• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1

Rekam medis mempunyai peran yang sangat penting dalam sarana pelayanan kesehatan. Menurut Permenkes no. 269 tahun 2008 tentang Rekam Medis Pasal 1 ayat (1) yang berbunyi sebagai berikut; rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Rekam medis juga digunakan sebagai alat komunikasi dokter dan penyedia pelayanan kesehatan lainnya di rumah sakit. Fungsi utama rekam medis (kertas) adalah untuk menyimpan data dan informasi pelayanan pasien. Data dan informasi tersebut membantu dokter dalam pengambilan keputusan tentang terapi, tindakan, dan penentuan diagnosis pasien, Pasal 5 ayat (1) yang berbunyi sebagai berikut; Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib membuat rekam medis.

Proses pembuatan dan kelengkapan rekam medis memerlukan adanya tenaga kesehatan yang berwenang untuk mengisi secara lengkap data rekam medis. UU Republik Indonesia no. 29 tahun 2004 pasal 46 tenaga kesehatan yaitu tenaga yang bertanggung jawab dalam mengisi rekam medis adalah dokter atau dokter gigi dan rekam medis harus segera dilengkapi setelah pasien selesai menerima pelayanan kesehatan. Setiap catatan rekam medis harus dibubuhi nama, waktu, dan tanda tangan petugas yang memberikan pelayanan atau tindakan.

Laporan operasi harus segera dibuat setelah pembedahan dan dimasukkan dalam rekam kesehatan. Bila terjadi penundaan dalam pembuatannya maka informasi tentang pembedahan harus dimasukkan dalam catatan perkembangan, perlu diperhatikan catatan operasi yang terlalu singkat dapat mengakibatkan ketidakjelasan urutan prosedur dan hal tersebut dapat menimbulkan permasalahan serius terutama bila sampai di pengadilan (Hatta, 2011).

Setiap pasien yang mendapatkan tindakan operasi hasil tindakan bedahnya harus segera diisi di lembar laporan operasi. Laporan operasi diisi

(2)

dengan lengkap dan ditanda tangani oleh dokter yang melakukan operasi. Dokter tidak melengkapi laporan operasi karena dokter terlalu sibuk dan banyak hal lain yang mempengaruhi misalnya dokter terburu-buru sehingga tidak sempat mengisi lengkap laporan operasi. Petugas rekam medis khususnya bagian assembling harus memeriksa kembali kelengkapan laporan operasi, yang harus diperiksa adalah Nomor rekam medis, Nama pasien, Alamat, Nomor telepon, Umur, Ruangan/kelas, Nama ahli bedah , Nama asisten, Nama ahli anastesi, Jenis anastesi, Diagnosa pre- operasi, Diagnosa post-operasi, Tindakan operasi, Klasifikasi, Jaringan yang di insisi, Jenis operasi, Tanggal operasi, Jam operasi dimulai, Jam operasi selesai, Laporan operasi, dan Tanda tangan dokter ahli bedah. Kelengkapan laporan operasi juga untuk mengukur mutu pelayanan yang diberikan rumah sakit, mengukur mutu rekam medis, dan untuk pendokumentasian yang baik (Huffman,1994).

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan oleh peneliti pada saat studi pendahuluan bulan Maret 2016 di Rumah Sakit Umum Daerah Tidar Kota Magelang, peneliti mengambil sampel 20 berkas rekam medis yang ada tindakan operasi, pada ke 24 item dalam laporan operasi peneliti menghitung persentase kelengkapan yaitu lengkap 68,54%, tidak lengkap 2,50% dan tidak ada 28,96%. Persentase pengisian laporan operasi yang tidak lengkap dan tidak ada adalah nomor register, nama ahli bedah, nama asisten bedah, nama perawat, jenis anestesi, macam pembedahan, jaringan yang dieksisi, dikirim untuk pemeriksaan PA, jam operasi dimulai, jam operasi selesai, lama operasi berlangsung dan keterangan keadaan pasien keluar. Bahkan ada beberapa lembar laporan operasi yang tidak berisi identitas sosial pasien dan nomor rekam medis yang semestinya itu adalah hal penting yang perlu diisi dan diperhatikan.

Berdasarkan wawancara kepada petugas rekam medis salah satu faktor yang mempengaruhi adalah Dokter dan perawat terlalu sibuk dan terburu-buru dalam melaksanakan tugasnya. Permasalahan ini yang membuat peneliti tertarik untuk menganalisis kelengkapan pengisian data laporan operasi dan mengetahui persentase pengisian data laporan operasi di Rumah Sakit Umum Daerah Tidar Kota Magelang, sehingga jika banyak ditemukan ketidakkelengkapan pada laporan operasi seharusnya rumah

(3)

sakit membuat standar prosedur operasional (SPO), karena di RSUD Tidar Kota Magelang belum memiliki SPO terkait pengisian data laporan operasi. Laporan operasi sangat penting diisi dengan lengkap agar tidak menimbulkan masalah kedepannya. Kelengkapan pengisian data laporan operasi dapat juga digunakan untuk mengukur mutu rekam medis dan mutu pelayanan yang diberikan rumah sakit.

B. Rumusan Masalah

Sesuai uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut: “Bagaimana Analisis Kelengkapan Pengisian Data Laporan Operasi di Rumah Sakit Umum Daerah Tidar Kota Magelang Jawa Tengah?”

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan penelitian ini adalah untuk mengetahui persentase kelengkapan pengisian data laporan operasi di Rumah Sakit Umum Daerah Tidar Kota Magelang Jawa Tengah.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis

a. Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan berupa kritik dan saran yang membangun sebagai upaya peningkatan pelaksanaan pengisian data laporan operasi, sehingga rumah sakit dapat mengetahui dampak jika pengisian data laporan operasi tersebut kurang lengkap, serta Rumah Sakit dapat mengatasi faktor penyebab ketidaklengkapan pengisian lembar laporan operasi tersebut. Manfaat penelitian juga untuk menjaga mutu pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah Tidar Magelang.

b. Bagi Peneliti

Dapat menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan serta pengalaman yang berharga secara langsung di rumah sakit dengan menerapkan teori yang peneliti peroleh dari institusi pendidikan sehingga peneliti akan lebih siap untuk terjun kedalam lingkungan kerja. Selain itu manfaat lainnya antara lain:

(4)

1) Peneliti mengetahui persentase kelengkapan pengisian data laporan operasi di Rumah Sakit Umum Daerah Tidar Kota Magelang

2) Peneliti mengetahui dampak yang diakibatkan oleh ketidaklengkapan pengisian data laporan operasi di Rumah Sakit Umum Daerah Tidar Magelang

2. Manfaat Teoritis

a. Bagi institusi pendidikan

Dapat memberikan materi yang berharga bagi sumber pembelajaran dan sebagai bahan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan mahasiswa dalam memahami teori yang telah diberikan.

b. Bagi peneliti lain

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan bahan acuan bagi peneliti selanjutnya dengan topik permasalahan yang sama.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian tentang “Analisis Kelengkapan Data Laporan Operasi di Rumah Sakit Umum Tidar Magelang” belum pernah dilakukan orang lain, namun penelitian yang hampir sama pernah dilakukan, antara lain:

1. Rohmawati, Dewi (2015), dengan judul penelitian “Kelengkapan Catatan Operasi Terkait Persiapan Akreditasi Kars 2012 di Rumah Sakit Pku Muhammadiyah Yogyakarta”.

Tujuan penelitian: Untuk mengetahui pelaksanaan pengisian catatan operasi di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dalam pemenuhan standar akreditasi KARS 2012, mengetahui pemenuhan Standar PAB.7.2, EP 1 terkait kelengkapan catatan operasi dan pemenuhan Standar PAB.7.2, EP 2 terkait ketersediaan catatan operasi dalam rekam medis. Sedangkan tujuan peneliti untuk mengetahui persentase kelengkapan pengisian data laporan operasi di Rumah Sakit Umum Daerah Tidar Magelang.

Hasil penelitian: Sampai saat ini belum ada SK maupun kebijakan terkait pemberlakuan formulir catatan operasi di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Begitu juga dengan langkah-langkah pengisian yang belum dibakukan dalam SPO maupun petunjuk teknis pengisian catatan operasi. Persentase kelengkapan catatan operasi di RS PKU Muhammadiya Yogyakarta adalah 62%

(5)

maka dapat diketahui bahwa skor ketercapaian standar PAB.7.2, EP.1 adalah 5, dan nilai kelulusan Tercapai Sebagian (TS). Sedangkan persentase ketersediaan catatan operasi dalam rekam medis adalah 99% maka penilaian EP 2 terkait ketersediaan catatan operasi dalam rekam medis RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta adalah Tercapai Penuh (TP) dan diberikan skor 10.

Persamaan: penelitiaan Rohmawati, Dewi (2015) menggunakan sampel berkas rekam medis kasus operasi serta untuk mengetahui kelengkapan pengisian laporan operasi.

Perbedaan: penelitian Rohmawati, Dewi (2015) memiliki jenis penelitian, tempat, dan tujuan penelitian. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan cross-sectional dan tempat penelitian adalah RS PKU MuhammadiyahYogyakarta.

2. Aisyah, Siti (2013), dengan judul penelitian “Faktor-Faktor yang Menyebabkan Ketidaklengkapan Pengisian Lembar Informed Consent Tindakan Bedah Mata di Rs. Mata “Dr. Yap” Yogyakarta”.

Tujuan penelitian: Mengetahui dan menjelaskan prosentase kelengkapan pada lembar Informed consent, faktor penyebab ketidaklengkapan serta dampak dan upaya ketidaklengkapan lembar Informed Consent. Sedangkan tujuan peneliti untuk mengetahui persentase kelengkapan pengisian data laporan operasi di Rumah Sakit Umum Daerah Tidar Magelang.

Hasil penelitian: 95 lembar informed consent lengkap dengan prosentase 38,13%, 49 lembar tidak lengkap dengan prosentase 19,41% dan 107 lembar tidak terisi dengan prosentase 42,43% dari 251 berkas yang dianalisis. Berdasarkan wawancara dan observasi faktor penyebab ketidaklengkapan terdapat pada sumber daya manusia yaitu dokter dan perawat. Sebagian besar dokter yang melakukan operasi adalah dokter tamu, kesibukan dokter, ketergantungan dokter terhadap perawat, kurangnya kesadaran dokter untuk melengkapi, kurangnya keaktifan perawat untuk melengkapi, kurangnya komunikasi perawat dengan dokter. Faktor SDM diatas dalam melakukan pengsian lembar informed consent belum mematuhi peraturan yang ada, Sedangkan peraturannya ( protap & BPPRM) sudah baik hanya saja terjadi ketidakefektifan dalam sosialisasinya. Selain itu faktor lain yaitu belum dilakukannya punishment dan reward. Dampak yang ditimbulkan antara lain waktu operasi dapat berubah diluar rencana jika lembar tidak cepat di isi, tidak

(6)

memenuhi penilaian dalam akreditasi, menurunnya mutu rekam medis serta menghambat dalam pengolahan data rekam medis. Namun rumah sakit sudah berupaya untuk menurunkan prosentase ketidaklengkapan dengan cara mengadakan sosialisasi rutin dalam rapat triwulan dan mengembalikan berkas rekam medis kepada dokter disertai memo sebagai petunjuk bagian yang harus dilengkapi.

Persamaan: Penelitian Aisyah, Siti (2013) objek penelitiannya menggunakan perhitungan sampel acak (random).

Perbedaan: Penelitian Aisyah, Siti (2013) memiliki jenis penelitian, tempat, dan tujuan penelitian yang berbeda. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dengan pengumpulan data menggunakan teknik studi dokumentasi, wawancara dan observasi. Untuk validasi data menggunakan triangulasi sumber dan teknik dan tempat penelitian adalah di Rs. Mata “Dr. Yap” Yogyakarta.

3. Fitriana, Syarah (2014), dengan judul penelitian “Fakor -Faktor Yang Menyebabkan Ketidaklengkapan Pengisian Lembar Resume Medis Pasien Jkn Dan Non-Jkn di Rs. Mata “Dr. Yap” Yogyakarta.

Tujuan penelitian: Mengetahui persentase kelengkapan data identifikasi, laporan penting, dan autentikasi lembar resume, untuk mengetahui faktor-faktor ketidaklengkapan dan upaya untuk meningkatkan kelengkapan lembar resume pada berkas rekam medis rawat inap di RS Mata “Dr. Yap” Yogyakarta. Sedangkan tujuan peneliti untuk mengetahui persentase kelengkapan pengisian data laporan operasi di Rumah Sakit Umum Daerah Tidar Magelang.

Hasil penelitian:Lembar resume medis pasien JKN lengkap dengan persentase 71,92% dan NON JKN 68,65%, lembar resume medis pasien JKN tidak lengkap dengan persentase 3,26% dan NON JKN 1,53% dan lembar resume medis pasien JKN tidak terisi 24,8% dan NON JKN 29,8% dari masing-masing 40 berkas yang dianalisis. Berdasarkan wawancara dan observasi faktor penyebab ketidaklengkapan terdapat pada sumber daya manusia yaitu dokter, perawat. Sebagian besar dokter yang praktik di RS. Mata “Dr. Yap” adalah dokter tamu, kesibukan dokter dalam melayani pasien, ketidakdisiplinan dokter dalam melengkapi lembar resume medis, keterbatasan waktu praktik, dan dokter bekerja di berbagai pelayanan kesehatan. Sedangkan perawat masih kurang mengingatkan dokter untuk melengkapi lembar resume medis juga menjadi salah

(7)

satu faktor ketidaklengkapan lembar resume medis. Faktor SDM diatas dalam melakukan pengisian lembar resume medis belum mematuhi peraturan yang ada, sedangkan peraturannya sudah ada dan sudah baik. Selain itu faktor lain yaitu belum diberlakukannya punishment dan reward. Upaya yang dilakukan oleh Instalasi Rekam Medis adalah melakukan verifikasi kelengkapan lembar resume medis, mengembalikan lembar resume medis pada dokter yang bertanggungjawab, melakukan rapat kelengkapan berkas rekam medis dan melakukan komunikasi antara petugas rekam medis dan dokter.

Persamaan: penelitiaan Fitriana, Syarah (2014) objek penelitiannya menggunakan perhitungan sampel acak (random) dan mengetahui prosentase kelengkapan data.

Perbedaan: penelitian Fitriana, Syarah (2014) memiliki jenispenelitian, tempat, dan tujuan penelitian yang berbeda. jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dengan pengumpulan data menggunakan teknik studi dokumentasi, wawancara dan observasi. Rancangan penelitian adalah cross sectional. Untuk validasi data menggunakan triangulasi sumber dan teknik. Pengambilan sampel subyek menggunakan purposive. Penelitian ini dilakukan di Instalasi Rekam Medis RS. Mata “Dr. Yap” Yogyakarta.

F. Gambaran Umum 1. Sejarah

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tidar Kota Magelang terletak pada jalur yang sangat stategis yaitu dikelilingi oleh Wilayah Kabupaten Magelang dan terletak di jalur persimpangan yang menghubunbgkan tiga kota besar yaitu Semarang, Yogyakarta dan Purworejo. Awalnya Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tidar Kota Magelang adalah milik Yayasan Zending pada masa Kolonial Belanda (Zendingziekenhuis), kemudian diresmikan menjadi rumah sakit umum pada tanggal 25 Mei 1932 yang dipimpin oleh dr. G. J. Dreckmelers. Fasilitas awal yang dimiliki Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tidar Kota Magelang pada masa Kolonial Belanda adalah Ruang Rawat Inap A, Ruang Rawat Inap B, Ruang THT, Kamar Operasi dan Poliklinik, Dapur atau Instalasi Gizi dan Gedung Tengah atau Pendopo. Rumah sakit ini diambil alih oleh Pemerintah Jepang selama satu tahun pada masa pendudukan Jepang di Indonesia. Rumah sakit ini

(8)

menjadi milik Pemerintah Kotapraja Magelang pada tahun 1995 setelah proklamasi.

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tidar Kota Magelang menjadi rumah sakit type C pada tahun 1983. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tidar Kota Magelang ditetapkan menjadi Unit Swadaya Daerah Kodya Dati II Magelang (Perda Nomer 7 Tahun 1992) yang berlangsung pada tahun 1992 sampai dengan tahun 2006. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tidar Kota Magelang menjadi rumah sakit type B non Pendidikan berdasarkan SK Menkes No.108/Menkes/SK/I/1995 pada tanggal 30 Januari 1995. Dalam perkembangannya, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tidar Kota Magelang pernah menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Swadana dan pada saat ini menjadi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dengan pola pengelolaan keuangan (PPK) BLUD sejak 31 Desember 2008 berdasarkan Surat Keputusan Walikota Magelang No. 445/39/112/Tahun 2008. Organisasi rumah sakit ini sudah mengalami pergantian direktur sebanyak 14 kali dan saat ini direktur RSUD Tidar Kota Magelang dijabat oleh dr. Sri Harso M.Kes, Sp.S. Berikut ini adalah daftar pimpinan atau direktur RSUD Tidar Kota Magelang dari awal hingga sekarang.

a. Dr. G. J. Dreckmeiers (1932-1944) b. Dr. HRM Soemalyo (1944-1961) c. Dr. M. Soepardji (1961-1963) d. Dr. HR Soeparsono (1963-1965) e. Dr. R. Soetikno Prawirosastro (1965-1966) f. Dr. Sadjiman Atmosoedigio (1969-1970) g. Dr. Hardjanto Winoto (1970-1975) h. Dr. H. Zaenal Mustofa (1975-1978) i. Dr. H. Muchsin Wanun (1978-1984) j. Dr. Setyoko Moendanoe (1984-1991) k. Dr. Moch Soedjoko, MMR (1991-2001) l. Dr. Mardiatmo, SpR. (2001-2004) m. Dr. Pantja Kuntjoro, MMR (2004-2008) n. Dr. Sri Harso M.Kes, Sp.S (2008-sekarang)

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tidar Kota Magelang dalam perkembangannya terus menerus melakukan perbaikan dalam berbagai aspek seperti peningkatan sarana dan prasarana, sumber daya manusia, dan fasilitas

(9)

peralatan kedokteran untuk menunjang operasional rumah sakit. Sejak tanggal 6 Maret 2016 rumah sakit ini sudah lulus akreditasi 16 pelayanan tingkat lengkap. 2. Visi, Misi dan Motto

Berdasarkan Surat Keputusan Direktur RSUD Tidar Kota Magelang pada tanggal 25 Oktober 2010 Nomor 1723/05.011/700/2010, visi misi dan motto Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tidar Kota Magelang adalah sebagai berikut :

a. Visi

Visi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tidar Kota Magelang adalah “Terwujudnya rumah sakit yang unggul, professional, beretika, dan berkeadilan”. b. Misi

Misi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tidar Kota Magelang adalah sebagai berikut:

1) memberikan pelayanan kesehatan dan rujukan secara profesional, bermutu, terjangkau, dan adil kepada segala lapisan masyarakat;

2) mengembangkan dan meningkatkan kompetensi sumber daya manusia rumah sakit;

3) meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pelayanan secara memadai dan berkesinambungan;

4) menyelenggarakan pengelolaan rumah sakit secara akuntabel;

5) menciptakan lingkungan kerja yang sehat, suasana kerja yang nyaman dan harmonis; dan

6) melaksanakan pendidikan dan penelitian di bidang kesehatan. c. Motto

Motto Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tidar Kota Magelang adalah “Mitra Menuju Sehat”.

3. Profil Rumah Sakit

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tidar Kota Magelang adalah rumah sakit Type B Non Pendidikan berdasarkan SK Menteri Kesehatan No 108/Menkes/SK/I/1995. RSUD Tidar Kota Magelang menempati dua lokasi yaitu lokasi induk berada di Jalan Tidar Nomor 30 A, Kelurahan Kemirirejo, Kecamatan Magelang Tengah, Kota Magelang yang memiliki seluas 23.4723 m2, sedangkan untuk pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (Rumah Sakit Budi Rahayu) berada di

(10)

Jalan Urip Sumoharjo Nomor 15 A, Kelurahan Wates, Kecamatan Magelang Utara, Kota Magelang dengan luas 2.640 m2. Kedua lokasi tersebut dengan status hak pakai dan status kepemilikan ada pada Pemerintah Kota Magelang.

4. Fasilitas Pelayanan

Fasilitas pelayanan yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah Tidar Kota Magelang meliputi fasilitas rawat inap, rawat jalan, penunjang dan administrasi. Fasilitas – fasilitas tersebut digunakan untuk mendukung pelayanan kepada pasien. Berikut ini adalah fasilitas yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah Tidar Kota Magelang :

a. Pelayanan Rawat Jalan Pelayanan rawat jalan terdiri atas :

1) poliklinik spesialis umum yang terdiri atas : a) klinik dalam;

b) klinik bedah umum; c) klinik bedah orthopedi; d) klinik anak;

e) klinik obsgyn (kebidanan dan kandungan); f) klinik KB;

g) klinik syaraf; h) klinik jiwa; i) klinik THT; j) klinik mata;

k) klinik kulit dan kelamin; l) klinik gigi dan mulut; m) klinik paru;

n) klinik imunisasi; o) klinik orthodonti; p) klinik TB anak; q) klinik TB dewasa; r) klinik urology; dan s) klinik bedah anak. 2) Poliklinik Anggrek

(11)

Poliklinik Anggrek merupakan poliklinik VIP dimana pelayanan yang diberikan spesialis seperti pada poli umum namun pada poli ini dokter akan dihubungi perawat jika ada pasien yang akan periksa di poli ini sehingga pelayanan yang diberikan lebih cepat.

b. Pelayanan Rawat Inap

Pelayanan rawat inap terdiri atas 10 bangsal perawatan yaitu : 1) Bansal Aster

Bangsal Aster digunakan bagi pasien rawat inap untuk unit umum. 2) Bangsal Anyelir

Bangsal Anyelir digunakan bagi pasien rawat inap untuk unit umum. 3) Bangsal B

Bangsal B digunakan bagi pasien dengan penyakit bedah. 4) Bangsal F

Bangsal F digunakan bagi pasien dengan penyakit bedah. 5) Bangsal C

Bangsal C digunakan bagi pasien dengan penyakit dalam. 6) Bangsal G

Bangsal G digunakan bagi pasien dengan penyakit dalam. 7) Bangsal D

Bangsal D digunakan bagi pasien dengan penyakit anak. 8) Bangsal E

Bangsal E digunakan bagi pasien dengan penyakit dalam dan syaraf 9) Bangsal Perinatal

10) Bangsal Kebidanan dan Kandungan 11) Stroke

Bangsal C dilakukan pembongkaran dan pembangunan bulan Agustus 2011 dan telah selesai diperbaiki pada bulan November 2012. Bangsal C sudah dioperasionalkan kembali untuk melayani pasien kelas I unit umum. Pelayanan rawat inap terbagi atas kelas perawatan VIP, utama, kelas I, kelas II, dan kelas III. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tidar Kota Magelang mempunyai fasilitas tempat tidur sejumlah 259. Berikut ini adalah rincian tempat tidur yang ada di RSUD Tidar Kota Magelang sampai dengan akhir Desember 2013.

(12)

Tabel 1.

Kapasitas Tempat Tidur

No Ruang Unit Kelas Tanpa Kelas TT Cada-ngan Utama I II III 1 Aster Umum 20 2 Anyelir Umum 19 3 B Bedah 13 4 C Umum 22 5 D Anak 2 4 21 6 E Dalam dan Syaraf 20 7 F Bedah 27 8 G Dalam 20 5 9 ICU Intensif 13 10 PICU Intensif 5 11 Budi Rahayu Obsgyn 2 2 8 22 2 12 Budi Rahayu Perinatal 2 2 8 20 13 Stroke Unit Stroke 7 Jumlah 43 28 53 110 25 7

Sumber : Profil Kinerja Pelayanan RSUD Tidar Kota Magelang Tahun 2013

c. Pelayanan Rawat Intensif

Pelayanan rawat intensif didukung oleh tenaga yang terampil untuk pasien – pasien yang memerlukan penanganan intensif. Bulan Agustus 2011 dilakukan pembangunan gedung pelayanan rawat intensif untuk meningkatkan pelayanan

(13)

pasien rawat intensif dan mulai bulan November 2012 gedung baru sudah dioperasionalkan. Pelayanan Intensif yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah Tidar Kota Magelang yaitu ICU dan PICU.

d. Pelayanan Penunjang

Pelayanan penunjang yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah Tidar Kota Magelang meliputi :

1) radiologi;

2) laboratorium klinik;

3) laboratorium patologi anatomi; 4) hemodialisa;

5) rehabilitasi medik; dan 6) akupuntur.

e. Pelayanan Gawat Darurat

Pelayanan Gawat Darurat merupakan pelayanan yang diberikan selama 24 jam kepada masyarakat yang membutuhkan pelayanan dan akan dilayani oleh tenaga – tenaga yang terampil serta sudah mendapatkan pelatihan di bidang PPDG (Penanggulangan Pasien Gawat Darurat) baik dokter maupun paramedis. Fasilitas yang ada pada pelayanan gawat darurat adalah evaluasi medic ambulance dan station. Ruangan Gawat Darurat meliputi ruang observasi, ruang tindakan, ruang jaga dan triase.

f. Pelayanan Farmasi

Pelayanan farmasi melayani pelayanan obat selama 24 jam baik pasien umum, askes sosial (PNS) maupun peserta jamkesmas yang berobat di Rumah Sakit Umum Daerah Tidar Kota Magelang.

g. Pelayanan Gizi rumah sakit

Pelayanan yang ada disamping melayani kebutuhan gizi rumah sakit juga melayani konsultasi gizi bagi pasien rawat jalan maupun rawat inap.

h. Pelayanan Ambulance

Pelayanan mobil ambulance ada tiga buah yang terdiri dari dua buah untuk pasien yang membutuhkan transportasi dan satu buah mobil jenazah.

i. Peralatan Medik Rumah Sakit

Peralatan Medik di Rumah Sakit Umum Daerah Tidar Kota Magelang pada tahun 2013 sejumlah 775 buah.

(14)

Pelayanan administrasi di Rumah Sakit Umum Daerah Tidar Kota Magelang meliputi Visum et Repertum, Asuransi Jasa Raharja dan lain – lain.

k. Pelayanan Unggulan

Pelayanan unggulan yang ada di Rumah Sakit Umum Tidar Kota Magelang meliputi :

1) pemeriksaan radiographic panoramic; 2) layanan laparoscopy;

3) arthroscopy;

4) penggantian sendi lutut atau tital knee replacement; 5) layanan operasi katarak dengan phace emulsifikasi; 6) layanan pemeriksaan endoskopik THT; dan

7) layanan pemeriksaan endoskopi.

5. Performance Rumah Sakit

Tabel 2.

Performance RSUD Tidar Kota Magelang Tahun 2011-2015 2011 2012 2013 2014 2015 BOR (%) 87.16 92.41 91.47 95.71 92.96 LOS (hari) 4.72 4.50 4.52 4.20 4.28 TOI (hari) 0.72 0.38 0.44 0.19 0.11 BTO (kali) 67.58 75.16 73.87 83.43 87.66 NDR (0/00) 13.70 16.82 17.62 20.22 18.12 GDR (0/00) 31.19 31.81 33.46 33.99 32.72

Sumber : Sub Bidang Penyusunan Program Perencanaan dan evaluasi Medik (P3EM) RSUD Tidar Kota Magelang.

Keterangan :

BOR : Bed Occupancy Ratio LOS : Length of Stay

TOI : Turn Over Interval BTO : Bed Turn Over NDR : Gross Death Rate GDR : Net Death Rate

Referensi

Dokumen terkait

Hasil diskusi kelompok terfokus tentang pengembangan sistem penjaminan mutu internal pendidikan kesetaraan di Kota padang, memperlihatkan secara hipotetik bahwa sistem

Suatu edisi yang merujuk pada karya yang dipersiapkan oleh editor atau orang lain kecuali pengarang, nama editor dicantumkan setelah judul buku..

Menurut Evaluasi Penggunaan Tanah (EPT) hasil Sensus Pertanian tahun 1983 Kecamatan Kismantoro memiliki luas 6986,1125 ha dengan perincian sebagai berikut

Sebelum berlangsungnya proses pembelajaran guru harus terlebih dahulu merumuskan tujuan pembelajaran, hal ini akan mempermudah dalam proses pembelajaran bahasa

Tipe tabung dan pipa merupakan jenis penukar kalor yang paling banyak digunakan di industri khususnya industry perminyakan.Jenis ini terdiri dari suatu tabung dengan diameter

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi dari pajak reklame terhadap penerimaan Pendapatan Asli Daerah selama 5 (lima) tahun yaitu dari tahun 2008 sampai

Bagi Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kementerian PANRB) dan Badan Kepegawaian Negara (BKN) hasil tersebut digunakan sebagai dasar

Penjadwalan digunakan agar kegiatan yang akan dilakukan bisa terencana dan terstruktur, sehingga diharapakan kegiatan tersebut bisa berjalan sesuai dengan harapan dan