• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERATURAN BUPATI NOMOR 1 TAHUN 2020 TENTANG PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BUOL,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERATURAN BUPATI NOMOR 1 TAHUN 2020 TENTANG PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BUOL,"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

Menimbang :

BUPATI B U O L

PRO VINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN BUPATI

NOMOR 1 TAHUN 2020 TENTANG

PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BUOL,

a. bahwa dengan meningkatnya kesejahteraan pegawai negeri sipil dapat mendorong peningkatan produktivitas keija dan peningkatan disiplin keija untuk membantu kepala daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah mewujudkan tujuan pembangunan;

b. bahwa tambahan penghasilan bagi Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Buoi Tahun 2020 dapat mendorong kineija pelayanan dan disiplin kerja Pegawai Negeri Sipil sehingga perlu diberikan dengan menentukan kriteria dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah;

c. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 58 ayat (4) juncto ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, Peraturan Pemerintah yang menjadi pedoman Pemberian Tambahan Penghasilan kepada Pegawai Aparatur Sipil Negera Daerah belum ditetapkan maka Kepala Daerah dapat memberikan tambahan penghasilan dengan Peraturan Kepala Daerah setelah memperoleh persetujuan Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam negeri;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Tambahan Penghasilan Bagi Pegawai Negeri Sipil;

(2)

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Buoi, Kabupaten Morowali dan Kabupaten Banggai Kepulauan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 179, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3900), sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Buoi, Kabupaten Morowali dan Kabupaten Banggai Kepulauan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3966);

2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 42 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6322);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL.

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini, yang dimaksud dengan :

1. Tambahan Penghasilan Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat TPP adalah tunjangan yang diberikan oleh Pemerintah Kabupaten Buoi kepada Pegawai Negeri Sipil yang bekeija pada Pemerintah Kabupaten Buoi yang memenuhi kriteria dalam jangka waktu penilaian dalam upaya meningkatkan kineija, meningkatkan disiplin, meningkatkan pelayanan publik dan pelayanan aparatur, serta meningkatkan kesejahteraan.

2. Besaran Tambahan Penghasilan Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut Besaran TPP adalah jumlah nilai TPP dalam 1 (satu) bulan yang ditetapkan bagi setiap Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi kriteria sebelum dikurangi dengan basii produktivitas keija, tingkat kehadiran dan/atau hukuman disiplin, termasuk pajak penghasilan.

(3)

3. Tambahan Penghasilan Pegawai Negerì Sipil produktivitas keija yang selanjutnya disebut TPP produktivitas keija adalah jumlah nilai TPP dalam 1 (satu) bulan bagi setiap Pegawai Negeri Sipil yakni 60% (enam puluh perseratus) dari besaran TPP.

4. Tambahan Penghasilan Pegawai Negeri Sipil disiplin kerja yang selanjutnya disebut TPP disiplin keija adalah jumlah nilai TPP dalam 1 (satu) bulan bagi setiap Pegawai Negeri Sipil yakni 40% (empat puluh perseratus) dari Besaran TPP.

5. Pegawai Negeri Sipil Yang Dipekeijakan yang selanjutnya disebut Pegawai Yang Dipekeijakan adalah Pegawai Negeri Sipil yang melaksanakan tugas di luar Instansi induknya yang gajinya dibebankan pada Instansi induknya.

6. Jabatan Struktural adalah suatu kedudukan yang menunjukkan tanggung jawab, wewenang dan hak PNS dalam rangka memimpin secara struktural.

7. Jabatan Fungsional yang selanjutnya disingkat JF adalah sekelompok Jabatan yang berisi fungsi dan tugas berkaitan dengan pelayanan fungsional yang berdasarkan pada keahlian dan keterampilan tertentu.

8. Jabatan Pelaksana adalah sekelompok PNS yang bertanggung jawab melaksanakan kegiatan pelayanan publik serta

administrasi pemerintahan dan pembangunan.

9. Disiplin adalah perilaku PNS untuk bekeija sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

10. Hukuman disiplin adalah hukuman disiplin yang dijatuhkan kepada PNS karena melanggar peraturan disiplin pegawai negeri sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

11. Hari Keija adalah hari yang digunakan PNS untuk bekeija selama 5 (lima) hari keija mulai Hari Senìn sampai dengan Hari Jumat atau selama 6 (enam) hari keija mulai Hari Senin sampai dengan Hari Sabtu yang berlaku pada Pemerintah Kabupaten Buoi untuk waktu 37.50 (tiga puluh tujuh koma lima puluh) jam per minggu.

12. Cuti Besar adalah hak PNS untuk tidak masuk keija yang diizinkan oleh Pejabat yang berwenang dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan.

13. Cuti di Luar Tanggungan Negara adalah hak PNS untuk tidak masuk keija yang diizinkan oleh Pejabat yang berwenang dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun.

14. Cuti karena alasan penting adalah hak PNS untuk tidak masuk keija yang diizinkan oleh Pejabat yang berwenang karena ibu, bapak, isteri/suami, anak, adik, kakak, mertua atau menantu sakit keras atau meninggal dunia, atau PNS yang bersangkutan melangsungkan perkawinan pertama atau karena alasan lainnya untuk jangka waktu sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

15. Cuti Tahunan adalah hak PNS untuk tidak masuk kerja yang diizinkan oleh Pejabat yang berwenang dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) Hari Keija.

(4)

16. Cuti Melahirkan adalah kondisi PNS wanita yang tidak masuk keija karena persalinan yang pertama, kedua dan persalinan ketiga sejak diangkat sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil.

17. Cuti Bersama adalah harì yang dinyatakan untuk tidak masuk keija secara Nasional yang ditindaklanjuti dengan penetapan atau surat edaran Bupati atau Pejabat yang ditunjuk.

18. Apel pagi adalah apel yang dilakukan di halaman kantor atau tempat lain yang ditentukan pada hari keija Senin sampai hari Kamis.

19. Kabupaten adalah Kabupaten Buoi.

20. Pemerintah Daerah adalah Bupati sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah yang menjadi kewenangan daerah otonom.

21. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Bupati dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah Kabupaten. 22. Bupati adalah Bupati Buoi.

23. Bagian adalah Bagian lingkup Sekretariat Daerah.

24. Unit Pelaksana Teknis Dinas yang selanjutnya disingkat UPTD adalah Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Dinas Derah. 25. Unit Pelaksana Teknis Badan yang selanjutnya disingkat UPTB

adalah Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan Provinsi. 26. Rumah Sakit adalah Rumah Umum Daerah yang menjadi

kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten. BAB II

KRITERIA Pasal 2 TPP Tahun 2020 diberikan kepada: a. PNS; dan

b. Pegawai yang Dipekeijakan yang memenuhi syarat. Pasal 3

TPP diberikan berdasarkan kriteria : a. beban keija;

b. kondisi keija;

c. kelangkaan profesi; d. prestasi keija; dan e. tempat bertugas.

Pasal 4

(1) TPP berdasarkan beban keija sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a diberikan kepada PNS yang dalam melaksanakan tugas melampaui beban keija normal atau batas waktu normal paling rendah 112,5 jam perbulan (seratus dua belas koma lima jam perbulan).

(2) Besaran TPP berdasarkan beban keija sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebesar 40% (empat puluh persen) dari besaran basic TPP.

(5)

Pasal 5

(1) TPP berdasarkan kondisi kerja sebagaimana dimaksud daiam Pasal 3 huruf b diberikan kepada PNS yang melaksanakan tugas dan tanggung jawab memiliki resiko tinggi berupa resiko kesehatan, keamanan jiwa, dan lainnya.

(2) TPP berdasarkan kondisi kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yakni seluruh PNS yang melaksanakan tugas pada kriteria sebagai berikut:

a. pekerjaaan yang berkaitan langsung dengan penyakit menular;

b. pekerjaaan yang berkaitan langsung dengan bahan lamia berbahaya/radiasi/bahan radiokatif;

c. pekeijaan yang berisiko dengan keselamatan kerja;

d. pekerjaan yang berisiko dengan aparat pemeriksa dan penegak hukum;

e. pekerjaan ini satu tingkat di bawahnya tidak ada pejabatnya; dan/atau

f. pekeijaan ini satu tingkat di bawahnya sudah didukung oleh jabatan fungsional dan tidak ada Jabatan struktural di bawahnya.

(3) Besaran TPP berdasarkan kondisi kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebesar 10% (sepuluh persen) dari besaran basic TPP.

Pasal 6

(1) TPP berdasarkan kelangkaan profesi sebagaimana dimaksud daiam Pasal 3 huruf c diberikan kepada PNS yang melaksanakan tugas pada kriteria sebagai berikut:

a. keterampilan yang dibutuhkan untuk pekeijaan ini bersifat khusus; atau

b. kualifikasi PNS Pemerintah Daerah tidak ada atau sangat terbatas yang bisa memenuhi pekeijaan dimaksud.

(2) TPP berdasarkan kelangkaan profesi diberikan kepada PNS yang melaksanakan tugas pada jabatan pimpinan tertinggi dì Pemerintah Daerah.

(3) Besaran TPP berdasarkan kelangkaan profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit 10% (sepuluh persen) dan paling banyak 50% (lima puluh persen) dari besaran basic

TPP.

Pasal 7

(1) TPP berdasarkan prestasi kerja sebagaimana dimaksud daiam Pasal 3 huruf d diberikan kepada PNS yang memiliki prestasi kerja sesuai bidang keahliannya dan diakui oleh pimpinan di atasnya.

(2) Besaran TPP berdasarkan prestasi kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebesar 60% (enam puluh persen) dari besaran basic TPP.

(6)

Pasal 8

(1) TPP berdasarkan tempat tu gas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf e diberikan kepada PNS yang dalam melaksanakan tugasnya berada di Daerah yang memiliki tingkat kesulitan tinggi.

(2) Besaran TPP berdasarkan tempat tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebesar 10% (sepuluh persen) dari basic TPP.

Pasal 9

(1) Syarat Pegawai Yang Dipekeijakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf b meliputi:

a. apabila yang bersangkutan telah diangkat dalam Jabatan Struktural sepanjang tidak memperoleh tunjangan penghasilan atau tunjangan yang dipersamakan dari Instansi asalnya; atau

b. tidak menduduki Jabatan Struktural dengan ketentuan: 1. telah melaksanakan tugas pada Pemerìntah Daerah

paling singkat 1 (satu) tahun; dan

2. tidak memperoleh tunjangan penghasilan, tunjangan kineija atau tunjangan yang dipersamakan dari Instansi asalnya.

(2) Jatuh tempo pemberian TPP bagi Pegawai Yang Dipekeijakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b angka 1 terhitung sejak bulan Januari Tahun berikutnya.

Pasal 10 TPP tidak diberikan kepada PNS: a. berstatus sebagai CPNS;

b. diperbantukan/dipekeijakan pada instansi lain;

c. PNS Daerah lain/Instansi Vertikal yang berstatus pegawai titipan;

d. diberhentikan sementara dari jabatan negeri karena ditahan oleh pihak yang berwenang karena melakukan tindak pidana; e. diberhentikan dan sedang mengajukan banding administratif

kepada Badan Pertimbangan Kepegawaian serta tidak diizinkan masuk bekeija atau mengajukan gugatan kepada Pengadilan Tata Usaha Negara;

f. sedang menjalani tugas belajar;

g. sedang menjalani Cuti Besar atau Cuti di Luar Tanggungan Negara;

h. sedang menjalani masa bebas tugas untuk masa persiapan pensiun;

i. guru dan pengawas sekolah; atau

j. secara nyata tidak melaksanakan tugas/jabatan/pekeijaan tertentu berdasarkan pemyataan dari atasan langsung.

(7)

Pasal 11

(1) PNS Pindahan dari Provinsi Lain atau Kabupaten/Kota diberikan TPP apabila:

a. gaji PNS yang bersangkutan telah dibayarkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; dan

b. telah mengabdi pada Pemerintah Daerah paling singkat 1 (satu) tahun yang dibuktikan dengan surat pemyataan melaksanakan tugas yang ditandatangani oleh Kepala Perangkat Daerah mengacu pada tahun pindah.

(2) Jatuh tempo pemberian TPP bagi PNS Pindahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b yakni bulan Januari Tahun berikutnya.

BAB III

BESARAN DAN PERUBAHAN NILAI TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI

Pasal 12

(1) Besaran TPP dihitung berdasarkan parameter sebagai berikut:

a. Kelas Jabatan;

b. Indeks Kapasitas Fiskal Daerah; c. Indeks Kemahalan Konstruksi; dan

d. Indeks Penyelenggaraan Pemerintah Daerah.

(2) Perhitungan besaran TPP berdasarkan parameter sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menggunakan rumus sebagai berikut:

besaran Tunjangan Kineija Badan Pemeriksa Keuangan per Kelas Jabatan sesuaì ketentuan peraturan perundang- undangan kalì indeks kapasitas fiskal daerah kali Indeks Kemahalan Konstruksi kali Indeks Penyelenggaraan Pemerintah Daerah.

(3) Hasil perhitungan rumus sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan besaran TPP tertinggi Per Kelas Jabatan.

Pasal 13

(1) Besaran TPP menurut Kelas Jabatan mempertimbangkan Kriteria sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan disesuaikan dengan kemampuan keuangan daerah.

(2) Besaran TPP menurut kelas Jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam lampiran I yang merupakan bagìan tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

(8)

Pasal 14

Perubahan besaran TPP setiap PNS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) dalam tahun berkenaan hanya berlaku bagi:

a. PNS yang memperoleh promosi dalam Jabatan Struktural; dan

b. Pegawai Yang Dipekeijakan yang mendapat promosi dalam Jabatan Struktural.

Pasal 15

Dalam hai teijadi mutasi PNS antar Perangkat Daerah dalam tahun beijalan berlaku ketentuan sebagai berikut:

a. pembebanan anggaran pada Perangkat Daerah asai;

b. penilaian pemberian TPP pada Perangkat Daerah yang barn; dan

c. perubahan anggaran dan besaran TPP yang bersangkutan pada Perangkat Daerah yang barn dapat dilakukan pada Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

BAB IV

PENILAIAN PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI Bagian Kesatu

Umum Pasal 16 Penilaian pemberian TPP terdiri atas: a. produktivitas keija; dan

b. disiplin kerja.

Pasal 17

(1) Penilaian produktivitas keija sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf a sebesar 60% (enam puluh perseratus) dari Besaran TPP.

(2) Penilaian disiplin keija sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf b sebesar 40% (empat puluh perseratus) dari besaran TPP.

Bagian Kedua

Penilaian Produktivitas Keija Pasal 18

(1) Penilaian produktivitas keija dilakukan berdasarkan pelaksanaan tugas sesuai uraian tugas jabatan/kineija.

(2) Setiap PNS wajib membuat laporan produktivitas keija mengacu pada pelaksanaan tugas dan uraian jabatan/kineija sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(9)

(3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibuat secara manual setiap hari kineija.

(4) Laporan produktivitas keija dinilai oleh atasan langsung secara beijenjang sebagai berikut :

a. pejabat pelaksana dinilai oleh pejabat pengawas (eselon IV);

b. pejabat pengawas (eselon IV) dinilai oleh pejabat administrator (eselon III);

c. pejabat administrator (eselon III) dinilai oleh pejabat pimpìnan tinggi pratama;

d. kepala UPT dinilai oleh pejabat pimpinan tinggi pratama; e. untuk rumah sakit Daerah berlaku ketentuan:

1) Pejabat pengawas (eselon IV) dinilai oleh pejabat administrator (eselon 1II.B).

2) Pejabat administrator (eselon III.B) dinilai oleh Direktur.

3) Direktur dinilai oleh pejabat pimpinan tinggi pratama. f. Kepala Bagian Sekretariat Daerah dinilai oleh Asisten; g. Asisten/Kepala Perangkat Daerah dinilai oleh Sekretaris

Daerah;dan

h. Laporan Sekretaris Daerah dinilai secara self assessment.

Pasal 19

(1) Perhitungan nilai indikator aspek produktivitas keija sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 sebagai berikut:

a. nilai 75 sampai dengan 100 diberi pemotongan TPP sebesar 0,0% (noi koma noi persen);

b. nilai 50 sampai dengan 74 diberi pemotongan TPP sebesar 0,7% (noi koma tujuh persen);

c. nilai 26 sampai dengan 49 diberi pemotongan TPP sebesar 1,1% (satu koma satu persen); dan

d. nilai kurang atau sama dengan 24 diberi pemotongan TPP sebesar 1,6% (satu koma enam persen).

(2) Nilai produktivitas keija sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan nilai laporan harian produktivitas keija yang memuat:

a. pelaksanaan tugas dan/atau fungsi sesuai jenjang jabatan; b. pelaksanaan tugas fungsional sesuai jabatan yang

diberikan; dan/atau

c. pelaksanaan tugas lain yang diberikan pimpinan.

(3) Pejabat Penilai wajib menilai secara obyektif dan bertanggung jawab setiap prestasi keija PNS.

(10)

(4) PNS yang tidak masuk kerja atau secara nyata tidak melaksanakan tugas diberikan nilai produktivitas keija sebesar 0% ,

(5) PNS yang melaksanakan tugas dinas luar diberikan nilai TPP produktivitas kerja sebesar 100%.

(6) Capaian produktivitas keija sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk bulan berkenaan dinilai oleh atasan langsung setiap tanggal 1 sampai dengan tanggal 5 bulan berikutnya.

(7) Format laporan dan penilaian produktivitas keija tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

Bagian Ketiga Penilaian Disiplin Keija

Pasal 20

Disiplin keija sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf b ditentukan berdasarkan indikator kehadiran PNS meliputì:

a. tidak masuk bekeija; b. tidak apel pagi;

c. pulang sebelum waktunya;

d. Tidak mengikuti upacara hari-hari besar;

e. Tidak mengikuti kegiatan keagamaan dan kegiatan pemerintahan lainnya; dan

f. Ketidakpatuhan membuat laporan harta kekayaan penyelenggara Negara, ketidakpatuhan terhadap Tuntutan Ganti Rugi Daerah dan Pengembalian Aset Daerah.

Pasal 21

(1) Tidak masuk bekeija sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf a merupakan kondisi PNS yang secara nyata tidak hadir tanpa alasan/keterangan yang sah.

(2) Alasan/keterangan yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputì:

a. menjalankan tugas dinas luar yang dibuktikan dengan Surat Perintah Tugas dari pimpinan;

b. sakit yang dibuktikan dengan Surat Keterangan sakit; c. cuti tahunan;

d. cuti melahirkan; dan

e. cuti karena alasan penting.

(3) PNS Tidak masuk keija sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan pengurangan sebesar 2,4% per hari dari nilai TPP disiplin keija.

(4) Tidak masuk keija karena alasan/keterangan yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b sampai dengan huruf e tidak dikenakan pengurangan TPP disiplin keija dan nilai TPP produktivitas keija.

(5) Tidak masuk keija karena tugas dinas luar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a diberikan nilai TPP disiplin keija dan nilai TPP produktivitas kerja.

10

(11)

Pasal 22

Tidak apel pagi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf b dikenakan pengurangan tingkat kehadiran sebesar 1% (satu persen) dari nilai TPP disiplin keija.

Pasal 23

PNS pulang sebelum waktunya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf c dikenakan pemotongan TPP sebesar 1,1% (satu koma satu persen) dari nilai TPP disiplin keija.

Pasal 24

PNS yang tidak mengikuti setiap kegiatan upacara nasional/daerah, kegiatan pemerintahan dan kegiatan hari besar agama yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud Pasal 20 huruf d dan huruf e dikenakan pemotongan sebesar 2,4% (dua koma empat persen).

Bagian Keempat

Hukuman Disiplin dan Menambah Hari Cuti Bersama Pasal 25

Selain pengurangan TPP disiplin keija sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 sampai dengan Pasal 24, pengurangan TPP disiplin keija juga dilakukan karena alasan:

a. hukuman disiplin; dan

b. menambah hari Cuti Bersama. Pasal 26

(1) PNS yang dijatuhi sanksi hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf a dikenakan pengurangan terhadap Besaran TPP sebagai berikut:

a. untuk Hukuman Disiplin Tingkat Ringan:

1. teguran lisan sebesar 20% (dua puluh perseratus) selama 2 (dua) bulan;

2. teguran tertulis sebesar 20% (dua puluh perseratus) selama 3 (tiga) bulan; dan

3. pemyataan tidak puas secara tertulis sebesar 20% (dua puluh perseratus) selama 4 (empat) bulan;

b. untuk Hukuman Disiplin Tingkat Sedang:

1. penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 (satu) tahun sebesar 30% (tiga puluh perseratus) selama 5 (lima) bulan;

2. penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun sebesar 30% (tiga puluh perseratus) selama 6 (enam) bulan; dan

(12)

3. penurunan pangkat setingkat lebih rendah sdama 1 (satu) tahun sebesar 30% (tiga puluh perseratus) sdama 7 (tujuh) bulan.

c. untuk Hukuman Disiplin Tingkat Berat:

1. penurunan pangkat setingkat lebih rendah sdama 3 (tiga) tahun sebesar 40% (empat puluh perseratus) sdama 8 (delapan) bulan;

2. pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah sebesar 40% (tiga puluh perseratus) sdama 9 (sembilan) bulan; dan

3. pembebasan dari jabatan sebesar 40% (empat puluh perseratus) sdama 10 (sepuluh) bulan.

(2) Pengurangan terhadap Besaran TPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan terhitung sejak bulan berikutnya sejak keputusan penjatuhan Hukuman Disiplin dinyatakan berlaku.

Pasal 27

Setiap PNS yang menambah hari Cuti Bersama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf b dikenakan pengurangan Besaran TPP sebesar 20% (dua puluh persen) per hari keija.

BAB V

CARA MENGHITUNG NILAI Pasal 28

Perhitungan besaran nilai TPP yang diterima merupakan nilai bersih sebelum pajak yang diterima setiap PNS sebagai hasil perhitungan nilai TPP setelah dikurangi dengan:

a. pemotongan produktivitas keija; b. pemotongan disiplin keija;

c. pemotongan hukuman disiplin.

d. pemotongan menambah hari cuti bersama. Pasal 29

(3) Nilai pengurang disiplin keija diperoleh dengan mengalikan jumlah persentase pemotongan dengan besaran nilai TPP.

(4) Nilai pengurang produktivitas keija diperoleh dengan mengalikan jumlah persentase pemotongan dengan besaran nilai TPP.

Pasal 30

(1) Nilai pengurang hukuman disiplin diperoleh dengan mengalikan jumlah persentase pemotongan dengan besaran TPP.

(2) Nilai pengurang menambah cuti bersama diperoleh dengan mengalikan jumlah persentase pemotongan dengan besaran TPP.

(13)

Pasal 31

Jumlah pemotongan TPP paling tinggi 100% (seratus persen). Pasal 32

Rumus perhitungan pemotongan besaran TPP yang diterìma PNS sebelum pajak sebagai berikut:

Jumlah TPP diterìma sama dengan total bobot kriteria TPP dikalikan besaran TPP dibagi 100% (seratus persen)

BAB VI

HARI KERJA DAN JAM KERJA Pasal 33

(1) Hari kerja PNS yakni harì Senin sampai dengan harì Jumat. (2) Hari keija PNS yang bekerja pada Perangkat Daerah Pelayanan

Umum yakni Hari Senin sampai dengan Hari Sabtu. Pasal 34

(1) Jam keija PNS, berlaku sebagai berikut:

a. Hari Senin sampai dengan Hari Kamis jam 07.30 sampai dengan jam 16.00; dan

b. Hari Jumat jam 07.00 sampai dengan jam 16.00. (2) Jam istirahat PNS, berlaku sebagai berikut:

' a. Harì Senin sampai dengan Hari Kamis jam 12.00 sampai dengan jam 13.00; dan

b. Hari Jumat jam 11.30 sampai dengan jam 13.00.

(3) Jam keija PNS pada Perangkat Daerah Pelayanan Umum ditetapkan oleh Kepala Perangkat Daerah mengacu pada jumlah jam kerja per minggu.

Pasal 35

(1) Setiap PNS wajib m e n a n d a t a n g a n i d a f t a r h a d i r ata u melakukan rekam kehadiran secara elektronik 2 (dua) kali setiap Harì Keija.

(2) Format daftar hadir secara manual tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

Pasal 36

(l)Waktu melakukan rekam kehadiran secara elektronik atau menandatangani daftar hadir secara manual, selain bulan Puasa sebagai berikut:

a. Hari Senin yaitu:

1. pagi jam 07.30 sampai dengan jam 08.00; dan 2. sore jam 16.00 sampai dengan jam 16.30; b. Hari Selasa sampai dengan Harì Kamis yaitu:

1. pagi jam 07.30 sampai dengan jam 07.45; dan 2. sore jam 16.00 sampai dengan jam 16.30;

(14)

c. Hari J umat y aitu :

1. pagi jam 07.00 sampai dengan jam 07.30; 2. sore jam 16.00 sampai dengan jam 16.30; dan

d. Hari upacara bulanan dan upacara lainnya berlaku untuk pagi yaitu jam 07.30 sampai dengan jam 08.30.

(5) Setiap PNS wajib mengikuti apel atau mengikuti upacara hari - hari besar nasional/daerah, kegiatan pemerintahan dan kegiatan hari besar agama.

(6) Setiap PNS yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikenakan pengurangan TPP karena tidak apel pagi.

(7) Jadwal waktu melakukan rekam kehadiran secara elektronik atau mendatangani daftar hadir secara manual pada bulan Puasa ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

(8) Waktu melakukan rekam kehadiran secara elektronik atau mendatangani daftar hadir secara manual pada Perangkat Daerah Pelayanan Umum ditetapkan oleh Kepala Perangkat Daerah.

Pasal 37

(1) Perangkat Daerah yang menggunakan shift keija, dapat melakukan penyimpangan waktu kepada PNS tertentu untuk melakukan rekam kehadiran secara elektronik atau menandatangani daftar hadir secara manual.

(2) Penyimpangan waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memperhatikan lama Hari Keija setiap hari.

(3) Waktu melakukan rekam kehadiran secara elektronik atau menandatangani daftar hadir secara manual setiap Hari Keija sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan oleh Kepala Perangkat Daerah.

Pasal 38

(1) PNS yang tidak melakukan rekam kehadiran elektronik atau menandatangani daftar hadir karena melaksanakan tugas khusus dinyatakan hadir apabila melampirkan bukti penugasan.

(2) Tugas khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. melakukan peijalanan dinas dalam dan luar Kabupaten; b. mengikuti pendidikan dan pelatihan kedinasan;

c. mengikuti seminar, workshop dan sosialisasi kedinasan. BAB VII

PERHITUNGAN DATA DAN MEKANISME PEMBAYARAN Pasal 39

(1) Hasil disiplin keija dan produktivitas keija setiap bulan dilakukan rekapitulasi oleh masing-masing:

a. Bagian Umum pada Sekretariat Daerah untuk Sekretaris Daerah, Asisten Sekretaris Daerah dan Staf Ahli Bupati; dan

b. Sub Bagian yang membidangi tugas kepegawaian untuk Perangkat Daerah.

(15)

(2) Rekapitulasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b bersumber dari data rekapitulasi setiap Perangkat Daerah berdasarkan data dukungan hasil disiplin keija dan produktivitas keija.

(3) Rekapitulasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c bersumber dari data rekapitulasi setiap Bagian berdasarkan dukungan data hasil disiplin kerja dan produktivitas keija. (4) Rekapitulasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disahkan

oleh masing-masing:

a. Sekretaris Daerah untuk hasil perilaku keija dan prestasi kerja dari Sekretaris Daerah, Asisten Sekretaris Daerah dan Staf Ahli Bupati;

b. Kepala Perangkat Daerah untuk hasil perilaku keija dan prestasi keija pada Perangkat Daerah;

c. Kepala Bagian untuk hasil perilaku keija dan prestasi keija pada Bagian Sekretariat Daerah; dan

d. Direktur untuk hasil perilaku keija dan prestasi keija pada Rumali Sakit.

(5) Format rekapitulasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

Pasal 40

(1) Bagian Umum atau Pejabat Penanggung Jawab membuat Surat Permintaan Pembayaran dan Surat Perintah Membayar TPP bagi Sekretaris Daerah, Asisten Sekretaris Daerah, Staf Ahli Bupati dan Bagian berdasarkan data rekapitulasi yang telah disahkan.

(2) Sub Bagian yang membidangi tugas keuangan atau Pejabat Penanggung Jawab pada Perangkat Daerah membuat Surat Permintaan Pembayaran dan Surat Perintah Membayar TPP bagi Perangkat Daerah berdasarkan data rekapitulasi.

(3) Surat Permintaan Pembayaran dan Surat Perintah Membayar TPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diajukan kepada Perangkat Daerah yang membidangi urusan pengelolaan keuangan daerah.

(4) Kepala Perangkat Daerah yang membidangi urusan pengelolaan keuangan daerah menerbitkan Surat Perintah Pembayaran Dana TPP berdasarkan Surat Permintaan Pembayaran dan Surat Perintah Membayar TPP sebagaimana dimaksud pada ayat (3).

(5) Penerbitan Surat Perintah Pembayaran Dana TPP sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilakukan paling lambat tanggal 15 setiap bulan.

Pasal 41

(1) TPP dibayarkan 12 (dua belas) kali setiap tahun sesuai kemampuan keuangan daerah.

(2) Permintaan pembayaran TPP diajukan pada bulan berikutnya paling lambat tanggal lima belas, kecuali untuk bulan

(16)

(3) Tata cara permintaan pembayaran ditetapkan sebagai berikut: a. Pejabat Penanggung Jawab mengajukan Surat Permintaan

Pembayaran Langsung (SPP-LS);

b. Surat Permintaan Pembayaran Langsung (SPP-LS) dilampiri dengan:

1. daftar perhitungan uang TPP yang telah disahkan oleh Pejabat Penanggung Jawab;

2. daftar rekapitulasi kehadiran meliputi : a) kehadiran apel;

b) Kehadiran melaksanakan tugas; c) kehadiran upacara;

d) kehadiran kegiatan keagamaan dan pemerintahan lainnya; dan

e) daftar rekapitulasi laporan produktivitas kerja. BAB Vili

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 42

(1) Kepala Perangkat Daerah, Kepala Bagian dan Direktur Rumah Sakit wajib melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas PNS di lingkungan kerjanya masing-masing.

(2) Kepala Perangkat Daerah, Kepala Bagian dan Direktur Rumah Sakit dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai dengan pemberian sanksi.

(3) Selain pemberian sanksi berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (2), PNS juga dikenakan sanksi berupa pemotongan TPP menurut Peraturan Bupati ini.

Pasal 43

PNS yang telah memperoleh TPP dapat menerima honorarium sesuai kemampuan keuangan daerah.

BAB IX

KETENTUAN PERALIHAN Pasal 44

Sebelum Peraturan Bupati ini diundangkan, tata cara penilaian dan perhitungan TPP tahun 2020 berpedoman pada Peraturan Bupati Nomor 58 Tahun 2018 tentang Pemberian Tambahan Penghasilan bagi Pegawai Negeri Sipil sebagaimana diubah dengan Peraturan Bupati Nomor 27 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Peraturan Bupati Nomor 58 Tahun 2018 tentang Pemberian Tambahan Penghasilan bagi Pegawai Negeri Sipil.

(17)

BAB X

KETENTUAN PENUTUP Pasal 45

Pada saat Peraturan Bupati ini mulai berlaku,

a. Peraturan Bupati Nomor 58 Tahun 2018 tentang Tambahan Penghasilan Bagi Pegawai Negeri Sipil; dan

b. Peraturan Bupati Nomor 27 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Peraturan Bupati Nomor 58 Tahun 2018 tentang Tambahan Penghasilan Bagi Pegawai Negeri Sipil.

dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 46

Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Buoi.

Ditetapkan di Buoi

pada tanggal, \Z Fcbrtori 2020

(18)

LAMPIRAN I

PERATURAN BUPAT1 BUOL NOMOR 1 TAHUN 2020 TENTANG

TAMBAHAN PENGHASILAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL

BESARAN NILAI

TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI (TPP) ASN TAHUN 2020

NO JABATAN KELAS BESARAN TPP/BULAN (Rp.) 1. SEKRETARIAT OAERAI 1 Sekretaris Daerah 15 10,445,025 Staf Ahli 13 4,906,471 Asisten 14 5,963,732 Kepala Bagian 12 4,636,527

Kepala Sub. Bagian 8 2,683,122

Pelaksana Kelas 6 6 1,349,096 Pelaksana Kelas 5 5 964,375 Pelaksana Kelas 3 3 682,149 2. SEKRETARIAT DPRD -Sekretaris DPRD 14 5,715,244 Kepala Bagian 11 4,136,094

Kepala Sub. Bagian 8 2,599,275

Pelaksana Kelas 6 6 1,349,096 Pelaksana Kelas 5 5 964,375 Pelaksana Kelas 3 3 682,149 3. INSPEKTORAT -Inspektur Inspektorat 14 6,212,221 Sekertaris Inspektorat 12 4,458,199 Inspektur Pembantu 11 4,136,094

Kepala Sub. Bagian 8 2,683,122

Pelaksana Kelas 6 6 1,349,096

Pelaksana Kelas 5 5 964,375

Pelaksana Kelas 3 3 682,149

Rumpun JFT

-Auditor Pelaksana 6 1,477,581

(19)

Auditor Penyelia 8 2,431,580

Auditor Pertama 8 2,515,427

Auditor Muda 9 2,712,368

Auditor M adya 11 4,136,094

Auditor Utama 13 5,352,513

Auditor Kepegawaian Pertama 8 2,515,427

Auditor Kepegawaian Muda 9 2,712,368

Auditor Kepegawaian Madya 11 3,860,354

4. DINAS KEPENDUDUKAN DAN CAPIL

-Kepala Dinas 14 5,715,244

Sekretaris Dinas 12 4,137,208

Kepala Bidang 11 3,998,224

Kepala Sub. Bagian/ Kepala Seksi 8 2,599,275

Pelaksana Kelas 6 6 1,349,096

Pelaksana Kelas 5 5 964,375

Pelaksana Kelas 3 3 682,149

5. DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

-Kepala Dinas 14 5,715,244

Sekretaris Dinas 12 4,137,208

Kepala Bidang 11 3,998,224

Kepala Sub. Bagian/ Kepala Seksi 8 2,599,275

Pelaksana Kelas 6 6 1,349,096 Pelaksana Kelas 5 5 964,375 Pelaksana Kelas 3 3 682,149 6. DINAS PERHUBUNGAN -Kepala Dinas 14 5,715,244 Sekretaris Dinas 12 4,137,208 Kepala Bidang 11 3,998,224

Kepala Sub. Bagian/ Kepala Seksi 8 2,599,275

Pelaksana Kelas 6 6 1,349,096

(20)

Kepala Bidang 11 3,998,224

Kepala Sub. Bagian/ Kepala Seksi 8 2,599,275

Pelaksana Kelas 6 6 1,349,096 Pelaksana Kelas 5 5 964,375 Pelaksana Kelas 3 3 682,149 8. DINAS SOSIAL -Kepala Dinas 14 5,715,244 Sekretaris Dinas 12 4,137,208 Kepala Bidang 11 3,998,224

Kepala Sub. Bagian/ Kepala Seksi 8 2,599,275

Pelaksana Kelas 6 6 1,349,096

Pelaksana Kelas 5 5 964,375

Pelaksana Kelas 3 3 682,149

9. DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

-Kepala Dinas 14 5,715,244

Sekretaris Dinas 12 4,137,208

Kepala Bidang 11 3,998,224

Kepala Sub. Bagian/ Kepala Seksi 8 2,599,275

Pelaksana Kelas 6 6 1,349,096

Pelaksana Kelas 5 5 964,375

Pelaksana Kelas 3 3 682,149

10. DINAS PERTANiAN DAN KETAHANAN PANGAN

-Kepala Dinas 14 5,715,244

Sekretaris Dinas 12 4,137,208

Kepala Bidang 11 3,998,224

Kepala Sub. Bagian/ Kepala Seksi 8 2,599,275

Pelaksana Kelas 6 6 1,349,096

Pelaksana Kelas 5 5 964,375

Pelaksana Kelas 3 3 682,149

Rumpun JET

-Penyuluh Pertanian Pelaksana Pemula 5 1,178,681

Penyuluh Pertanian Pelaksana 6 1,541,823

Penyuluh Pertanian Pelaksana Lanjutan 7 2,069,986

Penyuluh Pertanian Penyelia 8 2,515,427

(21)

Penyuluh Pertanian Muda 9 2,712,368

Penyuluh Pertanian Madya 11 3,998,224

Penyuluh Pertanian Utama 13 5,352,513

U PT Pem bihitan Tem ale

-Kepala UPTD 8 2,599,275

Kepala sub bagian. 8 2,599,275

Pelaksana Kelas 6 6 1,349,096

Pelaksana Kelas 5 5 964,375

Pelaksana Kelas 3 3 682,149

11. DINAS UNGKUNGAN HIDUP

-Kepala Dinas 14 5,715,244

Sekretaris Dinas 12 4,137,208

Kepala Bidang 11 3,998,224

Kepala Sub. Bagian/ Kepala Seksi 8 2,599,275

Pelaksana Kelas 6 6 1,349,096

Pelaksana Kelas 5 5 964,375

Pelaksana Kelas 3 3 682,149

UPT Laboratorìum Lingkungan Daerah

-Kepala UPTD 8 2,599,275

Kepala sub bagian. 8 2,599,275

Pelaksana Kelas 6 6 1,349,096 Pelaksana Kelas 5 5 964,375 Pelaksana Kelas 3 3 682,149 12. DINAS PERIKANAN -Kepala Dinas 14 5,715,244 Sekretaris Dinas 12 4,137,208 Kepala Bidang 11 3,998,224

Kepala Sub. Bagian/ Kepala Seksi 8 2,599,275

Pelaksana Kelas 6 6 1,349,096 Pelaksana Kelas 5 5 964,375 Pelaksana Kelas 3 3 682,149 13. D DESA, PERLI

NAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN VDUNGAN ANAK

(22)

-Kepala Sub. Bagian/ -Kepala Seksi 8 2,599,275 Pelaksana Kelas 6 6 1,349,096 Peiaksana Kelas 5 5 964,375 Pelaksana Kelas 3 3 682,149 14. D PERD

INAS KOPERASI,UKM,PERINDUSTRIAN DAN

AGANGAN

-Kepala Dinas 14 5,715,244

Sekretaris Dinas 12 4,137,208

Kepala Bidang 11 3,998,224

Kepala Sub. Bagian/ Kepala Seksi 8 2,599,275

Pelaksana Kelas 6 6 1,349,096

Pelaksana Kelas 5 5 964,375

Pelaksana Kelas 3 3 682,149

UPT Pengelolaan Pasar

-Kepala UPTD 8 2,599,275

Kepala sub bagian. 8 2,599,275

Pelaksana Kelas 6 6 1,349,096

Pelaksana Kelas 5 5 964,375

Pelaksana Kelas 3 3 682,149

15. D TERP/

INAS PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN

03U SATU PINTU

-Kepala Dinas 14 5,715,244

Sekretaris Dinas 12 4,137,208

Kepala Bidang 11 3,998,224

Kepala Sub. Bagian/ Kepala Seksi 8 2,599,275

Pelaksana Kelas 6 6 1,349,096

Pelaksana Kelas 5 5 964,375

Pelaksana Kelas 3 3 682,149

16. DINAS PEMUDA OLAHRAGA DAN PARIWISATA

-Kepala Dinas 14 5,715,244

Sekretaris Dinas 12 4,137,208

Kepala Bidang 11 3,998,224

Kepala Sub. Bagian/ Kepala Seksi 8 2,599,275

Pelaksana Kelas 6 6 1,349,096

Pelaksana Kelas 5 5 964,375

(23)

17. DINAS PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN

Kepala Dinas 14 5,715,244

Sekretaris Dinas 12 4,137,208

Kepala Bidang 11 3,998,224

Kepala Sub. Bagian/ Kepala Seksi 8 2,599,275

Pelaksana Kelas 6 6 1,349,096

Pelaksana Kelas 5 5 964,375

Pelaksana Kelas 3 3 682,149

18. SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

-Kepala Satuan 14 5,715,244

Sekretaris 12 4,137,208

Kepala Bidang 11 3,998,224

Kepala Sub. Bagian/ Kepala Seksi 8 2,599,275

Pelaksana Kelas 6 6 1,349,096

Pelaksana Kelas 5 5 964,375

Pelaksana Kelas 3 3 682,149

19. D RUAN

NAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN

G

-Kepala Dinas 14 5,715,244

Sekretaris Dinas 12 4,137,208

Kepala Bidang 11 3,998,224

Kepala Sub. Bagian/ Kepala Seksi 8 2,599,275

Pelaksana Kelas 6 6 1,349,096

Pelaksana Kelas 5 5 964,375

Pelaksana Kelas 3 3 682,149

20. D PI

NAS KESEHATAN, PENGENDALIAN

INDUDUK DAN KB

-Kepala Dinas 14 5,715,244

Sekretaris Dinas 12 4,137,208

Kepala Bidang 11 3,998,224

Kepala Sub. Bagian/ Kepala Seksi 8 2,599,275

(24)

Kepala Sub. bagian/sub. Bidang 8 2,599,275 Pelaksana Kelas 6 6 1,349,096 Pelaksana Kelas 5 5 964,375 Pelaksana Kelas 3 3 682,149 PUSKESMAS -Pelaksana Kelas 6 6 1,349,096 Pelaksana Kelas 5 5 964,375 Pelaksana Kelas 3 3 682,149 Rumpun JFT

-Administrator Kesehatan Madya 11 3,777,632

Administrator Kesehatan Muda 9 2,649,775

Administrator Kesehatan Pertama 8 2,515,427

Apoteker Madya 11 3,805,206

Apoteker Muda 9 2,670,639

Apoteker Pertama 8 2,532,197

Asisten Apoteker Penyelia 8 2,431,580

Asisten Apoteker Pelaksana Lanjutan 7 1,996,058

Asisten Apoteker Pelaksana 6 1,541,823

Asisten Apoteker Pelaksana Pemula 5 1,071,528

Bidan Madya 11 3,777,632

Bidan Muda 9 2,649,775

Bidan Pertama 8 2,515,427

Bidan Penyelia 8 2,431,580

Bidan Pelaksana Lanjutan 7 1,996,058

Bidan Pelaksana 6 1,477,581

Bidan Pelaksana Pemula 5 1,071,528

Dokter Pendidik Klinis Madya 12 4,351,202

Dokter Pendidik Klinis Muda 10 3,261,975

Dokter Pendidik KlinisPertama 9 2,670,639

Dokter Gigi Utama 14 5,516,452

Dokter Gigi Madya 12 4,351,202

Dokter Gigi Muda 10 3,261,975

Dokter Gigi Pertama 9 2,670,639

Dokter Utama ( Khusus Spesialist ) 15 6,528,140

Dokter Utama 14 5,516,452

Dokter Madya ( Khusus Spesialist )

----■— - — -- ---

(25)

Dokter Madya 12 4,351,202

Dokter Muda ( Khusus Spesialist) 12 3,805,206

Dokter Muda 12 3,261,975

Dokter Pertama 9 2,670,639

Epidemiolog Kesehatan Madya 11 3,777,632

Epidemiolog Kesehatan Muda 9 3,046,198

Epidemiolog Kesehatan Pertama 8 2,515,427

Epidemiolog Kesehatan Penyelia 8 2,398,041

Epidemiolog Kesehatan Pelaksana Lanjutan 7 1,996,058

Epidemiolog Kesehatan Pelaksana 6 1,477,581

Epidemiolog Kesehatan Pelaksana Pemula 5 1,071,528

Entimolog Kesehatan Madya 11 3,777,632

Entimolog Kesehatan Muda 9 3,046,198

Entimolog Kesehatan Pertama 8 2,515,427

Entimolog Kesehatan Penyelia 8 2,398,041

Entimolog Kesehatan Pelaksana Lanjutan 7 1,996,058

Entimolog Kesehatan Pelaksana 6 1,477,581

Entimolog Kesehatan Pelaksana Pemula 5 1,071,528

Fisioterapis Madya 11 3,777,632

Fisioterapis Muda 9 3,046,198

Fisioterapis Pertama 8 2,515,427

Fisioterapis Penyelia 8 2,398,041

Fisioterapis Pelaksana Lanjutan 7 1,996,058

Fisioterapis Pelaksana 6 1,477,581

Nutrisionis Madya 11 3,777,632

Nutrisionis Muda 9 3,046,198

Nutrisionis Pertama 8 2,515,427

Nutrisionis Penyelia 8 2,398,041

Nutrisionis Pelaksana Lanjutan 7 1,996,058

Nutrisionis Pelaksana 6 1,477,581

Okupasi Terapis Penyelia 8 2,398,041

(26)

Pengawas Farmasi dan Makanan Madya 11 3,777,632

Pengawas Farmasi dan Makanan Muda 9 2,649,775

Pengawas Farmasi dan Makanan Pertama 8 2,498,658 Pengawas Farmasi dan Makanan Penyelia 8 2,398,041 Pengawas Farmasi dan Makanan Pelaksana

Lanjutan 7 1,996,058

Pengawas Farmasi dan Makanan Pelaksana 6 1,477,581 Penyuluh Kesehatan Masyarakat Madya 11 3,805,206

Penyuluh Kesehatan Masyarakat Muda 9 2,712,368

Penyuluh Kesehatan Masyarakat Pertama 8 2,565,736 Penyuluh Kesehatan Masyarakat Penyelia 8 2,465,119 Penyuluh Kesehatan Masyarakat Pelaksana

Lanjutan 7 2,025,629

Penyuluh Kesehatan Masyarakat Pelaksana 6 1,477,581

Perawat Gigi Penyelia 8 2,465,119

Perawat Gigi Pelaksana Lanjutan 7 2,025,629

Perawat Gigi Pelaksana 6 1,477,581

Perawat Madya 11 3,832,780

Perawat Muda 9 2,712,368

Perawat Pertama 8 2,599,275

Perawat Penyelia 8 2,465,119

Perawat Pelaksana Lanjutan 7 2,069,986

Perawat Pelaksana 6 1,503,278

Perawat Pelaksana Pemula 5 1,071,528

Perekam Medis Penyelia 8 2,465,119

Perekam Medis Pelaksana Lanjutan 7 2,025,629

Perekam Medis Pelaksana 6 1,477,581

Pranata Laboratorium Kesehatan Madya 11 3,777,632 Pranata Laboratorium Kesehatan Muda 9 2,649,775 Pranata Laboratorium Kesehatan Pertama 8 2,515,427 Pranata Laboratorium Kesehatan Penyelia 8 2,398,041 Pranata Laboratorium Kesehatan Pelaksana

Lanjutan 7 1,996,058

Pranata Laboratorium Kesehatan Pelaksana 6 1,477,581 Pranata Laboratorium Kesehatan Pelaksana

Pemula 5 1,071,528

(27)

Psikolog Klinis Muda 9 2,712,368

Psikolog Klinis Pertama 8 2,599,275

Radiografer Medis Penyelia 8 2,465,119

Radiografer Pelaksana Lanjutan 7 2,025,629

Radiografer Pelaksana 6 1,477,581

Tehnisi Elektromedis Penyelia 8 2,465,119

Tehnisi Elektromedis Pelaksana Lanjutan 7 2,025,629

Tehnisi Elektromedis Pelaksana 6 1,477,581

Tehnisi Gigi Penyelia 8 2,465,119

Tehnisi Gigi Pelaksana Lanjutan 7 2,025,629

Tehnisi Gigi Pelaksana 6 1,477,581

Tehnisi Transfusi Darah Penyelia 8 2,465,119

Tehnisi Transfusi Darah Pelaksana Lanjutan 7 2,025,629

Tehnisi Transfusi Darah Pelaksana 6 1,477,581

Tehnisi Transfusi Darah Pelaksana Pemula 5 1,071,528

Sanitarian Madya 11 3,805,206

Sanitarian Muda 9 2,712,368

Sanitarian Pertama 8 2,599,275

Sanitarian Penyelia 8 2,465,119

Sanitarian Pelaksana Lanjutan 7 1,996,058

Sanitarian Pelaksana 6 1,477,581

Sanitarian Pelaksana Pemula 5 1,071,528

21. DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

-Kepala Dinas 14 5,715,244

Sekretaris 12 4,137,208

Kepala Bidang 11 3,998,224

Kepala Sub. Bagian/ Kepala Seksi 8 2,599,275

Pelaksana Kelas 6 6 1,349,096

Pelaksana Kelas 5 5 964,375

Pelaksana Kelas 3 3 682,149

UPTD SANGGAR KEGIATAN BELAJAR

(28)

Pamong Belajar Muda 9 2,649,775

Pamong Belajar Madya 11 3,777,632

Pamong Belajar Penyelia 8 2,431,580

Pamong Belajar Pelaksana Lanjutan 7 1,996,058

Pamong Belajar Pelaksana 6 1,541,823

PELAKSANA SEKOLAH

-Pelaksana Kelas 6 6 1,349,096

Pelaksana Kelas 5 5 964,375

Pelaksana Kelas 3 3 682,149

22. BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET

DAERAH

-Kepala Badan 14 5,963,732

Sekretaris 12 4,279,871

Kepala Bidang 11 4,136,094

Kepala Sub. Bagian/ Kepala Sub. Bidang 8 2,683,122

Pelaksana Kelas 6 6 1,349,096

Pelaksana Kelas 5 5 964,375

Pelaksana Kelas 3 3 682,149

23. BADAN PENGELOLAAN PENDAPATAN DAERAH

-Kepala Badan 14 5,715,244

Sekretaris 12 4,137,208

Kepala Bidang 11 3,998,224

Kepala Sub. Bagian/ Kepala Sub. Bidang 8 2,599,275

Pelaksana Kelas 6 6 1,349,096

Pelaksana Kelas 5 5 964,375

Pelaksana Kelas 3 3 682,149

24. BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

-Kepala Badan 14 5,715,244

Sekretaris 11 3,998,224

Kepala Bidang 11 3,998,224

Kepala Sub. Bagian/ Kepala Sub. Bidang 8 2,599,275

Pelaksana Kelas 6 6 1,349,096

Pelaksana Kelas 5 5 964,375

Pelaksana Kelas 3 3 682,149

25. BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK

(29)

Sekretaris 12 4,137,208

Kepala Bidang 11 3,998,224

Kepala Sub. Bagian/ Kepala Sub. Bidang 8 2,599,275

Pelaksana Kelas 6 6 1,349,096

Pelaksana Kelas 5 5 964,375

Pelaksana Kelas 3 3 682,149

26. BADAN KEPEGAWAIAN DAN PENGEMBANGAN

SDM

-Kepala Badan 14 5,963,732

Sekretaris 12 4,279,871

Kepala Bidang 11 4,136,094

Kepala Sub. Bagian/ Kepala Sub. Bidang 8 2,683,122

Pelaksana Kelas 6 6 1,349,096

Pelaksana Kelas 5 5 964,375

Pelaksana Kelas 3 3 682,149

Rumpun JET

-Analis Kepegawaian Madya 11 3,860,354

Analis Kepegawaian Muda 9 2,712,368

Analis Kepegawaian Pertama 8 2,515,427

Asesor SDM Aparatur Madya 12 4,279,871

Asesor SDM Aparatur Muda 10 3,477,841

Asesor SDM Aparatur Pertama 8 2,515,427

27. BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

DAERAH

-Kepala Badan 14 5,963,732

Sekretaris 12 4,279,871

Kepala Bidang 11 4,136,094

Kepala Sub. Bagian/ Kepala Sub. Bidang 8 2,683,122

Pelaksana Kelas 6 6 1,349,096

Pelaksana Kelas 5 5 964,375

(30)

Pelaksana Kelas 6 6 1,349,096 Pelaksana Kelas 5 5 964,375 Pelaksana Kelas 3 3 682,149 KELURAHAN -Lurah 9 3,025,334 Sekretaris 8 2,582,505 Kepala Seksi 8 2,532,197 Pelaksana Kelas 6 6 1,349,096 Pelaksana Kelas 5 5 964,375 Pelaksana Kelas 3 3 682,149

(31)

LAMPI RAN II:

PERATURAN BUPATI NOMOR X. TAHUN 2020

TENTANG

PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN BAGI PNS

A. FORMAT DAFTAR HADIR HARIAN Bulan

Hari, Tanggal :

Ilo. NAMA / NIP. Pangkat/ Gol.

Ruang Jabatan

Masuk Pnlang

KET. Jam Paraf Jam Paraf

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 N am a... NIP... 2 N am a... NIP... 3 N am a... NIP... 4 N am a... NIP... dst

B. FORMAT DAFTAR HADIR UPACARA*) / KEGIATAN KEAGAMAAN **) / KEGIATAN PEMERINTAHAN***)

Bulan

Hari, Tanggal :

No. NAMA / NIP. Pangkat/ Gol.

Ruang Jabatan Paraf KETERANGAN

1 2 3 4 5 6 1 N am a... NIP... 2 N am a... NIP... 3 N am a... NIP... 4 N am a... NIP... dst Keteranean:

Absen dibuat masing-masing kegiatan

*) Upacara hari-hari besar Nasional

Kegiatan pengajian dan memperingad hari besar keagamaan

***) Kegiatan Pemerintahan Nama

sesuai undangan

Buoi, 20....

Kepala Perangkat Daerah/Unit Keija

(32)

LAMPI RAN m

PERATURAN BUPATI NOMOR l TAHUN 2020 TENTANG

PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN BAGI PNS

LAPORAN DAN PENILAIAN PRODUKTIVITAS KBRJA

Nama/Nip Jabatan

N an a Atasan Langsung Jabatan Atasan Langsung Hari/Tanggai

Atasan Perniai, Yang Membuat Laporan,

Nama NIP. Keterangan:

Nama NIP.

Kolom 1 = Cukup jelas.

Kolom 2 = Diisi waktu pelaksanaan produktivitas kerja setiap hari kinetja. Kolom 3 = Diisi dengan uraian-uraian kegiatan produktivitas keija.

Kolom 4 = Diisi dengan nilai hasil produktivitas keija oleh atasan perniai sesuai dengan kategori nilai 75 s.d 100 dipotong 0% , Nilai 50 s.d 74 dipotong 0,7%, Nilai 26 s.d 49 dipotong 1,1%, dan Nilai <25 dipotong 1,6%.

BUPATI BUOL,

T t d

(33)

LAMPIRAN IV

PERATURAN BUPAT1 NOMOR 1. TAHUN 2020 TENTANO

PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN BAGI PNS

A. FORMAT RBKAPITULASI PEMOTONGAN DISIPLIN KBRJA DAN PRODUKTTV1TAS KERJA Nama/NIP. Jabatan Bulan No. Tanggal D isiplin Kerja (40%) Total Pemotongan (%) Prodnkth'ttaa K e ijs (60%) Total Produktivitas kerja (%) Tidak Masuk' Tidak Absen

ik Apel Pagi Puiang Cepat Tidak Upacara & Ikul Keg. Pemerintah an/Keagam aan Menambah hari Cuti Bersama

Hukuman Disi oliti

Rata-rata Nilai Produktivitas Kerja Melaksanakan Tugas dibawah 5 jam Tidak Melaksanakan Tugas/Tidak Mernbuat Laporan Ringan Sedang Bcrat

1 2 2 A 5 6 7 8 9 10 11 12 12 14 15

Jumlah - - - - -

-Keteranoan: K E P A L A S U B B A G . K E P E G A W A IA N

t Kolom 3, kolom 4, kolom 5, Tktak dilakukan pemotongan secare bersama, tetapi apablla bersamaan dipinti disiplin kerja dengan persentase tertinggi. 2 Kolom 12, kolom 13 Tidak dilakukan pemotongan secare bersama, tetapi apabila bersamaan dipilih produktivitas kerja dengan persentase tertinggi.

N A M A NIP.

B. FORMAT REKAPITULASI TAMBAHAN PENGHASILAN SETIAP BULAN

No. Nama PNS

Disiplin Kerja) Produktivitas Kerja

Total Nilai Persentase Besaran TPP (Rp) Jumlah TPP sebelum Pajak (Rp.) PPh Jumlah TPP diterima (Rp) Nilai Persentase Potongan |%) Nilai Persentase Bersih Nilai Persentase Potongan (%) Nilai Persentase Bersih 2 2 3 4 5=3-4 6 7 8=6-7 9=5 + 8 2 0 2 2 = 9KlO/100 1 2 = llx P P h 13=11-12 1 2 3 dst Jumlah TPP -K E P A L A P E R A N G -K A T D A E R A H B E N D A H A R A ,

Referensi

Dokumen terkait

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 58 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, mengamanatkan Pemberian Tambahan Penghasilan

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 78 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, dan ketentuan Peraturan Menteri

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 58 pada ayat (2) dan ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, perlu

bahwa berdasarkan ketentuan ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) Pasal 58 Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, Pemerintah Daerah dapat

bahwa dengan diberlakukannya Peraturan Bupati Nomor 10 Tahun 2019 tentang Tambahan Penghasilan Pegawai Bagi Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kabupaten

bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam Pasal 51 ayat (4) dan ayat (5) Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Pasal 3 ayat (1)

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 58 ayat (4) juncto ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, Peraturan Pemerintah yang

bahwa berdasarkan ketentuan dalam Pasal 58 ayat (4) juncto ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, Peraturan