• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI GURU TERHADAP PENERAPAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Ditinjau dari Jenis Kelamin, Pengalaman Mengajar dan Jenis Pendidikan Guru Studi Kasus: SMK YPKK 1 Sleman, SMK YPKK 2 Sleman SMK 17-I Seyegan SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu S

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERSEPSI GURU TERHADAP PENERAPAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Ditinjau dari Jenis Kelamin, Pengalaman Mengajar dan Jenis Pendidikan Guru Studi Kasus: SMK YPKK 1 Sleman, SMK YPKK 2 Sleman SMK 17-I Seyegan SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu S"

Copied!
152
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI GURU TERHADAP PENERAPAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

Ditinjau dari Jenis Kelamin, Pengalaman Mengajar dan Jenis Pendidikan Guru

Studi Kasus: SMK YPKK 1 Sleman, SMK YPKK 2 Sleman SMK 17-I Seyegan

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memeperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Akunansi

Oleh :

Fransisca Ari Cahyaningrum NIM : 031334026

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

PERSEPSI GURU TERHADAP PENERAPAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

Ditinjau dari Jenis Kelamin, Pengalaman Mengajar dan Jenis Pendidikan Guru

Studi Kasus: SMK YPKK 1 Sleman, SMK YPKK 2 Sleman SMK 17-I Seyegan

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memeperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Akunansi

Oleh :

Fransisca Ari Cahyaningrum NIM : 031334026

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

Kasih yang sempurna telah kutrima dari-M u

Bukan karena kebaikanku, hanya oleh Kasih Karunia-M u

K au pulihkan aku, layakkanku tuk dapat memanggil-M u

Bapa...

Kau b’ri yang kupinta,

saat kumencari, kumendapatkan

kuketuk pintu-M u dan Kau bukakan

Sbab kau Bapaku, Bapa Yang Kekal

Takkan Kau biarkan

aku melangkah hanya sendirian

Kau selalu ada bagiku....

S’bab Kau Bapaku, Bapa Yang Kekal

Kupersembahkan Karya Ini Untuk

Jesus Christ and Saint M arry

Keluargaku tercinta yang selalu mendukungku

Bapak (B. Rejomulyo) – I bu (H . D aliyah)

M as Agus – M bak Sri

B. N ovi

M y Soulmate

Terima kasih atas doa, cinta dan perhatian kalian

(6)

v

Thanks To:

Jesus Christ, Allah Bapa yang H idup… .

F or guiding me in every step of the way

F or giving me blessings and lessons and un conditional love.

I thank You cause I know You are there and You’ll always bethere for

me

Semua yang terjadi dalam hidupku, kuserahkan hanya pada-M u

Thank You for being who are and accepting me the way lam.

Thank You for planning my life.

You are the best “manager”

Just imagine, You even manage what will happen with my life

Thank You for being my F ather, my best F riend, and my Savior.

Thank You for his life, this love, and this happiness.

Thank You Jesust… .

(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skrisi yang saya tulis ini

merupakan karya asli saya yang tidak memuat karya atau bagian karya orang lain,

kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana

layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 5 Agustus 2008

Penulis

(8)
(9)

vii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

rahmat serta karunia-Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini tepat pada waktunya. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi

salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Akuntansi.

Penulis menyadari bahwa kelancaran penyusunan skripsi ini tidak lepas

dari bantuan, kerjasama dan dukungan dari berbagai pihak, Oleh karena itu,

penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bpk. Drs. T Sarkim, M.Ed., Ph.D, selaku Dekan FKIP, Universitas Sanata

Dharma.

2. Bpk. Y. Harsoyo, S.Pd, M.Si, selaku Ketua Jurusan PIPS, FKIP, Universitas

Sanata Dharma.

3. Bpk. L Saptono, S.Pd., M.Si. , selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Akuntansi, JPIPS, FKIP, Universitas Sanata Dharma.

4. Bpk. S Widanarto, S.Pd., M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak

meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, kritik dan saran demi

kesempurnaan skripsi ini.

5. Staff pengajar Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan

tambahan pengetahuan selama proses perkuliahan.

6. Tenaga Administrasi Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah

(10)

viii

7. BAPEDA Yogyakarta dan BAPPEDA Sleman yang telah memberikan ijin

penelitian.

8. Bpk. Drs. H. Djoko Purwanto, selaku Kepala Sekolah SMK YPKK 1 Sleman

yang telah memberikan ijin melakukan penelitian di sekolah.

9. Ibu Dra. Rubiyati, selaku Kepala Sekolah SMK YPKK 2 Sleman yang telah

memberikan ijin melakukan penelitian di sekolah.

10.Ibu Dra. Sujilah, selaku Kepala Sekolah SMK 17-I Seyegan yang telah

memberikan ijin melakukan penelitian di sekolah.

11.Guru – guru SMK YPKK 1 Sleman, SMK YPKK 2 Sleman, dan SMK 17-I

Seyega n yang telah bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuisioner yang

telah penulis bagikan.

12.Kedua orang tua penulis yang telah memberikan dukungan dan doanya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tanpa kalian aku tidak akan

bisa berhasil.

13.Kakakku, Mas Agus n Mbak Sri, thank’s atas dukungannya. Jaga Farel supaya jadi anak pintar. Buat Kakakku Novi, thank’s a lot. you are my best syster. Smoga kita tetap bisa jadi kakak adek sekaligus sahabat.

14.Sepupuku ”Mei” ayo semangat!!!Serahkan segala masalah dan kekuatiranmu

pada Tuhan. ”Mbak Nov”, semoga sukses dalam karier n cintamu. ”Mas

Yudi” thank’s lap topnya yaa...”Retno n Arina” jaga diri selalu yaa,

kapan-kapan aku maen ketempat kalian diperantauan ya...”Citra” moga menang

(11)

ix

15.Kang Purwanto, Thank’s atas doa dan dukungannya selama ini.. You are my inspiration. Maksih karena mau nemeni aku bila aku butuh bantuan.

16.Dek_No, makasih krena aku boleh ngeprint dit4mu. khan lumayan

ngirit.he...he.

17.”Uciex” thank’s karena aku boleh olah data di t4mu. ”Agnezz”, ayo

semangat....”Heni”,makasih atas masukannya yang sangat berguna bagi aku.

18.Seluruh mahasiswa angkatan 2003 yang telah memberi warna semasa kuliah.

19.Temen2 di kampoeng, ”Endro, Giran, Ruri, Epri, Parno, Ho2, Johan, Dewi,

Narsih” kapan2 masak n makan bareng lagi yaa...

20.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa sripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,

penulis senantiasa terbuka untuk menerima kritik dan saran yang membangun

demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap skripsi ini berguna bagi semua pihak yang

berkepentingan atas skripsi ini.

Yogyakarta, 5 Agustus 2008

Penulis

(12)

x ABSTRAK

PERSEPSI GURU TERHADAP PENERAPAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

Ditinjau dari Jenis Kelamin, Pengalaman Mengajar dan Jenis Pendidikan Guru

Studi Kasus: SMK YPKK 1 Sleman, SMK YPKK 2 Sleman, dan SMK 17-I Seyegan

Fransisca Ari Cahyaningrum Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2008

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan persepsi guru terhadap penerapan kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari (1) jenis kelamin, (2) pengalaman mengajar, dan (3) jenis pendidikan guru.

Populasi dalam penelitian ini adalah guru-guru di SMK YPKK 1 Sleman, SMK YPKK 2 Sleman, dan SMK 17-I Seyegan yang berjumlah 122 orang. Dalam penelitian ini seluruh anggota populasi menjadi sampel penelitian. Teknik analisis data yang digunakan adalah Independent Sample T-Test.

(13)

xi ABSTRACT

TEACHER’S PERCEPTION TOWARDS THE APPLICATION OF SCHOOL BASED CURRICULUM PERCEIVE FROM SEX, TEACHING

EXPERIENCE, AND TYPE OF TEACHER’S EDUCATION

A Case Study in YPKK 1 and YPKK 2 Vocational High School’s in Sleman, And in 17-I Vocational High School in Seyegan District

Fransisca Ari Cahyaningrum Sanata Dharma University

Yogyakarta 2008

The aim for the recearch is to know the difference of teacher’s perception towards application of School Based Curriculum perceived from sex, teaching experience, and type of teacher’s education.

The populations of this research are 122 of teachers in YPKK 1 and YPK Vocational High School’s in Sleman, and in 17-I Vocational High School in Seyegan District.In this research all teacher’s become samples. The data analysis technique used was Independent Sample T-Test.

(14)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi

KATA PENGANTAR... vii

ABSTRAK ... x

ABSTRACT... xi

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR TABEL... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

A. Persepsi Guru... 7

1. Pengertian Persepsi ... 7

2. Syarat-syarat Individu dapat menyadari Persepsi ... 8

(15)

xiii

4. Faktor-Faktor yang menyebabkan Perbedaan Persepsi... 11

B. Guru... 11

C. Kurikulum ... 12

1. Pengertian Kurikulum ... 12

2. Peranan Kurikulum ... 13

3. Fungs i Kurikulum ... 15

D. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ... 16

1. Hakekat Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan... 16

a. Pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan... 16

b. Tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan... 17

c. Landasan Pengembangan... 18

d. Karakteristik Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan... 18

e. Aspek-Aspek Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan... 19

2. Memahami dan Memaknai Standar Isi... 21

a. Struktur Kurikulum ... 21

b. Beban Belajar ... 25

3. Mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan... 26

a. a. Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pend idikan.... 26

b. Prinsip Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan c. Pendidikan... 28

d. Strategi Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan e. Pendidikan... 29

4. Pembelajaran dan Penilaian ... 29

a. Prinsip Pelaksanaan... 29

b. Pengembangan Program... 30

c. Pelaksanaan Pembelajaran ... 32

d. Penilaian Hasil Belajar... 34

E. Jenis Kelamin... 35

F. Pengalaman Mengajar ... 36

G. Jenis Pendidikan ... 37

(16)

xiv

BAB III METODE PENELITIAN ... 40

A. Jenis Penelitian... 40

B. Tempat dan Waktu Penelitian... 40

C. Subjek dan Objek Penelitian... 40

D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 41

E. Variabel Penelitian dan Pengukuran... 42

F. Teknik Pengumpulan Data... 44

G. Teknik Pengujian Instrumen ... 51

H. Uji Normalitas... 54

I. Teknik Analisis Data ... 55

BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH... 58

A. SMK YPKK 1 SLEMAN ... 58

1. Sejarah Singkat ... 58

2. Visi dan Misi Sekolah... 62

3. Guru dan Karyawan ... 62

4. Siswa ... 64

5. Fasilitas... 64

6. Struktur Organisasi... 66

B. SMK YPKK 2 SLEMAN ... 67

1. Sejarah Singkat ... 67

2. Visi dan Misi Sekolah... 68

3. Guru dan Karyawan ... 68

4. Siswa ... 69

5. Fasilitas... 70

(17)

xv

C. SMK 17-I SEYEGAN ... 71

1. Sejarah Singkat ... 71

2. Visi dan Misi Sekolah... 73

3. Guru dan Karyawan ... 75

4. Siswa ... 75

5. Fasilitas... 76

6. Struktur Organisasi... 77

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 78

A. Analisis Data ... 78

1. Diskripsi Populasi yang dijadikan sampel... 78

a. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 78

b. Responden Berdasarkan Pengalaman Mengajar ... 79

c. Responden BerdasarkanJenis Pendidikan... 79

2. Diskripsi Persepsi Guru terhadap penerapan KTSP ... 80

a. Persepsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 81

b. Persepsi Responden Berdasarkan Pengalaman Mengajar .. 82

c. Persepsi Responden Berdasarkan Jenis Pendidikan... 82

B. Uji Prasyarat Analisis ... 83

1. Uji Normalitas... 78

2. Uji Homogenitas ... 79

C. Pembahasan... 86

BAB VI PENUTUP ... 92

A. Kesimpulan... 92

B. Keterbatasan... 93

C. Saran ... 93

DAFTAR PUSTAKA

(18)

xvi

DAFTAR TABEl

Tabel II.1 Struktur Kurikulum SD/MI ... 21

Tabel II.2 Struktur Kurikulum SMP/Mts ... 22

Tabel II.3 Struktur Kurikulum SMA/MA Kelas X... 22

Tabel II.4 Struktur Kurikulum SMA/MA Kelas XI dan XII program IPA .... 23

Tabel II.5 Struktur Kurikulum SMA/MA Kelas XI dan XII program IPS ... 24

Tabel II.6 Struktur Kurikulum SMK/MAK ... 25

Tabel III.1 Jumlah Populasi Penelitian... 41

Tabel III.2 Jumlah Sampel ... 42

Tabel III.3 Skala Pengukuran Likert ... 44

Tabel III.4 Kisi-kisi dan Alokasi Butir Soal... 45

Tabel III.5 Rangkuman Validitas Instrumen... 52

Tabel IV.1 Data Siswa SMK YPKK 1 Sleman... 64

Tabel IV.2 Data Siswa SMK YPKK 2 Sleman... 69

Tabel IV.3 Data Siswa SMK 17-1 Seyegan... 75

Tabel V.1 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 78

Tabel V.2 Responden Berdasarkan Pengalaman Mengajar ... 79

Tabel V.3 Responden Berdasarkan Jenis Pendidikan... 79

Tabel V.4 Persepsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 81

Tabel V.5 Persepsi Responden Berdasarkan Pengalaman Mengajar ... 82

Tabel V.6 Persepsi Responden Berdasarkan Jenis Pendidikan... 82

Tabel V.7 Uji Normalitas... 84

(19)

xvii

Tabel V.9 Uji Homogenitas Berdasarkan Pengalaman Mengajar... 85

Tabel V.10 Uji Homogenitas Berdasarkan Jenis Pendidikan ... 86

(20)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Struktur Organisasi SMK YPKK 1 Sleman... 66

Gambar 2 Struktur Organisasi SMK YPKK 2 Sleman... 71

(21)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Instrumen Penelitian... 94

Lampiran 2 Data Validitas dan Reliabilitas ... 113

Lampiran 3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 117

Lampiran 4 Data penelitian... 119

Lampiran 5 Hasil Uji T-Test... 123

Lampiran 6 Surat Ijin Penelitian... 130

(22)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebijakan Pendidikan di Indonesia saat ini masih belum jelas Kebijakan

tersebut hanya berkutat pada masalah teknis dan belum menyentuh persoalan –

persoalan substansial, sehingga mutu pendidikan tidak kunjung membaik.

Terdapat fakta bahwa beberapa siswa menunjukkan prestasi dalam olimpiade

sains tingkat international, akan tetapi keberhasilan itu belum bisa menunjukkan

mutu pendidikan Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari laporan tentang

pembangunan manusia Indonesia yang dipublikasikan United Nations

Development Programme (UNDP) tahun 2004, dimana Human Development

Indonesia berada di urutan ke-111 dari 175 negara.

Kondisi Indonesia yang memprihatinkan inilah yang mendorong para

pakar untuk terus mencari cara untuk meningkatkan mutu pendidikan bangsa.

Berbagai upaya dilakukan guna memperbaiki sistem pendidikan nasional kita,

salah satunya dengan perubahan kurikulum sekolah. Sampai saat ini tercatat

bahwa Indonesia telah mengalami 7 kali perubahan kurikulum, yaitu : Rencana

Pelajaran 1947, Kurikulum 1968, Kurikulum 1975, Kurikulum 1984, Kurikulum

1994, Kurikulum 2004 (Kurikulum Berbasis Kompetensi), dan Kurikulum 2006

(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).

Pada tahun 2004 kita menggunakan Kurikulum berbasis Kompetensi.

(23)

kepada sekolah dan guru, para birokrat pendidikan mengatakan bahwa KBK

merupakan wujud dari desentralisasi pendidikan dan sebuah terobosan pendidikan

yang nantinya bakal mendongkrak mutu pendidikan. Setelah dua tahun KBK

dilaksanakan di hampir semua jenis dan jenjang sekolah di tanah air, Depdiknas

dengan mudah mengatakan bahwa KBK merupakan kurikulum uji coba dan

belum ada landasan hukumnya karena belum ditandatangani oleh Mendiknas

sehingga layak untuk diganti.

Awalnya, KBK memang diujicobakan pada beberapa sekolah, tetapi

belum dilakukan evaluasi secara menyeluruh Depdiknas sudah memberlakukan

KBK secara nasional. Kemudian secara tiba – tiba KBK diganti dengan KTSP

(Kurikulum Tingkat Satua n Pendidikan) dengan alasan bahwa KBK 2004 dinilai

terlalu sarat materi dan tidak mempresentasikan sebuah model baru pengajaran

yang menekankan pada penguasaan dan kompetensi siswa.

Pemberlakuan KTSP sendiri dirasa tanpa sebuah persiapan yang matang.

Hal ini dapat dilihat dari rentang waktu penandatanganan dengan pelaksanaan

Peraturan Mendiknas No 22, 23, dan 24. Peraturan Mendiknas ditandatangani

tanggal 23 Mei 2006, tetapi sekolah wajib melaksanakan mulai bulan Juli tahun

pelajaran 2006/2007.

Peraturan Mendiknas memberi amanat KTSP disusun dan dikembangkan

oleh masing – masing jenis dan jenjang sekolah dengan berpedoman pada

Standar Isi yang dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan, serta

disesuaikan dengan situasi, kondisi, dan daya dukung sekolah. Untuk menyusun

(24)

seluruh pemangku kepentingan. Dokumen KTSP dinyatakan berlaku setelah

mendapatkan legalisasi dari Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota untuk

jenjang pendidikan dasar (SD dan SMP) dan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi

untuk jenjang menengah (SMA dan SMK). Secara teknis, proses penyusunan

KTSP membutuhkan waktu yang tidak singkat sehingga pada tahun 2006/2007

secara de jure sekolah menggunakan KTSP, tetapi secara de Facto sekolah belum mempunyai dokumen KTSP.

Dari perubahan kurikulum di atas yang menjadi "korban" adalah siswa,

orangtua, dan yang terutama adalah guru. Guru bebas menentukan materi sendiri,

kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian yang harus dicapai oleh siswa.

Dengan kata lain, Guru dituntut untuk lebih aktif, kreatif banyak ide, kritis dengan

situasi yang ada dan tidak menunggu.

Pelaksanaan KTSP memang menjadi beban yang berat bagi seorang guru.

Guru harus mencermati standar kompetensi, menyeleksi kompetensi dasar yang

harus dipelajari oleh peserta didik, membuat silabus, memilih pendekatan yang

tepat, mengetahui setiap personal peserta didik, melakukan observasi, dan

sekarang ini tugas guru bertambah lagi dengan harus membuat kurikulum sendiri.

hal tersebut tidaklah mudah karena pada kenyataannya masih banyak guru yang

bersikap pasif. Mereka terbiasa menjadi pelaksana saja, atau dengan kata lain

mereka hanya mengerjakan apa yang sudah ada dengan gambaran yang sudah

tepat, aturan dan langkah yang sudah jelas. Maka ketika ditawarkan peluang untuk

(25)

Perbedaan jenis kelamin akan mempengaruhi proses pemaqhaman

penerimaan terhadap suatu objek. Karena secara Fisiologi maupun Psikologis pria

dan wanita itu berbeda. Perbedaan fisiologis tampak dari bentuk tubuh, suara,

gaya, dan cara jalan. Sedangkan secara Psikologis tampak dalam perbedaan pola

pikir. Perbedaan pola pikir akan sangat memepengaruhi penilaian seseorang akan

suatu objek yang diamati. Berdasarkan uraian diatas, diduga ada perbedaan

persepsi guru terhadap penerapan KTSP ditinjau dari jenis kelamin.

Latar belakang pendidikan yang diperoleh guru selama studi juga akan

mempengaruhi proses pemahaman dan penerimaan terhadap suatu objek. Guru

yang memiliki latar belakang pendidikan dari FKIP tentu memiliki keahlian yang

cukup di bidang keguruan sehingga ia dapat menjalankan tugas mengajar dan

mendidik dengan baik. Sedangkan guru yang memiliki latar belakang dari non

FKIP tentu tidak memperoleh kemampuan dan keahlian keguruan. Berdasarkan

uraian diatas, diduga ada perbedaan persepsi guru terhadap penerapan KTSP

ditinjau dari pengalaman mengajar

Latar belakang pendidikan yang diperoleh guru selama studi juga akan

mempengaruhi proses pemahama n dan penerimaan terhadap suatu objek. Guru

yang memiliki latar belakang pendidikan dari FKIP tentu memiliki keahlian yang

cukup di bidang keguruan sehingga ia dapat menjalankan tugas mengajar dan

mendidik dengan baik. Sedangkan guru yang memiliki latar belakang dari non

FKIP tentu tidak memperoleh kemampuan dan keahlian keguruan. Berdasarkan

uraian diatas, diduga ada perbedaan persepsi guru terhadap penerapan KTSP

(26)

Dari uraian diatas yang akan diteliti oleh penulis adalah guru di sekolah

yang sudah menggunakan KTSP. Oleh karena itu dengan penelitian ini penulis

ingin mengetahui perbedaan persepsi guru terhadap penerapan Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan ditinjau dari jenis kelamin, pengalaman mengajar dan jenis

pendidikan guru.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap penerapan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan Ditinjau dari jenis kelamin?

2. Apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap penerapan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan Ditinjau dari penga laman mengajar?

3. Apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap penerapan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan Ditinjau dari jenis pendidikan guru?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Perbedaan persepsi guru terhadap penerapan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan Ditinjau dari jenis kelamin.

2. Perbedaan persepsi guru terhadap penerapan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan Ditinjau dari pengalaman mengajar.

3. Perbedaan persepsi guru terhadap penerapan Kurikulum Tingkat Satuan

(27)

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Sekolah

Untuk memberikan gambaran yang konkrit mengenai persepsi guru

terhadap KTSP khususnya bagi kepala sekolah. Berdasarkan hasil

penelitian ini, kepala sekolah dapat menyamakan persepsi guru terhadap

pelaksanaan KTSP di sekolah. Dengan demikian, pelaksanaan KTSP di

sekolah dapat berlangsung dengan baik karena setiap guru memiliki

pemahaman yang sama.

2. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi bagi

penelitian selanjutnya serta dapat menambah kepustakaan yang berguna

bagi mahasiswa atau pihak lain.

3. Bagi Penulis

Dengan penelitian ini penulis dapat menambah pengetahuan dan

penagalaman yang berguna bagi penulis serta penulis dapat berlatih

(28)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Persepsi Guru

1. Pengertian Persepsi

Sejak individu dilahirkan, sejak itu pula individu secara langsung

berhubungan dengan dunia luarnya. Mulai saat itu individu menerima

secara langsung stimulus atau rangsangan dari luar disamping dari dalam

dirinya sendiri. Individu mulai merasa kedinginan, sakit, tidak senang dan

sebagainya, kesan seperti itu yang diperoleh dari lingkungannya

merupakan hasil dari proses persepsi, karena persepsi merupakan proses

memahami dunianya. ( Bimo, 1994 :53 )

Persepsi pada hakekatnya adalah proses pemahaman yang dialami

oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya,

baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan

penciuman. ( Miftah, 1983 : 138 )

Persepsi berarti mengenal sesuatu alat indra dengan secara global

dan belum disertai kesadaran, sedang subjek dan objeknya belum

terbedakan satu dari yang lainnya. ( Mahfud, 1991 : 91 )

Persepsi adalah proses mengorganisasikan, menginterpretasikan

sehingga individu mengerti tentang apa yang diinderakan. ( Bimo, 1994 :

(29)

Menurut Husaini dan Noor (1991), pengertian persepsi adalah

objek – objek di sekitar, kita tangkap melalui alat indra dan diproyeksikan

pada bagian tertentu dalam otak sehingga kita dapat mengamati objek

tersebut.

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas dapat disimpulkan

bahwa persepsi adalah proses pemahaman, menerima, mengorganisasikan

dan menginterpretasikan rangsangan dari lingkungannya melalui panca

indra, sehingga individu menyadari dan mengerti apa yang diindera.

2. Syarat-syarat Individu dapat Menyadari dan Mengadakan Persepsi

Syarat – syarat agar individu dapat menyadari dan mengadakan

persepsi yaitu :

a. Adanya objek yang dipersepsi

Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor,

dapat datang dari dalam yang langsung mengenai syaraf penerima

(sensoris) yang bekerja sebagai reseptor.

b. Alat Indra

Alat indera atau stimulus merupakan alat untuk menerima stimulus. Di

samping itu, harus adapula syaraf sensoris sebagai alat untuk menerima

stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf yaitu otak

sebagai pusat kesadaran dan sebagai alat untuk mengadakan respon

(30)

c. Adanya Perhatian

Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi sesuatu diperlukan

adanya perhatian yang merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan

dalam mengadakan persepsi. Tanpa perhatian tidak akan terjadi persepsi.

Bimo, 1994 : 54 )

3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Persepsi

a. Faktor - faktor perhatian dari luar yakni faktor – faktor yang terdiri

dari pengaruh – pengaruh lingkungan antara lain:

1) Intensitas

Prinsip intensitas menyatakan bahwa semakin besar intensitas

stimulus dari luar semakin besar pula hal- hal untuk dipahami.

2) Ukuran

Faktor ukuran menyatakan bahwa semakin besar ukuran sesuatu

obyek, maka semakin mudah untuk diketahui atau dipahami.

3) Keberlawanan

Prinsip keberlawanan menyatakan bahwa sti,ulus luar yang

penampilnnya berlawanan dengan latar belakang atau sekelilingnya

yang sama sekali di luar sangkaan orang banyak, akan menarik

perhatian.

4) Pengulangan

Prinsip pengulangan menyatakan bahwa stimulus dari luar yang

diulang akan memberikan perhatian yang lebih besar dibandingkan

(31)

5) Gerakan.

Orang akan memberikan banyak perha tian terhadap obyek yang

bergerak dalam jangkauan pandangannya, dibandingkan dengan

obyek yang diam.

b. Faktor – faktor dari dalam terdiri dari :

1) proses belajar ( Learning )

Setiap orang belajar belajar dari pengalaman-pengalaman yang

dialaminya. Pengalaman tersebut oleh individu diorganisasikan

kemudian diinterpretasikan, sehingga individu menyadari, mengerti

apa yang diiderakan itu. Persepsi merupakan keadaan yang

menyeluruh dari individu terhadap stimulus yang diterimanya.

Oleh karena itu, apa yang ada dalam diri individu,

pengalaman-pengalaman individu akan ikut aktif dalam persepsi individu

(Moskowitz dan Orgol,1969).

2) motivasi

Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi

yang ada pada individu manusia, sehingga akan mempengaruhi

kejiwaan serta emosi, yang kemudian diakhiri dengan suatu

tindakan. Secara psikologis setiap faktor mental, suasana emosi,

keinginan yang kuat akan mempengaruhi respons persepsi.

3) Kepribadian

Kepribadian mempunyai akibat tentang apa yang diperhatikan

(32)

antar individu satu dengan individu lain akan menyebabkan

perbedaan dalam menanggapi respons persepsi.

4. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Perbedaan Persepsi

a. Perhatian

Terjadinya persepsi pertama kali diawali oleh adanya perhatian. Tidak

semua stimulus di sekitar kita dapat kita tangkap semuanya secara

bersamaan. Perhatian kita hanya tertuju pada satu atau dua obyek yang

menarik bagi kita.

b. Kebutuhan

Setiap orang mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi, baik itu

kebutuhan menetap maupun kebutuhan yang sesaat.

c. Kesediaan

Kesediaan adalah harapan seseorang terhadap suatu stimulus yang

muncul, agar memberikan reaksi terhadap stimulus yang diterima lebih

efisien sehingga akan lebih baik apabila orang tersebut telah siap

terlebih dahulu.

d. Sistem Nilai

Sitem nilai yang berlaku dalam diri seseorang atau masyarakt akan

berpengaruh terhadap persepsi seseorang.

B. Guru

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( 1990 : 228 ) guru adalah

(33)

Sedangkan menurut Undang – Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20

Tahun 2003 Bab XI pasal 39 ayat 2 mendefinisikan pendidik (guru) sebagai:

Pendidik (guru) merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.

Implikasi formalnya setiap kegiatan kependidikan hanya dapat dilakukan oleh

tenaga kependidikan yang mempunyai wewenang mengajar yakni guru dan

dosen.

C. Kurikulum

1. Pengertian Kurikulum

Menurut pandangan lama, kurikulum adalah sejumlah mata

pelajaran yang harus ditempuh oleh murid untuk memperoleh ijazah.

(Wiryokusumo, 1988 : 3). Selanjutnya Romine (dalam bukunya

Wiryokusumo 1988 : 4 ) menyatakan pandangan baru kurikulum sebagai

berikut :Curriculum is interpreted to mean all of the organized courses, activities, and experiences which pupils have under direction of tehe school whether in the classroom or not.

Webster's New Collegiate Dictionary ( Allan & Linda, 1995 : 3)

menyatakan bahwa : curriculum as a course study, as in a college, the whole body of courses offered in a educational institution or by a department there of.

Menurut Nana Sudjana (dalam Iswanto, 2000 : 26) kurikulum

(34)

belajar yang diharapkan, yang diformulasikan melalui pengetahuan dan

kegiatan tersusun secara sistematis, diberikan kepada siswa di bawah

tanggung jawab sekolah untuk membantu pertumbuhan atau

perkembangan pribadi dan kompetensi sosial anak didik.

Dari pengertian tersebut di atas, ada dua hal yang tersirat dalam

pengetian kurikulum. Pertama, kurikulum merupakan program atau

rencana atu niat atau harapan atau keinginan. Pada hakekatnya kurikulum

potensial, wujud nyatanya adalah buku kurikulum yang dituangkan dalam

garis – garis besar program pengajaran beserta petunjuk pelaksanaannya.

Kedua, adalah pengalaman belajar atau kegiatan nyata hakekatnya adalah

kurikulum aktual, wujudnya adalah kegiatan nyata pada roses belajar

mengajar berlangsung atau lebih populer disebut pengajaran (instruction). Oleh sebab itu, kutikulum dan pengajaran tidak bisa dipisahkan tetapi

hanya bisa dibedakan. Kurikulum adalah rencana atau program belajar dan

pengajaran adalah pelaksanaan atau operasionalisasi dari rencana dan

program.

2. Peranan Kurikulum

Pada dasarnya kurikulum merupakan refleksi dari kebudayaan

dimana kurikulum tersebut berada. Dengan memperhatikan struktur suatu

kebudayaan, lebih memperjelas lagi untuk membedakan suatu kurikulum

yang satu dengan yang lainnya yaitu kurikulum yang menggambarkan

(35)

Dalam upaya menerapkan dan mengelola kurikulum, maka

kurikulum memiliki peranan sebagai berikut :

a. Peranan Konservatif

Salah satu tanggung jawab kurikulum adalah menstransmisikan dan

menafsirkan warisan sosial kepada generasi muda. Dengan demikian,

sekolah sebagai suatu lembaga sosial dapat mempengaruhi dan dan

membina tingkah laku para siswa sesuai dengan nilai- nilai sosial yang

ada dalam masyarakat sejalan dengan peranan pendidikan sebagai

suatu proses sosial.

b. Peranan Kreatif

Kurikulum harus mampu melakukan kegiatan-kegiatan kreatif dan

konstruktif dalam arti harus menyusun atau mendesain sesuatu yang

baru sesuai dengan kebutuhan masa sekarang dan masa mendatang

dalam masyarakat dan dibuat dalam bentuk mata pelajaran yang akan

disajikan pada para pesrta didik.

c. Peranan Kritis dan Evaluatif

Kurikulum berperan aktif dalam kontrol sosial dan menekankan pada

unsur-unsur berpikir kritis di mana nilai- nilai sosial yang tidak sesuai

dengan perkembangan teknologi disisihkan dan yang sesuai ditata

untuk siap diorganisasikan menjadi bentuk pengalaman belajar yang

mampu mengembangkan sikap kritis peserta didik ke arah

pembentukan pribadi yangn terintegrasi dengan kehidupan nyata di

(36)

3. Fungsi Kurikulum

Menurut Alexander Inglis (dalam Wiryokusumo, 1988 : 8) kurikulum memiliki fungsi sebagai berikut :

a. Fungsi Penyesuaian ( The Adjustive of Adaptive Function)

Lingkungan masyarakat yang bersifat dinamis harus diikuti dengan

kedinamisan hidup setiap anggota masyarakat. Oleh karena itu,

kurikulum harus mampu menata keadaan masyarakat agar dapat

dibawa ke lingkungan sekolah untuk dijadikan objek pelajaran.

b. Fungsi Pengintegrasian (The Integrating Function)

Kurikulum harus mampu mebnyiapkan pengalaman belajar yang dapat

mendidik pribadi yang terintegrasi, karena individu- individu yang

berada di sekolah mampu melakukan pengitegrasian sesuai dengan

norma masyarakat.

c. Fungsi Pembedaan (The Differentiating Function)

Kurikulum harus mampu melayani pengembangan-pengembangan

potensi individu yang akan hidup di lingkungan masyarakat.

d. Fungsi Penyiapan (The Propaedeutic Function)

Kurikulum juga harus menyiapkan seperangkat

pengalaman-pengalaman belajar yang siap dianalisis oleh peserta didik untuk bekal

hidup bermasyarakat.

(37)

Sekolah melakukan penyeleksian secara selektif terhadap pengalaman

belajar yang dapat diorganisir lebih lanjut dalam suatu bentuk

organisasi kurikulum.

f. Fungsi Diagnosa ( The Diagnotic Function)

Fungsi ini merupakan fungsi kurikulum yang pada gilirannya akam

mengetahui keberhasilan. Penerapan program-program pengalaman

belajar yang diikuti oleh peserta didik sejalan dengan upaya memahami

bakat dan minat peserta didik.

D. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

1. Hakekat Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

a. Pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah kurikulum operasional

yang disusun, dikembangkan dan dilaksanakan oleh setiap satuan

pendidikan yang sudah siap dan mampu mengembangkannya dengan

memperhatikan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional Pasal 36 :

1). Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada

Standar Nasional Pendidikan untuk mewujudkan tujuan

Pendidikan Nasional.

2). Kurikulum pada semua jenis dan jenjang pendidikan

dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan

(38)

3). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dasar dan menengah

dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah berpedoman pada

Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi serta panduan

penyusunan kurikulum yang dibuat oleh BNSP.

b. Tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

1). Tujuan Umum

Secara umum tujuan diterapkannya Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan adalah untuk memandirikan dan memberdayakan

satuan pendidikan melalui pemberian wewenang (otonomi) kepada

lembaga pendidikan dan mendorong sekolah melakukan

pengambilan keputusan secara partisipatif dalam mengembangkan

kurikulum.

2). Tujuan Khusus

Secara khusus tujuan diterapkannya Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan adalah :

a). Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan

inisiatif sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola

dan memberdayakan sumber daya yang tersedia.

b). Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam

pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan

bersama.

c). Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan

(39)

c. Landasan Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dilandasi oleh Undang-Undang

dan Peraturan Pemerintah sebagai berikut :

1). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas.

2). Peraturan Pemerintah Nomor 19 tentang Standar Nasional

Pendidikan.

3). Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi.

4). Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi

Lulusan.

5). Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang pelaksanaan

Permendiknas Nomor 22 dan 23.

d. Karakteristik Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan memiliki beberapa karakteristik

yaitu :

1). Pemberian Otonomi kepada Sekolah dan Satuan Pendidikan

2). Partisipasi Masyarakat dan Orang Tua yang Tinggi

3). Kepemimpinan yang Demokratis dan Profesional

4). Tim Kerja yang Kompak dan Transparan

e. Aspek - Aspek Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Agar Pengembangan dan Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan mampu mendongkrak kualitas pendidikan, perlu didukung

oleh perubahan mendasar dalam kebijaksanaan pengelolaan sekolah

(40)

1).Iklim Pembelajaran yang Kondusif

Iklim yang kondusif akan mendorong terwujudnya proses

pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan bermakna yang lebih

menekankan pada belajar mengetahui (Learning to know), belajar berkarya (learning to do), belajar menjadi diri sendiri ( learning to be), dan belajar hidup bersama secara harmonis (learning to live together)

2).Otonomi Sekolah dan Satuan Pendidikan

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, kebijakan

pengembangan kurikulum dan pembelajaran beserta sistem

evaluasinya didesentralisasikan ke sekolah dan satuan pendidikan,

sehingga pengembangan kurikulum diharapkan sesuai dengan

kebutuhan peserta didik dan masyarakat secara lebih fleksibel.

3).Kewajiban Sekolah dan Satuan Pendidikan

Sekolah dan satuan pendidikan dituntut mampu

mengembangkan kurikulum dan mengelola sumber daya secara

transparan, demokratis, dan bertanggung jawab baik terhadap

masyarakat maupun pemerintah dalam rangka meningkatkan

kapasitas pelayanan dan kualitas terhadap peserta didik.

4).Kepemimipinan Sekolah yang Demokratis dan Profesional

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, kepala

(41)

5).Revitalisasi Partisipasi Masyarakat dan Orang Tua

Masyarakat dan orangtua harus disadarkan bahwa sekolah

adalah lembaga pendidikan yang perlu didukung oleh semua pihak.

Prestasi keberhasilan sekolah harus menjadi kebanggaan

masyarakat dan lingkungannya. Ini berarti, pelaksanaan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan memerlukan kesadaran dan partisipasi

aktif semua pihak yang terkait dengan pendidikan.

6).Menghidupkan serta Meluruskan Kelompok Kerja Guru (KKG)

dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)

Kegiatan MGMP dan KKG perlu dihidupkan dan diluruskan

agar dapat dijadikan sebagai wadah guru untuk meningkatkan mutu

pendidikan di sekolah melalui peningkatan mutu pembelajaran

(effective teaching) 7).Kemandirian Guru

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, guru harus

mampu bekerja mandiri untuk memperbaiki diri dalam

pembelajaran. Hal ini penting agar ia benar-benar menjadi guru

yang bisa digugu dan ditiru, sehingga tidak saja mampu

mengembangkan Kurikulum Tingkat Satua n Pendidikan tetapi juga

melaksanakannya dalam pembelajaran secara efektif dan

menyenangkan.

2. Memahami dan memaknai Standar Isi

(42)

Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang

harus ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.

1). Struktur Kurikulum SD/MI

Tabel II.1

Struktur Kurikulum SD/MI

KELAS DAN ALOKASI WAKTU

KOMPONEN

I II III IV,V,VI A.MATA PELAJARAN

1. Pendidikan Agama 3

2. Pendidikan Kewarganegaraan 2

3. Bahasa Indonesia 5

4. Matematika 5

5. Ilmu Pengetahuan Alam 4 6. Ilmu Pengetahuan Sosial 3 7. Seni Budaya dan Keterampilan 4 8. Pendidikan Jasmani, Olahraga 4 Dan Kesehatan

B. MUATAN LOKAL 2

C. PENGETAHUAN DIRI 2*

Jumlah 26 27 28 32 2*) Ekuivalen 2 jam pelajaran

2). Struktur Kurikulum SMP/MTs

Tabel II.2

Struktur Kurikulum SMP/MTs

KELAS DAN ALOKASI WAKTU

KOMPONEN

VII VIII IX A.MATA PELAJARAN

(43)

2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2

3). Struktur Kurikulum SMA/MA

Tabel II.3

Struktur kurikulum SMA/MA Kelas X

KELAS DAN ALOKASI WAKTU

KOMPONEN

X A.MATA PELAJARAN

1. Pendidikan Agama 2

2. Pendidikan Kewarganegaraan 2

3. Bahasa Indonesia 4

14. Pendidikan Jasmani, Olahraga 2 dan Kesehatan

15, Keterampilan/Teknologi 2 Informasi dan Komunikasi

(44)

C. PENGETAHUAN DIRI 2*)

Jumlah 38

2*) Ekuivalen 2 jam pelajaran

Tabel II.4

Struktur kurikulum SMA/MA Kelas XI dan XII untuk program IPA

KELAS DAN ALOKASI WAKTU

KOMPONEN

XI XII

A.MATA PELAJARAN

1. Pendidikan Agama 2 2 2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 3. Bahasa Indonesia 4 4

11. Pendidikan Jasmani, Olahraga

2 2

dan Kesehatan

12, Keterampilan/Bahasa Asing 2 2

B. MUATAN LOKAL 2 2

C. PENGETAHUAN DIRI 2*) 2*)

Jumlah 39 39

2*) Ekuivalen 2 jam pelajaran

Tabel II.5

Struktur kurikulum SMA/MA Kelas XI dan XII untuk program IPS

KOMPONEN KELAS DAN ALOKASI WAKTU

XI XII A.MATA PELAJARAN

(45)

2. Pendidikan Kewarganegaraan 2

11. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan

2 2

12, Teknologi Informasi dan 2 2 Komunikasi

13. Keterampilan/Bahasa Asing2 2 2

B. MUATAN LOKAL 2 2

C. PENGETAHUAN DIRI 2*) 2*)

Jumlah 39 39

2*) Ekuivalen 2 jam pelajaran

4). Struktur KurikulumSMK/MAK

Tabel II.1

Struktur Kurikulum SMK/MAK

KELAS DAN ALOKASI WAKTU

Jam Pelajaran Durasi Waktu

KOMPONEN

per muinggu Jam A.MATA PELAJARAN

1. Pendidikan Agama 2 192 2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 192 3. Bahasa Indonesia 4 192

9. Pendidikan Jasmani, Olahraga 2 192 dan Kesehatan

10, Keterampilan/Bahasa Asing 2

1. Keterampilan Komputer 202 dan pengelolaan Informasi

(46)

3. Dasar Kompetensi 140 Kejuruan

4. Kompetensi Kejuruan 1000

B. MUATAN LOKAL 2 192

C. PENGETAHUAN DIRI -2 -192

Jumlah 36 3950

b. Beban Belajar

Beban belajar dirumuskan dalam bentuk satuan waktu yang

dibutuhkan oleh peserta didik untuk mengikuti program pembelajaran

melalui sistem tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan

mandiri tidak terstruktur.

1). Kegiatan Tatap Muka

Kegiatan tatap muka adalah kegiatan pembelajaran yang berupa

proses interaksi antara peserta didik dengan guru.Beban belajar

kegiatan tatap muka per jam pembelajaran pada masing- nmasing

satuan pendidikan adalah sebagai berikut:

a). SD/MI/SDLB berlansung selama 35 menit.

b). SMP/MTs/SMPLB berlangsung selama 40menit.

c). SMA/MA/SMALB/ SMK/MAK berlangsung selama 45

menit.

2). Penugasan Terstruktur

Penugasan Terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang

berupa pendalaman materi oleh peserta didik yang dirancang

oleh pendidik untuk mencapai standar kompetensi.

(47)

Penugasan Mandiri Tidak Terstruktur kegiatan pembelajaran

yang berupa pendalaman materi oleh peserta didik yang

dirancang oleh pendidik untuk mencapai standar kompetensi.

Pemberian tugas ini tidak dilakukan secara teratur, namun

bersifat insidental.

3. Mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

a. Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Pengembangan kurikulum menyangkut beberapa tingkat, yaitu:

1) Pengembangan Kurikulum Tingkat Nasional

Dalam kaitannya dengan KTSP, pengembangan kurikulum tingkat

nasional dilakukan dalam rangka mengembangkan Standar

Nasional Pendidikan yang pada saat ini mencakup Standar

Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Isi (SI) untuk setiap

satuan pendidikan pada masing- masing jenjang dan jenis

pendidikan, terutama pada jalur pendidikan sekolah.

2) Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini antara lain:

a)Menganalisis dan mengembangkan Standar Kompetensi

Lulusan (SKL) dan Standar Isi (SI).

b)Merumuskan visi dan misi, serta merumuskan tujuan

(48)

c)Berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, visi dan

misi, serta tujuan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan

selanjutnya dikembangkan bidang studi yang akan diberikan

untuk merealisasi tujuan tersebut.

d)Mengembangkan dan mengidentifikasi tenaga-tenaga

kependidikan sesuai dengan kualifikasi yang diperlukan.

e)Mengidentifikasi fasilitas pembelajaran yang diperlukan untuk

memberi kemudahan belajar.

3) Pengembangan Silabus

Kegiatan yang dilakukan antara lain:

a)Mengidentifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar

serta tujuan setiap bidang studi

b)Mengembangkan kompetensi dasar dan materi standar yang

diperlukan dalam pembelajaran.

c)Mendiskripsikan kompetensi dasar serta mengelompokkannya

sesuai dengan ruang lingkup dan urutannya.

d)Mengembangkan setiap indikator untuk setiap kompetensi serta

kriteria pencapaiannya dan pengelompokannya sesuai dengan

ranah pengetahuan, pemahaman, kemampuan (keterampilan),

nilai dan sikap.

e)Mengembangkan instrumen penilaian yang sesuai dengan

indikator pencapaian kompetensi.

(49)

Kegiatan pengembangan kurikulum pada tingkat ini adalah

menyusun dan mengembangkan rencana pelaksanaan

pembelajaran atau persiapan mengajar.

5) Kurikulum Aktual

Kurikulum aktual atau pelaksanaan pembelajaran adalah interaksi

antara peserta didik dengan guru dan lingkungan pembelajaran.

b. Prinsip Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan jenjang pendidikan

dasar dan menengah dikembangkan di sekolah dan komite sekolah

berpedoman pada standar kompetensi lulusan dan standar isi serta

panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh BSNP. Kurikulum

dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip berikut:

1) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan

peserta didik dan lingkungannya

2). Beragam dan terpadu

3).Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan

seni

4). Relevan dengan kebutuhan kehidupan

5). Menyeluruh dan berkesinambungan

6). Belajar sepanjang hayat

7). Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah

(50)

Strategi yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan KTSP yaitu

berkaitan dengan :

1) Sosialisasi KTSP di sekolah

2) Menciptakan suasana yang kondusif

3) Mengembangkan fasilitas dan sumber belajar

4) Membina disiplin

5) Mengembangkan kemandirian Kepala Sekolah

6) Mengubah paradigma (pola pikir) guru

7) Memberdayakan staff

4. Pembelajaran dan Penilaian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

a. Prinsip Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Dalam pelaksanaan kurikulum di setiap satuan pendidikan

menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut :

1) Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi, perkembangan

dan kondisi peserta didik untuk mengusasai kompetensi yang

berguna bagi dirinya.

2) Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar,

yaitu: (a) belajar untuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, (b) belajar untuk memahami dan menghayati, (c) belajar

untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif, (d) belajar

untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain, (e) belajar untuk

membangun dan menemukan jati diri, melalui proses pembelajaran

(51)

3) Pelaksanaan kurikulum memungkinkan peserta didik mendapat

pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan dan/atau percepatan

sesuai dengan potensi, tahap perkembangan, dan kondisi peserta

didik dengan tetap memperhatikan keterpaduan pengembangan

pribadi peserta didik yang berdimensi ke-Tuhanan, keindividuan,

kesosialan, dan moral.

4) Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik

dan pendidik yang saling menerima dan menghargai, akrab,

terbuka, dan hangat.

5) Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan

multistrategi dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang

memadai, dan memanfaatkan lingkungan sekitar sabagai sumber

belajar.

6) Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam,

sosial dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan

pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian secara optimal.

7) Kurikulum yangt mencakup seluruh komponen kompetensi mata

pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri diselenggarakan

dalam keseimbangan, keterkaitan, dan kesinambungan yang cocok

dan memadai antar kelas dan jenis serta jenjang pendidikan.

b. Pengembangan Program

(52)

Program Tahunan merupakan program umum setiap mata

pelajaran untuk setiap kelas yang dikembangkan oleh guru mata

pelajaran yang bersangkutan. Sumber-sumber yang dapat

dijadik an sebagai bahan pengembangan program tahunan antara

lain:

a). Daftar kompetensi standar sebagai konsensus nasional yang

dikembangkan dalam silabus mata pelajaran yang akan

dikembangkan.

b). Ruang lingkup dan urutan kompetensi.

c). Kalender Pendidikan.

2). Program Semester

Program semester berisikan garis-garis besar mengenai

hal- hal yang hendak dilaksanakan dan dicapai dalam semester

tersebut. Umumnya berisi bulan, pokok bahasan yang hendak

disampaikan, waktu yang direncanakan, dan

keterangan-keterangan.

3). Program Mingguan dan Harian

Untuk membantu kemajuan peserta didik, disamping modul

perlu dikembangkan program mingguan dan harian. Melalui

program ini dapat diketahui tujuan-tujan yang belum tercapai dan

yang perlu diulang bagi peserta didik. Melalui program ini,

(53)

sehingga guru dengan segera mengetahui peserta didik yang

mendapat kesulitan. Bagi peserta didik yang cepat diberikan

pengayaan, sedangkan bagi peserta didik yang lambat dilakukan

pengulangan modul untuk mencapai tujuan yang belum tercapai.

4). Program Pengayaan dan Remedial

Program ini merupakan pelengkap dan penjabaran dari

program mingguan dan harian.Berdasarkan hasil analisis terhadap

kegiatan belajar dan terhadap modul, tugas, hasil tes dan ulangan

dapat diperoleh tingkat kemampuan belajar setiap peserta didik.

Hasil analisis dipadukan dengan cara-cara yang ada pada progra

mingguan dan harian untuk digunakan sebagai bahan tindak lanjut

proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Program ini juga

mengidentifikasi modul yang perlu diulang, peserta didik wajib

mengikuti remedial dan yang mengikuti program pengayaan.

5). Program Pengembangan

Dalam pelaksanaan KTSP, sekolah berkewajiban

memberikan program pengembangan diri melalui bimbingan dan

konseling kepada peserta didik yang menyangkut pribadi, sosial,

dan karir.

c. Pelaksanaan Pembelajaran

1). Pre Test (tes Awal)

Fungsi Pre test antara lain :

(54)

b). Untuk mengetahui tingkat belajar peserta didik dalam prose

belajar sehubungan dengan pembelajaran yang telah

dilaksanakan.

c). Untuk mengetahui kemampuan awal yang telah dimiliki

oleh peserta didik.

d). Untuk mengetahui darimana seharusnya proses

pembelajaran dimulai.

2). Pembentukan Kompetensi

Pembentukan kompetensi merupakan kegiatan inti dari

pelaksanaan pembelajaran, yakni bagaimana kompetensi

dibentuk pada peserta didik dan bagaimana tujuan-tujuan belajar

direalisasikan.

3). Post Test

Fungsi Post Tes antara lain :

a). Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik

terhadap kompetensi yang telah dilakukan.

b). Untuk mengetahui kompetensi dan tujuan-tujuan yang dapat

dikuasai peserta didik, serta kompetensi dan tujuan-tujuan

yang belum dikuasai peserta didik.

c). Untuk mengetahui peserta didik yang perlu mengikuti

kegiatan remidial, dan yang perlu mengikuti kegiatan

pengayaan, serta untuk mengetahui tingkat kesulitan

(55)

d). Sebagai bahan acuan untuk melakukan perbaikan terhadap

kegiatan pembelajaran.

d. Penilaian Hasil Belajar

Penilaian hasil dalam KTSP dapat dilakukan dengan :

1). Penilaian Kelas

Penilaian kelas dapat dilakukan dengan ulangan harian, ulangan

umum, dan ujian akhir.

2). Tes Kemampuan Dasar

Tes kemampuan dasar dilakukan untuk mengetahui kemampuan

membaca, menulis dan berhitung yang diperlukan dalam rangka

perbaikan program pembelajaran.

3). Penilaian Akhir Satuan Pendidikan dan Sertifikasi

Pada setiap akhir semester dan tahun pelajaran diselenggarakan

kegiatan penilaian guna mendapatkan gambaran secara utuh

mengenai ketuntasan belajar peserta didik dalam satuan waktu

tertentu.

4). Benchmarking

Benchmarking merupakan suatu standar untuk mengukur

kinerja yang sedang berjalan, proses dan hasil untuk mencapai

suatu keunggulan yang memuaskan.

5). Penilaian Program

Penilaian program dilakukan oleh Departemen Pendidikan

(56)

berkesinambungan. Penilaian program dilakukan untuk

mengetahui kesesuaian KTSP dengan dasar, fungsi, dan tujuan

pendidikan nasional, serta kesesuaian dengan tuntutan

perkembangan masyarakat dan kemajuan jaman.

E. Jenis Kelamin

Jenis kelamin yang dimaksud disini adalah pria dan wanita. Seperti

yang ditulis Gilarso (2001 : 2) bahwa jenis kelamin menunjuk pada

keseluruhan ciri-ciri yang membedakan manusia sebagai pria dan wanita

yakni: jasmaninya, kejiwaannya, sifatnya, cara berpikir, bentuk tubuh, suara

dan gaya, perasaannya, bakat-bakat dan sebagainya. Perbedaan yang ada pada

pria dan wanita, baik secara fisik maupun psikis akan mempengaruhi

kepribadian seseorang di mana dalam kepribadian terkandung arti : ada daya

tarik fisik, perasaan, kedewasaan serta me nimbulkan perbedaan suatu pola

pikir atas objek yang diamatinya.

Menurut Kartini (1971) dalam bukunya yang berjudul Teori

Kepribadian dan Mental Hygiene, ada perbedaan-perbedaan yang penting

dalam karakter pria dan wanita. Perbedaan-perbedaan tersebut antara lain:

1. Pria lebih bersifat egosentris,sedangkan wanita lebih bersifat heterosentris.

2. Kaum pria biasanya muncul sebagai pemegang inisiatif, sedangkan wanita

lebih bersifat melindungi, memelihara, dan mempertahankan (desentif).

Menurut professor Heymans, perbedaan pria dan wanita terletak pada sifat

(57)

1. Sekunderitas

Perasaan wanita akan lebih lama berpengaruh terhadap struktur

kepribadian dibandingkan dengan pria.

2. Emosional

Wanita lebih bersifat emosio nal daripada pria.

3. Aktivitas

a. Wanita kurang berminat pada pelontaran kriktik terhadap bidang

kesehatan dan kebudayaan daripada pria.

b. Wanita umumnya lebih bersifat spontan, lebih mempunyai kepastian

jiwa terhadap keputusan-keputusan yang diambil dan lebih antusias

memperjuangkan pendiriannya dari pada kaum pria.

F. Pengalaman Mengajar

Arti kata pengalaman menurut kamus besar umum Bahasa Indonesia

adalah barang apa yang telah dirasai, diketahui, dan dikerjakan yang berasal

dari kata ‘alam’ berarti lebih mengeahui atau tahu benar. Sedangkan menurut

Webster’s New World Dictionary, pengalaman dapat berarti pengetahuan atau

ketrampilan atau partisipasi langsung dengan suatu peristiwa.

Menurut Gerungan (1986) proses terjadinya pengalaman didapatkan

melalui proses di mana rangsangan-rangsangan dari luar seperti cahaya untuk

mata, bunyi untuk telinga, bau untuk hidung dan lain sebagainya yang

diteruskan melalui alat-alat tersebut ke otak lalu menafsirkan menjadi

(58)

Berdasarkan arti pengalaman menurut beberapa pendapat diatas maka

pengalaman mengajar dalam hal ini dapat diartikan sebagai segala

pengetahuan, keterampilan maupun kemampuan yang diketahui dan

didapatkan melalui pengamatan ataupun partisipasi langsung selama mengajar

di sekolah.

G. Jenis Pendidikan

Jenis pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

pendidikan dari FKIP dan Non FKIP. Secara umum FKIP dan Non FKIP

memiliki tujuan yang berbeda. FKIP bertujuan untuk menghasilkan lulusan

yang memiliki keahlian keguruan dan dipersiapkan untuk menjadi seorang

pendidik yang profesional. Sedangkan Non FKIP bertujuan untuk

mengahsilkan lulusan yang ahli dalam suatu bidang tertentu, seperti :

ekomomi, hukum, teknik dan sebagainya.

Guru yang menamatkan pendidikan dari FKIP sudah dibekali dengan

kema mpuan dan keahlian keguruan yang sesuai bidangnya . Keahlian

keguruan yang diperoleh guru sepertib strategi pembelajaran di dalam kelas.

Sedangkan guru yang menamatkan pendidikannya dari Non FKIP tidak

mendapat keahlian tersebut.

H. Hipotesis

1. Secara fisiologi maupun psikologis, pria dan wanita mempunyai

(59)

suara, gaya, dan cara jalan. Sedangkan perbedaan psikologis terletak pada

pola pikir, pola perasaan, bakat dan minatnya. Pria dan wanita mempunyai

perilaku yang khas dalam hal pola pikir dan perasaan. Pria dalam

menghadapi masalah akan memakai pikiran dan lebih bersifat obyektif

sehingga pria cenderung dapat mengendalikan emosinya. Sedangkan

wanita dalam menghadapi masalah akan cenderung memakai hatinya atau

perasaannya. Perasaanya kurang mendalam sehingga terkadang sulit

mengungkapkan perasaan yang terdalam dengan kata-kata. Dengan adanya

perbedaan tersebut maka pria dan wanita dalam menerima menanggapi dan

menginterpretasikan suatu objek melalui alat indranya akan berbeda pula.

(Gilarso, 2001 : 2 )

Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H1 : Ada perbedaan persepsi guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan ditinjau dari jenis kelamin.

2. Sebagai seorang guru yang melakukan pekerjaan mengajar di sekolah

tentu memiliki pengalaman yang berbeda. Guru yang lebih lama memulai

tugasnya di sekolah memiliki pengalaman yang lebih banyak dibandingkan

dengan guru yang baru memulai tugasnya. Oleh sebab itu, guru yang sudah

lama mengajar akan memperoleh pengetahuan yang banyak tentang proses

pembelajaran di sekolah dari pada guru yang baru memulai tugasnya di

sekolah.

(60)

H2 : Ada perbedaan persepsi guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan ditinjau dari pengalaman mengajar guru.

3. Pendidikan guru yang mengajar di sekolah berbeda-beda, ada guru yang

menamatkan pendidikannya dari FKIP dan Non FKIP. Guru yang

menamatkan pendidikannya dari FKIP sudah dibekali dengan kemampuan

dan keahlian keguruan yang sesuai dengan bidangnya. Keahlian keguruan

yang diperoleh guru seperti metode dan gaya mengajar, serta pengelolaan

dalam kelas. Sedangkan guru yang menamatkan pendidikan dari Non

FKIP tidak mendapatkan keahlian keguruan tersebut.

Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H3 : Ada perbedaan persepsi guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan

(61)

40

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah studi kasus yaitu

jenis penelitian tentang subjek tertentu, dimana subjek tersebut terbatas, maka

kesimpulan yang diperoleh hanya terbatas pada subjek yang diteliti (Tatang,

1986 :137).

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMU/SMK di Kabupaten Sleman antara

lain:

a. SMK YPKK 1 Sleman

b. SMK YPKK 2 Sleman

c. SMK 17-1 Seyegan

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari sampai dengan

bulan Maret 2008.

(62)

Subjek penelitian ini adalah guru- guru di SMK yang sudah

menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

2. Objek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi objek adalah persepsi guru

tehadap penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ditinjau dari

jenis kelamin dan jenis pendidikan guru.

D. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan anggota, kejadian, objek-objek yang telah

ditetapkan dengan baik (Consuelo, 1993 : 160). Populasi dalam penelitian

ini adalah guru-guru di SMK yang telah melaksanakan Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan yaitu di SMK YPKK 1 Sleman, SMK YPKK 2 Sleman,

dan SMK 17-1 Seyegan.Jumlah populasi sebanyak 122 orang yaitu pria

sebanyak 49 orang dan wanita 73 orang dengan rincian sebagai berikut:

Tabel III.1

Jumlah Populasi Penelitian

Nama Sekolah Pria Wanita

SMK YPKK 1 Sleman 17 25

SMK YPKK 2 Sleman 17 17

SMK 17-1 Seyegan 15 31

Jumlah 49 122

(63)

Menurut Fergusson, sampel adalah beberapa bagian kecil/cuplikan

yang ditarik dari populasi. Dalam penelitian ini populasi menjadi sampel

penelitian. Dari 122 kuisioner yang dibagikan yang diterima peneliti

sebanyak 87 sehingga sampel yang digunakan oleh peneliti sebanyak 87

dengan rincian sebagai berikut:

Tabel III.2

Jumlah Sampel Penelitian

Nama Sekolah Pria Wanita

SMK YPKK 1 Sleman 11 13

SMK YPKK 2 Sleman 8 16

SMK 17-1 Seyegan 13 26

Jumlah 32 55

E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya 1. Variabel Penelitian

Variabel adalah suatu karakteristik yang memiliki 2 atau lebih nilai

atau sifat yang berdiri sendiri-sendiri. Dalam penelitian ini melibatkan 2

variabel yaitu :

a. Variabel Bebas atau independent variabel

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah jenis kelamin,pengalaman

mengajar, dan jenis pendidikan guru.

b. Variabel Terikat atau dependet variabel

Variabel Terikat dalam penelitian ini adalah persepsi guru terhadap

penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

(64)

Pengukuran variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Variabel Bebas

1). Jenis Kelamin

Jenis Kelamin dalam penelitian ini adalah jenis kelamin responden.

Dalam hal ini ada dua yaitu pria dan wanita.

2). Pengalaman Mengajar

Yang dimaksud dengan pengalaman mengajar adalah waktu

lamanya guru mengabdikan dirinya pada sekolah tersebut, dari

awal masuk sampai sekarang dibagi menjadi 2 yaitu:

§ Baru (kurang dari 5 tahun)

§ Lama (lebih dari 5 tahun)

3). Jenis Pendidikan

Yang dimaksud jenis pendidikan dalam penelitian ini adalah :

Ø Pendidikan yang berasl dari FKIP

Ø Pendidikan yang berasal dari non FKIP

b. Variabel Terikat

Pengukuran yang digunakan penulis untuk mengukur variabel

Persepsi guru terhadap penerapan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan adalah berupa pernyataan-pernyataan tentang Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan dengan menggunakan skala pengukuran

(65)

Tabel III.3

Skala Pengukuran Model Likert

Skor Pernyataan

Skala

Positif Negatif

Sangat Setuju 4 1

Setuju 3 2

Tidak Setuju 2 3

Sangat Tidak Setuju 1 4

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang ditempuh untuk

memperoleh data sesuai dengan jenis data yang dibutuhkan. Dalam penelitian

ini tekhnik pengumpulan data yang digunakan adalah :

1. Kuisioner

Kuisioner adalah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dalam artian laporan tentang pribadi, atau hal- hal

lain yang ia ketahui.Data yang hendak diperoleh melalui kuisioner adalah

persepsi guru tentang penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,

(66)

TABEL III.4

Kisi-Kisi dan Alokasi Butir Soal variabel Sub Variabel Sub Sub

Variabel

Sub Sub Sub Variabel

Indikator Butir Soal

+ - Umum Memandirikan dan memeberdayakan

Satuan Pendidikan

Mendorong sekolah mengambil keputusan secara partisipatif

1

2 Tujuan

Khusus Meningkatkan mutu pendidikan Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat

Meningkatkan kompetensi yang sehat 3 4

5 Pemberian

Otonomi Luas

Memberikan otonomi luas kepada kepala sekolah dan satuan pendidikan Memberikan otonomi untuk

mengembangkan pembelajaran

Orang tua ikut merumuskan dan mengembangkan program-program

8

Kepemimpina n yang demokratis

Kepala sekola h adalah manajer yang bertugas mengelola sekolah

Guru bekerja berdasarkan pola kinerja yang disepakati

Pihak-pihak yang terlibat bekerjasama secara harmonis

(67)

Iklim

Pembelajaran yang kondusif

Menciptakan suasana belajar yang nyaman

Pengembangan kurikulum dan pelaksanaan didesentralisasi ke sekolah dan satuan pendidikan

13

Kewajiban Sekolah dan satuan pendidikan

Mampu mengembangkan kurikulum Mengelola satuan pendidikan secara transparan

Meningkatkan kapasitas pelayanan dan kualitas

The key person keberhasilan pelaksanaan pembelajaran

17

Partisipasi masyarakat dan orangtua

Sekolah adalah lembaga yang perlu didukung oleh semua pihak

18

KKG dan MGMP

KKG dan MGMP perlu dihidupkan dan diluruskan kembali

Merupakan wadah guru untuk meningkatkan mutu pendidikan

19

20

Kemandirian Guru

Guru mampu bekerja mandiri 21

Kegiatan Tatap Muka

Proses interaksi antara peserta didik dan guru

Pendalaman materi yang dirancang untuk mencapai standar kompetensi

(68)

Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur

Pendalaman materi yang dirancang untuk mencapai standar kompetensi tetapi tidak teratur

24

Tingkat Nasional

Pengembangan standar nasional pendidikan

Menganalisis dan mengembangkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Isi (SI).

Merumuskan visi dan misi, serta tujuan

Mengembangkan bidang studi yang akan diberikan untuk merealisasi tujuan

Gambar

Tabel V.10 Uji Homogenitas Berdasarkan Jenis Pendidikan........................... 86
Gambar 2 Struktur Organisasi SMK YPKK 2 Sleman..................................... 71
Tabel II.1
Tabel II.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

(peNakilan tetap) dari berbagai negara anggota van8 berasal dari organissi ini telah berkenb g Misinisinya, Pada unuhnva, scbagai. p€nghnbug &taJa negara negara

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) peran kepala sekolah sebagai supervisor dalam meningkatkan kompetensi profesi guru di SMP Swasta se- Kecamatan Gondokusuman adalah

Promosi kesehatan merupakan upaya meningkatkan kemampuan masyarakat ber-perilaku hidup bersih dan sehat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat

Dengan pengembangan model yang dilakukan yaitu koordinasi rantai pasok desentralisasi untuk lead time yang terkontrol dengan menggunakan mekanisme revenue sharing akan

lmEbjiE yse ncniih rhgk kFLio ysg sLesb hhrr af'

8. Katrol adalah roda kecil yang tepinya beralur dan dapat berputar pada sebuah

[r]

The study reveals that there are three types of errors found in the explanation compositions according to surface strategy taxonomy which are errors of misformation,