1 | B a b V I – K o t a K o t a m o b a g u
BAB VI
KERANGKA KELEMBAGAAN DAN REGULASI
6.1 KERANGKA KELEMBAGAAN
Dalam pembanguan prasarana bidang Cipta Karya, untuk mencapai hasil yang optimal
diperlukan kelembagaan yang dapat berfungsi sebagai motor penggerak RPIJM agar
dapat dikelola dengan baik dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kelembagaan dibagi dalam 3 komponen utama, yaitu organisasi, tata laksana dan
sumber daya manusia. Organisasi sebagai wadah untuk melakukan tugas dan fungsi
yang ditetapkan kepada lembaga; tata laksana merupakan motor yang menggerakkan
organisasi melalui mekanisme kerja yang diciptakan; dan sumber daya manusia
sebagai operator dari kedua komponen tersebut. Dengan demikian untuk
meningkatkan kinerja suatu lembaga, penataan terhadap ketiga komponen harus
dilaksanakan secara bersamaan dan sebagai satu kesatuan.
6.1.1 STRUKTUR ORGANISAI, TUGAS DAN FUNGSI MASING-MASING UNIT YANG
TERKAIT DENGAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA
Penataan dan penguatan organisasi merupakan Program ke-3 dari Sembilan Program
Reformasi Birokrasi. Keorganisasian yang dimaksud dalam pedoman ini adalah struktur,
tugas, dan fungsi pemerintah daerah yang menangani bidang Cipta Karya.
Untuk mengetahui kondisi dari keorganisasian bidang cipta karya, informasi yang perlu
disajikan antara lain adalah sebagai berikut:
1. Peraturan Daerah yang menjadi dasar penetapan Struktur Organisasi Pemerintah Kabupaten/Kota.
2. Gambaran struktur organisasi Pemerintah Kabupaten/Kota saat ini.
3. Gambaran struktur organisasi instansi yang menangani urusan bidang Cipta Karya saat ini.
4. Penjelasan tentang tugas dan fungsi organisasi bidang Cipta Karya dalam Struktur
2 | B a b V I – K o t a K o t a m o b a g u
KEPALA DINAS
SEKRETARIS KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL
KASUBAG PROGRAM PELAPORAN & KEPEGAWAIAN KASUBAG UMUM &
KEUANGAN
KABID PERALATAN & LABORATORIUM KABID PENGAIRAN
KASIE JALAN DAN JEMBATAN KABID BINA MARGA KABID CIPTA KARYA
KASIE PERALATAN PERBAIKAN & PERBENGKELAN
KASIE PENGKAJIAN, PEMANFAATAN & PENGENDALIAN SDA KASIE PENATA SARANA DAN
PRASARANA
KASIE BINA LEMBAGA &
PENGENDALIAN SDA KASIE LABORATORIUM KASIE LEGER JALAN
KASIE PEMUKIMAN DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN
KASIE OPS & KEMITRAAN UPTD
KEPALA UPTD
KASUBAG TATA USAHA
3 | B a b V I – K o t a K o t a m o b a g u
6.1.2 POTENSI DAN PERSOALAN TERKAIT DENGAN ORGANISASI DAN TATA
LAKSANA PEMBANGUNAN INFRATRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA
Beberapa kebijakan Potensi berikut yang merupakan landasan hukum dalam
pengembangan dan peningkatan kapasitas kelembagaan RPIJM pada
pemerintahan kabupaten/kota.
1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
Dalam UU 32/2004 disebutkan bahwa Pemerintah Daerah mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan menjalankan otonomi seluas
-luasnya, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan
umum, dan daya saing daerah. Untuk membantu Kepala Daerah dalam
melaksanakan otonomi, maka dibentuklah organisasi perangkat daerah yang
ditetapkan melalui Pemerintah Daerah.
Dasar utama penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi
adalah adanya urusan pemerintahan harus dibentuk ke dalam organisasi
tersendiri. Besaran organisasi perangkat daerah sekurang-kurangnya
mempertimbangkan faktor kemampuan keuangan, kebutuhan daerah, cakupan
tugas yang meliputi sasaran tugas yang harus diwujudkan, jenis dan banyaknya
tugas, luas wilayah kerja dan kondisi geografis, jumlah dan kepadatan penduduk,
potensi daerah yang bertalian dengan urusan yang akan ditangani, dan sarana
dan prasarana penunjang tugas. Oleh karena itu, kebutuhan akan organisasi
perangkat daerah bagi masing-masing daerah tidak senantiasa sama atau
seragam.
2. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan
PP tersebut mencantumkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang
wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, dan pemerintah berkewajiban
untuk melakukan pembinaan terhadap pemerintah kabupaten/kota.
PP 38/2007 ini juga memberikan kewenangan yang lebih besar kepada
Pemerintah Kabupaten/Kota untuk melaksanakan pembangunan di Bidang Cipta
Karya. Hal ini dapat dilihat dari Pasal 7 Bab III, yang berbunyi “(1) Urusan wajib sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) adalah urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan dasar. (2) Urusan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: antara lainnya adalah bidang
4 | B a b V I – K o t a K o t a m o b a g u
Dari pasal tersebut, ditetapkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan
bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, sehingga penyusunan
RPIJM sebagai salah satu perangkat pembangunan daerah perlu melibatkan
Pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.
3. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Daerah
Berdasarkan PP 41 tahun 2007, bidang PU meliputi bidang Bina Marga,
Pengairan, Cipta Karya dan Penataan Ruang. Bidang PU merupakan perumpunan
urusan yang diwadahi dalam bentuk dinas. Dinas ditetapkan terdiri dari 1
sekretariat dan paling banyak 4 bidang, dengan sekretariat terdiri dari 3
subbagian dan masing-masing bidang terdiri dari paling banyak 3 seksi.
Gambar 6. 2 Keorganisasian Pemerintah Kabupaten/Kota
4. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010-2014
Dalam Buku II Bab VIII Perpres ini dijabarkan tentang upaya untuk
meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi diperlukan adanya
upaya penataan kelembagaan dan ketalalaksanaan, peningkatan kualitas sumber
daya manusia aparatur, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi,
penyempurnaan sistem perencanaan dan penganggaran, serta pengembangan
sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dan aparaturnya.
Untuk mendukung penataan kelembagaan, secara beriringan telah ditempuh
upaya untuk memperkuat aspek ketatalaksanaan di lingkungan instansi
pemerintah, seperti perbaikan standar operasi dan prosedur (SOP) dan
penerapan e-government di berbagai instansi. Sejalan dengan pengembangan manajemen kinerja di lingkungan instansi pemerintah, seluruh instansi pusat
dan daerah diharapkan secara bertahap dalam memperbaiki sistem
ketatalaksanaan dengan menyiapkan perangkat SOP, mekanisme kerja yang
lebih efisien dan efektif, dan mendukung upaya peningkatan akuntabilitas
5 | B a b V I – K o t a K o t a m o b a g u
5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand
Design Reformasi Birokrasi 2010-2025
Tindak lanjut dari Peraturan Presiden ini, Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor 30 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengusulan, Penetapan, dan
Pembinaan Reformasi Birokrasi pada Pemerintah Daerah. Berdasarkan
peraturan menteri ini, reformasi birokrasi pada pemerintah daerah
dilaksanakan mulai tahun 2012, dengan dilakukan secara bertahap dan
berkelanjutan sesuai dengan kemampuan pemerintah daerah. Permen ini
memberikan panduan dan kejelasan mengenai mekanisme serta prosedur dalam
rangka pengusulan, penetapan, dan pembinaan pelaksanaan reformasi birokrasi
pemerintah daerah.
Upaya pembenahan birokrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya
telah dimulai sejak tahun 2005. Pembenahan yang dilakukan adalah
menyangkut 3 (tiga) pilar birokrasi, yaitu kelembagaan, ketatalaksanaan, dan Sumber Daya Manusia (SDM).
Untuk mendukung tercapainya good governance, maka perlu dilanjutkan dan disesuaikan dengan program reformasi birokrasi pemerintah, yang terdiri dari sembilan program, yaitu :
1. Program Manajemen Perubahan, meliputi: penyusunan strategi manajemen
perubahan dan strategi komunikasi K/L dan Pemda, sosialisasi dan
internalisasi manajemen perubahan dalam rangka reformasi birokrasi;
2. Program Penataan Peraturan Perundang-undangan, meliputi: penataan
berbagai peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan/diterbitkan oleh
K/L dan Pemda;
3. Program Penguatan dan Penataan Organisasi, meliputi: restrukturisasi tugas
dan fungsi unit kerja, serta penguatan unit kerja yang menangani organisasi,
tata laksana, pelayanan publik, kepagawaian dan diklat;
4. Penataan Tatalaksana, meliputi: penyusunan SOP penyelenggaraan tugas dan
fungsi, serta pembangunan dan pengembangan e-government;
5. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur, meliputi: penataan system
rekrutmen pegawai, analisis dan evaluasi jabatan, penyusunan standar
6 | B a b V I – K o t a K o t a m o b a g u
6. Penguatan Pengawasan, meliputi: penerapan Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP) dan Peningkatan peran Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah (APIP);
7. Penguatan Akuntabilitas, meliputi: penguatan akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah, pengembangan sistem manajemen kinerja organisasi dan
penyusunan Indikator Kinerja Utama (IKU);
8. Penguatan Pelayanan Publik, meliputi: penerapan standar pelayanan pada
unit kerja masing-masing, penerapan SPM pada Kab/Kota.
9.Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan.
Pola pikir Reformasi Birokrasi di Kementerian Pekerjaan Umum dapat dilihat pada gambar 6.3 berikut ini.
Gambar 6. 3
7 | B a b V I – K o t a K o t a m o b a g u
10. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang
Standar Pelayanan Minimum
Peraturan Menteri PU ini menekankan tentang target pelayanan dasar bidang PU
yang menjadi tanggungjawab pemerintah kabupaten/kota. Target pelayanan
dasar yang ditetapkan dalam Permen ini yaitu pada Pasal 5 ayat 2, dapat dilihat
sebagai bagian dari beban dan tanggungjawab kelembagaan yang menangani
bidang ke- PU-an, khususnya untuk sub bidang Cipta Karya yang dituangkan di
dalam dokumen RPIJM.
Dalam Permen ini juga disebutkan bahwa Gubernur bertanggung jawab dalam
koordinasi penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU, sedangkan
Bupati/Walikota bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pelayanan dasar
bidang PU. Koordinasi dan penyelenggaraan pelayanan dasar Bidang Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang dilaksanakan oleh instansi yang bertanggung jawab
di Bidang PU dan Penataan Ruang baik provinsi maupun kabupaten/kota.
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah
Peraturan menteri ini menjadi landasan petunjuk teknis dalam penataan
perangkat daerah. Berdasarkan Permen ini dasar hukum penetapan perangkat
daerah adalah Peraturan Daerah (Perda). Penjabaran tupoksi masing -masing
SKPD Provinsi ditetapkan dengan Pergub, dan SKPD Kab/Kota dengan Perbup/Perwali.
12. Permendagri Nomor 57 tahun 2010 tentang Pedoman Standar
Pelayanan Perkotaan
Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi pemerintah daerah sebagai dasar
untuk memberikan pelayanan perkotaan bagi masyarakat. SPP adalah stand ar
pelayanan minimal kawasan perkotaan, yang sesuai dengan fungsi kawasan
perkotaan merupakan tempat permukiman perkotaan, termasuk di dalamnya
jenis pelayanan bidang keciptakaryaan, seperti perumahan, air minum, drainase, prasarana jalan lingkungan, persampahan, dan air limbah.
13. Kepmen PAN Nomor 75 tahun 2004 tentang Pedoman Perhitungan
Kebutuhan Pegawai Berdasarkan Beban Kerja Dalam Rangka
Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil
Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi setiap instansi pemerintah dalam
8 | B a b V I – K o t a K o t a m o b a g u
penyusunan formasi PNS. Dalam perhitungan kebutuhan pegawai, aspek pokok
yang harus diperhatikan adalah: beban kerja, standar kemampuan rata-rata, dan
waktu kerja.
Dalam keputusan ini, Gubernur melakukan pembinaan dan pengendalian
pelayanan perkotaan, sedangkan Bupati/Walikota melaksanakan dan memfasilitasi penyediaan pelayanan perkotaan.
Berdasarkan peraturan-peraturan di atas, maka dimungkinkan untuk
mengeluarkan peraturan daerah untuk pemantapan dan pengembangan
perangkat daerah, khususnya untuk urusan pemerintahan bidang pekerjaan
umum dan lebih khusus lagi tentang urusan pemerintahan pada sub bidang Cipta Karya.
Dengan adanya suatu kelembagaan yang definitif untuk menangani urusan
pemerintah pada bidang/subbidang CiptaKarya maka diharapkan dapat
meningkatkan kinerja pelayanankelembagaan.
ANALISA PERMASALAHAN KETATALAKSANAAN KELEMBANGAAN
Tujuan analisis permasalahan ketatalaksanaan kelembagaan bidang cipta karya
adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja
organisasi maupun keluaran produk RPIJM Bidang Cipta Karya. Dalam proses
analisis ini beberapa pertanyaan kunci yang perlu mendapat jawaban adalah
sebagai berikut:
1. Apakah Perda penetapan Organisasi Pemerintah Kabupaten/Kota telah
menguraikan tupoksi dari masing-masing dinas/unit kerja yang ada?
2. Bagaimana mekanisme hubungan kerja didalam dan antar instansi terkait Bidang Cipta Karya yang terjadi selama ini?
3. Apakah keorganisasian bidang cipta karya yang ada sudah mengikuti ketentuan dalam PP 41 tahun 2007? Juga perlu dicermati apakah semua
sektor bidang cipta karya yaitu bidang air minum, pengembangan
permukiman, penyehatan lingkungan permukiman, dan penataan bangunan
dan lingkungan sudah tercantum dalam keorganisasian yang dibentuk?
4. Apa saja permasalahan yang ditemui dalam ketatalaksanaan perangkat kerja
daerah khususnya yang terkait dengan Bidang Cipta Karya?
5. Apa saja faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi ketatalaksanaan
9 | B a b V I – K o t a K o t a m o b a g u
ANALISA PERMASALAHAN KEORGANISASIAN
Tujuan analisis keorganisasian adalah untuk mengetahui permasalahan
keorganisasian bidang cipta karya yang berpengaruh terhadap kinerja
organisasi maupun keluaran produk RPIJM Bidang Cipta Karya. Analisis
deskriptif dapat mengacu pada pertanyaan di bawah ini:
1. Apakah struktur organisasi perangkat kerja daerah sudah sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku?
2. Apakah tugas dan fungsi organisasi bidang Cipta Karya sudah sesuai dengan
tugas dan fungsi masing-masing instansi?
3. Apa saja faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi struktur organisasi?
4. Apa saja permasalahan yang ditemui dalam keorganisasian perangkat kerja
daerah khususnya yang terkait dengan bidang cipta karya?
6.1.3 ANALISA KEBUTUHAN SDM DIBANDINGKAN DENGAN KONDISI
EKSISTING
Dalam kaitannya dengan Reformasi Birokrasi, penataan sistem manajemen SDM aparatur merupakan program ke-5 dari Sembilan Program Reformasi Birokrasi, yang perlu ditingkatkan tidak hanya dari segi kuantitas tetapi juga kualitas.
Bagian ini menguraikan kondisi SDM di keorganisasian instansi yang menangani bidang Cipta Karya.
Dapat dilampirkan juga tambahan informasi data kepegawaian lainnya bila tersedia.
Tujuan analisis Sumber Daya Manusia adalah untuk mengetahui permasalahan SDM bidang cipta karya yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPIJM Bidang Cipta Karya.
Dalam proses analisis SDM, beberapa pertanyaan kunci yang dapat dijawab adalah sebagai berikut :
1. Apakah SDM yang tersedia sudah memenuhi kebutuhan baik dari segi jumlah maupun kualitas dalam perangkat daerah, khususnya di bidang Cipta Karya?
2. Apa saja permasalahan yang ditemui dalam manajemen SDM perangkat kerja daerah khususnya yang terkait dengan bidang cipta karya?
3. Apa saja faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas SDM organisasi, khususnya yang terkait dengan bidang cipta karya.
ANALISIS SWOT TEKAIT SDM
10 | B a b V I – K o t a K o t a m o b a g u
yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) di bidang kelembagaan. Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan
memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian
menerapkannya dalam matriks SWOT.
Strategi yang digunakan adalah bagaimana kekuatan mampu mengambil
keuntungan dari peluang yang ada (strategi S-O); bagaimana cara mengatasi
kelemahan yang mencegah keuntungan dari peluang yang ada (strategi W -O);
bagaimana kekuatan mampu menghadapi ancaman yang ada (strategi S -T); dan
terakhir adalah bagaimana cara mengatasi kelemahan yang mampu membuat
ancaman menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru (strategi W -T).
Berdasarkan informasi yang disusun dari pertanyaan serta analisis tentang
keorganisasian, tata laksana dan SDM bidang Cipta Karya pada sub-bab
sebelumnya, selanjutnya dapat dirumuskan Matriks Analisis SWOT
Kelembagaan. Perumusan strategi bidang kelembagaan berdasarkan Analisis
SWOT diharapkan dapat menjadi acuan dalam rencana pengembangan
kelembagaan.
Berdasarkan tabel SWOT , maka langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Menginventarisasi faktor-faktor dari metode SWOT yaitu kekuatan (internal), kelemahan (internal), peluang (eksternal) dan ancaman (eksternal)
kelembagaan organisasi perangkat kerja daerah, khususnya terkait dengan
bidang Cipta Karya.
b. Melakukan perumusan strategi berdasarkan kolaborasi dari faktor-faktor analisis SWOT, yaitu sebagai berikut.
- Mengembangkan strategi SO (kuadran I), yaitu strategi agar kekuatan yang dimiliki organisasi mampu mengambil keuntungan dari peluang yang ada
- Mengembangkan strategi ST (kuadran II), yaitu dengan kekuatan yang
dimiliki organisasi, dapat dirumuskan strategi untuk mengurangi dampak
dari pengaruh eksternal yang mempengaruhi kinerja organisasi.
- Mengembangkan strategi WO (kuadran III), yaitu memperbaiki kelemahankelemahan organisasi yang ada dengan memanfaatkan peluang
yang ada.
11 | B a b V I – K o t a K o t a m o b a g u
- kelemahan-kelemahan yang ada, juga harus melakukan upaya-upaya untuk
meminimalisir ancamanancaman yang berpotensi untuk melemahkan
kinerja dari organisasi.
6.2
KERANGKA REGULANSI
Bagian ini menguraikan secara sistematis tentang kondisi eksisting kelembagaan Pemerintah kabupaten/kota yang menangani bidang Cipta Karya.
Kondisi Keorganisasian Bidang Cipta Karya
Penataan dan penguatan organisasi merupakan Program ke-3 dari Sembilan
ProgramReformasi Birokrasi. Keorganisasian yang dimaksud dalam pedoman ini
adalahstruktur, tugas, dan fungsi pemerintah daerah yang menangani bidang
Cipta Karya.
Untuk mengetahui kondisi dari keorganisasian bidang cipta karya, informasi
yang perlu disajikan antara lain adalah sebagai berikut:
1. Peraturan Daerah yang menjadi dasar penetapan Struktur Organisasi
Pemerintah Kabupaten/Kota.
2. Gambaran struktur organisasi Pemerintah Kabupaten/Kota saat ini.
3. Gambaran struktur organisasi instansi yang menangani urusan bidang Cipta Karya saat ini.
4. Penjelasan tentang tugas dan fungsi organisasi bidang Cipta Karya dalam Struktur Organisasi Pemerintah Kabupaten/Kota.
Kondisi Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya
Sebagaimana ditetapkan dalam Program RB, penataan tata laksana merupakan
salah satu prioritas program untuk peningkatan kapasitas kelembagaan. Tata
laksana organisasi yang perlu dikembangkan adalah menciptakan hubungan
kerja antar perangkat daerah dengan menumbuhkembangkan rasa kebersamaan
dan kemitraan dalam melaksanakan beban kerja dan tanggung jawab bagi
peningkatan produktifitas dan kinerja.
Secara internal, keorganisasian urusan pemerintah bidang keciptakaryaan, perlu
mengembangkan hubungan fungsional sesuai dengan kompetensi dan
kemandirian dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang untuk masing
-masing bidang/seksi. Selanjutnya juga perlu dikembangkan hubungan kerja
yang koordinatif baik antar bidang/seksi di dalam keorganisasian urusan
12 | B a b V I – K o t a K o t a m o b a g u
rangka menghindari tumpang tindih atau duplikasi program dan kegiatan secara
substansial dan menjamin keselarasan program dankegiatan antar perangkat
daerah.
Prinsip-prinsip hubungan kerja yang diuraikan di atas perlu dituangkan di
dalam Peraturan Daerah tentang keorganisasian Pemerintah Kabupaten/kota,
khususnyamenyangkut tupoksi dari masing-masing instansi pemerintah bidang
keciptakaryaan.Dengan mengacu pada tabel berikut, dapat dicantumkan
penjabaran peran masingmasinginstansi dalam pembangunan bidang Cipta Karya.
Selain itu, guna memperjelas pelaksanaan tugas pada setiap satuan kerja, perlu
dilengkapi dengan tatalaksana dan tata hubungan kerja antar satuan kerja, serta
Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk setiap pelaksanaan tugas, yang dapat
13 | B a b V I – K o t a K o t a m o b a g u
Analisis Kelembagaan
Dengan mengacu pada kondisi eksisting kelembagaan perangkat daerah, bagian
ini menguraikan analisis permasalahan kelembagaan Pemerintah kabupaten/kota yang menangani bidang Cipta Karya.
Salah satu cara yang dapat dipergunakan untuk melakukan analisis ini adalah dengan melakukan diskusi antar anggota Tim RPIJM.
Rencana Pengembangan Keorganisasian
Untuk merumuskan rencana pengembangan keorganisasian, dengan mengacu
pada analisis SWOT, dilandaskan pada efektifitas dan efisiensi yang akan tercipta dari penataan struktur organisasi dan tupoksinya.
Rencana pengembangan keorganisasian dilakukan dengan mengacu pada
analisis dan evaluasi tugas dan fungsi satuan organisasi termasuk perumusan
dan pengembangan jabatan struktural dan fungsional di lingkungan Pemda,
serta menyusun analisis jabatan dan beban kerja dalam rangka
mendayagunakan dan meningkatkan kapasitas kelembagaan satuan organisasi
di masing-masing unit kerja di lingkungan Pemerintah Daerah, khususnya
bidang Cipta Karya.
Rencana Pengembangan Tata Laksana
Untuk merumuskan rencana pengembangan tata laksana, dengan mengacu pada
analisis SWOT sebelumnya, antara lain diperlukan evaluasi tata laksana,
pengembangan standar dan operasi prosedur, serta pembagian kerja dan
program yang jelas antar unit dalam instansi ataupun lintas instansi di
lingkungan Pemerintah Daerah, khususnya di bidang Cipta Karya.
Rencana Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)
Untuk merumuskan rencana pengembangan Sumber Daya Manusia, dengan
mengacu pada analisis SWOT, antara lain diperlukan perencanaan karier setiap
pegawai sesuai dengan kompetensi individu dan kebutuhan organisasi. Guna
meningkatkan pelayanan kepegawaian, maka perencanaan pegawai hendaknya
14 | B a b V I – K o t a K o t a m o b a g u
Selain itu, rencana pengembangan SDM dapat dilakukan dengan peningkatan
jenjang pendidikan serta mendukung pembinaan kapasitas pegawai melalui
pelatihan. Sesuai dengan lingkup kegiatan bidang keciptakaryaan, dalam rangka
peningkatan kualitas SDM terdapat beberapa pelatihan yang diadakan oleh
Direktorat Jenderal Cipta KaryaKementerian PU yang dapat menjadi referensi
dipaparkan pada tabel 8.6
Tabel 6. 1 Pelatihan Bidang Cipta Karya
Dengan melihat kondisi eksisting kerangka regulasi yang ada di Kota Kotamobagu
dan terkait dengan analisis kelembagaan maka dibawah ini adalah tabel regulasi
15 | B a b V I – K o t a K o t a m o b a g u
Tabel 6.2 Kerangka Regulasi yang Ada
NO. JENIS REGULASI SEKTOR PENANGGUNG
JAWAB
TAHUN
DISUSUN Keterangan
1
Peraturan Daerah No. 1 Tahun 2009 Tentang Rencana Pembangunan
SK Kumuh No. 01 Tahun 2014 Tentang Penetapan Lokasi Kawasan Permukiman
Perda No. Tahun 2012 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan
Perda No. Tahun 2012 Tentang Retribusi Pemeriksaan Alat
Tabel 6.3 Kerangka Regulasi yang dibutuhkan