PENGARUH KOMUNIKASI ANTARPRIBADI
PEGAWAI LOKET
SISTEM ONLINE PAYMENT POINT (SOPP)
TERHADAP PENINGKATAN KEPUASAN
PELANGGAN
DI PT. POS INDONESIA (PERSERO) SERANG
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Konsentrasi Ilmu Humas
Program Studi Ilmu Komunikasi
Oleh:
TINCE ESTHER KARTIKA NIM. 083160
KONSENTRASI ILMU HUMAS
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG
LEMBAR PERSETUJUAN
Nama : TINCE ESTHER KARTIKA NIM : 6662083160
Judul Skripsi : PENGARUH KOMUNIKASI ANTARPRIBADI
PEGAWAI LOKET SISTEM ONLINE PAYMENT POINT (SOPP) TERHADAP PENINGKATAN KEPUASAN
PELANGGAN DI PT.POS INDONESIA (PERSERO) SERANG
Serang, 29 Mei 2012
Skripsi ini Telah Disetujui untuk Diujikan
Menyetujui,
Pembimbing I, Pembimbing II,
Isti Nursih, S.IP. Uliviana Restu H, M.Ikom.
NIP. 197508102005012001 NIP. 198107172006042003
Mengetahui, Dekan FISIP UNTIRTA
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
Nama : TINCE ESTHER KARTIKA NIM : 6662083160
Judul Skripsi : PENGARUH KOMUNIKASI ANTARPRIBADI
PEGAWAI LOKET SISTEM ONLINE PAYMENT POINT (SOPP) TERHADAP PENINGKATAN KEPUASAN
PELANGGAN DI PT.POS INDONESIA (PERSERO) SERANG Telah diuji di hadapan Dewan Penguji Sidang Skripsi di Serang, tanggal 11 bulan Juni tahun 2012 dan dinyatakan LULUS.
Serang, 13 Juni 2012
Ketua Penguji:
Naniek Afrilla F.,M. Si ………
NIP. 197704032003122001
Anggota:
Yoki Yusanto.,M.Ikom ………
NIP. 197905032006041016
Anggota:
Isti Nursih, S.IP. ………..………..
NIP. 197508102005012001
Mengetahui,
Dekan FISIP UNTIRTA Ketua Program Studi
Dr. Agus Sjafari, M.Si Neka Fitriyah.,M. Si
ABSTRAK
Tince Esther Kartika/ 6662083160/ Skripsi/ Pengaruh Komunikasi Antarpribadi Loket Sistem Online Payment Point (SOPP) Terhadap Peningkatan Kepuasan Pelanggan di PT. Pos Indonesia (PERSERO) Serang / Ilmu Komunikasi/ Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik/ Universitas Sultan Ageng Tirtayasa/ 2012.
Kata Kunci: Komunikasi Antarpribadi
Sebagai seorang profesional yang bertanggungjawab untuk menyediakan akses yang seluas-luasnya pada para pelanggan loket, pegawai loket dituntut untuk mampu berkomunikasi antarpribadi dengan baik dan efektif. Namun keadaan yang sering dijumpai para pelanggan loket, banyak pegawai loket yang belum memiliki kemampuan berkomunikasi antarpribadi dengan efektif. Maka dari itu rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh komunikasi antarpribadi pegawai loket Sistem Online Payment Point (SOPP) terhadap peningkatan kepuasan pelanggan di PT. Pos Indonesia. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sejauh mana pengaruh kualitas pelayanan loket Sistem Online Payment Point (SOPP) dalam meningkatkan kepuasan pelanggan di PT. Pos Indonesia (PERSERO) Serang.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah efektifitas komunikasi antarpribadi yang mempunyai 5 (Lima) faktor yaitu keterbukaan, empati,dukungan,rasa positif, dan kesetaraan.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian korelasi. Teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui penyebaran kuesioner kepada pelanggan loket.
ABSTRACT
Tince Esther Kartika/ 6662083160/ Thesis/ Effect of Interpersonal Communication Locket System Online Payment Point (SOPP) To increase satisfaction customer in PT. POS INDONESIA (PERSERO) SERANG/ Communication Sciences/ Faculty of Social and Political Sciences/ University of Sultan Ageng Tirtayasa/ 2012.
Keywords: Interpersonal Communication
As a professional who is responsible for providing the broadest access to the customer locket, the locket staff are required to be able to communicate with good interpersonal and effective. But the circumstances that is often encountered by customers locket, many employees who do not have the interpersonal skills to communicate effectively. And therefore formulation of the problem in this research is how the effect of interpersonal communication on locket employees System Online Payment Point (SOPP) to increase customer satisfaction on PT. Pos Indonesia. The purpose of this study to know the the extent of the effect quality of service locket System Online Payment Point (SOPP) in improving customer satisfaction on PT. Pos Indonesia (PERSERO) Serang.
The theory used in this research is the effectiveness of interpersonal communication that has 5 (five) factors: openness, empathy, supportiveness, positiveness, and equality.
This research uses quantitative research methods with the research type of correlation. The data collection techniques are carried out through questionnaires to the customers locket.
KATA PENGANTAR
Penelitian ini memberikan penjelasan tentang bagaimana proses aktivitas komunikasi. Adapun bentuk komunikasi yang sering digunakan adalah komunikasi antarpribadi, yaitu komunikasi yang melibatkan dua atau beberapa orang yang relatif masih dapat diidentifikasi. Seperti yang kita ketahui, ada beberapa karakteristik dari komunikasi antarpribadi, diantaranya terjadi secara spontanitas, secara langsung, baik dengan menggunakan media atau tidak menggunakan media. Lewat Penelitian ini juga mencoba mengingatkan kembali betapa besarnya peran komunikasi antarpribadi. Sebut saja sebagai seorang dosen, seiap harinya ia melakukan aktivitas komunikasi antarpribadi dengan mahasiswanya. Seorang dokter setiap hari melakukan aktivitas dengan pasiennya.Seorang pegawai loket setiap hari ia melakukan akivitas komunikasi antarpribadi dengan costumernya dengan melayani dengan tulus. Demikian diantara contoh akitivitas komunikasi antarpribadi yang sering kita jumpai di lingkungan terdekat. Seluruh aktivitas tersebut dilakukan untuk menyampaikan pesan atau bahkan lebih dari itu ingin mempengaruhi orang lain agar terjadi perubahan sikap yang diharapkan.
Lewat penelitian ini juga penulis ingin mengucapkan Puji dan syukur kehadirat Tuhan YME atas segala karunia-Nya sehingga skripsi dengan judul “Pengaruh Komunikasi Antarpribadi Pegawai Loket Sistem Online Payment Point (SOPP) terhadap Peningkatan Kepuasan Pelanggan di PT. Pos Indonesia (Persero) Serang” dapat selesai dengan baik.
Penyusunan skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat akademik dalam menempuh jenjang pendidikan Sarjana di Jurusan Komunikasi, Fakultas Ilmo Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Negeri Sultan Ageng Tirtayasa. Sehubungan dengan terselesainya skripsi ini, penulis tidak lupa menyampaikan penghargaan dan terima kasih sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof.Dr.H.Sholeh Hidayat,Mpd selaku Rektor Universitas Negeri Sultan Ageng Tirtayasa.
2. Bapak Dr.Agus Sjafari,M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Negeri Sultan Ageng Tirtayasa.
3. Ibu Neka Fitriah,S.Sos,M.Si selaku Ketua Prodi Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Negeri Sultan Ageng Tirtayasa. 4. Bapak Yoki Susanto,S.Sos selaku Sekretaris Prodi Komunikasi, Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Negeri Sultan Ageng Tirtayasa. 5. Bapak Iman Mukhroman,S.Sos,M.Si selaku dosen pembimbing akademik
6. Ibu Isti Nursih,S.IP selaku dosen pembimbing I yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan memberi banyak pengarahan dan masukan.
7. Ibu Uliviana Restu,S.Sos,M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan memberi banyak pengarahan dan masukan.
8. Seluruh Staf dan karyawan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Negeri Sultan Ageng Tirtayasa.
9. Papa ku (Alm.T.Tambunan) dan mama ku (Marice D.Butar-Butar) yang selalu mensuport semua kegiatan ku sehingga aku bisa memberikan yang terbaik untuk mereka.
10.Yudhi, Beka yang selalu mau setia menemani dan mau pusing karena ikut memberikan arahan untuk penyelesaian skrpsi ini.
11.Teman-teman seperjuangan Fauzan, Eka, dan teman-teman yang tidak bisa diisebutkan satu persatu namanya yang sudah memberikan kesan-kesan yang lucu, menarik selama masa perkuliahan.
Penulis tak lupa mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak untuk perbaikan skripsi ini. Semoga skrpsi ini ddapat memberikan manfaat bagi yang memerlukan, Amin.
Serang, 11 Juni 2012
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... i
LEMBAR PERSETUJUAN ... ii
ABSTRAK ... iii
ABSTRACT ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
MOTTO DAN PEMBAHASAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 5
1.3. IdentifikasiMasalah ... 5
1.4. Tujuan Penelitian ... 5
1.5. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II DESKRPSI TEORI ... 7
2.1. Pengertian Komunikasi ... 7
2.2. Komunikasi Antarpribadi ... 9
2.2.1. Pengertian Komunikasi Antarpribadi ... 9
2.2.2. Proses Komunikasi Antarpribadi ... 11
2.2.3. Tujuan dan Fungsi Komunikasi Antarpribadi ... 13
2.2.4. Komunikasi AntarPribadi sebagai Proses Transaksional ... 15
2.2.5. Efektifitas Komunikasi Antarpribadi ... 17
2.3. System Online Payment Point Pos (SOPP Pos) ... 21
2.3.1. Pengertian Sistem Online... 21
2.4.Kepuasan Pelanggan ... 22
2.4.1. Pengertian Kepuasan Pelanggan ... 22
2.4.2. Faktor-Faktor Mempengaruhi Kepuasan Konsumen ... 24
2.4.3. Metode Pengukuran Kepuasan Konsumen ... 25
2.5. Kerangka Berpikir ... 26
2.6. Operasional Variabel ... 30
2.7. Hipotesis Penelitian ... 31
BAB III METODE PENELITIAN ... 32
3.1. Metode Penelitian... 32
3.2. Instrument Penelitian ... 33
3.3. Populasi dan Sampel ... 35
3.4. Teknik Pengolahan Data ... 37
3.5. Analisis Data ... 38
3.5.1. Uji Validitas ... 38
3.5.2. Uji Reliabilitas ... 39
3.6. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 40
BAB IV PEMBAHASAN ... 41
4.1. Deskripsi Objek Penelitian ... 41
4.1.1. Gambaran Umum PT. Pos Indonesia (Serang) ... 41
4.1.2. Sejarah Singkat PT. Pos Indonesia (Serang)... 42
4.1.3. Tugas PT. Pos Indonesia (Serang) ... 44
4.1.4. Visi dan Misi PT. Pos Indonesia (Serang) ... 45
4.1.5. Program Kerja Petugas Loket PT. Pos Indonesia (Serang) ... 46
4.2. Deskripsi Data ... 49
4.3. Pengujian Persyaratan Statistik ... 71
4.3.1. Uji Validitas ... 71
4.3.2. Uji Reliabilitas ... 73
4.4. Pengujian Hipotesis ... 75
4.5. Pembahasan ... 79
BAB V PENUTUP ... 88
5.1. Kesimpulan ... 88
5.2. Saran ... 90
5.2.1. Saran Teoritis ... 90
5.2.2. Saran Praktis ... 91
DAFTAR PUSTAKA ... 92
LAMPIRAN ... 94
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Persentasi dari Pertanyaan Koesioner 1 ... 50
Tabel 4.2. Persentasi dari Pertanyaan Koesioner 2 ... 51
Tabel 4.3. Persentasi dari Pertanyaan Koesioner 3 ... 52
Tabel 4.4. Persentasi dari Pertanyaan Koesioner 4 ... 53
Tabel 4.5. Persentasi dari Pertanyaan Koesioner 5 ... 54
Tabel 4.6. Persentasi dari Pertanyaan Koesioner 6 ... 55
Tabel 4.7. Persentasi dari Pertanyaan Koesioner 7 ... 56
Tabel 4.8. Persentasi dari Pertanyaan Koesioner 8 ... 57
Tabel 4.9. Persentasi dari Pertanyaan Koesioner 9 ... 58
Tabel 4.10. Persentasi dari Pertanyaan Koesioner 10 ... 59
Tabel 4.11. Persentasi dari Pertanyaan Koesioner 11 ... 60
Tabel 4.12. Persentasi dari Pertanyaan Koesioner 12 ... 61
Tabel 4.13. Persentasi dari Pertanyaan Koesioner 13 ... 62
Tabel 4.14. Persentasi dari Pertanyaan Koesioner 14 ... 63
Tabel 4.15. Persentasi dari Pertanyaan Koesioner 15 ... 64
Tabel 4.16. Persentasi dari Pertanyaan Koesioner 16 ... 65
Tabel 4.17. Persentasi dari Pertanyaan Koesioner 17 ... 66
Tabel 4.18. Persentasi dari Pertanyaan Koesioner 18 ... 67
Tabel 4.19. Persentasi dari Pertanyaan Koesioner 19 ... 68
Tabel 4.20. Persentasi dari Pertanyaan Koesioner 20 ... 68
Tabel 4.21. Persentasi dari Pertanyaan Koesioner 21 ... 69
Tabel 4.22. Persentasi dari Pertanyaan Koesioner 22 ... 70
Tabel 4.23. Persentasi dari Pertanyaan Koesioner 23 ... 71
Tabel 5.24. Hasil Uji Validitas ... 72
Tabel 4.25. Hasil Uji Reliabilitas ... 73
Tabel 4.26. Hasil Uji Normalitas ... 74
Tabel 4.27. Koefisien Korelasi X dan Y ... 75
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Surat Permohonan Izin Penelitian ... 94
Lampiran 2. Tabel Nilai r ... 95
Lampiran 3. Tabel Nilai t ... 96
Lampiran 4. Surat Tugas ... 97
Lampiran 5. Surat Keterangan Telah Menonton Sidang ... 98
Lampiran 6. Daftar Pertanyaan Koesioner ... 100
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Dalam era globalisasi persaingan bisnis semakin ketat, terutama bisnis di
bidang jasa yang mengutamakan jasa pelayanan. Semakin meningkatnya persaingan
di Indonesia menuntut perusahan untuk selalu menciptakan strategi yang tepat untuk
menjalankan usaha dan memfokuskan perhatian terhadap konsumen atau pelanggan.
Dengan kata lain perusahaan dituntut untuk lebih memperhatikan kebutuhan dan
keinginan pelanggan, serta memenuhi apa yang mereka harapkan dengan cara yang
lebih memuaskan dibandingkan dengan apa yang dilakukan oleh pesaing. Serta
bertambah rumitnya masalah yang dihadapi oleh masyarakat dan harus selesai dalam
waktu yang cepat dan singkat.
Penyelesaian dapat dilakukan dengan mengadakan komunikasi antarpribadi
(Interpersonal communication), seperti yang diungkapkan oleh Onong Uchjana Effendy yang dikutip oleh Alo Liliweri dalam bukunya Komunikasi Antarpribadi menyatakan bahwa :
Kegiatan komunikasi antarpribadi merupakan kegiatan sehari-hari yang
paling banyak dilakukan oleh manusia sebagai mahluk sosial. Oleh karena
kemampuan berkomunikasi dalam hal ini komunikasi antarpribadi merupakan
kemampuan yang paling dasar, maka orang sering beranggapan bahwa kemampuan
berkomunikasi merupakan keterampilan yang akan dimiliki dengan sendirinya oleh
seorang manusia seiring dengan pertumbuhan fisik dan perkembangan mental
manusia yang bersangkutan. Dengan demikian orang sering beranggapan bahwa tidak
perlu secara khusus belajar bagaimana cara berkomunikasi.
Akan tetapi dalam kehidupan sehari-hari kita sering mengalami perbedaan
pendapat, ketidaknyamanan situasi atau bahkan terjadi konflik yang terbuka yang
disebabkan adanya kesalahfahaman dalam berkomunikasi. Menghadapi situasi seperti
ini, manusia baru akan menyadari bahwa diperlukan pengetahuan mengenai
bagaimana cara berkomunikasi yang baik dan efektif. kemampuan berkomunikasi
antarpribadi yang baik dan efektif sangat diperlukan oleh manusia agar dia dapat
menjalani semua aktivitasnya dengan lancar. Terutama ketika seseorang melakukan
aktivitas dalam situasi yang formal, misal dalam lingkungan kerja. Lebih penting lagi
ketika aktivitas kerja seseorang adalah berhadapan langsung dengan orang lain
dimana sebagian besar kegiatannya merupakan kegiatan komunikasi antarpribadi.
Beberapa profesi yang seperti itu misalnya konsultan, guru, dosen, tenaga penjualan,
dokter, public relations officer, dsb.
Salah satu profesi yang penting, yang sebagian besar aktivitasnya berhadapan
seorang profesional yang bertanggungjawab untuk menyediakan akses yang
seluas-luasnya pada para pelanggan loket, pegawai loket dituntut untuk mampu
berkomunikasi antarpribadi dengan baik dan efektif. Namun keadaan yang sering
dijumpai mereka yang bekerja sebagai pegawai loket banyak yang belum memiliki
kemampuan berkomunikasi antarpribadi dengan efektif.
Dengan mempelajari komunikasi antarpribadi yang efektif para pegawai loket
dapat mengetahui bagaimana menjadi penyampaian pesan yang efektif, menjadi
penerima atau pendengar yang efektif, sekaligus bagaimana menjadi pribadi yang
menarik. Dengan demikian pengetahuan akan komunikasi antarpribadi yang baik dan
efektif sangat penting bagi para pegawai, agar mereka dapat menjadi pegawai loket
pelayanan professional yang dapat memberikan layanan prima (excellent service)
pada para pencari informasi.
Kepuasan pelanggan dipengaruhi oleh keefektivitasan komunikasi
antarpribadi yang dilakukan pegawai loket tersebut pada saat terjadinya proses
pembayaran. Pengertian kepuasan pelanggan menurut Kotler :
“Kepuasan pelanggan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara kinerja (hasil) produk yang dipikirkan terhadap kinerja yang diharapkan”. (Kotler,dalam Rangkuti, 2005:23)
Salah satu faktor yang menentukan kepuasan pelanggan adalah persepsi
pelanggan mengenai efektifitas komunikasi antarpribadi yang berfokus pada lima
macam yaitu keterbukaan, empati, dukungan, rasa positif dan kesamaan. Keterbukaan
saling mengungkapkan ide, gagasan, secara terbuka tanpa rasa takut atau malu.
seberapa baik pengetahuan yang dimiliki pegawai dan seberapa baik kemampuan
komunikasi yang baik dapat diandalkan. Kefektifitasan komunikasi karyawan akan
memberikan warna dalam pelayanan pelanggan. Tingkat pemahaman permasalahan
suatu pelanggan dalam melakukan pelayanan akan berpengaruh pada pelayanan
pelanggan.
Perkembangan teknologi informasi merupakan pemicu dasar dalam
melakukan strategi untuk mengubah sistem pelayanan menjadi lebih baik, yaitu
merubah sistem pelayanan manual menjadi sistem pelayanan yang lebih cepat dan
akurat.
Dalam penelitian ini penulis mengambil contoh salah satu perusahaan besar
Negara yang banyak melakukan pelayanan jasa. Salah satu upaya yang dilakukan
adalah PT. Pos Indonesia (Persero) saat ini adalah menjalin hubungan kerjasama
dengan jaringan SOPP (Sistem Online Payment Point) tersebut. Sistem ini dirancang
dengan tujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada pelanggan dalam melakukan
pembayaran-pembayaran rekening tagihan listrik,telkom, kartu kredit dan angsuran
pembiayaan setiap bulannya dengan cara menyediakan kemudahan tempat
pembayaran rekening sehingga hal ini dapat meningkatkan kepuasan pelanggan
(Pelanggan Satisfaction).
Terhadap Peningkatan Kepuasan Pelanggan di PT. Pos Indonesia (Persero) Serang”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, dalam hal ini Penulis
merumuskan permasalahannya “Seberapa besar pengaruh komunikasi antarpribadi
loket Sistem Online Payment Point (SOPP) terhadap peningkatan kepuasan
pelanggan di PT. Pos Indonesia (PERSERO) Serang?”
1.3.Identifikasi Masalah
Berdasarkan perumusan masalah di atas maka peneliti merinci
permasalahanyang akan di teliti sebagai berikut :
1. Bagaimana proses komunikasi antarpribadi pegawai loket sistem online
kepada pelanggan yang datang untuk bertransaksi?
2. Bagaimana kepuasan costumer terhadap PT.Pos Indonesia?
3. Bagaimana pengaruh komunikasi antarpribadi pegawai loket Sistem Online
Payment Point (SOPP) dalam meningkatkan kepuasan pelanggan di PT. Pos
1.4.Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk :
a) Mengetahui proses komunikasi antarpribadi pegawai loket Sistem Online
Payment Point (SOPP) kepada pelanggan yang datang untuk melakukan
transaksi pembayaran di PT. Pos Indonesia Serang.
b) Mengetahui kepuasan costumer terhadapat PT.Pos Indonesia sendiri.
c) Mengetahui pengaruh kualitas pelayanan loket Sistem Online Payment
Point (SOPP) dalam meningkatkan kepuasan pelanggan di PT. Pos
Indonesia (PERSERO) Serang.
1.4.Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Akademis Pendidikan
a) Sebagai suatu alat evaluasi terhadap kurikulum yang diguakan.
b) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan tinjauan dan
kajian bagi rekan-rekan semua.
1.4.2. Manfaat Praktis
a) Memberi gambaran kondisi internal dari perusahaan yang
berpengaruh dalam usaha meningkatkan kepuasan bagi pelanggan
PT.Pos Indonesia.
b) Memberikan masukan bagi perusahaan yang berguna untuk
BAB II
DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1. Pengertian Komunikasi
Istilah komunikasi berpangkal pada perkataan latin Communis yang artinya
membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih.
Komunikasi juga berasal dari akar kata dalam bahasa Latin Communico yang artinya
membagi (Cangara,2008:18).
Sebuah definisi yang singkat dibuat oleh Harold D.Lasswell bahwa cara yang
tepat untuk menerangkan suatu tindakan komunikasi ialah menjawab pertanyaan
“Siapa yang menyampaikan, apa yang disampaikan, melalui saluran apa, kepada
siapa dan apa pengaruhnya” (Cangara,2008:19).
Sebuah definisi yang dibuat oleh kelompok sarjana komunikasi yang
mengkhususkan diri pada studi komunikasi antar manusia (human communication)
bahwa :
Komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan (1) membangun hubungan antarsesama manusia; (2) melalui pertukaran informasi; (3) Untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain; serta (4) berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu” (Cangara,2008:19).
Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau
perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa
merupakan gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari benaknya.
keberanian, kegairahan, dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati
(Effendy,2005:11).
Dalam definisi tersebut tersimpul tujuan, yakni memberi tahu atau mengubah
sikap (attitude), pendapat (opinion), atau perilaku (behavior).
Ada delapan unsur pokok dalam proses komunikasi, sebagai berikut :
1)Sender: Komunikator yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumlah
orang.
2)Encoding: Penyandian, yakni proses pengalihan pikiran ke dalam bentuk lambing.
3)Massage: Pesan yang merupakan seperangkat lambing bermakina yang
disampaikan oleh komunikator.
4)Media: Saluran komunikasi tempt berlalunya pesan dari komunikator kepada
komunikan.
5)Decoding: Pengawasandian, yaitu proses dimana komunikan menetapkan makna
pada lambang yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.
6)Receiver: Komunikan yang menerima pesan dari komunikator.
7)Response: Tanggapan, seperangkat reaksi pada komunikan setelah diterpa pesan.
8)Feedback: Umpan balik, yakni tanggapan komunikan apabila tersampaikan atau
disampaikan kepada komunikator.
9)Noise: Gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi sebagai
akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang berbeda dengan pesan yang
disampaikan oleh komunikator kepadanya. (Effendy,2005:18).
2.2.1. Pengertian Komunikasi Antarpribadi
Dalam kehidupannya, manusia selalu melakukan kegiatan komunikasi sebagai bukti kesadaran akan keberadaannya, yaitu mengadakan aksi dan ber-reaksi atas
stimuli yang datang padanya. Seseorang yang mencoba memisahkan diri atau
mengasingkan diri dari dunia ramai, dan hidup menyendiri di tempat terpencil, pada
hakekatnya juga tidak dapat memisahkan hidupnya dari kegiatan komunikasi, karena
setidaknya ia akan berkomunikasi dengan dirinya sendiri.
Selagi ia masih hidup, manusia selalu melakukan berbagai kebutuhannya, dalam
hal ini kegiatan komunikasi adalah yang paling banyak dilakukan. Manusia sebagai
makhluk sosial harus hidup bermasyarakat. Semakin besar suatu masyarakat, berarti
semakin banyak manusia yang dicakup, dan cenderung akan semakin banyak masalah
yang timbul, akibat perbedaan-perbedaan yang terdapat diantara manusia-manusia
tersebut.
Pada masing-masing individu yang beraneka ragam itu, dalam pergaulan
hidupnya terjadi interaksi dan saling mempengaruhi demi kepentingan dan
keuntungan pribadi masing-masing. Terjadilah saling mengungkapkan pikiran dan
perasaan dalam bentuk percakapan. ( Effendi 2005 : 10 )
Komunikasi memainkan peran penting dalam kehidupan manusia. Hampir
setiap saat kita bertindak dan belajar dengan dan melalui komunikasi. Sebagian besar
kegiatan komunikasi yang dilakukan berlangsung dalam situasi komunikasi
Antarpribadi. Situasi komunikasi Antarpribadi ini bisa kita temui dalam konteks
Komunikasi Antarpribadi mempunyai berbagai macam manfaat. Melalui
komunikasi Antarpribadi, kita dapat mengenal diri kita sendiri dan orang lain.
Melalui komunikasi Antarpribadi kita bisa mengetahui dunia luar. Melalui
komunikasi Antarpribadi kita bisa menjalin hubungan yang lebih bermakna. Melalui
komunikasi Antarpribadi kita bisa melepaskan ketegangan. Melalui komunikasi
Antarpribadi kita bisa mengubah nilai-nilai dan sikap hidup seseorang. Melalui
komunikasi Antarpribadi seseorang bisa memperoleh hiburan dan menghibur orang
lain dan sebagainya. Singkatnya, komunikasi Antarpribadi bisa mempunyai berbagai
macam kegunaan.
Komunikasi Antarpribadi sering disebut dengan dyadic communication,
maksudnya adalah komunikasi antara dua orang, dimana terjadi kontak langsung
dalam bentuk percakapan. Komunikasi jenis ini bisa berlangsung secara berhadapan
muka (face to face), bisa juga melalui media seperti telepon. Ciri khas komunikasi
Antarpribadi adalah sifatnya yang dua arah atau timbal balik (two ways
communication).
Apabila dua orang individu atau lebih terlibat dalam suatu percakapan dan
terdapat adanya kesamaan makna dari apa yang mereka percakapkan, maka dapat
dikatakan bahwa komunikasi Antarpribadi cukup efektif untuk mengubah perilaku
orang lain. Segi efektifnya adalah adanya arus balik langsung yang dapat ditangkap
komunikator, maupun secara non verbal dalam bentuk gerak-gerik seperti anggukan,
gelengan kepala, kedipan mata dan sebagainya sejenis.
perasaan seseorang kepada seorang lainnya agar mengetahui, mengerti, atau
melakukan kegiatan tertentu. Menurut Joseph De Vito (1976), "Komunikasi
Antarpribadi merupakan pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh
orang lain, atau juga sekelompok orang dengan efek dan umpan balik yang
langsung". Dari inti ungkapan itu, De Vito berpendapat bahwa "Komunikasi
Antarpribadi sebenarnya merupakan suatu proses sosial" (Liliweri, 1997:12).
2.2.2. Proses Komunikasi AntarPribadi
Komunikasi Antarpribadi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan
antara dua orang, atau diantara sekelompok kecil orang-orang dengan beberapa efek
dan beberapa umpan balik seketika.
Apabila kita perhatikan batasan Komunikasi Antarpribadi dari Joseph De vito,
maka kita dapat melihat elemen-elemen apa saja yang terkandung di dalamnya.
Dengan menguraikan elemen-elemen yang ada itu, dapatlah diuraikan proses-proses
Komunikasi Antarpribadi, yaitu (Effendy 2005 : 45) :
a) Adanya Pesan.
Yang dimaksud dengan pesan adalah semua bentuk komunikasi baik verbal
maupun non verbal. Bentuk pesan dapat bersifat ;
• Informatif : Memberi keterangan dan komunikan membuat persepsi sendiri.
• Persuasif : Bujukan untuk membangkitkan pengertian, kesadaran, sehingga
• Koersif : Memaksa dengan ancaman sanksi, biasanya berbentuk perintah.
b) Adanya Orang-Orang atau Sekelompok Kecil Orang-Orang
Yang dimaksud disini adalah bahwa apabila seseorang berkomunikasi, paling
sedikit akan melibatkan dua orang, tapi mungkin juga akan melibatkan
sekelompok kecil orang.
c) Adanya Penerimaan Pesan (komunikan).
Yang dimaksud dengan penerimaan ialah bahwa dalam suatu Komunikasi
Antarpribadi, tentu pesan-pesan yang dikirimkan oleh seseorang harus dapat
diterima oleh orang lain. Misalnya kita berbicara dengan seseorang yang sedang
memakai telepon dan mendengarkan musik tertentu, sudah tentu komunikasi kita
akan sukar atau tidak dapar diterima oleh orang tersebut. Dengan demikian
Komunikasi Antarpribadi tidak akan terjadi.
d) Adanya Efek
Dalam suatu komunikasi tentu akan terjadi beberapa efek. Efek mungkin
berupa suatu persetujuan mutlak atau ketidak setujuan mutlak, atau mungkin
berupa pengertian mutlak atau ketidak-mengertian mutlak pula. Dengan demikian
sipenerima tentu akan terpengaruh pula oleh pengiriman pesan oleh komunikator.
e) Adanya Umpan Balik
Yang dimaksud dengan umpan balik adalah pesan yang dikirim kembali oleh
tatap muka, maka umpan balik bisa berupa kata-kata, kalimat, gerakan mata,
senyum, anggukan kepala atau gelengan kepala.
Konsep umpan balik ini dalam proses Komunikasi Antarpribadi amat penting,
karena dengan terjadinya umpan balik, komunikator mengetahui apakah
komunikasinya berhasil atau gagal, dengan kata lain apakah umpan baliknya itu
positif atau negatif. Bila positif, ia patut gembira, sebaliknya jika negatif menjadi
permasalahan, sehingga ia harus mengulangi lagi dengan perbaikan gaya
komunikasinya sampai menimbulkan umpan balik positif.
Kelima hal diatas saling berhubungan dan bila salah satu diantaranya
terlupakan, maka dapat mengakibatkan komunikasi berjalan lambat. Dengan begitu,
tujuan pesan terhambat atau bahkan dapat mengakibatkan tidak tercapainya sasaran
seperti yang diharapkan komunikator.
Setiap pesan dapat dipakai sebagai perangsang untuk mendapatkan umpan
balik mengenai pesan-pesan yang terlebih dahulu pada pihak lain yang bersangkutan.
Setiap pihak berkemampuan memulai pesan yang baru pada pihak lain. Ia pun
berkemampuan untuk menggeser pokok pembicaraan pesan-pesan mereka dan
memulai pokok pembicaraan yang baru. Karenanya, komunikasi merupakan suatu
proses, dimana kedua belah pihak menyusun dan menguraikan pesan-pesan yang
hendak digunakan bersama. Jadi tidak berupa proses meneruskan pesan, tetapi
menekankan makna pada peserta dan tidak pada pesan yang digunakan bersama oleh
2.2.3. Tujuan dan Fungsi Komunikasi Antarpribadi
Menurut Joseph De Vito tujuan komunikasi antarpribadi yang pertama adalah
untuk belajar tentang diri sendiri, tentang orang lain, bahkan tentang dunia. Melalui
kegiatan komunikasi antarpribadi dengan seseorang, kita bisa mengetahui siapa dia
dan juga mengetahui bagaimana pendapat dia tentang kita, sehingga kita pun menjadi
tahu seperti apa kita. Semakin banyak kita berkomunikasi dengan orang lain, semakin
banyak mengenal orang dan kita juga semakin mengenal diri kita sendiri. Semakin
banyak kita berkenalan dengan orang maka semakin banyak pengetahuan kita tentang
lingkungan di sekitar kita dan bahkan tentang dunia.
Tujuan komunikasi antarpribadi yang kedua adalah untuk berhubungan
dengan orang lain dan untuk membangun suatu ikatan (relationship). Melalui
komunikasi antarpribadi kita dapat berkenalan dengan seseorang dan komunikasi
antarpribadi yang intensif dan efektif bisa menciptakan suatu ikatan bathin yang erat.
Hal ini terjadi ketika kita membangun dan memelihara persahabatan dengan orang
lain yang sebelumnya tidak kita kenal. Disamping itu, melalui komunikasi
antarpribadi ikatan kekeluargaan tetap bisa dipelihara dengan baik.
Tujuan komunikasi antarpribadi yang ketiga adalah untuk memengaruhi sikap
dan perilaku orang lain. Dalam hal ini kegiatan komunikasi ditujukan untuk
memengaruhi atau membujuk agar orang lain memiliki sikap, pendapat dan atau
perilaku yang sesuai dengan tujuan kita. Contoh dari kegiatan komunikasi
antarpribadi seperti ini adalah ketika seorang pramuniaga menawarkan produk yang
Tujuan komunikasi antarpribadi yang keempat adalah untuk hiburan atau
menenangkan diri sendiri. Banyak komunikasi antarpribadi yang kita lakukan yang
sepertinya tidak memiliki tujuan yang jelas, hanya mengobrol kesana- kemari, untuk
sekedar melepaskan kelelahan setelah seharian bekerja, atau hanya untuk mengisi
waktu ketika harus menunggu giliran diperiksa di rumah sakit. Sepertinya ini
merupakan hal yang sepele, tapi komunikasi seperti itu pun penting bagi
keseimbangan emosi, dan kesehatan mental.
Tujuan komunikasi antarpribadi yang kelima adalah untuk membantu orang
lain. Hal ini terjadi misalnya ketika seorang klien bekonsultasi dengan seorang
psikolog, atau seseorang yang sedang berkonsultasi dengan pengacara, atau kita yang
mendengarkan seorang teman yang mengeluhkan sesuatu (curhat). Proses
komunikasi antarpribadi yang demikian merupakan bentuk komunikasi yang
bertujuan untuk menolong orang lain memecahkan masalah yang dihadapinya dengan
bertukar pikiran. Sifat komunikasi antarpribadi yang tatap muka dan interaktif
memungkinkan proses konsultasi berjalan dengan efektif, sehingga baik konsultan
maupun klien bisa mengakhiri proses komunikasinya dengan lega dan
menyenangkan.
Memperhatikan tujuan sekaligus fungsi komunikasi antarpribadi tersebut di
atas, maka dapat diketahui betapa pentingnya peran komunikasi antarpribadi dalam
2.2.4. Komunikasi Antarpribadi sebagai Proses Transaksional
Komunikasi antarpribadi merupakan suatu proses yang sangat unik. Artinya,
kegiatan yang terjadi dalam komunikasi antarpribadi tidak seperti kegiatan lainnya,
seperti misalnya menyelesaikan soal matematika, mengikuti suatu perlombaan,
menulis suatu artikel, atau merancang kampanye periklanan. Komunikasi antarpribadi
melibatkan paling sedikit 2 orang yang mempunyai sifat, nilai-nilai, pendapat, sikap,
pikiran, dan perilaku yang khas dan berbeda-beda. Selain itu, komunikasi antarpribadi
melibatkan diantara pelaku dalam komunikasi. Dengan kata lain para pelaku
komunikasi saling bertukar informasi, pikiran, gagasan, dan sebagainya. Dengan
adanya “pertukaran” ini, komunikasi disebut sebagai proses transaksional. ( Widjaja
2000 : 125 ).
a. Komunikasi Antarpribadi Sebagai Proses
Sebagai suatu proses, komunikasi antarpribadi merupakan rangkaian
tindakan, kejadian, dan kegiatan yang terjadi secara terus-menerus. Dengan
kata lain, komunikasi antarpribadi bukanlah suatu hal yang statis, tetapi
sesuatu yang dinamis. Artinya, segala sesuatu yang tercangkup dalam
komunikasi antarpribadi selalu dalam keadaan berubah, yakni para pelaku,
pesan maupun lingkungannya. ( Widjaja 2000 : 125 ).
b. Komponen – Komponen Dalam Komunikasi Antarpribadi Saling Tergantung
(Interdepensi) Dan Pelaku Komunikasi Bertindak Sekaligus Bereaksi. (
Setiap komponen dalam komunikasi antarpribadi mempunyai kaitan
baik dengan komponen lain maupun komponen secara keseluruhan. Oleh
karena itu, dalam komunikasi antarpribadi tidak ada pengirim (pembicara)
tanpa penerima (pendengar), tidak ada pesan - pesan tanpa pengirim, dan
tidak ada umpan balik tanpa penerima. Karena bersifat saling
bergantung, maka perubahan yang terjadi pada suatu komponen akan
menyebabkan perubahan pada suatu komponen lainnya.
2.2.5. Efektivitas Komunikasi Antarpribadi
Dalam prosesnya komunikasi Antarpribadi tidak selalu berhasil tercapai sesuai dengan harapan, karena terkadang reaksi yang diberikan orang lain bisa sangat
berbeda dari yang diharapkan. Banyak orang yang beranggapan sala bahwa makin
sering seseorang melakukan komunikasi Antarpribadi dengan orang lain, maka
semakin baik hubungan mereka. Namun yang menjadi persoalan bukanlah kuantitas
komunikasi yang dilakukan, melainkan bagaimana kualitas dari komunikasi yang
dilakukannya. Maka keefektifan dalam komunikasi Antarpribadi ditentukan oleh
kemampuan individu untuk mengkomunikasikan secara jelas apa yang ingin
disampaikan, menciptakan kesan yang diinginkan atau mempengaruhi orang lain
sesuai dengan yang diinginkannya. Karena biasanya dalam proses komunikasi
Antarpribadi, setiap individu menginginkan terciptanya dampak tertentu, kesan-kesan
tertentu atau menimbulkan gagasan dan reaksi tertentu dari dalam diri orang lain. (
Menurut Devito, karakteristik efektivitas ini dilihat melalui tiga sudut
pandang, antara lain sudut pandang humanistic, sudut pandang pragmatis, dan sudut
pandang pegaulan social. Namun dalam penelitian ini penulis melihat sudut pandang
humanistic dirasakan lebih cocok untuk digunakan dalam efektivitas Antarpribadi
antara pegawai loket dan customer. Dalam sudut pandang humanistic ini terdapat
lima kualitas umum yang dijadikan ciri, antara lain:
1. Keterbukaan (openness)
2. Empati (empathy)
3. Dukungan (supportiveness)
4. Rasa Positif (positiveness)
5. Kesetaraan (equality)
Maksud dari ciri-ciri tersebut adalah: pertama, keterbukaan (openness) disini
diartikan sebagai kemauan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima
di dalam menghadapi hubungan Antarpribadi. Keterbukaan ini mengacu pada tiga
aspek dari komunikasi Antarpribadi, yaitu (De Vito, 2011 : 286). :
a) Komunikator Antarpribadi yang efektif harus terbuka kepada orang yang
diajaknya berinteraksi. Ini tidaklah berarti bahwa orang harus dengan segera
membukakan semua riwayat hidupnya. Misalnya, pemberitahuan nama
pegawai sebelum memulai pelayanan pembayaran.
b) Kesediaan komunikator untuk bersaksi secara jujur terhadap stimulant yang
secara spontan terhadap orang lain. Misalnya, dalam mulainya proses
pembayaran reaksi spontan yang di berikan pegawai dengan menawarkan diri
membantu menyelesaikan suatu tagihan pembayaran yang membuat
pelanggan datang. Seperti : “Ada yang bisa saya bantu?”.
Kedua, empati (emphaty) diartikan sebagai kemampuan untuk merasakan apa
yang dirasakan oleh orang lain. Orang yang memiliki empati memiliki kemampuan
untuk memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap, serta
harapan dan keinginan orang lain. Dalam mengkomunikasikan empati kita dapat
menggunakan cara verbal maupun nonverbal. Dengan cara verbal merefleksi balik
kepada pembicara perasaan yang menurut anda sedang dialaminya. Ini membantu
dalam memeriksa ketepatan persepsi anda dan juga dalam meunjukan bahwa anda
memahamiya. (De Vito, 2011 : 286).
Tiga hal yang perlu diperlihatkan dalam empati nonverbal yaitu:
a) Keterlibatan aktif dengan orang itu melalui ekspresi wajah dan gerak-gerik
yang sesuai.
b) Konsentrasi terpusat meliputi kontak mata, postur tubuh yang penuh
pengertian, dan kedekatan fisik; serta
c) Sentuhan atau belaian yang sepantasnya.
Dalam penelitian ini penulis hanya menggunakan empati secara nonverbal
saja dikarenakan kemampuan membaca pesan non verbal akan membantu seseorang
verbal. Misalnya, bagaimana perubahan intonasi (nada bicara), ekspresi wajah
seorang pegawai, jika seorang pelanggan terlalu banyak bertanya mengenai suatu hal
tentang proses pembayaran? .
Ketiga, dukungan (supportiveness) maksudnya adalah komunikasi
antarpribadi akan efektif apabila tercipta suasana yang mendukung. Nuansa dukungan
akan tercipta apabila proses komunikasi bersifat deskriptif dan tidak evaluative,
Spontanitas, Profesionalime. Jadi dalam proses penyampaian pesan gunakanlah
kata-kata atau kalimat yang deskriptif dan tidak memberikan penilaian, kemudian
tunjukkan bahwa masing- masing pelaku komunikasi bersedia mendengarkan
pendapat lawan bicara dan bahkan mengubah pendapat kalau memang diperlukan.
Misalnya, pada tahap deskriptif pegawai lebih banyak meminta informasi tentang
satu hal yang bersangkutan tetang suatu masalah terhadap proses pembayaran yang
dilakukan oleh pelanggan. Sedangkan pada tahap spontanitas pegawai yang terbuka
dan terus terag tentang pikirannya. Maksudnya, langsung memberikan tanggapan jika
memang di butuhkan. Dan pada tahap profesionalisme, Seorang yang mendengar
pandangan yang berbeda dan bersedia menerima pendapat, maksudnya disini adalah
pegawai menerima pendapat (kritik) dari pelanggan jika memang pendapat itu
berpengaruh terhadap pelayanan. (De Vito, 2011 : 288).
Keempat, rasa positif (positiveness) maksudnya adalah dalam komunikasi
antarpribadi yang efektif para pelaku komunikasi harus menunjukkan sikap yang
positif dan menghargai keberadaan orang lain sebagai seseorang yang penting.
kalangan apapun dan pegawai mersa semua pelanggan adalah raja dan
mengesampingkan hal-hal yang dapat mengganggu pelayanan (bermain HP,
membuka situs jejaring social, dll). (De Vito, 2011 : 289).
Kelima, kesetaraan (equality), kesetaraan bidang pengalaman diantara pelaku
komunikasi. Artinya, komunikasi antarpribadi umumnya akan lebih efektif bila para
pelakunya mempunyai nilai, sikap, perilaku dan pengalaman yang sama. Hal ini tidak
berarti bahwa ketidaksamaan tidaklah komunikatif. Namun demikian, komunikasi
mereka lebih sulit dan perlu lebih banyak waktu untuk menyesuaikan diri
dibandingkan dengan kedua belah pihak yang mempunyai kesamaan-kesamaan.
Misalnya, pegawai akan lebih mudah melayani pelanggan jika pelanggan sudah
mengerti mengenai proses pembayaran yang berlangsung, seperti pengenaan denda
pada saat terjadinya keterlambatan pembayaran. (De Vito, 2011 : 290).
Komunikasi antarpribadi disini adalah komunikasi yang terjadi antara
pegawai loket dengan customer. Keefektifan komunikasi tersebut tergantung dari
kedua belah pihak. Namun, karena pegawai yang memegang kendali dalam interaksi
ini, maka tanggungjawab proses terjadinya komunikasi Antarpribadi yang sehat dan
2.3. System On-line Payment Point Pos (SOPP Pos) 2.3.1. Pengertian System On-line
Dalam buku Sistem Informasi Akuntansi II bahwa, pengertian system on-line
adalah “System on-line disebut juga interactive processing system, yaitu terjadi
interaksi secara langsung antara manusia dengan sistem computer dengan melalui
terminal atau bagian input dan output lainnya.
Sedangkan, menurut Mulyadi dalam bukunya Auditing bahwa, pengertian
system on-line adalah “Sistem komputer yang memungkinkan pemakai melakukan
akses ke data dan program secara langsung melalui peralatan terminal. Sistem
tersebut dapat berbasis mainframe computers, komputer mini atau struktur komputer
mikro dalam suatu lingkungan jejaring”.
Dari definisi diatas, maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa system
on-line adalah sistem komputer yang memproses data dengan mengumpulkan data
masukan secara langsung melalui peralatan terminal dari pemilik ke data serta
mengirimkan keluaran langsung pada pemilik data tanpa melalui proses orang lain. (
Rama & Jones, 2008 : 123 ).
2.3.2. Pengertian SOPP Pos
Menurut PT Pos Indonesia (Persero) dalam bukunya Petunjuk Pelaksanaan
Layanan SOPP Pos bahwa, pengertian system on-line payment point Pos (SOPP Pos)
adalah “Layanan pembayaran secara on-line untuk melakukan pembayaran
Dari definisi diatas, maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa system
on-line point Pos adalah sistem yang melayani pembayaran secara on-line berupa
pembayaran rekening atau tagihan dari pelanggan Mitra Kerja perusahaan yang
diterapkan PT Pos Indonesia guna mempermudah pelanggan dalam melakukan
pembayaran rekening atau tagihan setiap bulannnya. ( Pos, 2009 : 16 ).
2.4.Kepuasan Pelanggan
2.4.1. Pengertian Kepuasan Pelanggan
Kepuasan pelanggan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang
muncul setelah membandingkan antara kinerja (hasil) produk yang dipikirkan
terhadap kinerja yang diharapkan (Kotler,dalam Rangkuti, 2005:70).
Pada dasarnya tujuan dari suatu bisnis adalah untuk menciptakan para
konsumen yang merasa puas. Terciptanya kepuasan konsumen dapat memberikan
beberapa manfaat, diantaranya hubungan antara perusahaan dan konsumen menjadi
harmonis, memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang dan terciptanya
loyalitas konsumen, dan membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke mulut yang
menguntungkan perusahaan.
Konsumen akan memiliki harapan mengenai bagaimana produk tersebut
seharusnya berfungsi (performance expectation), harapan tersebut adalah standar
kualitas yang akan dibandingkan dengan fungsi atau kualitas produk yang
sesungguhnya dirasakan konsumen. Fungsi produk yang sesungguhnya dirasakan
dalam mengevaluasi kualitas suatu produk atau jasa, konsumen akan menilai berbagai
atribut (dimensi komunikasi Antarpribadi dan dimensi kualitas produk).
Kaitan antara kepuasan konsumen dan kesetiaan konsumen tidak bersifat
proporsional. Andaikan kepuasan konsumen diberi peringkat dengan skala satu
sampai lima. Pada level kepuasan konsumen yang sangat rendah (level satu), para
konsumen cenderung menjauhi perusahaan dengan menyebarkan cerita jelek tentang
perusahaan tersebut. Pada level dua sampai empat, konsumen agak puas tetapi masih
merasa mudah untuk beralih ketika tawaran yang lebih baik muncul. Pada level
kelima, konsumen sangat cenderung membeli ulang dan bahkan menyampaikan cerita
pujian tentang perusahaan.
Kepuasan atau rasa senang yang tinggi menciptakan ikatan emosional dengan
merek atau perusahaan tersebut, tidak sekedar suka yang berlebihan. Persepsi
konsumen mengenai mutu suatu jasa dan kepuasan menyeluruh, mereka memiliki
beberapa indikator / petunjuk yang bisa dilihat. Konsumen mungkin tersenyum ketika
mereka berbicara mengenai barang atau jasa. Konsumen mungkin mengatakan
hal-hal yang bagus tentang barang atau jasa. Senyum suatu bukti bahwa seseorang puas,
cemberut sebaliknya mencerminkan kekecewaan.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan tentang sikap dan persepsi
konsumen mengenai barang / jasa dengan meneliti manifestasi yang terkait dengan
produk / jasa yang dilihat. Manifestasi yang terlihat adalah jawaban-jawaban yang
diberikan para pelanggan melalui pengisian kuesioner kepuasan konsumen. Kalau
kepuasan pelanggan dan mendemonstrasikan indikasi perilaku positif lainnya. Ketika
membentuk suatu kuesioner atau skala yang menilai sikap dan persepsi konsumen
dalam upaya membentuk kebutuhan konsumen, perlu mempertimbangkan isu ukuran
untuk menjamin bahwa skor yang diperoleh dari instrumen berupa kuesioner
mencerminkan informasi yang akurat tentang konstrak yang mendasarinya. Tekanan
pada isu pengukuran dalam kepuasan pelanggan sama pentingnya dengan isu
pengukuran mengenai instrumen yang dirancang untuk mengukur obyek berupa
barang yang bisa diraba (tangible).
2.4.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pelanggan Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan adalah:
a) Produk dan Layanan
Produk merupakan sebuah kompleksitas yang terdiri dari ciri-ciri wujud
suatu barang yang dihasilkan, sedangkan layanan merupakan penerapan usaha
manusia dan usaha mekanis kepada manusia atau objek.
b) Kegiatan layanan terdiri dari variabel pesan, sikap, dan perantara
Variabel pesan dalam kegiatan layanan dapat berupa komunikasi baik itu dari
konsumen yang berbentuk permintaan dan dari penyedia jasa dalam bentuk
penawaran. Sikap lebih ditekankan pada bagaimana perusahaan sebagai penyedia
jasa dalam melayani dan memenuhi kebutuhan konsumen yang tentunya dlam hal
ini peran pegawai (karyawan) sangat dibutuhkan sebagai barisan depa sebuah
c) Layanan penjualan terdiri variabel layanan pendukung tertentu
Layanan setelah penjualan produk maupun jasa berperan penting dalam
kesuksesn perusahaan, karena dengn adanya nilai jual yang berkualitas
perusahaan akan diberi kesempatan sekali lagi untuk memuaskan konsumennya,
bahkan tidak jarang bila konsumen ingin membeli suatu produk maupun jasa ke
suatu perusahaan akan lebih dulu menanyakan bagaimana layanan setelah
penjualan. ( Rangkuti, 2005 : 83 ).
2.4.3. Metode Pengukuran Kepuasan Pelanggan
Ada beberapa metode yang dapat dipergunakan untuk mengukur dan
memantau kepuasan konsumen. Tjiptono (2006:148) mengemukakan terdapat empat
metode untuk mengukur kepuasan konsumen. Tetapi penulis disini hanya
menggunakan 2 metode yang sesuai dengan variabel-varibel penelitian ini,yaitu:
1. Survei kepuasan konsumen
Melalui survei, perusahaan akan memperoleh tanggapan dan umpan balik
secara langsung dari konsumen dan sekaligus juga memberikan tanda (signal) positif
bahwa perusahaan menaruh perhatian terhadap konsumen. Pengukuran kepuasan
dapat dilakukan dengan cara Directly reported satisfaction.
Directly reported satisfaction adalah Pengukuran yang dapat dilakukan secara
langsung, melalui pertanyaan kepada pelanggan dengan skala berikut : sangat tidak
2.5.Kerangka Berpikir
Komunikasi Antarpribadi yang efektif mempunyai pengaruh penting bagi
semua kegiatan. Oleh karena itu para pegawai dan para costumer perlu memahami
dan menyempurnakan kemampuan komunikasi mereka. Untuk memahami
komunikasi ini dengan mudah perlu terlebih dahulu mengetahui konsep-konsep dasar
komunikasi. Aktivitas komunikasi di perkantoran senantiasa disertai dengan tujuan
yang ingin dicapai. sesama dalam kelompok dan masyarakat. Budaya komunikasi
dalam konteks komunikasi Antarpribadi harus dilihat dari berbagai sisi. Dari sisi
pegawai loket dan costumer atau dari sisi sebaliknya. Di antara kedua belah pihak
harus ada two-way-communications atau komunikasi dua arah atau komunikasi
timbal balik, untuk itu diperlukan adanya kerja sama yang diharapkan untuk
mencapai kepuasan pelanggan.
Dengan terlaksananya komunikasi Antarpribadi yang efektif ole para pegawai
loket maka dapat menciptakan kepuasan pelanggan. Kepuasan merupakan sesuatu
yang berhubungan dengan kenyamanan. Seperti pengertian Fandy Tjiptono yang
dikutip dari Philip kotler menjelaskan bahwa: “Kepuasan adalah tingkat perasaan
seseorang setelah membandingkan antara kinerja (hasil) yang dirasakan dibandingkan
dengan harapannya”. Kepuasan costumer di PT.POS INDONESIA (PERSERO)
SERANG ini belum mencapai titik yang maksimal. Kepuasan costumer ini bisa kta
lihat bagaimana proses komunikasi Antarpribadi yang digunakan oleg pegawai loket
dalam melayani costumer yang ingin membayar tagihan.
Antarpribadi. Menurut Devito seperti yang dijabarkan diatas, karakteristik efektivitas
ini dilihat melalui tiga sudut pandang, antara lain sudut pandang humanistic, sudut
pandang pragmatis, dan sudut pandang pegaulan social. ( De Vito, 2011 : 285 ).
Namun dalam penelitian ini penulis melihat sudut pandang humanistic
dirasakan lebih cocok untuk digunakan dalam efektivitas Antarpribadi antara pegawai
loket dan customer. Dalam sudut pandang humanistic ini terdapat lima kualitas umum
yang dijadikan ciri, antara lain:
1. Keterbukaan (openness)
2. Empati (empathy)
3. Dukungan (supportiveness)
4. Rasa Positif (positiveness)
5. Kesetaraan (equality)
Maksud dari ciri-ciri karakteristik ini sudah dibahas di atas bagaimana proses
bekerjanya suatu komunikasi agar menjadi efektif.
Berdasarkan penjelasan diatas penulis merangkum bahwa dalam proses
pelayanan pasti berlangsung adanya komunikasi antarpribadi seperti yang dijelaskan
di atas. Komunikasi pada tahap pelayanan pasti berlangsung face to face atau tatap
muka. Komunikasi Antarpribadi pada pelayanan dapat dikatakan efektif apabila dapat
mengubah perilaku orang lain. Segi efektifnya adalah adanya arus balik langsung
yang dapat ditangkap komunikator/costumer maupun secara nonverbal dalam bentuk
Kepuasan konsumen dapat tercipta jika pada setiap elemen-elemen pencapain
komunikasi Antarpribadi di ikuti oleh proses komunikasi antarpribadi yang dilakukan
oleh pegawai loket terhadap costumer. Suatu tanggapan atau respon yang diberikan
oleh konsumen berarti komunikasi Antarpribadi yang digunakan oleh pegawai loket
sudah efektuf.
Dari penjelasan di atas, kerangka pemikiran dapat di gambarkan dengan skema
sebagai berikut :
Tabel 2.1. Kerangka Teori
Bagan Efektivitas Komunikasi Terhadap Kepuasan Pelanggan
Sistem Online Payment Point (SOPP)
PT.POS INDONESIA
Proses Kom. Antar Pribadi (Menurut Devito) Openess , Suportiveness Emphaty , Positveness , & Equality
Pengukuran Kepuasan Konsumen
1. Survei Kepuasan Konsumen (Directly reported
Pada loket pembayaran SOPP di PT.Pos Indonesia menarik perhatian lebih karena memiliki pengunjung yang lebih banyak dari loket lainnya. Pada proses inilah bisa
dilihat bagaimana proses pelayan pegawai.
Terciptanya suatu kepuasan konsumen apabila dalam tahap pembayaran
terdapat proses komunikasi Antarpribadi efektif dapat di lihat dan di rasakan
langsung oleh konsumen PT.Pos Indonesia Serang sendiri. Komunikasi Antarpribadi
yang efektif menurut Devito mempunyai 5 tahapan yang di berikan, keterbukaan
dalam pengetahuan pegawai yang akurat dan memuaskan, Dukungan mencakup
kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf bebas,
sedangkan Empati disini mencakup komunikasi yang baik, perhatian pribadi, dan
memahami kebutuhan para konsumen, Rasa Positif maksudnya para pelaku
komunikasi harus menunjukkan sikap yang positif dan menghargai keberadaan orang
lain sebagai seseorang yang penting. Yang terakhir Equality (kesetaraan) maksudnya
penerimaan dan persetujuan terhadap orang lain yang menjadi lawan bicara.
Kesetaraan dalam komunikasi antarpribadi harus ditunjukan dalam proses pergantian
peran sebagai pembicara dan pendengar. Untuk kelima tahap ini dinilai kepuasan
pelanggannya dengan menggunakan metode survey (Directly reported satisfaction)
sesuai dengan penilaian kebutuan yang diperlukan oleh penulis.
Dari hasil kelima elemen tersebutlah bisa kita ambil kesimpulan bahwa jika
komunikasi Antarpribadi yang di berikan pegawai loket PT.Pos Indonesia dalam
loket SOPP sudah cukup maksimal maka akan menciptakan kepuasan kepada
2.7. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berfikir yang telah di kemukakan di atas, penulis
mengajukan hipotesis sebagai berikut : Adanya hubungan yang signifikan antara
pengaruh komunikasi Antarpribadi loket Sistem Online Payment Point (SOPP) dalam
meningkatkan kepuasan customer di PT. Pos Indonesia (Persero) Serang.
Selanjutnya hipotesis tersebut di uji secara statistic sehingga menjadi :
1. Ho = 0 , Tidak ada pengaruh komunikasi Antarpribadi pegawai loket Sistem
Online Payment Point (SOPP) dalam meningkatkan kepuasan customer di
PT. Pos Indonesia (Persero) Serang.
2. Ha 0 , ada pengaruh komunikasi Antarpribadi pegawai loket Sistem Online
Payment Point (SOPP) dalam meningkatkan kepuasan customer di PT. Pos
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. METODE PENELITIAN
Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data kuantitatif adalah
data yang berbentuk angka, atau data kualitatif yang diangkakan. Dalam penelitian ini
menggunakan angka – angka, data – data yang terukur dan konkret (tangible), mulai
dari pengumpulan, penafsiran data tersebut, serta penampilan dan hasilnya. Dalam
penelitian kuantitatif, periset dituntut bersikap objektif dan memisahkan diri dari data.
Artinya, periset tidak boleh membuat batasan konsep maupun alat ukur data
sekehendak hatinya sendiri. Semuanya harus objektif dengan diuji dahulu apakah
batasan konsep dan alat ukurnya sudah memenuhi prinsip reliabilitas dan validitas.
(Kriyantono, 2009:55).
Metode penelitian yang akan dilakukan oleh penulis adalah dengan cara
mengikuti prosedur metode kuantitatif yang telah di jelaskan diatas. Pertama, penulis
ingin mengumpulkan data-data yang dibutuhkan untuk penelitian ini. Mengamati
sebentar bagaimana proes pembayaran di loket SOPP itu berjalan. Lalu setelah itu
melakukan pemprosesan data dengan menyebarkan kertas-kertas pertanyaan untuk
mendapatkan jawaban pengkuran kepuasan. Alat ukur yang digunakan juga sesuai
Jenis penelitiannya adalah penelitian eksplanatif,. Pendekatan eksplantif
dimaksudkan untuk menjelaskan karena merupakan penelitian yang berusaha
berusaha menjelaskan korelasi variable x dan variable y. (Bungin,2009:48).
Variabel x dalam penelitian yaitu komunikasi antar pribadi dan variabel y dalam
penelitian ini adalah kepuasan pelanggan.
3.2. Intrument Penelitian
Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena
social maupun alam, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian
ini biasanya dinamakan instrument penelitian. Jadi, instrument penelitian adalah
suatu alat yang digunakan oleh penelitian dalam mengumpulkan data.
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adala
sebagai berikut :
1. Kuesioner
Kuesioner, yaitu merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden ntuk
dijawabnya. Kuesioner yang akan dibuat oleh peneliti berisi tentang pertanyaan
sesuai dengan objek penelitian yang nantinya akan disebarkan kepada responden
yang telah ditentukan. Kuesioner ini dibuat berdasarkan pada pedoman kerangka
operasional (operasional variabel). Adapun tujuan dilakukannya penyebaran angket
waktu relative singkat. Sistem pertanyaannya menggunakan pertanyaan tertutup
berupa pertanyaan yang jawabannya sudah disediakan oleh peneliti, sehingga
responden tinggal memilih salah satu jawaban yang sudah disediakan dengan
memberikan tanda, misalnya cheklis dikolom yang ada alternative jawabannya. Data
yang dibutuhkan dalam angket ini berupa data responden dan data penelitian.
(Kriyantono, 2006 : 95 ).
Skala yang digunakan dalam kuesioner atau angket dalam penelitian ini
menggunakan skala Ordinal. Skala Ordinal digunakan untuk mengukur berdasarkan
ranking dari jenjang yang paling tinggi ke jenjang yang paling rendah atau
sebaliknya. Namun jarak antar jenjang tidak sama.sikap,Misalkan, ranking,
kepangkatan militer, atau tingkatan kepuasan. Untuk skala instrument meggunaka
skala Likert berdasarkan pendapat, dan persepsi sesorang atau sekelompok orang
tentang fenomena social. Dengan skala Likert, variabel yang akan di ukur dijabarkan
menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak
untuk menyusun item-item instrument y Pada skala Likert terdapat beberapa
pertanyaan yang diurutkan secara hirarkis untuk melihat sikap tertentu seseorang.
Dan dapat berupa pertanyaan atau pernyataan. Jawaban setiap item instrument yang
menggunakan skala Likert mempunyai ukuran dari sangat positif sampai sangat
negative, yang dapat berupa kata-kata antara lain : Sangat Baik (SB) dengan nilai 5,
Baik (B) dengan nilai 4, Ragu-ragu (R) dengan nilai 3, Tidak Baik (TB) dengan nilai
2, dan yang terakhir Sangat Tidak Baik (STB) dengan nilai 1. (Kriyantono, 2006 :
2. Studi Kepustakaan
Penelitian kepustakaan adalah dilakukan dengan cara mencari data atau
informasi penelitian melalui membaca jurnal ilmiah, buku-buku referensi, dan
bahan-bahan publikasi yang tersedia di perpustakaan. ( Silalahi, 2010 : 289 ).
3. Studi Lapangan langsung
Studi ini merupakan pengumpulan data yang dibutuhkan dengan cara turun
langsung ke lokasi penelitian. (Bungin, 2005 : 134 ).
3.3. POPULASI DAN SAMPEL 3.3.1. Populasi
Populasi adalah semua bagian atau anggota yang diamati (Elvinaro, 2010).
Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh public yang datang untuk melakukan
pembayaran rekening SOPP ke kantor pos selama 1 hari. Setelah melakukan riset data
ke PT.Pos Indonesia cabang Serang didapatkan 1 hari pelanggan SOPP ada 187
orang, di kalikan dengan jumlah total kerja sebulan (24 hari) jadi 4488 orang/bulan.
3.3.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diteliti dan
biasanya mewakili keseluruhan populasi yang dimiliki oleh populasi tersebut. Metode
dari pemilihan sampel untuk penelitian ini adalah probability sampling dengan jenis
sampling adalah teknik sampling untuk memberikan peluang yang sama pada setiap
anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Sedangkan Simple random
sampling adalah cara pengambilan sampel dari anggota populasi dengan
menggunakan acak tanpa memperhatikan strata tingkatan dalam anggota populasi
tersebut. (Kriyantono, 2006 : 152 ).
Tekhnik pengambilan sampel (Solvin) (Kriyantono, 2006 : 162 ).
n = jumlah sampel yang dicari
N = Jumlah populasi
(Ne = N.d) d = Nilai presisi
Populasi yang didapat dalam penelitian ini sejumlah 4584 orang pelanggan. Dengan
tingkat keberhasilan 88% dan tingkat kesalahan 12%, maka didapat :
Jumlah penghitungan sampel diatas adalah 44,01 diubah menjadi 44. Dengan
demikian maka sampel pada penelitian kali ini sebanyak 44 orang pelanggan
responden dengan ketentuan yang melakukan transaksi pembayaran di loket sistem
3.4. Teknik Pengolahan Data
Tahap-tahap pengolahan data yaitu sebagai berikut :
1) Pengeditan (Editing)
Editing adalah kegiatan yang dilakukan setelah peneliti selesai menghimpun
data di lapangan. Proses pengeditan dimulai dengan memberi identitas pada
instrument penelitian yang telah terjawab, kemudian memeriksa satu per satu
lembaran instrument pengumpulan data, kemudian memeriksa poin-poin serta
jawaban yang tersedia. Data yang akan diproses diperoleh dari hasil
penyebaran angket / koesioner oleh peneliti. (Kriyantono, 2006 : 201 ).
2) Pemrosesan data
Pemrosesan dan analisis data dalam penelitian ini menggunakan bantuan
program computer statistic agar lebih cepat, lebih akurat dan efisien.
(Kriyantono, 2006 : 208 ).
3) Tabulasi
Tabulasi merupakan bagian terakhir dari pengolahan data. Maksud tabulasi
adalah memasukan data pada tabel-tabel tertentu dan megatur angka-angka
serta menghitungnya. Pada penelitian ini peneliti menggunakan skala
pengukuran Likert dengan mengunakan skala Ordinal. Skala Likert digunakan
untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok
Alternatif jawaban dari setiap pertanyaan koesioer dapat berupa :
Tabel 3.1. Skala Likert
Alternatif Jawaban Nilai Jawaban
Sangat Baik 5
Baik 4
Ragu-ragu 3
Tidak Baik 2
Sangat Tidak Baik 1
Tabel 3.1. Skala Ordinal diolah oleh peneliti (Sumber : Sugiyono 2008:9)
3.5. Analisis Data
Analisis data dilakukan setelah peneliti mengumpulkan seluruh data dan
informasi yang diperlukan dalam suatu penelitian. Analisis data dimaksudkan untuk
menganalisis data dari hasil catatan lapangan, atau dari sumber informasi yang
diperoleh. (Kriyantono, 2006 : 200 ).
3.5.1. Uji Validitas Data
Validitas dimaksudkan untuk menyatakan sejauh mana instrument
(kuesioner) akan mengukur apa yang ingin diukur. Artinya, alat ukur yang
digunakan benar-benar dapat mengukur sifat objek yang diteliti atau mengukur
sifat yang lain. (Kriyantono, 2006 : 188 ). Peneliti menggunakan SPSS (Statistic
Product and Service Solution) versi 19.00 for windows untuk melakukan uji