PERSEPSI GURU TERHADAP PENERAPAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN
Ditinjau dari Jenis Kelamin, Pengalaman Mengajar dan Jenis Pendidikan Guru
Studi Kasus: SMK YPKK 1 Sleman, SMK YPKK 2 Sleman SMK 17-I Seyegan
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memeperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Akunansi
Oleh :
Fransisca Ari Cahyaningrum NIM : 031334026
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
PERSEPSI GURU TERHADAP PENERAPAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN
Ditinjau dari Jenis Kelamin, Pengalaman Mengajar dan Jenis Pendidikan Guru
Studi Kasus: SMK YPKK 1 Sleman, SMK YPKK 2 Sleman SMK 17-I Seyegan
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memeperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Akunansi
Oleh :
Fransisca Ari Cahyaningrum NIM : 031334026
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
Kasih yang sempurna telah kutrima dari-M u
Bukan karena kebaikanku, hanya oleh Kasih Karunia-M u
K au pulihkan aku, layakkanku tuk dapat memanggil-M u
Bapa...
Kau b’ri yang kupinta,
saat kumencari, kumendapatkan
kuketuk pintu-M u dan Kau bukakan
Sbab kau Bapaku, Bapa Yang Kekal
Takkan Kau biarkan
aku melangkah hanya sendirian
Kau selalu ada bagiku....
S’bab Kau Bapaku, Bapa Yang Kekal
Kupersembahkan Karya Ini Untuk
Jesus Christ and Saint M arry
Keluargaku tercinta yang selalu mendukungku
Bapak (B. Rejomulyo) – I bu (H . D aliyah)
M as Agus – M bak Sri
B. N ovi
M y Soulmate
Terima kasih atas doa, cinta dan perhatian kalian
v
Thanks To:
Jesus Christ, Allah Bapa yang H idup… .
F or guiding me in every step of the way
F or giving me blessings and lessons and un conditional love.
I thank You cause I know You are there and You’ll always bethere for
me
Semua yang terjadi dalam hidupku, kuserahkan hanya pada-M u
Thank You for being who are and accepting me the way lam.
Thank You for planning my life.
You are the best “manager”
Just imagine, You even manage what will happen with my life
Thank You for being my F ather, my best F riend, and my Savior.
Thank You for his life, this love, and this happiness.
Thank You Jesust… .
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skrisi yang saya tulis ini
merupakan karya asli saya yang tidak memuat karya atau bagian karya orang lain,
kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana
layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 5 Agustus 2008
Penulis
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat serta karunia-Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini tepat pada waktunya. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi
salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Akuntansi.
Penulis menyadari bahwa kelancaran penyusunan skripsi ini tidak lepas
dari bantuan, kerjasama dan dukungan dari berbagai pihak, Oleh karena itu,
penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bpk. Drs. T Sarkim, M.Ed., Ph.D, selaku Dekan FKIP, Universitas Sanata
Dharma.
2. Bpk. Y. Harsoyo, S.Pd, M.Si, selaku Ketua Jurusan PIPS, FKIP, Universitas
Sanata Dharma.
3. Bpk. L Saptono, S.Pd., M.Si. , selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Akuntansi, JPIPS, FKIP, Universitas Sanata Dharma.
4. Bpk. S Widanarto, S.Pd., M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, kritik dan saran demi
kesempurnaan skripsi ini.
5. Staff pengajar Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan
tambahan pengetahuan selama proses perkuliahan.
6. Tenaga Administrasi Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah
viii
7. BAPEDA Yogyakarta dan BAPPEDA Sleman yang telah memberikan ijin
penelitian.
8. Bpk. Drs. H. Djoko Purwanto, selaku Kepala Sekolah SMK YPKK 1 Sleman
yang telah memberikan ijin melakukan penelitian di sekolah.
9. Ibu Dra. Rubiyati, selaku Kepala Sekolah SMK YPKK 2 Sleman yang telah
memberikan ijin melakukan penelitian di sekolah.
10.Ibu Dra. Sujilah, selaku Kepala Sekolah SMK 17-I Seyegan yang telah
memberikan ijin melakukan penelitian di sekolah.
11.Guru – guru SMK YPKK 1 Sleman, SMK YPKK 2 Sleman, dan SMK 17-I
Seyega n yang telah bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuisioner yang
telah penulis bagikan.
12.Kedua orang tua penulis yang telah memberikan dukungan dan doanya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tanpa kalian aku tidak akan
bisa berhasil.
13.Kakakku, Mas Agus n Mbak Sri, thank’s atas dukungannya. Jaga Farel supaya jadi anak pintar. Buat Kakakku Novi, thank’s a lot. you are my best syster. Smoga kita tetap bisa jadi kakak adek sekaligus sahabat.
14.Sepupuku ”Mei” ayo semangat!!!Serahkan segala masalah dan kekuatiranmu
pada Tuhan. ”Mbak Nov”, semoga sukses dalam karier n cintamu. ”Mas
Yudi” thank’s lap topnya yaa...”Retno n Arina” jaga diri selalu yaa,
kapan-kapan aku maen ketempat kalian diperantauan ya...”Citra” moga menang
ix
15.Kang Purwanto, Thank’s atas doa dan dukungannya selama ini.. You are my inspiration. Maksih karena mau nemeni aku bila aku butuh bantuan.
16.Dek_No, makasih krena aku boleh ngeprint dit4mu. khan lumayan
ngirit.he...he.
17.”Uciex” thank’s karena aku boleh olah data di t4mu. ”Agnezz”, ayo
semangat....”Heni”,makasih atas masukannya yang sangat berguna bagi aku.
18.Seluruh mahasiswa angkatan 2003 yang telah memberi warna semasa kuliah.
19.Temen2 di kampoeng, ”Endro, Giran, Ruri, Epri, Parno, Ho2, Johan, Dewi,
Narsih” kapan2 masak n makan bareng lagi yaa...
20.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa sripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
penulis senantiasa terbuka untuk menerima kritik dan saran yang membangun
demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata, penulis berharap skripsi ini berguna bagi semua pihak yang
berkepentingan atas skripsi ini.
Yogyakarta, 5 Agustus 2008
Penulis
x ABSTRAK
PERSEPSI GURU TERHADAP PENERAPAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN
Ditinjau dari Jenis Kelamin, Pengalaman Mengajar dan Jenis Pendidikan Guru
Studi Kasus: SMK YPKK 1 Sleman, SMK YPKK 2 Sleman, dan SMK 17-I Seyegan
Fransisca Ari Cahyaningrum Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2008
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan persepsi guru terhadap penerapan kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari (1) jenis kelamin, (2) pengalaman mengajar, dan (3) jenis pendidikan guru.
Populasi dalam penelitian ini adalah guru-guru di SMK YPKK 1 Sleman, SMK YPKK 2 Sleman, dan SMK 17-I Seyegan yang berjumlah 122 orang. Dalam penelitian ini seluruh anggota populasi menjadi sampel penelitian. Teknik analisis data yang digunakan adalah Independent Sample T-Test.
xi ABSTRACT
TEACHER’S PERCEPTION TOWARDS THE APPLICATION OF SCHOOL BASED CURRICULUM PERCEIVE FROM SEX, TEACHING
EXPERIENCE, AND TYPE OF TEACHER’S EDUCATION
A Case Study in YPKK 1 and YPKK 2 Vocational High School’s in Sleman, And in 17-I Vocational High School in Seyegan District
Fransisca Ari Cahyaningrum Sanata Dharma University
Yogyakarta 2008
The aim for the recearch is to know the difference of teacher’s perception towards application of School Based Curriculum perceived from sex, teaching experience, and type of teacher’s education.
The populations of this research are 122 of teachers in YPKK 1 and YPK Vocational High School’s in Sleman, and in 17-I Vocational High School in Seyegan District.In this research all teacher’s become samples. The data analysis technique used was Independent Sample T-Test.
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi
KATA PENGANTAR... vii
ABSTRAK ... x
ABSTRACT... xi
DAFTAR ISI... xii
DAFTAR TABEL... xvii
DAFTAR GAMBAR ... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II LANDASAN TEORI ... 7
A. Persepsi Guru... 7
1. Pengertian Persepsi ... 7
2. Syarat-syarat Individu dapat menyadari Persepsi ... 8
xiii
4. Faktor-Faktor yang menyebabkan Perbedaan Persepsi... 11
B. Guru... 11
C. Kurikulum ... 12
1. Pengertian Kurikulum ... 12
2. Peranan Kurikulum ... 13
3. Fungs i Kurikulum ... 15
D. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ... 16
1. Hakekat Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan... 16
a. Pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan... 16
b. Tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan... 17
c. Landasan Pengembangan... 18
d. Karakteristik Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan... 18
e. Aspek-Aspek Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan... 19
2. Memahami dan Memaknai Standar Isi... 21
a. Struktur Kurikulum ... 21
b. Beban Belajar ... 25
3. Mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan... 26
a. a. Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pend idikan.... 26
b. Prinsip Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan c. Pendidikan... 28
d. Strategi Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan e. Pendidikan... 29
4. Pembelajaran dan Penilaian ... 29
a. Prinsip Pelaksanaan... 29
b. Pengembangan Program... 30
c. Pelaksanaan Pembelajaran ... 32
d. Penilaian Hasil Belajar... 34
E. Jenis Kelamin... 35
F. Pengalaman Mengajar ... 36
G. Jenis Pendidikan ... 37
xiv
BAB III METODE PENELITIAN ... 40
A. Jenis Penelitian... 40
B. Tempat dan Waktu Penelitian... 40
C. Subjek dan Objek Penelitian... 40
D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 41
E. Variabel Penelitian dan Pengukuran... 42
F. Teknik Pengumpulan Data... 44
G. Teknik Pengujian Instrumen ... 51
H. Uji Normalitas... 54
I. Teknik Analisis Data ... 55
BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH... 58
A. SMK YPKK 1 SLEMAN ... 58
1. Sejarah Singkat ... 58
2. Visi dan Misi Sekolah... 62
3. Guru dan Karyawan ... 62
4. Siswa ... 64
5. Fasilitas... 64
6. Struktur Organisasi... 66
B. SMK YPKK 2 SLEMAN ... 67
1. Sejarah Singkat ... 67
2. Visi dan Misi Sekolah... 68
3. Guru dan Karyawan ... 68
4. Siswa ... 69
5. Fasilitas... 70
xv
C. SMK 17-I SEYEGAN ... 71
1. Sejarah Singkat ... 71
2. Visi dan Misi Sekolah... 73
3. Guru dan Karyawan ... 75
4. Siswa ... 75
5. Fasilitas... 76
6. Struktur Organisasi... 77
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 78
A. Analisis Data ... 78
1. Diskripsi Populasi yang dijadikan sampel... 78
a. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 78
b. Responden Berdasarkan Pengalaman Mengajar ... 79
c. Responden BerdasarkanJenis Pendidikan... 79
2. Diskripsi Persepsi Guru terhadap penerapan KTSP ... 80
a. Persepsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 81
b. Persepsi Responden Berdasarkan Pengalaman Mengajar .. 82
c. Persepsi Responden Berdasarkan Jenis Pendidikan... 82
B. Uji Prasyarat Analisis ... 83
1. Uji Normalitas... 78
2. Uji Homogenitas ... 79
C. Pembahasan... 86
BAB VI PENUTUP ... 92
A. Kesimpulan... 92
B. Keterbatasan... 93
C. Saran ... 93
DAFTAR PUSTAKA
xvi
DAFTAR TABEl
Tabel II.1 Struktur Kurikulum SD/MI ... 21
Tabel II.2 Struktur Kurikulum SMP/Mts ... 22
Tabel II.3 Struktur Kurikulum SMA/MA Kelas X... 22
Tabel II.4 Struktur Kurikulum SMA/MA Kelas XI dan XII program IPA .... 23
Tabel II.5 Struktur Kurikulum SMA/MA Kelas XI dan XII program IPS ... 24
Tabel II.6 Struktur Kurikulum SMK/MAK ... 25
Tabel III.1 Jumlah Populasi Penelitian... 41
Tabel III.2 Jumlah Sampel ... 42
Tabel III.3 Skala Pengukuran Likert ... 44
Tabel III.4 Kisi-kisi dan Alokasi Butir Soal... 45
Tabel III.5 Rangkuman Validitas Instrumen... 52
Tabel IV.1 Data Siswa SMK YPKK 1 Sleman... 64
Tabel IV.2 Data Siswa SMK YPKK 2 Sleman... 69
Tabel IV.3 Data Siswa SMK 17-1 Seyegan... 75
Tabel V.1 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 78
Tabel V.2 Responden Berdasarkan Pengalaman Mengajar ... 79
Tabel V.3 Responden Berdasarkan Jenis Pendidikan... 79
Tabel V.4 Persepsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 81
Tabel V.5 Persepsi Responden Berdasarkan Pengalaman Mengajar ... 82
Tabel V.6 Persepsi Responden Berdasarkan Jenis Pendidikan... 82
Tabel V.7 Uji Normalitas... 84
xvii
Tabel V.9 Uji Homogenitas Berdasarkan Pengalaman Mengajar... 85
Tabel V.10 Uji Homogenitas Berdasarkan Jenis Pendidikan ... 86
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Struktur Organisasi SMK YPKK 1 Sleman... 66
Gambar 2 Struktur Organisasi SMK YPKK 2 Sleman... 71
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Instrumen Penelitian... 94
Lampiran 2 Data Validitas dan Reliabilitas ... 113
Lampiran 3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 117
Lampiran 4 Data penelitian... 119
Lampiran 5 Hasil Uji T-Test... 123
Lampiran 6 Surat Ijin Penelitian... 130
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebijakan Pendidikan di Indonesia saat ini masih belum jelas Kebijakan
tersebut hanya berkutat pada masalah teknis dan belum menyentuh persoalan –
persoalan substansial, sehingga mutu pendidikan tidak kunjung membaik.
Terdapat fakta bahwa beberapa siswa menunjukkan prestasi dalam olimpiade
sains tingkat international, akan tetapi keberhasilan itu belum bisa menunjukkan
mutu pendidikan Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari laporan tentang
pembangunan manusia Indonesia yang dipublikasikan United Nations
Development Programme (UNDP) tahun 2004, dimana Human Development
Indonesia berada di urutan ke-111 dari 175 negara.
Kondisi Indonesia yang memprihatinkan inilah yang mendorong para
pakar untuk terus mencari cara untuk meningkatkan mutu pendidikan bangsa.
Berbagai upaya dilakukan guna memperbaiki sistem pendidikan nasional kita,
salah satunya dengan perubahan kurikulum sekolah. Sampai saat ini tercatat
bahwa Indonesia telah mengalami 7 kali perubahan kurikulum, yaitu : Rencana
Pelajaran 1947, Kurikulum 1968, Kurikulum 1975, Kurikulum 1984, Kurikulum
1994, Kurikulum 2004 (Kurikulum Berbasis Kompetensi), dan Kurikulum 2006
(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).
Pada tahun 2004 kita menggunakan Kurikulum berbasis Kompetensi.
kepada sekolah dan guru, para birokrat pendidikan mengatakan bahwa KBK
merupakan wujud dari desentralisasi pendidikan dan sebuah terobosan pendidikan
yang nantinya bakal mendongkrak mutu pendidikan. Setelah dua tahun KBK
dilaksanakan di hampir semua jenis dan jenjang sekolah di tanah air, Depdiknas
dengan mudah mengatakan bahwa KBK merupakan kurikulum uji coba dan
belum ada landasan hukumnya karena belum ditandatangani oleh Mendiknas
sehingga layak untuk diganti.
Awalnya, KBK memang diujicobakan pada beberapa sekolah, tetapi
belum dilakukan evaluasi secara menyeluruh Depdiknas sudah memberlakukan
KBK secara nasional. Kemudian secara tiba – tiba KBK diganti dengan KTSP
(Kurikulum Tingkat Satua n Pendidikan) dengan alasan bahwa KBK 2004 dinilai
terlalu sarat materi dan tidak mempresentasikan sebuah model baru pengajaran
yang menekankan pada penguasaan dan kompetensi siswa.
Pemberlakuan KTSP sendiri dirasa tanpa sebuah persiapan yang matang.
Hal ini dapat dilihat dari rentang waktu penandatanganan dengan pelaksanaan
Peraturan Mendiknas No 22, 23, dan 24. Peraturan Mendiknas ditandatangani
tanggal 23 Mei 2006, tetapi sekolah wajib melaksanakan mulai bulan Juli tahun
pelajaran 2006/2007.
Peraturan Mendiknas memberi amanat KTSP disusun dan dikembangkan
oleh masing – masing jenis dan jenjang sekolah dengan berpedoman pada
Standar Isi yang dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan, serta
disesuaikan dengan situasi, kondisi, dan daya dukung sekolah. Untuk menyusun
seluruh pemangku kepentingan. Dokumen KTSP dinyatakan berlaku setelah
mendapatkan legalisasi dari Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota untuk
jenjang pendidikan dasar (SD dan SMP) dan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi
untuk jenjang menengah (SMA dan SMK). Secara teknis, proses penyusunan
KTSP membutuhkan waktu yang tidak singkat sehingga pada tahun 2006/2007
secara de jure sekolah menggunakan KTSP, tetapi secara de Facto sekolah belum mempunyai dokumen KTSP.
Dari perubahan kurikulum di atas yang menjadi "korban" adalah siswa,
orangtua, dan yang terutama adalah guru. Guru bebas menentukan materi sendiri,
kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian yang harus dicapai oleh siswa.
Dengan kata lain, Guru dituntut untuk lebih aktif, kreatif banyak ide, kritis dengan
situasi yang ada dan tidak menunggu.
Pelaksanaan KTSP memang menjadi beban yang berat bagi seorang guru.
Guru harus mencermati standar kompetensi, menyeleksi kompetensi dasar yang
harus dipelajari oleh peserta didik, membuat silabus, memilih pendekatan yang
tepat, mengetahui setiap personal peserta didik, melakukan observasi, dan
sekarang ini tugas guru bertambah lagi dengan harus membuat kurikulum sendiri.
hal tersebut tidaklah mudah karena pada kenyataannya masih banyak guru yang
bersikap pasif. Mereka terbiasa menjadi pelaksana saja, atau dengan kata lain
mereka hanya mengerjakan apa yang sudah ada dengan gambaran yang sudah
tepat, aturan dan langkah yang sudah jelas. Maka ketika ditawarkan peluang untuk
Perbedaan jenis kelamin akan mempengaruhi proses pemaqhaman
penerimaan terhadap suatu objek. Karena secara Fisiologi maupun Psikologis pria
dan wanita itu berbeda. Perbedaan fisiologis tampak dari bentuk tubuh, suara,
gaya, dan cara jalan. Sedangkan secara Psikologis tampak dalam perbedaan pola
pikir. Perbedaan pola pikir akan sangat memepengaruhi penilaian seseorang akan
suatu objek yang diamati. Berdasarkan uraian diatas, diduga ada perbedaan
persepsi guru terhadap penerapan KTSP ditinjau dari jenis kelamin.
Latar belakang pendidikan yang diperoleh guru selama studi juga akan
mempengaruhi proses pemahaman dan penerimaan terhadap suatu objek. Guru
yang memiliki latar belakang pendidikan dari FKIP tentu memiliki keahlian yang
cukup di bidang keguruan sehingga ia dapat menjalankan tugas mengajar dan
mendidik dengan baik. Sedangkan guru yang memiliki latar belakang dari non
FKIP tentu tidak memperoleh kemampuan dan keahlian keguruan. Berdasarkan
uraian diatas, diduga ada perbedaan persepsi guru terhadap penerapan KTSP
ditinjau dari pengalaman mengajar
Latar belakang pendidikan yang diperoleh guru selama studi juga akan
mempengaruhi proses pemahama n dan penerimaan terhadap suatu objek. Guru
yang memiliki latar belakang pendidikan dari FKIP tentu memiliki keahlian yang
cukup di bidang keguruan sehingga ia dapat menjalankan tugas mengajar dan
mendidik dengan baik. Sedangkan guru yang memiliki latar belakang dari non
FKIP tentu tidak memperoleh kemampuan dan keahlian keguruan. Berdasarkan
uraian diatas, diduga ada perbedaan persepsi guru terhadap penerapan KTSP
Dari uraian diatas yang akan diteliti oleh penulis adalah guru di sekolah
yang sudah menggunakan KTSP. Oleh karena itu dengan penelitian ini penulis
ingin mengetahui perbedaan persepsi guru terhadap penerapan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan ditinjau dari jenis kelamin, pengalaman mengajar dan jenis
pendidikan guru.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap penerapan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan Ditinjau dari jenis kelamin?
2. Apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap penerapan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan Ditinjau dari penga laman mengajar?
3. Apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap penerapan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan Ditinjau dari jenis pendidikan guru?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Perbedaan persepsi guru terhadap penerapan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan Ditinjau dari jenis kelamin.
2. Perbedaan persepsi guru terhadap penerapan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan Ditinjau dari pengalaman mengajar.
3. Perbedaan persepsi guru terhadap penerapan Kurikulum Tingkat Satuan
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Sekolah
Untuk memberikan gambaran yang konkrit mengenai persepsi guru
terhadap KTSP khususnya bagi kepala sekolah. Berdasarkan hasil
penelitian ini, kepala sekolah dapat menyamakan persepsi guru terhadap
pelaksanaan KTSP di sekolah. Dengan demikian, pelaksanaan KTSP di
sekolah dapat berlangsung dengan baik karena setiap guru memiliki
pemahaman yang sama.
2. Bagi Universitas Sanata Dharma
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi bagi
penelitian selanjutnya serta dapat menambah kepustakaan yang berguna
bagi mahasiswa atau pihak lain.
3. Bagi Penulis
Dengan penelitian ini penulis dapat menambah pengetahuan dan
penagalaman yang berguna bagi penulis serta penulis dapat berlatih
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Persepsi Guru
1. Pengertian Persepsi
Sejak individu dilahirkan, sejak itu pula individu secara langsung
berhubungan dengan dunia luarnya. Mulai saat itu individu menerima
secara langsung stimulus atau rangsangan dari luar disamping dari dalam
dirinya sendiri. Individu mulai merasa kedinginan, sakit, tidak senang dan
sebagainya, kesan seperti itu yang diperoleh dari lingkungannya
merupakan hasil dari proses persepsi, karena persepsi merupakan proses
memahami dunianya. ( Bimo, 1994 :53 )
Persepsi pada hakekatnya adalah proses pemahaman yang dialami
oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya,
baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan
penciuman. ( Miftah, 1983 : 138 )
Persepsi berarti mengenal sesuatu alat indra dengan secara global
dan belum disertai kesadaran, sedang subjek dan objeknya belum
terbedakan satu dari yang lainnya. ( Mahfud, 1991 : 91 )
Persepsi adalah proses mengorganisasikan, menginterpretasikan
sehingga individu mengerti tentang apa yang diinderakan. ( Bimo, 1994 :
Menurut Husaini dan Noor (1991), pengertian persepsi adalah
objek – objek di sekitar, kita tangkap melalui alat indra dan diproyeksikan
pada bagian tertentu dalam otak sehingga kita dapat mengamati objek
tersebut.
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas dapat disimpulkan
bahwa persepsi adalah proses pemahaman, menerima, mengorganisasikan
dan menginterpretasikan rangsangan dari lingkungannya melalui panca
indra, sehingga individu menyadari dan mengerti apa yang diindera.
2. Syarat-syarat Individu dapat Menyadari dan Mengadakan Persepsi
Syarat – syarat agar individu dapat menyadari dan mengadakan
persepsi yaitu :
a. Adanya objek yang dipersepsi
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor,
dapat datang dari dalam yang langsung mengenai syaraf penerima
(sensoris) yang bekerja sebagai reseptor.
b. Alat Indra
Alat indera atau stimulus merupakan alat untuk menerima stimulus. Di
samping itu, harus adapula syaraf sensoris sebagai alat untuk menerima
stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf yaitu otak
sebagai pusat kesadaran dan sebagai alat untuk mengadakan respon
c. Adanya Perhatian
Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi sesuatu diperlukan
adanya perhatian yang merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan
dalam mengadakan persepsi. Tanpa perhatian tidak akan terjadi persepsi.
Bimo, 1994 : 54 )
3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Persepsi
a. Faktor - faktor perhatian dari luar yakni faktor – faktor yang terdiri
dari pengaruh – pengaruh lingkungan antara lain:
1) Intensitas
Prinsip intensitas menyatakan bahwa semakin besar intensitas
stimulus dari luar semakin besar pula hal- hal untuk dipahami.
2) Ukuran
Faktor ukuran menyatakan bahwa semakin besar ukuran sesuatu
obyek, maka semakin mudah untuk diketahui atau dipahami.
3) Keberlawanan
Prinsip keberlawanan menyatakan bahwa sti,ulus luar yang
penampilnnya berlawanan dengan latar belakang atau sekelilingnya
yang sama sekali di luar sangkaan orang banyak, akan menarik
perhatian.
4) Pengulangan
Prinsip pengulangan menyatakan bahwa stimulus dari luar yang
diulang akan memberikan perhatian yang lebih besar dibandingkan
5) Gerakan.
Orang akan memberikan banyak perha tian terhadap obyek yang
bergerak dalam jangkauan pandangannya, dibandingkan dengan
obyek yang diam.
b. Faktor – faktor dari dalam terdiri dari :
1) proses belajar ( Learning )
Setiap orang belajar belajar dari pengalaman-pengalaman yang
dialaminya. Pengalaman tersebut oleh individu diorganisasikan
kemudian diinterpretasikan, sehingga individu menyadari, mengerti
apa yang diiderakan itu. Persepsi merupakan keadaan yang
menyeluruh dari individu terhadap stimulus yang diterimanya.
Oleh karena itu, apa yang ada dalam diri individu,
pengalaman-pengalaman individu akan ikut aktif dalam persepsi individu
(Moskowitz dan Orgol,1969).
2) motivasi
Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi
yang ada pada individu manusia, sehingga akan mempengaruhi
kejiwaan serta emosi, yang kemudian diakhiri dengan suatu
tindakan. Secara psikologis setiap faktor mental, suasana emosi,
keinginan yang kuat akan mempengaruhi respons persepsi.
3) Kepribadian
Kepribadian mempunyai akibat tentang apa yang diperhatikan
antar individu satu dengan individu lain akan menyebabkan
perbedaan dalam menanggapi respons persepsi.
4. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Perbedaan Persepsi
a. Perhatian
Terjadinya persepsi pertama kali diawali oleh adanya perhatian. Tidak
semua stimulus di sekitar kita dapat kita tangkap semuanya secara
bersamaan. Perhatian kita hanya tertuju pada satu atau dua obyek yang
menarik bagi kita.
b. Kebutuhan
Setiap orang mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi, baik itu
kebutuhan menetap maupun kebutuhan yang sesaat.
c. Kesediaan
Kesediaan adalah harapan seseorang terhadap suatu stimulus yang
muncul, agar memberikan reaksi terhadap stimulus yang diterima lebih
efisien sehingga akan lebih baik apabila orang tersebut telah siap
terlebih dahulu.
d. Sistem Nilai
Sitem nilai yang berlaku dalam diri seseorang atau masyarakt akan
berpengaruh terhadap persepsi seseorang.
B. Guru
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( 1990 : 228 ) guru adalah
Sedangkan menurut Undang – Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20
Tahun 2003 Bab XI pasal 39 ayat 2 mendefinisikan pendidik (guru) sebagai:
Pendidik (guru) merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.
Implikasi formalnya setiap kegiatan kependidikan hanya dapat dilakukan oleh
tenaga kependidikan yang mempunyai wewenang mengajar yakni guru dan
dosen.
C. Kurikulum
1. Pengertian Kurikulum
Menurut pandangan lama, kurikulum adalah sejumlah mata
pelajaran yang harus ditempuh oleh murid untuk memperoleh ijazah.
(Wiryokusumo, 1988 : 3). Selanjutnya Romine (dalam bukunya
Wiryokusumo 1988 : 4 ) menyatakan pandangan baru kurikulum sebagai
berikut :Curriculum is interpreted to mean all of the organized courses, activities, and experiences which pupils have under direction of tehe school whether in the classroom or not.
Webster's New Collegiate Dictionary ( Allan & Linda, 1995 : 3)
menyatakan bahwa : curriculum as a course study, as in a college, the whole body of courses offered in a educational institution or by a department there of.
Menurut Nana Sudjana (dalam Iswanto, 2000 : 26) kurikulum
belajar yang diharapkan, yang diformulasikan melalui pengetahuan dan
kegiatan tersusun secara sistematis, diberikan kepada siswa di bawah
tanggung jawab sekolah untuk membantu pertumbuhan atau
perkembangan pribadi dan kompetensi sosial anak didik.
Dari pengertian tersebut di atas, ada dua hal yang tersirat dalam
pengetian kurikulum. Pertama, kurikulum merupakan program atau
rencana atu niat atau harapan atau keinginan. Pada hakekatnya kurikulum
potensial, wujud nyatanya adalah buku kurikulum yang dituangkan dalam
garis – garis besar program pengajaran beserta petunjuk pelaksanaannya.
Kedua, adalah pengalaman belajar atau kegiatan nyata hakekatnya adalah
kurikulum aktual, wujudnya adalah kegiatan nyata pada roses belajar
mengajar berlangsung atau lebih populer disebut pengajaran (instruction). Oleh sebab itu, kutikulum dan pengajaran tidak bisa dipisahkan tetapi
hanya bisa dibedakan. Kurikulum adalah rencana atau program belajar dan
pengajaran adalah pelaksanaan atau operasionalisasi dari rencana dan
program.
2. Peranan Kurikulum
Pada dasarnya kurikulum merupakan refleksi dari kebudayaan
dimana kurikulum tersebut berada. Dengan memperhatikan struktur suatu
kebudayaan, lebih memperjelas lagi untuk membedakan suatu kurikulum
yang satu dengan yang lainnya yaitu kurikulum yang menggambarkan
Dalam upaya menerapkan dan mengelola kurikulum, maka
kurikulum memiliki peranan sebagai berikut :
a. Peranan Konservatif
Salah satu tanggung jawab kurikulum adalah menstransmisikan dan
menafsirkan warisan sosial kepada generasi muda. Dengan demikian,
sekolah sebagai suatu lembaga sosial dapat mempengaruhi dan dan
membina tingkah laku para siswa sesuai dengan nilai- nilai sosial yang
ada dalam masyarakat sejalan dengan peranan pendidikan sebagai
suatu proses sosial.
b. Peranan Kreatif
Kurikulum harus mampu melakukan kegiatan-kegiatan kreatif dan
konstruktif dalam arti harus menyusun atau mendesain sesuatu yang
baru sesuai dengan kebutuhan masa sekarang dan masa mendatang
dalam masyarakat dan dibuat dalam bentuk mata pelajaran yang akan
disajikan pada para pesrta didik.
c. Peranan Kritis dan Evaluatif
Kurikulum berperan aktif dalam kontrol sosial dan menekankan pada
unsur-unsur berpikir kritis di mana nilai- nilai sosial yang tidak sesuai
dengan perkembangan teknologi disisihkan dan yang sesuai ditata
untuk siap diorganisasikan menjadi bentuk pengalaman belajar yang
mampu mengembangkan sikap kritis peserta didik ke arah
pembentukan pribadi yangn terintegrasi dengan kehidupan nyata di
3. Fungsi Kurikulum
Menurut Alexander Inglis (dalam Wiryokusumo, 1988 : 8) kurikulum memiliki fungsi sebagai berikut :
a. Fungsi Penyesuaian ( The Adjustive of Adaptive Function)
Lingkungan masyarakat yang bersifat dinamis harus diikuti dengan
kedinamisan hidup setiap anggota masyarakat. Oleh karena itu,
kurikulum harus mampu menata keadaan masyarakat agar dapat
dibawa ke lingkungan sekolah untuk dijadikan objek pelajaran.
b. Fungsi Pengintegrasian (The Integrating Function)
Kurikulum harus mampu mebnyiapkan pengalaman belajar yang dapat
mendidik pribadi yang terintegrasi, karena individu- individu yang
berada di sekolah mampu melakukan pengitegrasian sesuai dengan
norma masyarakat.
c. Fungsi Pembedaan (The Differentiating Function)
Kurikulum harus mampu melayani pengembangan-pengembangan
potensi individu yang akan hidup di lingkungan masyarakat.
d. Fungsi Penyiapan (The Propaedeutic Function)
Kurikulum juga harus menyiapkan seperangkat
pengalaman-pengalaman belajar yang siap dianalisis oleh peserta didik untuk bekal
hidup bermasyarakat.
Sekolah melakukan penyeleksian secara selektif terhadap pengalaman
belajar yang dapat diorganisir lebih lanjut dalam suatu bentuk
organisasi kurikulum.
f. Fungsi Diagnosa ( The Diagnotic Function)
Fungsi ini merupakan fungsi kurikulum yang pada gilirannya akam
mengetahui keberhasilan. Penerapan program-program pengalaman
belajar yang diikuti oleh peserta didik sejalan dengan upaya memahami
bakat dan minat peserta didik.
D. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
1. Hakekat Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
a. Pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah kurikulum operasional
yang disusun, dikembangkan dan dilaksanakan oleh setiap satuan
pendidikan yang sudah siap dan mampu mengembangkannya dengan
memperhatikan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Pasal 36 :
1). Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada
Standar Nasional Pendidikan untuk mewujudkan tujuan
Pendidikan Nasional.
2). Kurikulum pada semua jenis dan jenjang pendidikan
dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan
3). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dasar dan menengah
dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah berpedoman pada
Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi serta panduan
penyusunan kurikulum yang dibuat oleh BNSP.
b. Tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
1). Tujuan Umum
Secara umum tujuan diterapkannya Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan adalah untuk memandirikan dan memberdayakan
satuan pendidikan melalui pemberian wewenang (otonomi) kepada
lembaga pendidikan dan mendorong sekolah melakukan
pengambilan keputusan secara partisipatif dalam mengembangkan
kurikulum.
2). Tujuan Khusus
Secara khusus tujuan diterapkannya Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan adalah :
a). Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan
inisiatif sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola
dan memberdayakan sumber daya yang tersedia.
b). Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam
pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan
bersama.
c). Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan
c. Landasan Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dilandasi oleh Undang-Undang
dan Peraturan Pemerintah sebagai berikut :
1). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas.
2). Peraturan Pemerintah Nomor 19 tentang Standar Nasional
Pendidikan.
3). Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi.
4). Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi
Lulusan.
5). Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang pelaksanaan
Permendiknas Nomor 22 dan 23.
d. Karakteristik Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan memiliki beberapa karakteristik
yaitu :
1). Pemberian Otonomi kepada Sekolah dan Satuan Pendidikan
2). Partisipasi Masyarakat dan Orang Tua yang Tinggi
3). Kepemimpinan yang Demokratis dan Profesional
4). Tim Kerja yang Kompak dan Transparan
e. Aspek - Aspek Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Agar Pengembangan dan Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan mampu mendongkrak kualitas pendidikan, perlu didukung
oleh perubahan mendasar dalam kebijaksanaan pengelolaan sekolah
1).Iklim Pembelajaran yang Kondusif
Iklim yang kondusif akan mendorong terwujudnya proses
pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan bermakna yang lebih
menekankan pada belajar mengetahui (Learning to know), belajar berkarya (learning to do), belajar menjadi diri sendiri ( learning to be), dan belajar hidup bersama secara harmonis (learning to live together)
2).Otonomi Sekolah dan Satuan Pendidikan
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, kebijakan
pengembangan kurikulum dan pembelajaran beserta sistem
evaluasinya didesentralisasikan ke sekolah dan satuan pendidikan,
sehingga pengembangan kurikulum diharapkan sesuai dengan
kebutuhan peserta didik dan masyarakat secara lebih fleksibel.
3).Kewajiban Sekolah dan Satuan Pendidikan
Sekolah dan satuan pendidikan dituntut mampu
mengembangkan kurikulum dan mengelola sumber daya secara
transparan, demokratis, dan bertanggung jawab baik terhadap
masyarakat maupun pemerintah dalam rangka meningkatkan
kapasitas pelayanan dan kualitas terhadap peserta didik.
4).Kepemimipinan Sekolah yang Demokratis dan Profesional
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, kepala
5).Revitalisasi Partisipasi Masyarakat dan Orang Tua
Masyarakat dan orangtua harus disadarkan bahwa sekolah
adalah lembaga pendidikan yang perlu didukung oleh semua pihak.
Prestasi keberhasilan sekolah harus menjadi kebanggaan
masyarakat dan lingkungannya. Ini berarti, pelaksanaan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan memerlukan kesadaran dan partisipasi
aktif semua pihak yang terkait dengan pendidikan.
6).Menghidupkan serta Meluruskan Kelompok Kerja Guru (KKG)
dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)
Kegiatan MGMP dan KKG perlu dihidupkan dan diluruskan
agar dapat dijadikan sebagai wadah guru untuk meningkatkan mutu
pendidikan di sekolah melalui peningkatan mutu pembelajaran
(effective teaching) 7).Kemandirian Guru
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, guru harus
mampu bekerja mandiri untuk memperbaiki diri dalam
pembelajaran. Hal ini penting agar ia benar-benar menjadi guru
yang bisa digugu dan ditiru, sehingga tidak saja mampu
mengembangkan Kurikulum Tingkat Satua n Pendidikan tetapi juga
melaksanakannya dalam pembelajaran secara efektif dan
menyenangkan.
2. Memahami dan memaknai Standar Isi
Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang
harus ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.
1). Struktur Kurikulum SD/MI
Tabel II.1
Struktur Kurikulum SD/MI
KELAS DAN ALOKASI WAKTU
KOMPONEN
I II III IV,V,VI A.MATA PELAJARAN
1. Pendidikan Agama 3
2. Pendidikan Kewarganegaraan 2
3. Bahasa Indonesia 5
4. Matematika 5
5. Ilmu Pengetahuan Alam 4 6. Ilmu Pengetahuan Sosial 3 7. Seni Budaya dan Keterampilan 4 8. Pendidikan Jasmani, Olahraga 4 Dan Kesehatan
B. MUATAN LOKAL 2
C. PENGETAHUAN DIRI 2*
Jumlah 26 27 28 32 2*) Ekuivalen 2 jam pelajaran
2). Struktur Kurikulum SMP/MTs
Tabel II.2
Struktur Kurikulum SMP/MTs
KELAS DAN ALOKASI WAKTU
KOMPONEN
VII VIII IX A.MATA PELAJARAN
2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2
3). Struktur Kurikulum SMA/MA
Tabel II.3
Struktur kurikulum SMA/MA Kelas X
KELAS DAN ALOKASI WAKTU
KOMPONEN
X A.MATA PELAJARAN
1. Pendidikan Agama 2
2. Pendidikan Kewarganegaraan 2
3. Bahasa Indonesia 4
14. Pendidikan Jasmani, Olahraga 2 dan Kesehatan
15, Keterampilan/Teknologi 2 Informasi dan Komunikasi
C. PENGETAHUAN DIRI 2*)
Jumlah 38
2*) Ekuivalen 2 jam pelajaran
Tabel II.4
Struktur kurikulum SMA/MA Kelas XI dan XII untuk program IPA
KELAS DAN ALOKASI WAKTU
KOMPONEN
XI XII
A.MATA PELAJARAN
1. Pendidikan Agama 2 2 2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 3. Bahasa Indonesia 4 4
11. Pendidikan Jasmani, Olahraga
2 2
dan Kesehatan
12, Keterampilan/Bahasa Asing 2 2
B. MUATAN LOKAL 2 2
C. PENGETAHUAN DIRI 2*) 2*)
Jumlah 39 39
2*) Ekuivalen 2 jam pelajaran
Tabel II.5
Struktur kurikulum SMA/MA Kelas XI dan XII untuk program IPS
KOMPONEN KELAS DAN ALOKASI WAKTU
XI XII A.MATA PELAJARAN
2. Pendidikan Kewarganegaraan 2
11. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
2 2
12, Teknologi Informasi dan 2 2 Komunikasi
13. Keterampilan/Bahasa Asing2 2 2
B. MUATAN LOKAL 2 2
C. PENGETAHUAN DIRI 2*) 2*)
Jumlah 39 39
2*) Ekuivalen 2 jam pelajaran
4). Struktur KurikulumSMK/MAK
Tabel II.1
Struktur Kurikulum SMK/MAK
KELAS DAN ALOKASI WAKTU
Jam Pelajaran Durasi Waktu
KOMPONEN
per muinggu Jam A.MATA PELAJARAN
1. Pendidikan Agama 2 192 2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 192 3. Bahasa Indonesia 4 192
9. Pendidikan Jasmani, Olahraga 2 192 dan Kesehatan
10, Keterampilan/Bahasa Asing 2
1. Keterampilan Komputer 202 dan pengelolaan Informasi
3. Dasar Kompetensi 140 Kejuruan
4. Kompetensi Kejuruan 1000
B. MUATAN LOKAL 2 192
C. PENGETAHUAN DIRI -2 -192
Jumlah 36 3950
b. Beban Belajar
Beban belajar dirumuskan dalam bentuk satuan waktu yang
dibutuhkan oleh peserta didik untuk mengikuti program pembelajaran
melalui sistem tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan
mandiri tidak terstruktur.
1). Kegiatan Tatap Muka
Kegiatan tatap muka adalah kegiatan pembelajaran yang berupa
proses interaksi antara peserta didik dengan guru.Beban belajar
kegiatan tatap muka per jam pembelajaran pada masing- nmasing
satuan pendidikan adalah sebagai berikut:
a). SD/MI/SDLB berlansung selama 35 menit.
b). SMP/MTs/SMPLB berlangsung selama 40menit.
c). SMA/MA/SMALB/ SMK/MAK berlangsung selama 45
menit.
2). Penugasan Terstruktur
Penugasan Terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang
berupa pendalaman materi oleh peserta didik yang dirancang
oleh pendidik untuk mencapai standar kompetensi.
Penugasan Mandiri Tidak Terstruktur kegiatan pembelajaran
yang berupa pendalaman materi oleh peserta didik yang
dirancang oleh pendidik untuk mencapai standar kompetensi.
Pemberian tugas ini tidak dilakukan secara teratur, namun
bersifat insidental.
3. Mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
a. Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Pengembangan kurikulum menyangkut beberapa tingkat, yaitu:
1) Pengembangan Kurikulum Tingkat Nasional
Dalam kaitannya dengan KTSP, pengembangan kurikulum tingkat
nasional dilakukan dalam rangka mengembangkan Standar
Nasional Pendidikan yang pada saat ini mencakup Standar
Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Isi (SI) untuk setiap
satuan pendidikan pada masing- masing jenjang dan jenis
pendidikan, terutama pada jalur pendidikan sekolah.
2) Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini antara lain:
a)Menganalisis dan mengembangkan Standar Kompetensi
Lulusan (SKL) dan Standar Isi (SI).
b)Merumuskan visi dan misi, serta merumuskan tujuan
c)Berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, visi dan
misi, serta tujuan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan
selanjutnya dikembangkan bidang studi yang akan diberikan
untuk merealisasi tujuan tersebut.
d)Mengembangkan dan mengidentifikasi tenaga-tenaga
kependidikan sesuai dengan kualifikasi yang diperlukan.
e)Mengidentifikasi fasilitas pembelajaran yang diperlukan untuk
memberi kemudahan belajar.
3) Pengembangan Silabus
Kegiatan yang dilakukan antara lain:
a)Mengidentifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar
serta tujuan setiap bidang studi
b)Mengembangkan kompetensi dasar dan materi standar yang
diperlukan dalam pembelajaran.
c)Mendiskripsikan kompetensi dasar serta mengelompokkannya
sesuai dengan ruang lingkup dan urutannya.
d)Mengembangkan setiap indikator untuk setiap kompetensi serta
kriteria pencapaiannya dan pengelompokannya sesuai dengan
ranah pengetahuan, pemahaman, kemampuan (keterampilan),
nilai dan sikap.
e)Mengembangkan instrumen penilaian yang sesuai dengan
indikator pencapaian kompetensi.
Kegiatan pengembangan kurikulum pada tingkat ini adalah
menyusun dan mengembangkan rencana pelaksanaan
pembelajaran atau persiapan mengajar.
5) Kurikulum Aktual
Kurikulum aktual atau pelaksanaan pembelajaran adalah interaksi
antara peserta didik dengan guru dan lingkungan pembelajaran.
b. Prinsip Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan jenjang pendidikan
dasar dan menengah dikembangkan di sekolah dan komite sekolah
berpedoman pada standar kompetensi lulusan dan standar isi serta
panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh BSNP. Kurikulum
dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip berikut:
1) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan
peserta didik dan lingkungannya
2). Beragam dan terpadu
3).Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni
4). Relevan dengan kebutuhan kehidupan
5). Menyeluruh dan berkesinambungan
6). Belajar sepanjang hayat
7). Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah
Strategi yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan KTSP yaitu
berkaitan dengan :
1) Sosialisasi KTSP di sekolah
2) Menciptakan suasana yang kondusif
3) Mengembangkan fasilitas dan sumber belajar
4) Membina disiplin
5) Mengembangkan kemandirian Kepala Sekolah
6) Mengubah paradigma (pola pikir) guru
7) Memberdayakan staff
4. Pembelajaran dan Penilaian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
a. Prinsip Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Dalam pelaksanaan kurikulum di setiap satuan pendidikan
menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut :
1) Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi, perkembangan
dan kondisi peserta didik untuk mengusasai kompetensi yang
berguna bagi dirinya.
2) Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar,
yaitu: (a) belajar untuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, (b) belajar untuk memahami dan menghayati, (c) belajar
untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif, (d) belajar
untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain, (e) belajar untuk
membangun dan menemukan jati diri, melalui proses pembelajaran
3) Pelaksanaan kurikulum memungkinkan peserta didik mendapat
pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan dan/atau percepatan
sesuai dengan potensi, tahap perkembangan, dan kondisi peserta
didik dengan tetap memperhatikan keterpaduan pengembangan
pribadi peserta didik yang berdimensi ke-Tuhanan, keindividuan,
kesosialan, dan moral.
4) Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik
dan pendidik yang saling menerima dan menghargai, akrab,
terbuka, dan hangat.
5) Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan
multistrategi dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang
memadai, dan memanfaatkan lingkungan sekitar sabagai sumber
belajar.
6) Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam,
sosial dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan
pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian secara optimal.
7) Kurikulum yangt mencakup seluruh komponen kompetensi mata
pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri diselenggarakan
dalam keseimbangan, keterkaitan, dan kesinambungan yang cocok
dan memadai antar kelas dan jenis serta jenjang pendidikan.
b. Pengembangan Program
Program Tahunan merupakan program umum setiap mata
pelajaran untuk setiap kelas yang dikembangkan oleh guru mata
pelajaran yang bersangkutan. Sumber-sumber yang dapat
dijadik an sebagai bahan pengembangan program tahunan antara
lain:
a). Daftar kompetensi standar sebagai konsensus nasional yang
dikembangkan dalam silabus mata pelajaran yang akan
dikembangkan.
b). Ruang lingkup dan urutan kompetensi.
c). Kalender Pendidikan.
2). Program Semester
Program semester berisikan garis-garis besar mengenai
hal- hal yang hendak dilaksanakan dan dicapai dalam semester
tersebut. Umumnya berisi bulan, pokok bahasan yang hendak
disampaikan, waktu yang direncanakan, dan
keterangan-keterangan.
3). Program Mingguan dan Harian
Untuk membantu kemajuan peserta didik, disamping modul
perlu dikembangkan program mingguan dan harian. Melalui
program ini dapat diketahui tujuan-tujan yang belum tercapai dan
yang perlu diulang bagi peserta didik. Melalui program ini,
sehingga guru dengan segera mengetahui peserta didik yang
mendapat kesulitan. Bagi peserta didik yang cepat diberikan
pengayaan, sedangkan bagi peserta didik yang lambat dilakukan
pengulangan modul untuk mencapai tujuan yang belum tercapai.
4). Program Pengayaan dan Remedial
Program ini merupakan pelengkap dan penjabaran dari
program mingguan dan harian.Berdasarkan hasil analisis terhadap
kegiatan belajar dan terhadap modul, tugas, hasil tes dan ulangan
dapat diperoleh tingkat kemampuan belajar setiap peserta didik.
Hasil analisis dipadukan dengan cara-cara yang ada pada progra
mingguan dan harian untuk digunakan sebagai bahan tindak lanjut
proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Program ini juga
mengidentifikasi modul yang perlu diulang, peserta didik wajib
mengikuti remedial dan yang mengikuti program pengayaan.
5). Program Pengembangan
Dalam pelaksanaan KTSP, sekolah berkewajiban
memberikan program pengembangan diri melalui bimbingan dan
konseling kepada peserta didik yang menyangkut pribadi, sosial,
dan karir.
c. Pelaksanaan Pembelajaran
1). Pre Test (tes Awal)
Fungsi Pre test antara lain :
b). Untuk mengetahui tingkat belajar peserta didik dalam prose
belajar sehubungan dengan pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
c). Untuk mengetahui kemampuan awal yang telah dimiliki
oleh peserta didik.
d). Untuk mengetahui darimana seharusnya proses
pembelajaran dimulai.
2). Pembentukan Kompetensi
Pembentukan kompetensi merupakan kegiatan inti dari
pelaksanaan pembelajaran, yakni bagaimana kompetensi
dibentuk pada peserta didik dan bagaimana tujuan-tujuan belajar
direalisasikan.
3). Post Test
Fungsi Post Tes antara lain :
a). Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik
terhadap kompetensi yang telah dilakukan.
b). Untuk mengetahui kompetensi dan tujuan-tujuan yang dapat
dikuasai peserta didik, serta kompetensi dan tujuan-tujuan
yang belum dikuasai peserta didik.
c). Untuk mengetahui peserta didik yang perlu mengikuti
kegiatan remidial, dan yang perlu mengikuti kegiatan
pengayaan, serta untuk mengetahui tingkat kesulitan
d). Sebagai bahan acuan untuk melakukan perbaikan terhadap
kegiatan pembelajaran.
d. Penilaian Hasil Belajar
Penilaian hasil dalam KTSP dapat dilakukan dengan :
1). Penilaian Kelas
Penilaian kelas dapat dilakukan dengan ulangan harian, ulangan
umum, dan ujian akhir.
2). Tes Kemampuan Dasar
Tes kemampuan dasar dilakukan untuk mengetahui kemampuan
membaca, menulis dan berhitung yang diperlukan dalam rangka
perbaikan program pembelajaran.
3). Penilaian Akhir Satuan Pendidikan dan Sertifikasi
Pada setiap akhir semester dan tahun pelajaran diselenggarakan
kegiatan penilaian guna mendapatkan gambaran secara utuh
mengenai ketuntasan belajar peserta didik dalam satuan waktu
tertentu.
4). Benchmarking
Benchmarking merupakan suatu standar untuk mengukur
kinerja yang sedang berjalan, proses dan hasil untuk mencapai
suatu keunggulan yang memuaskan.
5). Penilaian Program
Penilaian program dilakukan oleh Departemen Pendidikan
berkesinambungan. Penilaian program dilakukan untuk
mengetahui kesesuaian KTSP dengan dasar, fungsi, dan tujuan
pendidikan nasional, serta kesesuaian dengan tuntutan
perkembangan masyarakat dan kemajuan jaman.
E. Jenis Kelamin
Jenis kelamin yang dimaksud disini adalah pria dan wanita. Seperti
yang ditulis Gilarso (2001 : 2) bahwa jenis kelamin menunjuk pada
keseluruhan ciri-ciri yang membedakan manusia sebagai pria dan wanita
yakni: jasmaninya, kejiwaannya, sifatnya, cara berpikir, bentuk tubuh, suara
dan gaya, perasaannya, bakat-bakat dan sebagainya. Perbedaan yang ada pada
pria dan wanita, baik secara fisik maupun psikis akan mempengaruhi
kepribadian seseorang di mana dalam kepribadian terkandung arti : ada daya
tarik fisik, perasaan, kedewasaan serta me nimbulkan perbedaan suatu pola
pikir atas objek yang diamatinya.
Menurut Kartini (1971) dalam bukunya yang berjudul Teori
Kepribadian dan Mental Hygiene, ada perbedaan-perbedaan yang penting
dalam karakter pria dan wanita. Perbedaan-perbedaan tersebut antara lain:
1. Pria lebih bersifat egosentris,sedangkan wanita lebih bersifat heterosentris.
2. Kaum pria biasanya muncul sebagai pemegang inisiatif, sedangkan wanita
lebih bersifat melindungi, memelihara, dan mempertahankan (desentif).
Menurut professor Heymans, perbedaan pria dan wanita terletak pada sifat
1. Sekunderitas
Perasaan wanita akan lebih lama berpengaruh terhadap struktur
kepribadian dibandingkan dengan pria.
2. Emosional
Wanita lebih bersifat emosio nal daripada pria.
3. Aktivitas
a. Wanita kurang berminat pada pelontaran kriktik terhadap bidang
kesehatan dan kebudayaan daripada pria.
b. Wanita umumnya lebih bersifat spontan, lebih mempunyai kepastian
jiwa terhadap keputusan-keputusan yang diambil dan lebih antusias
memperjuangkan pendiriannya dari pada kaum pria.
F. Pengalaman Mengajar
Arti kata pengalaman menurut kamus besar umum Bahasa Indonesia
adalah barang apa yang telah dirasai, diketahui, dan dikerjakan yang berasal
dari kata ‘alam’ berarti lebih mengeahui atau tahu benar. Sedangkan menurut
Webster’s New World Dictionary, pengalaman dapat berarti pengetahuan atau
ketrampilan atau partisipasi langsung dengan suatu peristiwa.
Menurut Gerungan (1986) proses terjadinya pengalaman didapatkan
melalui proses di mana rangsangan-rangsangan dari luar seperti cahaya untuk
mata, bunyi untuk telinga, bau untuk hidung dan lain sebagainya yang
diteruskan melalui alat-alat tersebut ke otak lalu menafsirkan menjadi
Berdasarkan arti pengalaman menurut beberapa pendapat diatas maka
pengalaman mengajar dalam hal ini dapat diartikan sebagai segala
pengetahuan, keterampilan maupun kemampuan yang diketahui dan
didapatkan melalui pengamatan ataupun partisipasi langsung selama mengajar
di sekolah.
G. Jenis Pendidikan
Jenis pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
pendidikan dari FKIP dan Non FKIP. Secara umum FKIP dan Non FKIP
memiliki tujuan yang berbeda. FKIP bertujuan untuk menghasilkan lulusan
yang memiliki keahlian keguruan dan dipersiapkan untuk menjadi seorang
pendidik yang profesional. Sedangkan Non FKIP bertujuan untuk
mengahsilkan lulusan yang ahli dalam suatu bidang tertentu, seperti :
ekomomi, hukum, teknik dan sebagainya.
Guru yang menamatkan pendidikan dari FKIP sudah dibekali dengan
kema mpuan dan keahlian keguruan yang sesuai bidangnya . Keahlian
keguruan yang diperoleh guru sepertib strategi pembelajaran di dalam kelas.
Sedangkan guru yang menamatkan pendidikannya dari Non FKIP tidak
mendapat keahlian tersebut.
H. Hipotesis
1. Secara fisiologi maupun psikologis, pria dan wanita mempunyai
suara, gaya, dan cara jalan. Sedangkan perbedaan psikologis terletak pada
pola pikir, pola perasaan, bakat dan minatnya. Pria dan wanita mempunyai
perilaku yang khas dalam hal pola pikir dan perasaan. Pria dalam
menghadapi masalah akan memakai pikiran dan lebih bersifat obyektif
sehingga pria cenderung dapat mengendalikan emosinya. Sedangkan
wanita dalam menghadapi masalah akan cenderung memakai hatinya atau
perasaannya. Perasaanya kurang mendalam sehingga terkadang sulit
mengungkapkan perasaan yang terdalam dengan kata-kata. Dengan adanya
perbedaan tersebut maka pria dan wanita dalam menerima menanggapi dan
menginterpretasikan suatu objek melalui alat indranya akan berbeda pula.
(Gilarso, 2001 : 2 )
Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H1 : Ada perbedaan persepsi guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan ditinjau dari jenis kelamin.
2. Sebagai seorang guru yang melakukan pekerjaan mengajar di sekolah
tentu memiliki pengalaman yang berbeda. Guru yang lebih lama memulai
tugasnya di sekolah memiliki pengalaman yang lebih banyak dibandingkan
dengan guru yang baru memulai tugasnya. Oleh sebab itu, guru yang sudah
lama mengajar akan memperoleh pengetahuan yang banyak tentang proses
pembelajaran di sekolah dari pada guru yang baru memulai tugasnya di
sekolah.
H2 : Ada perbedaan persepsi guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan ditinjau dari pengalaman mengajar guru.
3. Pendidikan guru yang mengajar di sekolah berbeda-beda, ada guru yang
menamatkan pendidikannya dari FKIP dan Non FKIP. Guru yang
menamatkan pendidikannya dari FKIP sudah dibekali dengan kemampuan
dan keahlian keguruan yang sesuai dengan bidangnya. Keahlian keguruan
yang diperoleh guru seperti metode dan gaya mengajar, serta pengelolaan
dalam kelas. Sedangkan guru yang menamatkan pendidikan dari Non
FKIP tidak mendapatkan keahlian keguruan tersebut.
Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H3 : Ada perbedaan persepsi guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan
40
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah studi kasus yaitu
jenis penelitian tentang subjek tertentu, dimana subjek tersebut terbatas, maka
kesimpulan yang diperoleh hanya terbatas pada subjek yang diteliti (Tatang,
1986 :137).
B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMU/SMK di Kabupaten Sleman antara
lain:
a. SMK YPKK 1 Sleman
b. SMK YPKK 2 Sleman
c. SMK 17-1 Seyegan
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari sampai dengan
bulan Maret 2008.
Subjek penelitian ini adalah guru- guru di SMK yang sudah
menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
2. Objek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi objek adalah persepsi guru
tehadap penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ditinjau dari
jenis kelamin dan jenis pendidikan guru.
D. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan anggota, kejadian, objek-objek yang telah
ditetapkan dengan baik (Consuelo, 1993 : 160). Populasi dalam penelitian
ini adalah guru-guru di SMK yang telah melaksanakan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan yaitu di SMK YPKK 1 Sleman, SMK YPKK 2 Sleman,
dan SMK 17-1 Seyegan.Jumlah populasi sebanyak 122 orang yaitu pria
sebanyak 49 orang dan wanita 73 orang dengan rincian sebagai berikut:
Tabel III.1
Jumlah Populasi Penelitian
Nama Sekolah Pria Wanita
SMK YPKK 1 Sleman 17 25
SMK YPKK 2 Sleman 17 17
SMK 17-1 Seyegan 15 31
Jumlah 49 122
Menurut Fergusson, sampel adalah beberapa bagian kecil/cuplikan
yang ditarik dari populasi. Dalam penelitian ini populasi menjadi sampel
penelitian. Dari 122 kuisioner yang dibagikan yang diterima peneliti
sebanyak 87 sehingga sampel yang digunakan oleh peneliti sebanyak 87
dengan rincian sebagai berikut:
Tabel III.2
Jumlah Sampel Penelitian
Nama Sekolah Pria Wanita
SMK YPKK 1 Sleman 11 13
SMK YPKK 2 Sleman 8 16
SMK 17-1 Seyegan 13 26
Jumlah 32 55
E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya 1. Variabel Penelitian
Variabel adalah suatu karakteristik yang memiliki 2 atau lebih nilai
atau sifat yang berdiri sendiri-sendiri. Dalam penelitian ini melibatkan 2
variabel yaitu :
a. Variabel Bebas atau independent variabel
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah jenis kelamin,pengalaman
mengajar, dan jenis pendidikan guru.
b. Variabel Terikat atau dependet variabel
Variabel Terikat dalam penelitian ini adalah persepsi guru terhadap
penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Pengukuran variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Variabel Bebas
1). Jenis Kelamin
Jenis Kelamin dalam penelitian ini adalah jenis kelamin responden.
Dalam hal ini ada dua yaitu pria dan wanita.
2). Pengalaman Mengajar
Yang dimaksud dengan pengalaman mengajar adalah waktu
lamanya guru mengabdikan dirinya pada sekolah tersebut, dari
awal masuk sampai sekarang dibagi menjadi 2 yaitu:
§ Baru (kurang dari 5 tahun)
§ Lama (lebih dari 5 tahun)
3). Jenis Pendidikan
Yang dimaksud jenis pendidikan dalam penelitian ini adalah :
Ø Pendidikan yang berasl dari FKIP
Ø Pendidikan yang berasal dari non FKIP
b. Variabel Terikat
Pengukuran yang digunakan penulis untuk mengukur variabel
Persepsi guru terhadap penerapan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan adalah berupa pernyataan-pernyataan tentang Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan dengan menggunakan skala pengukuran
Tabel III.3
Skala Pengukuran Model Likert
Skor Pernyataan
Skala
Positif Negatif
Sangat Setuju 4 1
Setuju 3 2
Tidak Setuju 2 3
Sangat Tidak Setuju 1 4
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang ditempuh untuk
memperoleh data sesuai dengan jenis data yang dibutuhkan. Dalam penelitian
ini tekhnik pengumpulan data yang digunakan adalah :
1. Kuisioner
Kuisioner adalah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dalam artian laporan tentang pribadi, atau hal- hal
lain yang ia ketahui.Data yang hendak diperoleh melalui kuisioner adalah
persepsi guru tentang penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,
TABEL III.4
Kisi-Kisi dan Alokasi Butir Soal variabel Sub Variabel Sub Sub
Variabel
Sub Sub Sub Variabel
Indikator Butir Soal
+ - Umum Memandirikan dan memeberdayakan
Satuan Pendidikan
Mendorong sekolah mengambil keputusan secara partisipatif
1
2 Tujuan
Khusus Meningkatkan mutu pendidikan Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat
Meningkatkan kompetensi yang sehat 3 4
5 Pemberian
Otonomi Luas
Memberikan otonomi luas kepada kepala sekolah dan satuan pendidikan Memberikan otonomi untuk
mengembangkan pembelajaran
Orang tua ikut merumuskan dan mengembangkan program-program
8
Kepemimpina n yang demokratis
Kepala sekola h adalah manajer yang bertugas mengelola sekolah
Guru bekerja berdasarkan pola kinerja yang disepakati
Pihak-pihak yang terlibat bekerjasama secara harmonis
Iklim
Pembelajaran yang kondusif
Menciptakan suasana belajar yang nyaman
Pengembangan kurikulum dan pelaksanaan didesentralisasi ke sekolah dan satuan pendidikan
13
Kewajiban Sekolah dan satuan pendidikan
Mampu mengembangkan kurikulum Mengelola satuan pendidikan secara transparan
Meningkatkan kapasitas pelayanan dan kualitas
The key person keberhasilan pelaksanaan pembelajaran
17
Partisipasi masyarakat dan orangtua
Sekolah adalah lembaga yang perlu didukung oleh semua pihak
18
KKG dan MGMP
KKG dan MGMP perlu dihidupkan dan diluruskan kembali
Merupakan wadah guru untuk meningkatkan mutu pendidikan
19
20
Kemandirian Guru
Guru mampu bekerja mandiri 21
Kegiatan Tatap Muka
Proses interaksi antara peserta didik dan guru
Pendalaman materi yang dirancang untuk mencapai standar kompetensi
Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur
Pendalaman materi yang dirancang untuk mencapai standar kompetensi tetapi tidak teratur
24
Tingkat Nasional
Pengembangan standar nasional pendidikan
Menganalisis dan mengembangkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Isi (SI).
Merumuskan visi dan misi, serta tujuan
Mengembangkan bidang studi yang akan diberikan untuk merealisasi tujuan