْۚاىُ مَّر
مَّنِإ
َمَّٱ
ُذَِذَش
ِةبَ ِ ۡو
٧
Artinya: ”Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada
Rasul-Nya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk
kota-kota maka adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat,
anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam
7
perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara
orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul
kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu,
maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.8
Ayat tersebut mengukapkan pelarangan penimbunan semua unsur ekonomi dilarang diam disatu titik atau pemilik, semua harus didistribusikan secara merata kesemua masyarakat termasuk dalam hal pendapatan. Akan tidak baik jika pendapatan hanya terkumpul dan tertimbun disatu golongan saja.Prinsip pemerataan pendapatan dalam Islam, kekayaan harus dibagi kepada semua golongan masyarakat dan seharusnya tidak menjadi komiditi diantara golongan kaya saja.
Merespon laju perkembangan pemikiran ini, yang harus dilakuan adalah: Pertama, mengubah pola fikir dan pembelajaran mengenai nilai Islam, dari yang fokus perhatiannya bertujuan materialistis kepada tujuan yang mengarahkan kesejahteraan umum berbasis pembagian sumber daya dan resiko yang berkeadilan untuk mencapai kemanfaatan yang lebih besar bagi komunitas sosial. Kedua, keluar dari ketergantuan pihak lain. Hidup diatas kemampuan pribadi sebagai personal maupun bangsa, melaksanakan kewajiban finansial sebagaimana yang ditunjukan oleh ajaran Islam dan meyakini dengan sungguh-sungguh bahwa dunia saat ini
8
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, (Bandung: Dipenegoro, 2010), h.
bukanlah akhir perjalanan kehidupan. Akan ada kehidupan baru setelah kehidupan di dunia ini.9
Pemerataan pendapatan dalam Islam berkaitan dengan terminologi shadaqah. Pengertian shadaqah disini bukan berarti sedekah dalam kontek pengertian bahasa Indonesia. Dalam terminologi Al-Qur’an shadaqah dapat dipahami dalam dua aspek, yaitu shadaqah wajibah dan shadaqah nafilah.10
Shadaqah wajibah (wajib dan khusus dikenakan bagi muslim) :
a. Nafaqah adalah kewajiban tanpa syarat dengan menyediakan semua kebutuhan pada orang-orang terdekat, yaknis anak dan istri.
b. Zakat adalah kewajiban seorang muslim untuk menyisihkan sebagian harta miliknya untuk didistribusikan kepda kelompok tertentu.
c. Udhiyah adalah kurban binatang ternak yang dilakuan pada hari tasyrik.
d. Warisan adalah pembagian aset kepemilikan kepada orang yang ditinggalkan setelah meninggalkan dunia, karena ajaran Islam sangat memerhatikan kebrlangsungan hidup keturunannya.
Shadaqah nafilah (sunnah atau khusus dikenakan bagi orang muslim) :
9
Nasution, Mustafa Edwin, Pengesahan Eksklusif Ekonomi Islam, (Jakarta: Kencana
Persada Media Group, 2007), h. 120
10
a. Infaq adalah sedekah yang diberikan kepada pihak lain jika keadaan kondisi keuangan rumah tangga seorang muslim sudah berada diatas nisab.
b. Aqiqah adalah memotong seekor kambing dan dua ekor kambing untuk anak laki-laki yang baru dilahirkan.
c. Wakaf adalah memeberikan bantuan atas kepemilikannnya ubtuk kesejahteraan umum, aset yang diwakafkan dapat berupa asset kebendaan (tanah, bangunan, barang) ataupun dalam bentuk uang. d. Wasiat adalah hak pemberian harta kepada orang lain yang diberikan
setelah pemberi wasiat meninggal dunia.11
Merujuk pada konsep pemerataan pendapatan dalam Islam yang menjadi titik tekan adalah adanya hak. Allah dan Rasul-Nya seta dari setiap pendapatan seorang muslim.
2. Kesejahteraan Keluarga
Secara harfiah sejahtera berasal dari bahasa sangsekerta Catera yang berarti payung. Artinya yaitu orang yang sejahtera adalah orang yang dalam hidupnya bebas dari kemiskinan,kebodohan, ketakutan, kekhawatiran sehingga hidupnya aman dan tenteram, baik lahir maupun batin.12
Kesejateraan didalam bahasa yang berarti aman, sentosa, dan makmur. Sehingga kesejahteraan itu meliputi keamanan, keselamatan dan
11Ibid
, h. 87-88
12
kemakmuran.13 Keamanan merupakan suatu keadaan terjaminya jiwa dan raga seseorang baik individu maupun golongan. Keselamatan merupakan keadaan terlindung dari masalah fisik, sosial, perasaan, keuangan, politik dan perkara lain yang membuat kerusakandan kejadian yang yang tidak diinginkan. Sedangkan kemakmuran adalah keadaan seseorang ketika terpenuhi atau tercukupinya kebutuhan-kebutuhan seseorang.
Sedangkan menurut undang-undang ketenagakerjaan menjelaskan bahwa, kesejahteraan adalah suatu kebutuhan dan keperluan yang bersifat jasmani dan rohani. Baik yang bersifat diluar hubungan kerja yang secara langsung maupun tidak langsung dapat mempertimbangkan produktivitas kerja dalam lingkungan kerja yang aman dan sehat.14
Kesejahteraan sosial menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial pasal 1 ayat 1: “Kesejahteraan Sosialadalah kondisi terpenuhinya kebutuhan sosial
material, spiritual, dan sosial warga Negara agar dapat layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan funsi sosialnya”.15 Kebutuhan material merupakan kebutuhan materi seperti: sandang pangan, papan dan kebutuhan lain yang bersifat primer, sekunder, tersier. Adapun spiritual untuk memenuhi kewajiban beragama serta mencari arti dan tujuan hidup.
13
W.J.S Poerwadarminta, Pengertian Kesejahteraan Manusia, (Bandung: Mizan, 1996),
h. 126
14
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, Bab I Ketentuan Umum Pasal I Angka 31
15
Rudiy Badrudin, Ekonomi Otonomi Daerah, (Yogyakarta: UUP STIM YKPN 2012),
Kesejahteraan dalam pembangunan sosial ekonomi tidak dapat didefinisikan hanya berdasarkan konsep meterial dan hedonis, tetapi juga memamasuki tujuan-tujuan kemanusiaan dan kerohanian.16 Oleh karena itu, konsep kesejahteraan bukan berorientasi pada terpenuhnya kebutuhan material duniawi, melainkan juga berorientasi pada terpenuhinya kesejahteraan spiritual ukhrowi.
Kesejahteraan masyarakat dapat diukur dari indikator-indikator kesejateraan merupakan suatu ukuran mencapai masyarakat dimana masyarakat dapat dikatakan sejahtera atau tidak.Berikut beberapa Indikator kesejahteraan masyarakat menurut organisasi sosial dan menurut beberapa ahli
a. World Bank
Pada tahun 2000 merumuskan indikator kesejahteraan masyarakat sebagai indikator pembangunan ekonomi, khususnya pembangunan manusia dan kemiskinan (Todaro dan Stephen C. Smith, 2006:2224). Rumusan Indikator pembangunan itu disebut sebagai Millenium Development Goals (MDGs). MDGs terdiri dari delapan indikator capaian pembangunan, yaitu penghapusan, kemiskinan, pendidikan untuk semua, persamaan gender, perlawanan terhadap penyakit menular, penurunan angka kematian anak, peningkatan kesehatan ibu, pelestarian lingkungan hidup, kerjasama global. Keberhasilan manusia dapat diukur dalam beberapa dimensi utama tersebut. Menurut World Bank, tingkat pencapaian pembangunan manusia dapat diamati melalui dimensi pengurangan kemiskinan, peningkatan kemampuan baca, penurunan tingkat kematian bayi, peningkatan harapan hidup, dan penurunan dalam ketimpangan pendapatan.
16
Ali Imron, Model Pembangunan Zakat Untuk Kesejahteraan Mustahiq, (Malang:
b. Bappenas
Status kesejahteraan dapat diukur berdasarkan proporsi pengeluaran rumah tangga (bappenas, 2000). Rumah tangga dapat dikategorikan sejahtera apabila proporsi pengeluaran kebutuhan pokok dapat sebanding atau lebih rendah dari proporsi pengeluaran untuk kebutuhan bukan pokok, dapat dikategorikan sebagai rumah tangga dengan status kesejahteraan yang masih rendah.17
Adapun indikator-indiktor untuk mengukur taraf kesejahteraan keluarga dengan menggunakan acuan BKKBN,18 yaitu:
a. Keluarga Pro Sejatera
Keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal yaitu kebutuhan pengajaran agama, pangan, sandang, papan, dan lainnya.
b. Keluarga Sejahtera Tahap I
1) Angota keluarga melaksanakan ibadah menurut agama masing-masing yang dianut.
2) Makan dua kali sehari atau lebih. 3) Lantai rumah bukan dari tanah. c. Keluarga Sejahtera Tahap II 1) Luas lantai tiap rumah 8 m2.
17
Jurnal Perikanan dan Kelautan, Analisis Pendapatan dan tingkat kesejahteraan
Masyarakat Nelayan Danau Pulau Besar dan Danau Bawah di Kecamatan Dayun Kabupaten SiakProvinsi Riau , terdapat di: http://ejournal.unri.ac.id. Diakses tanggal 18 Desember 2016, pukul 20:15
18
Biro Pelaporan dan Statistik, Petunjuk Teknis Pendataan Keluarga Sejahtera, (Jakarta:
2) Seluruh anggota keluarga dalam tiga bulan terakhir dalam keadaan sehat sehingga dapat melaksanakan tugas dan fungsinya masing-masing.
3) Seluruh anggota keluarga yang berumur 10 tahun keatas bisa baca tulisan.
d. Keluarga Sejahtera Tahap III
1) Ada upaya keluarga untuk meningkatkan atau menambah pengetahuan agama.
2) Sebagian dari pendapatan dapat disisihkan untuk tabungan keluarga.
3) Keluarga mengadakan rekreasi bersama paling tidak enam bulan sekali.
4) Anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi didaerah tersebut.
Hak atau pekerjaan bagi setiap warga negara berhubungan dengan upaya pemerintah dalam peluasan lapangan kerja. Pekerjaan merupakan sumber penghasilan bagi seseorang, penghasilan tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan juga keluarganya yang dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga tersebut.
Dalam memahami realitas tingkat kesejahteraan pada dasarnya terdapat berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya kesenjangan tingkat kesejahteraan antara lain :
1) Sosial ekonomi rumah tangga masyarakat.
2) Struktur kegitan ekonomi sektoral yang menjadi dasar kegiatan ekonomi sektoral yang menjadi dasar kegiatan produktivitas rumah tangga.
3) Potensi regional yang mampu mempengaruhi perkembangan struktur kegiatan produksi.
4) Kondisi lembaga yang membentuk jaringan kerja produksi dan pemasaran pada skala lokal.
Berdasarkan pemikiran diatas pertumbuhan ekonomi yang berkualitas merupakan pertumbuhan yang mendukung pembangunan manusia yang lebih tinggi. Indikator yang terus dikembangkan diharapkan mampu membawa korelasi positif pertumbuhan ekonomi dan pembanguna manusia.
3. Kesejahteraan dalam Ekonomi Islam
Dalam Islam kesejahteraan dapat diartikan dengan al-falah yang secara bahasa diambil dari kata dasar falah yang bermakna kemenangan atas apa yang diingkari. Aflah yang bermakna menang, keberuntungan dengan mendapatkan kenikmatan akhirat.
ۡذَ
َحَ ۡفَأ
َنىُ ِ ۡ ُ ۡو
١
Artinya: Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman.19
Sedangkan menurut Prof. Dr. Syaikh Muhammad Muhyiddin Quradaghi, secara istilah Al-Falah yang berarti kebahagian dan keberuntungan dalam kehidupan dunia dan akhirat. Dari segala sisi dan dimensi dalam seluruh aspek kehidupan. Sebagaimana yang terlihat dalam Al-Qur’an dan Sunnah.20
Dari pengertian diatas, maka falah dapat diartikan segala kebahagiaan, keberuntungan, kesuksesan dan kesejahteraan yang dirasakan seseorang, baik yang bersifat lahir dan batin. Yang bisa mengukur tingkat kebahagiaan seseorang kerena bersifat keyakian dalam diri sendri.
Sejahtera sebagaimana yang dikemukaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah aman, sentosa, damai, makmur, dan selamat dari segala macam gangguan, kesukuran, dan sebagainya.21 Pengertian ini sejalan dengan pengertian Islam yang berarti selamat, sentosa, aman, dan
19
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, (Bandung: Dipenegoro, 2010), h.
342
20
Syaikh Muhammad Muhyiddin Qardaqhi, Al Falah al Kitab wa as Sunnah.
http://www.qaradaghi.com diunduh pada tanggal 20 Desember 2015, Pukul: 20.00 WIB
21
damai. Pengertian ini dapat dipahami bahwa masalah kesejahteraan sosial sejalan dengan misi Islam itu sendiri.
Misi itulah yang sekaligus menjadi misi kerasullan Nabi Muhammad SAW, sebagaimana dalam firman Allah dalam Surah al-Anbiya’: 107
آبَ َو
َنُِ َ ىَٰ ۡ ِّو ٗخَ ۡحَس مَّلَِإ َكىَٰ ۡ َع ۡسَأ
١٠٧
Artinya : Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam
Dari isi kandungannya, bahwa seluruh aspek ajaran Islam selalu terkait dengan masalah kesejahteraan sosial. Dalam ekonomi Islam kesejahteraan merupakan terhindar dari rasa takut terhadap penindasan, kelaparan, dahaga, penyakit, kebodohan, masa depan diri, sanak keluarga bahkan lingkungan. Hal ini sesuai dengan kesejahteraan surgawi dapat dilukiskan secara surgawi dapat dilukiskan antara lain dalam peringatan Allah SWT kepada Nabi Adam.22
Kesejahteraan dalam pandangan Islam bukan hanya dinilai dari ukuran material saja, tetapi juga dinilai dengan ukuran non material. Seperti terpenuhinya kebutuhan spritual, terpliharanya nilai-nilai moral,
22
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudhu’I atas Berbagai Persoalan
dan terwujudnya kehormatan sosial. Dalam pandang Islam, yang dikatakan masyarakat sejahtera itu apabila terpenuhinya dua kriteria. Pertama, terpenuhinya kebutuhan pokok individu, baik pangan, sandang dan pendidikan. Kedua, terjaganya dan terpenuhinya harta, jiwa, akal, dan kehormatan.
Dalam konsep ekonomi Islam, kesejateraan dapat dikendalika oleh distribusi kekayaan melalui zakat, infak dan shadaqah. Dengan pengendalian tersebut maka kebutuhan setiap individu seperti sandang, pangan dan papan dapat terpenuhi secara kesinambungan. Dengan demikian kesejahteraan didalam ekonomi Islam mencangkup seluruh aspek kebutuhan jasmani dan rohani.
Para fuqaha sepakat bahwa kesejahteraan manusia dan penghapusan kesulitan adalah tujuan syariah. Pandangan ini dalam konsep ekonomi Islam memeberikan penjelasan bahwa kesejahteraan dilakukan melelaui pemenuhan semua kebutuhan pokok manusia, menghapuskan semua kesulitan dan ketidaknyamanan, serta meningkatkan kehidupan secara moral dan material.23
Islam memandang kesejahteraan yang diperoleh masyarakat melalui peningkatan pendapatan merupakan balas jasa atas usaha yang dilakukan dengan memanfaatkan faktor-faktor produksi yang dimiliki. Jika
23
M. Umer Chapra, Toward A Just Monetary Sistem, Alih Bahasa Ikhwan Abiding Basri,
faktor-faktor produksi dimanfaatkan secara optimal maka pendapatan masyarakat dapat ditingkatkan.
Menurut Yusuf Al-Qaradlawi, faktor produksi yang paling utama dalam Al-Qur’an, yaitu alam dan manusia kerja produksi merupakan perpaduan harmonis antara alam dengan manusia.24
Status kesejahtaraan masyarakat didalam Islam bukan hanya sekedar bantuan keuangan maupun bentuknya. Bantuan keuangan hanya satu dari sekian bentuk bantuan yang diajarkan Islam.25 Kesejahteraan masyarakat dapat dimulai dari:
a. Kesejahteraan masyarakat dimulai dengan Islam yaitu dengan menyerah diri sepenuhnya kepada Allah SWT. Tidak mungkin jiwa merasa tenang apabila kepribadian terpecah.
b. Kesadaran bahwa pilihan Allah apapun bentuknya, setelah berusaha melakukan yang terbaik dengan maksimal selalu mengandung hikmahnya.
c. Menyisihkan sebagian hasil usahanya untuk masa depan, dan sebagian lainnya ditabung yang berguna untuk menciptakan rasa aman menghadapi masa depan.
d. Kewajiban bekerja bagi mereka yang berkempuan harus membantu menciptakan lapangan pekerjaan untuk setiap anggotanya yang berpotensi. Karena itu monopoli dilarang,
24
Nasution, Mustafa Edwin, dkk, Op. Cit, h. 109
25
serta jangankan dibidang ekonomi, ditempat dudukpun diperhatikan agar memberikan peluang dan kelapangan.
e. Setiap insan harus memperoleh perlindungan, jiwa, harta dan kehormatannya. Jangankan membunuh, mengejek dengan sindiran halus, atau mengejek dengan dengan sebutan yang tidak senonoh, berperasangka buruk tanpa dasar, mencari-cari kesalahan dan lainnya. Semua ini terlarang dengan tegas, karena semua itu dapat menimbulkan rasa takut, tidak aman maupun kecemasan yang mengantarkan terhadap tidaj terciptanya kesejahteraaan masyarakat lahir dan batin yang didambakan.26
Imam Al-Ghazali berpendapat bahwa jelas masuk dalam kategori adharuriyat yang menjadi prioritas garapan Islam adalah yang menjaga kemaslahatan.27
a. Agama, merupakan sistem yang mengatur tata keimanan dari peribadatan kepada Tuhan yang maha kuasa serta tata kaedah yang berhubungan dengan pergaulan manusia serta lingkungan. b. Jiwa, seluruh kehidupan batin manusia yang terjadi dari
perasaan, fikiran, angan-angan dan yang lainnya.
26
Adiwarman A. Karim, Op.Cit, h. 129-133
27
c. Keluarga atau keturunan, kumpulan manusia yang dihubungkan melalui pertalian darah, perkawinan atau mengakat seorang anak.
d. Harta, merupakan segala sesuatu sesuatu yang dapat dihimpun, disimpan dan dapat dimanfaatkan menurut kebiasaan dan adat. e. Akal, kemapuan daya fikir, memahami dan menganalisis.
Lima masalah tersebut dikenal dengan lima kebutuhan dasar, dalam hubungan dengan konsep diatas, dapat dipahami lebih lanjut mengapa Islam melarang perbuatan-perbuatan kufur, kemaksiatan, zina dan mabuk-mabukan. Karena perbuatan semacam itu mengancam keselamatn dan pelestarian lima kebutuhan dasar tersebut.
Indikator kesejahteraan dalam Islam menurut Al-Qur’an surat Al-Quraisy ayat 3-4 :
اَزىَٰه مَّةَس اْۚاوُذُج ۡ َُۡ َف
ِذَُۡجۡو
٣
آٌِزمَّو
ۡنِّ مُهَ َ اَءَو ٖعىُج نِّ مُهَ َ ۡطَأ
َِۢ ۡىَخ
٤
Artinya : 3. Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini
4. Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk
menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari
ketakutan.28
4. Kewajiban Bekerja dalam Islam
Setiap manusia membutuhkan harta untuk mencukupi segala kebutuhan hidupnya. Karenanya manusia selalu berusaha memperoleh harta itu, dan usaha yang dapat dilakukan untuk memperoleh harta tersebut adalah dengan bekerja. Islam mewajibkan untuk semua muslim untuk bekerja, mencari, mengolah, dan memanfaatkan segala sumber daya yang telah disediakan Allah dibumi untuk dapat didaya gunakan oleh manusia.29 Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Surah at-Taubah: 105
اْۚاىُ َ ۡ ِ ُ َو
يَشََُغَف
ُمَّٱ
ُ ُوىُعَسَو ۡمُ َ َ َ
ۥ
َو
َنىُ ِ ۡ ُ ۡو
ىًَٰوِإ َنوُّدَشُزَعَو
ِمِ ىَٰ
ِتَُۡ ۡو
َو
ِحَذىَٰهمَّلو
َنىُ َ ۡ َر ۡمُز ُك بَ ِث مُ ُئِّجَ َُُف
١٠٥
Artinya : “Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan
Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat
pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada
(Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata,
28
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, (Bandung: Dipenegoro, 2010), h.
602
29
Muhammad Ismail Yusanto dan Muhammad Karebet Widjajakusuma, Menggagas
lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu
kerjakan”30
Ayat diatas merupakan perintah dari Allah untuk bekerja mencari penghidupan bagi siapa saja dengan cara yang baik dan halal, sehingga orang-orang dapat menjadi saksi atas hasil dari pekerjaan tersebut dan Allah akan memberikan balasan atas apa yang dikerjakan umatnya.
Bekerja merupakan sendi utama dalam produksi, karena dengan bekerja maka segala sumber alam yang telah Allah sediakan dibumi dapat diolah untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Alam telah memberikan kekayaan yang tidak terhitung, akan tetapi tanpa adanya usaha dari manusia semua akan tetap tersimpan.
Selain harus memiliki sifat amanah, seseorang dikatakan profesional jika dia selalu bersemangat dan bersungguh-sungguh dalam bekerja, dia juga memeliki etos kerja yang cukup tinggi. Islam mendorong setiap muslim untuk bekerja keras serta bersungguh-sungguh mengeluarkan tenaga dan kemampuannya dalam bekerja.
Benar Allah mengaruniakan anugrah-nya deng percuma tetapi Dia tidak memberikan sewenang-wenangnya. Bagaimanapun terdapat peraturan bahwa karunia Allah diberikan kepada individu. Tidak seorang individu dapat hidup dengan makmur tanpa usaha yang sungguh-sungguh. Lambat laun jika individu menunjukan kemerosotan dalam bekerja
30
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, (Bandung: Dipenegoro, 2010), h.
karunia-Nya akan ditarik kembali. Ini merupakan hukum alam yang universal yang meliputi segenap ruang kehidupan.31
Dorongan utama seorang muslim dalam bekerja bahwa aktifitas bekerjanya itu dalam pandangan Islam merupakan salah satu bagian dari ibadah, karena pekerjaan merupakan salah satu pelaksanaan kewajiban. Sebagaimana telah diketahui bahwa hasil yang diperoleh seroang muslim dari kerja kerasnya dinilai sebagi pengahasilan yang mulia. Islam juga menjelaskan bahawa bekerja bersungguh-sungguh bahkan bisa menghapus dosa yang tidak bisa dihapus dengan beraktivitas ibadah ritual sekalipun.32
Berbagai nash ditemukan bahwa karakter pekerja muslim kana terlihat dalam 5 hal, yaitu33 :
1) Motif dan niat dalam usaha. 2) Sikap terhadap pelaksanaan kerja.
3) Sikap terhadap kesalahan dan kegagalan. 4) Keahlian dan skill.
5) Tanggung jawab.
Motivasi pekerja muslim bersifat vertikal dan horizontal. Secara vertikal aktivitas usahanya termotivasi mengabdikan diri kepada Allah SWT. Sedangkan secara horizontal, aktivitas usahanya terlihat pada dorongannya untuk mengembangkan potensi diri dan keinginan yang
31
Afzalur Rahman, Op. Cit., h. 251
32
Muhammad Islam Yunanto dan Muhammad Karebet Widjajakusuma, Op. Cit., h. 114
33
Zikrul Hakim, Islamic Buseness Strategy for Enterpreneurship Bagaimana
senantiasa mencari manfaat sebanyak-banyaknya untuk orang lain. Motivasi berfungsi sebagai pendorong, penentu arah dan penetapan skala prioritas.
Gambaran hidup yang bahagia disurga merupakan suatu peringatan kepada manusia bahwa kesenengan dan kebahagiaan didunia bisa diperoleh tergantung pada usaha yang dilakukan. Kehidupan yang bahagia dijamin untuk mereka yang tidak berdiam diri dan membuang-buang waktu. Bagi siapa yang bekerja keras untuk kehidupannya maka akan menikmati hiup yang aman dan sejahtera. Sementara bagi siapa yang berdiam diri dan membuang-buang waktu maka akan mengalami kesengsaraan.
Islam ingin agar seorang muslim bekerja meningkatkan kekayaannya. Menjadi tuan dari kekayaannya itu, dan berperoleh manfaat darinya. Islam tidak ingin seorang muslim menjadi budak dari hartanya dan melupakan tujuan yang sesungguhnya.34
B. Konsep Ekonomi Islam tentang Sumber Daya Alam.
Sumber daya adalah sumber persedian, baik sebagai cadangan maupun yang baru. Dari pandangan ekonomi, sumber daya merupakan suatu input dari suatu proses produksi. Sumber daya juga dapat diartikan sebagai suatu atribut atau unsur dari lingkungan yang menurut anggapan
34
manusia mempunyai nilai dalam jangka waktu tertentu yang telah ditentukan oleh sosial, budaya, ekonomi, teknologi dan kelembagaan.35
Menurut prosesnya sumber daya dibedakan menjadi dua bagian: a. Sumber daya buatan yaitu sumber daya yang disengaja dilihat
manusia untuk memenuhi kebutuhannya.
b. Sumber daya alam yaitu sumber daya yang tersedia dialam secara alami.36
Sedangkan berdasarkan sifatnya, sumber daya alam dibedakan menjadi dua:
a. Sumber daya alam fisik yaitu sumber daya yang berupa bentuk-bentuk tak hidup, tetapi memegang peranan penting dalam menentukan kualitas lingkungan. Contohnya tanah, air mineral dan lain-lain.
b. Sumber daya alam hayati yaitu sumber daya alam yang terdiri dari makhluk hidup yang berperan sebagai produsen . contohnya tumbuhan.37
Menurut kemungkinan pemulihannya, sumber daya alam dapat dibedakan sumber daya alam yang dapat diperbarui dan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui. Sumber daya alam yang dapat diperbarui yaitu sumber daya alam yang bisa dihasilkan kembali, baik secara alami
35
Karden Eddy Sontang Manik, Pengelolaan Lingkungan Hidup, (Jakarta: Djambatan,
2003), h. 46
36Ibid
, h. 47
ataupun dengan bantuan manusia. Sedangkan sumber daya alam yang tidap dapat diperbarui yaitu sumber daya yang habis sekali pakai.38
Menurut Yusuf Al-Qurudlawi faktor produksi yang utama menurut Al-Qur’an adalah alam dan kerja manusia. Produksi merupakan perpaduan yang harmonis anatara manusia dengan alam.39
Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Hatsyiah ayat 13:
َشمَّخَعَو
ٍِف بمَّ مُ َو
ِد ىَٰى ىَٰ مَّغو
ٍِف بَ َو
ِ ۡسَ ۡٱ
َكِو ىَٰر ٍِف مَّنِإ ُۡۚ ۡ ِّ ب ٗ ُِ َج
َنوُشمَّ َفَزََ ٖم ۡىَ ِّو ٖذىََٰآ َٱ
١٣
Artinya: “Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan
apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir”.40
Ayat tersebut menjelaskan pembenaran pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan manusia. Meskipun Islam tidak melarang pemanfatan alam, namun Islam menetapakan aturan pengunaannya. Islam mengajarkan kepada umatnya untuk memanfatkan alam dengan baik dan menjadi manusia yang bertanggung jawab melindungi alam dan lingkungannya.
38
Ibid, h. 48
39
Mustafa Edwin Nasution, Op, Cit, h. 109
40
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, (Bandung: Dipenegoro, 2010), h.
Sumber daya alam adalah salah satu faktor produksi yang sangat vital dalam proses produksi. Menurut Islam permasalahan ekonomi bukan terletak pada keterbatasan sumber daya alam tetapi lebih disebabkan oleh manusia yang tidak pernah puas dan ketidak mampuan manusia mengolah sumber daya alam itu sendiri. Hal ini didasarkan pada keyakinan bahwa Allah telah mencukupkan kebutuhan manusia dibumi ini. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an surah Ibrahim ayat 34 :
مُ ىٰىَراَءَو
َذَ ۡ ِن اْۚاوُّذُ َر نِإَو ُۡۚهىُ ُزۡوَأَع بَ ِّلُك نِّ
ِمَّٱ
مَّنِإ ٓۗآبَهىُص ۡحُر َلَ
َن ىَٰغنِ ۡٱ
ٞسبمَّفَك ٞمىُ َظَو
٣٤
Artinya : “Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan
segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu
menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu
menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim
dan sangat mengingkari (nikmat Allah)”.41
Sedangkan keterbatasan sumber daya alam dalam ekonomi konvensional ini penyebab timbulnya permasalahan ekonomi atau yang sering dirumuskan dengan kebutuhan yang tidak terbatas sedangkan alat pemenuhan yang terbatas.
Etika pengelolaan lingkungan dalam Islam mencari keselarasan dengan alam sehingga manusia tidak hanya kepentingan dirinya sendiri,
41
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, (Bandung: Dipenegoro, 2010), h.
tetapi tetap menjaga lingkungan dari kerusakan. Larangan dalam berlebihan juga telah di jelaskan dalam Al-Qur’an surat Al-A’raf ayat 31 :
َو اْۚاىُ ُكَو ٖذِ ۡغَ ِّلُك َذ ِ ۡمُ َزَ َِص اْۚاوُزُخ َمَداَء آٍِ َجىََٰ
اْۚاىُثَش ۡش
ۡۚاْۚاآىُفِش ۡغُر َلََو
ُ مَّنِإ
ۥ
ُّتِحَُ َلَ
َنُِفِش ۡغُ ۡو
٣١
Artinya : “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap
(memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah
berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berlebih-lebihan”.42
Yang dimaksud berlebihan pada ayat tersebut adalah tidak hanya pada makanan dan minuman saja, tetapi dalam segala hal termasuk dalam pemanfaatan sumber daya alam. Alam seharusnya dimanfaatkan seperlunya saja, maka dari itu ekspetasi terhadap alam besar-besaran yang mengakibatkan kerusakan habitat alam dilarang keras oleh Islam.
Menurut Islam sumber daya alam harus dikelola untuk mendapatkan manfaat yang maksimal, tetapi sumber daya alam harus diusahakan agar produktivitasnya tetap berjalan. Selain itu diperlukan kebijaksanaan dalam pemanfaatan sumber daya alam agar dapat lestari dengan memanfaatkan pengertian sikap serasi dengan lingkungan.
1. Kepemilikan Sumber Daya Alam dalam Islam
42
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, (Bandung: Dipenegoro, 2010), h.
Islam menyadari bahwa kepemilikan adalah hal yang sangat penting, setiap hasil kegiatan usaha ekonomi seorang muslim dapat menjadi hak miliknya, karena hal inilah yang menjad