• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN KEBIJAKAN DAN IMPLEMENTASI DISEMINASI INOVASI PERTANIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN KEBIJAKAN DAN IMPLEMENTASI DISEMINASI INOVASI PERTANIAN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2014

KAJIAN KEBIJAKAN DAN IMPLEMENTASI

DISEMINASI INOVASI PERTANIAN

Oleh :

Kurnia Suci Indraningsih Wahyuning Kusuma Sejati

Roosganda Elizabeth Sri Suharyono Ahmad Makky Ar-Rozy

PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN 2014

(2)

RINGKASAN EKSEKUTIF PENDAHULUAN

1. Saat ini permasalahan yang dihadapi di sektor pertanian antara lain berupa

kesenjangan antara kebutuhan masyarakat dengan pengembangan inovasi yang dilakukan oleh para peneliti, kesenjangan antara inovasi hasil penelitian Litbang dan perguruan tinggi dengan aksesibilitas masyarakat pertanian, dan kesenjangan antara kebijakan pembangunan pertanian dengan pemahaman masyarakat terhadap kebijakan tersebut. Tantangan dalam penyampaian inovasi pertanian ke depan adalah bagaimana senantiasa mampu mengembangkan inovasi pertanian yang tepat guna, partisipatif dan berkelanjutan.

2. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengidentifikasi berbagai kebijakan

Penelitian; Pendidikan, Pelatihan dan Penyuluhan Pertanian; dan pelayanan dinas dalam diseminasi inovasi pertanian; (2) Mengevaluasi implementasi diseminasi inovasi pertanian; (3) Menganalisis keterkaitan Penelitian; Pendidikan, Pelatihan dan Penyuluhan Pertanian dalam implementasi diseminasi inovasi pertanian sebagai upaya memenuhi kebutuhan dan kepentingan petani.

3. Lokasi penelitian mencakup wilayah Jawa (DKI Jakarta, Provinsi Jawa Barat

dan Banten) dan Luar Jawa (Provinsi Nusa Tenggara Timur). Responden dalam kegiatan penelitian ini adalah: (1) Pimpinan lembaga penelitian, lembaga pendidikan/pelatihan dan penyuluhan, lembaga penentu kebijakan, lembaga pelayanan yang terkait dengan bidang kajian dari pusat sampai daerah (Pusat, Provinsi, dan Kabupaten); (2) Informan kunci (kontak tani, aparat pemerintah, penyuluh swasta, dan lain-lain); (3) Kelompok tani; (4) Penyuluh; (5) Widyaiswara; serta (6) Peneliti. Analisis data dalam penelitian ini mencakup: (1) analisis deskriptif komparasi dan (2) analisis pemangku kepentingan (stakeholders analysis).

HASIL PENELITIAN

Identifikasi Berbagai Kebijakan Penelitian; Pendidikan, Pelatihan dan Penyuluhan Pertanian; dan Pelayanan Dinas dalam Diseminasi Inovasi Pertanian

4. Undang-undang yang menjadi payung hukum diseminasi inovasi adalah UU

No. 18/2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

5. Kebijakan turunannya berupa Peraturan Bersama Menteri Negara Riset dan

Teknologi Republik Indonesia dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor: 03 Tahun 2012 dan Nomor: 36 Tahun 2012 tentang Penguatan Sistem Inovasi Daerah, serta berbagai Peraturan Menteri Pertanian yang relevan dengan kebijakan dan diseminasi inovasi.

6. Lembaga yang menjadi pengawal pelaksanaan pengembangan Sistem Inovasi

(3)

BPPT juga menjadi konsultan bagi Pemerintah Daerah dalam menjalankan SIDa.

7. Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) turut berkontribusi bagi kesejahteraan

bangsa, salah satunya dengan berpartisipasi mengatasi permasalahan pangan dengan menggunakan teknik nuklir untuk menghasilkan bibit unggul tanaman pangan berproduktivitas tinggi, antara lain padi, gandum tropikal, kedelai dan sorgum. Disamping itu, guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat, BATAN terus berupaya meningkatkan fungsi diseminasi hasil litbangyasa BATAN (padi, kedelai, kapas, kacang, gandum tropikal, sorgum, pakan ternak,

teknik Radioimmuno Assay dalam reproduksi ternak, vaksin ternak, teknik

penjantanan ikan serta pupuk organik) untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi pangan dan ternak.

8. Bentuk Kebijakan Diseminasi Inovasi pada Perguruan Tinggi, dalam hal ini

adalah Institut Pertanian Bogor (IPB) adalah Program Indonesia Managing

Higher Education for Relevance and Efficency (I-MHERE) B.2c IPB yang

dilaksanakan pada tahun 2002-2012 merupakan program penelitian yang

telah dilaksanakan hingga sampai taraf pelepasan varietas baru (launching

new verieties) yang dihasilkan oleh sivitas akademika setiap tahunnya selama

kurun waktu 2010, 2011 dan 2012 dengan total varietas yang dilepas sebanyak 5 varietas baru.

9. Payung hukum diseminasi inovasi belum banyak disadari keberadaannya oleh

banyak pihak terkait. Hal ini mengakibatkan belum berkembangnya dinamika sinergi dalam kolaborasi pengelolaan.

Evaluasi Implementasi Diseminasi Inovasi Pertanian

10. Dalam proses diseminasi inovasi, Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM

Pertanian telah mengembangkan Cyber Extension yang terinspirasi oleh

paradigma kefetaria penyuluhan adalah wujud nyata pengembangan

penyampaian suatu inovasi teknologi melalui Spektrum Diseminasi Multi

Channel (SDMC) yang diperkenalkan oleh Badan Litbang Pertanian, sehingga

kegiatan diseminasi inovasi tidak lagi didominasi oleh penyuluh, tetapi juga para pejabat (terutama di daerah), pemuka masyarakat, pemuka agama.

11. Program Pemerintah yang berskala nasional, proses diseminasi dilakukan

melalui sosialisasi program, diterbitkannya Pedoman Umum di tingkat Pusat, Pedoman Pelaksanaan di tingkat Provinsi, dan Pedoman Teknis di tingkat Kabupaten.

12. Kendala yang dihadapi dalam proses diseminasi inovasi adalah lemahnya

koordinasi dan komitmen antar para pengelola pembangunan di daerah (seperti dinas-dinas teknis), walaupun secara struktural berada di bawah kendali Kepala Daerah (Gubernur ataupun Bupati). Para pengelola pembangunan tersebut kebanyakan masih berorientasi administrasi pertanggungjawaban proyek, belum berorientasi dan berkomitmen terhadap proses penguatan implementasi program dan hasil program.

13. Implementasi diseminasi inovasi terkait erat dengan kegiatan penyuluhan.

Terdapat 9 komponen penyuluhan, yang sudah dilakukan para penyuluh di Provinsi Banten adalah melakukan kegiatan transek (data primer, maupun sekunder dari profil desa), identifikasi kebutuhan teknologi, identifikasi

(4)

masalah; sedangkan yang belum dilakukan adalah melihat mobilitas petani (kecuali ada kegiatan), lembaga-lembaga yang ada lingkup petani (kecuali ada hal khusus), dan penentuan prioritas masalah.

14. Saluran diseminasi melalui media untuk penyampain teknologi, yang berfungsi

sebagai pengingat, sedangkan untuk mengubah perilaku sasaran dan inovasi kelembagaan melalui media interpersonal. Materi penyuluhan yang disusun telah mengacu pada hasil penelitian Badan Litbang Pertanian, Badan

Penyuluhan dan Pengembangan SDM melalui cyber extension (bentuk

aplikasi), Ditjen Peternakan berupa Pedoman teknis.

15. Penyuluh dalam menelusuri kebutuhan inovasi petani untuk merumuskan

materi penyuluhan adalah melalui forum komunikasi (temu lapang, temu teknis, urun rembug petani), melakukan kaji terap di lahan petani, melakukan demonstrasi-plot dengan melibatkan peran aktif petani. Penyuluh melengkapi wawasan pengetahuan dan ketrampilannya dengan studi literatur dari berbagai jurnal, prosiding, buku-buku ilmiah terkait inovasi pertanian,

browsing web-site Kementerian Pertanian, dan berbagai upaya lainnya.

16. Dalam mensinergikan kebutuhan inovasi pertanian di tingkat petani, peneliti

perlu memiliki kompetensi atau kemampuan baik dalam aspek manajemen, mampu memahami masalah alam, lingkungan dan sosial kemasyarakatan di wilayah, serta mampu menggali informasi melalui interaksi dengan petani.

17. Kebutuhan inovasi di tingkat petani telah teridentifikasi dengan baik oleh

widyaiswara di ketiga lokasi penelitian. Materi pelatihan yang diberikan didasarkan atas kebutuhan peserta baik pada peserta Aparatur maupun Non Aparatur. Namun demikian, kemampuan dari masing-masing widyaiswara dalam mengidentifikasi kebutuhan inovasi memang berbeda-beda, tergantung tingkat keaktifan widyaiswara tersebut dalam mencari sumber informasi untuk meningkatkan kemampuannya. Widyaiswara berpendapat bahwa masih diperlukan inovasi teknologi, khususnya dari Lembaga Penelitian, mengingat perkembangan inovasi sangat cepat. Inovasi yang didapatkan kemudian disusun oleh masing-masing widyaiswara sebagai bahan ajar.

Analisis keterkaitan Penelitian; Pendidikan, Pelatihan dan Penyuluhan Pertanian dalam implementasi diseminasi inovasi pertanian

18. Keterkaitan antara lembaga penelitian, lembaga pendidikan dan pelatihan,

lembaga penyuluhan, dan direktorat jenderal teknis lingkup Kementerian Pertanian di tingkat Pusat masih berorientasi pada program 4 (empat) sukses yang tercantum pada Rencana Strategis Kementerian Pertanian (Kementan). Sinergitas dan koordinasi antar lembaga tersebut dalam upaya pencapaian tujuan program masih belum terlihat keterpaduannya, masih berjalan masing-masing. Informasi dan teknologi yang dihasilkan lembaga penelitian tidak selalu diacu lembaga pendidikan dan pelatihan, maupun lembaga penyuluhan.

19. Keterkaitan antara lembaga penelitian pemerintah, baik lingkup Kementan

maupun di luar Kementan, lembaga penelitian swasta, dan perguruan tinggi dalam melepas varietas harus melalui Tim Penilai dan Pelepasan Varietas (TP2V) di bawah Badan Benih Nasional (non struktural di bawah Menteri Pertanian). Pelepasan varietas agar legal untuk dilepas dan diakui keunggulannya oleh Pemerintah perlu mengacu pada UU No. 12/1992 tentang

(5)

Sistem Budidaya Tanaman, PP No. 44/1995 tentang Perbenihan Tanaman, Permentan No. 61/2011 tentang Pengujian, Penilaian, Pelepasan, dan Penarikan Varietas. Perlindungan varietas dari aspek genetis untuk mendapatkan HAKI agar tidak ditiru atau dibajak perlu mencermati UU No. 29/2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman.

20. Kelemahan dalam keterkaitan antara penelitian; pendidikan, pelatihan dan

penyuluhan pertanian; serta lembaga pelayanan dalam implementasi diseminasi inovasi pertanian adalah belum adanya kejelasan tata hubungan kerja antar kelembagaan teknis, penelitian dan pengembangan, serta penyuluhan pertanian. Kelembagaan penyuluhan, pendidikan dan pelatihan belum ditempatkan secara optimal yang didukung oleh keterpaduan kepentingan penelitian dan pengembangan serta dinas teknis/instansi sektoral, ego sektoral yang masih sangat kuat dan menjadi kurang produktif.

21. Cyber extension yang didukung oleh Spektrum Diseminasi Multi Channel

sebagai wadah kelembagaan diseminasi yang aktual, masih berjalan di masing-masing lembaga penggagas, belum didukung dengan dinamisasi, aktualisasi informasi dan inovasi, maupun bentuk-bentuk komunikasi yang interaktif dan konvergen antar pihak terkait.

22. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian melalui Unit Pelaksana Teknis

(UPT) di daerah seperti Balai Penelitian (Balit) dan BPTP yang berada di 33 provinsi berperan terhadap keberhasilan program strategis Kementerian Pertanian. Program tersebut antara lain seperti Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN), dalam implementasinya berupa Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) pada komoditas padi, jagung dan kedelai, Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP), Gernas Nasional Kakao, Program Peningkatan Swasembada Daging Sapi (P2SDS) dan Pengembangan Kawasan Hortikultura. Peranan tersebut berupa penyediaan teknologi (benih/bibit/varietas, dan pupuk), penyediaan dan pendampingan inovasi teknologi. Kesiapan dan sinergi yang kuat dari Balit dan BPTP merupakan suatu keharusan.

23. Sinergi Balit dan BPTP dimaksud adalah terintegrasinya perencanaan dan

implementasi penyediaan inovasi dan diseminasi teknologi sehingga muatan teknologi dalam program strategis Kementerian Pertanian menjadi lebih nyata. Hubungan sinergi itu dilakukan dalam bentuk padupadan BPTP-Balit dalam penyediaan inovasi dan diseminasi teknologi; melakukan kunjungan kerja lapang; pembinaan SDM dan program; pengelolaan kebun percobaan (KP). Pembentukan BPTP bertujuan untuk desentralisasi dalam bidang penelitian dan pengembangan teknologi pertanian. Di samping itu juga sebagai media akselerasi adopsi teknologi dalam mendukung pembangunan pertanian serta mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya pertanian wilayah.

24. Keterkaitan BPTP Jawa Barat dengan Dinas dalam hal pelaksanaan program

P2BN, KRPL, PSDS, Pengembangan Kawasan Hortikultura. Pada kabupaten

ada satu orang dari BPTP yang bertugas sebagai Liaison Officer (LO) untuk

mengkomunikasikan berbagai program dengan Dinas dan mendiseminasikan hasil kegiatan/program tersebut. Selain itu LO juga mengidentifikasi kebutuhan di tingkat petugas Dinas, Badan Pelaksana Penyuluhan (Bapeluh), dan ketua kelompok tani.

(6)

IMPLIKASI KEBIJAKAN

25. Inovasi pertanian yang dihasilkan lembaga penelitian Pemerintah sebagian

besar dapat diterapkan petani, sehingga mampu mengungkit tingkat kesejahteraan petani.

26. Tata hubungan kerja antar kelembagaan teknis, penelitian dan

pengembangan, dan penyuluhan pertanian dalam mendukung program P2BN yang diatur dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 45/Pementan/ OT.140/8/2011.

27. Tingkat penerapan petani terhadap inovasi pertanian relatif rendah, walaupun

telah banyak inovasi pertanian yang dihasilkan lembaga penelitian.

28. Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 45/Pementan/OT.140/8/2011 perlu

disertai Pedoman Teknis operasional di lapangan yang dilengkapi dengan

penghargaan (reward) dan sanksi (punishment), sehingga keterkaitan antar

lembaga dapat berjalan baik dan sinergis.

29. Inovasi pertanian yang dihasilkan lembaga penelitian seharusnya tidak hanya

bertumpu pada pengembangan ilmu pengetahuan saja, namun juga perlu mencermati kebutuhan petani sebagai pengguna akhir melalui kegiatan umpan balik antara peneliti-widyaiswara-penyuluh-petani.

30. Keterlibatan berbagai pemangku kepentingan dalam kegiatan umpan balik

tersebut akan mempercepat proses diseminasi inovasi pertanian, yang tentunya didukung oleh kebijakan Pusat maupun Daerah yang berpihak pada sektor pertanian.

31. Perlu ada kebijakan ataupun ketentuan yang mengikat dengan prestasi

pimpinan daerah, seperti kinerja jabatan pimpinan daerah dapat menjadi

media pemberian penghargaan (reward) ataupun sanksi (punishment), agar

para pengelola pembangunan berorientasi dan memiliki komitmen terhadap proses penguatan implementasi program dan hasil program.

Referensi

Dokumen terkait

Pada menu utama ini terdapat beberapa sub menu yang terdiri dari dosen untuk memanage data dosen, mahasiswa untuk memanage data mahasiswa, mata perkuliahan

Apa bila dalam tiga siklus yang dilaksanakan belum dapat mengatasi masalah maka akan dilakukan tindakan perbaikan pada siklus selanjutnya, hingga tujuan yang

Marvin Harris meringkas bahwa “konsep kebudayaan ditampakkan dalam berbagai pola tingkah laku yang dikaitkan dengan kelompok masyarakat tertentu, seperti adat (custom), atau

Berlangsungnya proses interaksi sosial didasarkan pada beberapa faktor, menurut Soerjono Soekanto (1989: 52) proses interaksi sosial didasarkan pada empat faktor yaitu :

018.09.12 Program Penciptaan Teknologi dan Inovasi Pertanian Bio-Industri Berkelanjutan 1801 Pengkajian dan Percepatan Diseminasi Inovasi Teknologi Pertanian. 521219 Belanja Barang

Aktivasi dan modifikasi yang dilakukan terhadap berbagai zeolit alam seperti perlakuan asam dan substitusi isomorfis ternyata mampu memperbaiki karakter zeolit alam

Meskipun pada penentuan kapasitas adsorpsi menggunakan biru metilena, dan penetapan kapasitas adsorpsi zeolit dan kompositnya tidak dilakukan terhadap DPPH, tetapi

Fasal 22 mengadakan peruntukan bagi individu yang berhasrat untuk mengamal perubatan tradisional dan komplementari dalam mana-mana bidang amalan diiktiraf hendaklah memohon