ORLI Vol. 43 No.1. Tahun 2013 Penanganan meningosil dan atresia koana bilateral
Penanganan meningosil dan atresia koana bilateral
Muhammad Fadjar Perkasa
Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok-Bedah Kepala Leher Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin/RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo
Makassar
ABSTRAK
Latar belakang: Atresia koana adalah tertutupnya satu atau kedua posterior kavum nasi oleh membran abnormal atau tulang. Hal ini dapat terjadi bersamaan dengan kelainan kongenital lainnya. Atresia koana bilateral menyebabkan keadaan darurat pada saat kelahiran. Angka kejadian atresia koana adalah 1 kasus per 5000 - 8000 kelahiran. Kejadian pada perempuan dua kali lebih banyak daripada laki-laki. Tujuan: Membahas satu kasus bayi dengan atresia koana bilateral yang didiagnosis di ruang operasi, yang tidak terdeteksi sebelumnya karena adanya meningosil. Kasus: Bayi perempuan 16 hari dengan meningosil dan atresia koana bilateral. Penatalaksanaan: Pasien menjalani koanoplasti transnasal dan pemasangan stent. Pasien sembuh dengan baik. Kesimpulan: Atresia koana dapat terjadi bersama dengan kelainan kongenital lainnya, sehingga memerlukan pemeriksaan yang teliti karena atresia koana bilateral menyebabkan keadaan darurat dan memerlukan penanganan segera.
Kata kunci : atresia koana, koanoplasti, stent.
ABSTRACT
Background: Choanal atresia is a condition where one or both posterior nasal cavity is blocked by abnormal bony or soft tissue. This condition can occur concomitant with other congenital anomalies. Bilateral choanal atresia causes emergency situation at birth. The incidence of choanal atresia is one case per 5000-8000 births and are twice as much in females. Purpose: To discuss a case of bilateral choanal atresia which was diagnosed in the operating theatre, undetected previously because of the meningocele. Case: A baby girl 16 days old with meningocele and bilateral choanal atresia. Management: The patient underwent transnasal choanoplasty and stenting. The result was satisfactory. Conclusion: Choanal atresia can occure with other congenital abnormalities, so careful examination is mandatory as bilateral choanal atresia needs prompt management.
Keywords : choanal atresia, choanoplasty, stent.
Alamat korespondensi : Muhammad Fadjar Perkasa, e-mail: dr.fadjar@yahoo.co.id.
PENDAHULUAN
Atresia koana adalah tertutupnya satu
atau kedua posterior kavum nasi oleh
membran abnormal atau tulang. Hal ini
terjadi akibat kegagalan embriologik dari
membran bukonasal untuk membelah
se-belum kelahiran. Kelainan ini dapat terjadi
bersamaan dengan kelainan kongenital
lainnya yaitu koloboma, kelainan jantung,
retardasi mental, kelainan pertumbuhan dan
Charge syndrome. Kelainan kongenital
lainnya adalah Crouzon syndrome, Pfeiffer
syndrome dan Antley-Bixler syndrome.1 Angka
kejadian atresia koana adalah 1 kasus per
5000–8000 kelahiran. Frekuensi atresia koana
unilateral jauh lebih banyak (75%) daripada
atresia koana bilateral. Kejadian pada
ORLI Vol. 43 No.1. Tahun 2013 Penanganan meningosil dan atresia koana bilateral
laki-laki. Risiko meningkat pada kelahiran
kembar. Kelainan kromosom terdapat 6%
dari anak dengan atresia koana.1,2
Gejala yang paling khas pada atresia
koana adalah tidak adanya atau tidak
adekuatnya jalan napas hidung. Pada bayi
baru lahir yang hanya bisa bernapas melalui
hidung, kondisi ini merupakan keadaan
gawat darurat dan perlu pertolongan yang
cepat pada jalan napas atas untuk
menye-lamatkan hidupnya. Obstruksi koana
uni-lateral kadang-kadang tidak menimbulkan
gejala pada saat lahir tapi kemudian akan
menyebabkan gangguan drainase nasal kronis
unilateral pada masa anak-anak sedangkan
atresia koana bilateral menyebabkan keadaan
darurat pada saat kelahiran.1,3,4
Kasus atresia koana bilateral
merupa-kan kasus kegawat daruratan dalam bidang
THT dan sering tidak terdeteksi. Tujuan
publikasi pada kasus ini untuk berbagi
pengalaman dan diharapkan adanya
masuk-kan penyempurnaan teknik bedah dalam
menangani kasus meningosil dan atresia
koana bilateral.
LAPORAN KASUS
Seorang bayi perempuan umur 16 hari
dikonsulkan dari bagian Bedah Saraf
dengan meningosil untuk dilakukan
penata-laksanaan bersama. Dari alloanamnesis
di-dapatkan keluhan utama bayi bernapas
me-lalui mulut dan sesak terutama saat minum
susu yang disertai gejala sianosis, batuk,
tersedak dan banyak lendir di mulut.
Pende-rita lahir cukup bulan, tidak ada riwayat
mengkonsumsi obat-obatan saat ibunya
hamil, tidak ada riwayat penyakit sistemik
atau penyakit serupa dalam keluarga.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan
retraksi subkostal dan epigastrium, pernapasan
62 kali per menit, bunyi pernapasan
bronko-vesikuler tanpa adanya ronki dan wheezing.
Pemeriksaan jantung dan abdomen kesan
normal.
Dari hasil pemeriksaan fisik THT pada
rinoskopi anterior tampak hidung luar
normal, tampak massa pada kavum nasi
bilateral, warna putih keabu-abuan, kenyal,
tidak mudah berdarah. Tes dengan kapas
yang diletakkan di depan hidung, tidak
terlihat ada hembusan napas.
Pada CT scan kepala tampak soft tissue
mass kavum nasi bilateral dan didiagnosis
meningosil.
Pada tanggal 23 Februari 2012
dilaku-kan tindadilaku-kan kraniotomi dan rekonstruksi
meningosil oleh dokter Bedah Saraf.
Pasca-tindakan dilakukan evaluasi nasoendoskopik.
Tampak koana kanan dan kiri tertutup.
Dilakukan koanoplasti endoskopik
dengan posisi supine dalam anestesi umum
dengan pipa endotrakeal. Tampon orofaring
dipasang pada kedua kavum nasi selama 10
menit lalu dikeluarkan dan dilakukan evaluasi
endoskopik. Tampak koana kanan dan kiri
tertutup oleh lapisan membran di bagian
medial dan lapisan tulang di bagian lateral.
Dibuat lubang pada koana kanan dan kiri
ORLI Vol. 4
mengguna
dan allig
dengan m
perdaraha
kanan dan
stent pa
menggun
kemudian
Gambar 1
Setel
tidak ad
melalui
minum su
diberikan
mukolitik
pasien dip
Rumah S
Satu
akan gunting
gator, dan b
menggunakan
an dengan
n kiri dieval
ada kedua
nakan pipa
n difiksasi di
. Koanoplasti e
lah operasi,
da obstruks
hidung yan
usu tanpa terj
n antibiotik
k. Setelah d
pulangkan d
Sakit Wahidi
bulan pasc
dengan pe
koana terben
a dapat berna
bulan pa
saan endosk
mengecil sed
k dengan bai
2013
g mikro, d
agian tulang
n bor. Dilaku
elektrokaut
luasi kembal
kavum na
nasogastrik
i anterior ko
endoskopik.
, pasien ti
i nasi kar
ng adekuat
rjadinya sian
k, antiinfla
irawat selam
dan kontrol d
n Sudirohus
aoperasi, ste
emeriksaan
ntuk dengan
apas melalui
ascaoperasi
kopik tamp
dangkan koa
k.
double level
g di lateral
ukan kontrol
ter. Koana
li. Dipasang
asi dengan
nomor 12
olumela.
dak sesak,
rena napas
dan dapat
osis. Terapi
amasi dan
ma 11 hari,
di poli THT
sodo.
ent
dilepas-endoskopi
n baik dan
i hidung.
dilakukan
pak koana
ana sinistra
P
Gamba
operasi
Se
berat b
saat op
30 BB
BB 7 k
DISKU Ka
bungan
nasalis
inferior
sontal
alaris o
kan ko
yang te
di baw
Penanganan men
ar 2. Gambara koanoplasti en
elama rawat
badan. Berat
perasi BB 3
B 4 kg dan
kg.
USI
avum nasi
n dengan na
posterior ya
r koana dibe
os palatina,
os vomer sep
oana kiri dan
rteri sfeno
g lateral kav
palatina pada
a setelah ke
alatina memp
ior. Arteri i
or sebelum
or pars osseu
d hingga sisi
ial lainnya ad
erletak di din
ah ujung pos
ningosil dan atre
an endoskopik ndoskopik.
t jalan terj
t badan lahir
kg, pascaop
pascaoperas
bagian pos
asofaring me
ang disebut k
entuk oleh p
atap koana
ptum nasi ya
n kanan.5
opalatina
vum nasi me
a posterior k
eluar dari fo
percabangkan
ini memper
masuk ke
us di dinding
i posterior se
dalah pada W
nding kavum
sterior konka
sia koana bilater
k 3 bulan pasc
adi kenaika
r 3,5 kg, pad
perasi hari k
si hari ke-12
sterior berhu
elalui apertu
koana. Bagia
prosesus hor
dibentuk ole
ang memisah
memperdara
elalui forame
konka medi
oramen, arte
n arteri nasal
rdarahi konk
dalam koan
g anterior sinu
eptum. Daera
Woodruff’s are
m nasi posteri
ORLI Vol. 4
Gambar 3
Bany
mukakan
koana, se
nasobukk
arah ke p
kembang,
yang pal
merupaka
membran
sebelum
sempurna
lain yaitu
ngeal, per
adhesi p
pada mig
karena fa
Diag
dasarkan
dan peme
Allon
nasi dan s
jika anak
43 No.1. Tahun 2
. Embriologi k
yak teori-teo
n mengenai
eperti kegag
kal dengan ja
osterior dan
, diperkiraka
ling mungki
an atresia tu
n nasobukka
mesoderma
a dari epitel o
u persistens
rsistensi meso
pada nasal c
grasi sel mes
aktor lokal.7-9
gnosis atresia
alloanamne
eriksaan pen
namnesis k
siklus sianos
k diam deng
2013
kavum nasi.6
ori terbaru
embriogene
galan ruptur
aringan persi
vertikal saat
an merupakan
in karena 9
ulang dan pe
al diperkirak
al menghila
oral dan nasa
si membran
odermal sehi
choana, ata
sodermal sek
9
a koana diteg
esis, pemeri
nunjang.
klinis berupa
sis (classic si
gan mulut te
yang
dike-esis atresia
r membran
isten
meng-t wajah
ber-n peber-njelasaber-n
90% atresia
embentukan
kan berubah
ang secara
al. Penyebab
bukkofari-ingga terjadi
au kelainan
kunder oleh
gakkan
ber-iksaan fisis
a obstruksi
ign) muncul
ertutup atau
P
makan
atau sa
Gamba
faktor
bagian
atresia
yang d
Penanganan men
n dan mengh
aat mulut terb
r 4. Embriolog
asien yang
harus dipikir
a penyakit s
bkan obstruk
oidisme, O
me. Perlu
eksternal sep
n kaudal dari
g, deformita
sis.10
emeriksaan fi
sukkan kate
ring, jika ka
m nasi mak
koana. Untu
diletakkan d
tertutup, ak
g atau tidak
kkan di dep
a pengembun
n metilen bl
ningosil dan atre
hilang saat an
buka.2,5
gi perkembanga
datang deng
rkan diagnos
sistemik yan
ksi nasi sep
OSASHS d
dievaluasi
perti ptosis
i septum, ob
as hipertrof
fisik yang dil
eter melalui
ateter tidak d
ka kemungk
uk melihat g
di depan hi
kan terlihat g
k ada. Pada
pan hidung
nan. Apabil
lue pada kav
sia koana bilater
nak menang
an fossa nasalis
gan obstruk
sis diferensi
ng dapat m
perti obesita
dan Sjogre
kemungkina
tip, disloka
bstruksi katu
fi konka da
akukan adala
i hidung k
dapat melewa
kinan adany
gerakan kap
idung denga
gerakan kap
cermin yan
tidak terlih
la meneteska
ORLI Vol. 43 No.1. Tahun 2013 Penanganan meningosil dan atresia koana bilateral
58
kemudian terlihat pada faring, maka atresia
dapat disingkirkan.2,4
Pemeriksaan penunjang berupa
endos-kopi fleksibel merupakan metode yang lebih
baik karena patensi nasal dapat dinilai dan
anatomi dapat dievaluasi. Pemeriksaan
radio-grafi dengan memasukkan kontras ke dalam
kavum nasi akan memperlihatkan gambaran
obstruksi. CT-scan merupakan pilihan untuk
menilai sifat obstruksi (tulang atau membran),
posisi, ketebalan segmen yang obstruksi,
sehingga dapat membantu ahli bedah untuk
perencanaan rekonstruksi.2,11
Pada kasus ini atresia koana didiagnosis
pada saat operasi karena tidak terdeteksi
sebelumnya oleh karena adanya meningosil.
Atresia koana bilateral memerlukan
tindakan yang darurat bertujuan untuk
men-jamin jalan napas, karena dapat menyebabkan
asfiksia berat dan kematian setelah kelahiran.
Kelainan penyerta yaitu adanya meningosil
sehingga operasi ini dilakukan bersama bagian
Bedah Saraf. Tindakan yang dilakukan adalah
koanoplasti dan pemasangan stent
meng-gunakan pipa nasogastrik ukuran 12. Sekret
dihisap melalui stent hidung setiap hari.
Pendekatan transnasal dipilih karena minimal
invasif, “anak masih kecil”, durasi
pem-bedahan lebih singkat, perdarahan yang
lebih sedikit dan dapat memberikan visualisasi
lapangan operasi yang baik.
Penatalaksanaan atresia koana dibagi
menjadi penatalaksanaan darurat dan elektif.
Atresia unilateral jarang bersifat emergensi
dan operasi dapat ditunda hingga usia 1
tahun dan memungkinkan daerah yang akan
dioperasi untuk berkembang menjadi lebih
besar sehingga dapat mengurangi risiko
terjadinya stenosis pascaoperasi.
Penatalak-sanaan pada atresia koana bilateral yang
bersifat darurat bertujuan untuk menjamin
jalan napas, misalnya dengan menggunakan
McGovern nipple atau alat bantu napas
orofaring atau melalui pembedahan seperti
trakeotomi. McGovern nipple merupakan
dot yang biasa digunakan pada botol susu
yang dimodifikasi dengan membuat lubang
yang lebih besar agar bayi dapat bernapas
dan diberi makan.2
Setelah operasi, penderita tidak sesak,
bisa bernapas melalui hidung yang adekuat
dan tidak ada sianosis. Penderita dipulangkan
pada hari ke-11 perawatan tanpa keluhan dan
kontrol di poli THT Rumah Sakit Wahidin
Sudirohusodo. Setelah 1 bulan pascaoperasi
kenaikan berat badan dari 3 kg menjadi 4 kg.
Berat badan penderita meningkat menjadi 7
kg setelah 3 bulan pascaoperasi.
Pemakaian stent intranasal pascaoperasi
dipertahankan selama 3 bulan. Penggunaan
stent pascaoperasi atresia koana masih
kontroversial. Beberapa ahli mengatakan
bahwa stent dapat menstabilisasi jalan napas
dan mencegah stenosis, akan tetapi dapat
juga menjadi nidus untuk terjadinya infeksi
dan memicu timbulnya reaksi tubuh
terhadap benda asing. Oleh sebab itu
dianjurkan pemberian antibiotik profilaksis
setelah pemasangan stent. Pemberian obat
ORLI Vol. 4
gastroeso
terjadinya
Gambar 5
sebagai ste
Pema
pertahank
restenosis
dilepaska
rinorea k
sebabkan
mengelua
ini dapat
karena pe
stent dipe
perawatan
Setel
koana de
terbentuk
DAFTAR
43 No.1. Tahun 2
ofageal d
a granulasi d
5. Tuba nasog nt.12
asangan sten
kan patensi
s pascaopera
an 1 bulan pa
kental dan f
oleh karena
arkan sekret
t meningka
elepasan sten
ertahankan s
n stent dilak
lah 3 bulan
ekstra menge
k dengan bai
R PUSTAK
2013
dapat me
dan stenosis.
gastrik yang
nt bertujuan u
koana dan
asi. Pada kas
ascaoperasi
foetor nasi.
a penderita b
di hidung,
tkan resiko
nt lebih cepa
selama 3 bu
kukan setiap
n pascaopera
ecil dan koa
k.
KA
enyebabkan
.1,2
dipergunakan
untuk
mem-mencegah
sus ini stent
oleh karena
Hal ini
di-belum dapat
namun hal
restenosis
at. Idealnya
ulan dimana
hari.
asi tampak
ana sinistra
P
Penanganan men
Tewfik TL, A medicine [serial
tp://emedicine. verview. Access
rown K, Rodri alformations o olaryngology h hiladelpia: Else
dams GL. Pen ofaring. Buku disi 6. Jakarta: E allenger JJ
runkulosis, be resia koana. Da nggorok, kepal
narupa Aksara hingra P. Anato
se and throat. dia Private Lim aneshiro NK. C vailable from: bmedhealth/PM 2011.
asberg B, Stoo yptic congenit 75;12:409-16. ota AE, Paes asconcelos SRD
oana atresia : torhinolaryngol ssanasen P, Me Med Assoc Tha ailey BJ. Airw ead and neck s hiladelphia: Lip
06. p.1063-78. amsuhidajat R, ar ilmu bedah GC. p. 493-5 anger D. Transp
ace. Dean and otolaryngolog edical London.
ningosil dan atre
Alrajhi YA. C on the internet] medscape.com sed July 22, 20 iguez, Brown of the nose. head and neck eiver mosby; 20 nyakit-penyakit u ajar penyak EGC, 1997. p. J. Epistaks enda asing di
alam penyakit la dan leher. E a, 1997. p.112-2
omy of nose in . 4th ed. India mited 2008. p. 1 Choanal atresia
http://www.n
MH0002603. A
ol, Oka. Conge tal anomaly.
s V, Esquena D, Joffily L. Bi 35 years old p l 2008; 12(3):4 etheetrairut C. ai 2009; 92(5): way imaging surgery otolary ppincott Willia
.
, Jong Wd. Ke h. Penerbit bu
palatal aproach director of the gy. The mid . UK. 2006.
sia koana bilater
Choanal atres ]. Available from m/article/87240
011.
OE. Congenit In: Cummin surgery. 4th e 005. p 4099-10 t nasofaring d kit THT. Boe
320-55. is, rinofim
hidung, rinol telinga, hidun Edisi 13. Jakart
23.
n diseases of ea a Reed Elsevi 129-35 . Pubmed heal ncbi.nlm.nih.go Accessed Augu
enital atresia -Cleft Palate
azi D, Felix ilateral congeni
patient. Int Ar 454-8.
Choanal atres 699-706. in children. I yngology. 4th e ams and Wilkin
epala leher. Buk uku Kedoktera