• Tidak ada hasil yang ditemukan

RPI2JM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "RPI2JM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

RPI2JM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 II-1

BAB II PROFIL KABUPATEN TRENGGALEK

Kabupaten Trenggalek merupakan Kabupaten yang terletak di bagian selatan dari wilayah Propinsi Jawa Timur, sebuah kabupaten dengan dominasi wilayah pegunungan dan perbukitan di wilayah pesisir selatan Pulau Jawa, berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia. Kabupaten Trenggalek dengan luas wilayah 126.140 Ha, terbagi ke dalam 14 Kecamatan, meliputi Kecamatan Panggul, Munjungan, Watulimo, Kampak, Dongko, Pule, Karangan, Suruh, Gandusari, Durenan, Pogalan Trenggalek, Tugu dan Bendungan.

Dalam sistem perwilayahannya, Kabupaten Trenggalek merupakan Pusat Pelayanan Lokal (PKL) dalam lingkup WP (Wilayah Pengembangan) Kediri dan sekitarnya, dengan fungsi wilayah yang diarahkan pada kegiatan pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan, pertambangan, pendidikan, kesehatan, pariwisata, perikanan dan industri. Lebih lengkap mengenai Orientasi Wilayah Kabupaten Trenggalek dalam konstelasi Jawa Timur, dapat ditinjau pada Peta 2.1.

2.1 Wilayah Administrasi

Kabupaten Trenggalek secara geografis berada diantara koordinat 111°24-112°11' Bujur Timur dan 7°53' – 8°34' Lintang Selatan dengan kondisi dua per tiga dari luas wilayah merupakan pegunungan dengan ketinggian 0 – 690 dpl. Kabupeten Trenggalek terdiri dari 14 kecamatan dengan batas wilayah meliputi :

- Sebelah Utara : Kabupaten Tulungagung dan Ponorogo - Sebelah Timur : Kabupaten Tulungagung

- Sebelah Selatan : Samudera Indonesia

- Sebelah Barat : Kabupaten Pacitan dan Ponorogo

Letak geografis dan Batas Administrasi dapat dilihat Gambar 2.1. dan Tabel 2.1

I1. PROFIL KABUPATEN/ KOTA

(2)
(3)

RPIJM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 II-3

Tabel 2. 1 Luas Wilayah Kecamatan di Kabupaten Trenggalek

NO KECAMATAN Luas Wilayah Luas (Km2) %

1 Kecamatan Panggul 131,58 10,43

2 Kecamatan Munjungan 154,80 12,27

3 Kecamatan Watulimo 154,44 12,24

4 Kecamatan Kampak 79,00 6,26

12 Kecamatan Trenggalek 61,16 4,85

13 Kecamatan Tugu 74,72 5,92

14 Kecamatan Bendungan 90,84 7,20

TOTAL 1.261,40 100.00

Sumber : Trenggalek dalam Angka, 2014

Luas wilayah Kabupaten Trenggalek sebesar 1.261,40 km2, dimana dua kecamatan yang memiliki luas wilayah yang cukup besar bila dibandingkan dengan kecamatan yang lainnya yaitu Kecamatan Munjungan dengan luas 154,80 km2 (12,27%) dan Kecamatan Watulimo dengan luas 154,44 km2 (12,24%) yang merupakan kawasan pesisir di Kabupaten Trenggalek. Sedangkan kecamatan dengan ukuran luas wilayah terkecil adalah Kecamatan Pogalan dengan luas 41,80 km2 (3,31%).

2.2 Potensi Wilayah Kabupaten/ Kota

Berikut ini merupakan potensi yang berada di wilayah Kabupaten Trenggalek. 1. Terdapat potensi sumber air minum

(4)

RPIJM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 II-4 Pada tahun 2007 kondisi bangunan perumahan Kabupaten Trenggalek sebagian besar terdiri dari bangunan permanen yaitu sebesar 148.205 unit (64,28 %) merupakan bangunan berdinding tembok dan lantai dengan perkerasan dan 82.321 unit (35,7 %) merupakan bangunan semi permanen. Kondisi perumahan yang sebagian besar merupakan bangunan permanen mengindikasikan bahwa kebutuhan dasar penduduk akan perumahan sudah terpenuhi dengan baik. Namun di daerah pedesaan dan pesisir masih dijumpai permukiman kumuh yang membutuhkan perbaikan.

3. Sebaran Potensi Agropolitan

Terdapat potensi agropolitan (Kecamatan Bendungan, Kecamatan Watulimo) Sebagai kawasan pedesaan yang sebagian besar bertopografi pegunungan maka Kabupaten Trenggalek berpotensi untuk dikembangkan menjadi kawasan agropolitan. Dengan dukungan hasil-hasil pertanian dan perikanan yang cukup melimpah maka produk-produk tersebut dapat dijadikan sumber komoditi yang bisa meningkatkan perekonomian penduduk. Pengembangan agropolitan Di Kabupaten Trenggalek diarahkan di Kecamatan Bendungan dengan komoditi unggulan di sektor peternakan, tanaman pangan, dan perkebunan. Selain Kecamatan Bendungan, Kecamatan Watulimo juga dikembangkan menjadi kawasan agopolitan dengan komoditi unggulan di sektor perikanan dan kelautan serta holtikultura.

4. Rencana pengembangan JLS

Pengembangan jaringan jalan tentunya akan mempengaruhi tata guna lahan di sekitarnya dan dapat memperlancar aksesibilitas penduduk dalam pergerakan barang dan jasa. Jalan Lintas Selatan juga diharapkan dapat membuka akses daerah terisolir di bagian selatan Kabupaten Trenggalek. Berbagai potensi alam di Kabupaten Trenggalek bagian selatan seperti sektor perikanan, kelautan, pertambangan dan pariwisata akan terakomodir dengan adanya JLS sehingga mendorong investor untuk berinvestasi di Kabupaten Trenggalek.

5. Pariwisata di bagian selatan Kabupaten Trenggalek yang sangat potensial untuk dikembangkan.

(5)

RPIJM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 II-5 pantai dan gua. Adapun pariwisata andalan di Kabupaten Trenggalek diantaranya adalah pantai Prigi, pantai Karanggongso, pantai Damas, pantai Pelang, pantai Konang, pantai Ngadipuro, pantai Ngambiran dan pantai Blado. Selain itu terdapat Goa Lawa di desa Watuagung, Kecamatan Watulimo.

6. Perkembangan IPM Kabupaten Trenggalek

Selain pembangunan fisik maka pembangunan manusia juga memegang peranan penting dalam perkembangan wilayah. Pembangunan manusia dapat diukur menggunakan Indeks Pembangunan Manusi (IPM). Dalam periode 5 tahun terakhir, IPM Kabupaten Trenggalek terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat pendidikan, kesehatan dan pendapatan perkapita penduduk Kabupaten Trenggalek semakin baik.

2.3 Demografi dan Urbanisasi

Kabupaten Trenggalek dengan luas wilayah 1.261,40 Km2 menurut hasil registrasi penduduk akhir tahun 2014 sebesar 818.797 jiwa. Dari jumlah seluruh penduduk tersebut sebanyak 50,34 persen merupakan penduduk laki-laki. Sebaran penduduk pada tahun 2014 menunjukan bahwa di Kecamatan Panggul berpenduduk terbanyak dengan 89.069 jiwa. Kecamatan yang paling sedikit jumlah penduduknya adalah kecamatan Suruh yaitu 28.973 jiwa.

Kepadatan penduduk Kabupaten Trenggalek sebesar 649 orang/ Km2 dimana Kecamatan Pogalan mempunyai tingkat kepadatan penduduk paling tinggi yaitu sebesar 1.424 jiwa/Km2. Kecamatan yang tingkat kepadatan penduduknya paling rendah adalah Kecamatan Bendungan dengan 332 jiwa / Km2.

Tabel 2. 2 Karakteristik Penduduk Kabupaten Trenggalek Tahun 2014

(6)

RPIJM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 II-6

Sumber : Trenggalek dalam Angka, 2014

Berikut ini merupakan jumlah penduduk miskin dan persebarannya.

Tabel 2. 3 Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Trenggalek

(7)

RPIJM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 II-7

Sumber : Trenggalek dalam Angka, 2014

Untuk merencanakan pembangunan teknis yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat maka perlu dilakukan proyeksi penduduk tahun-tahun mendatang. Dimana jangka dan skala waktu proyeksi diambil dengan jarak 20 tahun yaitu dari tahun 2011-2031 dan dengan didasarkan pada 3 metode perhitungan penduduk yaitu metode linier, metode regresi linier dan metode eksponensial (Bunga Berganda). Berdasarkan data yang ada proyeksi penduduk tersebut berpedoman pada jumlah dan perkembangan penduduk selama 5 tahun sebelumnya yaitu Tahun 2005-2009.

Tabel 2. 4 Proyeksi Penduduk Kabupaten Trenggalek Tahun 2012 – 2032

No KECAMATAN Tingkat JUMLAH 813.418 836.915 975.820 1.160.449 1.409.027 1.747.555

Sumber: hasil analisis, 2011

Perkotaan di Kabupaten Trenggalek terletak di Kecamatan Trenggalek. Berikut ini merupakan jumlah penduduk perkotaan Trenggalek.

Tabel 2. 5 Jumlah Penduduk Perkotaan Trenggalek

(8)

RPIJM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 II-8

No Desa/Kelurahan Luas

Wilayah

Jumlah

Penduduk

Kepadatan

Penduduk

(Jiwa/Ha)

2 Kelutan 256.0 4.534 17,711

3 Tamanan 232.0 5.558 23,957

4 Ngantru 472.0 5.692 12,059

5 Sumbergedong 232.0 7.985 34,418

6 Surodakan 394.0 7.471 18,962

7 Sumberingin 258.0 7.024 27,225

Jumlah 2.361 46.483 20,096

Sumber: Kecamatan Trenggalek dan Kecamatan Karangan dalam Angka 2015

2.4 Isu Strategis Sosial, Ekonomi dan Lingkungan

2.4.1 Perkembangan PDRB dan Potensi Ekonomi

Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Trenggalek pada tahun 2013 mencapai 6,62 persen. Nilai Produk Domestik Regional Bruto atas dasar Harga Konstan 2000 pada tahun 2013 tercatat 3.480.534,54 juta rupiah. Sedangkan PDRB atas dasar harga berlaku pada tahun 2013 adalah 7.529.084,09 juta rupiah. PDRB Kabupaten Trenggalek masih didominasi oleh sektor pertanian (38,43%), kemudian disusul oleh sektor perdagangan, Hotel, dan Restauran (29,36%) kemudian disusul oleh sektor jasa-jasa (15,00%), sedangkan sektor lainnya kurang dari 10 persen.

(9)

RPIJM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 II-9

Gambar 2. 1 Perkembangan PDRB (dalam milyar rupiah) Tahun 2000-2013

2.4.2 Pendapatan Perkapita dan Penduduk Miskin

Selama 2013- 2014, Garis Kemiskinan naik sebesar 6,31 persen, yaitu dari Rp 243.665,- per kapita per bulan pada periode tahun 2013, menjadi Rp 250.666,- per kapita per bulan pada tahun 2014. Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan sebesar 73 persen.

2.4.3 Kondisi Lingkungan Strategis

A. Gambaran Topografi

Kabupaten Trenggalek sebagian besar bertopografi terjal lebih dari 40% seluas ± 57.611 Ha yang merupakan daerah rawan bencana longsor. Sebagian besar lahan ini merupakan lahan kritis yang rentan mengalami gerakan tanah. Kawasan ini tersebar di beberapa kecamatan diantaranya Kecamatan bendungan, Pule, Dongko, Watulimo, Munjungan dan Kecamatan Panggul. Luas dataran rendah dengan tingkat

(10)

RPIJM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 II-10

Tabel 2. 6 Tingkat kelerengan di Kabupaten Trenggalek No Tingkat Kelerengan Luas (ha)

1 0 '- 10 % 31.985,23

Secara hidrologis, Kabupaten Trenggalek terdiri atas 28 sungai dengan panjang antara 2 Km hingga 41,50 Km dengan debit air antara 674 M3/detik (Kali Jati) sampai dengan 20.394 M3/detik (Kali Munjungan). Dengan debit air sungai yang relatif tinggi merupakan indikasi tingkat erosi yang cukup tinggi. Untuk pemanfaatan potensi aliran sungai tersebut baik untuk air bersih maupun irigasi diperlukan pembangunan lebih banyak bangunan penampung air, baik bendungan, embung, dam dan lain-lain.

Adapun sumber air di Kabupaten Trenggalek sejumlah 361 sumber air. Sumber air di Kabupaten Trenggalek mengalami penurunan, baik jumlah maupun debitnya. Sumber-sumber air tersebut perlu mendapatkan perhatian dengan menjaga kelestarian alam, terutama area di sekitar sumber mata air sebagai kawasan lindung. Pada umumnya Kabupaten Trenggalek memiliki 2 Daerah Aliran Sungai (DAS) utama yaitu DAS yang arah alirannya menuju ke Kali Brantas dan DAS yang arah alirannya bermuara ke Samudera Hindia. Undang-Undang No 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang mengamanatkan tutupan lahan di DAS sebesar 30% sebaiknya diperuntukkan sebagai kawasan lindung dalam rangka memberikan keseimbangan tata air di daerah hulu sampai hilir.

(11)

RPIJM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 II-11 Kecamatan Pule, Dongko dan Panggul; Sungai Konang di Kecamatan Dongko dan Panggul; Sungai Tumpak Nongko di Kecamatan Munjungan; Sungai Ngemplak di Kecamatan Watulimo.

Berdasarkan arah alirannya DAS-DAS yang ada di Kabupaten Trenggalek dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) arah aliran:

1. DAS yang arah alirannya menuju ke Kali Brantas

DAS Brantas merupakan daerah aliran sungai utama di Propinsi Jawa Timur, termasuk di dalamnya adalah sebagian wilayah Kabupaten Trenggalek. DAS di Kabupaten Trenggalek yang mengalir ke arah sungai Brantas diantaranya:

a. DAS Kali Bagong, meliputi wilayah Kecamatan Bendungan

b. DAS Kali Ngasinan, meliputi wilayah Kecamatan Durenan, Kota, sebagian kecil Karangan bagian Timur laut

c. DAS Kali Tawing, meliputi wilayah Kecamatan Gandusari, Pogalan, sebagian besar Kampak, Dongko bagian Timur, dan sebagian Watulimo bagian Utara

d. DAS Kali Pinggir, meliputi wilayah Kecamatan Tugu, sebagian kecil Kecamatan Karangan bagian Barat Laut

e. DAS Kali Dawuhan, meliputi Kecamatan Trenggalek

f. DAS Kali Jati meliputi Kecamatan Suruh dan Kecamatan Karangan g. DAS Kali Mujing meliputi Kecamatan Durenan

h. DAS Kali Ngeongan meliputi Kecamatan Suruh dan Kecamatan Karangan i. DAS Kali Ngepeh, meliputi Kecamatan Suruh dan Kecamatan Tugu 2. DAS yang arah alirannya menuju ke arah pantai selatan

Sungai-sungai di bagian Selatan Kabupaten Trenggalek yang mengalir ke pantai selatan Jawa antara lain :

a. DAS Kali Cengkrang Ngemplak, meliputi wilayah Kecamatan Watulimo, sebagian kecil Kecamatan Kampak bagian Tenggara

b. Kali Tumpaknongko, meliputi wilayah Kecamatan Munjungan

c. Kali Gede/Gedangan Konang, meliputi wilayah Kecamatan Dongko, Panggul dan Pule

d. Data nama dan sungai-sungai (sub sub DAS) yang terdapat di Kabupaten Trenggalek dapat dilihat pada Tabel 2.5 berikut ini.

Tabel 2. 7 Nama, Luas dan Panjang Sungai di Kabupaten Trenggalek No Nama Sungai Luas SubSubDAS

(12)

RPIJM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 II-12

(Km2) (Km) A. Sub DAS Ngrowo Ngasinan

1 K. Bagong 85.49 20.44

Sumber: Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Trenggalek, 2009

Sungai yang berada di wilayah Kabupaten Trenggalek terdiri atas 28 sungai dengan panjang antara 2,00 Km (Sungai Bubuk) hingga 41,50 Km (Sungai Ngasinan) dan memiliki debit air antara 0,100 m3/detik (Sungai Tumpak Nongko) hingga 141.275 m3/detik (Sungai Ngasinan). Adapun sumber air yang tercatat sejumlah 361 mata air yang tersebar di masing-masing kecamatan dan sebagian besar sudah dimanfaatkan. Selengkapnya pada Tabel 2.6 dan 2.7.

(13)

RPIJM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 II-13

Tabel 2. 9 Potensi Sumber Air di Kabupaten Trenggalek NO KECAMATAN MATA AIR RATA-RATA DEBIT AIR

(liter/detik)

Sumber: Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Trenggalek, 2013

C. Gambaran Geologi

(14)

RPIJM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 II-14 Miosenne sedimentary : semua kecamatan

Miosenne limostone : Kecamatan Panggul, Watulimo, Dongko dan Karangan Andesit : Kecamatan Munjungan, Watulimo, Pogalan

dan Karangan

Liat dan Pasir (alluvium) : semua kecamatan kecuali Dongko, Pule dan Bendungan

Undifferentioned Vulcanik : Kecamatan Bendungan

Struktur tanah di Kabupaten Trenggalek meliputi andosol dan latosol di bagian utara. Batuan Mediteran, grumosol dan regusol yang terletak di bagian timur. Batuan mediteran di bagian selatan dan batuan alluvial di bagian barat kabupaten. Susunan explorasi tanah terdiri dari lapisan tanah Andosol dan Latosol, Mediteran, Grumosol dan Regosol, Alluvial dan Mediteran. Lapisan tanah Alluvial terbentang di sepanjang aliran sungai di bagian wilayah timur dan merupakan lapisan tanah yang subur, luasnya berkisar antara 10 % hingga 15 % dari seluruh wilayah. Pada bagian lain, yaitu bagian selatan, barat laut dan utara, tanahnya terdiri dari lapisan Mediteran yang bercampur dengan lapisan Grumosol dan Latosol. Lapisan tanah ini sifatnya kurang daya serapnya terhadap air sehingga menyebabkan lapisan tanah ini kurang subur.

D. Gambaran Klimatologi

Lokasi Kabupaten Trenggalek berada di sekitar garis Katulistiwa, maka seperti Kabupaten-kabupaten lainnya di Jawa Timur yang mempunyai perubahan iklim sebanyak 2 jenis setiap tahunnya yakni musim kemarau dan musim penghujan. Bulan September – April merupakan musim penghujan, sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan Mei– Agustus. Namun akhir-akhir ini dengan perubahan anomali cuaca maka siklus hujan menjadi tidak menentu. Jumlah hari hujan di Kabupaten Trenggalek rata-rata 116 hari hujan pada tahun 2013 dengan rata-rata curah hujan sebanyak 17,63 mm.

2.4.4 Resiko Bencana Alam

Bencana alam yang terjadi di Kabupaten Trenggalek antara lain banjir, tanah longsor, kebakaran dan angin topan. Berikut ini merupakan frekwensi kejadian bencana alam di Kabupaten Trenggalek tahun 2010-2014.

Tabel 2. 10 Frekwensi Kejadian Bencana Alam di Kabupaten Trenggalek Tahun 2010-2014

No. Jenis Bencana Alam

Tahun

(15)

RPIJM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 II-15

Sumber : Trenggalek dalam Angka, 2014

2.4.5 Isu-isu Strategis

A. Isu Strategis Pengembangan Permukiman

Isu-isu strategis nasional yang memberikan pengaruh terhadap pengembangan permukiman saat ini diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Mengimplementasikan konsepsi pembangunan berkelanjutan serta mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim.

2. Percepatan pencapaian target MDGs 2020 yaitu penurunan proporsi rumah tangga kumuh perkotaan.

3. Perlunya dukungan terhadap pelaksanaan Program-Program Direktif Presiden yang tertuang dalam MP3EI dan MP3KI.

4. Percepatan pembangunan di wilayah timur Indonesia (Provinsi NTT, Papua, dan Papua Barat) untuk mengatasi kesenjangan.

5. Meminimalisir penyebab dan dampak bencana sekecil mungkin.

6. Meningkatnya urbanisasi yang berimplikasi terhadap proporsi penduduk perkotaan yang bertambah, tingginya kemiskinan penduduk perkotaan, dan bertambahnya kawasan kumuh.

7. Belum optimalnya pemanfaatan Infrastruktur Permukiman yang sudah dibangun. 8. Perlunya kerjasama lintas sektor untuk mendukung sinergitas dalam

pengembangan kawasan permukiman.

9. Belum optimalnya peran pemerintah daerah dalam mendukung pembangunan permukiman.

(16)

RPIJM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 II-16 terkait. Isu terkait pengembangan permukiman yang bersifat lokal dan spesifik untuk Kabupaten Trenggalek adalah sebagai berikut.

Jika dilihat secara umum, kondisi prasarana dasar permukiman dan perumahan di Kabupaten Trenggalek perlu ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya. Peningkatan kualitas dalam jangka pendek diantaranya adalah arahan untuk mengoptimalkan fungsinya dalam memen uhi ataupun melayani masyrakat terutama yang terkait langsung dengan aktivitas perekonomian masyarakat, seperti fasilitas air minum, saluran drainase, jalan lingkungan, jalan setapak, serta penataan permukiman kota dan desa.

Selain itu dipaparkan juga kondisi terkait kawasan kumuh, jumlah RSH terbangun, jumlah Rusunawa terbangun di perkotaan maupun dukungan infrastruktur dalam program-program perdesaan seperti PISEW (RISE), PPIP, serta di kawasan potensial, rawan bencana, perbatasan, dan pulau terpencil. Data yang ditampilkan merupakan kondisi eksisting pengembangan permukiman selama 5 (lima) tahun terakhir.

Jumlah populasi yang lebih besar dan cendrung bertambah akan mendatangkan dampak negative, seperti kepadatan yang tinggi, tumbuhnya kantong-kantong permukiman kumuh, munculnya permukiman-permukiman pada area lahan yang Ilegal. Pertumbuhan penduduk yang meningkat tidak diiringi dengan tingkat pendidikan yang memadai bagi sekelompok masyarakat.

B. Isu Strategis PBL

Untuk dapat merumuskan isu strategis Bidang PBL, maka dapat dilihat dari Agenda Nasional dan Agenda Internasional yang memengaruhi sektor PBL. Untuk Agenda Nasional, salah satunya adalah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri), sebagai wujud kerangka kebijakan yang menjadi dasar acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. Agenda nasional lainnya adalah pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, khususnya untuk sektor PBL yang mengamanatkan terlayaninya masyarakat dalam pengurusan IMB di kabupaten/kota dan tersedianya pedoman Harga Standar Bangunan Gedung Negara (HSBGN) di kabupaten/kota.

(17)

RPIJM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 II-17 separuhnya proporsi penduduk tanpa akses terhadap air minum layak dan sanitasi layak pada 2015, serta target 7D, yaitu mencapai peningkatan yang signifikan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020.

Agenda internasional lainnya adalah isu Pemanasan Global (Global Warming).

Pemanasan global yang disebabkan bertambahnya karbondioksida (CO2) sebagai akibat

konsumsi energi yang berlebihan mengakibatkan naiknya suhu permukaan global hingga 6.4°C antara tahun 1990 dan 2010, serta meningkatnnya tinggi muka laut di seluruh dunia hingga mencapai 10-25 cm selama abad ke-20. Kondisi ini memberikan dampak bagi kawasan-kawasan yang berada di pesisir pantai, yaitu munculnya bencana alam seperti banjir, kebakaran serta dampak sosial lainnya.

Agenda Habitat juga merupakan salah satu Agenda Internasional yang juga mempengaruhi isu strategis sektor PBL. Konferensi Habitat I yang diselenggarakan di Vancouver, Canada, pada 31 Mei– 11 Juni 1976, sebagai dasar terbentuknya UN Habitat pada tahun 1978, yaitu sebagai lembaga PBB yang mengurus permasalahan perumahan dan permukiman serta pembangunan perkotaan. Konferensi Habitat II yang dilaksanakan di lstanbul, Turki, pada 3 – 14 Juni 1996 dengan dua tema pokok, yaitu

"Adequate Shelter for All" dan "Sustainable Human Settlements Development in an Urbanizing World", sebagai kerangka dalam penyediaan perumahan dan permukiman

yang layak bagi masyarakat.

Isu strategis tingkat nasional yang berpengaruh terhadap pengembangan bidang PBL adalah:

1. Penataan Lingkungan Permukiman

a. Pengendalian pemanfaatan ruang melalui RTBL

b. PBL mengatasi tingginya frekuensi kebakaran diperkotaan c. Pemenuhan RTH publik dan RTH perkotaan

d. Revitalisasi dan pelestarian lingkungan permukiman tradisional dan bersejarah

e. Pemenuhan standar pelayanan minimum

f. Pelibatan pemda dan swasta serta masyarakat dalam PBL 2. Penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara

a. Tertib pembangunan dan keandalan bangunan gedung

(18)

RPIJM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 II-18 c. Tantangan mewujudkan bengunan gedung yang fungsional, tertib, andal

dan berkelanjutan.

d. Tertib dalam penyelenggaraan dan pengelolaan aset gedung dan rumah negara

e. Peningkatan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaan gedung dan rumah negara.

3. Pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan kemiskinan

a. Jumlah masyarakat miskin pada tahun 2012 sebesar 29,13 juta orang atau sekitar 11,96% dari total penduduk Indonesia

b. Realisasi DDUB tidak sesuai dengan komitmen awal termasuk sharing in-cash sesuai MoU PAKET

c. Keberlanjutan dan sinergi program bersama pemerintah daerah dalam penanggulangan kemiskinan.

Isu strategis PBL ini terkait dengan dokumen-dokumen seperti RTR, skenario pembangunan daerah, RTBL yang disusun berdasar skala prioritas dan manfaat dari rencana tindak yang meliputi a) Revitalisasi, b) RTH, c) Bangunan Tradisional/bersejarah dan d) penanggulangan kebakaran, bagi pencapaian terwujudnya pembangunan lingkungan permukiman yang layak huni, berjati diri, produktif dan berkelanjutan.

Terdapat isu-isu strategis yang diperkirakan akan mempengaruhi upaya Indonesia untuk mencapai target pembangunan di bidang air minum. Isu ini didapatkan melalui serangkaian konsultasi dan diskusi dalam lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum khususnya Direktorat Jenderal Cipta Karya. Isu-isu strategis tersebut adalah:

1. Peningkatan akses aman air minum 2. Pengembangan pendanaan

3. Peningkatan kapasitas kelembagaan

4. Pengembangan dan penerapan peraturan perundang-undangan 5. Pemenuhan kebutuhan air baku untuk air minum

6. Rencana pengamanan air minum

7. Peningkatan peran dan kemitraan badan usaha dan masyarakat

(19)

RPIJM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 II-19 Setiap kabupaten/kota perlu melakukan identifikasi isu strategis yang ada di daerah masing-masing mengingat isu strategis ini akan menjadi dasar dalam pengembangan infrastruktur, prasarana dan sarana dasar di daerah, serta akan menjadi landasan penyusunan program dan kegiatan dalam Rencana Program Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM) yang diharapkan dapat mempercepat pencapaian cita-cita pembangunan nasional.

C. Isu Strategis SPAM

Secara umum kebijakan pengembangan SPAM di Kabupaten Trenggalek mengacu pada Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan SPAM (KSNP-SPAM) yaitu dibagi menjadi lima kelompok, diantaranya adalah:

1. Peningkatan cakupan dan kualitas air minum bagi seluruh masyarakat Kabupaten Trenggalek

2. Pengembangan pendanaan untuk penyelenggaraan SPAM dari berbagai sumber secara optimal

3. Pengembangan kelembagaan, peraturan dan perundang-undangan 4. Peningkatan penyediaan Air Baku secara berkelanjutan

Gambar

Tabel 2. 1 Luas Wilayah Kecamatan di Kabupaten Trenggalek
Tabel 2. 3 Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Trenggalek
Tabel 2. 5 Jumlah Penduduk Perkotaan Trenggalek
Gambar 2. 1 Perkembangan PDRB (dalam milyar rupiah) Tahun 2000-2013
+4

Referensi

Dokumen terkait

Volume pemasaran ubi kayu terbesar yaitu ke wilayah luar Kabupaten Trenggalek (Kediri) sedangkan volume pemasaran terkecil dipasarkan di Kecamatan Panggul.. Segmen pasar ubi kayu

Skripsi dengan judul " Analisis Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa melalui Metode Outbond di Kelas V SDN 2 Bendoroto kecamatan Munjungan kabupaten Trenggalek"

Skripsi dengan judul “Penerapan Matematika dalam Industri Perdagangan Keripik Bothe Restu Desa Bendoagung Kecamatan Kampak Kabupaten Trenggalek” yang ditulis oleh Muhamad Khoirudin

Yang bersangkutan telah mengadakan penelitian matematika di pusat industri dan perdagangan keripik bothe Restu Desa Bendoagung Kecamatan Kampak Kabupaten Trenggalek

Peristiwa ini dilakukan oleh masyarakat desa Senden Kecamatan Kampak Kabupaten Trenggalek dengan berbagai acara dan ritual untuk mensyukuri bayi yang telah berumur tujuh bulan

Latar belakang alih fungsi Tempat Pelelagan Ikan di Pelabuhan Nusantara Desa Tasikmadu Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek adalah karena faktor alam dan faktor

Dalam penelitian ini memfokuskan pada hal-hal yang penting berkaitan dengan praktek tradisi kutuk-kutuk di Desa Pakel Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek, dicari tema

DAMPAK SOSIAL PEMBANGUNAN JALUR LINTAS SELATAN (JLS) TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DESA HUTAN (STUDI DI DESA KARANGGANDU KECAMATAN WATULIMO.. KABUPATEN TRENGGALEK)