• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jumlah nefron yang terbentuk setelah lahir tidak dapat dibentuk lagi sehingga bila ada yang rusak jumlahnya akan menurun. Setelah usia 40 tahun,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jumlah nefron yang terbentuk setelah lahir tidak dapat dibentuk lagi sehingga bila ada yang rusak jumlahnya akan menurun. Setelah usia 40 tahun,"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

81 BAB XII

FAAL GINJAL

Ginjal melakukan banyak fungsi, antara lain faal ekskresi produk sisa metabolik dan bahan kimia asing yang bersifat toksis, regulasi keseimbangan air dan elektrolit, regulasi osmolalitas dan kadar elektrolit cairan tubuh, regulasi tekanan arterial, regulasi keseimbangan asam-basa, sekresi metabolisme dan ekskresi hormon, serta glukoneogenesis.

Unit anatomik yang juga merupakan unit fungsional ginjal adalah nefron. Satu nefron terdiri dari glomerulus dengan kapsul Bowman, tubulus proksimal, ansa Henle, dan tubulus distal. Pada masing-masing ginjal terdapat kira-kira 1 juta nefron sehingga keseluruhan seseorang mempunyai 2 juta nefron (Gambar 1).

Gambar Nefron sebagai unit fungsional ginjal

Untuk dapat menjalankan fungsinya ginjal perlu dilalui oleh darah secara terus menerus dalam jumlah cukup. Dalam keadaan normal hal ini dipenuhi dan ginjal merupakan organ tubuh yang terbanyak dilalui darah per satuan berat. Berat ginjal hanya kurang dari 1% dari berat badan akan tetapi sebanyak 20-25% dari curah jantung pada keadaan istirahat yang mengalir melalui ginjal.

Faal ekskresi dan regulasi dilakukan dengan 3 proses yaitu filtrasi plasma darah melalui glomeruli, filtrat mengalami reabsorpsi selektif oleh tubuli dan sekresi oleh tubuli. Hasil akhir yang dikeluarkan dari tubuh adalah urin. Proses filtrasi di glomeruli terjadi secara pasif. Kecepatan filtrasi glomeruli (glomerular filtration rate=GFR) ditentukan oleh tiga faktor, yaitu keseimbangan tekanan-tekanan yang bekerja pada dinding kapilar (tekanan hidrostatik kapilar glomeruli dan tekanan onkotik kapsul Bowman mendorong terjadinya filtrasi sedangkan tekanan onkotik kapilar glomeruli dan tekanan hidrostatik kapsul Bowman

(2)

82

menghambatnya), kecepatan aliran darah ke ginjal (renal blood flow= RBF), atau kecepatan aliran plama dalam glomeruli (glomerular plasma flow=GPF) dan permeabilitas serta luas permukaan kapilar yang berfungsi. Pada keadaan normal, GFR kira-kira120 ml/menit. Urin dalam bentuk awal tersebut merupakan ultrafiltrat plasma kecuali sejumlah kecil protein yang dapat diabaikan dan yang kemudian akan direabsorpsi di tubuli. Di tubuli proksimal terjadi reabsorpsi 2/3 dari ultrafiltrat glomeruli secara isoosmotik. Akibat susunan anatomik nefron yang amat khusus, maka di glomeruli tekanan hidrostatik lebih besar daripada tekanan onkotik, sedangkan pada kapilar peritubular di tubuli proksimal sebaliknya, tekanan hidrostatik lebih kecil daripada tekanan onkotik. Selain air dan Na+, juga direabsorpsi sebagian besar HCO3

-, asam amio-, dan glukosa. Sebaliknya-, kadar Cl- di dalam tubuli meningkat. Di bagian menurun ansa Henle terjadi pengeluaran air secara pasif sehingga urin menjadi hipertonik. Di bagian naik ansa Henle tidak permeabel untuk air, sedangkan NaCl keluar. Urin yang sampai ke tubuli distal bersifat hipoosmotik, terjadi reabsorpsi Na+ secara aktif. Aldosteron berperan disini menahan Na (dan air) dan sebaliknya melepaskan Kalium. Hormon antidiuretik (ADH) berperan mereabsorpsi air di bagian akhir tubuli distal dan saluran pengumpul (collecting duct) sehingga urin yang hipotonik dapat menjadi hipertonik.

Gambar Mekanisme pembentukan urin melalui proses filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi Urin yang dikeluarkan mengandung air, dengan ureum, kreatinin, fosfat, dan sulfat, hasil proses katabolisme. Juga terdapat asam urat, K+ dan H+ hasil penukaran dengan Na+ atas pengaruhi aldosteron di tubuli distal. Protein dalam keadaan normal diekskresi dalam jumlah sedikit. Glukosa yang difiltrasi akan direabsorpsi terutama di tubuli proksimal, tetapi dengan makin tinggi kadarnya dalam filtrat gromeruli maka makin banyak pula glukosa yang dikeluarkan bersama urin. Terdapat pula eritrosit, leukosit dan kristal metabolit serta sel-sel epitel. Karena itu pemeriksaan urinalisis dapat memberikan informasi tentang proses dan kelainan yang terjadi pada ginjal dan saluran urin serta proses metabolisme tubuh.

(3)

83

Jumlah nefron yang terbentuk setelah lahir tidak dapat dibentuk lagi sehingga bila ada yang rusak jumlahnya akan menurun. Setelah usia 40 tahun, jumlah nefron umumnya berkurang sebanyak 10% setiap 10 tahun, sehingga pada usia 80 tahun jumlah nefron menjadi 40% lebih sedikit daripada ketika berusia 40 tahun. Juga terdapat beberapa perubahan pada tubuh seseorang, misalnya berkurangnya massa otot yang akan mempengaruhi kadar kreatinin darah. Hal-hal tersebut perlu diperhatikan dan dipertimbangkan sewaktu menafsirkan hasil pemeriksaan laboratorium uji fungsi ginjal.

Pendekatan pada dugaan adanya kelainan ginjal dan saluran urin dilakukan seperti pada kelainan sistem organ lain, yaitu dengan anamnesis riwayat sakit, pemeriksaan fisik, dan dibantu oleh pemeriksaan laboratorium dan radiologi serta lainnya. Pada keadaan subklinis, maka pemeriksaan laboratorium klinik berperan amat penting. Pada pemeriksaan skrining biasanya pemeriksaan laboratorium klinik dimulai dengan pemeriksaan yang bersifat tidak invasif, seperti urinalisis, kemudian dilengkapi dengan pemeriksaan kimia darah kadar kreatinin dan ureum. Selain penilaian secara langsung dari kadar masing-masing ureum dan kreatinin, ada pula penilaian dengan menggunakan rasio kadar ureum/kreatinin. Sering pula dokter klinik memperkirakan nilai GFR berdasarkan kreatinin darah.

Sejak satu dekade yang lalu telah diperkenalkan pula pemeriksaan kadar cystatin C darah yang dianggap lebih baik menggambarkan fungsi ginjal serta dapat pula untuk memperkirakan nilai GFR. Pada keadaan klinis tertentu, terutama diabetes mellitus dan hipertensi, sering diminta pemeriksaan ekskresi albumin urin, baik berupa mikroalbuminuria maupun rasio albumin/kreatinin urin.

Gangguan fungsi ginjal dapat terjadi tanpa gejala, subklinis, dan baru dapat diketahui secara nyata setelah memberat. Salah satu tujuan uji fungsi ginjal adalah untuk mendeteksi dini adanya gangguan fungsi ginjal sewaktu masih awal. Tujuan lain untuk menentukan berapa berat gangguan tersebut. Namun perlu diketahui bahwa kelainan uji fungsi ginjal dapat disebabkan oleh kelainan di luar ginjal. Dibedakan kelainan yang sebabnya sebelum ginjal (pra ginjal=prerenal), di ginjal sendiri (ginjal=renal), dan setelah ginjal (pasca ginjal=postrenal). Kelainan prerenal dapat disebabkan oleh berkurangnya aliran darah ginjal karena renjatan, gagal jantung, dan lain sebagainya. Gangguan postrenal dapat disebabkan oleh obstruksi ureter karena batu, tumor, dan lain sebagainya.

Gangguan menyeluruh akan memberikan kelainan uji fungsi glomeruli dan juga uji fungsi tubuli. Yang tersering dikerjakan sebagai uji skrining adalah uji fungsi glomeruli. Adanya gangguan uji fungsi glomeruli dianggap dapat mewakili kelainan fungsi ginjal secara keseluruhan. Kelainan fungsi glomeruli secara sederhana biasanya dilihat dari kadar ureum dan kreatinin darah. Namun keduanya tergolong zat dengan nilai ambang rendah (low threshold substances) yang kadarnya dalam darah baru meningkat 2x dari kadar normal

(4)

84

setelah GFR berkurang sampai 50%. Karena itu pemeriksaan kadar kreatinin dan ureum darah tidak dapat dipakai untuk deteksi dini kelainan fungsi glomeruli ginjal.

Gambar Hubungan kadar kreatinin darah dengan GFR

Gangguan ginjal dapat terjadi secara akut atau kronis. Gangguan ginjal akut dikenal sebagai gagal ginjal akut (acute renal failure=ARF) yang sekarang disebut sebagai jejas ginjal akut (acute kidney injury=AKI). Gangguan ini biasanya lebih nyata secara klinis. Penyakit ginjal kronis (chronic kidney disease=CKD) yang terjadi secara lebih lambat, didefinisikan dengan penurunan GFR sampai kurang dari 60 ml/menit selama 3 bulan atau lebih, biasanya kurang nyata secara klinis. Perkembangan CKD ini digambarkan dalam 6 tingkat.

Tabel Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronis

Tingkat GFR, ml/menit per LPT 1,73 m2

0 > 90 1 ≥ 90 2 60 – 89 3 30 – 59 4 15- 29 5 < 15

LPT = Luas Permukaan Tubuh

Klasifikasi di atas dapat dijelaskan lagi sebagai berikut, yaitu tingkat 2 gangguan ringan, tingkat 3 gangguan sedang, tingkat 4 gangguan berat, dan tingkat 5 gagal ginjal. Tingkat 5 dibedakan lagi, bila GFR < 5 ml/menit/m2, maka disebut gagal ginjal fase lanjut (end stage renal disease=ESRD).

(5)

85 DAFTAR PUSTAKA

1. Guyton AC, Hall JE. Textbook of Medical Physiology, 11th ed. Philadelphia:Elsivier Inc.,2006.307-47.

2. Cockcroft D and Gault M: Prediction of Creatinin Clearance from Serum Creatinin. Nephron 16:31-34,1976.

3. Cohen EP, Lemann, Jr J. The Role of The Laboratory in Evaluation of Kidney Function. Clin Chem. 1991. 37/6. 785-796.

4. Lamb E. Newman DJ, Price CP. Kidney Function Tests. Dalam : Burtis CA, Ashwood

ER, Bruns DE. Tietz Textbook of Clinical Chemistry and Moleculer Diagnostics. 4th ed. Philadelphia : Elsivier Saunders, 2006. 797-826.

5. De Wardener HE. The Kidney, 3 th ed. London the English Language Book Society.

JA Churchill Ltd. 1967 : 19-83.

6. National Kidney Foundation, Clinical Practice Guidlines for Chronic Kidney Disease. Evaluation. Classification and Stratification. Am K Kidney Dis 2002. 39.

7. Pagana KD. PaganaTJ. Mosby’s Manual of Diagnostic and Laboratory Tests. 2nd ed.

St Louis. 2002. 467-70.

8. Thomas L. Clinical Laboratory Diagnostics-Use and Assessment of Clinical

Gambar

Gambar Nefron sebagai unit fungsional ginjal
Gambar Mekanisme pembentukan urin melalui proses filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi  Urin  yang  dikeluarkan  mengandung  air,  dengan  ureum,  kreatinin,  fosfat,  dan  sulfat,  hasil proses katabolisme
Tabel Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronis  Tingkat  GFR, ml/menit per LPT 1,73 m 2

Referensi

Dokumen terkait

Tubuh terbagi atas kepala-dada (sefalotoraks) dan perut (abdomen). Pada bagian kepala-dada terdapat empat pasang kaki. Pada kepala terdapat beberapa pasang mata tunggal dan dua

Pada kegiatan tatap muka ke-3 (TM-3), peserta akan melaporkan hasil pembelajaran Guru Pembelajar moda daring mulai dari awal hingga akhir dengan membawa

Populasi penelitian seluruh lansia yang mengalami keterbatasan rentang gerak pada lutut dan ankle yang berada di Kota Bengkulu sebanyak 60 lansia yang terdiri dari 3 kelomok

Kebijakan puritanisme oleh sultan Aurangzeb dan pengislaman orang-orang Hindu secara paksa demi menjadikan tanah India sebagai negara Islam, dengan menyerang berbagai praktek

(1) Bidang Kelalulintasan dan Pengendalian Operasional, mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Kepala Dinas dalam melaksanakan urusan perhubungan di bidang

Usul-usul dari para Pemegang Saham Perseroan dapat dimasukkan dalam Agenda resmi Rapat, apabila memenuhi persyaratan dalam Pasal 10 Ayat 6 Anggaran Dasar Perseroan,

Pengamatan yang dilakukan merupakan langkah analisa terhadap struktur kalimat, motif, frase dan bagian/periode yang terdapat dalam karya musik Panca Indra komposer

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, dimana pada konsentrasi Ribavirin 40 ppm ternyata plbs yang bebas CyMV adalah eliminasi yang sempurna sebesar 100% setelah